Vesikolitiasis Fix
Vesikolitiasis Fix
Vesikolithiasis
Oleh :
Preseptor :
dr. Sufriadi, Sp.U
BAGIAN BEDAH
RSP ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
0
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan
Universitas Andalas.
Penyusunan Case Report Session ini merupakan salah satu syarat dalam
ucapkan kepada dr. Sufriadi, Sp.U sebagai pembimbing dalam kepaniteraan klinik
senior ini beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam
Penulis menyadari bahwa Case Report Session ini jauh dari sempurna,
maka dari itu sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan Case Report
Session ini. Penulis berharap agar Case Report Session ini bermanfaat dalam
dokter muda yang tengah menjalani kepaniteraan klinik. Akhir kata, semoga Case
Penulis
BAB I
1
PENDAHULUAN
dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit
batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan
penyakit batu saluran kemih, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu
dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih
kalsifikasi didalam buli-buli. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat stasis urin
tanpa kelainan anatomi, striktur, infeksi ataupun adanya benda asing didalam urin.
Adanya batu pada traktus urinarius bagian atas tidak menjadi faktor predisposisi
penyakit tetapi vesikolitiasis dapat memberikan suatu kondisi tidak nyaman dan
gejala spesifik. Pada umumnya komposisi batu terdiri dari batu infeksi (struvit),
ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Beberapa faktor risiko terjadinya
Vesikolitiasis sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala
obstruktif dan iritatif saat berkemih. Oleh sebab itu tidak jarang penderita datang
2
dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti
tiba-tiba.2,3
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
1. Identitas
Nama : Ny. MR
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Nyeri saat buang air kecil meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit
Nyeri saat buang air kecil meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri saat BAK tersebut sudah dirasakan sejak 2,5 tahun
lalu. Pasien mengaku nyerinya menjalar sampai ke perut dan kaki. Nyeri
terasa setelah BAK. Nyeri kadang disertai rasa panas di perut bawah.
Susah buang air kecil sudah dirasakan sejak 2,5 tahun yang lalu. Pasien
mengeluh BAK terasa tidak tuntas. Pasien sering mengejan saat BAK
dan sering mengubah posisi saat BAK. Pancaran urin menetes. Pasien
0
kencing berpasir (+) Riwayat kencing berdarah (-) warna urin kuning.
Riwayat penurunan berat badan (-), riwayat penurunan nafsu makan (-)
Riwayat penyakit DM (-), hipertensi (-), penyakit asam urat (-), ISK (-)
d. Riwayat pengobatan
f. Riwayat alergi
obat-obatan tertentu
Pasien seorang petani dengan konsumsi air minum kurang dari 2 liter
perhari.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Nadi : 84 x/menit
1
Nafas : 18 x/menit
VAS :7
Suhu : 36,70C
b. Status generalisata
Kepala : normocephal
Toraks :
Paru
Inspeksi : Statis : pergerakan dinding dada simetris
Dinamis : pergerakan dinding dada sama
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, Rh -/-. Wh -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial di LMCS RIC V
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung normal, irama teratur, murmur (-),
gallop (-)
2
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), DC (-), jaringan parut (+) di
periumbilikal
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, NT (+) area suprapubik, NL (-), hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
4. Status lokalis
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah
Hb : 12,6 g/dl
Leukosit : 11.310/mm3
3
SGPT : 15 mg/dl ( n : 6-42 mg/dl)
b. Kimia Urin
Kimia Urin
Protein : +2
Glukosa : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
PH : 6,0
Nitrit : (+)
Leukosit : (-)
• Sedimen
Eritrosit : 2/LPB
Leukosit : 4/LPB
Epitel : (+)
Kristal : (-)
Bakteri : (+)
Jamur : (-)
4
c. BNO
Ekspertise
d. USG Abdomen
5
Hasil expertise:
e. Diagnosa akhir
f. Tatalaksana
Medikamentosa
o IVFD RL 12 jam/kolf
o Injeksi fosmycin 2x1
o Injeksi patral 3x1
Operatif
o Litotripsi
6
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kalsifikasi seperti komponen kristal dan matriks organik didalam vesika urinaria.
Batu tersebut menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung
kemih, sehingga aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
laki pre pubertas. Komponen yang terbanyak penyusun batu buli-buli adalah
garam calsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi
kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih besar. Kadangkala juga
0
2.2 Anatomi dan Fisiologi
merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,bagian usus halus, serta
mempunyai basis (fundus), puncak (apeks) dan tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra). Dasar (fundus) dari kandung kemih terdapat
muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum vesikae dan terletak posteroinferior. Pada wanita berkaitan erat dengan
dinding vagina anterior, pada laki-laki berhubungan dengan rektum dan batas
bawah dibatasi oleh vesikel seminalis dan vas deferens di setiap sisi. Apex buli-
buli pada kedua jenis kelamin berhadapan langsung dengan simfisis pubis.
Permukaan superior pada laki-laki benar-benar tertutup oleh peritoneum dan pada
wanita permukaan superior sebagian besar tertutup oleh peritoneum, dan bagian
1
Gambar 3.2: Organ pelvis yang berkaitan dengan buli-buli (pada wanita dan pria).
inferior. Namun pada perempuan juga disuplai oleh a.vaginalis. 4,5 Sedangkan
persarafan pada vesika urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
2
Vesika urinaria berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
fase, yaitu fase penyimpanan dan fase pengosongan. Pada fase pengisian
(penyimpanan), akan timbul sensasi berkemih pertama kali yang biasanya timbul
pada saat volume vesika urinaria terisi antara 150-350 ml dari kapasitas normal
sekitar 300-600 ml. Pada keadaan ini, serabut aferen dari dinding vesika urinaria
Sinyal ini akan memberikan informasi kepada otak tentang volume urin dalam
aktivitas saraf simpatis yang berasal dari NILCLMS Th 10-L2 yang dibawa oleh N.
vesika urinaria disadari, dan pusat cortical (pada lobus frontalis) bekerja
3
Gambar 3.4: Persarafan pada reflex miksi.5
Pada saat vesika urinaria terisi penuh dan timbul keinginan untuk
yang berasal dari NILCLMS S2-4 dan di bawa oleh N. eregentes, menyebabkan
kontraksi otot m. detrusor vesikae. Selain itu terjadi inhibisi sistem simpatis yang
saraf somatik yg dibawa oleh N. pudendus dan tekanan intra vesikal melebihi
tekanan intraurethral.4,5
2.3 Epidemiologi
Pada studi oleh Curhan et al., menunjukkan insiden 300 per 100.000
populasi pria, dan 100 per 100.000 populasi wanita. Di negara yang sedang
berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu saluran
kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang
telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih
4
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita 3:1. Puncak kejadian
di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12%untuk pria
dan 7% untuk wanita.8 Jenis batu yang paling sering ditemukan adalah kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, struvit (magnesium ammonium fosfat), dan
sistin. Batu struvite berkaitan dengan infeksi saluran kemih oleh Proteus dan
Klebsiella. Batu asam urat berkaitan dengan hiperurikosuria pada pasien gout,
dehidrasi dan tingginya intak purin. Batu sistin berkaitan dengan gangguan
metabolism asam amino pada usus dan tubulus renalis proksimal. Pada pasien
yang menjalani terapi Indavir pada pasien HIV dapat ditemukan adanya batu
indavir.6,8
atau terdapat benda asing di vesika urinari yang aktivitasnya sebagai inti batu.
iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas jahitan, balon
folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi balon kateter,
benda yang terkandung pada buli-buli. Selain itu batu vesika dapat berasal dari
batu ginjal atau batu ureter yang turun ke vesika yang banyak dijumpai pada anak-
anak yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau diare.
Infeksi pada saluran kemih akan mempercepat timbulnya batu. Inflamasi pada
vesika disebabkan karena hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi.
5
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadi pembentukan
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan kalsium dan struvite.1,6,8
Faktor intrinsik
1. Herediter (keturunan)
umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko
dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin
karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama
(misalnya, diet).7
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk pria,
insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk
wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.6
Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
6
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
4. Diet
batu saluran kemih. Obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan
5. Pekerjaan
Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang
1) obstruksi infravesika
2) neurogenic bladder
7
Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa
daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemic
yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.
atau kalsium fosfat (75%), asam urat (7%), magnesium ammonium fosfat (15%,),
sistein (2%), xanthin, silikat dan senyawa lainnya (1%). Data mengenai
kandungan atau komposisi batu sangat penting untuk pencegahan timbulnya batu
yang residif.8
sekitar 70- 80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya
paratiroid.
mengalami kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat,
8
Hiperurikosuri merupakan kadar asam urat di dalam urin
oksalat. Sumber asam urat dalam urin berasal dari makanan yang
endogen.
b. Batu struvit, disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi yang
sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea yang menghasilkan
9
c. Batu asam urat, merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu. 75- 80%
adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan campuran dengan asam
oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien dengan gout, penyakit
alkohol, diet tinggi protein. Adapun faktor predisposisi terjadinya batu asam urat
adalah urin yang terlalu asam, dehidrasi atau konsumsi air minum yang kurang
d. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, batu silikat dan batu
yang mengandung silikat berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat
2.5 Patofisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri (batu primer)
atau berasal dari ginjal, traktus urinarius bagian atas (batu sekunder). Pada
umumnya batu vesika terbentuk dalam vesika urinari, tetapi pada beberapa kasus
batu terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli, kemudian terjadi penambahan
deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu vesika yang turun dari ginjal
pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter dan dapat
10
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau vesika. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran
kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu
11
jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama,
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk
dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa. Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi
batu merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak
berlokasi di vesika. Batu yang terdiri dari kalsium oksalat biasanya berasal dari
ginjal. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras. Batu pada vesika
umumnya mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding vesika yaitu batu
yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.6,8
2.7 Diagnosis
Pasien dengan batu vesika kadang asimptomatik, tetapi gejala khas batu buli
adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti dan menetes dengan disertai rasa sakit
kemudian urine dapat keluar lagi pada perubahan posisi; perasaan tidak enak
sewaktu berkemih; gross hematuri terminal. Rasa sakit diperberat saat sedang
beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki
leher vesika. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-
narik penis atau menggosok-gosok vulva, miksi mengedan sering diikuti defekasi
atau prolapsus ani. Jika terjadi infeksi ditemukan tanda cyistitis, kadang-kadang
penuh pada inspeksi, adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba
12
adanya urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba
secara bimanual.2,3
b. Pemeriksaan Penunjang
BNO
Gambar 3.5. : (A) Foto polos abdomen menunjukan adanya batu vesika.
(B) Batu vesika setelah diangkat.
IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak
indentasi prostat.6,8
13
Gambar 3.6: Intravenous
Pyelograph post voiding menunjukkan adanya batu vesika
USG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin. Pemeriksaan ini sering
14
gambaran jenis batu dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu buli
leukosit esterase, dan darah. Batu vesika sering menyebabkan disuria dan nyeri
hebat oleh karena itu banyak pasien yang sering mengurangi konsumsi air
darah merah dan leukosit, dan adanya kristal yang menyusun batu vesika.
Pemeriksaan kultur juga berguna untuk memberikan antibiotik yang rasioal jika
2.8 Tatalaksana
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat
Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila
kadar ammonium urin. Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai
batu asam urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam
yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin
15
menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas
natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut.
Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis
perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan
menggunakan sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada
permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan
alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi
dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung.
Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis
perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh
dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang
kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus
16
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan
cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau
sistolitotomi.
laser.
dengan tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh
beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih
yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah batu
yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini
17
adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
2.10 Pencegahan
18
BAB 4
DISKUSI
Seorang perempuan usia 62 tahun dengan keluhan nyeri saat buang air kecil yang
meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut sudah dirasakan
sejak 2 tahun lalu. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, terutama saat
pasien kencing. Rasa nyeri muncul di akhir kencing Pada anamnesis didapatkan
bahwa pasien juga mengeluh sulit kencing sejak 2 tahun terakhir. Pasien harus
mengubah posisi berkemih agar air kencingnya bisa keluar.. Pasien mengatakan
dirinya sering kencing bahkan sering terbangun pada malam hari sewaktu tidur .
Kencing mengejan, dan ada riwayat pemasangan kateter. Riwayat penurunan berat
badan, demam lama, nafsu makan menurun, dan nyeri pinggang disangkal . Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada saat dipalpasi di area suprapubik.
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis yang dapat ditemukan pada batu buli
antara lain aliran kencing yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti
dan menetes disertai dengan nyeri karena adanya batu dapat menghalangi aliran
kemih akibat penutupan leher kandung kemih. Bila pada saat sakit tersebut
penderita berubah posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu
yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, selain nyeri,
sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik, atau nyeri alih pada
ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai, kaki. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan nyeri tekan suprapubik, buli yang terasa penuh dan distesi pada
saat dipalpasi. Pada pasien dengan riwayat neurogenic bladder dapat ditemukan
defisit neurologis.2,13
Nyeri pada saat miksi dan terutama disebabkan karena inflamasi pada buli-
buli atau uretra disebut dengan disuria. Seringkali nyeri ini dirasakan paling sakit
di meatus uretra eksternus. Disuria yang terjadi pada awal miksi biasanya berasal
dari kelainan pada uretra, dan jika terjadi pada akhir miksi adalah kelainan pada
buli-buli.
dengan volume kurang lebih 300 m setiap miksi. Frekuensi atau polakisuria
adalah frekuensi berkemih yang lebih dari 8 kali perhari, keadaan ini merupakan
keluhan yang paling sering dialami oleh pasien urologi. Frekuensi berkemih yang
dikeluhkan pasien bahkan bisa sangat sering, yakni kurang dari 2 jam sekali; dan
hal ini sangat mengganggu pasien. Polakisuria dapat disebabkan oleh produksi
urin yang berlebihan (poliuria) atau karena kapasitas buli-buli yang menurun.
Pada penyakit diabetes melitus, diabetes insipidus, atau asupan cairan yang
Berkemih lebih dari 1 kali pada malam hari di antara episode tidur disebut
dengan Nokturia. Pasien akan merasa tidak nyaman jika dalam semalam harus
bangun untuk miksi lebih dari sekali. Seperti pada polakisuria, pada nokturia
buli-buli yang menurun. Produksi urin meningkat pada orang yang mengonsumsi
banyak air sebelum tidur apalagi mengandung alkohol dan kopi, pada pasien gagal
jantung kongestif dan edem perifer karena berada pada posisi supinasi.2
20
Dari pemeriksaan foto abdomen, tidak ditemukan adanya urolitiasis
terhadap pasien batu buli adalah foto polos ginjal, ureter, dan vesica urinaria, yang
dapat menggambarkan batu radiopak. Batu asam urat murni dan ammonium urat
bersifat radiolusen tetapi dapat dilapisi oleh lapisan sedimen kalsium yang bersifat
radiopak.
sedimen urin didapatkan adanya eritrosit, leukosit, sel epitel dan bakteri.
dysuria ec suspek batu buli. Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien yaitu
BNO, USG, Laboratorium darah dan urinalisa sehingga dapat ditegakan diagnosis
obstruksi dan dari pemeriksaan pencitraan ditemukan batu pada vesica urinaria
yang berukuran 4 cm, dan juga ditemukan tanda-tanda infeksi dari pemeriksaan
urinalisa.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Blasler, Joseph. Baldder Stones. [online]. 2012. [citied Maret 2018]. Diakses
dari : http://emedicine.medscape.com/article/2028899-overview
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi : 3. Malang : Sagung Seto,
2011. 85-99.
3. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :3. Jakarta :
EGC. 2008. 872-879.
4. Saladin. Anatomy Physiology the Unity of Form and Function. Philladelpia:
McGrawhill. 2003. 879-908.
5. Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illnes. Churcill
Livingstone. London 2002. 339-358.
6. Schwartz BF. Stone of the Urethra, Prostate, Seminal Vesicle, Bladder, and
Encrusted Foreign Bodies dalam Stoller, ML : Urinary Stone Disease The
Practical Guide to Medical and Surgical Management. New Jersey: Humana
Press 2007.
7. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :
Informa healthcare, 2009. 1-6
8. Stoller ML. Urinary Stone Disease dalam Tanagho EA: Smith’s General
Urology edisi 17. New York: McGraw-Hill Companies 2008.
9. Yang JM, Yang SH, Huang WC. Imaging Study in Female Voiding
Dysfunction (III): Giant Bladder Stone Caused Voiding Difficultiesincont
Pelvic Floor Dysfunct 2010; 4(1):26-27.
22