Anda di halaman 1dari 18

DASAR-DASAR ALKITAB PERJANJIAN BARU (PB) MENGENAI

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Paper Presentasi Kelompok 2

Nama Anggota : Lusia Rahajeng (2003190058)


Windy Daud (2003190059)
Mata Kuliah : Kolloquium Didaktikum Biblikum
Dosen Pengampu : Dr. Jusen Boangmanalu, M.Th.

PROGRAM STUDI
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan
sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Jika kita berbicara
mengenai Pendidikan Agama Kristen sudah pasti akan berkaitan dengan dunia pendidikan. Oleh
karena itu terlebih dahulu kita harus mengetahui arti dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan
suatu sistematis dari proses belajar-mengajar yang di dalamnya terdapat interaksi di dalam komunitas.
Jadi di dalamnya terdapat sesuatu yang berarti, yaitu belajar yang merupakan suatu kegiatan
penambahan pengetahuan dan proses perubahan tingkah laku. Belajar haruslah suatu proses dari tidak
tahu menjadi tahu dan dari yang kurang jelas menjadi jelas sehingga belajar berarti menambah
wawasan pengetahuan.1

Menurut John Dewey2, pendidikan adalah upaya menolong manusia agar dapat berefleksi terhadap
masalah yang timbul dalam masyarakat dan upaya memperlengkapi mereka agar menghasilkan
perubahan yang nyata dalam kehidupan mereka. Jika dalam proses pendidikan tidak ada pengaruh
yang positif terhadap alam dan masyarakat, maka janganlah disebut pendidikan, karena pendidikan
harus memberikan pengaruh perubahan dan pertumbuhan. Dengan melihat definisi tersebut, sebagian
orang mengatakan bahwa pendidikan adalah pengajaran karena pendidikan pada umumnya
membutuhkan pengajaran dan setiap orang berkewajiban untuk mendidik. Secara sempit mengajar
adalah kegiatan secara formal menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik menguasai
materi ajar. Pendidikan pada umumnya diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan untuk mendidik. Untuk itulah Pendidikan Agama Kristen berkenaan
dengan hal ini merupakan salah satu diantaranya yang khas serta usahanya disesuaikan dengan ajaran
agama Kristen.

Menyetujui pendapat dari Hardi Budiyana, bahwa setiap gerak pelayanan Kristen haruslah bersumber
dari Alkitab yang memiliki otoritas mengatur seluruh totalitas kehidupan Kristiani. Khususnya dalam
praktik pendidikan Kristen dapat dilihat berdasarkan Kitab Perjanjian Baru, karena pendidikan
Kristen dimulai dari Kristus sebagai pusat Pendidikan Kristen.3 Kitab Perjanjian Baru memberikan
landasan teologis yang kuat dalam pendidikan Kristen dimana hal tersebut masih relevan untuk
diterapkan dalam pendidikan Kristen masa kini. Penelitian tentang topik ini telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya Imanuel Agung yang menyatakan bahwa landasan teologis
dari pendidikan Kristen nyata dalam Amanat Agung Kristus.4

Dalam perspektif Perjanjian Baru, pendidikan Kristen bersifat Kristusentris dimana Kristus merupakan
pusat dari pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen merupakan tindakan penghargaan untuk
menemukan proses pengurapan yang ilahi dimana setiap individu bertumbuh menjadi serupa dengan
Kristus.5 Tindakan dan perkataan Yesus yang tercatat dalam Injil menjadi landasan teologis dari
Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru.6 Terdapat fakta dalam Kitab Perjanjian Baru yang dapat
menjadi landasan teologis pendidikan Kristen baik di masa pelayanan Tuhan Yesus di bumi, masa
1
Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafindo Telindo Press, 2014), hal. 2.
2
John Dewey, Democracy and Education, (Nerv York: Macmillan, 1964), hal. 128. Dikutip oleh Boehlke,2005, hal. 622.
3
Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Surakarta: STT Berita Hidup, 2017), hal 5.
4
Ibid, hal 6.
5
Anthony, “Introducing Christian Education Fondasi Pendidikan Abad 21”.
6
Hari Budiyana, “Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung
Nilai Kekal,” Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, no. 1 (2018).

Page | 1
pelayanan rasul Paulus maupun dalam praktik pelayanan gereja mula-mula seperti terdokumentasi
dalam Kitab Kisah Rasul.7

Herman H. Horne menulis bahwa kehidupan dan ajaran Yesus haruslah menjadi dasar filsafat guru
Kristen.8 Kitab Perjanjian Baru menampilkan Tuhan Yesus sebagai sosok guru yang datang dari Allah
(Yoh. 3:2), yang dapat dijadikan teladan model mengajar yang efektif dan efisien.9 Berdasarkan
dokumentasi Injil Lukas dan Matius, Tuhan Yesus lahir pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (di
antara tahun 27 SM hingga 14 M; Luk. 2:1) yang menurut perhitungan para ahli Perjanjian Baru
disimpulkan bahwa kelahiran Yesus terjadi pada tahun 5 atau 4 SM.10 Pendidikan pada masa Tuhan
Yesus sudah menjadi lifestyle dari masyarakat karena pengaruh kebudayaan Yunani yang berkembang
pada masa Perjanjian Baru. Kebudayaan Yunani berkembang malalui bahasa dan pendidikan, sehingga
pendidikan sudah membudaya di mana para guru datang ke rumah dan memberikan pelajaran bagi
anggota keluarga, terutama anak-anak.11

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada judul paper kelompok penyaji dalam presentasi kelompok akan memaparkan
mengenai:
1. Apa makna mengajar dalam Perjanjian Baru?
2. Bagaimana belajar mengajar dari kehidupan Yesus dan Paulus?
3. Bagaimana metode mengajar Yesus?
4. Bagaimana pengajaran melalui amanat agung dalam Matius 28?
5. Apa problematika Pendidikan Agama Kristen dalam Perjanjian Baru?
6. Bagaimana relevansinya dalam kehidupan masa kini?

C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari presentasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami makna mengajar dalam Perjanjian Baru.
2. Untuk memahami pola pengajaran yang Yesus dan Paulus lakukan.
3. Untuk memahami metode pengajaran yang dilakukan oleh Yesus pada zamanNya.
4. Untuk memahami makna pengajaran melalui amanat agung dalam Matius 28.
5. Untuk mengetahui problematika Pendidikan Agama Kristen dalam Perjanjian Baru.
6. Untuk memahami relevansinya dalam kehidupan masa kini.

D. MANFAAT
Presentasi ini diharapkan dapat berguna:
1. Bagi Akademisi
Bagi Akademisi untuk rujukan dalam penelitian lebih lanjut serta berguna sebagai penambah
wawasan dan pengetahuan yang baru.
2. Bagi para Pendidik Pendidikan Agama Kristen
Bagi para Pendidik PAK sebagai acuan menentukan metode dan strategi belajar PAK. Guru
PAK bisa meneladani pola pengajaran dan metode yang diajarkan oleh Yesus dalam konteks
Perjanjian Baru.

7
Paulus Purwoto, “Landasan Teologis Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru dan Relevansinya bagi Pendidikan Kristen Masa
Kini”, (didaktika: Jurnal Pendidikan Agama Kristen) Vol 3, no. 1 (2020) hal.37
8
Herman H. Horne, “Teaching Techniques of Jesus”, (Oklahoma City: Publisher Name Includes, 2014), 107.
9
Yesi Tamara et al., “Profesionalitas Yesus Sang Guru Agung Dalam Penggunaan Media Pembelajaran,” Didaché: Journal of
Christian Education 1, no. 1 (2020): 65–76.
10
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, Dan Pokok-Pokok Teologisnya, Cetakan-1. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019), 45.
11
Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, Dan Pokok-Pokok Teologisnya.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

1. MAKNA MENGAJAR DALAM PERJANJIAN BARU


Berdasarkan pada pendapat kelompok, guru Pendidikan Agama Kristen adalah seseorang yang
profesinya mengajar untuk mendewasakan peserta didik melalui pendidikan yang berisi ajaran
kekristenan dengan menekankan ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang tentu saja
berlandaskan iman Kristen. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tertinggi yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengerti dan memahami keberadaannya, yang dinilai sebagai tingkat kerohanian
seseorang dalam hubungannya dengan Tuhannya. Pembentukan kecerdasan spiritual anak didik adalah
suatu proses untuk membentuk kehidupan rohani anak didik sehingga ia memiliki kecakapan untuk
merealisasikan kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagai seorang guru
pendidikan Agama Kristen mempunyai peran yang sangat penting dalam mengerti kepribadian anak
didiknya. Dalam hal ini seorang guru Pendidikan Agama Kristen juga dikatakan telah melaksanakan
Amanat Agung, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Alkitab (Matius 28:20), “dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahui lah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Apabila kita hendak menyelidiki soal pendidikan agama Kristen dalam hubungan Perjanjian Baru,
tentu saja pertama-tama dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus
sendiri. Di samping jabatan-Nya sebagai Penebus dan Pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi seorang
Guru Agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh banyak orang
Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia "Rabbi". Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang
menyatakan betapa disegani dan dikagumi oleh-orang sebangsanya sebagai seorang pengajar yang
mahir dalam segala soal ilmu ketuhanan. Sebab Ia mengajar mereka "sebagai orang yang berkuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka" (Mat 7:29).

Dalam perspektif Perjanjian Baru, pendidikan Kristen bersifat Kristosentris dimana Kristus merupakan
pusat dari pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen merupakan tindakan penghargaan untuk
menemukan proses pengurapan yang ilahi dimana setiap individu bertumbuh menjadi serupa dengan
Kristus.12 Tindakan dan perkataan Yesus yang tercatat dalam Injil menjadi landasan teologis dari
Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru. Terdapat fakta dalam Kitab Perjanjian Baru yang dapat
menjadi landasan teologis pendidikan Kristen baik di masa pelayanan Tuhan Yesus di bumi, masa
pelayanan rasul Paulus maupun dalam praktik pelayanan gereja mula-mula seperti terdokumentasi
dalam Kitab Kisah Rasul.

Dalam fondasi Alkitabiah disebutkan bahwa kitab suci adalah sumber esensial untuk bisa mengerti
keunikan Kristen dalam pendidikan. Oleh karena itu, dalam seluruh praktik pendidikan, para pendidik
Kristen harus dipimpin oleh kebenaran pernyataan Allah. Ada banyak model yang ditawarkan. Tugas
pendidik Kristen adalah memeriksa model tersebut dan meneliti kesesuaiannya serta memperoleh
jawaban tentang kesesuaian model tersebut dengan fondasi Alkitabiah. Model yang sesuai dengan
fondasi Alkitabiah adalah model yang mengkaji pendidikan pada masa lampau, masa kini dan masa
depan.13

12
Anthony, Michael J. “Introducing Christian Education Fondasi Pendidikan Abad 21”(Malang: Penerbit Gandum Mas) 2017, hal 267.
13
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen: Sebuah Pengantar Dalam Perspektif Injil”, (Bandung:STT Bandung,2012), hal.
14-15.

Page | 3
Menurut Robert W. Pazmino, fondasi pendidikan Kristen dapat dilihat dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Disini kelompok akan secara khusus untuk membahas fondasi Pendidikan dalam
Perjanjian Baru, yakni:
a. Injil Matius
Injil Matius berisikan tentang ajaran-ajaran Yesus yang berbicara tentang arti menjadi umat
Allah.14 Pazmino juga menjelaskan bahwa dalam Injil Matius ini berisi tentang membagikan
visi, misi, dan memori. Tujuan pelayanan yang dapat kita pahami dalam Injil Matius adalah
pemuridan, yakni memampukan orang lain untuk menjadi murid Yesus yang taat. 15 Secara
ringkas, pengajaran dalam Injil Matius dibagi menjadi tiga elemen, yaitu pertama membagikan
visi, kedua membagikan misi dan ketiga adalah membagikan memori. Visi menjadikan murid
Yesus yang taat ditindaklanjuti dengan misi pengajaran, penugasan dengan bekal memori
tentang sejarah dan ide-ide Kerajaan Allah akan menjadi elemen penting dalam pemuridan.16

Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Kristen yang terstruktur dengan
baik sudah dimulai sejak zaman kehidupan Tuhan Yesus. Adanya visi, misi dan memori yang
dibagikan merupakan arahan untuk melakukan pendidikan yang seutuhnya. Oleh karenanya,
pada masa sekarang pendidikan harus lebih baik dari masa lalu, karena masa sekarang
merupakan masa pengembangan dari pengajaran Tuhan Yesus dan mempersiapkan masa yang
akan datang.

b. Injil Lukas
Selain dalam Injil Matius yang menyatakan tentang panduan untuk pengajaran gereja yang
bertumbuh, dalam Injil Lukas terdapat komponen- komponen kunci pengajaran. Pazmino
memberikan penjelasan bahwa komponen-komponen tersebut terdapat dalam Injil Lukas 24 :
13-35, yang merupakan metode yang dipakai Tuhan Yesus dalam pengajarannya. Metode-
metode tersebut adalah:
● Diskusi (Luk. 24: 14) - Diskusi ini terjadi antara Yesus dengan dua orang murid yang
sedang dalam perjalanan ke Emaus.
● Pertanyaan terbuka (Luk. 24: 17) - Elemen ini menunjukkan sebuah pertanyaan terbuka,
dimana Yesus bertanya dan muridnya mendapat kesempatan untuk menjawab secara
bebas tentang yang sedang mereka percakapkan.
● Koreksi dan klarifikasi (Luk. 24: 25-27) - Dalam bagian ini, Tuhan Yesus mengoreksi
dan mengklarifikasi, yakni menjelaskan bahwa Mesias memang harus mengalami
penderitaan dan masuk ke dalam kemuliaan.
● Keteladanan (Luk. 24: 30-31) - Ada keteladanan yang tidak harus diucapkan oleh
Yesus. Dia mengambil roti, mengucap berkat dan memecah serta membagikan kepada
yang ada di situ. Tindakan tersebut membuka mata mereka dan memperdalam
pengenalan mereka pada Yesus.
● Respons (Luk. 24:17-19; 33-35) Dalam teks ini diceriterakan bagaimana Yesus
bertanya dan muridnya langsung menjawab. Dalam teks yang lain diceritakan tentang

14
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 35.
15
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 39-40.
16
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 40-42.

Page | 4
respons kedua orang yang bertemu Yesus di jalan. Mereka tidak hanya diam saja, tetapi
mereka menceritakan yang dialami.17
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Yesus tidak mengatakan apa yang harus murid-
murid lakukan, namun Yesus memberikan contoh konkrit. Itulah yang harus dilakukan oleh
seorang pendidik Kristen. Dalam hal ini seorang pendidik tidak hanya mampu memberikan
materi, tetapi harus bisa menjadi teladan bagi anak didiknya. Melalui keteladanan itulah
pendidikan Kristen menjadi lebih efisien dan cepat sampai pada sasarannya.
c. Kitab Kolose dan Filipi (Hikmat Dalam Kristus).
Pazmino menjelaskan bahwa dalam surat Paulus kepada jemaat di Kolose ditemukan beberapa
hal penting sehubungan dengan pendidikan Kristen, diantaranya adalah pusat pendidikan
Kristen adalah Kristus. Dalam salah satu bagian suratnya Paulus menjelaskan tentang tujuan
dalam melayani sesama orang percaya yaitu supaya hati mereka terhibur dan bersatu dalam
kasih sehingga memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian dan mengenal rahasia
Allah, yaitu Kristus. Pernyataan tersebut terdapat dalam Kolose 2:2-3.18

Disini juga bisa kita lihat bahwa Paulus mengajarkan tentang cara mengasihi jemaat dengan
mendoakan dan mengucap syukur. Ajaran ini dapat ditemukan dalam Kolose 1:3. Tiap kali
Paulus berdoa, ia mengucap syukur dan tiap kali dia mengucap syukur, dia berdoa. Dalam
doanya, Paulus menyampaikan segala kesulitan dan keperluan jemaat kepada Allah, karena
dalam segala hal, doa syafaat adalah penolong yang paling baik. Jika dipahami secara sungguh-
sungguh, dapat dimengerti bahwa Paulus memberikan contoh yang baik kepada pendidik di
masanya, maupun kepada pendidik masa kini.

Paulus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap jemaat di Kolose. Meskipun Paulus di
penjara, namun dia tidak pernah berhenti memikirkan Jemaatnya. Hal ini dapat ditiru oleh
pendidik Kristen dalam memperlakukan peserta didiknya. Tanggung jawab pendidikan bukan
hanya pada saat mereka bertemu muka, namun terus melekat dalam kehidupannya dan
memiliki beban moral dan spiritual yang berdampak pada peserta didiknya dengan cara
sederhana yakni selalu mendoakan.

Sementara itu, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus memberikan pelajaran tentang
banyak hal penting dalam kehidupan Kristen, terdapat dalam Filipi 4:8-9. Ajaran itu adalah
tentang hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap di dengar, kebajikan dan hal yang patut
dipuji yang harus terus dipikirkan. Bukan hanya dipikirkan, tetapi juga dipraktikkan dalam
kehidupan. Paulus sendiri hadir sebagai teladan yang dapat dilihat oleh jemaat di Filipi.19

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa keteladanan merupakan unsur yang sangat
penting dalam pendidikan. Contoh yang diberikan Paulus tentang mengajarkan pengetahuan,
sikap dan mempraktekkannya dalam kehidupan serta dapat disaksikan oleh Jemaatnya
merupakan inspirasi yang sangat baik bagi para pendidik Kristen. Pendidik Kristen harus
memahami bahwa tugas keteladanan merupakan pengajaran yang paling efektif.

17
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 44-46.
18
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 50.
19
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 51.

Page | 5
d. Surat Ibrani.
Pazmino memberikan penjelasan bahwa dalam bagian kecil yang terdapat dalam Ibrani 5:11;
6:3 dijelaskan tentang kesiapan peserta didik yang dalam hal ini diberi nama pendengar. Dalam
hal kesiapan peserta didik, kitab Ibrani ini memberikan gambaran bahwa masih ada orang-
orang yang membutuhkan susu, orang-orang yang belum dapat menerima makanan padat yang
seharusnya diterima orang dewasa. Oleh karena itu, para pendidik Kristen dipanggil untuk
membedakan materi pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik spiritual, sosial,
kultural, ekonomi dan politik dari para pendengarnya supaya mereka dapat menyampaikan
pesan yang dapat sesuai dengan tingkat pengertian dan kesiapan pendengarnya.20

Peter Wongso memberikan penafsiran terhadap surat Ibrani, sebagai suatu tingkat kepandaian
seorang murid dalam menerima pengajaran, ada yang tinggi dan ada juga yang rendah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru yang bijaksana akan selalu mengulangi
penjelasannya kepada murid yang kurang pandai melalui perumpamaan yang lebih sederhana
atau dangkal menuju ke arah yang lebih mendalam. Istilah lamban dalam mendengarkan yang
terdapat dalam Ibrani 5: 11 diartikan malas mendengarkan atau tidak tertarik untuk memikirkan
dan mengertinya, minum susu diartikan sebagai kenaifan, kebodohan, kesederhanaan hidup
secara rohani. Selain itu, firman Allah juga sering diartikan sebagai susu yang merupakan gizi
bagi kelangsungan hidup manusia. Sedangkan makanan keras diartikan sebagai makanan yang
keras dan padat yang dibutuhkan orang dewasa setiap hari.21

Dari kedua paparan di atas, dapat dipahami bahwa pengajaran Kristen, harus
mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini pembedaan dilakukan dari sisi
usia perkembangan peserta didik. Ada orang yang usianya sudah dewasa, namun
kedewasaannya masih rendah atau masih seperti anak- anak. Ada juga kelompok orang yang
sengaja tidak mau mengerti atau malas. Oleh karena itu, pendidik harus mampu menyuguhkan
materi pembelajaran bagi peserta didik sesuai dengan karakternya. Untuk melakukan tugas
tersebut dibutuhkan kemauan dan kemampuan yang memadai.
Andar Ismail dalam Didaktik Pendidikan Agama Kristen22 menjelaskan Didaktik adalah ilmu
mengajar, tetapi bukan asal mengajar. Didaktik adalah ilmu mengajar yang membuat orang jadi
belajar. Didaktik adalah ilmu tentang proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Didaktik
adalah ilmu tentang masalah mengajar dan belajar secara ampuh dan berdaya guna. Didaktik tidak
sama dengan pedagogi. Pedagogi adalah ilmu tentang mendidik dan cakupannya jauh lebih luas.
Didaktik adalah bagian kecil dari rumpun ilmu pedagogi. Mengajar hanyalah salah satu aspek dari
mendidik, dan mengajar adalah unsur utama dalam mendidik.23 Didaktik tidak sama dengan metodik.
Metodik mempelajari kepelbagaian metode mengajar. Padahal didaktik mempelajari prinsip-prinsip
mengajar dan belajar terlepas dari apa metodenya. Didaktik tidak membicarakan metode.
Kata Didaktik berasal dari kata Yunani didaskein. Septuaginta (Perjanjian Lama dalam Bahasa
Yunani) dan Perjanjian Baru Bahasa Yunani memakai beberapa kata yang berbeda untuk menjelaskan
kata mengajar, masing-masing dengan aksentuasi yang berbeda. Misalnya:

20
Robert W.Pazmino,”Fondasi Pendidikan Kristen, hal 54.
21
Peter Wongso, “Ekspedisi Doktrin Alkitab Surat Ibrani” (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara), 1997, hal. 308.
22
Andar Ismail, “Ajarlah Mereka Melakukan”: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen”(Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 2009, hal. 79.
23
Ibid, hal. 80

Page | 6
1. ginoskein adalah mengajar/belajar untuk mengetahui,
2. manthanein adalah mengajar/ belajar untuk melakukan.
3. didaskein adalah mengajar/ belajar untuk bertindak secara jitu.24
Dari akar kata yang sama Perjanjian Baru menggunakan banyak perkataan seperti: didaktos (pelajar);
didaskalos (pengajar); didaskalia atau didache (pengajaran); didaktikos (cakap mengajar).

Menurut Theological Dictionary of the New Testament (TDNT) “didaskalia” memiliki jenis kata : n f
(noun feminime). Makna dari Didaskalia yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan LAI
menerjemahkannya dengan ajaran, pelajaran, pengajaran. Kata 'didakhê' yang juga diterjemahkan
dengan doctrine dalam bahasa Inggris. Keduanya berasal dari kata kerja yang sama yakni didaskô,
yang berarti mengajar dengan memberi perintah, bertindak sebagai guru terhadap murid dan
menjelaskan sesuatu seperti dalam 1 Tim 1:10 dan Tit 1: 3.25

Contoh penggunakan kata didaskalia26 tertulis ada di dalam ayat-ayat berikut:

Mark 7:7 In vain do they worship me, teaching as doctrines (didaskalias | διδασκαλίας |
acc pl fem) the precepts of men.’
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia.

Romans 12:7 if your gift is service, use it to serve; if you are a teacher, then teach (didaskalia
| διδασκαλίᾳ | dat sg fem);
Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk
mengajar, baiklah kita mengajar;

Romans 15:4 For whatever was written at an earlier time was written for our instruction
(didaskalian | διδασκαλίαν | acc sg fem), that through endurance and the
encouragement of the scriptures we might have hope.
Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi
pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh
ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.

Ephesians 4:14 so that we may no longer be children, tossed to and fro and blown about by
every wind of doctrine (didaskalias | διδασκαλίας | gen sg fem), by human
cunning, by craftiness in deceitful scheming;
Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-
rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan
mereka yang menyesatkan,

24
Andar Ismail, “Ajarlah Mereka Melakukan”, hal, 80.
25
Lihat E. Reisch, “Didaskalia” dalam Gerhard Kittel, Geoffrey William Bromiley, Gerhard Friedrich, Theological Dictionary of the
New Testament: (Grand Rapids: Eerdmans, 1976), 148.
26
Sumber internet https://www.billmounce.com/greek-dictionary/didaskalia diakses pada 28 Maret 2021 pkul 12:44 WIB

Page | 7
Colossians 2:22 These are all destined to perish with use, based as they are on human
commands and teachings (didaskalias | διδασκαλίας | acc pl fem) human.
Semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya
menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.

I Timothy 1:10 fornicators, men who practice homosexuality, kidnappers, liars, perjurers, and
everything else that is contrary to healthy teaching (didaskalia | διδασκαλίᾳ |
dat sg fem),
bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang
makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan
ajaran sehat.

1 Timothy 4:1 Now the Spirit clearly says that in the last times some of the faith will
apostatize by being devoted to deceitful spirits and teachings (didaskaliais |
διδασκαλίας | dat pl fem) of demons,
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada
orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-
setan.

2. BELAJAR MENGAJAR DARI KEHIDUPAN KRISTUS


Yesus sebagai sebagai manusia adalah seorang Yahudi dan tetap tinggal sebagai orang Yahudi sampai
akhir hidupnya di bumi. Dilahirkan dari keluarga tukang kayu. Tergolong kelas menengah tetapi ada
implikasi bahwa kehidupan keluarga Yesus tidak terlalu berkecukupan. Yesus telah menjadi manusia
di dalam konteks budaya Yahudi, dan dibesarkan dalam lingkungan budaya itu.menjadi seorang yang
menarik perhatian bagi masyarakat. Ia selalu dibuntuti, diperiksa, diselidiki dan ditanyai baik oleh
kawan maupun lawan. Bagi Frank Boyd sosok Yesus selalu mendapat pengawasan dari masyarakat,
“Ia selalu diawasi oleh masyarakat. Ia tidak mempunyai rumah ataupun hidup kekeluargaan, sehingga
tidak ada tempat untuk menjauhkan diri dari pandangan masyarakat.27

Yesus sangat dikenal luas oleh orang-orang sejaman-Nya sampai-sampai tidak mempunyai tempat
untuk mengasingkan diri. Namun demikian, penulis Matius menyaksikan bahwa ketika Yesus
mengajar orang-orang Yahudi Dia mendapat penilaian yang istimewa, “sebab Ia mengajar mereka
sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli- ahli Taurat mereka” (Matius 7:29). Sejalan dengan
pernyataan ini Roy Eckardt berpendapat bahwa, “Yesus adalah seorang Yahudi yang baik, seorang
Yahudi yang memiliki kekhasan sendiri, Ia dengan kegairahan dan perasaan yang kuat melibatkan diri-
Nya di dalam kebudayaan zaman-Nya.28 Yesus adalah seorang yang berpolitik dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan pada tradisi Yahudi. Keterlibatan-Nya yang mendalam di dalam kehidupan
sosial-politik kebanyakan membedakan-Nya dari banyak tokoh kharismatis Yahudi lainnya. Marcus
Borg berpendapat bahwa di dalam lingkungan-Nya Yesus telah menjadi tokoh Nasional yang
mengemban suatu misi untuk umat-Nya sendiri di tengah-tengah suatu krisis kebudayaan, yang

27
Frank M. Boyd, Kristus: Kehidupan dan Pelayanan-Nya (Malang: Gandum Mas, 2001), hal. 36.
28
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hal. 44-45

Page | 8
memuncak di dalam suatu perjalanan akhir ke Yerusalem pusat yang sebetulnya dari kehidupan
kebudayaan mereka.29

Sehubungan dengan kemanusiaan Yesus dan kedatangan Yesus ke dunia ini, banyak pendapat yang
berkembang di tengah gereja bahwa kedatangan Yesus telah menghapuskan Hukum Taurat yang telah
berlaku selama ratusan bahkan ribuan tahun sebelum kedatangan-Nya. Tetapi Yesus sendiri
mengatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau
kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius
5:17). Bahkan muncul pendapat pula bahwa kedatangan Yesus hendak menggantikan budaya atau
adat istiadat yang telah berlaku di tengah masyarakat. Karena seringkali dianggap menentang adat
yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Israel.

Julius Wellhausen seperti dikutip oleh Anton Wessel mengatakan, “Yesus bukan orang Kristen, tetapi
orang Yahudi.”30 Ungkapan ini menyatakan seringnya gereja atau orang Kristen menjadikan Yesus
sebagai milik diri mereka sendiri. Mereka seolah-olah mengerti dan mengetahui seluruh kepribadian-
Nya, sehingga tidak menyadari bahwa “keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yoh 4:22). Donald
Guthrie mengemukakan bahwa “Hukum Taurat menggambarkan seluruh landasan hidup keagamaan
Israel menurut Perjanjian Lama.”31 Taurat adalah perintah yang berlaku atas dasar kehendak Allah dan
upaya menyenangkan hati Allah. Penggunaan “hukum Taurat dan kitab para nabi” menunjukkan
bahwa Yesus sedang berbicara mengenai pengajaran-Nya berhubungan dengan tuntutan Allah di
dalam hukum Taurat Perjanjian Lama.

Douglas Moo mengakui ada kesinambungan yang kuat antara pengajaran Yesus dan hukum Taurat
menunjukkan dengan jelas bahwa penggenapan hukum Taurat oleh Yesus sendiri atas tindakan-Nya
menetapkan dan menjunjung tinggi hukum Taurat. Yesus memberikan kepada hukum itu artinya yang
sebenarnya dalam rangka menanggapi usaha-usaha orang Yahudi untuk mengelakkan artinya yang
lengkap.32 Dalam setiap kesempatan perdebatan, tidak jarang Yesus mengecam para pemimpin agama
dengan kata-kata yang keras. Adapun kata-kata keras yang digunakan Yesus antara lain:
1. Yesus menyebut mereka dengan kata bodoh (Matius.23:17);
2. Yesus menyebut mereka dengan orang-orang munafik (Mat 15:6; 23:29)
3. Yesus menyebut orang buta yang menuntun orang buta (Mat 15:14; Mat 23:16,24)
4. Yesus menyebut orang sesat (Mrk. 12:24)
5. Yesus menyebut keturunan ular beludak ( Matius 23:33)
6. Yesus menyebut orang-orang yang melanggar Firman Tuhan demi tradisi mereka (Mat.15:1-7).33

Yesus adalah seorang guru (Gunther Bornkamm, 1960). Bahkan Pheme Perkins (1990) menegaskan
bahwa Yesus adalah seorang guru yang karismatik.34 Ada enam bukti yang menunjukkan bahwa Yesus
adalah seorang guru. Ada enam bukti yang menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang guru. Adapun
enam bukti tersebut sebagai berikut:35
1. Sebutan yang paling banyak digunakan untuk Yesus dalam keempat injil adalah didaskalos, yaitu
Guru. Disamping itu 12 kali. Ia disebut Rabbi dan 2 kali Rabboni yang juga berarti guru.
2. Yesus sendiri menyebut diri-Nya guru (Mat. 23:8; Mark 14:14; Luk 22:11; Yoh 13:13-14).
29
Marcus J. Borg, Jesus, A New Vision (San Francisco: Harper and Row, 1997), hal 190.
30
Anton Wessels, Memandang Yesus: Gambar Yesus dalam Berbagai Budaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1990, hal. 19
31
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru II (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1995, hal. 341.
32
Douglas J. Moo, “Hukum Musa atau Hukum Kristus”, dalam ed. John S. Feinberg, Masih Relevankah Perjanjian Lama di Era
Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2003), hal 329.
33
Ibid, hal 330.
34
Daniel Stefanus, “Sejarah Perkembangan PAK: Tokoh-Tokoh Besar PAK” (Bandung: Bina Media Informasi), 2009, hal 7-9.
35
Ibid, hal 9.

Page | 9
3. Terlihat jelas dimana kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata kerja “mengajar”
daripada dengan kata kerja “memberitakan” atau “berkhotbah”. Kata kerja didasko (mengajar)
dalam berbagai bentuknya telah dipakai sebanyak 9 kali dalam Matius, 15 kali dalam Markus dan
Lukas, 8 kali dalam Yohanes.
4. Yesus sangat mementingkan pekerjaan mengajar. Misalnya, dalam Markus 9 (Yesus dimuliakan
diatas gunung) dicatat bahwa Yesus tidak mau ditemui atau diganggu orang karena Ia sedang
mengajar.
5. Yesus tidak hanya disebut Rabbi (Guru) oleh para murid-Nya, tetapi juga disebut Rabbi (Guru)
oleh para musuh-Nya (Markus 12:13-14). Yesus disapa sebagai seorang Rabbi (Guru) oleh karena
Ia pernah didik dalam sekolah yang mempersiapkan bakal Rabbi (Guru).
6. Dirumah Ibadat Nazareth, Ia dihormati sebagai seorang Rabbi (Guru) pengunjung (Lukas 4:16-
21). Naradidik Yesus adalah orang dewasa (Andar Ismail, 1996). Hanya ada satu dua kejadian
dimana kitab-kitab Injil mencatat bahwa anak-anak kecil disapa Yesus secara langsung sebagai
naradidik Yesus.

3. METODE MENGAJAR YESUS36


Yesus sebagai seorang guru memiliki berbagai gaya mengajar yang mampu menarik pprhatian
khalayak ramai. Hal ini dituliskan pada Markus 1:22; Markus 12:35-37;
Markus 1:22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka
sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.

Markus 12:35-37
35. Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: "Bagaimana ahli-ahli
Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud?
36. Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.
37. Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Orang
banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat.

Berikut adalah 18 cara gaya mengajar yang Yesus lakukan:


1. Ceramah
Dengan metode ceramah Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-
muridNya atau menafsirkan pengetahuan tersebut. Yesus mengharapkan dua respons dari
pendengar-Nya yakni pengertian mendalam dan perilaku baru.

2. Bimbingan
Yesus mengajar dengan metode bimbingan dapat kita lihat pada Matius 10: 1-15. Kedua belas
murid telah menerima petunjuk-petunjuk dari Yesus untuk mengusir roh-roh jahat,
melenyapkan segala penyakit, dan memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat.

3. Menghafalkan
Setelah yesus mengajarkan sesuatu atau selama Ia mengajarkan sesuatu, Yesus sering
mengikhtisarkan isinya dalam suatu ucapan yang gampang dihafal, misalnya:
”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang (Mat 9:12). “… Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mark 10:45)

36
Daniel Stefanus, “Sejarah Perkembangan PAK, hal. 10-19.

Page | 10
4. Perwujudan
Gaya mengajar “perwujudan” merupakan pendekatan khas Matius terhadap pelayanan Yesus.
Tuhan Yesus dilukiskan sebagai seorang yang telah mewujudkan diri pribadiNya sebagian dari
sejarah bangsa Israel. Perwujudan lebih mendalam artinya daripada hanya teknik memainkan
peranan. Perwujudan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa diri pribadi-Nya
pernyataan baru itu.

5. Dialog
Gaya mengajar dialog yang dilakukan Yesus sangat banyak contohnya. Misalnya Matius
19:16-26 tentang “Orang Muda yang Kaya”. Dalam mengajar Yesus mengajukan pertanyaan
yang baru sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan.

6. Studi Kasus
Perumpamaan yang diceritakan Yesus merupakan studi kasus. Dengan studi kasus, misalnya
“Anak yang Hilang”, para pendengar didorong untuk memikirkan inti persoalan dan bagaimana
memecahkannya.

7. Perjumpaan
Dengan gaya mengajar perjumpaan, para pelajar ditantang langsung untuk mengambil
keputusan. Disini Yesus tidak bercerita, Yesus memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan
besar sekali maknanya. Misalnya, “Tetapi apa kataku. Siapakah Aku ini?” (Mat 16:15),
“Diperbolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” (Luk 14:3), “Percayakah
engkah kepada Anak Manusia?” (Yoh 9:35).

8. Perbuatan Simbolis
Gaya Yesus mengajar dalam perbuatan simbolik adalah dengan Yesus dibaptis oleh Yohanes
Pembaptis pada awal pelayanan Yesus. Yesus ingin mengajar murid-muridNya melalui
perbuatan simbolis. Simbol dari baptisan ialah Yesus mengajarkan untuk punya rasa solider
untuk semua orang. Contoh yang lain tentang pengajaran Yesus secara simbolik ialah
pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:12-15). Selain itu juga pemilihan dua belas murid adalah
perbuatan simbolik. Kedua belas orang itu melambangkan kedua belas anak-anak Yakub dan
artinya bahwa Yesus sedang mendirikan Israel baru (Mark 3:14-19).

9. Ucapan yang berlebih-lebihan


Biasanya hal ini digunakan untuk menonjolkan pesan secara mencolok. Selain itu juga
mempertajam kebenaran tertentu dimana Yesus menitikberatkan sesuatu dengan jalan
mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh diterima secara harafiah. Misalnya Luk
14:26,"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia
tidak dapat menjadi murid-Ku.” Contoh lain pada Mark 9:43-47:
43. Dan jika tanganku menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke
dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam
neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
44. (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
45. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke
dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam
neraka;
46. (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)

Page | 11
47. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkil lah, karena lebih baik engkau masuk ke
dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke
dalam neraka.
Disini Yesus bermaksud agar orang-orang memisahkan dirinya dari apa saja yang merupakan
penghalang untuk mengikuti Dia

10. Ucapan yang berisi permainan kata.


Salah satu contoh permainan kata yang diucapkan oleh Yesus kepada Petrus yang terdapat pada
Mat 16:18, “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Dalam bahasa
Aram, baik batu maupun nama pribadi seseorang dinyatakan dengan kata yang sama yakni
kefa. Oleh karena itu, Yesus mengatakan “Engkau adalah kefa dan diatas kefa ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku.” Dengan permainan kata ini, Yesus berhasil menyampaikan amanat-
Nya dengan cara yang menarik.

11. Gaya mengajar yang memakai perumpamaan


Alkitab Perjanjian Baru tentunya sangat banyak menuliskan contoh dari gaya mengajar Yesus
ini. Bisa saja ini merupakan ciri khas Yesus dalam mengajar. Yesus mengajar dengan cara
bercerita ilustrasi /perumpamaan yang mengandung makna tertentu (perumpamaan tentang
seorang penabur Mat 13: 1-9, perumpamaan lalang dan gandum Mat 13:36-43). Yesus
mengajar dengan cerita ilustrasi yang menarik (Anak yang hilang Luk 15:13). Yesus mengajar
dengan cerita ilustrasi/perumpamaan yang mudah dimengerti dari kehidupan sehari-hari
(Mutiara pada babi Mat 7:6, Bapa memberi roti pada anak Mat 7:7-11, Pintu jalan yang sempit
atau sesak Mat 7:12-13, Pondasi Rumah Mat 7:24-27.

12. Gaya mengajar yang memakai bentuk argumentasi “jika…, apalagi…”


Contoh gaya mengajar ini dapat Luk 11:13a, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan
memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Tetapi kadang-kadang “jika” dan “apalagi” itu tersirat dalam kesimpulan, misalnya kepada
para penentang yang tidak konsekuen yang mengancam Yesus menyembuhkan seorang
perempuan pada hari Sabat. Luk 13:15-16 “Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai
orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau
keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan
dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"

13. Gaya mengajar dengan kiasan atau metafora


Dalam kiasan atau metafora antara dua gagasan atau keadaan ditunjukkan secara langsung
tanpa memakai sesuatu kata perkenanalan. Misalnya Mat 5:13, orang-orang yang percaya
kepada Yesus tidak disamakan dengan garam, melainkan mereka adalah garam.

14. Persejajaran yang sinonimus


Gaya mengajar dimana baris atau kalimat pertama yang diucapkan ulang dengan kata yang
sama dalam baris kedua. Misalnya Matius 7:7-8: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena
setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap
orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

15. Persejajaran yang antitetis

Page | 12
Dalam persejajaran yang antitetis baris yang kedua bertentangan dengan yang pertama,
sehingga gagasan pokoknya semakin nyata. Contoh Lukas 16:10 "Barang siapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak
benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

16. Persejajaran yang sintesis


Gaya mengajar ini tidak mengulangi dalam baris kedua yang sudah tampak dalam baris
pertama, juga tidak mempertentangkan baris kedua dengan baris pertama. Lebih mengarahkan
cara dari suatu gagasan. Contoh Matius 23:5-7, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya
dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang
panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di
rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabbi.”

17. Pensejajaran yang klimaks


Dalam pensejajaran yang sintetis dan pensejajaran yang klimaks, baris kedua tidak mengulangi
arti baris pertama, melainkan dalam baris kedua gagasan pokok dari baris pertama diperluas
atau dikembangkan lebih lanjut.
Contoh Markus 9:37,
"Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan
barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

18. Gaya mengajar yang memakai ucapan peribahasa


Yesus mengajar dengan menggunakan peribahasa misalnya, Mat. 8: 22 “Tetapi Yesus berkata
kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati
mereka." Makna dari peribahasa tersebut ialah perbuatan yang sangat tidak bertanggung jawab
sebab dalam masyarakat Yahudi, mengurus pemakaman merupakan suatu tanggung jawab
keluarga dan komunitas. Melakukan pemakaman secara baik dinilai sangat penting.

4. PENGAJARAN MELALUI AMANAT AGUNG YESUS (MATIUS 28: 16-20)


Amanat Agung Tuhan Yesus tercatat pada empat Injil dan Kisah Para Rasul yaitu
Matius 28:16-20, Markus 16:15-18, Lukas 24:44-49, Yohanes 20:19-23; 21:15-29, dan Kisah Para
Rasul 1:6-8.26 Mandat spiritual Yesus kepada para murid-Nya disebut sebagai
mandat/amanat/perintah universal gereja yaitu mandat untuk mengabarkan Injil.37

Dalam perspektif Tuhan Yesus, pendidikan merupakan cara efektif untuk meneruskan nilai-nilai
kepada setiap orang dalam berbagai generasi hingga zaman ini berakhir. Olehnya salah satu tugas yang
terkandung dalam amanat agung Kristus adalah tugas sebagai pengajar. Dalam amanat agung Kristus
khususnya yang tertulis dalam Matius 20:18-20 terdapat empat kata kerja present tense yaitu “pergi
(πορευθέντες), jadikan murid (μαθητεύσατε), baptislah (βαπτίζοντες), dan mengajarkan
(διδάσκοντες).38 Dalam kata kerja keempat Tuhan Yesus memberikan perintah supaya petobat baru
diajarkan semua hal yang diperintahkan-Nya. Kata διδάσκοντες adalah kata diperintahkan untuk
dilakukan segera setelah βαπτίζοντες, artinya hal yang harus dilakukan setelah seseorang dibaptis
adalah mengajar orang tersebut untuk melakukan segala sesuatu yang telah diterima dari Tuhan Yesus.

37
Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF), 2006,
hal. 122.
38
Nainggolan, "Konsep Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:18–20 Dalam Misi,” Jurnal Koinonia, (2014).

Page | 13
Hal yang berkaitan dengan menjadikan murid adalah ajaran atau pengajaran. Kata yang digunakan
διδάσκοντες (didaskontes) ada dalam bentuk participle present active dari kata διδάσκω (didasko)
artinya “mengajar(kan).”39 Dengan memberi pengajaran tentang kebenaran Allah dan karya-Nya dapat
menjadikan pertumbuhan dan kedewasaan iman orang percaya. Kata διδάσκοντες (didaskontes) yang
dalam bahasa Inggris diterjemahkan teaching digunakan dalam bentuk participle present active dari
kata διδάσκω (didasko). Penggunaan kata διδάσκω ini dapat dilihat dalam Markus 1:21; Kisah Para
Rasul 15:35; 1 Kororintus 11:14; dan Kolose 3:16. Alkitab dalam Perjanjian Lama menerjemahkan
kata laqakh artinya yang diterima (Ul. 32:2; Ayb. 11:4; Yes. 29:24). Penyampaian gagasan yang
menyatakan ajaran terutama diungkapkan dengan kata tora terdapat 216 kali dalam PL.40

Selanjutnya, dalam Perjanjian Baru dipakai dua kata, yaitu didaskalia dan didache. Pertama, didaskalia
mencakup baik pekerjaan mengajar maupun isi ajaran itu sendiri. Istilah itu digunakan untuk ajaran
orang Farisi (Mat. 15:9; Mrk. 7:7). Kedua, didache berarti baik pekerjaan mengajar maupun isi ajaran
itu sendiri. Kata didache mengacu kepada ajaran Tuhan Yesus (Mat. 7:28) yang dinyatakan berasal
dari Allah (Yoh. 7:16-17).41 Jadi setiap orang percaya bertanggung jawab mengajarkan kebenaran
Allah bagi orang lain supaya bertumbuh hingga dewasa dalam iman.

5. PENDIDIKAN KRISTEN DI ERA PELAYANAN RASUL PAULUS42


Paulus sejatinya adalah sang pendidik. Setelah Tuhan Yesus, maka yang patut disebut sebagai pendidik
besar di era jemaat mula-mula bahkan sepanjang masa adalah rasul Paulus. Ia adalah seorang murid
Gamaliel yang terdidik menjadi seorang rabbi dan teolog besar yang kemudian mengajarkan Injil
Kristus kepada siapapun yang mau mendengarkan Injil Kristus.43

Paulus adalah seorang orator sekaligus pendidik besar yang piawai dalam mengajar dengan berbagai
metode pendekatan pendidikan kontekstual. Dalam upaya untuk menegur, membimbing, menghibur
serta menguatkan iman jemaat rasul Paulus menggunakan media komunikasi dengan menulis sebanyak
13 surat sebagai metode pendekatan pengajarannya. Paulus berpidato ketika ada di Atena (Kis 17).
Paulus mengajar dan memotivasi serta memberikan penguatan kepada murid-muridnya (Kis 20:1).
Paulus juga berceramah mengajar orang Israel ketika ada di Antiokhia (Kis 13: 16). Sebagai seorang
pendidik, hampir dalam setiap pelayanan Rasul Paulus tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar dari
satu kota ke kota lain. Di setiap kota yang ia kunjungi, ia selalu pergi ke sinagoge dan tempat-tempat
ibadah orang Yahudi untuk mengajar (Kis. 14:1; 13:5; 17:1-2; 17:10; 18:4; 19:8; 22:19). Wijaya dalam
penelitian tentang model pembelajaran rasul Paulus menulis bahwa model pembelajaran Paulus adalah
Model pembelajaran dalam membagi dengan tepat baik yang terbagi dalam tiga poin utama, yaitu
membagi program Allah dengan tepat, membagi sasaran pelayanan dengan tepat, dan membagi tugas
dengan tepat.44 Melalui Model Pembelajaran dengan cara membagi dengan tepat, diharapkan orang
percaya bisa bertumbuh dalam kebenaran, dapat mempertanggungjawabkan imannya serta dapat
dipercaya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab di kemudian hari45

39
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanjian Baru. (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1996), hal.40.
40
“Ajaran”. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I, A-L. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004), 22
41
Ibid, hal 22.
42
Paulus Purwoto, “Landasan Teologis Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru dan Relevansinya bagi Pendidikan Kristen Masa
Kini”, (didaktikos: Jurnal Pendidikan Agama Kristen) Vol 3, no. 1 (2020) hal.39
43
Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen.
44
A Wijaya, “Model Pembelajaran Rasul Paulus: Kajian Pak Dan Implementasinya Bagi Gereja Masa Kini,” Tumou Tou (Journal
Ajaran Kristianitas, Ajaran dan … (2016).
45
Paulus Purwoto, “Landasan Teologis Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru dan Relevansinya bagi Pendidikan Kristen Masa
Kini”, (didaktikos: Jurnal Pendidikan Agama Kristen) Vol 3, no. 1 (2020) hal.41

Page | 14
6. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA DI PERJANJIAN BARU
Kehadiran Yesus tidak menghapus Hukum Taurat, meskipun beberapa kali terjadi orang Farisi dan
ahli Taurat menuduh Yesus tidak mematuhi Taurat. Kehadirannya adalah untuk menggenapi Taurat.
Jika seolah-oleh melanggar Taurat, itu hanya perspektif dari ahli Taurat dan orang Farisi. Karena bagi
Yesus apa yang mereka permasalahkan bukanlah hal yang penting, justru Ia mengecam tindakan
mereka munafik. Yesus juga menjelaskan bahwa apa yang ada dalam Hukum Taurat didasari oleh
kasih. Yesus merangkum Taurat itu menjadi dua point yang sederhana. Pelaksanaan Hukum Kasih
sudah mencerminkan seluruh hukum Taurat (Mat 22:40).46

Dengan demikian, Yesus telah menggenapi Hukum Taurat dengan pengorbanan-Nya yang
menyempurnakan tuntutan hukum Taurat dan memberikan arti yang baru bagi Taurat dalam Hukum
kasih. Yesus hidup dalam konteks budaya Yahudi dan Firman menyerap kebudayaan itu secara total
sambil memperbaharui dan mengubahnya menjadi kebudayaan yang benar. Yesus hidup di dalam
kesinambungan sekaligus didalam ketidaksambungan budaya Yahudi. Kenyataan ini menciptakan
kebudayaan baru, kebudayaan yang bebas dari hukum Taurat, sambil tetap patuh pada kehendak Allah,
dan memelihara relasi dengan Allah.

Yesus sebagai orang Yahudi tidak menolak tradisi yang ada dalam zaman-Nya, tetapi reformasinya
dari pondasi pemahaman yang lama ke dalam pemahaman yang baru. Dan pemikiran seperti ini
tidaklah salah. Namun persoalannya, bentuk luar dari semua ide yang positif dari kebudayaan memang
perlu juga untuk dikritisi bahkan dihindari jika tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Dalam
konteks sekarang ini juga pemberitaan Injil tidak harus dengan menghapuskan kebudayaan
masyarakat, sambil tetap menyampaikan kebenaran-kebenaran yang membawa keselamatan di dalam
Yesus Kristus.

46
Daniel Stefanus, “Sejarah Perkembangan PAK: Tokoh-Tokoh Besar PAK” (Bandung: Bina Media Informasi), 2009, hal 19-22.

Page | 15
BAB III
PENUTUP

RELEVANSINYA BAGI PAK MASA KINI


Pendidikan Kristen memiliki landasan teologis yang kuat dalam Perjanjian Baru, yaitu
teladan Tuhan Yesus Sang Guru Agung, praktik pendidikan Kristen di era pelayanan rasul
Paulus, praktik pendidikan Kristen di kalangan komunitas persekutuan gereja mula-mula
serta pembentukan karakter sebagai fokus pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen dalam
Perjanjian Baru tersebut masih relevan untuk diterapkan bagi praktik pendidikan Kristen
masa kini.

Nilai-nilai kristiani adalah nilai-nilai yang dianut oleh orang Kristen. Sumber nilai-nilai kristiani
berasal dari nilai-nilai hidup Yesus Kristus. Nilai-nilai itu pertama kali dianut oleh pengikut-pengikut
Yesus sejak awal. Mereka disebut Kristen pertama kali di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:25). Orang
Kristen awal meneladani Yesus. Mereka mencontoh dan mengikuti jalan hidup, keteladanan,
perkataan, pengajaran, kiprah, sikap hidup, ketaatan, dan kesetiaan Yesus kepada Allah-Nya. Bahkan
kematian dan kebangkitan Yesus bagi orang Kristen awal menjadi nilai yang hidup, oleh karena itu
mempengaruhi, mendorong, memotivasi, menjadi contoh, teladan, pilihan, dan keyakinan mereka.47

Guru Pendidikan Agama Kristen harus terus mengajarkan kebenaran dan memiliki komitmen dalam
mengajar meskipun dengan fasilitas yang tidak memadai. Seorang guru PAK juga harus menjadi
teladan dalam perkataan dan perbuatan seperti yang telah diajarkan Tuhan Yesus. Guru Pendidikan
Agama Kristen mempunyai pengaruh yang sangat penting, seperti yang Alkitab katakan seorang Guru
haruslah cakap di dalam mengajar (II Timotius 3:10). “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara
hidupku, pendirianku, imanku, kasihku, dan ketekunanku.” Ajaran, cara hidup, pendirian, iman, kasih
dan ketekunan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Kristen haruslah selalu berdasarkan
kepada kebenaran Firman Tuhan, karena Alkitab menjelaskan bahwa “Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Metode mengajar yang dipakai Tuhan Yesus yang menarik dengan memakai berbagai-bagai cara yang
berbeda-beda menjadikan Yesus sebagai pusat metode pengajaran. Metode pengajaran Tuhan Yesus
sangat baik untuk dicontoh oleh guru-guru sekarang ini. Sebab metode mengajar yang menarik akan
menyenangkan para murid. Sebaliknya jika metode mengajar yang dipakai guru tidak menarik akan
membuat murid menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai guru tidak boleh jemu-jemu
dalam mengajar anak didik, tetapi secara terus menerus sampai anak didik mengerti. Ajaran itu sendiri
tidak hanya berlaku untuk anak didik saja, tetapi sebelum guru mengajarkan apa yang akan diajarkan
terlebih dahulu guru harus memahami apa yang akan diajarkannya. Guru Pendidikan Agama Kristen
sebagai pembimbing rohani anak didik atas dasar tanggung jawab dan kasih sayang serta keikhlasan
guru. Dalam hal ini guru Agama Kristen mempunyai peran yang sangat penting bagi anak didik dalam
mempelajari, mengkaji, mendidik dan membina kehidupannya dalam kebenaran.

47
Robert R. Boehlke. Siapa Yesus Sebenarnya? (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2001, hal. 20.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA
“Ajaran”. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I, A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004
Boehlke. Robert R. Siapa Yesus Sebenarnya? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Boyd, Frank M. Kristus: Kehidupan dan Pelayanan-Nya. Malang: Gandum Mas. 2001.
Budiyana, Hardi Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, Surakarta: STT Berita Hidup, 2017.
Dewey, John. Democracy and Education, Nerv York: Macmillan, 1964, hal. 128. Dikutip oleh Boehlke.
2005.
Eckardt, A. Roy. Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996.
E. Reisch, “Didaskalia” dalam Gerhard Kittel, Geoffrey William Bromiley, Gerhard Friedrich,
Theological Dictionary of the New Testament: Grand Rapids: Eerdmans, 1976.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1995.
Guthrie, Donald, Alec Motyer dan Alan M. Stibbs. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih OMF. 2006.
Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, Dan Pokok-Pokok Teologisnya., Cetakan-
1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Horne, Herman H. “Teaching Techniques of Jesus”, Oklahoma City: Publisher Name Includes, 2014
Ismail, Andar “Ajarlah Mereka Melakukan”: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama
Kristen”Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.
J. Borg, Marcus. Jesus, A New Vision. San Francisco: Harper and Row.1997.
J. Moo, Douglas. “Hukum Musa atau Hukum Kristus'', dalam ed. John S. Feinberg, Masih Relevankah
Perjanjian Lama di Era Perjanjian Baru Malang: Gandum Mas. 2003.
Michael J. Anthony. “Introducing Christian Education Fondasi Pendidikan Abad 21”Malang: Penerbit
Gandum Mas. 2017.
Newman Jr, Barclay M. Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
1996.
Pazmino,”Robert W. Fondasi Pendidikan Kristen: Sebuah Pengantar Dalam Perspektif Injil”,
Bandung:STT Bandung,2012.
Rusmaini, Ilmu Pendidikan, Palembang: Grafindo Telindo Press. 2014.
Stefanus, Daniel “Sejarah Perkembangan PAK: Tokoh-Tokoh Besar PAK” Bandung: Bina Media
Informasi. 2009.
Wongso, Peter “Ekspedisi Doktrin Alkitab Surat Ibrani” Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. 1997.
Wessels, Anton. Memandang Yesus: Gambar Yesus dalam Berbagai Budaya. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 1990.

JURNAL
Anthony, “Introducing Christian Education Fondasi Pendidikan Abad 21”.
Hari Budiyana, “Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran
Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal,” Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, no. 1 2018.
A Wijaya, “Model Pembelajaran Rasul Paulus: Kajian Pak Dan Implementasinya Bagi Gereja Masa
Kini,” Tumou Tou Journal Ajaran Kristianitas, Ajaran,2016.
Purwoto, Paulus “Landasan Teologis Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru dan Relevansinya bagi
Pendidikan Kristen Masa Kini”, didaktikos: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 3, no. 1 2020
Yesi Tamara et al., “Profesionalitas Yesus Sang Guru Agung Dalam Penggunaan Media Pembelajaran,”
Didaché: Journal of Christian Education 1, no. 1 2020: hal. 65–76.
Nainggolan, "Konsep Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:18–20 Dalam Misi,” Jurnal Koinonia,
2014.

SUMBER INTERNET
Sumber internet https://www.billmounce.com/greek-dictionary/didaskalia diakses pada 28 Maret 2021
pukul 12:44 WIB.

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai