Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |

Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |


Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

Pertemuan kali ini pembahasan baru tentang melihat Allah di Hari kiamat.

Beliau mengatakan setelah berbicara bahwa Al-quran adalah Kalamullah bukanlah makhluk berpindah
kepada aqidah keyakinan ahlu sunnah wal jamaah yang telah menyelisihi mereka sebagian ahlu bidah
yaitu tentang masalah Ar-Ru’yah, yang di maksud adalah rukyatullah.

Melihatnya orang-orang beriman melihat Rabb mereka di hari kiamat, keyakinan ahlu sunnah berdasarkan
ahlu sunnah dengan pemaham para sahabat, beliau mengatakan:

“Dan melihat (melihatnya orang-orang beriman) adalah sesuatu yang benar itu akan terjadi bukan sesuatu
yang bathil yang meragukan, kebenaran yang akan terjadi untuk para penduduk surga dan tidak masuk
kedalam surga kecuali orang-orang beriman. Dan penduduk surga disini bukan hanya umatnya Rasullah
tapi selruh penduduk surga terasuk umat terdahulu umat nabi sebelum nabi Muhammad. Dan diantara
dalilnya adalah firman Allah: Dalam Surat Al-Qiyamah: 22-23
ٌ ‫اض َرة‬
ِ ‫ُو ُجوهٌ يَ ْو َمئِ ٍذ نﱠ‬
“Dan wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri.” (22)
ٌ ‫إِلَ ٰى َربِّ َها نَاظِ َرة‬

“Kepada Rabb-nyalah mereka melihat.” (23)

Dan wajah-wajah tersebut dalam keadaan berseri-seri kepada Rabb mereka dan wajah di hari tersebut
berseri-seri mereka memandang kepada Rab, ini adalah sebuah kebenaran untuk para penduduk surga.

Penjelasan dari beliau mengenai ayat diatas sebagai berikut:

1. Ru’yatullah (melihat Allah) tanpa meliputi

Karena Allah adalah yang maha besar sementara kita makhluk sangat lemah dan kecil di hadapan Allah.
Kita beriman akan melihat Allah tapi kita tidak meliputi. Meliputi itu melihat keseluruhan itu tidak
mungkin dilakukan oleh makhluk, tidak mungkin secara keilmuan, Allah mengatakan:

a) Dalam Surat Thaha: 110

‫طونَ ِب ِه ع ِْل ًما‬


ُ ‫َي ْعلَ ُم َما َبيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم َو َﻻ يُحِ ي‬

Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang
ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.

Penjelasan:

Pandangan tidak mungkin meliputi semuanya, kita terlalu lemah dan kecil yang demikian. Allah
tidak mungkin di idroq dengan pandangan-pandangan, tidak semua orang yang memandang itu

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

bisa meliputi seperti melihat rumah tidak bisa meliputi seluruhnya kita hanya bisa melihat tapi tidak
meliputi seluruh dengan melihat sebelah sudut sana dan sini.

b) Surat Al-an’am: 103

ُ ‫يف ْال َخ ِب‬


‫ير‬ ُ ِ‫ار ۖ َوه َُو اللﱠط‬
َ ‫ص‬َ ‫ار َوه َُو يُد ِْركُ ْاﻷ َ ْب‬
ُ ‫ص‬َ ‫َﻻ تُد ِْر ُكه ُ ْاﻷ َ ْب‬
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan;
dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

c) Dalam Surat Asy-syura: 61-62

ِ ‫فَلَ ﱠما ت ََرا َءى ْال َج ْم َع‬


ْ َ ‫ان قَا َل أ‬
َ‫ص َحابُ ُمو َس ٰى ِإنﱠا لَ ُمد َْر ُكون‬ (61)

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".

َ ‫قَا َل ك ﱠَﻼ ۖ إِ ﱠن َمع‬


(62)
‫ِين‬
ِ ‫ِي َربِّي َسيَ ْهد‬
Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan
memberi petunjuk kepadaku"

Ketika Allah menyebutkan musa ketika di kejar oleh fir’aun dan bala tentaranya dan mereka sampai
ke pantai dan ketika melihat ke belakang sudah mendekat dan kedua kelompok itu sudah saling
melihat dengan jarak yang jauh lagi. Berkata para pengikut musa sungguh kita ini sudah mau di
susul.

Disini ada ru’yah (melihat) dan tanpa idroq (meliputi). Ini menunjukkan ru’yah (melihat) bukan berarti
meng-idroq (meliputi). Beda antara indroq dengan melihat karena idroq adalah meliputi, sebagaimana
Allah mengabarkan, yang di nafikkan adalah idroqnya bukan ru’yahnya. Ada sebagian bidah yang
mengingkari dengan mendatangkan firman Allah dengan mengatakan:

Berarti Allah ada arah di kanan di kiri

Dan yang mengingkari itu adalah mutazilah dan jahmiyah. Akhirnya dengan dalil ini maka mengingkari
ruyatullah dengan menyerupakan Allah.

Dari mana ini penafian ini di mulai dengan kita mengatakan kita melihat Allah dengan kaifiyyahnya
(Allah yang lebih tahu segala sesuatu). Kita ahlu sunnah tanpa adanya ihato dan juga dengan tanpa
kaifiyyah (tanpa mengetahui bagaimana kaifiyahnya) sebagaimana ucapan sebelumnya ketika
membahas kalamullah. Bila kaifiyyah di mulai dari Allah tanpa kita ketahui kaifiyyah. Kita harus
menyakini dengan hak dan jangan kita mengatakan bagaimana kemudian memasukkan akal kedalam
masalah ini.

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

Kemudian beliau mengatakan sebagaimana yang telah ada di dalam Al-quran yang di sebutkan Rabb
kita, satu di antara dalil orang beriman melihat Allah di surga.

Wajah-wajah di berseri dalam keadaan gembira dengan nikmat dan mereka selama-lamaya di surga
terlihat kegembiraan terpancar dalam hati mereka

Tidak ada ap-apa kegembiraanmya dengan balasan Allah di dalam keadaan berseri-seri dalam keadaan
memandang rabb mereka.

2. Kata An-nadzor ‫ النظر‬dalam bahasa arab:


a) Terkadang an nazor tanpa setelah ila ‫ الى‬atau ‫ في‬fi tanpa langsung dengan objeknya. Jika demikian
artinya menunggu seperti dalam firman Allah dalam Surat Al-Hadid: 13 ketika orang munafik
mereka meminta untuk menunggu.
-
ً ُ‫سوا ن‬
‫ورا‬ ْ
ُ ِ‫ار ِجعُوا َو َرا َء ُك ْم فَالتَم‬
ْ ‫ور ُك ْم قِي َل‬ ْ ِ‫يَ ْو َم يَقُو ُل ْال ُمنَافِقُونَ َو ْال ُمنَافِقَاتُ لِلﱠذِينَ آ َمنُوا ا ْنظُ ُرونَا نَ ْقتَب‬
ِ ُ‫س مِ ْن ن‬
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang
beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan
(kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)".

Penjelasan:
Hari dimana orang-orang munafik berkata kepada orang beriman tunggu kami, ketika sebelum
orang beriman menyeberangi sirot dan berkumpul denga orang beriman dan munafik. Ketika
Allah hendak memisahkan dengan di berikan cahya sehingga mereka bisa berjalan tentu dengan
man dan amal soleh semakin besar cahaya maka semakin cepat berjalan. Ada yang lebih kecil
keimananya maka juga akan mendapat sedikit cahaya. Orang munafik awalnya di beri cahaya
mereka bergembira,lalu Allah memadamkan cahaya akhirnya mereka tertipu, sebagaimana
mereka menipu Allah. Lalu orang beriman terus maju, dan orang munafik berkata “tunggu kami,
kami ingin mendapatkan cahaya kalian”. Orang munafik menampakkan ke islamannya tapi
menyembunyikan kekufuruan. Yang berhak dapat cahaya sebenarnya adalah yang luar dalam
benarnya. Maka mereka adalah irjiu, maka carilah kalian cahaya sendiri.

Itu adalah keadaan orang munafik dan orang beriman di hari kiamat

b) Terkadang An-nadzor setelahnya ‫ في‬fi, dan maknanya adalah memikirkan (melihat dengan
pikiran). Contonya dalam surat Al-araf: 185
‫ت‬ِ ‫س َم َاوا‬
‫ت ال ﱠ‬ ُ ‫أ َ َولَ ْم يَ ْن‬
ِ ‫ظ ُروا فِي َملَ ُكو‬
“Apakah mereka tidak melihat di dalam kerajaan langit dan bumi…”
Penjelasan:
Maksudnya memikirkan kebesaran di atas langit dan bumi Allah maka dia akan merasakan
ketentraman dan ketenangan dalam hidup. Segala milik Allah, mengapa kita takut dengan

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

kemiskinan. Dan engakau adalah hamba Allah uang menjadikan takut merasa rendah jauh dari
ketakaburan yang tunduk kepada Allah
c) Ada an-nadzoro itu setelahnya ila, maka maknanya melihat dengan mata, seperti firman Allah:
 Dalam surat Al-Ghasiyah: 17
َ ‫اﻹبِ ِل َكي‬
‫ْف‬ ُ ‫أَفَ َﻼ يَ ْن‬
ِ ْ ‫ظ ُرونَ إِلَى‬
Apakah kalian tidak melihat onta, bagaiaman onta di ciptakan oleh Allah
Penjelasan:
Aku melihat kepada dinding maka melihat dengan matanya. Ini penggugnannya harus di
perhatikan. Hruf jar ada pengaruhnya di dalm istidlal mempengaruhi maknanya. Ketika berbicara
orang itu salah jika.. menunggu dinding.

 Dalam Surat Al-Qiyamah: 22-23


23ٌ
‫ إِلَ ٰى َربِّ َها نَاظِ َرة‬22ٌ ‫اض َرة‬
ِ ‫ُو ُجوهٌ يَ ْو َمئِ ٍذ نﱠ‬
Penjelasan:

Apa yang dipakai disini yaitu harfu illa berarti maknya memandang dengan mata-mata mereka.
Melihat Allah itu adalah hak dengan melihat langsung dengan pandangan mereka.

3. Memandang ini disandarkan kepada al wuju,

Karena sebelumnya nadziroh yang berarti yang nadzorih ini wujuh. Wujuh ini adalah tempat mata kita
berada di wajah, ini semakin menguatkan bahwa melihat disini dengan mata kita, bagaiman caranya
wallahu’alam. Berdoa memudahkan masuk surga Allah dan mleihat-Nya.

Orang yang cinta terhadap sesuatu bila itu benar dan belum pernah melihat maka ia akan rindu untuk
benar benar melihat sesuatu tersebut. Ketika dalam hati seseorang terhadap rasullah kecintaanya yang
luar biasa maka ia akan berkeinigan rindu melihat meskipun sebentar dengan sebagian keutamannya
di dalam mimpinya, jika Allah mengetahui kebenaran kejujuran seseorang. Setiap bersujud kepada
Allah, berzikir, kenikmatan dari Allah dan seluruh nikmat dari awal hingga akhir, sehingga mendengar
nama, sifat dan keagungannya maka ia akan meningkat keimanannya maka akan rindu bertemu
dengan Allah dan cinta selama ini di agungkan dan bersabar ketika berdakwah, solat, di cela orang
maka ingin segera bertemu dengan Allah. Barangsiapa yang demikian maka Allah juga rindu dengan ia.

Sebagian orang beriman melihat fitnah dunia yang besar di dunia, ada niat untuk meninggalkan dunia
dan seisinya. Karena dengannya akan bertemu dengan Allah, apabila sesuatu berharga dalam
hidupnya, telah memberikan hidayah maka harus ada dalam diri masing-masing utnuk melihat Allah.
Lihat diri masing-masing sudahkah ada memilki mahabbah (kecintaan) kepada Allah.

4. Memandang ini disandarkan kepada al wuju, Dan disini di dahulukan ila dengan nadziro, ketika di balik
dan di majukan ke depan, ini ada penekanan, mereka akan melihat kepada rabbnya.

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

Disana ada beberapa ayat lain dalam ahlu sunnah melihat Allah,

a) Dalam sebuah surat Yunus: 26


ْ َ ‫َق ُو ُجو َه ُه ْم قَت ٌَر َو َﻻ ِذلﱠة ٌ ۚ أُو ٰلَئِكَ أ‬
‫ص َحابُ ْال َجنﱠ ِة ۖ ُه ْم فِي َها خَا ِل ُدو‬ ُ ‫سنُوا ْال ُح ْسن َٰى َو ِزيَا َدة ٌ ۖ َو َﻻ يَ ْره‬
َ ْ‫ِللﱠذِينَ أَح‬
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan
muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya.

Penjelasan:

Bagi orang yang beriman, ahsanu, ihsan (merasa di liat oleh Allah akhirnya bertakwa bagi mereka
adalah al husna. Maksudnya Al-husna surga,ini adalah muannast dari al ahsan, al jannah adalah
negeri yang paling baik, nikmat maka bagi orang yang ihsan maka akan medapatkan surga dan
akan mendapatkan tambahan. Yang dimaksud denga ziyadah (tambahan). Nabi Muhammad yang
paling mengetahui di dalam hadist, apabila penduduk surga masuk, maka Allah mengatakan:

b) Dalam Surat Qaf: 34-35

‫س َﻼ ٍم ۖ ٰذَلِكَ يَ ْو ُم ْال ُخلُو ِد‬


َ ِ‫ا ْد ُخلُوهَا ب‬34
Masuklah kalian ke surga dalam keadaan kekal

‫س َﻼ ٍم ۖ ٰذَلِكَ يَ ْو ُم ْال ُخلُو ِد‬


َ ‫ا ْد ُخلُوهَا ِب‬35
akan diberikan oleh Allah, banyak keinginan maka tercapai. Dan sisi kami ada tamabhan (dengan
melihat wajah Allah)

Penjelasan:

Sabda Nabi yang berbunyi:

‫ض ُو ُجو َهنَا أَلَ ْم ت ُ ْدخِ ْلنَا ْال َجنﱠةَ َوتُنَ ِ ّجنَا‬


ْ ِّ‫اركَ َوتَعَالَى ت ُ ِريدُونَ َش ْيئًا أ َ ِزي ُد ُك ْم فَ َيقُولُونَ أَلَ ْم ت ُ َبي‬
َ َ‫تَب‬
Apakah kalian ingin menginginkan sesuatu tambahan” tambahan nikmat

Padahal mereka sudah merasakan kenikmatan, penduduk surga berkata:


‫ع ﱠز َو َج ﱠل‬ ُ ‫اب فَ َما أ ُ ْع‬
َ ‫طوا َش ْيئًا أ َ َحبﱠ إِلَ ْي ِه ْم مِ نَ النﱠ َظ ِر إِلَى َربِّ ِه ْم‬ َ ‫ِف ْالحِ َج‬
ُ ‫ار قَا َل فَيَ ْكش‬
ِ ‫ِمنَ النﱠ‬
Bukankah engkau yang telah menjadikan wajah kami berseri yang di mana kami merasakan
keberuntungan dapat surga dan mendapatkan kenikmatan seperti ini karena merasakan
keberuntungan yang luar biasa, menyelamatkan kami dari neraka.

Maka Allah menyingkap hijabnya sehingga ia melihat Allah. Maka penduduk surga tidak di beri
kenikamtan yang di cintai lebih daripada melihat Allah, ini menunjukkan betapa nikmatnya

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

melihat wajah Allah. Inilah yang di maksud tambah dalam ayat ini. Bagi orang yang berbuat baik
mendapatkan surga dan tambahan. Menafsirkan dengan ayat dan ayat dengan hadist inii adalah
tingakatan tinggi dalam tafsir.

c) Dalam ayat lain, al-mutaffifin: 15

َ‫ع ْن ﱠربِّ ِه ْم يَ ْو َمى ٍذ لﱠ َم ْح ُج ْوب ُْو ۗن‬ ٓ ‫َك ﱠ‬


َ ‫ﻼ ِانﱠ ُه ْم‬
Sesekali tidak sesungguhnya mereka dari rabb mereka, mereka di halangi tidak melihat Allah

Penjelasan:

Yang dimaksud dair ayat diatas adalah orang kafir yang mendustakan

Imam syafii adalah muhaddis, fakir, beliau memahami dari ayat ini ketika Allah mengabarkan
orang kafir di halangi dari Allah. Orang beriman di biarkan utnuk melihat wajah Allah. Bisa lihat
pada kitab ibnu katsir.

Kemudian beliau mengatakan dan tafsirnya sesuai dengan penjelasanya yang Allah kehendaki dan
ketahui, bahwa memahami ayat berdasarkan ke hendak Allah jangna berdasarkan akal kita. Al-
quran dengan Bahasa arab, annazoro ila dengnan melihat dengan mata. Jika melihat dengan hati
maka an-nazdoro … kemudian melihat tafsir nabi ketika membaca ..apakah kemudian kita
menafsirkan dengan hawa nafsu kita .

Di nukil dari imam syafii:

“Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari Allah sesuai dengan keimanan yang dikehendaki
Allah, dan aku beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang datang dari
Rasulullah dengan keimanan yang dikehendaki Rasulullah.”

Penjelasan:

Aku beriman dengan Allah sesuai dengan yang di hendaki, beriman dengan rasul beriman yang di ,
diantara sebab kesesatan karena mereka memahami dengan pemahaman yang tidak di inginkan Allah,
benar dengan membawakan hadist tapi dengan hawa nafsunya, maka akan kontradiksi dengan apa yang
di bawakn, kecuali ada yang membatalkan dalil tersebut. Ini yang ingin beliau tekankan. Bukan sesuai
dengan keinginan kita/guru yaitu berdasarkan kaidah tafsir, pemahaman para salaf.

Dan setiap yang datang didalam permasalahan ini yaitu di dalam ru’yatullah berupa hadist yang shohih
dari Rasullah maka itu seperti nabi katakan, ada hadist dari nabi yang menunjukkan benarnya rukyatullah
yang demikian, yaitu:

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

 hadist jarir rahimahullah menyebutkan, “kami berduduk dengan nabi tiba-tiba beliau melihat bulan
dimalam purna, kemudian beliau mengatakan:

‫ست ََر ْونَ َربﱠ ُك ْم ِعيَانًا‬


َ ‫إنﱠ ُك ْم‬
Sungguh kalian akan melihat Allah dalam keadaan dengan mata kalian.

Lihat secara umum sebagaimana kalian melihat bulan ini. Apa maksudnya sebagaiamna melihat bulan,
kalian tidak akan saling mendzolomi satu yang lain. Ketika kita melihat bulan masing-masing melihat
di tempatnya seperti itulah akan melihat Allah.

 Dalam riwayat lain, kalian tidak saling berdesakan dalam melihat Allah, berarti yang mentasbyih ini
disini bukan yang melihat tapi bukan Allah sama dengan bulan tapi dengan kaifiyah dan ru’tiyah,
bagaimana melihat sama-sama tidak berdesakan dan saling berdesakan. Dari Abu hurairah:

‫ار ْونَ فِى ْالقَ َم ِر لَ ِيلَةَ ْال َبد ِْر ؟‬ َ ُ ‫ َه ْل ت‬:‫ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم‬
‫ض ﱡ‬ ُ ‫ َه ْل ن ََرى َربﱠنَا َي ْو َم ْال ِق َيا َمةِ؟ َف َقا َل َر‬،ِ‫س ْو َل ﷲ‬
ِ ‫س ْو ُل‬ َ ‫أَن النﱠ‬
ُ ‫ َيا َر‬:‫اس قَالُ ْوا‬
َ َ ُ ‫ﱠ‬ َ َ
‫ فإِنك ْم ت ََر ْونَهُ كذلِكَ …الحديث‬: ‫ قا َل‬.ِ‫س ْو َل ﷲ‬ َ ُ َ
ُ ‫ ﻻ يَا َر‬:‫س َحابٌ ؟ قال ْوا‬
َ ‫س د ُْونَ َها‬ َ ‫ﱠ‬
َ ‫ار ْونَ فِى الش ْم ِس ل ْي‬ َ ‫ ف َهل ت‬: ‫ قا َل‬.ِ‫ ﻻَ يَا َرسُ ْو َل ﷲ‬:‫قَالُ ْوا‬
‫ض ﱡ‬ ُ ْ َ َ

Sesungguhnya orang-orang (para sahabat) bertanya: ”Wahai, Rasulullah. Apakah kami akan melihat
Rabb kami pada hari kiamat nanti?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya: ”Apakah
kalian akan mengalami bahaya (karena berdesak-desakan) ketika melihat bulan pada malam
purnama?” Mereka menjawab: ”Tidak, wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya lagi: ”Apakah kalian juga akan mengalami bahaya (karena berdesak-desakan) ketika melihat
matahari yang tanpa diliputi oleh awan?” Mereka menjawab: ”Tidak, wahai Rasulullah.” Maka Beliau
bersabda: ”Sesungguhnya, begitu pula ketika kalian nanti melihat Rabb kalian” …sampai akhir hadits.
(HR. Bukhari)
Penjelasan:

Dan hadist abu hurairah, bertanya kepada Rasullah, apakah kami akan melihat Rabb kami di hari
kiamat, ini ucapan orang yang rindu dan cinta kepada Allah. Apakah kalian saling memudoroti ketika
melihat bulan di saling bulan purnama? Saling memudoroti lihat matahari? Tidak ya rasullah. Maka
kalian akan melihat Allah demikian. Ini berarti kita/ahlu jannah melihat Allah dengan tidak berdesak-
desak dengan satu dengan lain.

Ketika nabi mengingatkan dajjal mengaku sebagai rabb, maka nabi mengajarkan kepada umat Islam,
membedakan dajjal dengan Allah, yang membedakan kita tidak melihat Allah kecuali kita setelah
meninggal. Jika kita dalam keadaan hidup ada yang mengaku Rabb maka itu adalah pendusta. Beliau
mengatakan:

“Ketahuilah oleh kalian bahwasanya tidkak akan melihat Allah dalam keadaaan hidup”

Maka ini pentingnya belajar agama agar terhindar dari fitnah dajjal. Karena fitnahnya besar, dajjal
keluar dalam keadaan paceklik besar tanpa hujan karena tidak ada tanaman, ekonomi dalam keadaan
terperosok ini dalam keadaan membutuhkan, dan tambah lagi, ketika dajjal berkata:

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

wahai bumi keluarkan apa yang ada dibumi maka keluar, wahai langit turunkan hujan

maka banyak terpukau dan jadi beriman dengan dajjal ketika tidak mengenal Allah, orang yang
beriman itu berbekal iman ingat pesan Rasul bahwa tidak meungkin melihat Allah dalam keadaan
masih hidup maka dengan sebab ilmu maka ia akan selamat. Maka ap ayan fi btuhkan di dunia di
bekali oleh kita dalam Al-quran dalam petunjuk hidup. Maka akan dengan selamat dan mudah dalam
mengarungi hidup, itu adalah dalil sunnah rasullah yang menunjukkan ru’yatullah kebenaran yang
makiyah. Beliau sebutkan setiap hadist. Dan itu adalah hadist yang shohih, adapun hadist yang
maudu tidak kita butuhkan.

Jika itu hadist shohih itu sesuai yang degan keinginan nabi dan para sahabat dan yang
direkomendasikan

“sebaik-baiknya manusia yang di zamanku yaitu para nabi”.

Aku beriman dengan rasullah yang datang berupa dalam hadist sesuai dengan apa yang di kehendaki
oleh Rasullah, jangan memmahami dengan pemahamaan diri kita. Maka itu seperti yang di
sampaikan dan tidak mendatangkan dari kehendaknya (penulis) maka berhati-hati dalam memaknai
sebuah ayat dan hadist bukan sekedar dapat ayat tapi sesuai dengan keinigan Allah, Rasul dan para
sahabat dan ulama, dan kalangan ahlu sunnah dengan Bahasa Arab.

Kita tidak masuk kedalam takwil dengan ro’yu (akal) kita, seseorang memiliki keyakinan terlebih
dahulu, oh melihat disini engan mata hati bukan dengan mata. Ini mentakwil dengan akalnya padahal
dalam Bahasa Arab setelah ila adalah melihat. Maka demikian itu berdasarkan hawa nafsu. Dalam
hadist: bahwa melihat ini dengan ain. Dengan mentakwil denga pendapat maka harus di kembalikan
dengan Rasul. Dan tidak boleh dengan menyangka dengan hawa nafsu dengan meyakini tidak melihat
Allah di hari kiamat dengan melihat dalil Al-quran dan hadist. Mendoifkan yang di shohihkan dalam
HR bukhari dan Muslim atau puanya ilmu sedikit itu dinamakan dengan mentakwil. Sikap ahlu sunnah
berserah diri dengan mengikuri sesuai Allah dan Rasulnya. Karena sesungguhnya tidak akan selamat
di dalam agamanya kecuali orang yang menyerahkan diri untuk Allah dan RasulNya. Kecauli memiliki
taslim (penyerahan diri), beriman dan membenarkan Allah dan Rasulmaka akan selamat. Ada yang
mengimani Al-quran dan hadist tapi dengan mentakwil sendiri ini agamanya terkena musibah selama
masih belum menyerahkan maknanya kepada Allah dan Rasul, masih mencari-cari/ kurang taslimya.
Allah mengatakan dalam Surat An-Nisa: 65

‫س ِلّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ َ‫ش َج َر َب ْينَ ُه ْم ث ُ ﱠم َﻻ َي ِجدُوا فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر ًجا مِ ﱠما ق‬
َ ُ‫ضيْتَ َوي‬ َ ‫فَ َﻼ َو َر ِبّكَ َﻻ يُؤْ مِ نُونَ َحت ﱠ ٰى يُ َح ِ ّك ُموكَ فِي َما‬
Maka demi Rabb mu mereka tidak akan beriman sampai mereka menjadikanmu hakim terhadap
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya

ARMT201-01030 Hafsah
KAJIAN HSI MULAZAMAH | PERTEMUAN 7 |
Kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah - Karya Al-Imam Abu Ja’far At-Thahawi |
Bersama: Ustadz Dr. Abdullah Roy M.A ‫ﺣﻔﻈﻪ ﷲ‬
Selasa, 18 Rajab 1442 H / 3 Maret 2021 M, Pukul 15:52 – 17:23 WIB
ٔ
Penjelasan ‫هﻼلجنة‬ ‫( والرو ةﺣق‬Melihat Allah di Hari Kiamat) Dan
Setelahnya

Mereka mengingkari ru’yatullah, mereka menjadi nabi Muhammad jadi hakim kemudian tidak
menemukan dalam dirinya terasa berat dalam dirinya berarti mereka akan melihat dan tidak menemukan
dalam diri mereka maka menyerahkan diri dengan sebenar-benarnya menyerahkan.

Dalam permasalah umum harus memiliki taslik dan mengembalikan ilmu tentang sesuatu yang samar
atasanya kepada yang mengetahui (Allah yang lebih mengetahui) tentang apa yang terjadi di hari kiamat.
Dan Rasullah yan glebih tau apa yang terjadi di hari kiamat.

Seseorang tidak akan kuat keislamannya:

 Seseorang tidak kuat kakinya terhadap Islam kecuali berdiri diatas punggung tasliq, termasuk dalam
aqidah, ru’tiyallah dengan mengimani sebagaimana datangnya.
 Maka barangsiapa untuk berusaha mengetahui yang dilarang untuk di ketahui tentang masalah sifat-
sifat Allah, ini tidak mungkin kecuali dengan wahyu. Jika ingin mengenalnya dengan jalannya dengan
hadist dan pemahaman dari par sahabat, jika datang itu berbeda dengan akalnya maka dia tolak hadist
tersebut atau dia takwil.
 Dan tidak qonaah pemahamanya dengan melakukan penyerahannya dalam dalil tapi qonaah dengan
akalnya. Ini ucapan mutazilah bila tidak sesuai dengan akal mereka akan tolak.

Jika demikian seseorang dalam agamanya maka apa yang ia dapatkan:

 maka ia akan menghalangi tauhid yang murni dengan sebab mendahulukan akalnya, hawa nafsunya.
 dan akan menghalangi dirinya dalam mengenal Allah dengan pengenalan yang bersih, dan akan
menghalangi dia dari keimanan yang benar.

Akibatnya mereka berada diantara kekufuran dan keimanan, berada diantara membenarkan dan
mendustakan, diantara pembenaran dan pengingkaran, memberikan waswas & membisikkan kepada
orang lain dalam keadaan kebingungan, berdakwah untuk mengikuti keyakinan mereka, dalam keadaan
keraguan, mereka ta’ajub dalam dirinya, dalam keadaan menyimpang tidak beriman dan juga tidak
membenarkan, dan mereka adalah orang yang mendustakan (inilah keadaan ahlul bid’ah).

Ketika ahlu sunnah memahami dengan Al-quran dan sunnah dengan benar akan mendapat tauhid murni
dalam masalah rububiyah, uluhiyah maka akan benar pemahamannya.

ARMT201-01030 Hafsah

Anda mungkin juga menyukai