Disusun oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PANGANDARAN
2021
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk
daging dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu.
Umumnya unggas merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan kalkun),
dan Anseriformes (seperti bebek).
Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur. Telur adalah
suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas.
Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur
tetas.
Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi
oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi,
artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja. Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang
menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
Alaminya Telur fertil yang ada di alam dapat menetas karena diperam oleh induk
ayam sampai telur tersebut menetas. Dengan perkembangan teknologi peterakan yang
semakin berkembang, peternak dapat merekayasa lingkungan untuk menciptakan
lingkungan yang ideal agar telur tetas dapat menetas dengan baik.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi telur untuk berkembang dengan baik,
pleh karena itu peternak harus paham tentang manajemen pengelolaan telur tetas
dengan baik karena jika manajemennya buruk akan mengakibatkan telur gagal menetas
dan mengakibatkan kerugian bagi peternak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui persiapan apa saja yang harus dilakukan dalam memelihara ayam
Layer
1.2.2 Mengetahui management saat fase starting, growing, dan laying
1.2.3 Mengetahui management perkawinan dan biosekuriti operasional di breeder
2. Pembahasaan
2.1 Persiapan Kandang dan Peralatan
1. Persiapan Sebelum Chick in
a. Biosekuriti ketat
Biosekuriti adalah kunci menekan penularan berbagai penyakit dari ayam periode
sebelumnya, di mana untuk mewujudkannya dapat dilakukan tindakan/perlakuan selama pre
chick in yang dimulai dari:
• Tahap persiapan kandang yang optimal, seperti pengangkatan kotoran ayam (feses),
penyikatan, hingga ke sela-sela kandang, perbaikan kerusakan kandang dan
desinfeksi kandang.
• Desinfeksi tempat minum dan tempat pakan DOC sebelum digunakan kembali.
• Masa istirahat kandang yang cukup sebelum chick in (minimal 14 hari setelah
desinfeksi).
b. Persiapan dan perlengkapan kandang
Pemilihan bahan litter (sekam padi/jerami/serutan kayu halus/kertas), penyediaan
tempat pakan (feeder chick/nampan), tempat minum DOC dan indukan pemanas gas
(Gasolec). Sekam padi bahan yang umum dipakai sebagai litter dan ditabur di lantai dengan
ketebalan 8-12 cm. Sebelum masuk kandang, sekam padi perlu dikeringkan dan difumigasi
atau disemprot dengan desinfektan agar mematikan kuman penyakit yang mungkin ada.
Usahakan agar jumlah peralatan sesuai dengan standar kebutuhan DOC agar tidak terjadi
persaingan antar DOC baik dalam hal pakan, air minum dan ruang gerak. Pada Tabel 1
berikut disajikan Kebutuhan peralatan dan perlengkapan untuk 1.000 ekor DOC.
Tabel 1: Kebutuhan Peralatan dan Perlengkapan Periode Brooding Per 1.000 DOC
Peralatan Kapasitas Jumlah Dibutuhkan
Alat pemanas (Gasolec) sebaiknya dinyalakan satu hari sebelum DOC tiba, dengan
tujuan agar suhu di sekitar lingkungan sudah hangat dan merata. Suhu yang diperlukan
untuk DOC bisa diukur dengan menggunakan termometer yang diletakkan 5 cm di atas
permukaan sekam di pinggir chick guard (lingkaran pelindung). Kebutuhan suhu pada
masa brooding untuk DOC, seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2: Kebutuhan Suhu pada Masa Brooding
0-3 32-35
4-7 29-34
8-14 27-31
15-21 25-27
2. Chick In
a. Penimbangan dan penghitungan DOC
Saat chick in, pertama kali lakukan penimbangan (timbang DOC bersama-sama
boksnya lalu dikurangi berat boks kosong) dan penghitungan jumlah DOC. Sekaligus
memindahkan DOC ke chick guard, lakukan penyeleksian dengan mengisolasi DOC yang
terlihat lesu, bulu kusam, kerdil dan mata keruh, karena akan menurunkan uniformity (%
keseragaman bobot badan) dan kemungkinan menjadi sumber penyakit.
b. Pemberian pakan
Tiga sampai empat jam setelah semua DOC minum, segera berikan pakan starter
(kandungan protein 19-21%) sedikit demi sedikit dengan cara ditabur, karena daya tampung
tembolok yang terbatas dan terjaga kesegaran pakan akan memacu nafsu makan DOC agar
tetap tinggi dan peternak harus lebih sering mengontrol DOC. Berikut disajikan frekuensi
pemberian pakan seperti pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3: Frekuensi Pemberian Pakan Masa Brooding
Umur (hari) Frekuensi Pemberian Waktu Pemberian (Jam)
Pakan (kali)
1-3 9 6 8 10 12 14 16 19 21 23
4-6 8 6 8 10 12 14 16 19 21 -
7-10 7 7 10 13 15 17 19 21 - -
11-14 5 7 10 13 16 19 - - - -
Sumber: Manajemen Brooding (2010)
Pull chick adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke
ruang. Telur tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
dan mineral yang diperlukan untuk petumbuhan embrio sampai menetas.
Tidak sembarang telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau biasa disebut
dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak
dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau biasa disebut telur konsumsi
karena tidak terjadi proses pebuahan oleh jantan, maka dari itu telur tersebut tidak dapat
menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja.
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk
perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam satu wadah. Isi dari telur akan semakin
habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: kulit telur, bagian
cairan bening dan bagian cairan yang berwarna kuning.
Kerabang telur atau egg shell mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer dan mamillary
layer yang terbungkus oleh lapisan lender berupa kutikula. Lapisan luar terbentuk dari
kalsium, phosphor dan vitamin D yang merupakan lapisan paling keras yang berfungsi
melindungi semua bagian telur.
Untuk memperoleh daya tetas yang tinggi kita harus melakukan seleksi telur dengan
ketat. Karena sifat-sifat tertentu dari telur korelasinya sangat nyata dengan tinggi rendahnya
daya tetas. Ada beberapa jenis telur yang tidak boleh ditetaskan yaitu: telur kotor atau telur
lantai, telur retak, telur yang kulitnya tipis, atau bentuknya abnormal, telur double yolk
(kuning telur double) atau bahkan lebih dari dua, telur kecil ( berat dibawah standar telur
tetas) dan telur IB.
Day old chick
Dilakukan proses penimbangan dan penghitungan DOC: Saat chick in, pertama kali
lakukan penimbangan (timbang DOC bersama-sama boksnya lalu dikurangi berat boks
kosong) dan penghitungan jumlah DOC. Sekaligus memindahkan DOC ke chick guard,
lakukan penyeleksian dengan mengisolasi DOC yang terlihat lesu, bulu kusam,paruh
bengkok, kerdil dan mata keruh, karena akan menurunkan uniformity (% keseragaman bobot
badan) dan kemungkinan menjadi sumber penyakit.
Pemberian pakan: Tiga sampai empat jam setelah semua DOC minum, segera berikan
pakan starter (kandungan protein 19-21%) sedikit demi sedikit dengan cara ditabur, karena
daya tampung tembolok yang terbatas dan terjaga kesegaran pakan akan memacu nafsu
makan DOC agar tetap tinggi dan peternak harus lebih sering mengontrol DOC supaya aktif
dan bergerak tidak berkerumun.
Berikut tabel pemberian pakan pada masa chick in dan brooding.
Pemberian air minum: Setelah 6-8 jam pertama dan air minum mengandung gula aren
habis, isi tempat minum dengan air biasa plus vitamin elektrolit agar perkembangan tubuh
DOC lebih optimal dan lebih aktif bergerak kesana kemari tidak berkerumun.
Pengontrolan kondisi sekam: Pada 1-3 jam setelah chick in, lakukan pengontrolan suhu
sekam/litter apakah sudah nyaman atau belum dan bila ada yang basah diharapkan langsung
diganti atau dibalik. Salah satu teknik mendeteksinya adalah dengan memperhatikan kondisi
kaki DOC, di mana bila litter terlalu panas dan lembab maka yang akan terjadi pada kaki
ayam tampak kemerahan dan pecah-pecah di bagian kuku dan telapaknya, juga DOC yang
mengalami hal ini biasanya akan berkumpul menjauh dari brooder.Begitu juga sebaliknya
bila litter terlalu dingin maka kaki DOC teraba dingin (dibanding suhu tubuh manusia), yang
dampaknya konsumsi pakan menurun karena DOC lebih cenderung diam dan berkerumun
memadati brooder.
Dr.Drh.Ida Bagus Ngurah swacita, M. (2017). Bahan ajar kesehatan masyarakat Veteriner. Diambil
kembali dari simdos.unud.ac.id:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/8a4b32ae5fd1f9ab808c175f89016
415.pdf
Hadi, U. K. (t.thn.). Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam. Diambil kembali dari
http://upikke.staff.ipb.ac.id/: http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Pelaksanaan-
Biosecurity-pada-Peternakan-Ayam1.pdf
La Ode Nafiu, M. ,. (2014). DAYA TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR AYAM TOLAKI PADA. JITRO, 1-
44.
Rosaliya, S. (2015, Maret 22). Tahap-tahap Menetaskan Telur. Diambil kembali dari
http://iputdisini.blogspot.com/: http://iputdisini.blogspot.com/2015/05/tahap-tahap-
menetaskan-telur.html
Seto, R. (2018, November 21). MANAJEMEN PERALATAN DAN AKTIVITAS PERIODE BROODING.
Diambil kembali dari majalahinfovet: http://www.majalahinfovet.com/2018/11/manajemen-
peralatan-dan-aktivitas.html
4. Lampiran