Anda di halaman 1dari 39

PANDUAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENYEHATAN TANAH

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan panduan praktikum
mata kuliah penyehatan tanah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Linda Barus selaku Dosen Penyehatan
Tanah yang telah membimbing kami dalam menyusun panduan praktikum.

Dalam penyusunan panduan praktikum ini kami menyadari masih terdapat


kekurangan di dalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan panduan praktikum
ini.

Bandar Lampung, 11 Agustus 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halama
n Cover.......................................................................................................................I
Kata Pengantar............................................................................................................Ii
Daftar Pustaka............................................................................................................Iii
Praktikum I Konstruksi Tanah..............................................................................1
Praktikum II Kelembapan......................................................................................13
Praktikum III Ph Tanah...........................................................................................22
Praktikum IV Biopori...............................................................................................34
PRAKTIKUM I
KONSTRUKSI TANAH

Tempat : Poltekkes Tanjung Karang Kesehatan Lingkungan


Tujuan : 1. Untuk Mengetahui Jenis Tanah
2. Untuk Mengetahui Warna tanah

I. Tinjauan Pustaka

Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas
mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang
yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi.
Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang
menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga
merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di
darat. Dari segi klimatologi , tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi.

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi


sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman.

Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh


organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi.
Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar

1
(makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori). Tanah
dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam yang
menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya
yang khas dalam hal proses pemnbentukan, keterpadapatan, dinamika
dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Semua
orang yang hidup di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan
tetapi bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas di
permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya menjadikan tanah
sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam gembur yang
menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan
karakteristik fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang khas sebagai
akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun waktu
pembentukan batuan.

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari


komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah
tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair
dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari
imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut
sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila
pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat
yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang.
Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga
kekurangan makropi.

Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah
non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia
mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk dari pemadatan
terhadap bahan organik yang terdegradasi. Tanah organik mempunyai
warna yang gelap (hitam) dan merupakan pembentuk utama dari lahan
gambut. Tanah organik ini akan terus mengalami proses panjang selama
ratusan tahun untuk menjadi batu bara.
Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung
beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Tanah
ini biasanya memiliki kandungan mineral yang rendah. Pasokan mineral
yang bisa didapat oleh tanah organilk yaitu berasal dari aliran air atau hasil
dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami
karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup
air. Namun karena memiliki keasaman yang tinggi sebagian besar tanaman
yang menggunakan media tanah ini tidak bisa tumbuh secara maksimal.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral.

Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam
yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan
perwatakannya yang khas dalam hal proses pemnbentukan,
keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah
mengenal wujud tanah, akan tetapi bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran
tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya
menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam
gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan
mempunyai sifat dan karakteristik fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang
khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun
waktu pembentukan batuan.

Berikut jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia menurut Dudal dan


Suparaptoharjo (1957), yaitu:
A. Tanah Vulkanik
Tanah vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu vulkanik dari gunung
berapi. Tanah vulkanik dibagi menjadi dua:

1. Latosol
adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan
kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah,
bereaksi masam (pH 4.5 – 5.5), terjadi akumulasi seskuioksida,
tanah berwarna merah, coklat kemerahan hingga coklat kekuningan
atau kuning. Tanah terdapat mulai dari daerah pantai hingga 900 m
dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm per tahun. Tanah ini
cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis
tanah ini banyak terdapat di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali,
Jawa, Minahasa, dan Papua

2. Regosol

merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas


(unconsolidated) yang bukan dari bahan endapan alluvial dengan
perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil
tanah. Tanah regosol berciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu
sampai kuning, dan berbahan organik sedikit. Tanah ini cocok untuk
tanaman palawija (seperti jagung), tembakau, dan buah-buahan.
Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa, dan Nusa
Tenggara.

3. Tanah Organosol
Tanah organosol merupakan tanah hasil pelapukan bahan-bahan
organik dan mengandung banyak bahan organik. Biasanya bersifat
subur. Tanah jenis ini dibagi empat, yaitu:

1. Tanah Humus

merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik dan


bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecoklatan dan
cocok untuk tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini
banyak terdapat di P. Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan,
dan Papua.

2. Tanah Gambut
merupakan tanah hasil pembusukan yang kurang sempurna di
daerah yang selalu tergenang air seperti rawa. Tanah ini kurang
baik untuk pertanian karena kurang subur dan selalu tergenang air.
Tanah gambut banyak terdapat di Kalimantan Barat, pantai timur
Sumatra, dan pantai selatan-barat Papua.

3. Andosol

merupakan tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan


kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary)
dan reaksi tanah antara 4.5 – 6.5. Horison bawah-permukaan
berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai
padas tipis akibat semenatsi silika. Horison A dapat terdiri dari
molik atau umbrik yang terdapat diatas horison kambik. Cri
lainnya adalah BV rendah (< 85 g/cm3 ) lasifikasi Tanah
Indonesia Dian Fiantis (2012) 161 dan kompleks pertukaran
didominasi oleh bahan amorf. Tanah ini dijumpai pada daerah
dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai
3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi
serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.

4. Tanah Sawah

disebut juga sebagai „paddy soil‟ yang mempunyai horison


permukaan berwarna pucat karena terjadi reduksi Fe dan Mn
akibat genangan air sawah. Senyawa Fe dan Mn akan mengendap
dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan horison
agak memadas. Sifat tanah sawah beragam tergantung dari bahan
induk penyusunnya.

B. Tanah Aluvium (Aluvial)


1. Tanah aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di
dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu
dan subur. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu,
kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Tanah jenis ini banyak
terdapat di Sumatra bagian Timur, Jawa bagian utara, Kalimantan
bagian barat dan selatan, serta Papua utara dan selatan.
2. Regur: merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam,
kadar bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral
sampai alkalis. Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika
basah. Bahan induk tanah dari marl, shale (napal), berkapur,
endapan alluvial atau volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut
sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai subtropics dengan
curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm
C. Tanah Podzol
Tanah ini terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan
suhu yang rendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara,
tidak subur, dan berwarna merah sampai kuning. Merupakan tanah
dengan bahan organik cukup tinggi yang terdapat diatas lapisan
berpasir yang mengalami pencucian dan berawrna kelabu pucat
atau terang. Dibawah horison berpasir terdapat horison iluviasi
berwarna coklat tua sampai kemerahan akibat adanya iluviasi bahan
organik dengan oksida besi dan alumunium. Tanah ini berkembang
dari bahan induk endapan yang mengandung silika , batu pasir atau
tufa volkanik masam. Tanah dijumpai mulai dari permukaan laut
sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun Tanah
ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete. Tanah podzol
banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar,
Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua.

II. Alat dan bahan


A. Alat
NAMA ALAT GAMBAR
AUGER

METERAN

WADAH(AQUA
GELAS)

SENDOK SEMEN

B. Bahan
NAMA BAHAN GAMBAR

TANAH

III. Langkah kerja


1. Siapkan alat.
2. Gali atau lubangi tanah dengan auger dengan kedalaman ±20
sampai 30 cm.
3. Setelah itu ambil tanah secukupnya.
4. Masukan kedalam wadah yang telah disiapkan.
5. Lalu amati tanah tersebut sesuaikan dengan teori yang ada.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
B. pembahasan

Pengamatan dengan indra adalah suatu pengamatan yang


menggunakan indra pada tubuh kita dalam melaksanakan suatu
praktikum. Hubungan dan manfaat praktikum dalam bidang pertanian
di lapangan yakni dengan kita melakukan praktikum dasar ilmu tanah
mengenai tekstur, struktur, serta konsistensi tanah maka kita akan
mengetahui hal-hal yang penting untuk membudidayakan suatu
tanaman yang berhubungan dengan media tanam. Tekstur tanah sangat
mempengaruhi usaha pertanian, di mana tekstur tanah yang kasar,
tidak dapat menjadi media tanam yang baik. Tekstur tanah yang halus,
dapat menjadi media tanam, tetapi kurang baik karena mempengaruhi
kuat tidaknya perakaran.

Pengaruh struktur tanah terhadap pertumbuhan terjadi secara langsung.


Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman lebih tinggi dibandingkan struktur tanah yang
padat. Konsistensi tanah sendiri juga berpengaruh pada media tanam
suatu tanaman, dengan mengetahui kemantapan suatu tanah dan
kegemburan tanah, sehingga dapat diolahdengan baik (Zapata,F.,
2002,)

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah
ditentukan dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah.
Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan
warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering
jenuhair berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidratasi senyawa
besiakan berwarna merah.Warna tanah akan berpengaruh pada
keseimbangan panas dankelembaban tanah. Hal ini secara tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme
dan struktur tanah. (Maslul,2003)

V. Kesimpulan
Dari praktikum diatas kita dapat mengetahui jenis tanahnya yaitu
Termasuk kedalam tanah Latosol. Latosol adalah tanah yang telah
mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan bahan organik,
mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH 4.5 –
5.5), terjadi akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat
kemerahan hingga coklat kekuningan atau kuning. Tanah terdapat
mulai dari daerah pantai hingga 900 m dengan curah hujan antara
2500 – 7000 mm per tahun. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija,
padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis tanah ini banyak terdapat di
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, dan Papua.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Fahmuddin, Yusrial, Sutono. 2011. “Penetapan Tekstur Tanah”. Jurnal


Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Perencanaan Sumber Daya Lahan.
Hlm 43-45.

Alexandra. 2001. Incubation Experiments on Net Nmineralization in Sandy Soils


of Northern Greece. Procceeding of 17th World Congress on Soil
Science 14-21 August 2002 in Bangkok, Thailand. 8p e-Magazine.

Arsy, MacMadd. 2007. Removal N, P, K and Ca by an Onion crop (Allium cepa


L) in a silty-clay soil, in a semiarid region of venezuela. Acta
horticultura 555: 103-109.

http://farahatikahgeografitanah.blogspot.com/p/pengertian-tanah.html.
Di akses 20 oktober 2019 pukul 15.00 wib
PRAKTIKUM II

KELEMBAPAN

Tempat : Lapangan Volly Kesehatan Lingkungan


Tujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat kelembapan tanah
3. Untuk mengetahui cara pengukuran kelembapan pada
tanah
4. Untuk mengetahui perbandingan kelembapan tanah

I. Tinjauan Pustaka

Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas
mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang
membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat
mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di
bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai
mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi
sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi.

Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori
tanah yang berada di atas water table (Jamulya dan Suratman, 1993).
Definisi yang lain menyebutkan bahwa kelembaban tanah menyatakan
jumlah air yang tersimpan di antara pori – pori tanah. kelembaban tanah
sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan
tanah, transpirasi dan perkolasi (Suyono dan Sudarmadil, 1997).
Kelembaban tanah memiliki peranan yang penting bagi pemerintah untuk
mengetahui informasi seperti potensi aliran permukaan dan pengendali
banjir, kegagalan erosi tanah dan kemiringan lereng, manajemen sumber
daya air, geoteknik, dan kualitas air. Kelembaban tanah merupakan salah
satu variabel kunci pada perubahan dari air dan energi panas di antara
permukaan dan atmosfer melalui evaporasi dan transpirasi (Arnold, 1999).
Informasi kelembaban tanah juga dapat dipergunakan untuk manajemen
sumber daya air, peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan
perkiraan cuaca (Arnold, 1999). Selain itu, kelembaban tanah penting bagi
para pakar pertanian. Defisit dalam kelembaban dapat menuju pada
kelayuan tanaman dan tindakan perbaikan tepat pada waktunya melalui
irigasi dapat menyelamatkan tanaman pertanian (Lo, 1996). Pertumbuhan
vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu. Oleh karenanya,
dapat dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu dapat
menentukan bentuk tata guna lahan. Peristiwa kekeringan yang terjadi di
suatu daerah juga lebih banyak berkaitan dengan berapa besar tingkat
kelembaban yang ada di dalam tanah daripada jumlah kejadian hujan yang
turun di tempat tersebut. Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa
tingkat kelembaban tanah yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan
dalam hal kegiatan pemanenan hasil pertanian atau kehutanan yang
menggunakan alat – alat mekanik (Asdak, 2004). Setiap jenis tanah,
tergantung tekstur dan penyebaran pori – pori tanah, memperlihatkan variasi
karakteristik kelembaban tanah. Tekstur tanah biasanya mengacu pada
jumlah fraksi tanah yang dikandungnya. Sedangkan kecenderungan butir –
butir tanah membentuk gumpalan tanah atau menunjukan keremahan tanah
dalam hal ini menandakan struktur tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah, bahan organik, dan cacing tanah. Tanah pasir atau berpasir
tidak mempunyai struktur (Asdak, 2004). Sifat fisik tanah ini berperan
dalam hal kemampuannya menyimpan air, misalnya pada tanah berpasir
kapasitas menyimpan air sangat rendah, sehingga tanaman akan segera
menghabiskan persediaan air dan akan menjadi kering lebih cepat daripada
tanaman yang tumbuh pada tanah lempung. Jadi besar kecilnya kemampuan
tanah untuk menyimpan air ini akan menentukan kandungan kelembaban
tanahnya (Hoffer, 1978 dalam Kusworo, 1998).
II. Alat dan Bahan

A. Alat :

1. Auger
2. Soil Moist pH Detector
3. Sekop
4. Wadah

B. Bahan
1. Tanah
2. Air

III. Prosedur Kerja


1. Siapkan auger
2. Tentukan titik tempat tanah untuk di ambil sampel,
3. Gali lobang dengan menggunakan auger dengan kedalaman 30 cm,
4. Ambil sampel tanah dengan menggunakan sekop pada kedalaman
tersebut, letakkan di dua wadah,
5. Berikan sedikit air pada salah satu wadah,
6. Hidupkan alat dengan menekan tombol on kearah kiri dengan
keterangan moist,
7. Tanamkan alat tersebut ke dalam permukaan sampel tanah tersebut,
8. Lihat arah jarum pengukur pada Soil Moist pH Detector lalu
bandingkan antara tanah tanpa air dan tanah yang sudah diberi air.
IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan

1. Tanah tanpa air 6.6

2. Tanah dengan air 7,1


B. Pembahasan
Dalam pengukuran kelembapan ini, tanah dibedakan menjadi dua
macam. Yaitu, tanah tanpa air dan tanah dengan air. Tujuan
pemberian air pada salah satu tanah tersebut adalah, untuk
mengetahui perbandingan kelembapan tanah tersebut.
Dalam pengukuran kelembapan tanah tersebut didapatkan hasil pada
tanah tanpa air kelembabannya mencapai 6,6 sedangkan tanah
dengan air didapatkan hasil kelembapannya mencapai 7,1 .

V. Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pengukuran kelembaban pada tanah tanpa air di dapatkan 6,6
2. Pada pengukuran kelembaban pada tanah dengan air di dapatkan 7,1
Daftar Pustaka

Hans.Jeanny,2010http://www.bestairdehumd.com/new/apa-itu
kelembaban/( diakses tanggal 6 September 2019 pukul 13.08 WIB )

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-
profil- tanah.html ( diakses tanggal 6 September 2019 pukul 13.08
WIB ) https://www.generasibiologi.com/2016/03/kadar-lengas-atau-
kelembaban-tanah.html ( diakses tanggal 6 September 2019 pukul 13.08
WIB )
PRAKTIKUM III
pH TANAH

Tempat : Lapangan voli kampus kesehatan lingkungan


Tujuan : 1. Mahasiswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur,
2. Mahasiswa mengecek tanah menggunakan pH meter

I. Tinjauan Pustaka

Reaksi tanah adalah sifat kimia tanah yang paling penting untuk diamati
karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam
tanah, antara lain proses pembentukkan mineral lempung, reaksi kimia dan
biokimiawi tanah, serta penentuan status hara dalam tanah. Reaksi tanah
menunjukan perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah dan
keasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Penentuan pH tanah merupakan salah satu uji penting yang dapat
digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan seperangkat faktor
utama kimia tertentu untuk menentukan pH terukur pada tanah.

Reaksi pH tanah berdasarkan atas dua unsur kimia di mana kemasaman


tanah merupakan asam-asam organik dan anorganik serta ion-ion H+ dan
Al dapat ditukar. Misal koloid dan sumber alkalinitas atau garam-garam
alkalis. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
contohnya pH tanah serendah 5,5 atau kurang, maka penyakit tanaman
mungkin disebabkan oleh defisiensi besi sehingga warna daun pucat
karena senyawa besi mudah larut dalam asam (Foth, 1982).

PH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan


tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung berupa
tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Sebaliknya untuk tanah gambut pH tanah dapat kurang dari 3,0. Kisaran
pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Alkalis dapat
menunjukan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang
ber-pH ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan
hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan ke dalam
beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Dalam tanah asam konsentrasi
H+ melebihi ion OH-. Tanah tersebut dapat mengandung Al, Fe, dan Mn
terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan terdapat di daerah
kering. Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al,
Fe, dan Mn terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah (Tan,
1998).
Larutan tanah merupakan sifat tanah yang mengandung ion-ion terlarut
yang merupakan hara tanaman. Konsentrasi ion-ion ini sangatlah beragam,
tergantung pada ion terlarut serta jumlah bahan pelarut. Reaksi tanah yang
penting ialah masam, netral, dan alkalis. Hal ini didasarkan pada jumlah
ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam larutan tanah ditemukan
ion H+ lebih banyak dari ion OH-, maka reaksi tanah tersebut adalah
masam. Bila ion H+ sama dengan atau seimbang dengan ion OH - maka
reaksi tersebut adalah netral. Dan jika ion OH- lebih banyak dari ion H+
maka reaksi tersebut disebut reaksi alkalis (Pairunan, 1985).
Pada umumnya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin
dilakukan untuk memonitor pengaruh raktek pengelolaan pertanian
terhadap efisiensi penggunaan N, kelarutan Al, dan hubungannya dengan
dampak lingkungan. Sebagian besar lahan yang mempunyai pH sangat
rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila
tanah bersifat masam dinetralisir dengan pemberian kapur. Sebaliknya
apabila tanah terlalu basa dapat diturunkan pHnya dengan pemberian
belerang. Tanah masam khususnya di daerah tropika mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara. Apabila tanah (pH) rendah,
maka satu atau lebih faktor tanah yang tidak menguntungkan muncul dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (Gaur, 1981)
II Alat dan Bahan

- Alat
1. Auger
2. Meteran
3. Sekop
4. pH meter

- Bahan
1. Tanah
2. Air

III Prosedur Kerja

1. Siapkan alat yang akan kita gunakan,


2. Pilih lokasi pengambilan sampel tanah,
3. Lubangi tanah menggunakan alat Auger sedalam 30cm,
4. Ambil tanah pada bagian paling bawah,
5. Masukkan tanah tersebut kedalam 2 gelas plastik,
6. Tambahkan air pada salah satu gelas yang berisi tanah,
7. Lalu tancapkan pH meter pada masing-masing gelas aqua yang telah
berisi tanah,
8. Lalu identifikasi pH masing-masing tanah,
9. Lalu, catat masing-masing pH tanah tersebut.

IV. Hasil dan Pembahasan

 Hasil

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai


berikut : pH tanah tanpa air : 7,9
pH tanah dengan air : 7,5
 Pembahasan

Dalam pengukuran pH tanah ini, tanah dibedakan menjadi dua macam.


yaitu tanah tanpa air dan tanah dengan air. Tujuan pemberian air pada salah
satu tanah tersebut adalah, untuk mengetahui perbandingan pH tanah
tersebut.
Dalam pengukuran pH tanah tersebut didapatkan hasil pada tanah tanpa air
pH tanahnya mencapai 7,9 sedangkan tanah dengan air didapatkan hasil
pH tanahnya mencapai 7,5.

V. Kesimpulan

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum sesuai dengan prosedur,
2. Mahasiswa dapat mengetahui pH pada tanah yang telah di uji.
Daftar Pustaka

Http://petanimudaberdasi.blogspot.com/2016/09/laporan-ph-tanah-dasar-
dasar-ilmu- tanah.html

Foth, H.D. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Hakim, N.M. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.


Lampung.

Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Pairunan. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Pengurus


Perguruan Tinggi Indonesia Timur. Makasar.

Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Tan, H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

http://www.laporanpraktikum.com/2018/03/laporan-praktikum-penentuan-ph-
tanah.html

Bunting. 1981. Konservasi Tanah dan Air. CV. Pustaka buana: Bandung.

Gaur. 1981. Soil Clasification in Indonesia. Balai Penjelasan Pertanian.


Bogor.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo :


Jakarta

Kartosapoetra. 2004. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Riko cipta:


Jakarta
Pairunan,A.1985. Dasa - Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan
Tinggi Negri Indonesia Timur: Makassar.
PRAKTIKUM
IV BIOPORI

Tempat : Poltekkes Tanjung Karang Kesehatan Lingkungan


Tujuan : 1. Untuk menguasai teknik pembuatan biopori.
2. Untuk membuktikan manfaat biopori.

I. Tinjauan Pustaka

Biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir
dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini
dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut
Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan
membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik
untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada
lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya
mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini
kemudian disebut dengan nama biopori.

Secara alami, biopori adalah lubang-lubang kecil pada tanah yang


terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau
pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan
menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke
saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang
tersebut.

Tetapi, di daerah perkotaan, keberadaan pepohonan semakin tergusur oleh


bangunan-bangunan sehingga lubang biopori menjadi semakin langka.
Lagi pula, banyaknya pepohonan tidak selalu mengartikan akan ada
banyak air yang terserap, karena permukaan tanah yang tertutup lumut
membuat air tidak dapat meresap ke tanah.
Defenisi Biopori menurut saya adalah, lubang resapan yang dibuat dengan
sengaja, dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan (diameter 10 sampai
30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm) yang ditutupi sampah organik
yang berfungsi sebagai penyerap air ke tanah dan membuat kompos alami.
Seperti postingan saya yang lalu yang berjudul Biopori: Solusi Teknologi
Ramah Lingkungan menyebutkan bahwa Biopori merupakan metode
alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur
resapan. Berikut beberapa fungsi dan tujuan dari Biopori.

Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :

1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah


airtanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

1. Buat lubang silindris secara vertikal


ke dalam tanah dengan diameter 10 c.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau
tidak sampai melampaui muka air
tanag bila air ternyata dangkal. Jarak
antar lubang antara 50 - 100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat


dengan semen selebar 2-3 cm dengan
tebal 2 cm disekeliling mulut luang.

3. Isi lubang dengan sampah organik


yang erasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan
rumput.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya


sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.

5.Kompos yang terbantuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Banjir merupakan musuh tahunan warga di sejumlah daerah di tanah air.
Pembukaan lahan, perataan tanah untuk pembangunan pemukiman dan
prasarana lainnya mengakibatkan pemadatan tanah, berkurangnnya sumber
bahan organik tanah, serta rusaknya liang-liang bekas penembusan dan
galian fauna tanah.

Pada saat pembangunan sebagian permukaan lahan dipadatkan untuk


bangunan dan prasarana jalan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar air
hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, tetapimengalir ke permukaan
tanah dan dibuang melalui saluran drainase. Buruknya saluran
pembuangan air (drainase) serta menurunnya daya serap tanah akibat
pembangunan mengakibatkan banjir.

Satu bongkahan seukuran buah kelapa mengandung ratusan lubang yang


menyerap air dikala hujan. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya
lubang tak kasatmata yang terdapat pada bongkahan, berupa ratusan
lubang biopori. Lubang-lubang ini berfungsi menyerap air, menyaring air
bersih, mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara pada tanah.

Lubang-lubang biopori akan terisi udara, dan akan menjadi tempat


berlalunya air dalam tanah. Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam
jumlah banyak maka kemampuan sebidang tanah untuk meresapkan air
akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air
akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Hal
ini akan mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.

Peningkatan jumlah biopori dapat dilakukan dengan membuat lubang


vertikal di dalam tanah. Lubang-lubang tersebut diisi dengan bahan-bahan
organik seperti daun-daun kering, potongan rumput, atau tanaman, serta
sampah organik rumah tangga. Bahan-bahan organik ini dijadikan sumber
energi bagi organisme hidup di dalam tanah. Peningkatan aktivitas
organisme tersebut akan meningkatkan jumlah biopori yang terbentuk.

Lubang biopori merupakan teknologi sederhana untuk konservasi lahan


dan penyediaan air bersih. Lubang ini dikembangkan atas dasar prinsip
ekohidrologis, yaitu memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan
fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Teknologi ini bisa diaplikasikan di
kawasan perumahan yang 100% kedap air atau sama sekali tidak ada tanah
terbuka maupun di areal persawahan yang berlokasi di kawasan
perbukitan. Lubang sebaiknya dibuat di bagian tanah yang tidak terendam
air atau lebih tinggi dari saluran air. Jika lubang tersebut terendam air
maka fauna tanah seperti cacing, rayap, dan semut akan kekurangan
oksigen. Selain itu, menyebabkan hilangnya kemampuan meresapnya air
karena sudah jenuh.
Konservasi air erat kaitannya dengan konservasi tanah, karena keduanya
memiliki pengertian yang sama ialah konservasi tanah dan air atau yang
sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan
untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan
kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena
erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan
manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin
berkurang.

Biopori adalah liang atau terowongan-terowongan kecil di dalam tanah


yang terbentuk akibat aktivitas perakaran tanaman dan berbagai fauna
tanah, seperti cacing, rayap, semut, dan lain-lain. Biopori yang terbentuk
akan terisi udara, dan akan menjadi tempat lewatnya air di dalam tanah
sehingga memperlancar peresapan air ke dalam perkembangan akar
tanaman serta populasi dan aktivitas fauna tanah.

Teknologi biopori disebut pula mulsa vertikal, karena teknologi ini


mengandalkan jasa fauna tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk
pori-pori alami di dalam tanah. Adanya sampah organik menyebabkan air
bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki. Peningkatan jumlah biopori
dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan bahan oganik. Bahan organik yang dimasukkan ke
dalam lubang tersebut dapat berupa sampah organik rumah tangga, daun-
daun, potongan rumput, atau vegetasi lainnya.

Jumlah Lubang Resapan Biopori (LRB) yang Diperlukan


Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:

Pada 100 m2 bidang kedap dengan intensitas hujan lebat 50 mm/jam dan
laju peresapan air per lubang 3 l/menit atau 180 l/jam, perlu dibuat lubang
resapan biopori sebanyak (50 x 10)/180 atau 28 lubang.
Apabila lubang biopori dibuat dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100
cm, maka setiap lubang dapat menampung sampah organik lebih kurang
7,8 l. Setiap lubang dapat diisi sampah organik selama 2 sampai 3 hari.
Dengan demikian 28 lubang yang dibuat tersebut baru dapat dipenuhi
sampah organik selama 56 sampai 84 hari.

Dalam selang waktu tersebut, lubang biopori yang diisi sampah organik
awal sudah menjadi kompos dan siap untuk dipanen. Setelah diambil
komposnya, lubang biopori tersebut dapat diisi lagi dengan sampah
organik baru, begitu seterusnya.

Manfaat Tekhnologi Biopori


Setelah lubang biopori dibuat segala manfaat dapat dicapai, antara lain:
1. Meningkatkan daya peresapan air dan cadangan air tanah.
Pembuatan lubang resapan biopori akan memperluas bidang permukaan
peresapan air seluas permukaan dinding lubang.

Suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm yang


semula mempunyai bidang permukaan resapan 79 cm2 setelah dibuat
lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya
menjadi 0,3 m2. Terjadi pertambahan luas bidang peresapan sampai 40
kali. Permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 100 cm yang
semula mempunyai bidang permukaan bidang resapannya menjadi 3,14
m2. Terjadi pertambahan luas bidang peresapan 4 kali.

Diameter lubang yang kecil akan mempunyai pertambahan luas bidang


peresapan yang lebih besar sehingga lubang resapan biopori dibuat dengan
diameter kecil. Lubang resapan biopori yang dibuat dengan diameter kecil
akan mengurangi beban resapan, sehingga laju peresapan air dapat
dipertahankan. Beban resapan adalah volume air yang masuk ke dalam
lubang dibagi luas permukaan resapan (dinding dan dasar lubang).
Peningkatan diameter lubang meningkatkan beban resapan dan
mengurangi pertambahan luas bidang resapan. Kombinasi antara luas
bidang resapan dan adanya biopori secara bersama-sama akan
meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Peresapan air
hujan ini selain dapat mencegah banjir juga dapat meningkatkan cadangan
air tanah.

2. Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos


Setiap rumah tangga akan menghasilkan sampah organik yang berupa
sampah dapur atau sampah tanaman pekarangan yang dapat dimasukkan
ke dalam lubang resapan biopori. Sampah organik ini merupakan sumber
energi dan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh biota tanah untuk
melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah
didekomposisi ini dikenal sebagai kompos. Melalui proses dekomposisi,
lubang resapan biopori akan berfungsi sekaligus sebagai tempat
pembuatan kompos. Kompos yang dihasilkan dapat dipanen pada setiap
periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
berbagai jenis tanaman.

3. Mengurangi emisi CO2 dan Metan


Sampah organik yang berupa rumput, daun-daun kering dan ranting-
ranting sisa tanaman kaya akan sumber karbon. Pembakaran sampah
organik akan meningkatkan emisi gas-gas seperti CO 2 dan metan yang
merupakan salah satu penyusun gas rumah kaca. Disinyalir peningkatan
emisi gas tersebut ke atmosfir merupakan salah satu penyebab utama
adanya pemanasan global yang ramai dibicarakan saat ini. Pembuangan
sampah organik ke dalam lubang resapan biopori dapat memfungsikan
tanah kembali sebagai penyimpan karbon, sehingga dapat mengurangi
emisi karbon ke atmosfir. Karbon yang tersimpan di dalam tanah dalam
bentuk humus tidak akan mudah diemisikan, bahkan dapat memelihara
kesuburan tanah.
4. Mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan oleh adanya genangan
air.
Permukaan tanah terbuka yang terkena sinar matahari akan ditumbuhi
lumut yang dapat menyumbat pori, apalagi di daerah pemukiman yang
banyak dipenuhi bangunan. Hal ini akan mengakibatkan air tidak dapat
meresap ke dalam tanah. Air yang tidak meresap ke dalam tanah akan
menimbulkan genangan air.

Adanya genangan air yang terus menerus ini merupakan habitat yang baik
bagi berkembang biaknya berbagai jenis nyamuk yang dapat menjadi
pembawa penyakit, seperti malaria dan demam berdarah dengue.
Pembuatan lubang resapan biopori dapat meresapkan genangan air
tersebut, sehingga mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk.

II. Alat dan bahan


A. Alat

NAMA ALAT GAMBAR

Auger

Bor
Sekop

Meteran
Pipa PVC

Dup

B. Bahan
NAMA BAHAN GAMBAR

Adukan semen
Sampah organik

Air

III. Langkah kerja

1. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan


kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
2. Tanah yang akan dilubangi disiram dengan air supaya mudah untuk
dilubangi.
3. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar
2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil
atau orang yang terperosok.
4. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur,
ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah
dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di
akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.

Untuk menghindari bahaya terperosok dan longsoran tanah


pada lubang resapan biopori, bisa dilakukan dengan:

1. Beri paralon (pipa pvc) seukuran lubang dengan panjang 10-15 cm


2. Bila diperlukan, tambahkan penyemenan (campuran semen dan
pasir) di sekeliling mulut lubang
3. Bila daerah lubang sering dilalui orang, tutup lubang dengan
kawat atau jaring.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum diatas kita telah mengetahui proses
pembuatan lubang biopori dan manfaat lubang biopori tersebut
sesuai ketentuan yang ada.

B. pembahasan
pada praktikum pertama yaitu pembuatan lubang biopori.menurut
Kartika Chrysti S (2014) biopori adalah lubang-lubang kecil pada
tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah
seperti cacing atau pergerakan akar-akar didalam tanah. Lubang
tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air.jadi
air hujan tidak langsung masuk kesaluran pembuangan air,tetapi
meresap kedalam tanah melalui lubang tersebut.

Kemudian lubang biopori diisi oleh sampah organic.menurut,Sinta


Ardiyanti (2013) sampah organic adalah sampah yang bisa
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan
yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Manfaat dari pembuatan lubang biopori adalah :
 mencegah banjir
 tempat pembuangan sampah organik
 menyuburkan tanaman
 meningkatkan kualitas air tanah

V. Kesimpulan
 kita telah dapat menguasai teknik pembuatan biopori.
 Kita telah membuktikan manfaat biopori.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/4531983/laporan_biopori
Di Akses Pada Jum‟at 25 Oktober 2019 pukul 19.36 WIB

https://www.slideshare.net/mobile/hariyatunnisa/praktikum-
pembuatan-lubang-biopori
Di Akses Pada Jum‟at 25 Oktober 2019 pukul 20.10 WIB

http://nonieasti.blogspot.com/2011/07/makalah-biopori.html
Di Akses Pada Jum‟at 25 Oktober 2019 pukul 21.10 WIB
LAMPIRAN

PROSES PENYEMENAN PROSES MEMASUKAN SAMPAH


SEKELILING ORGANIK PADA PIPA BIOPORI
PIPA BIOPORI

PROSES MENGGALI TANAH HASIL TANAH


MENGGUNAKAN AUGER

Anda mungkin juga menyukai