20190722123821narasi RPJMN IV 2020 2024 - Revisi 28 Juni 2019
20190722123821narasi RPJMN IV 2020 2024 - Revisi 28 Juni 2019
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2020-2024
Indonesia Berpenghasilan Menengah - Tinggi
yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
DAFTAR ISI ii
Lampiran
• L ampiran 1 - Matrik Major Project RPJMN 2020 - 2024 277
• Lampiran 2 - Pengarusutamaan 293
iii
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
NASIONAL IV 2020-2024:
Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan
Arahan RPJPN 2005-2025
1
Tema dan Agenda Pembangunan
Kerangka Ekonomi Makro
Batasan Pembangunan (Development Constraint)
Kaidah Pembangunan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025
Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan
Memperkuat Ketahanan
Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata
Menengah (RPJMN) 2015-2019 menghadapi 5,6 persen per tahun dan merupakan pendorong
berbagai tantangan peristiwa ekonomi global, utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap
seperti krisis utang Yunani, Brexit, ketidakpastian pertumbuhan investasi utamanya didukung oleh
kebijakan Amerika Serikat seperti proteksionisme perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur
perdagangan dan normalisasi kebijakan moneter, dan peningkatan layanan investasi. Selanjutnya,
proses rebalancing ekonomi Tiongkok, dan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-rata
berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut 5,0 persen per tahun. Di samping itu, konsumsi
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi pemerintah tumbuh rata-rata 3,0 persen per tahun
dan perdagangan dunia pasca krisis keuangan di tengah tekanan menurunnya pendapatan negara.
global tahun 2008 berjalan lamban. Sementara itu, baik ekspor maupun impor barang
dan jasa riil tumbuh rata-rata 2,9 persen per tahun.
Namun demikian, perekonomian domestik tetap
tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun sepanjang Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga
empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN (2015- yang tercermin dari laju inflasi dan nilai tukar yang
2018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan
negara berkembang dunia sebesar 4,5 persen per defisit transaksi berjalan yang berada dalam batas
tahun. Pencapaian tersebut didukung oleh berbagai aman. Sepanjang 2015-2018, inflasi mencapai
kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui rata-rata 3,3 persen per tahun, atau dalam rentang
kebijakan peningkatan iklim investasi, perbaikan target. Sementara itu, di tengah upaya pengendalian
daya saing industri, perbaikan efisiensi logistik, nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, kondisi
stimulus ekspor, serta promosi pariwisata dan neraca pembayaran Indonesia masih relatif kuat
perkuatan daya beli masyarakat.. yang tercermin dari peningkatan cadangan devisa
Indonesia dari USD111,9 miliar pada tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut menjadi USD120,7 miliar pada Desember 2018.
didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor.
Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,3 persen Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk
per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh mendukung pertumbuhan dan menjaga
rata-rata 3,7 persen per tahun di antaranya melalui stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan
perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu kesinambungan fiskal jangka menengah. Hal ini
produktivitas. Sementara itu, industri jasa mampu tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari 30
menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya persen PDB dan defisit anggaran dan keseimbangan
industri jasa informasi dan komunikasi dan industri primer yang terus mengecil dan menuju positif pada
transportasi dan pergudangan yang tumbuh tahun 2018.
masing-masing sebesar 8,8 dan 7,4 persen per
tahun.
9,82 5,34
(2018) (2018)
1. Hasil estimasi Bappenas. Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut
World Bank per Juli 2018 sebesar USD3896.
basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas
5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2018
0 7,5% 6,4% 5,3%
-5
-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018
Industry
4.0
5,7 5,9
(4.800) (5.560)
5,5 5,5 5,7
(4.390) (4.740) (5.140) 5,5
5,4 (5.780)
(4.370) 5,5
5,4 5,4 (5.390)
5,3 (5.020)
(4.680)
(4.340)
3. Berdasarkan kajian potential growth Bappenas, apabila tidak dilakukan kebijakan apapun, pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke
depan adalah sebesar 4,9 persen. Untuk mencapai target pertumbuhan 5,4-6,0 persen diperlukan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja sebesar 68-70 persen, pertumbuhan investasi 6,9-8,1 persen, pertumbuhan Total Factor Productivity sebesar 30-70 persen dan rata-rata
lama sekolah 10 tahun dalam setiap skenario.
Defisit Transaksi
Share Industri Berjalan
Tingkat Investasi Pengolahan
6,9-8,1 2,2-1,8
persen (2020-2024)
20,1-21,3 persen PDB
persen (2024) (2020-2024)
Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan
Tingkat Inflasi
Non Migas Non Migas
2,0-4,0
persen (2020-2024)
9,2-11,4 5,8-7,6
persen (2020-2024) persen (2020-2024)
Gambar 1.6 Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan
Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas serta Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk pendapatan petani dan nelayan tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0
Gambar 1.8 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata
Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung
yang sehat dengan tetap memberikan dorongan aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi (industri
stimulus terhadap perekonomian. Pendapatan manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
negara ditargetkan meningkat menjadi rata-rata
13,7 – 14,8 persen PDB per tahun, dengan rasio Dorongan stimulus terhadap perekonomian lainnya
perpajakan mencapai rata-rata 11,7 – 12,7 persen juga dilakukan dengan penajaman belanja negara.
PDB per tahun. Hal ini dicapai melalui perbaikan Total belanja negara akan mencapai rata-rata 15,8
yang bersifat berkelanjutan baik dari sisi administrasi – 16,8 persen PDB per tahun, dengan belanja
maupun kebijakan. Dari sisi administrasi, akan pemerintah pusat mencapai rata-rata 9,9 – 10,3
terus dilakukan pembaruan sistem administrasi persen PDB per tahun dan TKDD sebesar 6,0 – 6,5
perpajakan sebagai upaya perbaikan basis data persen PDB. Defisit akan dijaga di bawah batas
perpajakan dan peningkatan kepatuhan. Dari yang diperbolehkan undang-undang menjadi rata-
sisi kebijakan, pemerintah akan terus melakukan rata (2,2) – (2,0) persen PDB per tahun dengan
penggalian potensi penerimaan, antara lain potensi keseimbangan primer yang mendekati nol, sebesar
yang berasal dari aktivitas jasa digital lintas negara rata-rata (0,3) – (0,2) persen PDB per tahun. Dengan
dan ekstensifikasi barang kena cukai. Adapun, komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga di
kebijakan ini juga diimbangi dengan peran kebijakan bawah 30 persen PDB.
perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi
11,7-12,7% PDB1 2,0-2,1% PDB 0,0-0,0% PDB 9,9-10,3% PDB 6,0-6,5% PDB (0,3) - (0,2) % PDB (2,2) - (2,0) % PDB
(Rp2.444,6-2.679,1 T) (Rp405,1-443,1 T) (Rp0,7-0,7 T) (Rp2.055,4-2.158,6 T) (Rp1.247,1-1.383,5 T) (Rp(74,0)-(43,6) T) (Rp(452,1)-(419,3) T)
12,5-13,4% PDB2
(Rp2.602,0-2.829,9 T)
1
Tax Ratio arti sempit
Belanja K/L Belanja Non K/L Rasio Utang
2
Tax Ratio arti luas
5,7-6,1% PDB 4,1 - 4,2% PDB
(Rp1.179,3-1.294,8 T) (Rp863,8-876,0 T) 29,8 – 30,1% PDB
* Rata-rata 5 tahunan
Skenario Low dan Skenario High
MALUKU
2020: 6,88%
2024: 7,47%
2008
2050
2002
2020
2004
2040
2006
2028
2048
2030
2022
2024
2042
2026
2044
2046
2038
2032
2034
2036
2010
2018
2012
2014
2016
Luas tutupan hutan, baik hutan primer maupun dipertahankan minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di
sekunder yang terletak di atas lahan gambut tahun 2000. Dengan arti lain, diperlukan tambahan
semakin berkurang. Moratorium lahan gambut dari gambut yang direstorasi seluas 2 juta ha dari tahun
tahun 2015 belum mampu sepenuhnya mencegah 2015 sesuai Perpres Moratorium Gambut untuk
penurunan tutupan hutan di atas lahan gambut. mencapai batas minimal tersebut. Untuk itu, upaya
restorasi lahan gambut perlu menjadi prioritas.
Dalam rencana pembangunan ke depan Total
tutupan hutan di atas lahan gambut perlu
Gambar 1.12 Tutupan Hutan Primer Indonesia Tahun 2015 (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)
Gambar 1.14 Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Spesies Target terancam Punah selama periode
2000-2045.
Gajah Kalimantan
−1%
Orangutan
Sumatera Anoa Babirusa
Orangutan Borneo
−48% −38% −8% −2%
Gajah Sumatera
−44%
Harimau Sumatera
−39%
Badak Jawa
−12% Owa Jawa
−12%
Habitat spesies kunci terancam punah semakin Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah
berkurang signifikan akibat pengurangan luas pemukiman yang saat ini sudah terkena efek abrasi/
tutupan hutan (Gambar 1.11). Analisis menunjukkan akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang
bahwa tutupan hutan pada habitat species langka berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang
di sebelah barat garis Wallacea akan menyusut dari 253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang perlu
80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen di waspada akan dampak abrasi/akresi sepanjang
tahun 2045, terutama pada wilayah Sumatera dan 155 km.
Kalimantan. Diperkirakan luas key biodiversity areas
di sisi timur Garis Wallacea, khususnya wilayah E. Kawasan Rawan Bencana
Papua juga berkurang signifikan. Secara geografis, Indonesia merupakan negara
yang rawan akan bencana, baik bencana
Sesuai hasil analisis KLHS RPJMN 2020-2024, hidrometeorologis maupun geologis. Sebagian
luas tutupan habitat spesies langka yang harus besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-
dipertahankan minimal seluas 43,2 juta ha. Bila jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
kehilangan habitat satwa langka ini tidak diantisipasi subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga
dengan baik maka dikhawatirkan memicu bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan
ketidakstabilan ekosistem yang dapat menjadi infrastruktur dan konektivitas dasar namun
hambatan utama dalam pembangunan juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa
yang sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen)
D. Area Pesisir Rentan Abrasi / Akresi penduduk berpotensi terpapar gempa >0.1 g, dan
Total panjang pesisir rentan abrasi/akresi akibat 4 juta tinggal 1 km dari sesar aktif; Sekitar 3,7 juta
perubahan tinggi muka air laut diperkirakan mencapai penduduk berpotensi terpapar tsunami;Sekitar 5
18.480 km di tahun 2045. Bila tidak dilakukan juta penduduk bermukim dan beraktivitas di sekitar
intervensi maka area yang rentan abrasi/akresi gunungapi aktif.
tersebut tentunya tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung pembangunan, khususnya Kawasan rawan bencana tergolong berisiko
mengancam keberlangsungan pemukiman dan tinggi untuk menunjang pembangunan sehingga
industri yang sudah terdapat di area tersebut. perlu dipertimbangkan sebagai batasan dalam
Gambar 1.15 Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)
Total Emisi
4000000
Batas atas emisi
3500000
yang di perbolehkan
gIGA GR co2/YEAR
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2000
2002
2006
2008
2010
2012
2016
2018
2020
2022
2026
2028
2030
2032
2036
2038
2040
2042
2046
2048
2050
2004
2014
2024
2034
2044
Fair
600
400
200
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Fair
merencanakan pembangunan. Oleh karena itu, zona nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5
dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi juta ha (93 persen dari luas wilayah Indonesia);
perlu diprioritaskan menjadi kawasan lindung dalam sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau
penataan ruang wilayah, dibandingkan sebagai harus dipertahankan di atas 1.000 m3/kapita/tahun.
kawasan budidaya. Apabila hal tersebut tidak bisa Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis
dihindari, maka perlu didukung dengan adanya air sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi
peningkatan upaya adaptasi dan pengurangan wilayah aman air perlu ditingkatkan secara signifikan.
risiko bencana untuk mengurangi kerugian akibat
bencana. G. Ketersediaan Energi
Tantangan pemenuhan kebutuhan energi ke depan
F. Ketersediaan Air diperkirakan akan semakin berat. Cadangan sumber
Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan energi fosil (non-terbarukan) seperti minyak bumi,
memicu terjadinya kelangkaan air baku khususnya gas dan batu bara semakin menipis, sementara
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan pengembangan sumber energi terbarukan juga masih
sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa belum signifikan untuk dapat mencukupi kebutuhan.
Tenggara. Dari hasil proyeksi, kelangkaan air baku
juga mulai merebak pada beberapa wilayah lainnya Suplai energi domestik diperkirakan hanya mampu
dikarenakan dampak dari perubahan iklim global memenuhi 75 persen permintaan energi nasional
yang menerpa sebagian besar wilayah Indonesia. pada tahun 2030 dan akan terus menurun hingga
28 persen di tahun 2045. Dengan harapan
Diperkirakan luas wilayah kritis air meningkat dari 6 pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi,
persen di tahun 2000 menjadi 9.6 persen di tahun berkurangnya kemampuan produksi energi
2045. Saat ini ketersediaan air sudah tergolong domestik diperkirakan dapat mempengaruhi
langka hingga kritis di sebagian besar wilayah Pulau keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi
Jawa dan Bali; sementara Sumatera bagian selatan, di tingkat nasional di masa yang akan datang.
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi bagian selatan Bila kebutuhan energi jauh melampaui suplai
akan langka/kritis air di tahun 2045. dalam negeri, hal ini diprediksi akan mengganggu
defisit transaksi berjalan (Current Account
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat Deficit) pemerintah yang dapat berdampak pada
pembangunan maka wilayah aman air secara kestabilan kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam
negeri sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada
dan memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa indonesia.
Memberikan share yang seimbang Bersikap inclusive atas setiap pencapaian dan
dalam pencapaian pembangunan untuk evaluasi pembangunan untuk melakukan
mengurangi kesenjangan wilayah secara koreksi serta perbaikan yang menjunjung
bertanggung jawab. tinggi pemerataan
Kepercayaan dan tanggung jawab atas Kesetaraan akses dalam setiap perencanaan,
keputusan rencana pembangunan untuk program dan implementasi sehinga setiap
menciptakan tatanan kehidupan yang orang paham tentang hak dan kemampuannya
berkualitas dalam berpartisipasi terhadap pembangunan
Tata Kelola
Kesetaraan Gender Pemerintahan Pembangunan
yang Baik Berkelanjutan
2
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
7%
6% 4,98% 5,03% 5,07% 5,17%
4,88%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Industri Migas Industri Non Migas Nasional
Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015- Perbaikan dari sisi tata kelola juga ditunjukkan dari
2018 juga ditunjukkan dari peningkatan realisasi peningkatan kualitas data dan informasi. Sensus
nilai investasi dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016
menjadi Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman telah memberikan pondasi bagi analisis ekonomi
Modal Dalam Negeri (PMDN) terus meningkat, dan dunia usaha untuk pembangunan ke depan.
meskipun proporsinya baru sebesar 45,6 persen. Perbaikan kualitas data produksi beras pada tahun
Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan 2016 juga menjadi basis bagi perbaikan kebijakan
kualitas investasi dengan meningkatkan proporsi pangan. Penataan data-data kemaritiman,
PMDN. Sebaran investasi juga menjadi aspek pariwisata, ekonomi kreatif dan investasi juga
yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi investasi dilaksanakan untuk meningkatkan keakurasian dari
masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan pencapaian target-target pembangunan dan basis
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga pengambilan kebijakan.
kerja terampil, kepastian lahan, dan harmonisasi
Daya Alam
hingga 2045
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Dari sumber daya energi, salah satu tantangan adalah
menipisnya cadangan energi fosil, baik minyak, gas 180,000
Natural Gas (MMSCF x 1.000)
dan juga batubara. Penemuan cadangan minyak 160,000
140,000
dan gas bumi baru belum signifikan. Pada tahun 120,000
Setelah era reformasi pada tahun 1998, Indonesia jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang
belum mampu melanjutkan transformasi sosial rendah. Sektor industri, yang memiliki potensi
ekonomi yang terhenti akibat krisis. Rata-rata terbesar untuk mendorong pertumbuhan, masih
pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus menghadapi tantangan kenaikan upah tenaga
turun dari sebelumnya mencapai 6,0 persen pada kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
periode 1990-2000 hingga mencapai rata-rata produktivitas yang setara.
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015.
PDB sektor jasa terus meningkat menjadi sekitar 59,2 80 18,58 19,81 20,41 21,13 22,34
persen pada tahun 2018. 20,35 20,7 21,36 21,72 22,43
60
40
Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya
53,96 50,83 49,97 50,98 50,46
transisi sumber pertumbuhan dari sektor primer 20
Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
kerja dari sektor primer didominasi oleh sektor Sumber: BPS
Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)
Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)
35
30
25
20
15
10
0
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tantangannya adalah minat berwirausaha tersebut Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
belum diikuti dengan kapasitas yang memadai era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi kesiapan
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti
wirausaha merupakan usaha mencontoh dan yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index,
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139
bisnis, pasar dan inovasi. negara. Sementara negara-negara yang setara
memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia
(peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun
Industry
Revolusi Industri 4.0 dan
jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan
4.0
Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan
gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi mendorong transformasi dalam pemerintahan, model
pengintegrasian informasi untuk tujuan peningkatan usaha dan pola hidup masyarakat juga dianggap
produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan. kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
Competitiveness Ranking tahun 2017 dimana
Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki Indonesia berada pada peringkat ke 59 dari 63 negara.
potensi yang besar untuk tujuan peningkatan nilai Cara beradaptasi, integrasi informasi teknologi,
tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan dan kerangka peraturan menjadi isu-isu yang perlu
Industry 4.0 sepanjang rantai nilai dapat diperbaiki agar Indonesia dapat memanfaatkan
meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi kemajuan teknologi digital bagi pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kualitas hidup.
Gambar 2.10. Network Readiness Index Negara-negara
di Asia Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia
Iklim Politik dan Peraturan
6 berkaitan dengan pengembangan SDM dan
Dampak Sosial 5 Iklim Usaha dan persaingan usaha. Era digitalisasi membawa
4 Inovasi
3 dampak pada perubahan pola bekerja dan
Dampak
Ekonomi
2 Infrastruktur dan berpotensi menghilangkan pekerjaan yang
1 Konten Digital
0 bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain, pola
Penggunaan Keterjangkauan perdagangan dan penyediaan layanan berbasis
oleh Pemerintah daring serta penggunaan pembayaran nontunai
Penggunaan oleh Harga/Keterjangkauan menjadikan banyak model usaha konvensional
Dunia Usaha
Penggunaan
tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan adanya
oleh Individu kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh
Indonesia Thailand dalam pemanfaataan transformasi digital bagi
Malaysia China
keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan
ekonomi, serta perbaikan kualitas kehidupan sosial
Sumber: Global Information Technology Report, World Economic dan lingkungan.
Forum (2016)
Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan pembangungan ekonomi yang berkelanjutan;
diwujudkan dalam rangka memperkuat ketahanan dan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
adalah sebagai berikut: ekspor dan daya saing perekonomian
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas Target-target yang akan diwujudkan secara terinci
sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Beberapa sasaran belum memiliki target karena masih dalam tahap perhitungan
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Indikator nasional sebagai indicator tambahan atau proksi dari indikator global untuk SDGs yang masih dikembangkan
*** Indeks TTCI diukur setiap tahun ganjil, sehingga target tahun 2020 merupakan target tahun 2019
Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs
Pengelolaan Sumber
Daya Ekonomi
Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber memperbaharui kawasan hutan dengan indeks
daya ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: jasa ekosistem tinggi sebagai kawasan lindung
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan air; (2) menyediakan air untuk pertanian, (3)
mengutamakan peningkatan energi baru menyediakan air untuk domestik dan industri; (4)
terbarukan (EBT) yang akan dilaksanakan menyediakan air untuk energi, (5) memelihara,
dengan strategi (1) mengakselerasi memulihkan, dan konservasi sumber daya air
pengembangan pembangkit energi terbarukan; dan ekosistemnya termasuk infrastruktur hijau; (6)
(2) meningkatkan pasokan bahan bakar nabati; mengoptimalkan pemanfaatan waduk multiguna.
(3) meningkatkan pelaksanaan konservasi dan
efisiensi energi; (4) meningkatkan pemenuhan Pemeliharaan, pemulihan dan konsevasi
energi bagi industri; (5) mengembangkan sumber daya air dan ekosistemnya salah
industri pendukung EBT. satunya dilaksanakan melalui revitalisasi danau
di 5 danau prioritas nasional (Danau Maninjau,
Pemanfaatan sumber daya gas bumi dan Danau Rawa Pening, Danau Sentarum, Danau
batubara untuk industri dan kelistrikan ke depan Limboto, dan Danau Sentani).
akan difokuskan pada (1) pemanfaatan gas dari
ladang Blok A Aceh, Natuna Timur, Jambaran (iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
Tiung Bumi (Jawa Timur), Tangguh Train 3 dan konsumsi pangan yang akan dilaksanakan
Asap-Kido-Merah (Papua Barat), dan Abadi dengan strategi (1) meningkatkan kualitas
(Maluku); dan (2) pemanfaatan batubara dari konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan pangan; (2) mengingkatkan ketersediaan
Kalimantan Timur. pangan hasil pertanian; (3) meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan sumber daya
Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan manusia (SDM) pertanian; (4) meningkatkan
juga akan dipenuhi melalui pengembangan produktivitas dan keberlanjutan sumber daya
potensi energi terbarukan di Kawasan Industri pertanian; (5) meningkatkan tata kelola sistem
yang dikombinasikan dengan energi yang pangan nasional.
telah tersedia. Pola penyediaan ini akan
difokuskan pada Kawasan Industri di Sumatera Pengelolaan sumber daya pangan akan
bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, difokuskan pada (1) daerah sentra produksi
Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di
dan selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2) daerah
yang rentan kelaparan dan stunting, dan daerah
(ii) Peningkatan kuantitas/ketersediaan air miskin dan perbatasan di Maluku dan Papua.
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
yang dilaksanakan dengan strategi (1) (iv) Peningkatan pengelolaan kemaritiman dan
Strategi peningkatan ekspor akan difokuskan (v) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya
pada peningkatan ekspor produk manufaktur saing ekonomi yang dilaksanakan dengan
berteknologi menengah dan tinggi melalui rantai strategi (1) meningkatkan pendalaman sektor
produksi global, serta perluasan pasar ekspor keuangan; (2) mengembangkan skema
terutama di kawasan Afrika, Amerika Latin, dan pembiayaan berbasis HKI; (3) mengoptimalkan
Eropa Timur. pemanfaatan teknologi digital dan industry 4.0;
(4) meningkatkan sistem logistik dan stabilitas
Peningkatan ekspor juga akan disinergikan harga; (5) meningkatkan pengembangan
dengan penguatan diplomasi ekonomi industri dan pariwisata yang berkelanjutan;
termasuk melalui skema ekspansi dan investasi (6) mereformasi fiskal; (7) meningkatkan
perusahaan Indonesia ke luar negeri. Pelibatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi
aktor non-pemerintah pada diplomasi ekonomi perkembangan ekonomi, terutama pangan,
juga akan dioptimalkan. Peningkatan citra kemaritiman, pariwisata, ekonomi kreatif, dan
dan diversifikasi pemasaran pariwisata akan ekonomi digital.
difokuskan pada keterpaduan pemasaran,
Indikasi Lokasi
Sentra Produksi
Pangan
02 WPP 712
Potensi : 981,7 ribu ton 09 01
Produksi : 1.319,7 ribu ton (134,4%)
∑ Kapal : 67,5 ribu unit
∑ Alat Lengkap : 123,1 ribu unit 06 07
05
03 WPP 713
Potensi : 1.026,6 ribu ton
Produksi : 655,1 ribu ton (63,8%)
∑ Kapal : 94,1 ribu unit Pelabuhan Perikanan 02 04
∑ Alat Lengkap : 104,1 ribu unit Nusantara (PTT) 10
Balai Budidaya 03
(UPT pusat DJPB)
04 WPP 714 08
Potensi : 431,1 ribu ton SKPT
11
Produksi : 590,4 ribu ton (137,0%) Keramba Jaring Apung (KJA)
∑ Kapal : 94,5 ribu unit Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
∑ Alat Lengkap : 12,2 ribu unit
Sumatera Selatan
Cadangan Batubara 11,1 miliar ton. Abadi
Jambaran Tiung Biru Cadangan Gas Bumi 10,73 TSCF
Rencana Pemanfaatan: Cadangan Gas Bumi 1,20 TSCF
Kelistrikan, Industri dan Penyediaan Kemempuan Produksi:
Rencana Produksi: 1.200 MMSCFD
energi alternatif 330 MMSCFD First gas in tahun 2027
First gas in tahun 2020 Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Kelistrikan dan Industri
KI Teluk Bintuni
Panas Bumi
Air
Surya
Angin KI Bitung
Biomass
KI Tanggamus
KI JIIPE Gresik
KI Morowali
KI Wilmar Serang
KI Kendal
KI Bantaeng
Medan
Makassar
Jabodetabek Semarang
Surabaya
Bandung
Kulon Progo
Yogyakarta Malang
Bali
Keterangan
Kawasan Ekonomi Krea
3
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan
desa tertinggal
sebanyak
6.518 desa
Penguatan
39 pusat
pertumbuhan
sebagai PKL/PKW
59 Kabupaten
Daerah Tertinggal
potensi terentaskan
Optimalsiasi 15
kota sedang di luar
Jawa sebagai PKN/
PKW
Peningkatan
2665 desa
mandiri
Pembagian
12.515.423 sertifikat
hak atas tanah
Pembangunan
6 metropolitan
baru di luar jawa
A. Pembangunan Wilayah
59
Kabupaten Daerah Tertinggal Terentaskan
3 (daerah tertinggal potensi 80
(Kabupaten)
terentaskan tahun 2018)
B. Pemerataan Pembangunan
C. Kontribusi Antar-Pulau
Untuk mengurangi ketimpangan, laju pertumbuhan tersebut bisa ditekan ke level di bawah 20 persen dan
ekonomi di luar Pulau Jawa harus dipacu, terutama 10 persen. Penting untuk diperhatikan, secara jumlah
Kepulauan Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan Pulau Jawa-Bali merupakan rumah bagi penduduk
dan Papua. Dari tingkat kemiskinan hanya pulau miskin terbanyak. Sedangkan untuk pengangguran,
Kalimantan yang rendah, pulau yang lainnya masih secara rata-rata angkanya cukup merata di semua
relatif tinggi terutama Papua dan Nusa Tenggara. pulau, yaitu berkisar 4-5 persen, kecuali pulau Maluku
Ke depannya diharapkan kemiskinan di kedua pulau yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi.
Banten 6,20 6,58 4,69*** 3,06 Sulbar 7,80 6,89 9,62 7,18
DKI 6,30 6,18 3,18 1,95 Malut 7,40 8,03 5,40*** 3,65
1. Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI 3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar,
– KTI dan Jawa dan Luar Jawa); daya saing serta kemandirian daerah; dan
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat 4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang dan
pertumbuhan wilayah; wilayah
Tabel 3.3 Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau dan tingkat kemiskinannya*
Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau tersebut akan dicapai melalui 6 kegiatan prioritas
kewilayahan
Secara umum arah kebijakan pokok pembangunan 3. Peningkatan tata kelola dan kapasitas
berbasis kewilayahan untuk kurun waktu 2020- pemerintah daerah dan pemerintah desa
2024 sebagai berikut: (kelembagaan, keuangan dan SDM Aparatur)
1. Pembangunan desa dan pengembangan untuk meningkatkan kemudahan perizinan
kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, dan agar tercapainya pemenuhan standar
kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal yang pelayanan minimum;
difokuskan pada pemenuhan pelayanan dasar, 4. Penataan pola hubungan pusat-daerah,
peningkatan aksesibilitas, dan pengembangan pengembangan kerjasama antar-daerah, pola-
ekonomi yang mendukung pusat pertumbuhan pola kolaborasi multipihak, dan menghasilkan
wilayah; inovasi daerah;
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat 5. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan
pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, kota besar di luar Jawa, termasuk perencanaan
Destinasi Wisata, dan kawasan lainnya yang ruang, perencanaan investasi dan pembiayaan
telah ditetapkan) yang didukung dengan pembangunan dengan tetap mempertahankan
konektivitas antar-wilayah yang tinggi untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung
meningkatan nilai tambah dari sumber daya lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa;
alam dan daya saing wilayah;
Kawasan Strategis
Pertumbuhan
Kerangka
• PKN, KEK, KSPN Arahan Sektor
Ekonomi Makro
Strategi
Pemerataan
Pemerataan
Catatan: Pemenuhan pelayanan dasar dilakukan di seluruh wilayah nasional dan tidak menikuti pola strategi ini.
Pengembangan wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk Mempertahankan pertumbuhan dan daya dukung
memantapkan perannya dalam perekonomian lingkungan WM Jakarta, WM Bandung, WM
nasional sebagai pusat kegiatan industri dan jasa Semarang, WM Surabaya, dan WM Denpasar;
serta mempertahankan peran lumbung pangan dan pengembangan kawasan perdesaan.
nasional. Strateginya yaitu: (a) pengembangan Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan
komoditas unggulan yaitu industri manufaktur mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
antara lain industri pengolahan tembakau dan serta pemulihan daerah terdampak bencana.
industri kulit, barang dari kulit, dan perdagangan
besar dan eceran, pariwisata dan pangan; dan (b) Major Project pada wilayah Pulau Jawa-Bali
Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama adalah (1) Major Project Pengembangan Kawasan
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah
Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Metropolitan Denpasar sebagai pusat pariwisata dan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) untuk membagi beban Pulau Jawa sebagai pusat
atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau ekonomi nasional; (2) Major Project Pengembangan
Taman Nasional (TN) diantaranya: KI Madura, DPP/ Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Maja
KEK Tanjung Lesung, DPP Kepulauan Seribu dan sebagai salah satu percontohan PINA terbesar
Kota Tua Jakarta, DPP Borobudur dan sekitarnya, di Indonesia; (3) Major Project Rehabilitasi dan
DPP Bromo-Tengger-Semeru, Destinasi Potensial Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Kab.
Bandung-Pangandaran, Destinasi Potensial Serang dan Kab. Pandeglang; dan (4) Major Project
Banyuwangi, TWA Kamojang, TWA Papandayan, Pemindahan Ibukota Negara keluar pulau Jawa
TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat
Halimun Salak, TN/KSPN Gunung Merapi, TN/ antar wilayah. Guna menjamin pembangunan
KSPN Gunung Merbabu, TN/KPPN Alas Purwo, TN/ berkelanjutan, maka pembangunan pusat
KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, TWA Kawah pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
Ijen, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan. kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk (TN), diantaranya: KI/KEK Palu, KI/KEK Bitung, DPP
mempertahankan momentum pertumbuhan wilayah Wakatobi, Destinasi Potensial Makassar-Selayar-
yang relatif tinggi, memantapkan perannya sebagai Toraja, Destinasi Potensial Manado-Bitung, TN/KPPN
pusat pertumbuhan dan hub perdagangan di Bantimurung Bulusaraung, TN/KSPN Takabonerate,
kawasan timur serta peran sebagai salah satu TN/KPPN Rawa Aopa Watumohai, TWA Tangkoko
lumbung pangan nasional. Strateginya adalah: serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan;
(a) pengembangan komoditas unggulan tanaman Pengembangan PKSN Tahuna termasuk ekonomi
pangan, perikanan dan industri pengolahan antara kawasan sekitarnya; Pengembangan kawasan
lain industri barang galian bukan logam; dan (b) perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah
diprioritaskan untuk: optimalisasi WM Makassar dan tertinggal. Pembangunan pusat pertumbuhan
WM Manado; pengembangan Kawasan Industri mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
(KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi terdampak bencana.
Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional
Major Project pada wilayah
Pulau Sulawesi adalah: (1) Major
Project Pengembangan Kawasan
Metropolitan, yaitu pengembangan
wilayah Metropolitan Makassar untuk
memperkuat hub nasional di KTI,
dan (2) Major Project Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bencana di Kota Palu, Kab.
Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigi
Mouting. Selain itu, guna menjamin
pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan
perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana.
Pengembangan wilayah Maluku diarahkan untuk Saumlaki termasuk ekonomi kawasan sekitarnya;
memacu pertumbuhan dan mengembangkan pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
potensi wilayah serta memantapkan perannya transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan,
sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya adalah: dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan
(a) Pengembangan komoditas unggulan tanaman pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
perkebunan, perikanan, industri pengolahan antara kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
lain industri kayu, barang dari kayu, dan gabus,
dan lain- lain, dan transportasi dan pergudangan; Major Project pada wilayah Pulau Maluku adalah
dan (b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan pengembangan Kota Baru Sofifi sebagai pusat
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus pemerintahan serta mengefektifkan seluruh
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional investasi yang sudah dikembangkan dan dibangun
(KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), di Sofifi. Selain itu untuk mewujudkan pembangunan
diantaranya: KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat
serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan; pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
pengembangan Kota Pelabuhan di Ternate, kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Halmahera, dan Ambon; Pengembangan PKSN
Pengembangan wilayah Papua diarahkan untuk pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Khusus, kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta
memacu pertumbuhan wilayah yang berkelanjutan, pemulihan daerah terdampak bencana.
dan mempercepat pembangunan manusia.
Strateginya adalah: (a) Pengembangan komoditas Major Project pada wilayah Pulau Papua
unggulan perikanan, tanaman pangan, hortikultura, adalah (1) Major Project Pengembangan Kota
pertambangan bijih logam dan angkutan laut; Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sorong
(b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penunjang PKSN Raja Ampat dan KEK
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Sorong serta pusat pembangunan berbasis jasa
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus ekosistem; (2) Major Project Pengembangan
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang
(KSPN) diantaranya: KI Teluk Bintuni, KEK Sorong, meliputi PKSN Jayapura dan Merauke, termasuk
KSPN/Destinasi Potensial Raja Ampat, serta kawasan ekonomi kawasan di sekitarnya; (3) Major Project
lainnya yang telah ditetapkan pengembangan kota Percepatan Pembangunan Kawasan Tertinggal
pelabuhan di Jayapura, Sorong, dan Merauke; Wilayah Adat Laa Pago di Papua dan Domberay
Pengembangan PKSN Jayapura, Merauke, dan di Papua Barat. Untuk mewujudkan pembangunan
Tanah Merah termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; yang berkelanjutan, maka pembangunan
pengembangan kawasan perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan di wilayah Papua perlu
transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan terhadap risiko bencana.
4
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia
mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
angka ketergantungan usia muda dan tua yang dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
mendapatkan bonus demografi (demographic kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
dividend) yang dalam jangka menengah dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi serta peningkatan produktivitas dan daya saing
negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia
demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan
yang berkualitas dan berdaya saing. kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk
penyandang disabilitas.
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Status Awal:
1,14% (2015-2016)
Capaian Akhir: Kepemilikan akta kelahiran
1,07% (2017-2018) penduduk usia 0-17 tahun
Status Awal:
81,68% (2016)
Angka kelahiran total
Capaian Akhir:
(Total Fertility Rate/TFR) 83,55% (Maret, 2018)
Status Awal:
2,41 (SP 2010)
Capaian Akhir: Proporsi pekerja
2,28 (Supas 2015) berkeahlian menengah dan
tinggi
Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup kehidupan berkeluarga dan lansia.
manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, Ketimpangan sumber perekonomian menyebabkan
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas perpindahan penduduk yang tidak merata. Tahun
penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang, 2018, hampir 56 persen penduduk Indonesia
daya tampung dan dukung lingkungan dapat tetap tinggal di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya
terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan sekitar 6 persen daratan Indonesia. Seiring
rata-rata angka kelahiran total (Total Fertility Rate/ dengan masih adanya kesenjangan kesempatan
TFR) nasional sampai pada tingkat replacement perekonomian antarwilayah, mobilitas penduduk
rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan penduduk telah di Indonesia diperkirakan terus meningkat dan
menurun dari 1,49 persen (SP 2010) menjadi 1,43 belum merata arus perpindahannya. Sebagian
persen (Supas 2015). Namun, jumlah penduduk kecil provinsi mempunyai arus perpindahan yang
secara absolut meningkat dari 237,6 juta pada tahun positif, banyak penduduk pendatang, seperti
2010 menjadi 255,2 juta di tahun 2015, dimana DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan kota-kota besar
lebih dari 60 persennya merupakan penduduk usia lainnya. Sementara sebagian besar lainnya memiliki
produktif (usia 15-64 tahun). net migrasi yang negatif, banyak penduduk yang
berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
Jumlah penduduk usia produktif yang besar di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur.
tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia
dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah
tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan mempengaruhi pola mobilitas. Teknologi komunikasi
tingginya tingkat penganguran, konflik sosial, serta memungkinkan komunikasi jarak jauh, kerja sama
tekanan pada pangan dan lingkungan. Selain itu, jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak hanya
perubahan struktur umur penduduk yang cepat mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
juga membawa implikasi terhadap penduduk yang penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya
menua (ageing population) yang tidak produktif. yang terkait. Oleh karena itu, penanganan mobilitas
Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat penduduk harus diarahkan pada pemerataan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas
ekonomi di Indonesia dengan memberikan sektor; salah satunya adalah bagaimana mobilitas
perhatian pada pembangunan manusia penduduk yang akurat dapat dicatat dengan baik
berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus dan terus mutakhir. Hal ini antara lain dapat dilakukan
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, dengan percepatan perluasan administrasi
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan kependudukan dan penggunaan mobile positioning
karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi data (MPD) menuju satu data kependudukan
Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi dan kepatuhan para pemberi kerja maupun pada
seluruh penduduk Indonesia dari goncangan kelompok pekerja bukan penerima upah belum
ekonomi, maupun goncangan sosial, bahkan baik. Regulasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim. dan Jaminan Sosial bidang Ketenagakerjaan
Meskipun kesejahteraan penduduk meningkat, masih belum harmonis. Kelembagaan Sistem
jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin saat Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum optimal
terjadi guncangan masih cukup tinggi. Perlindungan terutama dari sisi koordinasi antar kelembagaan
sosial bagi penduduk miskin dan rentan diberikan dan penegakan fungsi Dewan Jaminan Sosial
melalui pemberian bantuan sosial untuk mengurangi Nasional (DJSN). Respon lembaga pengawasan
beban pengeluaran mereka. Namun demikian, terhadap pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
masih dibutuhkan kerja keras dalam mencapai ketetapan belum sekuat yang diharapkan. Lembaga
penurunan tingkat kemiskinan yang ditargetkan. aktuaria yang diperlukan untuk memperkirakan dan
Berbagai kendala seperti permasalahan data, menegakkan keberlanjutan fiskal program belum
prosedur administrasi yang lama, program-program terkoordinasi dengan baik dan lembaga yang
yang belum terintegrasi dengan optimal serta independen belum tersedia. Sistem monitoring
kemiskinan yang mulai menyentuh penduduk paling dan evaluasi masih parsial dan belum terintegrasi
miskin, membutuhkan penanganan yang lebih dengan baik.
komprehensif yang perlu didukung dengan data
yang akurat untuk meningkatkan ketepatan sasaran. Perlindungan sosial yang adaptif belum sepenuhnya
berkembang. Sistem yang ada saat ini belum
Perluasan kepesertaan jaminan sosial terutama merespon kebutuhan penduduk yang menjadi
kepesertaan pekerja informal atau Pekerja Bukan korban bencana. Oleh karena itu, penduduk yang
Penerima Upah (PBPU) melambat. Jumlah peserta berada pada daerah rawan bencana menjadi
tidak aktif (berhenti membayar iuran) cukup banyak rentan miskin. Perlindungan sosial pun masih
208
250 187,9
171,9
156,8
200
133,4
0
2014 2015 2016 2017 2018
PBI Non PBI Tanpa PBPU PBPU Total
Sumber: BPJS Kesehatan
Keterangan:
PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah
belum memihak sepenuhnya terhadap kelompok hari sebesar 7,9 persen dan sebesar 11,4 persen
khusus atau tertentu antara lain penyandang yang tidak mempunyai kemampuan berbicara,
disabilitas maupun penduduk lansia yang rentan melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). Selain itu,
miskin. Kesejahteraan kelompok penduduk tersebut tingkat kesejahteraan lanjut usia masih rendah.
masih cukup rentan dan belum sepenuhnya Tingkat kemiskinan mereka relatif lebih tinggi dari
diperhatikan. Bertambahnya usia penduduk kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut usia juga
berkaitan erat dengan penurunan kapasitas intrinsik rentan terhadap kekerasan, kejahatan, penipuan,
dan kapabilitas fungsional. Penduduk lansia yang diskriminasi, dan eksklusi.
tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari
Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja
namun belum menjangkau seluruh penduduk. terhadap kesehatan reproduksi dan penyiapan
Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas kehidupan berkeluarga. Pemahaman orangtua
tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata mengenai pola asuh yang baik, kesehatan
laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi
pelayanan kesehatan reproduksi belum berjalan yang cukup masih rendah sehingga prevalensi
optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive stunting masih tinggi.
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari
57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, TB
(SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific dan malaria) masih tinggi disertai dengan ancaman
Fertility Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga masih emerging diseases akibat tingginya mobilitas
Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal Di bidang pendidikan, masih terdapat 4,4 juta
dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas anak usia 7-18 tahun yang tidak bersekolah (anak
Gambar 4.2 Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia
Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15
Tahun Keatas per Provinsi, 2017
10-11 tahun
9-10 tahun
8-9 tahun
7-8 tahun
6-7 tahun
Sumber: Susenas BPS
38% 45%
Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Kemampuan Minimum Tes
PISA
100%
80%
60%
40%
68,6%
53,8%
20%
19,1% 23,4%
15,5%
0%
Indonesia Thailand Vietnam Korea OECD Av.
below level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6
Sumber: PISA 2015
Kesenjangan mutu antarsatuan pendidikan tinggi fokus dalam mengemban tiga fungsi tersebut,
menjadi persoalan krusial di Indonesia. Jumlah yakni apakah sebagai research university yang
perguruan tinggi yang begitu besar, yakni 4.650 menekankan pada aspek knowledge production
lembaga, menyebabkan upaya tata kelola melalui riset multi dan lintas disipliner, teaching
di pendidikan tinggi belum berjalan optimal. university yang fokus pada pembelajaran dan
Persoalan kualitas juga terkait erat dengan belum pengabdian masyarakat, atau sebagai vocational
terwujudnya diferensiasi misi perguruan tinggi university yang menekankan pada kemitraan
dalam mengemban tridharma perguruan tinggi, dengan industri dan penyiapan lulusan berkeahlian
yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian dan berketerampilan.
masyarakat. Selama ini, perguruan tinggi belum
Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai 18 tahun merokok (Riskesdas, 2018) dan sekitar 1,9
dengan tahap kehidupan dan karakteristik persen pelajar di bawah usia lima belas tahun yang
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang menggunakan narkotika dalam satu tahun terakhir
berkualitas dan berdaya saing. Anak, perempuan, (SPPGN, 2016).
dan pemuda merupakan kelompok penduduk
yang memiliki kriteria spesifik sehingga dibutuhkan
pendekatan yang berbeda demi menjamin kualitas
hidup mereka. Pemenuhan hak dan perlindungan
anak penting untuk memastikan anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pemberdayaan
dan perlindungan perempuan menjadi faktor
penting untuk memastikan keterlibatan mereka
1,9%
9,1 % anak usia pelajar di bawah
dalam setiap sektor pembangunan. Sementara
itu, pembangunan pemuda memiliki arti penting
10-18 tahun usia 15 tahun
merokok menggunakan
bagi keberlangsungan suatu negara-bangsa (Riskesdas, 2018) narkotika
karena pemuda adalah penerima tongkat estafet (SPPGN, 2016)
kepemimpinan bangsa dan salah satu penentu
optimalisasi bonus demografi. Kasus kekerasan terhadap perempuan masih
tinggi. Sekitar 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun
Pemenuhan hak dan perlindungan anak, mengalami kekerasan oleh pasangan dan selain
pemberdayaan dan perlindungan perempuan, serta pasangan selama hidup mereka, sekitar 1 dari 10
pembangunan pemuda belum berjalan optimal. diantaranya mengalami kekerasan dalam 12 bulan
Pemenuhan hak anak dalam kondisi tertentu masih terakhir (SPHPN 2016, BPS). Ketimpangan gender
memerlukan upaya yang besar. Hanya sekitar masih terlihat dari persentase kepala rumah tangga
13 persen anak didik lapas yang mendapatkan perempuan yang mengakses kredit lebih rendah
pendidikan formal (Kementerian Hukum dan HAM, dibandingkan laki-laki (1,48 persen perempuan
2014) dan sekitar 16 persen anak belum memiliki dan 2,38 persen laki-laki) (Susenas, 2015), Tingkat
akta kelahiran (Kemendagri, 2018). Selain itu, tindak Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didominasi oleh
kekerasan terhadap anak masih terjadi. Hal ini laki-laki (82,69 persen laki-laki dan 51,88 persen
ditunjukkan dari adanya sekitar 23 persen pelajar perempuan) (Sakernas, 2018), serta keterwakilan
pernah terlibat perkelahian (SNKBS, 2017), 22,91 perempuan secara kuantitas dan kualitas di lembaga
persen perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun legislatif masih rendah (17, 32 persen di DPR dan 26
menikah sebelum usia 18 tahun (Susenas, 2017), dan persen di DPD pada tahun 2014).
meningkatnya laporan cyber crime yang melibatkan
anak dari 608 kasus di tahun 2017 menjadi 679 Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan
kasus di tahun 2018 (KPAI). Selanjutnya, perilaku juga belum optimal. Hanya 6,27 persen pemuda
berisiko perlu ditangani sedini mungkin untuk yang pernah memberikan saran/pendapat dalam
mencegah dampak jangka panjang bagi anak. Saat kegiatan pertemuan dan hanya 6,36 persen terlibat
ini terdapat sekitar 9,1 persen penduduk usia 10- aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).
1,48% dan laki-laki laki-laki 82,69% dan legislatif 17,32% di DPR dan
Sebagian pemuda cenderung memiliki perilaku sekitar 56,5 persen pada rentang usia 20–24 tahun
berisiko yang berakibat pada terjadinya cidera, (Kemenkes). Selanjutnya, sekitar 26,34 persen
penyakit, dan nonproduktivitas. Penyalahguna pemuda merokok (IPP, 2018). Gangguan mental
narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih tinggi juga menyebabkan disabilitas (nonproduktivitas)
dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0 berbanding yang cukup tinggi, terutama pada rentang usia 10-
2,8 (BNN, 2017). Sekitar 63,8 persen jumlah 29 tahun (IHME, 2017).
infeksi HIV baru pada usia rentang usia 15–19 dan
Pengentasan Kemiskinan
Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia produktivitas di sektor ini antara lain karena masih
tumbuh positif. Namun, elastisitasnya terhadap minimnya kepemilikan aset produktif, minimnya akses
tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan terhadap pembiayaan serta kurangnya pengetahuan
kemiskinan cenderung melambat. Hal ini terjadi dan keterampilan. Baru sekitar 25,6 persen rumah
antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami tangga miskin dan rentan yang memiliki akses
pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan terhadap layanan keuangan (Susenas, 2018). Dalam
dan jasa bukan merupakan sektor yang menjadi hal kemandirian ekonomi, kelompok miskin dan rentan
andalan penghidupan bagi masyarakat miskin dan masih sulit bersaing dalam usaha produktif karena
rentan. Sebagai contoh, sektor pertanian yang menjadi daya saing yang rendah, rendahnya akses mereka
tumpuan penghidupan mayoritas tenaga kerja, terhadap pasar dari produk yang dihasilkan serta
khususnya tenaga kerja miskin, memiliki produktivitas kolaborasi usaha dan belum optimalnya kolaborasi
yang rendah serta kontribusi terhadap PDRB yang keperantaraan usaha.
cenderung menurun. Sebanyak 49,8 persen kepala
keluarga dari kelompok miskin dan rentan bekerja di Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam
sektor pertanian dan 13,4 persen bekerja di sektor upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka
perdagangan dan jasa akomodasi (Susenas, 2018). kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka
Di sisi lain, rata-rata pendapatan sektor tersebut kebijakan makro, pemerintah perlu terus menjaga
merupakan yang terendah, rata-rata pendapatan stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi
sektor pertanian adalah Rp. 743.399,- sementara yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif,
sektor perdagangan dan jasa akomodasi sebesar Rp. menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan,
1.218.955,- per bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta
1sst
t
PLACE
PL
LA
LLAC
ACE
Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan
masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human SMP ke bawah (58,77 persen atau 72,88 juta orang),
Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai
65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia 7,79 persen. Informasi pasar kerja andal yang belum
(peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam tersedia dan keterlibatan industri yang rendah,
(peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja menyebabkan masih terjadinya mismatch antara
Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan
juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.
rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan Program studi yang dikembangkan pada jenjang
dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu, pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab
pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa
tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar
Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen didominasi oleh program studi sosial humaniora.
pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang
dan 1,5 persen dari modal manusia. ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan
dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal. sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik
Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik
merespon perkembangan kebutuhan pasar produktif berkualitas, kecukupan magang dan
kerja merupakan salah satu penyebab mengapa praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi
produktivitas dan daya saing Indonesia masih kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum
tertinggal. Saat ini proporsi pekerja berkeahlian mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung
menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing,
39,57 persen (Sakernas Agustus, 2018), lebih rendah serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi,
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim.
S3 S3 S3
146 41.066
1.284
Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018
Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator
mengembangkan bidang ilmu yang menjadi daya saing SDM Indonesia. Namun, budaya dan
keunggulan dan masih kurang terhubung dengan prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal.
jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada
tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh
negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, walaupun peringkat ke-4 dari sebelumnya peringkat ke-
jumlah publikasi dosen di jurnal internasional 17 pada Asian Games tahun 2014. Akan tetapi di
mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan tingkat dunia, Indonesia hanya mampu memperoleh
sitasi yang rata-rata mencapai 45 persen per tahun. satu medali emas pada Olimpiade tahun 2016 di
Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi Brazil. Budaya olahraga masyarakat tercatat masih
sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146 rendah meskipun terus meningkat dari 27,61 persen
(peringkat 52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 pada tahun 2015 menjadi 31,39 persen pada tahun
paten yang didaftarkan, hanya 2.271 atau 24 persen 2018 (MSBP-BPS). Pembangunan olahraga perlu
yang merupakan hasil penemuan dari peneliti ditempuh melalui pemassalan olahraga untuk
Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem mengembangkan kesadaran masyarakat dalam
inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta. meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan,
Untuk mendorong produktivitas ekonomi melalui dan hubungan sosial.
5
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Kebudayaan dan karakter bangsa memiliki individual, memperkuat daya intelektual dan pikiran,
kedudukan penting dan berperan sentral dalam serta menanamkan jiwa mandiri dan spirit berdikari.
pembangunan nasional, untuk mewujudkan negara-
bangsa yang maju, modern, unggul, dan berdaya Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
saing sehingga mampu berkompetisi dengan harus pula meneguhkan Indonesia sebagai negara-
negara-negara lain. Kebudayaan adalah penanda bangsa majemuk (agama, etnis, ras, budaya, bahasa,
yang menegaskan identitas dan jari diri suatu adat istiadat, keyakinan lokal), yang membentuk
bangsa, yang tercermin pada karakter dan mental satu kesatuan dalam keragaman: Bhinneka Tunggal
individu dan masyarakat. Pengalaman bangsa- Ika. Maka, setiap komponen bangsa yang berbeda
bangsa di dunia menujukkan bahwa karakter dan harus senantiasa menjaga persatuan, memperkuat
sikap mental dapat menjadi faktor penentu untuk kohesi sosial, dan membangun harmoni dalam
mencapai kemajuan melalui proses pembangunan perbedaan dan keragaman, yang dilandasi
dan modernisasi. Mentalitas disiplin, etos kemajuan, oleh semangat dan jiwa gotong royong sebagai
etika kerja, jujur, taat hukum dan aturan, tekun, jati diri bangsa. Kekuatan bangsa Indonesia
dan gigih adalah karakter dan sikap mental, yang terletak pada keragaman dan perbedaan, bukan
membentuk nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. pada persamaan dan keseragaman. Karena itu,
kesadaran sebagai negara-bangsa yang majemuk
Dalam RPJMN III Tahun 2015-2019, pembangunan harus ditanamkan sejak dini di dalam keluaga,
kebudayaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas diperkuat di dalam sistem persekolahan, dan
sumber daya manusia, dengan memperkukuh terus dipupuk dan dirawat di dalam sistem sosial-
karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak kemasyarakatan. Untuk itu, dalam RPJMN IV Tahun
mulia, dinamis, dan berorientasi iptek. Pembangunan 2020-2024, upaya pembangunan kebudayaan
karakter juga menjadi agenda pembangunan dan karakter bangsa terus dilanjutkan yang tidak
nasional ke-8 yakni Melakukan Revolusi Karakter hanya bertumpu pada satuan pendidikan semata.
Bangsa, yang dalam pelaksanaannya bertumpu Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
pada pendidikan dalam sistem persekolahan dilaksanakan secara lebih holistik dan integratif
dan pendidikan masyarakat. Kebijakan ini melalui pemajuan kebudayaan, pendidikan
menempatkan pendidikan tidak hanya sebagai karakter dan budi pekerti, pendidikan agama dan
sarana transfer pengetahuan dan pengembangan etika, pendidikan kewargaan dan bela negara,
keterampilan belaka. Pendidikan juga sebagai peningkatan pemahaman, pengamalan, dan
strategi kebudayaan yang memfasilitasi individu penghayatan nilai agama, peningkatan peran
dan masyarakat, melalui suatu proses pembelajaran keluarga dan masyarakat, perlindungan perempuan
sepanjang hayat, untuk membentuk karakter dan anak, serta peningkatan budaya literasi dengan
yang baik, mengembangkan potensi dan talenta melibatkan segenap komponen bangsa.
Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan Namun, kekayaan budaya belum dikembangkan
ketahanan budaya yang tangguh dapat menggerus dan dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan pembangunan nasional. Kontribusi ekspor ekonomi
masyarakat silih asah (saling bertukar pikiran), budaya terhadap total ekspor nasional masih rendah
silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling yaitu sebesar 13,77 persen (2016), dan kontribusi
menjaga dan melindungi) mulai memudar digantikan ekonomi budaya terhadap PDB juga masih
dengan sikap saling menghujat, saling mencurigai, rendah yaitu sebesar 7,44 persen atau Rp 922,59
dan saling membenci. Padahal nilai dan kearifan lokal triliun (2016). Belum optimalnya pendayagunaan
tersebut bila dilestarikan dan dikembangkan dengan kekayaan budaya menjadikan Indonesia sebagai
baik dapat digunakan untuk membangun relasi sosial konsumen budaya global. Sebagai negara adidaya
yang harmonis, dan memperkuat daya rekat sosial di bidang kebudayaan, Indonesia semestinya dapat
masyarakat. Untuk itu, diperlukan ketahanan budaya mempengaruhi arah perkembangan peradaban
bangsa agar dapat menjadi penyaring nilai-nilai dunia.
budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia.
Namun pendidikan karakter dan budi pekerti belum Pelayanan keagamaan yang berkualitas dapat
sepenuhnya dapat mewujudkan lingkungan sekolah meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai
dan budaya belajar yang mampu menumbuhkan agama. Pelayanan keagamaan di tingkat kecamatan
kebiasaan perilaku yang baik. Hal ini tercermin dilakukan melalui Kantor Urusan Agama (KUA),
dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam meskipun belum semua kecamatan memiliki KUA.
mengikuti Ujian Nasional, yakni masih 30 persen Sampai dengan saat ini baru 5.820 kecamatan
daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah dari 7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA.
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya
juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna Narkoba, keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan
sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna kajian Institut Pertanian Bogor, Islamic Development
adalah pelajar (BNN, 2017). Selain itu kekerasan Bank, dan BAZNAS diperkirakan potensi zakat
fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, Indonesia mencapai Rp 217 triliun per tahun,
sekitar 32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu namun zakat yang tercatat oleh BAZNAS baru
kali diserang secara fisik (SNKBS, 2015). mencapai Rp 6 triliun per tahun. Penyelenggaraan
jaminan produk halal dalam pelaksanaannya masih
terhambat oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM,
dan masih rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk
memperoleh sertifikat halal. Sementara kualitas
penyelenggaraan ibadah hasil terus meningkat,
yang ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji
pada tahun 2018 sebesar 85,23 atau naik 0,38 poin
dari tahun 2017.
Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya
agama, dan kepercayaan yang beragam. Bila tidak membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya
dikelola dengan baik, keragaman tersebut dapat masyarakat berpengetahuan dan berkarakter.
berisiko menimbulkan konflik di antara warga negara Literasi tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan
maupun antarkelompok dan pemeluk agama. Gejala membaca, menulis dan berhitung belaka; literasi
intoleransi yang mulai mengemuka perlu mendapat merupakan bentuk cognitive skills yang tercermin
perhatian serius agar tidak merusak semangat pada kemampuan mengidentifikasi, memahami,
persatuan dalam kemajemukan. Sementara itu, dan menginterpretasi informasi yang diperoleh
perkembangan teknologi dan informasi yang tidak untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan-kegiatan
disertai dengan kearifan dan pengetahuan dapat produktif yang memberi manfaat sosial, ekonomi,
memicu perselisihan yang berpotensi mengganggu dan kesejahteraan. Literasi memiliki kontribusi positif
kerukunan dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai dalam rangka membantu mengasah kepekaan dan
agama secara baik bagi seluruh umat, yang disertai tanggung jawab sosial, membangun kepedulian
penghargaan dan penghormatan atas perbedaan, dan penghargaan terhadap hasil karya orang
diharapkan dapat menjadi perekat dan pemersatu lain, menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta
bangsa. meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial
seperti komunikasi, negosiasi, kerja kelompok, dan
Berdasarkan data Indeks Kerukunan Umat Beragama relasi sosial yang baik.
menunjukkan penurunan dari 75,36 pada tahun 2015
menjadi 72,27 pada 2017. Berdasarkan indeks ini, Tingkat literasi suatu bangsa antara lain diukur melalui
secara kualitatif kerukunan dan harmoni sosial yang budaya kegemaran membaca yang mencerminkan
menggambarkan toleransi, kesetaraan, dan kerja minat dan kemudahan akses masyarakat untuk
sama antarumat juga terasa masih lemah. Untuk memperoleh informasi. Tingkat literasi Indonesia
memperkukuh kerukunan berbagai upaya terus masih sangat rendah, berdasarkan data World’s
dilakukan, antara lain dengan memperkuat peran Most Literate Nations yang dilansir Central
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di tingkat Connecticut State University (CCSU), Indonesia
provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan sebagai menempati peringkat ke-60 dari 61 negara paling
wadah komunikasi dan dialog lintas iman untuk literat. Sementara data BPS-Susenas MSBP 2015
menyelesaikan persoalan kehidupan beragama. menunjukkan, masyarakat yang membaca surat
Selain itu, prinsip moderasi dan toleransi dalam kabar/majalah hanya sebesar 13,11 persen, dan
beragama juga diutamakan untuk meneguhkan masyarakat yang membaca artikel/berita elektronik
kerukunan dalam kebhinekaan. hanya sebesar 18,89 persen.
6
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 127
Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019
52
Peringkat kualitas infrastruktur
Indonesia di 2017 yang naik dari
62 di 2015
46
Peringkat logistik Indonesia
membaik di 2018 jika
dibandingkan tahun 2016 (63)
Sebagai salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan air minum dan sanitasi layak, dimana pada tahun
Berkelanjutan, proporsi rumah tangga yang memiliki 2018 proporsi rumah tangga yang memiliki akses air
akses terhadap rumah layak huni pada tahun 2018 minum layak tercatat sebesar 61,29 persen dan yang
telah mencapai 38,3 persen atau meningkat sekitar memiliki akses sanitasi (air limbah) layak dan sanitasi
4 persen dari tahun 2015. Peningkatan tersebut dasar tercatat sebesar 77,91 persen (Susenas 2018,
salah satunya disumbang oleh peningkatan akses diolah Bappenas berdasarkan definisi SDGs).
Dalam rangka peningkatan kehandalan lahan sawah beririgasi di Indonesia dapat dilayani
penyediaan air, 29 buah bendungan ditargetkan oleh waduk. Selain itu dalam rangka mendukung
selesai dibangun akhir tahun 2019 sebagai bagian ketahanan pangan nasional, pada periode yang
dari rencana pembangunan 65 bendungan 2015- sama telah dibangun 0,99 juta ha irigasi baru dan
2019, sehingga kapasitas tampung per kapita rehabilitasi pada 2,9 juta ha irigasi eksisting. Selain
meningkat menjadi 59,91 m3/detik. Dengan itu, tambahan kapasitas air baku sebesar 24,9
tambahan bendungan baru sampai dengan 2019 m3/detik juga berhasil disediakan dalam upaya
tersebut, layanan air irigasi untuk 12,5 persen mendukung akses air minum universal.
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 129
Keselamatan dan Keamanan Keselamatan Transportasi
Indek Fatalitas Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan
Keselamatan Jalan 2017: pelayaran 2017: kereta api 2017: penerbangan 2017:
24 Bandara di
Daerah Perbatasan 56 Bandara di
Daerah Rawan Bencana 48 Bandara pembuka
Daerah Terisolir
Dalam rangka pelaksanaan prioritas membangun rawan bencana, perbatasan dan daerah terisolir
Indonesia dari pinggiran, Pemerintah telah untuk membuka aksesibilitas daerah disamping
membangun jalan paralel perbatasan di Kalimantan, penyediaan layanan transportasi perintis melalui
Papua dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu subsidi pada 899 trayek angkutan (jalan, SDP, KA,
128 bandara juga telah dibangun di daerah Laut dan udara).
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 131
Konektivitas
Laut
*Capaian 2018
120 18
Fasilitas Rute Angkutan
Pelabuhan Barang Tol Laut
Udara Darat
6 Bandara
Baru 3.387 km Jalan
Baru* 94% Kondisi Mantap
Jalan 2019
BRT di
38 Kota*
*Capaian 2019
88% On Time
Performance 947 km
Jalan Tol Baru* 1.147 km Jalan
KA Baru* 4 KA
Perkotaan*
Energi Ketenagalistrikan
Implementasi Program Lampu Tenaga Surya kapita dengan kapasitas pembangkit mencapai
Hemat Energi (LTSHE), pengembangan jaringan 62,4 GW. Sedangkan bauran EBT di pembangkitan
distribusi oleh PT PLN dan swadaya masyarakat telah mencapai 12,4 persen pada 2018. Penyediaan
serta pembangunan energi skala kecil melalui energi bersih untuk memasak dioptimalkan melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) telah mendukung pembangunan infrastruktur jaringan gas kota
pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 98,30 persen dengan capaian hingga 2018 sebesar 463.619
pada kuartal IV 2018. Pada periode yang sama, Sambungan Rumah.
konsumsi listrik juga telah mencapai 1.064 kWh/
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 133
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
54,68%
Penetrasi Pengguna
Internet 2017
Daerah Nonkomersial
95,7% *
1.086
492 kab/kota BTS di 110
telah terjangkau Kabupaten
jaringan 4G
97,1%
499 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 3G
* berdasarkan sebaran BTS
82,3% **
4.111 akses internet broadband
di 386 Kabupaten
423 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 4G
88,5%
455 kab/kota
** berdasarkan wil. administrasi telah terjangkau
terjangkau sinyal 100% atau jaringan 3G
permukiman terjangkau > 50%
Sampai dengan 2019, seluruh ibukota kabupaten Palapa Ring. Peningkatan konektivitas digital ini
dan kota telah tersambung dengan jaringan tulang juga diikuti dengan semakin meluasnya jangkauan
punggung pita lebar yang dibangun bersama- jaringan seluler ke seluruh Indonesia dimana 95,7
sama oleh operator telekomunikasi serta kerjasama persen wilayah telah terjangkau jaringan 4G.
Pemerintah dan Badan Usaha melalui proyek
Lingkungan Strategis
Pembangunan infrastruktur 2020-2024 akan
dihadapkan pada beberapa dinamika lingkungan
strategis baik yang dipengaruhi situasi dalam
negeri maupun tuntutan agenda global. RPJMN
2020-2024 yang merupakan periode terakhir untuk
memastikan seluruh amanat RPJPN 2005-2025
juga menjadi langkah awal dari upaya perwujudan
Visi Indonesia 2045. Di sisi lain, pada periode ini
juga merupakan bagian dari upaya pemenuhan
rencana aksi global untuk mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan, serta menjamin keberlanjutan
lingkungan sebagaimana tercantum dalam Agenda
2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Berbagai lingkungan strategis ini kemudian menjadi
bagian kerangka pembangunan infrastruktur 2020- infrastruktur harus diarahkan untuk mewujudkan
2024. konektivitas antarwilayah baik secara fisik maupun
virtual, menyediakan layanan dasar bagi masyarakat,
Visi Indonesia 2045 menciptakan pemerataan pembangunan dan
sekaligus sebagai upaya antisipasi bencana dan
Menjelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia perubahan iklim.
pada tahun 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi
negara berpendapatan tinggi dan menjadi peringkat Sasaran Pembangunan
kelima negara dengan PDB terbesar di dunia. Untuk
Berkelanjutan (Sustainable
memastikan gambaran tersebut dapat terwujud,
Visi Indonesia Tahun 2045 menetapkan empat pilar
Development Goals/SDGs)
pembangunan sebagai tahapan dan prasyarat Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen
yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia, terdiri yang kuat dalam upaya pencapaian Agenda
dari: (i) Pembangunan manusia serta penguasaan Pembangunan Global dengan mengaitkan
ilmu pengetahuan dan teknologi; (ii) Pembangunan sebagian besar target dan indikator Tujuan
ekonomi berkelanjutan; (iii) Pemerataan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
pembangunan; serta (iv) Pemantapan ketahanan Development Goals-SDGs) ke dalam dokumen
nasional dan tata kelola pemerintahan. Salah satu perencanaan pembangunan nasional. Terdapat
kunci untuk mewujudkan pilar pembangunan 169 indikator yang tersebar pada 17 Tujuan
ketiga “Pemerataan Pembangunan” tersebut Pembangunan Berkelanjutan telah diintegrasikan
adalah melalui “Pembangunan Infrastruktur yang ke dalam penyusunan RJPMN 2020-2024, dimana
Merata dan Terintegrasi” dimana pembangunan pembangunan infrastruktur akan berkontribusi
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 135
langsung pada beberapa tujuan berkelanjutan Kerangka Infrastruktur 2020-2024
antara lain seperti: (i) pembangunan waduk irigasi Pembangunan infrastruktur pada periode 2020-
dan jaringan irigasi yang sejalan dengan upaya 2024 akan difokuskan pada tiga kerangka utama
Tujuan 2 “Tanpa Kelaparan”; (ii) pengembangan (Infrastruktur Pelayanan Dasar, Infrastruktur
sistem penyediaan air minum dan pembangunan Ekonomi, dan Infrastruktur Perkotaan) yang
prasarana sanitasi komunal untuk mendukung ditopang dengan pembangunan energi dan
pencapaian Tujuan 6 “Air Bersih dan Sanitasi ketenagalistrikan serta pelaksanaan transformasi
Layak”; (iii) pembangunan prasarana energi dan digital. Pembangunan infrastruktur untuk pelayanan
ketenagalistrikan yang akan memberikan dampak dasar diprioritaskan untuk memastikan pemerataan
pada upaya pemenuhan Tujuan 7 “Energi Bersih pembangunan di seluruh wilayah Indonesia dalam
dan Terjangkau”; dan (iv) penyediaan perumahan rangka mengurangi ketimpangan antarwilayah.
dan permukiman, pengembangan konektivitas dan Cakupan infrastruktur pelayanan dasar yang akan
transportasi nasional dalam rangka pencapaian dibangun antara lain penyediaan hunian layak yang
Tujuan 9 “Industri, Inovasi dan Infrastruktur” ditopang dengan sistem penyediaan air minum dan
dan Tujuan 11 “Kota dan Permukiman Yang sanitasi, peningkatan layanan jaringan on grid dan
Berkelanjutan”. off grid untuk akses ketenagalistrikan, penyediaan
layanan telekomunikasi dan internet untuk fasilitas
RPJPN 2005-2025 umum (fasum), pengembangan sistem keselamatan
lalu lintas, penyediaan pelayanan transportasi
Sejalan dengan tahapan yang diamanatkan perintis (darat, laut dan udara) serta pembangunan
RPJPN tahun 2005-2025, RPJMN 2020-2024 waduk multi-purpose dan irigasi. Di sisi lain,
ditujukan untuk mewujudkan masyarakat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur ekonomi akan difokuskan pada pembangunan
melalui percepatan pembangunan di berbagai sarana dan prasarana transportasi, ketenagalistrikan
bidang dengan menekankan terbangunnya dan energi, teknologi informatika dengan kapasitas
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan besar dan berkecepatan tinggi untuk pengoperasian
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang Big Data, Internet of Things (IoT) maupun artificial
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. intelligence (AI). Sementara itu pembangunan
Pada periode ini struktur perekonomian diharapkan infrastruktur untuk perkotaan mencakup peningkatan
sudah semakin maju dan kokoh ditandai dengan sarana dan prasarana yang akan menunjang
daya saing perekonomian yang kompetitif dan kenyamanan hidup di kota seperti pembangunan
berkembangnya keterpaduan antara industri, angkutan umum massal, pembangunan jaringan
pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan pipa gas kota, pipa air minum dan sanitasi serta
sektor jasa. Kondisi berbangsa dan bernegara juga pengelolaan limbah. Pembangunan infrastruktur
sudah semakin maju dan sejahtera yang didukung pada periode ini juga akan memberikan penekanan
oleh diselenggarakannya jaringan transportasi, pada pengarusutamaan ketangguhan bencana,
telekomunikasi dan informatika, elektrifikasi, kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
sanitasi dan air bersih serta irigasi yang andal baik, pembangunan berkelanjutan, serta modal dan
bagi seluruh masyarakat dan menjangkau seluruh sosial budaya. Melalui kerangka pembangunan
wilayah NKRI. Dengan demikian, kebutuhan infrastruktur tersebut, tujuan pembangunan nasional
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan menuju negara yang makmur dan sejahtera
sarana pendukung dapat terpenuhi dan kota tanpa diharapkan dapat terwujud.
permukiman kumuh dapat diwujudkan.
Keterbatasan akses perumahan dan permukiman berisiko rendah dengan jumlah besar, berkelanjutan,
yang layak, aman, dan terjangkau. serta disalurkan oleh lembaga penyalur KPR yang
Perumahan dan permukiman merupakan beragam. Kebijakan pemerintah melalui pemberian
kebutuhan dasar manusia yang dijamin dalam kemudahan dan bantuan perumahan berupa subsidi
Pasal 28(h) Undang-Undang Dasar 1945, namun dan bantuan stimulan pembangunan rumah belum
pemenuhannya masih tertinggal dari pendidikan berjalan optimal dan berkelanjutan, karena skema
dan kesehatan yang telah mendapatkan anggaran subsidi saat ini cukup membebani fiskal pemerintah
20 persen dan 5 persen. Sebagai investasi terbesar serta bersifat regresif.
rumah tangga, perumahan memerlukan fasilitas
pembiayaan termasuk subsidi, terutama bagi Pada sisi pasokan, rumah yang terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Cakupan akses masyarakat berpenghasilan rendah cenderung
pembiayaan perumahan masih belum optimal, tersebar dan menjauh dari pusat kota sehingga
dimana rasio KPR terhadap PDB Indonesia masih menyebabkan urban sprawl. Hal ini diperparah
dibawah 3 persen (2017) dan cukup tertinggal dengan penyediaan infrastruktur permukiman
dibandingkan Malaysia (38,4 persen). Selain yang belum memadai, manajemen perkotaan yang
itu, fasilitasi pembiayaan tersebut belum dapat belum efektif, serta tidak terintegrasinya perumahan
diakses secara luas bagi pekerja informal dan dengan sistem transportasi publik. Pada sisi lain,
yang membangun rumah secara swadaya. Kondisi masih terdapat 61,7 persen rumah tangga yang
tersebut disebabkan oleh belum mapannya sistem menempati hunian tidak layak berdasarkan empat
pembiayaan perumahan untuk memproduksi KPR aspek kelayakan dalam ketahanan bangunan, luas
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 137
lantai per kapita, air minum, dan sanitasi dimana kab/kota rata-rata untuk air minum hanya sebesar
sebagian diantaranya menempati permukiman Rp. 7 Milyar, sementara itu DAK sebagai skema
kumuh. Kondisi tersebut diperparah dengan belum pendanaan alternatif belum mampu dioptimalkan.
optimalnya pembinaan dan pengawasan mengenai Keterbatasan kapasitas juga terjadi dari sisi
keandalan bangunan dalam pengurangan risiko perencanaan dan kelembagaan. Penanganan
terhadap bencana, serta tertib bangunan untuk perumahan masih diartikan sebatas pada
mencegah tumbuhnya permukiman kumuh. peningkatan kualitas rumah dalam bentuk bedah
rumah, padahal fasilitasi penyediaan perumahan
Rendahnya kapasitas daerah, pengelola dan juga mencakup perbaikan delivery system dari sisi
lembaga penyelenggara untuk pengembangan supply dan demand, dimulai dari pengadaan tanah,
layanan dasar permukiman. perizinan, pembangunan, hingga meningkatkan
Minimnya alokasi APBD diperkirakan dapat akses masyarakat terhadap fasilitas pembiayaan.
mempengaruhi operasional layanan, serta Dari sisi kelembagaan, rendahnya kapasitas
berkontribusi terhadap pencapaian akses masyarakat penyelenggara dan kelembagaan sistem terlihat dari
terhadap layanan dasar. Alokasi anggaran untuk belum optimalnya kinerja penyelenggara layanan
program perumahan dan permukiman masih sangat dasar. Permasalahan fungsi regulator dan operator
sedikit. Laporan Urban Sanitation Development layanan dasar juga masih terjadi di daerah. Sebagai
Program tahun 2017 menemukan bahwa di setengah contoh, baru 102 kab/kota yang sudah memiliki Unit
dari 49 kab/kota (di 9 provinsi) hanya kurang dari Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan 11 kab/kota
2 persen dari total APBD yang dialokasikan untuk yang berbentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
pengembangan sektor sanitasi. Alokasi APBD terkait pengelolaan layanan air limbah domestik.
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 139
berada di peringkat 3 di dunia untuk angka
BABS terbesar. Selain itu, terdapat idle capacity
dalam operasionalisasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah Skala Kota sebesar 36,3 persen, yang
disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat
untuk menyambung pada sistem pengelolaan air
limbah domestik (SPALD) terpusat. Untuk SPALD
setempat, implementasi Sistem Pengelolaan
Lumpur Tinja masih yang rendah berkontribusi
pada lambatnya peningkatan akses aman. Hal ini
terlihat dari keberfungsian 272 Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) yang sudah terbangun hingga
tahun 2018, hanya delapan IPLT yang teridentifikasi
beroperasi secara optimal.
Pengelolaan air tanah dan air baku berkelanjutan pemanfaatan teknologi. Defisit air baku untuk
menghadapi beberapa tantangan, antara lain: memenuhi target 30 persen perpipaan di tahun
tidak meratanya distribusi ketersediaan air baku 2024 diperkirakan mencapai 90 m3/detik, yang telah
antarwilayah; tingginya pertumbuhan penduduk mempertimbangkan capaian distribusi air minum
dengan konsentrasi 60 persen penduduk di PDAM di periode sebelumnya. Di sisi lain, ada
pulau Jawa; masih dominannya alokasi air untuk potensi pemanfaatan air baku dari 65 bendungan
irigasi; eksploitasi air tanah yang tinggi; tingginya di tahun 2024 yang ditargetkan mencapai 59,3 m3/
pencemaran air pada 65 persen wilayah sungai; detik dengan 57,87 m3/detik terdistribusi di 5 provinsi
serta perkembangan 10 wilayah aglomerasi. Kondisi Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,
tersebut menyebabkan adanya water stress karena Yogyakarta, dan Banten), dan potensi pemanfaatan
kebutuhan air baku sangat tinggi dibandingkan air irigasi sekitar 5-10 persen untuk air baku atau
dengan penambahan kapasitas penyediaan air baku. agroindustri.
Isu strategis dalam penyediaan air baku pada Upaya pemanfaatan air baku ini, baik yang berasal
RPJMN 2020-2024 mencakup beberapa hal dari bendungan maupun alokasi air irigasi perlu
yaitu pemenuhan defisit penyediaan air baku, didukung oleh peningkatan kinerja PDAM dalam
pengendalian ekstrasi air tanah, peningkatan mengurangi tingkat kebocoran air, pemanfaatan idle
investasi penyediaan air minum melalui peran capacity infrastruktur air baku, dan pengembangan
serta swasta/badan usaha, serta peningkatan infrastruktur distribusi. Penyediaan air baku dari
efisiensi pengelolaan sumber daya air melalui sumber air permukaan juga diarahkan untuk
mengurangi tingkat ekstraksi air tanah yang saat
ini masih sebesar 46 persen dari pemenuhan
Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan kebutuhan air domestik. Pengendalian praktik
Domestik
pengambilan air tanah juga bertujuan untuk
mengurangi terjadinya penurunan tanah di beberapa
Tidak Ada Data daerah. Investasi penyediaan infrastruktur air baku
8%
Lain-lain Air Kemasan juga didukung melalui pengembangan skema
0% 4% kerjasama pemerintah dan swasta sebagai alternatif
Air Hujan PDAM pembiayaan. Skema KPBU dalam penyediaan
3% 9%
Ledeng infrastruktur telah memfasilitasi pembangunan 8
Tanpa SPAM (BPPSAM, 2017). Efisiensi penggunaan air
Sungai/
Meteran
Danau/
2%
tanah terus ditingkatkan melalui penerapan prinsip
Kolam pemanfaatan kembali air (water reuse and recycle)
9%
serta pemanenan air (water harvesting), terutama di
pulau kecil terluar dengan potensi curah hujan tinggi.
Air Tanah Pemanfaatan air secara efisien ini juga didukung oleh
Mata Air penerapan teknologi, baik dari sisi pengendalian
46%
19%
volume air maupun integrasi pemanfaatan air dari
berbagai sumber (conjunctive use).
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 141
S A F E T Y Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 143
bendungan multiguna sebagai sumber energi
Penguatan Konektivitas
listrik juga masih sangat rendah, yaitu baru sekitar
28 persen. Upaya pengelolaan bendungan secara
Konektivitas Transportasi
optimal juga terkendala oleh ijin operasi bendungan
Jalan
yang baru mencapai 7 persen dari total 192
bendungan yang dikelola oleh Kementerian PUPR.
Konektivitas jalan tidak hanya mendukung
Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung mobilitas manusia, tetapi juga sistem logistik
ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada nasional. Pembangunan jalan tol penting untuk
rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan sistem menghubungkan kawasan industri dengan
irigasi. Pulau Jawa sebagai lumbung pangan simpul-simpul transportasi, sehingga mendukung
nasional menghadapi kendala tingginya alih fungsi berkembangnya industri dan distribusi barang
lahan, defisit air irigasi, serta potensi kompetisi yang dihasilkan. Selain itu, perlu untuk mewujudkan
penggunaan air dengan kawasan perkotaan dan konektivitas jalan utama yang memadai, dengan
industri. Upaya penyediaan infrastruktur irigasi melihat keterhubungan jalan tol dengan non-tol yang
juga masih belum sejalan dengan kebijakan telah terbangun. Salah satu contoh isu perlunya
pengembangan lahan pertanian baru. Kinerja sistem pengembangan jalan utama yaitu memaksimalkan
irigasi juga masih rendah, terutama pada daerah fungsi jalan Trans Papua sepanjang 4.330 Km
irigasi yang merupakan kewenangan daerah. sehingga dapat mendorong mobilitas manusia,
Sebagian besar sistem irigasi belum didukung menurunkan biaya transportasi yang selama ini
dengan keandalan pasokan air, dimana baru menggunakan moda pesawat, serta mendorong
sekitar 12,5 persen sistem irigasi yang dilayani oleh tumbuhnya pusat pertumbuhan baru.
waduk. Upaya operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi masih perlu ditingkatkan melalui pengelolaan Jaringan jalan sebagai pendukung utama sistem
sistem irigasi yang modern yang selanjutnya tidak logistik nasional, mengalami ketimpangan dari aspek
hanya dimanfaatkan untuk irigasi padi tetapi juga kualitas dan kapasitas antara jalan nasional dengan
untuk produk pertanian nonpadi bernilai tinggi. jalan daerah (jalan provinsi dan jalan kabupaten/
Selain itu, upaya sinkronisasi pembangunan irigasi kota). Jalan nasional dengan total panjang 47.017
baru dan pembukaan lahan pertanian masih perlu Km memiliki kondisi mantap sebesar 94 persen.
ditingkatkan. Sementara itu, jalan daerah yang mencapai lebih dari
400.000 Km, memiliki kondisi kemantapan sebesar 67
persen untuk jalan provinsi, dan 57 persen untuk jalan
kabupaten/kota. Kondisi tersebut mengakibatkan
kurang efektifnya konektivitas nasional. Jalan daerah
dengan proporsi lebih dari 90 persen dari seluruh
jaringan jalan yang ada, memiliki peran penting
pada konektivitas antardaerah. Namun demikian,
kondisi jalan daerah masih sangat rendah baik dari
aspek kualitas maupun kapasitasnya. Keterbatasan
kemampuan pendanaan oleh pemerintah daerah
menjadi hambatan dalam pengelolaan jaringan jalan
di daerah. Hal tersebut diperparah oleh tidak adanya
standar yang jelas, terbatasnya kemampuan SDM,
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 145
pada fasilitas fisik pelabuhan, pengelolaan, waktu tersebut harus diimbangi dengan peningkatan
tunggu kapal, efisiensi bongkar muat, administrasi kapasitas armada angkutan udara, optimalisasi
dokumen, dan perubahan fundamental lainnya. Hal maupun peningkatan kapasitas prasarana, serta
ini juga harus ditopang dengan penguatan terhadap peningkatan upaya kontrol terhadap kelaikan sarana,
armada pelayaran nasional yang mampu bersaing prasarana, dan kinerja operator guna menjamin
dengan dukungan sarana dan prasarana yang lebih terselenggaranya transportasi udara yang selamat
modern. (safe), aman (secure), berkelanjutan, berdaya saing
tinggi dan terjangkau. Peningkatan pertumbuhan
Beberapa Isu strategis transportasi laut antara lain: angkutan udara tersebut, sejalan dengan upaya
pelayanan dan kapasitas pelabuhan di Indonesia pemerintah dalam mendorong pengembangan
belum sesuai dengan standar pelayanan sesuai beberapa destinasi prioritas di sektor pariwisata.
hierarki dan fungsinya; rute pelayaran yang Hal ini juga akan mendorong tumbuhnya industri
didominasi port to port dan kurang efisien; armada penerbangan nasional, seperti perawatan pesawat,
kapal yang dimiliki perusahaan pelayaran terbataas industri komponen dalam negeri serta penyediaan
di dominasi kapal berumur tua; penggunaan SDM penerbangan.
teknologi di era inovasi disruptif saat ini yang
kurang dimanfaatkan secara optimal; serta perlunya Sementara itu, pengembangan bandara pada
integrasi pengembangan pelabuhan dengan wilayah 3T dan daerah rawan bencana juga tetap
pembangunan kawasan industri. menjadi fokus penting rangka memacu potensi
dan berkembangannya simpul-simpul ekonomi,
meningkatkan aksesibilitas daerah-daerah tujuan
wisata, serta distribusi produk dan jasa, sehingga
Konektivitas Transportasi diperlukan optimalisasi rute penerbangan perintis
Udara yang menyasar daerah-daerah yang memiliki potensi
untuk berkembang. Perlu dilakukan revitalisasi skema
Transportasi udara memiliki keunggulan dalam subsidi perintis penerbangan yang memungkinkan
mendukung mobilitas orang dan barang secara lebih tumbuhnya industri penerbangan dan menjamin
cepat serta memiliki peran penting dalam sistem layanan yang berkelanjutan. Regulasi tentang
transportasi nasional untuk menghubungkan pulau- penerbangan dan tatanan kebandarudaraan perlu
pulau di Indonesia. Isu strategis pembangunan dilakukan penyesuaian untuk dapat mengadopsi
transportasi udara mencakup beberapa aspek, perkembangan permintaan terhadap pembangunan
seperti kecukupan kapasitas sarana dan prasarana, bandara dalam rangka mendukung pengembangan
kinerja pelayanan penerbangan, kelembagaan kawasan prioritas, serta mendorong berkembangnya
dan regulasi, sumber daya manusia, teknologi dan bisnis angkutan udara berbasis perairan (seaplane/
informasi, serta aspek pendanaan. waterbase airport).
Perkembangan volume angkutan udara di Indonesia Selain itu, pengembangan bandara juga harus
yang tinggi dalam satu dasawarsa terakhir dengan mempertimbangkan akses dan utilitasasi bagi
rata-rata pertumbuhan sebesar 9 persen, diperkirakan angkutan multimoda dan peningkatan sterilisasi
akan semakin meningkat dalam periode 2020-2024. kawasan bandara dari aktivitas eksternal yang tidak
Hal ini akan berpengaruh pula pada pelayanan low terkait kepentingan bandara. Sterilisasi kawasan
cost carrier (LCC) dengan jadwal dan rute layanan bandara menjadi penting karena adanya beberapa
penerbangan yang semakin padat. Peningkatan kasus kendala penerbangan yang disebabkan oleh
kurangnya keamanan sisi udara bandara.
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 147
dan penguasaan tanah di perkotaan; serta tata Diantara 11 kota besar, 15 kota sedang, dan 52
kelola dan kelembagaan pengelolaan kawasan kota kecil yang ada di Indonesia, hanya 8 perkotaan
metropolitan yang belum optimal serta kerangka yang memiliki sistem jaringan pelayanan kereta
kebijakan dan regulasi yang belum disusun dengan api (Jabodetabek, Bandung, Medan, Semarang,
lengkap. Masih diperlukan langkah sistematis untuk Yogyakarta, Surabaya, dan Padang). Sementara itu
memastikan pembangunan perkotaan agar dapat tidak banyak kota-kota besar yang mengoperasikan
bersaing secara global tanpa melupakan identitas sistem transportasi publik yang lebih modern dan
lokal serta keberlanjutan lingkungan perkotaan sesuai dengan kebutuhan kotanya. Jakarta telah
berhasil mengembangkan dan mengoperasikan
Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur khusus dan
Sistem Angkutan Umum membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan Light
Perkotaan Rail Transit (LRT). Sementara kota-kota lainnya
masih menghadapi kendala dalam memobilisasi
dukungan finansial dan pengelolaan yang
Transportasi perkotaan di Indonesia masih memiliki belum baik. Kompleksitas transportasi perkotaan
tantangan besar terkait kemacetan dan kompleksitas bertambah lagi dengan beroperasinya transportasi
persoalan yang mengikutinya, khususnya seiring publik berbasis aplikasi (on-line) yang perlu diatur
tingginya tingkat urbanisasi. Diproyeksikan sekitar lebih bijak.
67 persen dari total populasi akan tinggal di kawasan
perkotaan pada tahun 2035. Tingginya jumlah Terbatasnya pengembangan angkutan umum
penduduk di perkotaan tersebut tidak diikuti dengan perkotaan tidak terlepas dari belum adanya
tingginya pangsa angkutan umum yang saat ini kebijakan atau rencana mobilitas kota-kota di
masih sangat rendah. Sebagai contoh Jakarta yang Indonesia, serta keterbatasan fiskal pemerintah
masih di bawah 20 persen dan jauh di bawah pangsa daerah dalam mengembangkan angkutan umum
angkutan umum kota-kota di Asia, seperti Bangkok perkotaan. Di sisi lain, belum ada koridor dukungan
(43 persen), Singapura (48 persen), dan Tokyo pemerintah pusat bagi pemerintah daerah dalam
(51 persen). Dominasi kendaraan bermotor juga pengembangan angkutan umum perkotaan
semakin meningkat disertai dengan eksternalitas sehingga dukungan yang ada saat ini masih bersifat
lain seperti kecelakaan lalu lintas, kebisingan, dan arbitrary. Oleh karena itu, payung hukum mekanisme
polusi udara. Bahkan menurut data BPS tahun dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan
2016, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai angkutan massal perkotaan di daerah menjadi hal
105 juta unit dan mobil penumpang mencapai 14 yang mendesak saat ini. Keterlibatan sektor swasta
juta unit yang berdampak pada tingginya tingkat dalam mengembangkan transportasi perkotaan
lalu lintas di wilayah perkotaan. Di Jabodetabek, juga menjadi hal yang sangat penting, terutama
tingginya tingkat lalu lintas berdampak pada terkait dengan keterbatasan fiskal daerah.
kecepatan rata-rata yang sangat rendah (8.3 km/
jam) pada jam sibuk, dan mengakibatkan kerugian Isu lainnya adalah pengembangan transportasi
ekonomi sangat tinggi (ditaksir mencapai lebih dari kota masih berbasis batas administratif (belum
Rp 5 miliar/tahun). melihat wilayah perkotaan secara fungsional)
dan terkait dengan aspek kelembagaan. Dengan
Selain itu, transportasi perkotaan di Indonesia masih kompleksnya masalah transportasi perkotaan,
banyak bertumpu pada angkutan konvensional yaitu upaya pengelolaannya perlu ditangani dengan cara
angkutan perkotaan, metromini, dan sejenisnya. yang komprehensif dan terkoordinasi. Pemerintah
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 149
Penyediaan Akses Air Minum
demikian, pemanfaatan EBT tersebut juga tidak luput dan Sanitasi (Air Limbah dan
dari beberapa tantangan seperti harga yang masih Sampah) yang Layak dan
cukup mahal dibandingkan dengan energi fosil, sifat Aman di Perkotaan
energi terbarukan sendiri yang cenderung intermitten,
serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk Penyediaan infrastruktur layanan dasar seperti akses
memanfaatkan EBT dan efisiensi dalam praktek air minum dan sanitasi di perkotaan dirasakan masih
kehidupan sehari-hari. lemah. Tingkat pelayanan air minum layak dan aman
di kawasan perkotaan masih rendah baru mencapai
64,95 persen. Begitu halnya dengan akses sanitasi
(air limbah) masih tedapat gap sekitar 19,52 persen
menuju 100 persen akses layak perkotaan (akses
Infrastruktur dan Ekosistem
layak 69,36 persen dan akses aman 11,12 persen).
ICT Perkotaan
Permasalahan lainnya terkait penyediaan akses
sanitasi (air limbah) adalah masih tingginya perilaku
Infrastruktur dan pemanfaatan TIK merupakan masyarakat untuk Buang Air Besar Sembarangan
bagian penting dalam pembangunan perkotaan (BABS) yang mencapai 3,85 persen; dan perilaku
di berbagai kota besar di negara-negara maju. masyarakat yang masih melakukan pembuangan
Konsep smart city saat ini menjadi salah satu tujuan langsung (pembangunan air tinja berupa kolam/
pembangunan perkotaan dimana pemanfaatan sawah/sungai/danau/laut dan/atau pantai/tanah
TIK yang handal dalam layanan perkotaan menjadi lapang/kebun) yang mencapai 8,52 persen di
salah satu aspek penting. Hal ini masih menjadi perkotaan. Untuk pengelolaan sampah, saat ini baru
tantangan di Indonesia mengingat pemanfaatan 60,63 persen sampah yang terkelola (59,08 persen
TIK di perkotaan masih cukup rendah salah satunya pengangkutan dan 1,55 persen reduksi), sehingga
ditandai dengan masih sedikitnya kota yang masih ada gap sekitar 39,37 persen menuju 100
terlayani sistem layanan darurat 112 terintegrasi persen sampah terkelola dengan baik. Hal tersebut
dan masih rendahnya kota yang terintegrasi sistem diperparah dengan lemahnya integrasi layanan
pelaporan masyarakat terpadu seperti Layanan oleh institusi penyelenggara air minum, air limbah
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR). dan persampahan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
Selain pemanfaatan TIK yang masih rendah, yang terfokus pada penguatan fungsi operator
penetrasi akses infrastruktur TIK juga belum optimal. dan regulator layanan sanitasi; penyiapan layanan
Sebagai ilustrasi tingkat penetrasi akses tetap lumpur tinja perkotaan (FSM); bundled service air
pita lebar di perkotaan masih cukup rendah yaitu minum, air limbah dan persampahan; penyediaan
dibawah 9 persen dari rumah tangga perkotaan. SPAM perpipaan dengan standar air minum aman
Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat (siap minum); pembangunan sistem pengelolaan
lebih mengutamakan akses nirkabel. Meskipun air limbah domestik terpusat (SPALD-T) skala kota/
memenuhi kebutuhan harian, penggunaan akses regional dan sistem pengelolaan lumpur tinja untuk
nirkabel sangat tergantung kepada kuota yang SPALD-S; pembangunan TPA Regional; serta
dimiliki masyarakat sehingga ada kecenderungan pembangunan TPST/TPS 3R. Hal tersebut juga perlu
masyarakat akan lebih memprioritaskan TIK untuk didukung dengan perubahan perilaku masyarakat
penggunaan interaksi dan media sosial. Pada untuk mengakses air minum perpipaan, penyadaran
akhirnya manfaat dari layanan TIK yang telah masyarakat untuk perilaku hemat air, peningkatan
disediakan pemerintah menjadi kurang maksimal. willingness to pay, dan penggunaan sumber air
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 151
terhadap listrik atau setara dengan seluruh ditujukan untuk masyarakat yang tidak mampu, yaitu
penduduk Singapura. Konsumsi listrik per kapita di golongan pelanggan 450VA dan 900VA dengan total
Indonesia tergolong masih rendah, baru sebesar sekitar 23 juta kepala keluarga. Selain itu, pemerintah
956 kWh per kapita pada tahun 2016, sementara juga mendorong efisiensi biaya produksi tenaga listrik
konsumsi listrik Malaysia sudah mencapai 4.460 agar tetap terjangkau. Efisiensi dilakukan dengan
kWh per kapita. Salah satu tantangannya adalah pengurangan BBM untuk pembangkit listrik.
belum meratanya ketersediaan listrik, terutama
di daerah-daerah terpencil. Meskipun System
Average Interruption Duration Index (SAIDI) atau Pasokan Energi dan Tenaga
rasio gangguan tahunan di Indonesia pada tahun Listrik
2017 mencapai 19,33 jam/pelanggan, namun masih
terdapat rasio gangguan tahunan yang mencapai Meskipun reserve margin pembangkit secara
83,99 jam/pelanggan, seperti di Sumatera Selatan nasional berada pada posisi 22,7 persen, jumlah
dan Bengkulu. Tingginya rasio gangguan tahunan tersebut belum mempertimbangkan kesesuaian
tersebut menunjukkan masih rendahnya keandalan permintaan dan penawaran serta kriteria kehandalan
akses listrik di Indonesia. (termasuk sistem penyaluran). Tata kelola industri
ketenagalistrikan nasional juga masih belum optimal
Jumlah penduduk yang masih menggunakan dimana peran badan usaha pemegang monopoli
kayu bakar untuk memasak di tahun 2017 (karena cenderung dominan dibandingkan peran regulator.
pertimbangan harga yang murah) juga masih cukup
banyak (21,57 persen). Kondisi ini sama sekali tidak Peningkatan pasokan tenaga listrik diupayakan
ideal dari sisi kesehatan keluarga karena berisiko melalui peningkatan kapasitas infrastruktur
terpapar asap karbon dioksida yang berbahaya. ketenagalistrikan (Program 35.000 MW). Saat
Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas ini pembangkit yang beroperasi baru mencapai
(LPG) untuk kebutuhan dalam negeri sebagian 8 persen (2.899 MW). Tata kelola industri
besar masih mengandalkan dari impor (75 persen) ketenagalistrikan masih belum optimal dimana
yang disebabkan karena penurunan produksi kebijakan subsidi masih belum sepenuhnya
bahan baku, yaitu Propan (C3) dan Butan (C4) tepat sasaran dan porsi subsidi cukup signifikan
dari sumur gas di dalam negeri, dan peningkatan dalam keuangan PT PLN. Kebijakan tarif belum
konsumsi. Hingga tahun 2018, konsumsi LPG per mendukung terciptanya industri yang berkelanjutan,
tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT) dan secara dimana metode penyusunannya masih berdasarkan
tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan biaya operasi dan belum mempertimbangkan biaya
defisit neraca perdagangan dan penurunan devisa investasi. Investasi yang harus dilakukan oleh PT
negara. PLN rentan terjadinya konflik antara kepentingan
bisnis dan publik (non komersial). Disisi lain,
Subsidi energi secara terus menerus diupayakan pembagian alokasi proyek-proyek PT PLN atau IPP
tepat sasaran. Dalam periode 2015-2018 subsidi juga masih menghadapi kondisi terkait keinginan PT
energi turun dibandingkan periode 2011-2014 dari PLN untuk mendominasi industri ketenagalistrikan.
yang sebesar Rp 1.214 Triliun menjadi hanya sebesar
Rp 477 Triliun. Penurunan alokasi belanja subsidi Kebutuhan BBM terutama untuk sektor transportasi
dialihkan untuk pembiayaan sektor yang lebih prioritas terus meningkat. Keterbatasan produksi BBM
seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. dalam negeri menyebabkan meningkatnya impor
Kebijakan subsidi tenaga listrik saat ini hanya BBM yang mencapai 41 persen. Untuk mengurangi
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 153
dapat terselenggaranya ujian berbasis komputer Data, AI, IoT harus dapat memberikan manfaat yang
hingga keterbatasan guru dalam mengakses paling besar serta mengendalikan efek disrupsi yang
bahan ajar yang tersedia di internet. dapat dimitigasi. Adopsi teknologi tersebut berakibat
akan semakin banyaknya perangkat yang saling
terkoneksi dan diprediksi pada 2020 diperkirakan 20
Pemanfaatan Infrastruktur TIK miliar perangkat akan saling terkoneksi melalui internet
(Gartner, 2017). Untuk itu, keamanan informasi harus
menjadi perhatian utama karena potensi gangguan
Peran TIK menjadi semakin besar dalam keamanan terhadap perangkat dan sistem yang ada
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hampir masih tergolong tinggi. Kontribusi industri TIK dalam
seluruh aspek perekonomian telah mengandalkan negeri juga harus diperkuat dalam menyongsong
TIK untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi era transformasi digital. Kebijakan tingkat komponen
kegiatannya. Infrastruktur TIK Indonesia masih dalam negeri (TKDN) perangkat elektronik menjadi
perlu dibenahi untuk dapat memaksimalkan prasyarat untuk meningkatkan kapasitas industri
penggunaan TIK. Salah satu sarana akses internet TIK. Berbagai kebijakan lain seperti insentif fiskal
yang andal adalah fixed broadband. Di negara dan insentif pasar yang saling terkoordinasi lintas
maju, fixed broadband berperan penting dalam sektor juga harus disusun untuk dapat memperkuat
kegiatan perekonomian. Jumlah pelanggan fixed berbagai level industri TIK.
broadband di Indonesia masih sangat rendah
yaitu pada angka 2 persen, jauh dibawah rata- Dukungan ketersediaan SDM yang mempunyai
rata dunia 12,4 persen. Selain itu tingkat kecepatan keahlian dasar dan ahli, khususnya dalam bidang
jaringan fixed broadband di Indonesia juga masih TIK menjadi faktor penting berikutnya. Indonesia
rendah yaitu sekitar 13,8 Mbps jauh dibawah masih tertinggal dalam menghasilkan lulusan
rata-rata dunia 42,71 Mbps. Hal ini tentunya akan bidang Science, Technology, Engineering, dan
berdampak tidak maksimalnya peran TIK dalam Mathematics (STEM), hanya 0,8 lulusan per 1.000
percepatan perekonomian Indonesia. Lambatnya penduduk, masih jauh dibandingkan India (2,0),
kecepatan jaringan tidak hanya terjadi pada fixed China (3,4), bahkan Iran (4,2). Untuk itu diperlukan
broadband. Tingkat kecepatan jaringan mobile berbagai intervensi untuk dapat meningkatkan
broadband di Indonesia juga masih tergolong kapasitas SDM Indonesia, agar dapat memenuhi
lambat, yaitu 9,8 Mbps sedangkan rata-rata dunia kebutuhan SDM dalam negeri.
berada pada 22,16 Mbps. Hal ini menjadi hambatan
pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah-daerah
yang masih belum terjangkau akses layanan tetap
(fixed broadband).
Fasilitas Pendukung
Transformasi Digital
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 155
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Meningkatnya tampungan air (alami dan
infrastruktur) per kapita (m3/kapita)
2. Meningkatnya Indeks Kinerja Sistem Irigasi
secara modern (%)
3. Meningkatnya luas lahan pertanian non-padi
yang beririgasi (Hektare)
Meningkatnya pengelolaan 4. Menurunnya indeks resiko bencana untuk
sumber daya air secara banjir, longsor, gunung berapi, dan gempa
terintegrasi bumi
5. Meningkatnya bauran air baku permukaan
untuk air minum (m3/detik)
6. Meningkatnya restorasi infrastruktur alami
sumber air (unit)
7. Meningkatnya water productivity index
(USD/m3)
Persentase rumah tangga yang menempati
seluruh aspek kelayakan dari 38,30% (2018)
menjadi 52,78% (2024)
1. Fasilitasi Penyediaan
Hunian Baru Layak
Diukur menggunakan indikator:
2. Fasilitasi Pembiayaan
a. Jumlah hunian baru layak yang terbangun
Perumahan
melalui peran pemerintah (unit)
3. Fasilitasi Peningkatan
b. Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui
Kualitas Rumah
KP 1. Penyediaan peran pemerintah (unit)
Meningkatnya akses 4. Penyediaan
akses perumahan c. Jumlah hunian yang terbangun melalui
masyarakat terhadap Infrastruktur Dasar
dan permukiman peran masyarakat dan dunia usaha (unit)
perumahan yang layak, aman, Permukiman
layak, aman dan d. Jumlah rumah tangga yang menerima
dan terjangkau 5. Fasilitasi Peningkatan
terjangkau fasilitas pembiayaan perumahan (rumah
Standar Keandalan
tangga)
Bangunan dan
e. Jumlah kabupaten/ kota yang
Keamanan Bermukim
mengembangkan iklim kondusif perumahan
6. Penyediaan 100.000
melalui reformasi perizinan dan administrasi
Unit Hunian Layak
pertanahan (kabupaten/ kota)
(Major Project)
f. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengimplementasikan pemenuhan standar
keandalan bangunan (kabupaten/ kota)
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 157
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Ketersediaan sistem peringatan dini 1. Peningkatan kualitas
Meningkatnya kualitas dan
bencana gempa bumi dan letusan gunung infrastruktur sumber
ketahanan infrastruktur
berapi (banjir lahar dingin) daya air tangguh
terhadap bencana banjir,
2. Ketersediaan sistem peringatan dini bencana
gempa bumi, letusan gunung
bencana banjir dan longsor berbasis 2. Penyediaan sistem
berapi, dan tanah longsor
Wilayah Sungai terpadu peringatan dini
3. Pengembangan sistem
tanggap darurat
bencana
4. Pengembangan
Terciptanya sistem peringatan kebijakan penataan
1. Ketersediaan peta risiko bencana (banjir,
dini dan peta risiko bencana ruang, zonasi bencana,
gempa, gunung berapi, dan tanah longsor)
wilayah/kawasan dan standardisasi
kualitas bangunan
berbasis ketangguhan
bencana
1. Panjang bangunan perkuatan tebing yang
dibangun atau ditingkatkan
2. Jumlah check dam yang dibangun atau
1. Pembangunan dan
ditingkatakan
rehabilitasi infrastruktur
3. Panjang seawall dan bangunan
Tersedianya infrastruktur pengendali daya rusak
pengamanan pantai lainnya yang dibangun
perkuatan tebing, pengamanan air dan letusan gunung
atau ditingkatkan
pantai, penahan lumpur, berapi
4. Panjang tanggul penahan lumpur yang
pengendali banjir dan longsor 2. Normalisasi dan
direhabilitasi atau ditingkatkan
penataan kawasan
KP 5. Ketahanan 5. Panjang sungai yang dinormalisasi dan
sempadan badan air
Kebencanaan tanggul yang dibangun atau ditingkatkan
Infrastruktur 6. Jumlah bangunan sabo yang dibangun atau
ditingkatkan
1. Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang
Tersedianya infrastuktur dibangun atau ditingkatkan di kawasan
pengendali banjir dan pesisir utara Pulau Jawa
pengaman pantai di kawasan 2. Tanggul Laut dan bangunan pengamanan
pesisir utara Pulau Jawa pantai yang dibangun atau ditingkatkan di
kawasan pesisir utara Pulau Jawa
1. Pemasangan alat pemantauan penurunan
tanah di Kabupaten/Kota di kawasan pesisir
Major Project:
utara Pulau Jawa
Tersedianya sistem 1. Pembangunan tanggul
2. Pemasangan alat pemantauan penggunaan
pengendalian penurunan tanah laut pantai utara jawa.
air tanah di Kabupaten/Kota di kawasan
di Kab/Kota pesisir utara Pulau Komponen kegiatan:
pesisir utara Pulau Jawa
Jawa Jalan Tol Semarang
3. Penegakan peraturan pengambilan air tanah
-Demak terintegrasi
di daerah teridentikasi penurunan muka
tanggul laut
tanah
2. Penanganan Krisis Air
Baku di Jawa dan NTT
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 159
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
Meningkatnya Efisiensi Irigasi
1. Modernisasi sistem irigasi berbasis teknologi
Padi Melalui Penurunan
(Daerah Irigasi) Peningkatan Efisiensi dan
Kebutuhan Volume Air per
2. Peningkatan cakupan luas irigasi dalam Kinerja Sistem Irigasi
Musim Tanam (0.5kg/m3
ruang lingkup aktivitas P3A (Hektare)
menjadi 0.7kg/m3 GKG)
1. Lahan Perkebunan Rakyat beririgasi
(Hektare)
2. Lahan Peternakan Rakyat beririgasi
(Hektare)
3. Lahan Perikanan Budidaya Air Tawar
Pembangunan Sistem
Tersedianya sistem penyediaan beririgasi (Hektare)
Irigasi untuk Peternakan,
air komoditas non-padi 4. Lahan Perikanan Budidaya Air Payau
Tambak, dan Pertanian
(produksi bernilai tinggi) beririgasi (Hektare)
Non-padi
5. Lahan Tambak Garam Rakyat beririgasi
(Hektare)
6. Pengembangan irigasi rawa dalam
peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian (Hektare)
PP 2. Infrastuktur Ekonomi
Meningkatnya Indeks
Indeks konektivitas wilayah
Konektivitas di wilayah
1. Pembangunan Jalan
lintas utama pulau
(trans)
1. Panjang jalan tol dan non tol yang terbangun
2. Pembangunan jalan tol
(km)
3. Pembangunan jalan
Menurunnya waktu tempuh 2. Persentase kondisi mantap jalan (nasional,
mendukung kawasan
KP 1. Konektivitas lintas utama per pulau provinsi, kab/kota)
prioritas
Transportasi Jalan 3. Persentase panjang jalan nasional dengan
4. Pembangunan
lebar memenuhi standar (%)
Jalan akses
simpul transportasi
(pelabuhan, bandara)
Meningkatnya aksesibilitas Pembangunan jalan di
Panjang jalan yang dibangun di wilayah 3T
jalan di wilayah 3T wilayah 3T
1. Panjang jalur KA yang dibangun (termasuk 1. Pembangunan Jalur
reaktivasi dan jalur ganda) KA utama (angkutan
Terwujudnya konektivitas
2. Persentase kondisi jalur KA dipelihara dan barang)
perkeretaapaian
sesuai SPM 2. Pemeliharaan Jalur KA
KP 2. Konektivitas 3. On Time Performance (OTP) KA sesuai SPM
Transportasi Kereta
Api Pembangunan Akses KA
Meningkatnya integrasi Jumlah simpul transportasi yang terakses yang terhubung simpul
multimoda Kereta Api (bandara, pelabuhan, terminal) transportasi (bandara,
pelabuhan, terminal)
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 161
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pembangunan Fly
1. Jumlah jalan lingkar kota di perkotaan yang Over dan Underpass
KP 2. Infrastruktur Mengurangi waktu tempuh di dibangun (km/kota) perkotaan
Jalan Perkotaan perkotaan 2. Jumlah perlintasan tidak sebidang yang 2. Pembangunan jalan
dibangun (lokasi) lingkar tol dan non-tol
Perkotaan
1. Pembangunan PLTSa
KP 3. Energi dan Meningkatnya penggunaan 2. Pembangunan
Persentase pengguna energi bersih di
ketenagalistrikan energi ramah lingkungan untuk Pemanfaatan PV
perkotaan (%)
perkotaan perkotaan Rooftop
3. Pembangunan SPLU
1. Meningkatnya penetrasi
fixed broadband di 1. Persentase pemanfaatan sistem layanan
perkotaan darurat terpadu
KP 4. Infrastruktur 2. Meningkatnya jumlah 2. Persentase pengembangan dan
Pengembangan digital
dan ekosistem ICT kabupaten/kota yang pemanfaatan sistem public protection and
technopreuneur
perkotaan menyelenggarakan layanan disaster relief (PPDR)
112 3. Persentase pelanggan layanan jaringan
3. Persentase kabupaten/kota tetap pitalebar per 100 penduduk
terintegrasi ke sistem PPDR
1. Sambungan rumah dengan akses air minum
di wilayah prioritas (SR)
2. Presentase PDAM dengan Kinerja Sehat (%)
KP 5. Penyediaan 1. Pembangunan SPAM
3. Jumlah kota yang memiliki Sistem
Akses Air Minum dan Wilayah Metropolitan
Tersedianya sistem layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat
Sanitasi (Air Limbah 2. Penyelenggaraan
air minum dan sanitasi (SPALD-T) (unit)
dan Sampah) yang Layanan Air Minum
berkelanjutan 4. Jumlah fasilitas pengelolaan sampah antara
Layak dan Aman di dan Air Limbah yang
(unit)
Perkotaan Terintegrasi
5. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki
layanan air minum dan sanitasi yang
terintegrasi (kab/kota)
KP 6. Penyediaan
Meningkatnya akses
Akses Perumahan
masyarakat terhadap
dan Permukiman Jumlah hunian baru layak yang terbangun di Fasilitasi Penyediaan
perumahan dan permukiman
Layak, Aman dan perkotaan (unit) Perumahan di Perkotaan
yang layak, aman dan
Terjangkau di
terjangkau di perkotaan
Perkotaan
PP 4. Energi Dan Ketenagalistrikan
Meningkatnya akses dan
1. Intensitas Energi Final (SBM/ Miliar Rupiah)
pasokan energi dan tenaga
2. Konsumsi Listrik Per Kapita (Rp/kWh)
listrik yang merata, handal, dan
3. Emisi CO2 (juta ton)
efisien
1. Penambahan kapasitas
Memperluas penyediaan
KP 1. Energi dan EBT
infrastruktur dan pemanfaatan 1. Susut jaringan (%)
Tenaga Listrik 2. Proyek Peningkatan
energi dan tenaga listrik yang 2. Bauran EBT di pembangkitan (%)
Berkelanjutan Pembangkit Listrik
bersih dan efisien
PLTA Pumped Storage
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 163
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Persentase puskesmas yang terlayani akses
telekomunikasi
2. Persentase kawasan industri dan KEK yang
terlayani jaringan pitalebar
3. Persentase daerah destinasi pariwisata
1. Meningkatnya pemanfaatan prioritas yang terlayani jaringan pitalebar
akses telekomunikasi dan 4. Persentase kantor pemerintahan yang 1. Pemanfaatan TIK
internet terlayani akses telekomunikasi (%) – layanan pemerintah
KP 2. Pemanfaatan
2. Optimalisasi pemanfaatan kumulatif 2. Pemanfaatan TIK
infrastruktur TIK
TIK untuk sektor 5. Jumlah petani dan nelayan yang bermitra layanan masyarakat
pertumbuhan ekonomi dengan layanan online (orang) – kumulatif dan dunia usaha
strategis 6. Persentase penduduk yang memiliki akun
uang elektronik (%) – kumulatif
7. Persentase keterpaduan aplikasi umum
SPBE
8. Persentase sekolah (SMA dan SMK) yang
terlayani akses telekomunikasi
1. Jumlah SDM yang mendapatkan
peningkatan kapasitas menghadapi
1. Pengelolaan informasi
transformasi digital
secara aman dan
2. Jumlah UMKM yang menjalani bisnis online
KP 3. Fasilitas Meningkatnya daya saing terintegrasi
yang mendapatkan peningkatan kapasitas
pendukung industri dan SDM TIK dalam 2. Pengembangan literasi
3. Persentase integrasi data pemerintah
transformasi digital negeri dan keahlian TIK
4. Persentase pengembangan platform Big
3. Pengembangan dan
Data Nasional
fasilitasi industri TIK
5. Persentase peningkatan industri perangkat
TIK dalam negeri
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 165
2) Peningkatan efisiensi sistem penyediaan air 2) Meningkatkan kapasitas penyelenggara air
dan keterpaduan sumber air permukaan dan minum melalui: (a) Penyehatan PDAM melalui
air tanah (conjunctive use) melalui pemanfaatan bantuan teknis dan non teknis, antara lain
teknologi (Smart Water Management). Strategi penurunan tingkat kehilangan air (NRW),
yang dilakukan adalah: (a) Peningkatan efisiensi efisiensi produksi, pengelolaan keuangan dan
penyediaan air melalui penerapan teknologi SDM, penerapan Tarif yang Full Cost Recovery
monitoring distribusi air dan pemberian insentif (FCR), serta peningkatan kualitas pelayanan; (b)
melalui skema investasi baru; (b) Konservasi, Penerapan Rencana Pengamanan Air Minum dan
monitoring, pencegahan, dan law enforcement Pengawasan Kualitas Air Minum; (c) Penerapan
terhadap pencemaran air permukaan dan Smart Water Management; (d) Peningkatan
air tanah; (c) Penyediaan informasi publik kapasitas penyelenggara SPAM berbasis
dari sistem informasi terpadu hidrologi, masyarakat; dan (e) Penerapan teknologi
hidrometeorologi, hidrogeologi, dan kualitas pengendalian dan pencegahan kontaminasi air
air; dan (d) Penyediaan sumber air baku dan tanah, air permukaan dan sistem distribusi.
pengendalian ekstraksi air tanah untuk wilayah 3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui:
aglomerasi metropolitan dan pulau kecil/terluar, (a) Pengembangan (pembangunan baru,
antara lain: Jabodetabekpunjur, Bandung peningkatan dan perluasan) dan pengelolaan
Raya, Kartamantul, Gerbangkartasusila (operasi, pemeliharaan, dan perbaikan) SPAM
(termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura), Perpipaan dan Non Perpipaan terlindungi;
Kedungsepur, Sarbagita, Mamminasata, NTT, (b) Optimalisasi SPAM yang telah terbangun
dan Maluku Utara. termasuk penurunan kebocoran; (c) Pemanfaatan
berbagai sumber air baku (bauran) diantaranya
Penyediaan Akses Air Minum Layak dan Aman tampungan air (bendungan, embung, dan lain
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka lain), pemanenan air hujan, dan grey water; dan
penyediaan akses air minum layak dan aman, (d) Penerapan teknologi pengolahan air minum
adalah : di daerah rawan air dan kepulauan, diantaranya
1) Meningkatkan tata kelola kelembagaan melalui (a) pemanfaatan teknologi desalinasi air laut dan
peningkatan kapasitas dan komitmen pemerintah Penampungan Air Hujan (PAH).
daerah; (b) peningkatan kualitas dokumen 4) Perubahan perilaku masyarakat untuk
perencanaan air minum yang terintegrasi; mendukung upaya konservasi sumber daya
(c) peningkatan sinergi dan kolaborasi air dan penyediaan air minum layak dan aman,
penyediaan akses air minum antar program dan melalui : (a) Penyadaran masyarakat untuk
antarstakeholder (pemerintah, pemerintah daerah, perilaku hemat air, penggunaan sumber air
badan usaha, unit pelaksana, dan masyarakat) minum aman, dan peningkatan willingness to
melalui penguatan peran Pokja Perumahan, pay; (b) Pengurangan pemanfaatan air tanah
Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS)/ di daerah yang telah terlayani SPAM; dan (c)
AMPL di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten; Konservasi sumber air baku untuk air minum
(d) pembentukan badan regulator air minum; berbasis masyarakat.
(e) penyusunan undang-undang air minum dan
air limbah; serta (f) pengembangan sumber Penyediaan Akses Sanitasi (Pengelolaan Air Limbah
alternatif pendanaan untuk pengembangan Domestik dan Sampah) yang Layak dan Aman
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan skema Arah kebijakan dan strategi dilakukan dalam rangka
investasi badan usaha. penyediaan akses sanitasi (pengelolaan air limbah
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 167
6) Pemenuhan kecukupan sarana dan prasarana; seluruh stakeholders, melalui (a) Peningkatan
dan sistem pemantauan kualitas air DAS Citarum; (b)
7) Meningkatan sebaran jumlah SDM pencarian Peningkatan kinerja pengendalian pencemaran
dan pertolongan yang berkompeten, melalui dan pengelolaan kualitas air; (c) Peningkatan
penyediaan sarana dan prasarana SAR darat, kapasitas pengelolaan sampah; (d) Rehabilitasi
laut, dan udara, serta pengembangan dan lahan kritis dan penataan kegiatan perekonomian
pelatihan SDM SAR yang berkompeten. masyarakat; dan (e) Pengelolaan sumber air dan
pengurangan risiko bencana.
Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
mendukung ketahanan kebencanaan infrastruktur Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
adalah: penyediaan waduk multipurpose dan modernisasi
1) Penetapan kebijakan pengelolaan kawasan dan irigasi adalah:
sistem peringatan dini bencana berdasarkan 1) Penyediaan infrastruktur tampungan air multiguna
karakteristik wilayah dan jenis bencana, melalui dan berkelanjutan melalui (a) Penerapan standar
(a) Penyediaan sistem peringatan dini di wilayah internasional penilaian kelayakan pembangunan
rawan bencana; (b) Penyusunan peta risiko bendungan baru; (b) Penyederhanaan proses
bencana untuk setiap wilayah berdasarkan perizinan dan percepatan pembangunan
simulasi bencana; dan (c) Penilaian dan retrofit bendungan baru; dan (c) Pemanfaatan potensi
infrastruktur berdasarkan tingkat keamanan waduk baru melalui pembangunan prasarana
2) Peningkatan infrastruktur tangguh bencana di irigasi, air baku, dan PLTA.
wilayah prioritas rawan bencana serta sinergi 2) Pengembangan waduk multiguna secara
antara pembangunan wilayah dan peningkatan terpadu dengan pengembangan kawasan KEK/
ketangguhan terhadap bencana, terutama di KI melalui: (a) Penerapan skema investasi Large
Kawasan pesisir utara pulau Jawa dan DAS kritis Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA
melalui (a) Peningkatan kualitas infrastruktur di Kaltara); (b) Pemanfaatan potensi International
tangguh bencana; (b) Pembangunan infrastuktur Grid (HVDC) untuk peningkatan pasokan
ketahanan bencana di kawasan pesisir utara energi domestik dan komersial, termasuk
Pulau Jawa dan DAS prioritas; (c) Pembangunan border Interconnection Indonesia-Malaysia di
sistem terintegrasi pemantauan penurunan Kalimantan-Sumatera; dan (c) Optimalisasi link
tanah; dan (d) Pengembangan sistem terintegrasi and match potensi waduk multiguna dengan
penyediaan air dan sanitasi. kebutuhan pengembangan Kawasan KEK/KI,
3) Penerapan sistem pengelolaan terpadu termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura.
sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan 3) Penerapan inovasi teknologi dalam menambah
masyarakat dan pengendalian bencana serta volume tampungan air dan efisiensi pemanfaatan
penerapan kebijakan room for river melalui (a) air melalui (a) Peningkatan kapasitas dan
Penetapan Kawasan prioritas penurunan tanah optimalisasi fungsi waduk berdasarkan karakteristik
dan ekstraksi air tanah; (b) Penyediaan sistem dan kondisi bendungan; (b) Peningkatan efisiensi
sanitasi dan pengelolaan limbah terpadu; dan(c) dan keamanan operasi waduk; (c) Pemeliharaan
Melakukan pembangunan infrastuktur SPAM dan konservasi terhadap bendungan, kawasan
regional sesuai dengan kebutuhan kawasan. tangkapan air, dan greenbelt; dan (d) Pelibatan
4) Percepatan penanganan kerusakan DAS masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan
Citarum dengan melibatkan partisipasi aktif fungsi dan pemeliharaan waduk.
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 169
7) Mendorong peran swasta dalam pelayanan rantai pasok logistik (e-logistic); dan perencanaan
dan penyelenggaraan layanan multimoda pemanfaatan platform TIK yang berfungsi untuk
untuk pembangunan Jalur KA akses bandara pengintegrasian dan pemantauan proses usaha
pelabuhan, dan terminal. jasa kepelabuhanan, pelayaran, dan jasa logistik
lainnya;
Konektivitas Transportasi Laut 9) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pelayanan angkutan perintis yang komprehensif
memperkuat konektivitas transportasi laut, adalah: (saling melengkapi dan terpadu antar layanan
1) Penegakan aturan standar keselamatan perintis), melalui memperkuat keterpaduan
pelayaran; antarmoda keperintisan laut dan udara serta
2) Pemenuhan kecukupan perlengkapan sistem jalan lintas, sesuai karakteristik wilayah; dan
navigasi pelayaran, melalui penyediaan penentuan rute subsidi perintis (multi years)
perlengkapan fasilitas keselamatan dan navigasi yang sesuai dengan kebutuhan wilayah 3T
pelayaran; meningkatkan frekuensi pengawasan dalam rangka mendorong aktivitas ekonominya.
serta penindakan terhadap pelanggaran standar
keselamatan pelayaran; Konektivitas Transportasi Udara
3) Standarisasi layanan pelabuhan-pelabuhan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
utama mendukung logistik; memperkuat konektivitas transportasi udara adalah:
4) Peningkatan dan pengembangan pelabuhan 1) Pemenuhan dan peningkatan standar
pengumpul dan pengumpan sesuai dengan keselamatan dan keamanan penerbangan,
standar layanan yang ditetapkan; melalui: (a) mempertahankan tingkat keselamatan
5) Pembangunan pelabuhan untuk medukung penerbangan (standar ICAO, UE, dan Kategory
aktivitas pariwisata; I FAA); (b) pengadaan dan modernisasi sarana
6) Pengintegrasian jasa pelayaran komersial navigasi CNSA (Communication, Navigation,
dengan sistem pelayaran non-komersial; Surveilance dan Automation); (c) implementasi
7) Pengintegrasian jasa pelayaran lokal (pelayaran Performance Based Navigation; (d) implementasi
rakyat) dengan sistem pelayaran nasional, System Wide Information Management (SWIM)
melalui penyesuaian kedalaman alur dan kolam yang mengintegrasikan data penerbangan,
pelabuhan dengan throughput (atau ukuran fasilitas pengamatan, ATM, data meterologi, serta
kapal optimal); integrasi layanan pelabuhan data pengguna aeronautika dan data secara
hub strategis tol laut; penyesuaian kerangka global; (e) peningkatan pelayanan navigasi untuk
regulasi standar kinerja operasional pelabuhan ruang udara lapis bawah (ketinggian sampai
dengan standarisasi khusus untuk pelabuhan- dengan 250 ribu kaki); (f) peningkatan fasilitas
pelabuhan hub strategis tol laut berdasarkan keamanan penerbangan dan pelayanan darurat;
naskah akademik yang kuat; integrasi sistem (g) peningkatkan pengawasan dan pembinaan
keperintisan, sistem PSO angkutan barang kelaikan udara, serta penindakan terhadap
dengan sistem logistik nasional; serta penyediaan pelanggaran standar keselamatan penerbangan;
dukungan pembiayaan kepada badan usaha dan (h) pengadaan pesawat udara kalibrasi.
pelayaran dan pemerintah daerah; 2) Pembangunan/peningkatan kapasitas sarana
8) Pengembangan sistem teknologi informasi dan prasarana kebandarudaraan, melalui (a)
yang dapat mendukung kelancaran aktivitas pembangunan 25 bandara baru; (b) rehabilitasi
pelayanan angkutan laut, melalui digitalisasi dan pengembangan 165 bandara; dan (c)
regulasi serta digitalisasi integrasi proses bisnis pengembangan bandara mendukung kawasan
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 171
perkotaan, adalah: perlintasan sebidang, melalui pembangunan
1) Pengembangan angkutan massal perkotaan flyover/underpass untuk mengatasi kemacetan
berbasis rel yang aman, terjangkau, mudah lalu lintas dan mengurangi gangguan samping
diakses, dan berkelanjutan; pada koridor jalan arteri perkotaan.
2) Menerapkan strategi Transport Demand
Management (TDM) beserta penguatan integrasi Energi dan Listrik Berkelanjutan untuk Perkotaan
antara guna lahan dan perencanaaan transit; Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
3) Pengembangan Transit Oriented Development pemenuhan energi dan listrik berkelanjutan untuk
(TOD); perkotaan adalah:
4) Penguatan integrasi antara guna lahan dan 1) Pengembangan pembangkit berbasis EBT,
perencanaaan transit; melalui pengembangan dan pemanfaatan
5) Pengembangan mekanisme dukungan PLTSa untuk pengolahan sampah yang ramah
pemerintah pusat untuk penyediaan angkutan lingkungan dan menghasilkan produk samping
umum masal perkotaan berbasis transit (skema listrik, dan pengembangan waste to energy; dan
KPBU), melalui percepatan pembangunan 2) Penyediaan pendanaan dan insentif untuk
angkutan umum massal perkotaan; menurunkan biaya modal bagi pemanfaatan
pengembangan mekanisme koridor dukungan energi baru dan terbarukan (EBT).
pemerintah dalam pembangunan angkutan
umum massal perkotaan; penguatan sinergi Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan
antar stakeholder untuk sharing pendanaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
transportasi perkotaan; pembagian peran meningkatkan infrastruktur dan ekosistem ICT
pembiayaan transportasi antara pemerintah perkotaan adalah:
pusat, pemerintah daerah, dan swasta; 1) Penggelaran infrastruktur fixed broadband untuk
penyediaan dukungan pembiayaan dan perkotaan (kawasan perumahan, pusat ekonomi,
dukungan teknis penyiapan kepada pemerintah pusat pendidikan), melalui (a) pemberian
daerah; peningkatan kapasitas kelembagaan kemudahan perijinan penggelaran infrastruktur
dan SDM pemerintah daerah dalam penyiapan fixed broadband; (b) meningkatkan kapasitas
penyelenggaraan angkutan umum dan KPBU; industri lokal pendukung fixed broadband; (c)
serta penyusunan pedoman kebijakan mobilitas mendorong pengembangan layanan, aplikasi,
perkotaan: terpadu dan berkelanjutan. maupun konten yang mencerdaskan dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat perkotaan;
Infrastruktur Jalan Perkotaan 2) Pengembangan sistem layanan panggilan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem
pengembangan infrastruktur jalan perkotaan, layanan panggilan darurat dan pedoman
adalah: penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b)
1) Penyediaan infrastruktur jalan yang terintegrasi implementasi dan pendampingan sistem layanan
dengan aspek tata guna lahan, melalui panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota
pembangunan jaringan jalan mendukung pusat terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem
kegiatn ekonomi dan kawasan perumahan; layanan panggilan ke kabupaten/kota;
pembangunan jalan lingkar kota untuk jalur 3) Pengembangan sistem Public Protection
logistic; serta peningkatan kapasitas jalan dan and Disaster Relief (PPDR), melalui (a)
penataan sistem drainase jalan perkotaan; pengembangan pilot project sistem PPDR dan
2) Mengurangi bottleneck pada persimpangan dan ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 173
peningkatan kapasitas pemerintah/ pemerintah economically least cost fuels untuk memasak
daerah, masyarakat dan dunia usaha; dan (jaringan gas perkotaan, LPG, dan electric and
(d) peningkatan kolaborasi dan kemitraan clean cook stove).
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan 4) Peningkatan tata kelola energi dan
dunia usaha. ketenagalistrikan, melalui (a) peningkatan tugas
dan fungsi badan regulator; (b) penguatan
independensi operator sistem transmisi; (c)
Energi dan penerapan power wheeling untuk mendorong
Ketenagalistrikan proyek EBT dapat langsung menjual ke
pelanggan; (d) mereviu kebijakan harga EBT
berbasis batas biaya pokok penyediaan (BPP)
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pembangkitan; dan (f) implementasi metode
pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga penentuan revenue requirement yang optimal.
listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, 5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan
adalah : pembiayaan, melalui (a) pengembangan subsidi
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk tepat sasaran melalui subsidi langsung dan
pemenuhan kebutuhan, melalui (a) pemanfaatan realokasi belanja; (b) penerapan penyesuaian
EBT seperti panas bumi, air, surya, dan biomasa; tarif dan/atau dukungan pemerintah untuk
(b) pemanfaatan pengembangan mini/micro peningkatan finansial PT PLN; (c) penerapan
grid berbasis energi bersih; (c) pembangunan kembali automatic tariff adjustment; dan (d)
Pembangkit Listrik PLTA Pumped Storage; dan memanfaatkan pembiayaan murah, alternatif
(d) pemanfaatan teknologi yang high efficiency instrumen dan leverage asset.
and low emission (HELE).
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan
tenaga listrik, melalui (a) pengembangan Energy
Service Company (ESCO); (b) memperluas,
merehabilitasi dan uprating sistem transmisi
dan distribusi; (c) mengembangkan sistem Transformasi Digital
informasi manajemen dan data control; (d)
mengembangkan dan memafaatkan teknologi
smart grid. Penuntasan Infrastruktur TIK
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
energi dan tenaga listrik, melalui (a) penambahan mendukung penuntasan infrastruktur TIK adalah:
kapasitas pembangkit, transmisi, dan distribusi 1) Optimalisasi dana Universal Service Obligation
tenaga listrik; (b) pemenuhan tenaga listrik di (USO) dalam menyediakan dan menjaga
kawasan-kawasan prioritas; (c) penyediaan kualitas layanan akses telekomunikasi dan
bantuan pasang baru listrik untuk rumah tangga internet, melalui penyediaan BTS untuk desa
tidak mampu; (d) dukungan penyediaan energi non komersil, dan penyediaan satelit multifungsi
primer (gas dan batubara) untuk listrik; (e) untuk akses internet;
peningkatan kapasitas kilang minyak dalam 2) Penyediaan layanan telekomunikasi dan internet
negeri; (f) peningkatan infrastruktur gas bumi; yang dapat dijangkau masyarakat, melalui
(g) pengembangan cadangan penyangga/ pemberian kemudahan perijinan penggelaran
operasional BBM dan LPG; serta (h) pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi dan internet; dan
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 175
MEMBANGUN
LINGKUNGAN HIDUP,
MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
& PERUBAHAN IKLIM
Pendahuluan
7
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi Memperhatikan kondisi tersebut, upaya membangun
sumber daya alam berpotensi menghambat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bencana, dan perubahan iklim ditetapkan sebagai
bertumpu pada sektor komoditas dan sumber daya salah satu prioritas nasional di dalam RPJMN
alam. Selain itu, karakteristik Indonesia yang memiliki 2020-2024. Secara lebih spesifik, prioritas nasional
risiko bencana tinggi ditambah dengan adanya tersebut diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan,
pengaruh perubahan iklim dapat menimbulkan yakni: (1) peningkatan kualitas lingkungan hidup;
kehilangan, kerugian, dan kerusakan yang lebih (2) peningkatan ketahanan bencana dan iklim; serta
besar di masa mendatang apabila tidak diantisipasi (3) mitigasi perubahan iklim melalui pembangunan
dan ditangani dengan baik. rendah karbon.
01 02 03 04
05 06 07 08
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 179
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Kualitas lingkungan hidup di Indonesia secara Penanganan sumber pencemar tergolong belum
umum relatif stagnan sehingga diperlukan upaya optimal. Realisasi penanganan dan pengurangan
perbaikan yang lebih progresif untuk mencapai sampah domestik masih di bawah target RPJMN.
hasil yang diharapkan di masa depan. Tren Begitu pula kinerja pengendalian pencemaran
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) nasional sampah plastik dan limbah industri masih perlu
menunjukkan kualitas air semakin buruk, kualitas lebih ditingkatkan.
tutupan lahan secara absolut menurun, serta hanya
kualitas udara yang mengalami perbaikan (Gambar
7.1).
Penanganan Sampah
Indeks Kualitas
Domestik 84,73%
Lingkungan Hidup
dari target RPJMN sebesar
87,03
84,96
81,61
16,7 juta ton/tahun
65,73 66,46
64,84 REHABILITASI HUTAN
60,38 56,88
58,55 57,83 & LAHAN
53,10 58,68 di dalam kesatuan
pengelolahan Hutan (KPH) &
2015 2016 2017 Pengurangan Sampah daerah aliran sungai (DAS)
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Air 1,9 Juta Hektar dari
31,10% dari target
target 5,5 Juta Hektar
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4,5 juta ton/tahun
Kawasan Hutan
Konservasi yang 27,43 Kawasan
Konservasi Laut 20,9
dikelola Juta Ha yang dikelola Juta Ha
Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Penurunan Laju Deforestasi Kawasan Hutan
Luas Lahan Tahun Luas Lahan
Tahun Terbakar
2015 2.611.411 ha 2015 1,09 juta ha
Upaya Penegakan Hukum Pengelolaan Lingkungan hidup & Kehutanan Tahun 2018
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 181
Gambar 7.2. Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019
Daerah 90%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan
4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit
Pesisir, Air,
Pertanian &
91% 82% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan
Tutupan hutan Indonesia cenderung selalu sangat rendah, seperti Jawa, Bali dan Nusa
mengalami pengurangan setiap tahunnya. Rata-rata Tenggara.
laju deforestasi yang terjadi pada tahun 1990-2017
mencapai 1 juta hektar per tahun. Meskipun laju Cadangan air nasional secara keseluruhan masih
deforestasi turun hingga menjadi 480 ribu hektar dalam kategori aman, namun masih terdapat
di tahun 2017, namun tanpa kendali yang berarti, permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas,
pengurangan tutupan hutan akan terus terjadi akibat dan juga kualitas yang belum memenuhi standar.
tekanan pembangunan. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional
diproyeksikan akan meningkat dari 6,0 persen di
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS RPJMN 2020- tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
2024, tutupan hutan diperkirakan berkurang dari ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat
50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017 kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis serta
menjadi sekitar 38 persen di tahun 2045. Hal ini eksplorasi air tanah yang berlebihan terutama di
akan semakin memicu terjadinya kelangkaan air, daerah perkotaan. Beberapa wilayah seperti Pulau
khususnya pada wilayah dengan tutupan hutan Jawa yang sudah berstatus langka, dan Bali-Nusa
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 183
Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan Berkurangnya tutupan hutan juga memicu
perhatian khusus. penyusutan habitat spesies langka di sebelah
barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045.
akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis Kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi di
dan pencemaran lingkungan. Kandungan BOD sebelah timur garis Wallacea khususnya wilayah
dan COD rata-rata (mg/L) diproyeksikan meningkat Papua. Ketidakstabilan ekosistem alam tersebut
1,1 kali lipat di tahun 2024 dan 1,2 kali di tahun membutuhkan langkah-langkah antisipasi untuk
2030 dibandingkan kondisi tahun 2020. Walaupun membalikkan tren penurunan dan menjaga
proyeksi nilai BOD dan COD tersebut belum keberlanjutan ketersediaannya.
melampaui standar baku mutu, namun nilai BOD
sudah mendekati ambang batas sehingga perlu Luas habitat ideal satwa langka terancam punah di
diperhatikan. empat pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi) diperkirakan menyusut dari 80,3 persen di
tahun 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Hal ini
antara lain didorong oleh peningkatan luas perkebunan
Tutupan Hutan monokultur khususnya kelapa sawit yang semakin
berkurang dari 50% (93,4
menekan tutupan hutan dan dapat mengakibatkan
Juta ha) Tahun 2017 hingga
tinggal 38% (71,4 juta ha) dari peningkatan kehilangan keanekaragaman hayati
total lahan Indonesia (188 apabila tidak segera dilakukan penanganan.
juta ha) di tahun 2045
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
mengembangkan produk dari keragaman hayatinya.
Kelangkaan air Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan
Tenggara meningkat hingga
bahan baku obat, sandang, pangan, rempah, pakan
2030. Proporsi luas wilayah
krisis air meningkat dari 6,0% ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
di tahun 2000 menjadi 9,6% (2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba
di tahun 2045. Kualitas air telah diketahui berdasarkan data koleksi mikroba
diperkirakan juga menurun
signifikan pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil
penelitian eksplorasi-bioprospeksi. Selain itu, hasil
pengujian spons dan makroalgae menunjukkan
potensi sebagai antitumor, antioksidan, antikanker
Luas habitat ideal dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi produk
satwa langka terancam
punah di empat pulau besar primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
(Sumatra, Jawa, Kalimantan memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.
dan Sulawesi) berkurang dari
80,3% di tahun 2000
Daya tampung lingkungan hidup juga semakin
menjadi 49,7 % di tahun
2045. merosot akibat tingginya pencemaran dan upaya
penanganannya yang belum optimal. Saat ini
tingkat penanganan sampah secara nasional baru
Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018 mencapai 67 persen dari total proyeksi timbulan
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 185
rawan dengan bencana geologis seperti gempa
bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami
yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana
geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi
dalam skala besar.
Indonesia, yaitu bencana hidrometeorologi akibat Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) pada tahun
perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas 2018 melakukan overlay peta bahaya goncangan
geologi. Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi percepatan puncak di batuan dasar (SB) untuk
jauh lebih besar dan cenderung semakin meningkat probabilitas 10 persen pada 50 tahun, maka
dibandingkan bencana geologi. ditemukan bahwa sejumlah 216.816.932 (77 persen)
penduduk di Indonesia terpapar bahaya gempa
Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi lebih dari 0.1 g. Dari 216 juta jiwa tersebut, 4 juta (1.5
peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; persen) diantaranya tinggal pada jarak 1 Km dari
sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana sesar. Sebagai catatan, gempabumi sudah dapat
geologi meningkat 64 kejadian. Jenis bencana sangat merusak pada percepatan goncangan 0.1 g
hidrometereologi dengan peningkatan jumlah atau setara dengan intensitas VI Skala Mercalli atau
kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 Modified Mercally Intensity/MMI (Pusgen, 2018).
adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran
hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0.5 g)
kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang diestimasi pada wilayah Sumatera, Sulawesi, Maluku
pasang/abrasi (17 kejadian). dan Papua yang diberi warna merah. Sedangkan
wilayah berisiko tinggi dengan bahaya goncangan
Meskipun sebagian besar kejadian bencana lebih dari 0.1 g dan memiliki densitas populasi tinggi
dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi yaitu pada Ibukota Jakarta, Bandung, Semarang,
yang berada di pertemuan antar lempeng juga Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara, Sumatra
menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang Barat dan Aceh.
Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017
3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 187
Penduduk terbanyak yang terdampak oleh gempa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
bumi adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali, yakni (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), serta
sekitar 50 persen penduduk Indonesia (±130 juta Sekolah Luar Biasa (SLB). Fasilitas kesehatan meliputi
jiwa). Selanjutnya, urutan wilayah dengan jumlah Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas, kemudian fasilitas
penduduk terdampak gempa bumi tertinggi yakni: transportasi meliputi terminal, stasiun kereta api,
Pulau Sumatera (±48 juta jiwa), Pulau Sulawesi (±21 pelabuhan, serta analisis ruas jalan provinsi, jalan
juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa), tol dan jalur kereta api yang melewati sesar aktif.
Kepulauan Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua Analisis dilakukan pada jumlah fasum terpapar di
(±4 juta jiwa). Sementara, Pulau Kalimantan memiliki zona sesar dengan buffer 1 Km, serta jumlah fasum
jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling terpapar bahaya goncangan gempa.
sedikit, yakni ±2 juta jiwa).
Sejumlah 140.821 unit bangunan sekolah berpotensi
Kerugian fisik dianalisis pada fasilitas umum (fasum) terdampak oleh bahaya gempa bumi percepatan
yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan puncak di batuan dasar untuk probabilitas
fasilitas transportasi. Fasilitas pendidikan meliputi terlampaui 10 persen dalam 50 tahun. Bangunan
Gambar 7.5. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Goncangan Gempabumi dan Sesar Aktif
Peta Percepatan Puncak di Batuan Dasar (SB) untuk Peta Distribusi Penduduk Terhadap Percepatan Puncak
prebabilitas terlampaui 2 persen dalam 59 tahun di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas Terlampaui 10
persen dalam 50 Tahun Indonesia
Peta Distribusi Populasi Terpapar Bahaya Peta Distribusi Fasilitas Pendidikan Terpapar
1 Km dari Sesar Bahaya 1 Km dari Sesar
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 189
Gambar 7.6. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Tsunami
Lokasi Kejadian Gempabumi dan Tsunami Peta Risiko Tsunami Indonesia
Level of tsunami hazard along the Indonesian Location of capital city of coastal districts in Indone-
shoreline base on Deterministic Tsunami Hazard sian (Latif & Haris, 2009)
Analysis (Latief & Haris, 2009)
• Very High :
Banda Aceh, Padang, denpasar & Ternate
• High :
Level of tsunami hazard of coastal districts in Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari
Indonesia (Latief & Haris, 2009) & Jayapura
• Moderate :
Lampung, Palu, Makasar, Kendari & Mamuju
• Low :
Sumber: Hamzah Latief, Group Riset Tsunami, Program Studi Jakarta
Oseanografi, PPMB ITB, Bandung, 11 Januari 2018
Potensi kerugian ekonomi sebagai dampak bahaya Dalam beberapa tahun ke depan potensi risiko
bencana tsunami pada 2015 mencapai Rp7.976,4 bencana gunungapi yang perlu mendapat perhatian
Miliar, pada 2030 jadi Rp9.219,3 Miliar (naik 16 adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung
persen atau Rp1.243,0 Miliar). Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon.
Sedangkan kawah gunungapi yang perlu mendapat
Potensi kerusakan lingkungan sebagai dampak perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan
bahaya bencana tsunami pada 2015 mencapai Gunung Dempo.
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 191
Gambar 7.7. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 193
2035 curah hujan masih lebih rendah (lebih rendah dibanding dengan periode dan skenario
kering) bila dibandingkan dengan periode tahun yang lain.
2030-2045 pada skenario RCP4.5 dan terjadinya
peningkatan curah hujan sekalipun tetap lebih Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia
rendah dibandingkan dengan periode tahun 2020- menunjukkan bahwa di masa mendatang akan
2035 maupun periode tahun 2030-2045 pada terjadi penurunan curah hujan yang signifikan
skenario RCP4.5. Penurunan curah hujan antara pada saat El Nino berlangsung, baik secara
0 – 2.5 mm/hari akan terjadi pada bulan Maret di independen atau saat El Nino berbarengan
sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan. dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD)
Ancaman kekeringan klimatologis diproyeksikan positif. Prediksi dasawarsa untuk periode RPJMN
melalui skenario RCP8.5 pada periode 2030-2045, juga menunjukkan kejadian iklim ekstrem kering
peningkatan intensitas curah hujan akan tetap lebih akan lebih sering berpeluang di atas normal (AN),
Gambar 7.9. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025 (a-f)
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 195
Gambar 7.10. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025 (a-f)
Historis Proyeksi
triliun. Selain di level nasional, kurangnya alokasi Kajian, perencanaan dan penanganan risiko
anggaran pemulihan ini terjadi pula pada level bencana lintas daerah administrasi juga perlu
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. mendapat perhatian. Tercatat banyak kawasan
risiko bencana yang melintasi beberapa wilayah
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan administrasi pemerintahan, seperti: daerah aliran
terhadap risiko kebencanaan belum banyak sungai, kawasan gunung api, area kebakaran hutan
dikembangkan. Berdasarkan studi, ‘Disaster Risk dan pesisir rawan tsunami. Oleh karena itu, hasil-
Financing and Insurance Strategy’ (Kemenkeu, hasil kajian saintifik di bidang adaptasi perubahan
2018), . Dukungan inovasi pembiayaan dalam iklim dan penanggulangan bencana haruslah
bentuk pooling fund menyasar pada kemampuan dapat dimanfaatkan dalam perencanaan sampai
tata kelola risiko bencana. Selain dari kontribusi dengan pelaksanaan pembangunan, khususnya
APBN/APBD, dana tersebut dapat berasal dari di tingkat daerah. Hal tersebut sangat penting
himpunan dana swasta, badan internasional, guna mempersiapkan rencana pembangunan
BUMN dan masyarakat, yang akan dilaksanakan yang responsif dan antisipatif terhadap
oleh badan pengelolaan yang ditetapkan melalui dampak perubahan iklim serta potensi bencana
regulasi. Pembentukan pooling fund dan produk hidrometeorologis dan geologis berdasarkan data,
turunannya akan dirumuskan sebagai instrumen informasi dan kajian yang ilmiah
transfer risiko tepat sasaran yang memperkuat
pembiayaan dari APBN yang sudah berjalan. Pembangunan Rendah Karbon
Transisi dari Penurunan Emisi Menuju
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana Pembangunan Rendah Karbon
dalam pengalokasian anggaran, rencana Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan
pembangunan dan penataan ruang harus penyebab utama terjadinya perubahan iklim yang
terus ditingkatkan. Berdasarkan survei (BNPB, dapat mengancam kehidupan bangsa. Sebagai
2018), dari seluruh daerah yang telah menyusun upaya menanggulangi perubahan iklim, pada tahun
dokumen RPB, tercatat hanya 45 persen yang telah 2009 Pemerintah Indonesia telah menyampaikan
menggunakannya sebagai masukan RPJM Daerah. komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 197
26 persen dengan usaha sendiri, dan mencapai 41 hanya fokus pada upaya penurunan emisi GRK
persen dengan dukungan internasional pada tahun kepada penanganan yang lebih holistik dengan
2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun tetap menjaga keberkelanjutan dan keselarasan
2015 di Paris komitmen ini ditingkatkan kepada antara pembangunan ekonomi, sosial-budaya,
target penurunan emisi 29 persen di tahun 2030. dan perbaikan lingkungan hidup melalui kerangka
pembangunan rendah karbon.
Seiring dengan dinamika pembangunan di tingkat
nasional maupun global, diperlukan penguatan Transisi menuju pembangunan rendah karbon
integrasi antara upaya penanganan perubahan penting untuk segera diaktualisasikan bukan hanya
iklim dengan program dan pencapaian target- demi meminimalkan risiko dari dampak-dampak
target pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan negatif perubahan iklim, melainkan juga untuk
transisi penanganan perubahan iklim dari yang mengakselerasi peluang peningkatan daya saing
Box 1
Pembelajaran dari Pemanfaatan Biogas
sebagai Sumber Energi Rumah Tangga
Kegiatan pemanfaatan biogas untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga terlaksana di Desa Keningar
dan Ngargomulyo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
melalui kerjasama antara ICCTF dan SESAMI (Sedya
Samahiya Memetri Indonesia). Dalam kegiatan ini,
masyarakat setempat dilatih untuk membangun 10 unit
bio-digester serta menjalankan pusat pembenihan. Selain
memperoleh gas untuk kebutuhan rumah tangga, pupuk
cair organik (bio-slurry) dan kompos yang dihasilkan
sebagai produk sampingan bio-digester dimanfaatkan
untuk memperbaiki kualitas lahan bekas tambang pasir
sehingga dapat ditanami dengan beraneka tanaman,
termasuk sayur-mayur yang dimanfaatkan sebagai
sumber gizi masyarakat.
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 199
Sasaran, Target dan Indikator
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim dikelompokkan sebagai berikut:
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 201
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
Pendahuluan
8
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Dinamika geopolitik global berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur kawasan Asia - Afrika
masa depan pembangunan Indonesia. Persaingan dengan investasi BUILD Act sebesar US$ 60 miliar.
antar kekuatan besar dunia menimbulkan Mudahnya pergerakan aktor non negara secara
depolarisasi pusat geopolitik baik di Barat (Amerika trans-nasional membuat dinamika ancaman non
dan Eropa) maupun di kawasan Timur (Asia). Selain tradisional menjadi isu strategis bagi Indonesia.
itu, terdapat dinamika geopolitik berupa sengketa Ancaman non tradisional yang mendapat perhatian
Laut Tiongkok Selatan (LTS). Klaim dan ekspansi besar adalah: (1) Terorisme; (2) Perdagangan
militer Tiongkok di LTS meningkatkan ketegangan manusia, khususnya pada perempuan dan
di kawasan. Amerika Serikat (AS) merespons anak Indonesia yang rentan menjadi korban
Tiongkok dengan menggelar kekuatannya di LTS. perdagangan manusia; (3) Peredaran gelap dan
ASEAN telah mengupayakan pembentukan Code of penyalahgunaan narkotika, terutama dengan makin
Conduct (CoC) untuk menyelesaikan permasalahan intensnya penyelundupan narkotika ke Indonesia;
ini tetapi pada prosesnya menemui hambatan. (4) illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing
yang sering terjadi di wilayah laut Indonesia; dan (5)
Persaingan juga ditemukan di sektor ekonomi dan Keamanan siber.
perumusan kerangka arsitektur regional. Perang
dagang AS dan Tiongkok menjadi contoh persaingan Sementara itu, isu lain yang perlu menjadi perhatian
di sektor ekonomi. Selain itu, persaingan juga Indonesia adalah melemahnya multilateralisme
terjadi pada pembangunan infrastuktur kawasan dan populisme. Kedua isu ini berdampak pada
Asia - Afrika. Melalui Belt and Road Initiative (BRI), pelemahan tata kelola global, yang mendorong
Tiongkok telah berinvestasi lebih dari US$ 210 negara-negara cenderung mengeluarkan kebijakan
juta. Di sisi lain, AS juga menginisiasi pendanaan unilateral.
Koridor Hukum
Aspirasi
Masyarakat
Koridor Hukum
Koridor Hukum
Proses Tujuan
Politik Pembangunan
Administrasi
Pembangunan
Koridor Hukum
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)
Pembangunan bidang Polhukhankam diawali oleh pembangunan sebagai bahan aspirasi pada proses
aspirasi masyarakat melalui proses politik yang politik berikutnya. Siklus tersebut akan berjalan
demokratis. Proses tersebut diharapkan menciptakan apabila didukung oleh situasi yang kondusif. Dalam
penyelenggaraan administrasi pembangunan yang pelaksanaannya dilandasi oleh tata kelola yang baik
profesional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan dibingkai dengan koridor hukum yang berlaku
dan sejahtera. Masyarakat perlu mengawasi proses serta keamanan nasional yang kondusif.
Partisipasi pemilih dalam Pilkada 2018 Status Pers Indonesia tahun 2018
mencapai 74,01% kategori fairly free dengan indeks 69,00
Instansi pemerintah yang bersih dan Instansi pemerintah yang efektif dan
akuntabel dangan opini WTP (91% K/L, efisien dengan skor B keatas indeks RB
97% Prov, 72% Kab, dan 86% Kota). (89% K/L, 68% Prov, & 10% untuk Kab/
Kota)
Keamanan
Kerjasama Pembangunan
International
193 Program KSST untuk 3.252 peserta dari 66
negara (2014-2017)
Mempromosikan inovasi lokal sebagai
pendorong pembangunan global
(Country-Led Knowledge Sharing)
Penunjukan 22 Center of Exellences
Penyampaian Sustainable Development Goals
Voluntary National Review 2017
Penanganan isu di fora internasional seperti G20,
ASEAN, dan Development cooperation Forum
Sosial Budaya
Tata kelola
Pelaksanaan bantuan
hukum dari tahun
2015-Nov 2018
Indeks Pembangunan
Hukum (IPH)*
2014: 0,31
2017: 0,60
Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi:
Sejalan dengan pembangunan aparatur negara Perwujudan birokrasi yang bersih dan akuntabel
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah
Panjang Nasional (RPJPN) dan melanjutkan Grand Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 – 2025, yang memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian
berbagai kebijakan ditujukan untuk mewujudkan (WTP), skor B atas SAKIP, dan persentase
8 area perubahan di dalam Reformasi Birokrasi penerapan pengadaan barang/jasa pemerintah
Nasional, meliputi mental aparatur, kelembagaan, secara elektronik seiring dengan ditetapkannya
tata laksana, SDM aparatur, akuntabilitas, Perpres No.16/2018 tentang Pengadaan Barang
pengawasan, peraturan perundang-undangan, dan Jasa Pemerintah.
serta pelayanan publik. Agenda reformasi birokrasi
menjadi perhatian penting di dalam Rencana Birokrasi yang efektif dan efisien, diwujudkan melalui
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi
tahun 2015 – 2019 yang menekankan birokrasi bersih nasional dalam bentuk Road Map Reformasi Birokrasi
dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki Nasional Tahun 2015 – 2019 dengan visi reformasi
pelayanan publik berkualitas. Beragam kebijakan, birokrasi menuju birokrasi kelas dunia (world class
program, dan kegiatan dalam kerangka reformasi bureaucracy). Perbaikan reformasi birokrasi di level
birokrasi nasional, telah menunjukkan capaian yang instansi juga semakin meningkat yang tercermin
sejalan dengan sasaran pembangunan bidang
aparatur negara.
Indeks RB:
K/L : 89%
Prov : 68%
Kab./Kota : 10% Birokrasi yang memiliki pelayanan publik
berkualitas dengan membaiknya tingkat
kepatuhan pelayanan publik berdasarkan
UU 25/2009 tentang pelayanan publik
Tingkat Kepatuhan atas UU 25/2009
K : 87,50%%
L : 80,00%
Prov. : 82,35%
Kota : 46,23%
(Sumber: BPK, 2018; KemenPANRB, 2019; Ombudsman RI, 2018)
Konsolidasi Demokrasi
Aktualisasi Komunikasi
Ideologi Publik
Negara
Aspek Keamanan
Globalisasi membuat pergerakan manusia antar Gambar 8.2 Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar
negara menjadi mudah. Migrasi yang dilakukan Negeri dengan Kasus WNI di Luar Negeri
WNI ke luar negeri pun terus meningkat berpotensi
meningkatkan permasalahan WNI di luar negeri.
Kompleksitas masalah yang dihadapi WNI beragam Tren Jumlah WNI keLN
(juta Jiwa)
sehingga diperlukan upaya intens untuk memberikan
perlindungan kepada WNI di manapun ia berada.
10.6
218 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 218
Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Aspek Tata Kelola
Indikator
Enforcing
Regulasi yang Contracts:
Disharmoni Ease of Doing
Inkonsisten Business (EoDB)
Tumpang Tindih Peringkat 146
Multitafsir dari 190 Negara
Overcrowding
Mencapai
202%
(hingga Januari 2019)
Indeks Perilaku anti Korupsi (IPAK)
Indonesia Tahun 2018 sebesar 3,66
Tahun 2017 Sebesar 3,71
Aparatur negara memiliki peran strategis dalam digital governance, dan open governance, serta
pembangunan nasional dan daerah. Untuk kebutuhan mendukung Sustainable Development
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, Goals (SDGs) pilar tata kelola berimplikasi perlunya
diperlukan ASN yang mampu menjalankan peran desain kelembagaan dan proses bisnis pemerintah
sebagai pelaksana kebijakan dan pelayanan publik, yang lebih sederhana dan adaptif.
serta perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia
dihadapkan dengan pergeseran paradigma
Di tengah tantangan dan persaingan global yang dalam mengelola kebijakan publik, tata kelola
semakin kompetitif, dalam 3 tahun terakhir profil pemerintahan, administrasi pembangunan, agenda
Indonesia mengalami peningkatan dalam tata kelola pembangunan global, dan pelayanan publik yang
pemerintahan, pelayanan publik dan keterbukaan inovatif.
informasi publik. Hal ini tercermin dengan adanya
perbaikan Indeks Persepsi Korupsi, Indeks Daya Perubahan dan pergeseran lingkungan strategis
Saing Global, dan Skor Kemudahan Berusaha. tersebut semakin menuntut hadirnya Aparatur Sipil
Negara yang profesional, berintegritas, netral,
Sejumlah pelajaran terbaik di beberapa negara, kreatif, inovatif, dan berdaya saing, serta didukung
telah menerapkan pendekatan policy networks birokrasi yang lebih sederhana dan membuka ruang
dan whole of government yang dapat membantu peran serta publik dalam pemerintahan.
pengembangan kebijakan, manajemen program,
dan pelaksanaan pelayanan publik yang responsif Sejalan dengan kecenderungan global
dengan dukungan e-Government. Perkembangan yang menerapkan e-Government, Indonesia
paradigma global seperti collaborative governance, terus melanjutkan komitmen global di dalam
Gambar 8.4. Benchmark Posisi Indonesia dalam Pelaksanaan Pemerintahan pada Indeks Global
02 Kelembagaan dan
proses bisnis yang
lebih sederhana, 04 Pelayanan Publik
yang berkualitas
responsif, adaptif dan dengan berorientasi
membuka ruang pada perbaikan sosial
peran serta publik ekonomi
dalam pemerintah berkelanjutan
01 ASN yang
profesional, 03 Akuntabilitas kinerja
dan pengawasan
berintegrasi, kreatif, yang handal, efektif
inovatif dan netral dan berintegritas
mempromosikan prinsip dan nilai Keterbukaan Setiap organisasi birokrasi pemerintah dituntut
Pemerintah (open government) sebagai strategi memiliki akuntabilitas kinerja yang baik secara
di dalam membangun kepercayaan publik, internal, maupun kepada publik. Kondisi akuntabilitas
meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan kinerja birokrasi pemerintahan saat ini masih sebatas
dan pengawasan pembangunan, serta pada pemenuhan pelaporan sehingga masih jauh
memperdalam kualitas demokrasi di Indonesia. dari kondisi yang diharapkan. Akuntabilitas belum
Salah satu terobosan strategis dalam merespon mampu merepresentasikan kinerja riil institusi
paradigma e-Government, adalah terbitnya birokrasi pemerintah dengan baik dan efektif dalam
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan pelayanan publik. Untuk itu, diperlukan suatu
yang memiliki peran strategis di dalam mengelola sistem manajemen kinerja kelembagaan yang
pemerintahan yang lebih terintegrasi, mendorong efektif, handal, dan didukung dengan implementasi
pelayanan publik lebih inovatif dan kreatif, dan sistem integritas yang mapan sebagai suatu bagian
membuka saluran peran serta publik di dalam prasyarat untuk menuju dynamic government.
proses pembuatan kebijakan publik yang lebih
terbuka, inklusif, dan responsif.
02
Accsess Privilege User
Dukungan Industri Pertahanan Belum (Serangan yang ditujukan
untuk mengambil alih
Optimal
sistem)
Beberapa kebutuhan alutsista TNI sudah mampu
dipenuhi oleh industri pertahanan. Namun, untuk 22,91%
beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat
tempur, kapal perusak, roket, rudal, UCAV, dan
radar masih belum mampu didukung oleh industri
pertahanan.
03 Dos Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melumpuhkan
sistem melalui Denial of
Service (DOS))
Permasalahan yang dihadapi diantaranya pada
keterbatasan dalam penguasaan teknologi kunci dan/ 13,98%
atau kemampuan integrasi sistem. Dua hal tersebut,
merupakan syarat agar industri pertahanan dapat
04
Information Leak
meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista (Serangan yang ditujukan
TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna untuk melakukan
menjadi bagian dari global suppy chain. pencurian informasi)
10,79%
Ancaman Siber pada Sektor Industri
Perkembangan penggunaan teknologi dan
peningkatan aksesibilitas terhadap internet yang
signifikan berimplikasi pada adanya potensi
05 Information Leak Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melakukan
ancaman siber. Salah satu bentuk perkembangan pencurian informasi)
teknologi adalah perkembangan teknologi digital
12,62%
yang saat ini dikenal sebagai the new hybrid of
technology. Jumlah ancaman siber pada sektor Sumber: Badan Siber dan Sandi Negara. 2018
Tabel 8.1. Jumlah Kejadian Kejahatan terhadap Nyawa, Fisik, Kesusilaan, dan Perdagangan Manusia
Tahun 2014-2016
Tahun
Jenis Kejahatan
2014 2015 2016
Kejahatan terhadap nyawa
1.277 1.491 1.292
(pembunuhan)*
Sumber:
(*) Statistik Kriminal Indonesia BPS, 2017
(**) Bareskrim Mabes Polri (2018)
Pemenuhan hak politik dan jaminan Penguatan Tata Kelola Komunikasi dan
kebebasan sipil: Informasi Publik
Skor IDI Aspek Hak Hak Politik Peningkatan kualitas konten
Skor IDI Aspek Kebebasan Sipil Peningkatan Kualitas SDM Bidang
Indeks Kerawanan Pemilu Komunikasi dan Informatika
Sasaran pembangunan bidang aparatur mengacu reformasi kelembagaan birokrasi melalui ASN
kepada arah pembangunan bidang aparatur profesional, berintegritas, dan netral; manajemen
negara dalam RPJPN 2005-2025 tahap ke-IV yaitu kinerja yang handal, efektif dan akuntabel; organisasi
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih, dan proses bisnis birokrasi yang responsif dan
dan berwibawa yang berdasarkan hukum serta adaptif; serta pelayanan publik yang berkualitas
birokrasi yang profesional dan netral dalam bentuk dan inovatif
Terwujudnya Terwujudnya
ASN profesional, pelayanan publik
berintegritas, dan yang berkualitas dan
netral inovatif
Terwujudnya Terwujudnya
manajemen akuntabilitas
institusi pemerintah keuangan dan
berstandar kinerja
internasional
• Instansi • Instansi
• Meningkatnya kualitas
Pemerintah yang Pemerintah
manajemen institusi pemerintah
mendapatkan dengan Skor “B”
Opini WTP: atas SAKIP:
• K/L: 97% • K/L: 100%
• Provinsi : 97% • Provinsi : 90%
• Kabupaten : 85% • Kab/Kota : 80%
• Kota : 90%
• Persentase Penurunan
Pelanggaran di
Perbatasan (10,08%)
• Jumlah kejadian
terorisme (menurun)
• Menurunnya
pelanggaran di
perbatasan
• Menurunnya jumlah
• Pemenuhan MEF (≥100%)
kejadian terorisme
• Kontribusi Industri
Pertahanan (>=50%)
• Terpenuhinya kekuatan
pokok Minimum
Essential Force (MEF) dan
meningkatnya kontribusi
• Jumlah Kejahatan di industri pertahanan dalam
Laut yang diselesaikan penyediaan Alpalhankam
(90 kasus)
• Mewujudkan keamanan
laut yang terbebas dari • Laju Prevalensi
kejahatan tradisional Penyalahgunaan Narkoba
dan transnasional (1,7%)
• Clearance Rate (≥ 60%)
• Response Time (16 menit)
• Terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat
dan meningkatnya pelayanan
keamanan
• Skor Global Cyber
Security Index (0.85)
• Menguatnya ketahanan
masyarakat terhadap
serangan siber
• Menguatnya tata kelola
pemangku kepentingan
terkait siber
Penataan Perbaikan
Regulasi Sistem
Peradilan
Optimalisasi Peningkatan
Upaya Anti Akses Terhadap
Korupsi Keadilan
“Terwujudnya Kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”
Akuntabilitas
Pengawasan
Kinerja dan
Aparatur Sipil
Organisasi
Negara
9
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Pendanaan
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Kerangka Regulasi
Kerangka Regulasi (KR) adalah perencanaan Gambar 9.1 Peran Regulasi Dalam Pembangunan
01
pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara Negara dalam Memberikan kemudahan bagi
aktivitas masyarakat dan mengurangi
rangka mencapai tujuan bernegara. Kerangka beban masyarakat
Regulasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor
02
17 Tahun 2017 merupakan salah satu delivery
mechanism dalam melaksanakan perencanaan
pembangunan selain kerangka pendaanaan dan Mendorong potensi kreatif warga
kerangka kelembagaan. negara lebih mudah dilaksanakan
03
pelaksanaan regulasi akan menimbulkan
dampak biaya. Kualitas regulasi yang buruk Mendorong efektivitas dan efisiensi
akan berdampak pada biaya yang lebih besar penyelenggaraan negara dan
dan masyarakat yang akan menanggung beban pembangunan
tersebut. Analisis biaya dan manfaat sebelum
04
penyusunan sebuah regulasi menjadi hal
yang sangat penting untuk dilakukan termasuk
Memiliki nilai tambah atau
pemilihan alternatif kebijakan di luar penyusunan insentif bagi pelaku usaha untuk
regulasi. Dalam hal ini, regulasi merupakan mendukung sasaran
pilihan tindakan terakhir setelah semua tindakan
yang bersifat non-regulasi (kebijakan lain) tidak Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
memungkinkan untuk diimplementasikan.
Naskah
Alternatif Kebijakan Akademik RUU
PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang
sudah ada dan/atau terkait
PENELITIAN meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
letersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, SDM pelaksana, dll
Gambar alur pikir diatas merupakan pedoman • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
dalam proses perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
pembentukan peraturan perundang-undangan untuk dilanjutkan dengan Proses penyusunan
(baca: regulasi) bagi setiap perumus kebijakan Naskah Akademik.
dan pembentuk regulasi. Proses evaluasi menjadi • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
titik krusial dalam perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada regulasi di
pembentukan regulasi yang selanjutnya diikuti bawah Undang-undang (peraturan pelaksana
dengan kajian awal mengenai urgensi kebutuhan Undang-undang).
suatu KR dan/atau arah KR. Kajian awal meliputi: • Non-regulatory policy (kebijakan diluar
(1) menemukenali permasalahan mendasar; (2) peraturan): apabila hasil analisis
penetapan tujuan/sasaran; dan (3) identifikasi merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat
regulasi yang sudah ada dan/atau terkait untuk pengaturan.
kemudian ditindaklanjuti dengan Penelitian yang
meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil Alur pikir ini menekankan pada pentingnya proses
pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat evaluasi yang secara tidak langsung dapat
(Cost and Benefit Analysis/CBA) dan/atau analisis memantau keberlakuan dan efektifitas suatu regulasi,
terhadap regulasi yang ada. Hasil penelitian dapat sehingga hasil evaluasi suatu kebijakan dan regulasi
berupa: tidak hanya fokus pada aspek legal formal tetapi
Gambar 9.4 Urgensi dan Landasan Hukum Integrasi Kerangka Regulasi dalam RPJMN 2020-2024
Sinergi proses perencanaan pembentukan regulasi dalam
rangka memfasilitaasi, mendorong, dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional
UU 25/2004 - SPPN Meningkatkan efisiensi
pengalokasian anggaran
untuk keperluan
UU 17/2007 pembentukan regulasi
UU 12/2011
tentang
pembentukan peraturan
perundang-undangan
Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan
masyarakat dan dan manfaat (CBA) pembentukan kepentingan
pembangunan
aparatur regulasi
nasional dan
Visi-Misi Presiden
Dalam rangka memastikan dukungan kerangka Kebijakan terkait Kerangka Regulasi dalam rangka
regulasi yang baik pada pelaksanaan RPJMN 2020- mendukung pencapaian pembangunan nasional
2024 perlu dilakukan melalui beberapa batu uji juga perlu ditempuh melalui upaya simplifikasi
sebagai kriteria. Adapun batu uji tersebut meliputi: regulasi (pemangkasan, penyerderhanaan,
(a) aspek legalitas, (b) aspek kebutuhan dan (c) deregulasi). Upaya simplifikasi terus didorong oleh
aspek kemanfaatan (memberi manfaat yang besar berbagai intansi dengan koordinasi ditingkat pusat
dan tidak menimbulkan beban yang berlebihan). maupun daerah.
Adapun aspek tersebut diturunkan kedalam
beberapa sub kriteria aspek sebagai berikut.
1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?
Kerangka Kelembagaan (KK) merupakan salah pembangunan. Dengan menekankan nilai structure
satu kaidah pelaksanaan dalam RPJMN 2020 – follow strategy, maka pembentukan organisasi
2024, untuk mendorong efektivitas pelaksanana pemerintah didasarkan pada stategi untuk pencapaian
pembangunan dengan dukungan kelembagaan tujuan pembangunan. Adapun organisasi pemerintah
yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat proses. sesuai dengan peraturan perundangan mencakup:
Dalam konteks delivery mechanism, kelembagaan (a) lembaga negara; (b) kementerian; (c) lembaga
difokuskan pada penataan organisasi pemerintah pemerintah non kementerian; (d) lembaga non
beserta aturan main di dalamnya, baik yang bersifat struktural; (e) pemerintah daerah beserta organisasi
inter maupun antar organisasi, yang berfungsi untuk perangkat daerah; dan (f) lembaga koordinasi
melaksanakan program-program pembangunan. lain seperti badan koordinasi, komite nasional, tim
Adapun fokus kebijakan kerangka kelembagaan nasional dan lain-lain.
dalam RPJMN 2020 – 2024 ditujukan pada organisasi
pemerintah yang mencakup rumusan tugas, fungsi, Dari kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015 - 2019,
kewenangan, peran, dan struktur. telah dilakukan penataan kelembagaan khususnya
Lembaga Non Struktural (LNS). Perkembangan
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran hasil penataan menunjukan bahwa terdapat 13 LNS
dan tepat proses diharapkan akan mendorong yang telah dihapuskan.
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah
Presiden
Program
Pembangunan
Mengedepankan
kerjasama multi pihak
yang kolaboratif
Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan (bank dan non bank); dan (3) Investor, baik
pemanfaatan sumber-sumber pendanaan perseorangan maupun badan usaha.
pembangunan diperlukan adanya kerangka
pendanaan yang mencakup sumber pendanaan, Sumber-sumber pendanaan tersebut memiliki
arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
pendanaan pembangunan pemanfaatannya perlu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.
DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT KE DAERAH DAN
DANA DESA
• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas
Pemanfaatan TKDO
• Sinergi Pendanaan • Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDO
Fokus Meningkatkan
01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan
02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas
03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek
04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan
05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan
Pemantauan Evaluasi
On Going: On Going:
Evaluasi paruh waktu Evaluasi RKP:
RPJMN Data TW III
Ex-Post: Ex-Post:
Evaluasi akhir RPJMN Evaluasi akhir RKP:
Evaluasi Dampak-Manfaat Data TW IV
PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program nasional dan kegiatan strategis berdasarkan
hasil pemantauan dan evaluasi
Presiden
Laporan
Evaluasi
RPJMD
Data Men PPN/Kepala
pendukung Bappenas
Survey Lainnya
Penelitian
BPS, K/L, Laporan Evaluasi
& lembaga
Laporan Evaluasi RPJMN Renstra
Lainnya Kementerian/
Lembaga
Data & Laporan Evaluasi
Laporan Evaluasi RKP Renja
Informasi
Data dari :
1. BPK
2. BPKP Laporan Kinerja K/L Paruh Waktu RPJMN 2020-2024
3. BPS
Laporan Kinerja Tahun Sebelumnya
HASIL ASSESSMENT
Kementerian PPN/Bappenas
10
Sosial dan Budaya
Lingkungan Hidup
Tata Kelola
Ekonomi
Tahun 2025 merupakan tahun terakhir dari Semakin terbukanya hubungan dunia secara
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka ekonomi (economic interconnectedness) antara
Panjang Indonesia periode 2005-2025. Dalam satu negara dengan negara lainnya membawa
bidang ekonomi, pada tahun 2025 diharapkan implikasi semakin tingginya tingkat persaingan
Indonesia telah mampu mewujudkan perekonomian ekspor dunia. Kinerja perdagangan luar negeri
maju, mandiri, dan mampu secara nyata Indonesia di tahun 2025 juga akan terus ditingkatkan
memperluas peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai kebijakan yang diarahkan untuk
berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi yang memperbaiki infrastruktur pendukung ekspor baik
menjunjung persaingan sehat dan keadilan, serta berupa investasi pada sektor yang berorientasi
berperan aktif dalam perekonomian global dan ekspor maupun penguatan industri yang
regional dengan bertumpu pada kemampuan serta berorientasi ekspor. Pada tahun 2025, posisi
potensi bangsa. Indonesia di pasar internasional akan berada
pada peringkat ke-16 sebagai pemasok ekspor
Pada tahun 2025, diharapkan Indonesia telah barang dan jasa dunia dengan pangsa mencapai
menjadi salah satu negara berpenghasilan 1,5 persen.
menengah-atas dengan PDB perkapita sekitar USD
6.305. Pada tahun 2025, peranan investasi terhadap Di sisi produksi, terus berjalannya reformasi
PDB diharapkan diatas 34 persen dengan peringkat struktural ikut menyumbang perbaikan pada sektor
kemudahan berusaha di Indonesia meningkat manufaktur sehingga pertumbuhannya diharapkan
menjadi peringkat 35 dengan FDI Inflows sekitar 3 melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dan
persen PDB. kontribusi PDB industri diharapkan mencapai
USD
4.340- 2025
2020
4.390 2020 40
menjadi
diatas
6.885 35
16
USD peringkat
2025 2025 ke-
Ekonomi kreatif dan digital terus dikembangkan Pasca krisis ekonomi 1997/1998, Indonesia
guna mewujudkan Indonesia yang kreatif dan mengalami defisit pada semua lini infrastruktur:
berpikiran maju. Pada tahun 2025, creative core transportasi, perumahan dan permukiman, air
seperti seni dan budaya Indonesia sebagai minum, pengairan dan irigasi, serta telekomunikasi
substansi dasar pengembangan produk kreatif dan dan informatika. Pembangunan infrastruktur terus
digital diharapkan semakin kuat, serta infrastruktur diupayakan guna mempercepat pertumbuhan
dalam bentuk pusat pertumbuhan industri kreatif, ekonomi nasional melalui perbaikan konektivitas fisik
inkubator, science/technopark, klaster kreatif, dan virtual, mendukung pemerataan pembangunan
listrik dan jaringan pita lebar telah terbangun untuk wilayah, meningkatkan penyediaan prasarana
mendukung pertumbuhan pelaku dan usaha kreatif dasar bagi kesejahteraan rakyat, mendukung
dan digital. Hal ini diwujudkan dengan penyediaan pembangunan perkotaan dan perdesaan, serta
dukungan riset dan akses informasi melalui kerja antisipasi terhadap bencana alam dan perubahan
sama Quadruple Helix (pemerintah, akademisi, iklim.
swasta, dan komunitas) pada sektor ekonomi kreatif
dan digital. Ketahanan pangan terus ditingkatkan guna
mewujudkan sistem ketahanan pangan mandiri,
Sektor pariwisata terus tumbuh dan menjadi salah berdaulat, berkelanjutan dan mensejahterakan.
satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Permasalahan kelaparan (hunger) terus diupayakan
Daya saing pariwisata Indonesia akan terus membaik untuk diatasi sesuai dengan target Tujuan
didukung oleh serangkaian kebijakan perbaikan Pembanguna Berkelanjutan (SDGs).
peringkat daya saing pariwisata Indonesia seperti
peningkatan kualitas infrastruktur yang mendukung Ketahanan energi terus ditingkatkan. Ekonomi yang
pariwisata, serta peningkatan kompetensi SDM terus meningkat serta penduduk yang bertambah
pariwisata. Diharapkan peringkat daya saing meningkatkan permintaan energi di Indonesia.
pariwisata Indonesia akan menjadi 25 dengan jumlah Konsumsi energi primer Indonesia pada tahun 2025
kunjungan wisatawan mencanegara yang mencapai diperkirakan meningkat lebih dari 400 MTOE (million
lebih 31 juta orang pada tahun 2025. ton oil equivalent). Dengan semakin bertambahnya
permintaan terhadap konsumsi energi primer,
Pemerataan pembangunan diharapkan terus kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas
membaik. Tingkat pengangguran, kemiskinan, dan bumi terus ditingkatkan. Selain itu peran energi baru
ketimpangan akan semakin berkurang. Gini rasio dan terbarukan (EBT) juga terus ditingkatkan serta
diharapkan akan terus menurun menuju tingkat rasio elektrifikasi akan terus dijaga pada tingkat 100
idealnya. persen.
Elektrifikasi
diatas
2025
52,8 %
2020 98,3%
2025
100 %
0,370-
pada pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
didukung oleh meningkatnya proporsi sumber daya
manusia Iptek yang memiliki kualifikasi S3 dan
2024
kualitas infrastruktur litbang. Selain itu, ekosistem
inovasi juga semakin melembaga sehingga terjadi
transformasi pembangunan dari yang berbasis
0,374
sumber daya alam menjadi berbasis pada
pengetahuan dan penciptaan nilai tambah. Proporsi penduduk yang tinggal di
kawasan Indonesia bagian timur
Dalam struktur pasar kerja, proporsi tenaga kerja
berpendidikan menengah dan tinggi juga akan
meningkat dilengkapi dengan pengetahuan, Di
keterampilan teknikal, dan kecakapan hidup yang 2025
mencapai
56,8
memadai. Pengembangan metode penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang berbasis teknologi informasi
dan pengembangan pendidikan tinggi melalui
program diploma (tidak harus S1) berdasarkan
keahlian yang dibutuhkan pasar kerja akan mampu juta jiwa
meningkatkan kesempatan masyarakat menempuh
21-26
2020 %
27
diatas
2024 %
2025 43 juta ha
3,25
konsep pola pikir yang mampu berfikir strategis, diatas
terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai
pelaku pembangunan serta masyarakat, dengan
berdasarkan sistem merit dan talent management.
Dari sisi pelayanan publik, diharapkan akan
terbangun pelayanan publik berkualitas, akuntabel,
dan responsif yang dapat memberikan perubahan
sosial. Hal ini ditandai dengan terpenuhinya standar
pelayanan, terbangunnya portal layanan terpadu Meningkatnya Indeks Citra
baik secara elektronik maupun non elektronik, kanal Indonesia di dunia internasional
pengaduan layanan yang efektif dan perbaikan
layanan berkala bersama stakeholder (masyarakat
dan pelaku usaha). Di
2025
4
Untuk itu tata kelola pemerintahan sangat peringkat
memerlukan prasyarat telah terbangunnya proses
bisnis yang efektif, tidak silo, terbuka untuk
berkolaborasi antar Pemerintah maupun dengan
non Pemerintah. Tata kelola juga akan terus
diperbaiki dan di evaluasi secara berkala didukung
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang
optimal. Selain terkoneksinya antar lembaga
LAMPIRAN-1
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
278
Nasional Alokasi Pendanaan
1 Memperkuat 1. Penerapan Industri 5 Tahun Rp 61,9 APBN, Swasta, Perluasan adaptasi dan Kemenperin, BKPM,
Ketahanan 4.0 (2020-2024) Triliun BUMN, pemanfaatan industri 4.0 untuk Kemenkominfo
Ekonomi Untuk Perbankan, meningkatkan produktivitas, LIPI, Kemenkes,
Pertumbuhan APBD, KPBU efisiensi, kontribusi nilai tambah, Kemenristekdikti, BPOM,
Yang Berkualitas daya saing dan keberlanjutan Bekraf, BPPT, KKP, BSN
industri nasional.
2. Penyelesaian 5 Tahun Rp 28,6 APBN, Swasta, 1. Peningkatan jumlah wisatawan Kemenpar, KLHK, KKP,
Kawasan Pariwisata: (2020-2024) Triliun BUMN, mancanegara dan nusantara di KemenPUPR, Kemenhub,
Danau Toba, Perbankan, 6 DPP KemenESDM,
Borobudur Dskt, APBD, KPBU 2. Peningkatan pengeluaran rata- KemenATR/BPN,
Lombok, Labuan rata per hari per pengunjung di Kemenko Maritim
Bajo, Bromo- 6 DPP
Tengger-Semeru, dan 3. Jumlah lapangan kerja baru yang
Wakatobi terkait langsung sektor pariwisata
di 6 DPP
4. Peningkatan kualitas hidup
masyarakat yang didukung
perbaikan layanan dasar,
lingkungan, dan keamanan
3.Penguatan Jaminan 5 Tahun Rp 260 APBN, Swasta, Penguatan korporasi berbasis Kementan, KKP,
279
Prioritas Perkiraan Sumber
280
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
3. Pengembangan Kota 5 Tahun Rp 712,75 APBN, 1. Pengembangan Kota Baru Sofifi Kementerian ATR,
Baru (Sofifi, Tanjung (2020-2024) Milyar APBD,BUMN, sebagai pusat pemerintahan Kementerian PUPR,
Selor, Maja, dan KPBU, PINA serta mengefektifkan seluruh Kementerian
Sorong) investasi yang sudah Kominfo, Kementerian
dikembangkan dan dibangun di Perindusterian,
Sofifi Bappenas, Kementerian
2. Pengembangan Kota Baru PKW Kominfo, Kementerian
Tanjung Selor sebagai pusat Perhubungan,
pemerintahan dan salah satu Kementerian Lingkungan
pusat pelayanan bagi wilayah Hidup dan Kehutanan,
perbatasan Kementerian PUPR,
3. Pengembangan Kota Baru Maja Bappenas, Kementerian
sebagai salah satu percontohan Desa, Kementerian
PINA terbesar di Indonesia Dalam Negeri,
4. Pengembangan Kota Baru Kementerian Keuangan,
Sorong sebagai penunjang PKSN Provinsi Kalimantan
Raja Ampat dan KI Sorong serta Utara, Kabupaten
pusat pembangunan berbasis Bulungan, Kabupaten
jasa ekosistem Lebak, Kota Tidore
281
sekitarnya
Prioritas Perkiraan Sumber
282
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
7. Pemindahan Ibukota 5 Tahun Rp 83,8 APBN, BUMN, 1. Mengurangi beban Jakarta dan Kementerian PPN/
Negara (2020-2024) Triliun*) Swasta Jabotabek; Bappenas, Kementerian
2. Mendorong pemerataan ATR/BPN, Kementerian
pembangunan ke wilayah PUPR, Kemenko
Indonesia bagian timur; Perekonomian, Kemenko
3. Mengubah mind-set Polhukham, Kementerian
pembangunan dari Jawa Centris Perhubungan,
menjadi Indonesia Centris; Kementerian Lingkungan
4. Memiliki ibukota negara yg Hidup, Kementerian
merepresentasikan identitas PAN/RB, Kementerian
bangsa, kebhinekaan dan Pertahanan dan
penghayatan terhadap Pancasila; Keamanan TNI/Polri.
5. Meningkatkan pengelolaan
pemerintahan pusat yang efisien
dan efektif;
6. Memiliki Ibukota yang
menerapkan konsep smart,
green, and beautiful city untuk
meningkatkan competitiveness
secara regional maupun
283
Prioritas Perkiraan Sumber
284
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
5 Memperkuat 1. Pembangunan Tol 5 Tahun Rp 211, 86 Penugasan 1. Menurunkan ongkos angkut Kementerian PUPR
Infrastruktur Trans Sumatera (2020-2024) Triliun BUMN, PINA, dengan pengurangan waktu
Untuk KPBU tempuh Aceh-Lampung dari 48
Mendukung jam menjadi 30 jam
Pengembangan 2. Menjadi enabler bagi
Ekonomi Dan perkembangan 6 Kawasan
Pelayanan Dasar Industri (KI Dumai, KI Jambi
Kemingking, KI Tenayan, KI
Way Pisang, KI Sei Mangkei, KI
Tanjung Api-Api)
3. Terhubungnya wilayah yang
masih tertinggal di pantai
barat Sumatera (Bengkulu dan
Sumatera Barat)
4. Mendukung pertumbuhan PDRB
Sumatera sebesar 5,58% pada
tahun 2024, dan meningkatkan
share PDRB Wilayah Sumatera
menjadi 21,38% pada tahun 2024
285
teknologi
Prioritas Perkiraan Sumber
286
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
7. Pembangunan Jalan 2 Tahun Rp 3,8 APBN 1. Mengurangi Biaya Pengiriman/ Kementerian PUPR
Trans Papua (2020-2022) Triliun logistik di Papua dari Rp 13.000/
kg menjadi Rp 7.000/kg.
2. Membuka isolasi daerah
tertinggal dan kawasan
Pegunungan Tengah Papua
8. Pembangunan 5 Tahun Rp 2,9 APBN 1. Meningkatkan konektivitas Kementerian PUPR
Jalan Trans/lingkar (2020-2024) Triliun dan mendorong pertumbuhan
Pulau terluar/ ekonomi daerah, khususnyandi
tertinggal (Nias, Pulau Terluar
Morotai, Sumba, Dan 2. Meningkatkan aksesibilitas
Saumlaki) masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan publik
9. Pengembangan 5 Tahun Rp 14 BUMN 1. Meningkatnya kelancaran Kementerian
Jaringan 7 Pelabuhan (2020-2024) Triliun kegiatan ekspor impor dan Perhubungan
Terpadu distribusi barang
2. Terintegrasinya 7 pelabuhan
utama tol laut dengan kawasan
industri
287
tingkat NRW)
Prioritas Perkiraan Sumber
288
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
15.Pengelolaan Citarum 5 Tahun Rp 13,44 APBN, APBD 1. Sistem Pemantauan Kualitas Air: KLHK, Kemenperin,
Harum (2020-2024) Triliun Provinsi/Kab/ • Sistem pemantauan kualitas Kementan, Kemen PUPR,
Kota, BUMN, air yang terintegrasi secara Kementerian Kelautan
Swadaya/ realtime dari hulu ke hilir dan Perikanan
Swasta, Polri 2. Penanganan Limbah Cair dan
Sanitasi-Kualitas air (Klasifaksi
minimal kelas IV):
• Peningkatan pelayanan sanitasi
di DAS Citarum
3. Modernisasi Pengelolaan
Sampah:
• Peningkatan cakupan
pelayanan pengelolaan
sampah
4. Revitalisasi Kawasan Hulu melalui
Penanaman Pohon dan Alih
Profesi:
• Penertiban KJA dan
pengurangan lahan berstatus
sangat kritis
289
Prioritas Perkiraan Sumber
290
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
19. Penyelesaian 5 Tahun Rp 100 APLN 1. Tercapainya target 23% EBT PT PLN
35000 MW [Proyek (2020-2024) Triliun (Anggaran PT di pembangkitan dengan
Peningkatan PLN), APBN, pemanfaatan penggunaan energi
Pembangkit Listrik swasta baru terbarukan
PLTA Pumped 2. Menurunkan Biaya Pokok
Storage (Sustainabilty Produksi (BPP) Pembangkitan
& Security); Proyek saat peak load;
Penerapan “SPM” 3. Sebagai flexible generation
Penyediaan Akses guna mengantisipasi masuknya
Listrik (Access); pembangkit EBT yang bersifat
Proyek Interkoneksi intermittent (PLTS /PLTB)
Kehandalan Sistem 4. Terbangunnya teknologi
(Security)] penyimpanan energi melalui
pembangunan PLTA pumped
storage
5. Meningkatkan kapasitas dan
kehandalan jaringan penyaluran
listrik wilayah di pulau –pulau
besar khususnya Sumatera
Kalimantan, Sulawesi, NTT,
291
PENGARUSUTAMAAN
Gender
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Pembangunan Berkelanjutan
Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim
Modal Sosial dan Budaya
Tranformasi Digital
LAMPIRAN-2
Gender
Pengarustamaan gender (PUG) merupakan strategi Status kesehatan perempuan masih rendah.
untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu
gender dalam pembangunan nasional. Strategi ini 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). Saat
dilakukan dengan cara mengintegrasikan perspektif ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga
gender dalam proses perencanaan, penganggaran, (IRT) meningkat. Jumlah penderita AIDS tertinggi
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas adalah IRT, mencapai 16.405 orang (Kementerian
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Kesehatan, 2018).
Tabel. Indikator dan Target Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Indikator Satuan Baseline Target 2024
Peningkatan kualitas manajemen ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 100
rencana kebutuhan ASN jangka menengah
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 70
rencana pengembangan kompetensi ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun pola
% N.A 96
karir instansi
Peningkatan efektivitas tata kelola instansi pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang telah menyusun
% N.A 100
proses bisnis instansi yang berkualitas dan terintegrasi
Jumlah instansi pemerintah yang telah menyusunan Instansi
N.A 200
arsitektur SPBE instansi Pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
% N.A 100
e-Arsip terintegrasi
Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja
% 0,16 (2019) 38
instansi
Penerapan Zona Integritas untuk birokrasi yang bersih
% 5 (2018) 40
dan akuntabel
Persentase Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)
% N.A 77
instansional dengan maturitas level III
Peningkatan kualitas pelayanan publik
Jumlah IP dengan UPP Tertentu yang menerapkan
Unit Pelayanan
(menyusun, menetepkan, dan mempublikasikan) 375 (2019) 675
Publik
Standar Pelayanan
Jumlah IP yang menyelesaikan pengaduan pelayanan Instansi
N.A 300
publik ≥ 50% Pemerintah
Jumlah UPP Tertentu yang melakukan survei kepuasan Unit Pelayanan Seluruh
1516 (2018)
masyarakat atas pelayanan publik Publik K/L/D
Jumlah instansi pemerintah yang melaksanakan FKP Instansi Seluruh
N.A
dalam penetapan standar pelayanan publik Pemerintah K/L/D
Instansi
Jumlah IP yang memutakhirkan informasi dalam SIPP N.A 300
Pemerintah
Jumlah Pemda yang mengintegrasikan
Mal Pelayanan
penyelenggaraan pelayanan pusat, daerah, dan 9 45
Publik
BUMN/D (MPP)
Capaian
Perkembangan pencapaian menuju pembangunan
berkelanjutan dapat dilihat dari pertumbuhan
sosial, ekonomi, lingkungan, dan juga hukum dan
tata kelola pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2017 berhasil tumbuh 5,07 ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun kemiskinan, serta memobilisasi dan mengelola
2016 yang tercatat sebesar 5,03 persen. Demikian sumber daya guna menghasilkan perbaikan yang
pula dengan indeks pembangunan manusia (IPM). berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup
Pada tahun 2017, IPM Indonesia mencapai 70,81, untuk mencapai keadilan sosial.
atau meningkat 1,91 persen dibandingkan dengan
tahun 2014. Sementara, indeks kualitas lingkungan Pembangunan Ekonomi
hidup (IKLH) cenderung stagnan. Pada tahun 2017 Keterbatasan sumber daya alam serta penurunan
nilai IKLH Indonesia mencapai 66,46 atau sedikit kualitas lingkungan hidup berpotensi menghambat
meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih
65,73. Dalam hal tata kelola, indeks perilaku anti bertumpu pada sektor komoditas dan sumber
korupsi (IPAK) Indonesia pada tahun 2018 sebesar daya alam. Pembangunan ekonomi yang berbasis
3,66, lebih rendah dibandingkan capaian pada pada sumber daya alam yang tidak memperhatikan
tahun 2017 sebesar 3,71. aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya
akan berdampak pada kerusakan dan penuruan
Lingkungan dan Isu Strategis kualitas lingkungan, karena sumber daya alam dan
lingkungan memiliki kapasitas daya dukung dan
Pembangunan Sosial daya tampung yang terbatas.
Pembangunan sosial sebagai proses dinamis
terencana, dirancang untuk meningkatkan Lingkungan Hidup
kualitas dan taraf hidup masyarakat selaras Pembangunan berwawasan lingkungan hidup
dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi dan dilakukan untuk mendukung pertumbuhan
pelestarian lingkungan hidup. Pembangunan sosial ekonomi yang berkualitas dan meningkatkan
bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat, kualitas hidup manusia. Untuk menjaga kelestarian
yang mencakup pendidikan, kesehatan, lingkungan agar kualitas lingkungan hiudp tetap
Target
Sasaran Indikator
Baseline 2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya Indeks Persentase peningkatan Indeks
0,5 5% 5% 5% 5% 5%
Ketahanan Bencana Daerah Ketahanan Bencana Daerah
Menurunnya potensi Persentase penurunan potensi
kehilangan PDB pada sektor kehilangan PDB akibat dampak N/A 0,13% 0,12% 0,12% 0,11% 0,11%
terdampak perubahan iklim perubahan iklim
Persentase penurunan emisi
Menurunnya emisi GRK 23,5% 26,0% 26,3% 26,7% 27,0% 27,3%
GRK
Menurunnya Intensitas Emisi Persentase penurunan
12,6% 15,2% 18,8% 21,3% 22,8% 24,0%
GRK intensitas emisi GRK
pembangunan rendah karbon, strategi dan kebijakan berbasis energi (energi, industri, dan transportasi),
yang diambil dalam pembangunan sektoral dan bidang limbah dan bidang kelautan dan pesisir.
kewilayahan dalam rangka mitigasi perubahan iklim Indikator dan target untuk keseluruhan sasaran
dilaksanakan melalui analisis berbasis ilmiah dan tersebut ditampilkan pada Tabel 1.
bukti yang kuat agar tetap mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia dan tetap mendukung Arah Kebijakan dan Strategi
pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Peningkatan ketahanan masyarakat dan wilayah
Mitigasi perubahan iklim melalui penerapan terhadap risiko kebencanaan, dilakukan melalui: (i)
kebijakan pembangunan rendah karbon diarahkan membangun budaya kesadaran dan kesiapsiagaan
untuk melanjutkan upaya pencapaian target menghadapi bencana; (ii) meningkatkan kapasitas
penurunan emisi GRK 26 persen pada tahun masyarakat untuk kesiapsiagaan menghadapi
2020 dan 29 persen pada tahun 2030 di bawah bencana; (iii) pemerataan pembangunan ekonomi
baseline. Pembangunan rendah karbon juga berkelanjutan dengan memperhatikan kondisi
merupakan bagian dari pencapaian target Tujuan kebencanaan; (iv) mitigasi kerugian ekonomi dan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable perlindungan keuangan akibat penanggulangan
Development Goals (SDGs) ke 13 dan mendukung bencana; (v) melakukan upaya preventif bencana
pencapaian goal lainnya yang terkait. dengan mempertimbangkan karakteristik
kebencanaan secara lebih luas, tidak hanya bencana
Sasaran alam konvensional, namun juga bencana non-alam
(man-made disaster) dan bencana kegagalan
Sasaran pengarusutamaan Kerentanan Bencana teknologi; (vi) kebijakan pembangunan kewilayahan
dan Perubahan Iklim untuk lima tahun ke depan yang menyesuaikan dengan karakterikstik wilayah
adalah meningkatkan ketahanan suatu daerah dan risiko bencana di masing-masing wilayah; (vii)
yang diukur untuk menghadapi kejadian bencana; pembangunan infrastruktur harus memperhatikan
menurunkan potensi dampak kerugian yang RTRW dan kerentanan wilayah terhadap bahaya
ditimbulkan oleh perubahan iklim pada sektor- bencana; (vii) pembangunan infrastruktur yang
sektor prioritas; serta menurunkan emisi GRK dan tangguh; (viii) relokasi, rehabilitasi dan rekonstruksi
intensitas emisi (tingkat emisi per satuan PDB) pada kawasan hunian di daerah rawan bencana; (ix)
bidang-bidang utama, yakni bidang berbasis lahan membangun ketahanan terhadap ancaman
(kehutanan lahan gambut dan pertanian), bidang bencana, kemandirian dalam penanganan
Security and Privacy Time has been spent for it The Speed
8h 51m
Indonesian believe Each day to access internet World Average Indonesia
that protection and
World and nations internet Download speed
79% privacy is very
important
Speedtest Global Index
December 2018 Upload speed
Internet user
who believe that 3h 23m 54,33 Mbps 15,52 Mbps
Each day in social media
49%
their data is 94th world rank
26,8 Mbps
being misused 2h 45m 9,16 Mbps
Internet user who Each day
vidio viewing 10,53 Mbps
delete cookies from 25,08 Mbps
108th world rank
57% browser to protect
their privacy 9,79 Mbps 8,14 Mbps
Data ini memperlihatkan betapa penduduk Indonesia tajam di Indonesia, waktu yang dibutuhkan akan
banyak menghabiskan waktunya dalam mengakses lebih banyak lagi untuk menikmati layanan digital.
internet yang hampir 9 jam, terbesar di antaranya
adalah bermedia sosial dan menonton video. Indonesia berada pada posisi utama tren
perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara
Walaupun kecepatan masih jauh di bawah rata-rata yang diprediksi tumbuh 3 kali lipat mencapai USD
dunia, penduduk Indonesia tetap menghabiskan 240 miliar di tahun 2025. Indonesia telah dan akan
waktunya hampir 9 jam di internet. Dengan tetap menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia
perkembangan kecepatan internet yang meningkat Tenggara (40 persen transaksi) dengan potensi
1G 2G 3G 4G 5G 40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
2,4 64 2 100 >1
kb/s kb/s Mb/s Mb/s Gb/s 15.000
10.000
5.000
70
74
79
83
88
97
01
06
10
15
19
92
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
19
Kehidupan yang saling terhubung satu sama lain Trend tersebut akan meningkatkan kemampuan
(connecting living), mulai dari pribadi, rumah, kognitif dan artificial intelligence alat komputasi
lingkungan, kota dan negara terhubung satu sama dalam menganalisa Big Data yang hasilnya akan
lain dengan berbagai alat atau sensor canggih yang digunakan oleh semua pemangku kepentingan.
dilengkapi dengan kemampuan untuk mengumpulkan
dan menganalisa semua informasi yang ada.
Sensory Trackings
Indonesia harus menguasai Mega tren ini Acamedics
Internet of Things untuk bisa bertahan dalam Industry 4.0
(IoT)
The Digitalization of industrial and social infrastructures is accelerating throughout the world.
Digital transformation becomes a pillar of industrial policy
Europe
Industry 4.0 China Japan
North America Made in China 2025 Society 5.0
Industrial Internet
Asia
Smart Cities
• Inovasi • Inklusivitas
• Akselerasi • Kolaborasi
Transformasi digital akan memudahkan pemerintah • Efisiensi • Akuntabilitas
dan swasta dalam memenuhi kebutuhan setiap orang • Produktivitas
sejak dari lahir sampai meninggal
01 Pembangunan
Manusia 02 Pembangunan
Ekonomi
03 Pembangunan
Kewilayahan 04 Pembangunan
Infrastruktur
Swasta - Bisnis
Big Data
Swasta atau bisnis menyediakan layanan (sebagian besar gratis) yang diperlukan
masyarakat-imbalannya adalah mereka mendapatkan Big Data. Dengan pola yang sama Pemerintah
bisa mendapatkan Big Data
Pemerintah
• Dukcapil • Perindustrian
• Kesehatan • BKPM Semua layanan
• Pendidikan • BPS masyarakat yang
• Sosial • Pertanian, dll disediakan K/L atau
• Pajak Dinas merupakan
• Perdagangan sumber Big Data
Big Data
• Indonesia yang maju, mandiri, adil, dan makmur • Penggunaan teknologi digital untuk
dengan bantuan teknologi digital memberikan kebijakan yang lebih
• 5 fokus pembangunan yaitu manusia, ekonomi, responsif dan layanan yang lebih baik
wilayah, infrastruktur, dan polhukhanham • Bagi masyarakat dan bisnis, ini berarti
Sasaran
• Antara lain pada layanan kesehatan dan fleksibilitas yang lebih besar (tidak
Transformasi pendidikan, layanan keuangan (fintech), kaku), cara yang lebih sederhana bila
Digital layanan pemerintah (digital government), berurusan dengan pemerintah.
layanan mobilitas, pembangunan rendah • layanan tidak hanya sekedar
karbon, infrastruktur generasi digital, kerjasama tersedia online, tetapi sesuai dengan
pemerintah dan badan usaha, smart city, smart kebutuhan masyarakat dan bisnis
agriculture (berdasarkan Big Data). Layanan lebih
• Lingkungan yang cocok untuk mengembangkan bersifat pribadi, terfokus.
bisnis dan R&D
Strategi
Pembangunan
Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan politik, Hukum,
Manusia Ekonomi Wilayah Infrastruktur Pertahanan
dan Keamanan
• Layanan kesehatan • Penerapan • Smart Cities • Pembangunan • Keamanan
• Integrasi layanan industry 4.0 jaringan 5G siber
kesehatan dan • Fintech • Memanfaatkan • e-voting
penyimpanan pertumbuhan Big Data • Penggunaan
rekaman data e-coomerce dalam efisiensi AI
Pengarusu-
pasien dengan • Cashless transportasi
tamaan menggunakan Big payment • Memanfaatkan
Transformasi Data • Penggunaan energi baru
Digital • Telemedicine Big Data terbarukan
• Layanan Personal • Cloud dengan
• Layanan Pendidikan Computing teknologi
• e-learning • Smart digital
substansi ajar, Agriculture
seperti Virtual • Kewirausahaan
Reality berbasis
• Distant learning teknologi
• Vokasi Digital digital
• Melek digital
• Layanan Personal