Anda di halaman 1dari 319

RANCANGAN TEKNOKRATIK

RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2020-2024
Indonesia Berpenghasilan Menengah - Tinggi
yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
DAFTAR ISI ii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL IV 2020-2024:


INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH - TINGGI YANG SEJAHTERA,
ADIL, DAN BERKESINAMBUNGAN 1
• Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025 2
• Tema dan Agenda Pembangunan 3
• Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024 7
• Batasan Pembangunan (Development Constrant) 18
• Kaidah Pembangunan 25
• Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024 28

BAB 2 MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN


YANG BERKUALITAS 31
• Pendahuluan 32
• Capaian Pembangunan 2015-2019 33
• Lingkungan dan Isu Strategis 38
• Sasaran, Target dan Indikator 44
• Arah Kebijakan dan Strategi 50

BAB 3 MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN


& MENJAMIN PEMERATAAN 61
• Pendahuluan 62
• Capaian Pembangunan 2015-2019 63
• Lingkungan dan Isu Strategis 66
• Sasaran, Target, dan Indikator 71
• Arah Kebijakan dan Strategi 73

BAB 4 MENINGKATKAN SDM BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING 83


• Pendahuluan 84
• Capaian Pembangunan 2015-2019 85
• Lingkungan dan Isu Strategis 86
• Sasaran, Target, dan Indikator 96
• Arah Kebijakan dan Strategi 101

BAB 5 MEMBANGUN KEBUDAYAAN DAN KARAKTER BANGSA 113


• P endahuluan 114
• C apaian Pembangunan 2015-2019 115
• Lingkungan dan Isu Strategis 116

ii Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi Yang Sejahtera, Adil, Dan Berkesinambungan
• S asaran, Target, dan Indikator 120
• Arah Kebijakan dan Strategi 121

BAB 6 MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN


EKONOMI & PELAYANAN DASAR 125
• Pendahuluan 126
• Capaian Pembangunan 2015-2019 128
• Lingkungan dan Isu Strategis 135
• Sasaran, Target, dan Indikator 155
• Arah Kebijakan dan Strategi 165

BAB 7 MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN


BENCANA, DAN PERUBAHAN IKLIM 177
• Pendahuluan 178
• Capaian Pembangunan 2015-2019 179
• Lingkungan dan Isu Strategis 183
• Sasaran, Target, dan Indikator 200
• Arah Kebijakan dan Strategi 200

BAB 8 MEMPERKUAT STABILITAS POLHUKAM DAN TRANSFORMASI


PELAYANAN PUBLIK 203
• Pendahuluan 204
• Capaian Pembangunan 2015-2019 208
• Lingkungan dan Isu Strategis 216
• Sasaran, Target, dan Indikator 228
• Arah Kebijakan dan Strategi 233

BAB 9 KAIDAH PELAKSANAAN 241


• Kerangka Regulasi 242
• Kerangka Kelembagaan 247
• Kerangka Pendanaan 249
• Kerangka Evaluasi dan Pengendalian 260

BAB 10 MENUJU INDONESIA 2025 267


• Ekonomi 268
• Sosial dan Budaya 270
• Lingkungan Hidup 273
• Tata Kelola 275

Lampiran
• L ampiran 1 - Matrik Major Project RPJMN 2020 - 2024 277
• Lampiran 2 - Pengarusutamaan 293

iii
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
NASIONAL IV 2020-2024:
Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan
Arahan RPJPN 2005-2025

1
Tema dan Agenda Pembangunan
Kerangka Ekonomi Makro
Batasan Pembangunan (Development Constraint)
Kaidah Pembangunan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah menekankan terbangunnya struktur perekonomian


Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana
setara dengan negara-negara berpenghasilan pembangunan nasional periode terakhir. Keempat
menengah atas (upper-middle income country/MIC) pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber pembangunan yang didalamnya terdapat Program
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
rakyat yang lebih baik.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
pembangunan jangka menengah 2020-2024 Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda
pembangunan di berbagai bidang dengan pembangunan.

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Kelembagaan politik dan hukum yang mantap

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat

Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh

Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tema dan Agenda Pembangunan

Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan

7 Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Memperkuat Ketahanan
Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Mengembangkan Wilayah untuk


Mengurangi Kesenjangan

Membangun Lingkungan Hidup,


Meningkatkan Ketahanan
Bencana dan Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik

Membangun Kebudayaan dan


Karakter Bangsa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 3


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Mengembangkan Wilayah Meningkatkan Sumber
Ketahanan Ekonomi untuk Mengurangi Daya Manusia yang
untuk Pertumbuhan Kesenjangan & Berkualitas dan Berdaya
yang Berkualitas Menjamin Saing
Pemerataan

Peningkatan inovasi Pengembangan wilayah Manusia merupakan modal


dan kualitas Investasi ditujukan untuk utama pembangunan
merupakan modal meningkatkan pertumbuhan nasional untuk menuju
utama untuk mendorong ekonomi dan pemenuhan pembangunan yang inklusif
pertumbuhan ekonomi pelayanan dasar dengan dan merata di seluruh
yang lebih tinggi, memperhatikan harmonisasi wilayah.
berkelanjutan dan antara rencana pembangunan
mensejahterakan secara dengan pemanfaatan ruang. Pemerintah Indonesia
adil dan merata. berkomitmen untuk
Pengembangan wilayah meningkatkan kualitas dan
Pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan daya saing SDM yaitu sumber
akan dipacu untuk tumbuh kesinambungan dan daya manusia yang sehat
lebih tinggi, inklusif dan keberlanjutan ini dapat dan cerdas, adaptif, inovatif,
berdaya saing melalui: dilakukan melalui: terampil, dan berkarakter,
1) Pengelolaan sumber 1) Pengembangan sektor/ melalui:
daya ekonomi yang komoditas/kegiatan 1) Pengendalian penduduk
mencakup pemenuhan unggulan daerah, dan penguatan tata kelola
pangan dan pertanian 2) Distribusi pusat-pusat kependudukan;
serta pengelolaan pertumbuhan (PKW) ke 2) Penguatan pelaksanaan
kelautan, sumber daya wilayah belum berkembang, perlindungan sosial;
air, sumber daya energi, 3) Peningkatan daya saing 3) Peningkatan akses
serta kehutanan; dan wilayah yang inklusif, dan kualitas pelayanan
2) Akselerasi peningkatan 4) Memperkuat kemampuan kesehatan menuju
nilai tambah agro- SDM dan Iptek berbasis cakupan kesehatan
fishery industry, kewilayahan dalam semesta;
kemaritiman, energi, mendukung ekonomi 4) Peningkatan pemerataan
industri, pariwisata, unggulan daerah, serta layanan pendidikan
serta ekonomi kreatif 5) Meningkatkan IPM melalui berkualitas;
dan digital pemenuhan pelayanan 5) Peningkatan kualitas anak,
dasar secara merata. perempuan, dan pemuda;
6) Pengentasan kemiskinan;
dan
7) Peningkatan produktivitas
dan daya saing.

4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Membangun Memperkuat Infrastruktur Membangun Lingkungan
Kebudayaan dan untuk Mendukung Hidup, Meningkatkan
Karakter Bangsa Pengembangan Ekonomi Ketahanan Bencana dan
& Pelayanan Dasar Perubahan Iklim

Pembangunan kebudayaan Perkuatan infrastruktur Pembangunan nasional perlu


dan karakter bangsa memiliki ditujukan untuk mendukung memperhatikan daya dukung
kedudukan sentral dalam aktivitas perekonomian serta sumber daya alam dan daya
kerangka pembangunan mendorong pemerataan tampung lingkungan hidup,
nasional untuk mewujudkan pembangunan nasional. kerentanan bencana, dan
negara-bangsa yang perubahan iklim.
maju, modern, unggul, Pemerintah Indonesia akan
berdaya saing dan mampu memastikan pembangunan Pembangunan lingkungan
berkompetisi dengan bangsa- infrastruktur akan didasarkan hidup, serta peningkatan
bangsa lain. kebutuhan dan keunggulan ketahanan bencana dan
wilayah melalui: perubahan iklim akan
Mentalitas disiplin, etos 1) Menjadikan keunggulan diarahkan melalui kebijakan:
kemajuan, etika kerja, jujur, wilayah sebagai acuan 1) Peningkatan Kualitas
taat hukum dan aturan, tekun, untuk mengetahui Lingkungan Hidup;
dan gigih adalah karakter dan kebutuhan infrastruktur 2) Peningkatan Ketahanan
sikap mental yang membentuk wilayah, Bencana dan Iklim; serta
nilai-nilai budaya di dalam 2) Peningkatan pengaturan, 3) Pembangunan Rendah
masyarakat. Pembangunan pembinaan dan Karbon.
karakter dilaksanakan secara pengawasan dalam
holistik dan integratif dengan pembangunan,
melibatkan segenap komponen 3) Pengembangan
bangsa melalui: infrastruktur perkotaan
1) Memperkukuh ketahanan berbasis TIK,
budaya bangsa, 4) Rehabilitasi sarana dan
2) Memajukan kebudayaan, prasarana yang sudah
3) Meningkatkan pemahaman, tidak efisien,
pengamalan, dan 5) Mempermudah
penghayatan nilai agama, perijinan pembangunan
4) Meningkatkan kualitas dan infrastruktur.
ketahanan keluarga
5) Meningkatkan budaya
literasi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 5


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam
dan Transformasi
Pelayanan Publik

Negara wajib terus hadir


dalam melindungi segenap
bangsa, memberikan rasa
aman serta pelayanan
publik yang berkualitas pada
seluruh warga negara dan
menegakkan kedaulatan
negara.

Pemerintah akan terus


berupaya meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang
baik dan transparan yang
dapat diakses oleh semua
masyarakat melalui:
1) Reformasi kelembagaan
birokrasi untuk pelayanan
publik berkualitas,
2) Meningkatkan Hak Hak
Politik Dan Kebebasan
Sipil,
3) Memperbaiki sistem
peradilan, penataan
regulasi dan tata kelola
keamanan siber,
4) Mempermudah akses
terhadap keadilan dan
sistem anti korupsi.
5) Mempermudah akses
terhadap pelayanan dan
perlindungan WNI di Iuar
negeri

6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024

Kilas Balik Ekonomi Makro 2015-2018

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata
Menengah (RPJMN) 2015-2019 menghadapi 5,6 persen per tahun dan merupakan pendorong
berbagai tantangan peristiwa ekonomi global, utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap
seperti krisis utang Yunani, Brexit, ketidakpastian pertumbuhan investasi utamanya didukung oleh
kebijakan Amerika Serikat seperti proteksionisme perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur
perdagangan dan normalisasi kebijakan moneter, dan peningkatan layanan investasi. Selanjutnya,
proses rebalancing ekonomi Tiongkok, dan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-rata
berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut 5,0 persen per tahun. Di samping itu, konsumsi
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi pemerintah tumbuh rata-rata 3,0 persen per tahun
dan perdagangan dunia pasca krisis keuangan di tengah tekanan menurunnya pendapatan negara.
global tahun 2008 berjalan lamban. Sementara itu, baik ekspor maupun impor barang
dan jasa riil tumbuh rata-rata 2,9 persen per tahun.
Namun demikian, perekonomian domestik tetap
tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun sepanjang Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga
empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN (2015- yang tercermin dari laju inflasi dan nilai tukar yang
2018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan
negara berkembang dunia sebesar 4,5 persen per defisit transaksi berjalan yang berada dalam batas
tahun. Pencapaian tersebut didukung oleh berbagai aman. Sepanjang 2015-2018, inflasi mencapai
kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui rata-rata 3,3 persen per tahun, atau dalam rentang
kebijakan peningkatan iklim investasi, perbaikan target. Sementara itu, di tengah upaya pengendalian
daya saing industri, perbaikan efisiensi logistik, nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, kondisi
stimulus ekspor, serta promosi pariwisata dan neraca pembayaran Indonesia masih relatif kuat
perkuatan daya beli masyarakat.. yang tercermin dari peningkatan cadangan devisa
Indonesia dari USD111,9 miliar pada tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut menjadi USD120,7 miliar pada Desember 2018.
didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor.
Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,3 persen Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk
per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh mendukung pertumbuhan dan menjaga
rata-rata 3,7 persen per tahun di antaranya melalui stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan
perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu kesinambungan fiskal jangka menengah. Hal ini
produktivitas. Sementara itu, industri jasa mampu tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari 30
menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya persen PDB dan defisit anggaran dan keseimbangan
industri jasa informasi dan komunikasi dan industri primer yang terus mengecil dan menuju positif pada
transportasi dan pergudangan yang tumbuh tahun 2018.
masing-masing sebesar 8,8 dan 7,4 persen per
tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 7


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Melalui kinerja perekonomian yang kuat dan stabil, batas negara berpendapatan menengah-tinggi.
kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Tingkat kemiskinan diturunkan hingga satu digit
Ekspansi perekonomian domestik diperkirakan (9,82 persen pada tahun 2018) didorong salah
mampu menciptakan tambahan lebih dari 9 juta satunya melalui efektivitas program penanggulangan
lapangan kerja pada tahun 2015-2018. Tingkat kemiskinan. Rasio gini mengalami penurunan dari
pengangguran terbuka turun menjadi 5,34 persen 0,414 pada tahun 2014 menjadi 0,389 pada tahun
pada tahun 2018 dari 5,94 persen pada tahun 2018, menunjukkan berkurangnya ketimpangan
2014. Di sisi lain, PDB per kapita terus meningkat antar golongan pendapatan. Target pembangunan
dari USD3.531 pada tahun 2014 menjadi USD3.927 lainnya yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
pada tahun 2018, setara dengan GNI per kapita1 mengalami peningkatan dari dari 68,9 pada tahun
(Atlas Method) USD3.820, berada di ambang 2014 menjadi 71,39 pada tahun 2018.

Gambar 1.2 Pencapaian Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2015-2018

Pertumbuhan Pertumbuhan Tingkat Inflasi


PDB Per Kapita
Ekonomi Investasi (2015-2018)
(2018)
(2015-2018) (2015-2018)

5,0 5,6 3,927


USD
3,3
persen persen persen

CAPAIAN KEM 2015-2018

Tingkat Kemiskinan TPT


(2018) (2018) Rasio Gini IPM

9,82 5,34
(2018) (2018)

persen persen 0,389 71,39

1. Hasil estimasi Bappenas. Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut
World Bank per Juli 2018 sebesar USD3896.

8 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tantangan Perekonomian 2020-2024

Ketidakpastian Global Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan


Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan
mewarnai perkembangan perekonomian dunia. ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir
diperkirakan akan cenderung stagnan dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung
melambat, masing-masing diproyeksikan2 sebesar stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan
3,6 dan 3,8 persen per tahun, sepanjang tahun tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi
2020-2024. Harga komoditas internasional ekspor Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara
utama Indonesia diperkirakan juga akan cenderung berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan
menurun, di antaranya batu bara dan minyak kelapa pendapatan per kapita negara peers.
sawit, seiring dengan beralihnya permintaan dunia
ke produk yang lain. Adapun risiko ketidakpastian Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan
lainnya yang perlu diantisipasi antara lain perang utamanya oleh tingkat produktivitas yang rendah
dagang, perlambatan ekonomi China, dan tekanan seiring tidak berjalannya transformasi struktural.
normalisasi kebijakan moneter yang beralih dari AS Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat
ke kawasan Eropa. adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan
birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan
besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai;
(3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama
konektivitas dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM
dan produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi
sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang
dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; (7)
keterkaitan hulu-hilir yang lemah.

Gambar 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (% YoY)

basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas

5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2018
0 7,5% 6,4% 5,3%

-5

-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018

2. Berdasarkan World Economic Outlook Database IMF April 2018

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 9


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Tidak berkembangnya industri pengolahan Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri
berdampak pada kinerja perdagangan 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan
internasional Indonesia. Hingga saat ini, ekspor dan peluang bagi perkembangan perekonomian
Indonesia masih didominasi oleh ekspor komoditas ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi,
dengan jasa transportasi asing, tidak berbeda dan penggunaan kecerdasan buatan dalam
dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas
terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen dan efisiensi dalam produksi modern, serta
pada tahun 2000 menjadi 21 persen pada tahun memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
2018. Akibatnya, Indonesia masih mengalami konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
defisit transaksi berjalan hingga mencapai 3 persen pembangunan di berbagai bidang di antaranya
PDB, sementara beberapa negara peers sudah pendidikan melalui distance learning, pemerintahan
mencatatkan surplus. Di tengah kondisi keuangan melalui e-government, inklusi keuangan melalui
global yang ketat, peningkatan defisit transaksi fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring
berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain,
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia.
Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen
jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh
otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen
potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping
itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual
beli berbasis online belum dibarengi dengan
upaya pengoptimalan penerimaan negara serta
pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-
transaksi tersebut. Hal ini penting mengingat
transaksi digital bersifat lintas negara.

Industry
4.0

10 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran Ekonomi Makro 2020-2024
Sasaran Makro Pembangunan
Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat terbuka diharapkan menurun menjadi 6,5 – 7,0
rata-rata 5,4 – 6,03 persen per tahun dan pertumbuhan persen dan 4,0 – 4,6 persen pada tahun 2024.
PDB per kapita sebesar 4,0 +/- 1 persen, yang Tingkat rasio gini menurun menjadi 0,370 – 0,374
didorong oleh peningkatan produktivitas, investasi pada tahun 2024. Sementara IPM diharapkan
yang berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, meningkat menjadi 75,54 pada tahun 2024, yang
dan peningkatan kualitas SDM. Dengan target mengindikasikan perbaikan kualitas sumber daya
pertumbuhan ekonomi tersebut, GNI per kapita manusia.
(Atlas Method) diharapkan meningkat menjadi
USD5.780 – 6.160 per kapita pada tahun 2024. Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam lima tahun ke depan, perbaikan
Selain menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas transformasi struktural menjadi salah satu kunci
harga tetap menjadi prioritas. Tingkat inflasi utama. Perbaikan transformasi struktural utamanya
ditargetkan sebesar 3,0 ± 1 persen sepanjang 2020 didorong oleh revitalisasi industri pengolahan,
– 2024. dengan tetap mendorong perkembangan sektor
lain melalui modernisasi pertanian, hilirasi
Kondisi makro tersebut berdampak pada pertambangan, pembangunan infrastruktur yang
peningkatan perbaikan kualitas pertumbuhan. berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.
Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran

Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi, Persen


6,5
(GNI Per Kapita Harga Berlaku Atlas Method ) (6.160)
6,2
(5.670)
6,1
5,9
(6.000)
(5.230)

5,7 5,9
(4.800) (5.560)
5,5 5,5 5,7
(4.390) (4.740) (5.140) 5,5
5,4 (5.780)
(4.370) 5,5
5,4 5,4 (5.390)
5,3 (5.020)
(4.680)
(4.340)

2020 2021 2022 2023 2024

Rendah Sedang Tinggi

3. Berdasarkan kajian potential growth Bappenas, apabila tidak dilakukan kebijakan apapun, pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke
depan adalah sebesar 4,9 persen. Untuk mencapai target pertumbuhan 5,4-6,0 persen diperlukan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja sebesar 68-70 persen, pertumbuhan investasi 6,9-8,1 persen, pertumbuhan Total Factor Productivity sebesar 30-70 persen dan rata-rata
lama sekolah 10 tahun dalam setiap skenario.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 11


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 1.5 Sasaran Makro Pembangunan 2020-2024

Defisit Transaksi
Share Industri Berjalan
Tingkat Investasi Pengolahan
6,9-8,1 2,2-1,8
persen (2020-2024)
20,1-21,3 persen PDB
persen (2024) (2020-2024)

Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan
Tingkat Inflasi
Non Migas Non Migas
2,0-4,0
persen (2020-2024)
9,2-11,4 5,8-7,6
persen (2020-2024) persen (2020-2024)

SASARAN MAKRO PEMBANGUNAN 2020-2024

PDB per Kapita Tingkat Kemiskinan TPT Rasio Gini IPM


5,780-6,160 6,5-7,0 4,0-4,6 0,370-0,374 75,54
USD (2024) persen (2024) persen (2024) (2024) (2024)

Gambar 1.6 Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan

REVITALISASI INDUSTRI MODERNISASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA

INDUSTRI PERTANIAN JASA

4,3 3,7 5,7


5,34-7,02 3,85-3,93 6,44-6,93
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024

Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas serta Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk pendapatan petani dan nelayan tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR HILIRISASI PERTAMBANGAN

LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN

3,3 6,1 0,1


4,43-4,81 5,83-6,15 1,70-1,74
Keterangan:
2015-2018 2015-2018 2015-2018
Rata-rata pertumbuhan (Persen)
2020-2024 2020-2024 2020-2024
2020-2024
Melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama Peningkatan nilai tambah 2015-2018
(rendah tinggi)
konektivitas dan energi untuk mendukung ekspansi pertambangan yang mendukung
ekonomi dan pertumbuhan inklusif pengembangan indutsri hilir

12 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Permintaan Domestik
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat modal tetap bruto) yang tumbuh 6,88 – 8,11 persen
(rumah tangga dan LNPRT) diharapkan akan tumbuh per tahun. Untuk mencapai target tersebut, investasi
rata-rata 5,16 – 5,29 persen per tahun. Peningkatan swasta (asing maupun dalam negeri) akan didorong
konsumsi masyarakat didorong oleh peningkatan melalui deregulasi prosedur investasi, sinkronisasi
pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan dan harmonisasi peraturan perizinan, termasuk
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, meningkatkan EoDB Indonesia dari peringkat
stabilitas harga, dan bantuan sosial pemerintah 73 pada tahun 2018 menjadi menuju peringkat
yang lebih tepat sasaran. 40 pada tahun 2024. Peningkatan investasi juga
didorong oleh peningkatan investasi pemerintah,
Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,13 – termasuk BUMN, terutama untuk infrastruktur.
4,23 persen per tahun didukung oleh peningkatan Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan stok
belanja pemerintah, baik pusat maupun transfer ke infrastruktur menjadi 50,0 persen PDB dan belanja
daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan modal menjadi 2,3 – 2,8 persen pada tahun
negara, terutama penerimaan perpajakan. 2024. Peningkatan investasi akan ditujukan pada
peningkatan produktivitas, yang akan mendorong
Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama akan peningkatan efisiensi investasi.
didorong oleh peningkatan investasi (pembentukan

Gambar 1.7 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Domestik

KONSUMSI RT & LNPRT KONSUMSI PEMERINTAH INVESTASI

5,0 5,16 – 5,29 3,0 4,13 – 4,23 5,6 6,88 – 8,11

Konsumsi masyarakat meningkat Dorongan pemerintah berupa Fasilitas investasi, perlindungan


seiring dengan peningkatan belanja yang lebih berkualitas investasi, liberalisasi investasi,
pendapatan dan penciptaan serta penerimaan perpajakan dan promosi investasi
lapangan kerja yang lebih baik yang optimal

5.780-6.160 6,0-6,5 14,4-14,8


6,1
GNI per kapita 2024 Transfer ke Daerah Share PMA/PMDN
(USD harga berlaku dan Dana Desa ICOR 2024 - 2024
Atlas Method) (Rata-rata, Persen skenario tinggi thd Investasi
PDB) (Persen)
6,5-7,0 9,9-10,3 50,0
Tingkat Kemiskinan 2024
Belanja Pemerintah Stok Infrastruktur
(Persen)
Pusat 2020-204 2024 (Persen PDB) –
(Rata-rata, Persen skenario sedang
4,0-4,6 PDB) 11,7-12,7*
Keterangan: TPT 2024
12,5-13,4** 1,9-2,2
Rata-rata pertumbuhan (Persen)
(Persen) Rasio Pajak 2020-2024 Belanja Modal 2020-2024
2020-2024 (*Tax Ratio Arti Sempit, **Tax Ratio
2015-2018
(rendah tinggi) (Rata-rata, Persen PDB)
Arti Luas, Persen PDB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 13


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa Kinerja perdagangan internasional yang membaik
tumbuh rata-rata 6,21 – 7,67 persen per tahun. akan mendorong penguatan stabilitas eksternal,
Peningkatan ekspor barang tahun 2020-2024 akan yang ditandai dengan perbaikan defisit transaksi
didukung oleh revitalisasi industri pengolahan berjalan menjadi 2,0 – 1,3 persen PDB dan
yang mendorong diversifikasi produk ekspor non- peningkatan cadangan devisa menjadi USD161,1 –
komoditas, dan mengurangi ketergantungan impor. 184,8 miliar pada tahun 2024.
Peningkatan juga akan didorong oleh peningkatan
ekspor jasa, utamanya jasa perjalanan, melalui
pengembangan sektor pariwisata. Sementara impor
barang dan jasa tumbuh rata 6,42 – 7,42 persen
tahun didorong oleh peningkatan permintaan
domestik, terutama investasi.

Gambar 1.8 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal

EKSPOR BARANG DAN JASA IMPOR BARANG DAN JASAR

2,9 6,21 – 7,67 2,9 6,42 – 7,42

Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata

20,1 - 21,3 5,8 - 7,6 9,2 - 11,4


Share Industri Pertumbuhan Industri Pertumbuhan Ekspor Non Migas
Manufaktur 2024 Manufaktur Non Migas 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)
(Persen PDB) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)

26,0 - 27,0 31,2 - 36,5 58,0 - 65,0


Jumlah Wisman 2024 Devisa Pariwisata 2024 Share Ekspor
(Juta Orang) (USD miliar) Manufaktur terhadap
Total Ekspor 2024
(Persen)

STABILITAS EKSTERNAL YANG KUAT

161,1 - 184,8 2,0 - 1,3


Keterangan:
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Cadangan Devisa Defisit Transaksi
2020-2024 2024 Berjalan 2024
2015-2018 (USD Miliar) (Persen PDB)
(rendah tinggi)

14 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Kesinambungan Fiskal

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung
yang sehat dengan tetap memberikan dorongan aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi (industri
stimulus terhadap perekonomian. Pendapatan manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
negara ditargetkan meningkat menjadi rata-rata
13,7 – 14,8 persen PDB per tahun, dengan rasio Dorongan stimulus terhadap perekonomian lainnya
perpajakan mencapai rata-rata 11,7 – 12,7 persen juga dilakukan dengan penajaman belanja negara.
PDB per tahun. Hal ini dicapai melalui perbaikan Total belanja negara akan mencapai rata-rata 15,8
yang bersifat berkelanjutan baik dari sisi administrasi – 16,8 persen PDB per tahun, dengan belanja
maupun kebijakan. Dari sisi administrasi, akan pemerintah pusat mencapai rata-rata 9,9 – 10,3
terus dilakukan pembaruan sistem administrasi persen PDB per tahun dan TKDD sebesar 6,0 – 6,5
perpajakan sebagai upaya perbaikan basis data persen PDB. Defisit akan dijaga di bawah batas
perpajakan dan peningkatan kepatuhan. Dari yang diperbolehkan undang-undang menjadi rata-
sisi kebijakan, pemerintah akan terus melakukan rata (2,2) – (2,0) persen PDB per tahun dengan
penggalian potensi penerimaan, antara lain potensi keseimbangan primer yang mendekati nol, sebesar
yang berasal dari aktivitas jasa digital lintas negara rata-rata (0,3) – (0,2) persen PDB per tahun. Dengan
dan ekstensifikasi barang kena cukai. Adapun, komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga di
kebijakan ini juga diimbangi dengan peran kebijakan bawah 30 persen PDB.
perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi

Gambar 1.9 Proyeksi Postur APBN 2020-2024

MOBILISASI PENAJAMAN BELANJA


PEMBIAYAAN
PENDAPATAN NEGARA NEGARA

13,7 – 14,8% PDB 15,8 – 16,8% PDB (2,2) – (2,0)% PDB


(Rp2.850,4 - 3.122,8 T) (Rp3.302,5 - 3.542,1 T) (Rp(452,1) - (419,3) T)

Penerimaan Belanja Transfer ke Primary


PNBP Hibah Pemerintah Daerah dan Defisit
Perpajakan Pusat Dana Desa Balance

11,7-12,7% PDB1 2,0-2,1% PDB 0,0-0,0% PDB 9,9-10,3% PDB 6,0-6,5% PDB (0,3) - (0,2) % PDB (2,2) - (2,0) % PDB
(Rp2.444,6-2.679,1 T) (Rp405,1-443,1 T) (Rp0,7-0,7 T) (Rp2.055,4-2.158,6 T) (Rp1.247,1-1.383,5 T) (Rp(74,0)-(43,6) T) (Rp(452,1)-(419,3) T)

12,5-13,4% PDB2
(Rp2.602,0-2.829,9 T)

1
Tax Ratio arti sempit
Belanja K/L Belanja Non K/L Rasio Utang
2
Tax Ratio arti luas
5,7-6,1% PDB 4,1 - 4,2% PDB
(Rp1.179,3-1.294,8 T) (Rp863,8-876,0 T) 29,8 – 30,1% PDB

* Rata-rata 5 tahunan
Skenario Low dan Skenario High

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 15


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Stabilitas Inflasi dan Nilai Tukar
Hal ini dapat dicapai melalui penerapan kebijakan
Laju inflasi yang rendah dan stabil diharapkan moneter pre-emptive dan ahead the curve oleh
dapat menjaga daya beli dan mendorong konsumsi bank sentral serta sinergi kebijakan yang diarahkan
masyarakat sehingga dapat mendukung akselerasi untuk penerapan reformasi struktural yang mampu
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah meningkatkan daya saing perekonomian domestik.
dan Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga
tren penurunan laju inflasi rendah dan stabil dalam
jangka menengah. Mengurangi Ketimpangan Wilayah
Pertumbuhan ekonomi di tiap wilayah diharapkan
Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi
pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) nasional. Kebijakan di tiap wilayah diharapkan
Meningkatkan produktivitas terutama pasca panen dapat selaras dengan kebijakan di tingkat nasional,
dan meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah dengan tetap memperhatikan keunggulan dan
(CPP); (ii) Menurunkan rata-rata inflasi dan permasalahan yang unik dengan karakteristik
volatilitasnya pada 10 komoditas pangan strategis; wilayah masing-masing.
(iii) Menurunkan disparitas harga antardaerah
dengan rata-rata harga nasional, serta menurunkan Dalam kurun waktu lima tahun kedepan
disparitas harga antarwaktu; (iv) Menjangkar pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat pada
ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; jawa dan sumatera. Wilayah di luar Jawa dan
serta (iv) Meningkatkan kualitas statistik. Sumatera diperkirakan sudah dapat menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi baru.
Sepanjang 2020-2024, nilai tukar stabil pada tingkat
fundamentalnya untuk menjaga daya saing ekspor.

Gambar 1.10 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Pulau

SUMATERA KALIMANTAN Skenario Moderat


SULAWESI
Indonesia
2020: 4,62% 2020: 4,08% 2020: 6,68% 2020: 5,4
2024: 5,55% 2024: 5,27% 2024: 7,34% 2024: 6,1

MALUKU
2020: 6,88%
2024: 7,47%

JAWA & BALI PAPUA


NUSA TENGGARA
2020: 5,74% 2020: 7,18%
2020: 3,12%
2024: 6,27% 2024: 7,75%
2024: 5,13%
Sumber : Perhitungan Bappenas
* angka proyeksi sangat sementara
* hasil exercise tim DitPMAS dan PWK setelah temu TW I-2019 Bappeda seluruh Indonesia

16 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pertumbuhan Ekonomi Berwawasan
Lingkungan
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5,4 – 6,0 persen per tahun, dibutuhkan Aspek lain pembangunan ekonomi ke depan adalah
investasi sebesar Rp36.595,6 – 37.447,6 triliun aspek lingkungan. Perubahan iklim dan menurunnya
sepanjang tahun 2020-2024. Dari total kebutuhan daya dukung lingkungan dapat berdampak negatif
tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi.
masing-masing sebesar 11,6 – 13,8 persen dan 7,6 Oleh karenanya pembangunan ke depan harus
– 7,9 persen, sementara sisanya akan dipenuhi oleh diarahkan untuk mempertahankan keseimbangan
masyarakat atau swasta. antara pertumbuhan ekonomi, target penurunan
dan intensitas emisi serta kapasitas daya dukung
Untuk membiayai kebutuhan investasi tahun 2020 SDA dan daya tampung LH saat ini dan di masa
– 2024, dibutuhkan upaya pendalaman pasar yang akan datang.
keuangan, terutama non perbankan, peningkatan
akses jasa keuangan (inklusi keuangan), dan
optimalisasi alternatif pembiyaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 17


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Batasan Pembangunan
(Development Constraint)

Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam


Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Batasan pengembangan (development constraint) sepenuhnya mencegah penurunan luas hutan


sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai primer. Berdasarkan analisis tutupan lahan, selama
suatu kondisi keterbatasan SDA yang dapat tujuh tahun pelaksanaan kebijakan penundaan
diberdayagunakan sebagai modal utama pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola
pembangunan yang perlu dipertimbangkan aspek hutan alam primer dan lahan gambut sedikitnya tiga
ketersediaan dan kualitasnya (yang semakin juta hektar hutan alam primer dan lahan gambut
berkurang) maupun karakteristiknya yang tergolong atau kira-kira setara dengan 5 kali luas Pulau Bali
rentan dan berisiko tinggi untuk menunjang telah habis dikonversi untuk penggunaan lain. Pada
pembangunan. Berdasarkan hasil analisis Kajian periode yang sama, setiap tahunnya juga masih
Lingkungan Hidup Strategis yang dilakukan ditemukan ribuan titik api menghancurkan kawasan
oleh Kementerian PPN/Bappenas diketahui hutan yang dilindungi dalam peta Moratorium
beberapa parameter sumber daya alam yang tersebut.
perlu dipertimbangkan aspek keterbatasannya
dalam perencanaan pembangunan meliputi: (a)
Gambar 1.11 Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan Prim-
Hutan Primer; (b) Hutan di atas Lahan Gambut; (c) er dan Batas Luas Minimal Hutan Primer yang Perlu
Habitat Spesies Langka; (d) Area Pesisir terdampak Dipertahankan
Perubahan Iklim; (e) Kawasan Rawan Bencana; (f)
juta ha Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan Primer
Ketersediaan Air; (g) Ketersediaan Energi; (h) Tingkat 60

Emisi dan (i) Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca. 50


40
30
A. Tutupan Hutan Primer 20

Tutupan hutan primer Indonesia cenderung 10


0
terus berkurang. Walaupun laju deforestasi telah
2000

2008

2050
2002

2020
2004

2040
2006

2028

2048
2030
2022
2024

2042
2026

2044
2046
2038
2032
2034
2036
2010

2018
2012
2014
2016

berkurang secara signifikan dibandingkan pada


Data
masa sebelum tahun 2000, namun luas tutupan hutan Baseline
Batas minimal luas yang dipertahankan
primer semakin menurun sehingga diperkirakan
hanya akan tinggal tersisa 18,4 persen dari luas
lahan total nasional (189,6 juta ha) di tahun 2045 Agar tren kehilangan hutan primer tidak berlanjut
dibandingkan kondisi di tahun 2000 yang mencapai maka luas tutupan hutan primer harus dapat
27,7 persen total luas lahan nasional. dipertahankan pada luas minimal 43 juta ha (kondisi
tahun 2019). Oleh karenanya, area moratorium
Di sisi lain, kebijakan moratorium hutan primer yang hutan primer menjadi batasan mutlak yang harus
telah diterapkan sejak tahun 2011 belum mampu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan.

18 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
B. Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut

Luas tutupan hutan, baik hutan primer maupun dipertahankan minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di
sekunder yang terletak di atas lahan gambut tahun 2000. Dengan arti lain, diperlukan tambahan
semakin berkurang. Moratorium lahan gambut dari gambut yang direstorasi seluas 2 juta ha dari tahun
tahun 2015 belum mampu sepenuhnya mencegah 2015 sesuai Perpres Moratorium Gambut untuk
penurunan tutupan hutan di atas lahan gambut. mencapai batas minimal tersebut. Untuk itu, upaya
restorasi lahan gambut perlu menjadi prioritas.
Dalam rencana pembangunan ke depan Total
tutupan hutan di atas lahan gambut perlu

Tabel 1.1 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut


Luas Tutupan Hutan di Lahan Gambut
Luas Lahan Gambut
Pulau 2000 2015
(Ha)
Ha % Ha %
Sumatera 4.120.325 1.789.500 43,43 837.675 20,33
Kalimantan 4.694.625 2.545.300 54,22 1.871.800 39,87
Papua 6.376.975 4.896.300 76,78 4.817.275 75,54
Total Nasional 15.191.925 9.231.100 60,76 7.526.750 49,54

Gambar 1.12 Tutupan Hutan Primer Indonesia Tahun 2015 (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 19


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 1.13 Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut Tahun 2015 (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Gambar 1.14 Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Spesies Target terancam Punah selama periode
2000-2045.

Gajah Kalimantan
−1%
Orangutan
Sumatera Anoa Babirusa
Orangutan Borneo
−48% −38% −8% −2%

Gajah Sumatera
−44%

Harimau Sumatera
−39%

Badak Jawa
−12% Owa Jawa
−12%

(Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

20 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
C. Habitat Spesies Langka

Habitat spesies kunci terancam punah semakin Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah
berkurang signifikan akibat pengurangan luas pemukiman yang saat ini sudah terkena efek abrasi/
tutupan hutan (Gambar 1.11). Analisis menunjukkan akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang
bahwa tutupan hutan pada habitat species langka berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang
di sebelah barat garis Wallacea akan menyusut dari 253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang perlu
80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen di waspada akan dampak abrasi/akresi sepanjang
tahun 2045, terutama pada wilayah Sumatera dan 155 km.
Kalimantan. Diperkirakan luas key biodiversity areas
di sisi timur Garis Wallacea, khususnya wilayah E. Kawasan Rawan Bencana
Papua juga berkurang signifikan. Secara geografis, Indonesia merupakan negara
yang rawan akan bencana, baik bencana
Sesuai hasil analisis KLHS RPJMN 2020-2024, hidrometeorologis maupun geologis. Sebagian
luas tutupan habitat spesies langka yang harus besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-
dipertahankan minimal seluas 43,2 juta ha. Bila jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
kehilangan habitat satwa langka ini tidak diantisipasi subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga
dengan baik maka dikhawatirkan memicu bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan
ketidakstabilan ekosistem yang dapat menjadi infrastruktur dan konektivitas dasar namun
hambatan utama dalam pembangunan juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa
yang sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen)
D. Area Pesisir Rentan Abrasi / Akresi penduduk berpotensi terpapar gempa >0.1 g, dan
Total panjang pesisir rentan abrasi/akresi akibat 4 juta tinggal 1 km dari sesar aktif; Sekitar 3,7 juta
perubahan tinggi muka air laut diperkirakan mencapai penduduk berpotensi terpapar tsunami;Sekitar 5
18.480 km di tahun 2045. Bila tidak dilakukan juta penduduk bermukim dan beraktivitas di sekitar
intervensi maka area yang rentan abrasi/akresi gunungapi aktif.
tersebut tentunya tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung pembangunan, khususnya Kawasan rawan bencana tergolong berisiko
mengancam keberlangsungan pemukiman dan tinggi untuk menunjang pembangunan sehingga
industri yang sudah terdapat di area tersebut. perlu dipertimbangkan sebagai batasan dalam

Gambar 1.15 Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Total Emisi
4000000
Batas atas emisi
3500000
yang di perbolehkan
gIGA GR co2/YEAR

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2000

2002

2006

2008

2010

2012

2016

2018

2020

2022

2026

2028

2030

2032

2036

2038

2040

2042

2046

2048

2050
2004

2014

2024

2034

2044

Fair

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 21


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Intensitas Emisi
1,000
Batas atas intensitas emisi
800 yang di perbolehkan
Ton/Bilion Rp

600

400

200

0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Fair

merencanakan pembangunan. Oleh karena itu, zona nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5
dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi juta ha (93 persen dari luas wilayah Indonesia);
perlu diprioritaskan menjadi kawasan lindung dalam sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau
penataan ruang wilayah, dibandingkan sebagai harus dipertahankan di atas 1.000 m3/kapita/tahun.
kawasan budidaya. Apabila hal tersebut tidak bisa Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis
dihindari, maka perlu didukung dengan adanya air sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi
peningkatan upaya adaptasi dan pengurangan wilayah aman air perlu ditingkatkan secara signifikan.
risiko bencana untuk mengurangi kerugian akibat
bencana. G. Ketersediaan Energi
Tantangan pemenuhan kebutuhan energi ke depan
F. Ketersediaan Air diperkirakan akan semakin berat. Cadangan sumber
Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan energi fosil (non-terbarukan) seperti minyak bumi,
memicu terjadinya kelangkaan air baku khususnya gas dan batu bara semakin menipis, sementara
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan pengembangan sumber energi terbarukan juga masih
sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa belum signifikan untuk dapat mencukupi kebutuhan.
Tenggara. Dari hasil proyeksi, kelangkaan air baku
juga mulai merebak pada beberapa wilayah lainnya Suplai energi domestik diperkirakan hanya mampu
dikarenakan dampak dari perubahan iklim global memenuhi 75 persen permintaan energi nasional
yang menerpa sebagian besar wilayah Indonesia. pada tahun 2030 dan akan terus menurun hingga
28 persen di tahun 2045. Dengan harapan
Diperkirakan luas wilayah kritis air meningkat dari 6 pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi,
persen di tahun 2000 menjadi 9.6 persen di tahun berkurangnya kemampuan produksi energi
2045. Saat ini ketersediaan air sudah tergolong domestik diperkirakan dapat mempengaruhi
langka hingga kritis di sebagian besar wilayah Pulau keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi
Jawa dan Bali; sementara Sumatera bagian selatan, di tingkat nasional di masa yang akan datang.
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi bagian selatan Bila kebutuhan energi jauh melampaui suplai
akan langka/kritis air di tahun 2045. dalam negeri, hal ini diprediksi akan mengganggu
defisit transaksi berjalan (Current Account
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat Deficit) pemerintah yang dapat berdampak pada
pembangunan maka wilayah aman air secara kestabilan kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi.

22 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Guna mengurangi kelangkaan energi tersebut, maka Kapasitas Fiskal
porsi energi baru terbarukan harus ditingkatkan dan Pendanaan
hingga minimal 20 persen dari bauran energi Pembangunan
nasional pada tahun 2024. Selain itu, diperlukan
peningkatan upaya penemuan sumber-sumber
baru yang dapat dieksploitasi untuk mengantisipasi Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran
penurunan cadangan gas alam dan batubara di pembangunan jangka menengah 2020-2024
masa mendatang. adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
H. Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi GRK pembangunan di berbagai bidang dengan
Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi baseline, menekankan terbangunnya struktur perekonomian
sedangkan intensitas emisi meskipun cenderung yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
positif namun belum mampu mendukung upaya berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
penurunan emisi secara keseluruhan. Hal ini belum manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia
untuk menurunkan emisi GRK 26 persen dengan Sasaran tersebut dapat dicapai melalui investasi
usaha sendiri, dan 41 persen dengan dukungan publik yang berkualitas yaitu: 1) tepat sasaran dan
internasional pada tahun 2020. Bahkan dalam waktu; 2) memberikan dampak positif yang signifikan
pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris dan berkelanjutan; 3) konsisten dengan arah
komitmen ini ditingkatkan sehingga target penurunan kebijakan, program, dan rencana pembangunan;
emisi menjadi minimal 29 persen di tahun 2030. serta 4) penggunaan sumber daya dan dana yang
efisien.
Untuk mencapai target penurunan emisi 29 persen
(skenario fair/minimal) maka emisi GRK harus Dalam lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan
dipertahankan di bawah 1.825.374,5 Giga gr CO2/ terhadap PDB (tax ratio) Indonesia masih rendah,
tahun pada tahun 2030. Adapun intesitas emisi bahkan lebih rendah dibandingkan dengan
GRK harus dipertahankan di bawah 261,1 ton CO2/ tax ratio negara yang berpendapatan setara.
milyar Rp pada tahun 2030 (berkurang 33 persen Akar permasalahan utama dari rendahnya tax
dari baseline) sebagaimana dapat dilihat pada ratio tesebut adalah kebijakan perpajakan yang
Gambar 1.15. belum cukup memadai untuk mewujudkan sistem
perpajakan yang mampu memobilisasi penerimaan
Penutup perpajakan secara optimal. Selain itu, sistem
Keterbatasan sumber daya alam merupakan administrasi perpajakan, kepatuhan individu dalam
tantangan nyata yang dapat menghambat kewajiban perpajakan, serta peran kelembagaan
pencapaian target-target pembangunan. perpajakan turut mempengaruhi terhadap
Diperlukan upaya yang holistik dan terintegrasi belum optimalnya kinerja perpajakan. Berbagai
dari berbagai sektor untuk mengatasi tantangan permasalahan perpajakan tersebut menyebabkan
keterbatasan sumber daya alam. Selain itu terbatasnya ruang fiskal untuk mendanai kebutuhan
perencanaan pembangunan perlu memperhatikan pembangunan.
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya
alam dan pencapaian target-target pembangunan Dengan keterbatasan kapasitas fiskal dalam
serta memperhatikan arahan fungsi ruang dalam membiayai kebutuhan pembangunan yang
pembangunan kewilayahan. besar dan semakin beragam, diperlukan sebuah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 23


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
strategi pendanaan yang dapat mengoptimalkan Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pendanaan
pemanfaatan seluruh kapasitas pendanaan yang perlu dilakukan integrasi pendanaan pembangunan
ada untuk mencapai sasaran pembangunan. pada sumber pemerintah (K/L, Non K/L, Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa) serta pembiayaan yang
Pemanfaatan pendanaan pembangunan diutamakan berasal dari BUMN, kerjasama pemerintah dan
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat badan usaha, maupun masyarakat yang selaras
dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan dengan implementasi prinsip Money Follow Program.
Minimal (SPM) serta kegiatan investasi yang Selain itu, pemerintah perlu lebih mendorong
memberikan daya ungkit (leverage) yang tinggi bagi pemanfaatan sumber-sumber pendanaan yang
pembangunan nasional. Untuk itu, perlu mendorong berasal dari masyarakat dan swasta melalui skema
dan mensinergikan partisipasi berbagai pemangku - skema pembiayaan yang inovatif termasuk melalui
kepentingan untuk memperkuat pemanfaatan pengembangan skema Kerjasama Pemerintah
pendanaan pembangunan. Untuk pemerintah pusat dan Badan Usaha (KPBU), Pembiayaan Investasi
dan daerah diarahkan penyediaan pelayanan dasar Non-Anggaran Pemerintah (PINA) maupun bentuk
kepada masyarakat, sedangkan untuk badan usaha pendanaan inovatif (innovative financing) lainnya.
(BUMN dan Swasta) difokuskan untuk memperkuat
pertumbuhan ekonomi dan pencapaian sasaran
pembangunan.

24 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KAIDAH PEMBANGUNAN NASIONAL 2020-2024

MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam
negeri sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada
dan memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa indonesia.

Memiliki Kemampuan Ilmu Pengetahuan Memiliki kecukupan sumberdaya


yang mumpuni dalam pembangunan manusia yang memiliki skill dan
baik pengelolaan sumberdaya alam, tata kecakapan dalam memenuhi kebutuhan
kelola pemerintahan dan pengambilan pembangunan
keputusan.

Mampu mendorong tumbuhnya iptek Memiliki kemampuan mendorong


berkualitas dan tidak lagi pada prinsip tumbuhnya kreativitas, tanggung jawab,
asimetris terhadap bangsa lain dan dan pelayanan kepada bangsa sendiri.
bernilai budaya bangsa.

Menjadi negara yang selalu aktif, terbuka


dalam bekerjasama dalam memberikan
pengaruh terhadap kemajuan bangsa
dan negara Indonesia

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 25


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MENJAMIN KEADILAN
keadilan adalah pembangunan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang menjadi hak warganegara,
bersifat proporsional dan tidak melanggar hukum dalam menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.

Mengembangkan pola distribusi yang Keseimbangan dan konsistensi dalam upaya


berimbang antara input dengan output penetrasi pembangunan untuk sampai
dalam mempertahankan keseimbangan kepada masyarakat pada level minimum
dalam berbangsa dan bernegara yang diharapkan

Memberikan share yang seimbang Bersikap inclusive atas setiap pencapaian dan
dalam pencapaian pembangunan untuk evaluasi pembangunan untuk melakukan
mengurangi kesenjangan wilayah secara koreksi serta perbaikan yang menjunjung
bertanggung jawab. tinggi pemerataan

Kepercayaan dan tanggung jawab atas Kesetaraan akses dalam setiap perencanaan,
keputusan rencana pembangunan untuk program dan implementasi sehinga setiap
menciptakan tatanan kehidupan yang orang paham tentang hak dan kemampuannya
berkualitas dalam berpartisipasi terhadap pembangunan

26 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MENJAGA KEBERLANJUTAN
keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri pada saatnya nanti

Melakukan penguatan, percepatan dan Menciptakan sebuah kerangka pembangunan


pengelolaan pembangunan dengan untuk menumbuhan sistem ekonomi
mempertimbangkan kemampuan dasar pembangunan yang sehat antara input, proses
bangsa atas kecukupan dan ketersediaan dan output pembangunan sehingga tidak
fondasi ekonomi menyebabkan terjadinya defisiensi

Mempertimbangkan keberadaan dan pola Terpatrinya orientasi sikap (attitude) yang


sosial budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat bertanggung jawab sebaai basis nilai dan
untuk menumbuhkan tatanan pengelolaan etika universal untuk mengikat keberagaman
pembangunan inclusive dan interaksi sosial
sebagai sebuah supporting system dalam bangsa dalam menciptakan tata pembangunan
koherensi pembangunan yang maju

Penguatan komitment dalam menjamin Bersifat inclusive dalam mengadaptasikan


terciptanya keseimbangan antara berbagai dinamika pembangunan dengan
tujuan pembangunan manusia dengan pendekatan dan keilmuan yang mampu
kemampuan alam dan lingkungan menumbuhkan sistem tata nilai yang
bertanggung jawab secara integrative

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 27


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Untuk mempercepat pencapaian target dalam mencapai target-target dari fokus
pembangunan nasional, RPJMN IV tahun 2020 - pembangunan, mainstreaming juga bertujuan untuk
2024 telah ditetapkan 6 (enam) pengarustamaan memberikan akses pembangunan yang merata dan
(mainstreaming) sebagai bentuk pendekatan adil dengan meningkatkan efisiensi tata kelola dan
inovatif yang akan menjadi katalis pembangunan juga adaptif terhadap faktor eksternal lingkungan. Hal
nasional yang berkeadilan dan adaptif. Keenam ini perlu dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai
pengarustamaan (mainstreaming) memiliki peran tujuan global.
yang vital dalam pembangunan nasional dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta Uraian terkait pengarusutamaan disampaikan
partisipasi dari masyarakat. Selain mempercepat dalam lampiran 1.

Tata Kelola
Kesetaraan Gender Pemerintahan Pembangunan
yang Baik Berkelanjutan

Strategi pembangunan Tata kelola pemerintahan yang Pembangunan yang


nasional harus memasukan akuntabel, efektif dan efisien dalam berkelanjutan harus dapat
perspektif gender untuk mendukung peningkatan kinerja menjaga keberlanjutan
mencapai pembangunan seluruh dimensi pembangunan kehidupan ekonomi dan
yang lebih adil dan merata sosial masyarakat, menjaga
bagi seluruh penduduk Indikator, antara lain: kualitas lingkungan hidup,
1) Persentase instansi pemerintah yang
Indonesia baik laki-laki menyusun rencana kebutuhan ASN serta meningkatkan
maupun perempuan. jangka menengah, pengembangan pembangunan yang inklusif
kopetensi, dan pola karir dan pelaksanaan tata kelola
Indikator: 2) Persentase instansi pemerintah yang mampu menjaga
yang telah menyusun proses bisnis
1) Indeks Pembangunan instansional peningkatan kualitas
Gender (IPG) 3) Persentase instansi pemerintah yang kehidupan dari satu generasi
2) Indeks Pemberdayaan telah menyusun arsitektur SPBE ke generasi berikutnya
Gender (IDG) instansional
4) Persentrase instansi pemerintah yang Indikator:
menerapkan e-Arsip terintegrasi 1) Pertumbuhan PDB
5) Penerapan manajemen risiko dalam
pengelolaan kinerja instansi 2) Indeks Pembangunan
6) Penerapan Zona Integritas untuk Manusia
birokrasi yang bersih dan akuntabel 3) Indeks Kualitas Lingkungan
7) Persentase Unit Kerja Pengadaan Hidup
Barang/Jasa instansional dengan 4) Indeks Anti Korupsi
maturitas level III
8) Jumlah unit pelayanan publik yang 5) Indeks Pelayanan Publik
telah menerapkan standar pelayanan (K/L)
publik 6) Indeks Akuntabilitas
9) Persentase penyelesaian pengaduan 7) Indeks Resiko Bencana
masyarakat melalui LAPOR! SP4N Indonesia

28 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerentanan Bencana Modal Sosial Transformasi Digital
dan Perubahan dan Budaya
Iklim

Pengarusutamaan Kerentanan Pengarusutamaan modal sosial Perkembangan pesat teknologi


Bencana dan Perubahan budaya dimaksudkan untuk khususnya teknologi digital
Iklim menitikberatkan pada menginternalisasikan nilai-nilai telah mempengaruhi berbagai
upaya penanganan dan budaya dan memanfaatkan aspek kehidupan. Sehingga
pengurangan kerentanan (mendayagunakan) kekayaan perlu untuk menyelaraskannya
bencana, peningkatan budaya sebagai kekuatan dengan pembangunan nasional
ketahanan terhadap risiko penggerak dan modal dasar
perubahan iklim, serta pembangunan Indikator:
upaya peningkatan mitigasi 1) Meningkatnya NRI (Network
perubahan iklim melalui Indikator: Readiness Index) untuk
pelaksanaan pembangunan 1) Inklusi Sosial Masyarakat mengukur bagaimana
rendah karbon (toleransi, kesetaraan gender, teknologi khususnya teknologi
inklusif) komunikasi dan informasi (TIK)
Indikator: 2) Kohesi Sosial (kerja sama, dapat memberikan dampak
1) Persentase Peningkatan jejaring, aksi kolektif, terhadap suatu negara.
Indeks Ketahanan Bencana kepercayaan sosial) 2) Memperkuat IDI (ICT
Daerah 3) HaKI komunal berbasis Development Index)
2) Persentase penurunan ekosistem untuk melihat bagaimana
potensi kehilangan PDB 4) Persentase wilayah adat yang pengembangan TIK
akibat dampak perubahan tersertifikasi suatu negara dari sisi
iklim 5) Nilai ekspor ekonomi budaya infrastrukturnya.
3) Persentase penurunan emisi terhadap total ekspor
gas rumah kaca 6) Partisipasi masyarakat dalam
4) Persentase penurunan kegiatan pertemuan/rapat di
intensitas emisi gas rumah lingkungan sekitar.
kaca

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 29


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MEMPERKUAT KETAHANAN
EKONOMI UNTUK
PERTUMBUHAN YANG
BERKUALITAS
Pendahuluan

2
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan


depan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan
ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, dan tambah ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi
dalam menggunakan sumber daya tersebut untuk landasan bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan
memproduksi barang dan jasa bernilai tambah lintas sektor yang mencakup sektor pangan dan
tinggi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan pertanian, kemaritiman dan perikanan, industri,
ekspor. Hasilnya diharapkan dapat mendorong pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.
pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan Pelaksanaan kedua fokus tersebut akan didukung
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya dengan perbaikan data untuk menjadi rujukan
ekonomi yang dimanfaatkan untuk peningkatan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan,
kesejahteraan secara adil dan merata. serta perbaikan kualitas kebijakan.

32 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Capaian produksi pengelolaan


pangan meningkat sebesar 4,7 %
untuk padi, 15,2 % untuk jagung,
dan 15,0 % untuk daging.

Peningkatan kunjungan wisatawan


mancanegara dari 9,4 juta orang di
tahun 2014 menjad 15,8 juta orang
Angka kerawanan pangan di tahun 2018
menurun menjadi 7,9 %.

Kontribusi ekspor ekonomi kreatif


mencapai USD 19,9 miliar atau
13,8% dari total ekspor Indonesia.
Konsumsi ikan masyarakat terus
meningkat hingga mencapai 47,3
kg/kapita/ tahun.

Penciptaan lapangan kerja baru


sekitar 9,4 juta (kumulatif 2015-
2018) dan pengangguran terbuka
menurun menjadi 5,3% di tahun
Rasio elektrifikasi yang pada kuartal 2018
III tahun 2018 mencapai 98,3%

Peningkatn realisasi nilai investasi


dari Rp545,4 triliun pada tahun
8 Kawasan Industri / Kawasan 2015 menjadi Rp721,3 triliun pada
Ekonomi Khusus sudah beroperasi tahun 2018
dengan nilai investasi sebesar
Rp179,9 triliun dari PMA dan PMDN

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 33


Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan Akses ke sumber energi lainnya, seperti gas, juga
menunjukkan capaian produksi yang meningkat semakin diperluas. Sampai dengan tahun 2018,
sebesar 4,7 persen untuk padi, 15,2 persen untuk jaringan gas telah dibangun sebanyak 463.643
jagung, dan 15,0 persen untuk daging. Produksi sambungan (kumulatif) untuk rumah tangga dan
perikanan tangkap, termasuk di 11 Wilayah sepanjang 10.942,48 km (kumulatif) untuk pipa
Pengelolaan Perikanan (WPP) juga meningkat, transmisi dan distribusi. Pemanfaatan gas bumi untuk
mencapai 6,9 juta ton pada tahun 2017. Produksi kebutuhan dalam negeri juga cukup baik dengan
perikanan budidaya juga meningkat menjadi 16,1 Domestic Market Obligation (DMO) mencapai 61
juta, yang mencakup 5,7 juta ton ikan budidaya persen dari produksi gas bumi tahun 2018.
(termasuk udang) dan 10,4 juta ton rumput laut.
Selanjutnya produksi garam pada tahun 2017 Meskipun beberapa indikator menunjukkan capaian
adalah sebesar 1,1 juta ton. positif, namun pengelolaan berbagai sumber daya
ekonomi ke depan masih perlu ditingkatkan. Di
Perbaikan produksi pangan juga didukung dalam pengelolaan sumber daya pangan, misalnya,
pembangunan tampungan air dengan kapasitas (1) keterhubungan antara sentra produksi pangan
3m3 dan 49 waduk, serta rehabilitasi 788,6 ribu dan wilayah dengan permintaan pangan tinggi
hektar lahan kritis. Konservasi kawasan perairan masih perlu diperkuat, serta (2) kecukupan pasokan
sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan juga dan kualitas pangan di wilayah rentan kelaparan,
ditingkatkan luasannya menjadi 20,8 juta hektar atau stunting, kemiskinan dan perbatasan perlu lebih
sekitar 6,4 persen dari total luas wilayah perairan difokuskan dalam pengelolaan pangan.
yang meliputi 172 kawasan pada tahun 2018.
Pengelolan cadangan air juga masih perlu
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber ditingkatkan. Cadangan air secara nasional
pangan ini memungkinkan perbaikan kualitas sebenarnya masih dalam kategori aman. Namun,
konsumsi dan gizi masyarakat seperti ditunjukkan perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan air
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar di Pulau Jawa yang sudah memasuki status langka,
90,7/100, dan angka kerawanan pangan yang dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang sudah
menurun menjadi 7,9 persen. Konsumsi ikan berstatus stres. Perbaikan juga perlu dilakukan
masyarakat juga terus meningkat hingga mencapai untuk kualitas air yang cenderung menurun sejak
47,3 kg/kapita/ tahun. Akses mayarakat ke sumber tahun 2015.
air minum yang layak juga meningkat menjadi 72,0
persen. Di sisi sumber daya energi, pemenuhan kebutuhan
energi nasional masih perlu ditingkatkan. Konsumsi
Kualitas kehidupan masyarakat juga meningkat listrik nasional baru mencapai 1.064 kWh per kapita
dengan akses ke sumber energi yang lebih baik. pada tahun 2018, atau jauh lebih rendah dibandingkan
Hal ini terlihat dari rasio elektrifikasi (RE) yang telah dengan rata-rata konsumsi listrik negara maju yang
mencapai 98,3 persen pada kuartal III tahun 2018. mencapai 4.000 kWh per kapita. Pemanfaatan
Capaian ini didukung perluasan jaringan distribusi EBT juga perlu ditingkatkan untuk mencapai target
listrik, serta pengembangan dan pemanfaatan bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025.
energi baru dan terbarukan (EBT) termasuk Sampai dengan tahun 2018, porsi bauran EBT baru
melalui pembangunan EBT skala kecil, penerapan mencapai 8,4 persen, atau sekitar 2,5 persen (9,8
smartgrid, dan pemanfaatan bahan bakar nabati. GW) dari potensi yang ada (441,7 GW).

34 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengelolaan sumber daya ekonomi, baik pangan, Dari 21 KI/KEK prioritas di luar Jawa, sampai dengan
pertanian, kelautan, air maupun energi, diharapkan tahun 2018 baru 8 KI/KEK yang sudah beroperasi,
dapat memasok bahan baku yang berkualitas untuk yaitu KI/KEK Sei Mangkei, KI Dumai, KEK Galang
diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Namun Batang, KI Ketapang, KI Bantaeng, KI Konawe,
pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal. KI/ KEK Palu, dan KI Morowali. Nilai investasi yang
Hal ini ditunjukkan oleh lemahnya keterkaitan hulu telah direalisasikan sebesar Rp.179,9 triliun dari 58
hilir pertanian dan defisit perdagangan komoditas perusahaan PMA dan PMDN. Pengembangan KI dan
pertanian yang disebabkan ekspor pertanian yang KEK lainnya masih menghadapi tantangan dalam
masih bertumpu pada kelapa sawit, serta adanya pengadaan lahan, pengelolaan, konektivitas, akses
permasalahan terkait keterbatasan kesempatan kerja energi yang kompetitif, dan rendahnya investasi.
di perdesaan, menurunnya minat petani muda, dan
masih tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian. Kapasitas industri nasional untuk mengolah
dan mengekspor produk bernilai tambah tinggi
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan juga masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan
sumber daya yang ada secara optimal sehingga pertumbuhan nilai tambah industri nasional
masih bergantung pada impor. Sekitar 71,0 persen pada periode 2015-2018 masih lebih rendah
dari total impor merupakan impor bahan baku dan dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan
bahan antara/pendukung industri. Berbagai upaya nasional. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB)
telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan industri juga cenderung stagnan pada kisaran 20,0
impor, tetapi hasilnya belum signifikan. Salah satu persen dalam empat tahun terakhir.
upaya yaitu dengan menarik investasi untuk hilirasi
sumber daya alam di kawasan industri (KI) dan Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan,
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
terutama yang dibangun di luar Jawa. yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang

Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Industri dan Nasional

7%
6% 4,98% 5,03% 5,07% 5,17%
4,88%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Industri Migas Industri Non Migas Nasional

Sumber: BPS, 2018 (diolah)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 35


tersebut dikontribusikan perkembangan pariwisata, diperkiran semakin luas untuk menjangkau 145 juta
serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi pariwisata pengguna telepon pintar (53,0 persen penduduk).
dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 Pemanfaatan IoT juga berpotensi untuk mendorong
miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2 miliar di tahun integrasi pengelolaan pemerintah, dunia usaha
2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan dan masyarakat sehingga menjadi lebih efisien.
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk Perkembangan ekonomi digital ke depan masih
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari dihadapkan pada tantangan terkait kerangka
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang regulasi, serta kecepatan untuk penerapan teknologi
pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga telekomunikasi seperti 5G.
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi
277 juta orang di tahun 2017. Secara total, kontribusi Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan
sektor pariwisata kepada perekonomian nasional lapangan kerja yang cukup tinggi. Selama 2015-
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 2018, rata-rata setiap 1 persen pertumbuhan
menjadi 4,8 persen di tahun 2018. ekonomi dapat menciptakan 460.000 lapangan
kerja, sehingga tercipta lapangan kerja baru sekitar
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan 9,4 juta dan pengangguran terbuka menurun dari
sumber daya ekonomi dan budaya juga mendorong 6,2 persen (2015) menjadi 5,3 persen (2018). Sektor
perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa jasa mampu menciptakan lapangan kerja tertinggi
indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai tambah yaitu sekitar 9,8 juta orang tenaga kerja, sedangkan
ekonomi kreatif yang mencapai 4,9 persen di tahun sektor industri hanya mampu menyerap sekitar 3,0
2016, dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,9 juta orang, dan tenaga kerja di sektor pertanian
miliar atau 13,8 persen dari total ekspor. Jumlah tenaga menurun sekitar 3,3 juta orang. Proporsi pekerja
kerja yang diserap di sektor ekonomi kreatif juga formal juga meningkat dari 42,3 persen pada 2015
meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 2014 menjadi menjadi 43,2 persen pada 2018.
17,4 juta orang di tahun 2017. Capaian ekspor dan
tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut telah melampaui Aktivitas peningkatan nilai tambah di berbagai
target-target dalam RPJMN 2015-2019. sektor belum sepenuhnya dapat mendorong
perbaikan perekonomian secara struktural. Upaya-
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, upaya afirmasi masih diperlukan khususnya untuk
berbagai sumber daya ekonomi saat ini dapat meningkatkan kapasitas dan nilai tambah usaha
dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini penting
kualitas yang semakin baik. Penetrasi ekonomi mengingat UMKM mempekerjakan sekitar 97,0
digital yang berlangsung cepat dan dinamis persen tenaga kerja di Indonesia.
telah membentuk lansekap ekonomi digital di
Indonesia saat ini tidak saja mencakup on demand Berbagai capaian pembangunan tersebut
services, e-commerce dan financial technology juga didukung dengan perbaikan tata kelola
(Fintech), namun juga penyedia layanan internet pembangunan. Salah satu capaian ditunjukkan dari
of things (IoT). Proyeksi perkembangan ekonomi perbaikan peringkat Ease of Doing Business (EoDB)
digital di Indonesia di antaranya ditunjukkan oleh dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun
pertumbuhan nilai transaksi e-commerce sebesar 2017. Peringkat EoDB turun menjadi 73 pada tahun
1.625 persen menjadi USD 130 miliar dalam 2018, meskipun skor distance to frontier (DTF) EoDB
periode 2013-2020. Layanan Fintech berbasis menunjukkan peningkatan dari 61,2 pada tahun 2015
peer-to-peer lending (P2P) sampai tahun 2020 juga menjadi 67,9 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan

36 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
tantangan bahwa meskipun Indonesia terus peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi
memperbaiki EoDB, negara-negara lain ternyata ke luar Jawa. Aspek-aspek tersebut juga menjadi
dapat memperbaiki lebih cepat. Percepatan dalam kunci sukses dari upaya percepatan pembangunan
perbaikan EoDB diharapkan dapat mendorong iklim kawasan industri dan kawasan pariwisata sebagai
usaha yang semakin kondusif. pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.

Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015- Perbaikan dari sisi tata kelola juga ditunjukkan dari
2018 juga ditunjukkan dari peningkatan realisasi peningkatan kualitas data dan informasi. Sensus
nilai investasi dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016
menjadi Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman telah memberikan pondasi bagi analisis ekonomi
Modal Dalam Negeri (PMDN) terus meningkat, dan dunia usaha untuk pembangunan ke depan.
meskipun proporsinya baru sebesar 45,6 persen. Perbaikan kualitas data produksi beras pada tahun
Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan 2016 juga menjadi basis bagi perbaikan kebijakan
kualitas investasi dengan meningkatkan proporsi pangan. Penataan data-data kemaritiman,
PMDN. Sebaran investasi juga menjadi aspek pariwisata, ekonomi kreatif dan investasi juga
yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi investasi dilaksanakan untuk meningkatkan keakurasian dari
masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan pencapaian target-target pembangunan dan basis
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga pengambilan kebijakan.
kerja terampil, kepastian lahan, dan harmonisasi

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 37


Lingkungan dan Isu Strategis

Keberlanjutan Sumber Gambar 2.2. Proyeksi Cadangan Sumber Daya Energi

Daya Alam
hingga 2045

12,000 Oil (Million Barel)


10,000

Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang 8,000

menjadi modal utama dalam pembangunan makin 6,000


berkurang. SDA tidak hanya menjadi sumber bahan 4,000
mentah bagi kebutuhan industri dalam negeri, tetapi
2,000
juga menjadi sumber devisa.
0

2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Dari sumber daya energi, salah satu tantangan adalah
menipisnya cadangan energi fosil, baik minyak, gas 180,000
Natural Gas (MMSCF x 1.000)
dan juga batubara. Penemuan cadangan minyak 160,000
140,000
dan gas bumi baru belum signifikan. Pada tahun 120,000

2017, reverse replacement ratio (RRR) minyak dan 100,000

gas bumi hanya sebesar 55,3 persen. Di sisi lain,


80,000
60,000
pemanfaatan sumber energi alternatif dan efisiensi 40,000

dalam penggunaan energi perlu ditingkatkan. 20,000


0
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Keberlanjutan pembangunan juga menghadapi
tantangan degradasi dan deplesi SDA terbarukan 50,000 Coal (Million Ton)
seperti hutan, air dan keanekaragaman hayati.
45,000
40,000
Walaupun laju deforestasi telah berkurang secara 35,000
signifikan dibandingkan sebelum tahun 2000, 30,000

tutupan hutan diperkirakan tetap menurun dari 50,0 25,000

persen dari luas lahan total Indonesia (188 juta ha)


20,000
15,000
di tahun 2017 menjadi sekitar 38,0 persen di tahun 10,000
2045. Hal ini akan berdampak pada kelangkaan air 5,000

baku khususnya pada pulau-pulau yang memiliki 0


2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044

tutupan hutan sangat rendah seperti Pulau Jawa,


Bali dan Nusa Tenggara. Resiko kelangkaan air Sumber: Bappenas, diolah
baku juga meningkat di wilayah lainnya sebagai
dampak perubahan iklim. Luas wilayah kritis air hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati
diperkirakan akan meningkat dari 6,0 persen di melalui kegiatan bioprospekting dapat memenuhi
tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. kebutuhan bahan baku obat, sandang, pangan,
rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
lndonesia sebagai negara dengan keanekaragaman dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
mengembangkan produk dari keragaman memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.

38 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 2.3. Proyeksi Keberlanjutan Hutan dan Air
hingga 2045 sarana prasanana produksi termasuk irigasi.
Ketidakpastian produksi dapat menyebabkan
fluktuasi harga pangan, misalnya beras rata-rata 0,6
persen per bulan. Dari sisi produsen, produktivitas
yang rendah dan fluktuasi harga menyebabkan
daya tawar petani (nilai tukar petani) masih rendah
yaitu sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017.
Tutupan Hutan Kelangkaan air Luas habitat ideal
berkurang dari 50% (93,4 di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Dalam pengelolaan
satwa langka terancam kelautan, isu utama yang dihadapi
Juta ha) Tahun 2017 hingga Tenggara meningkat hingga 2030. punah di empat pulau besar
tinggal 38% (71,4 juta ha) dari Proporsi luas wilayah krisis air adalahJawa,
(Sumatra, masih belum terintegrasinya tata ruang laut dan
Kalimantan
total lahan Indonesia (188 meningkat dari 6,0% di tahun darat. Saat ini Rencana
dan Sulawesi) berkurang dari Tata Ruang Wilayah (RTRW)
juta ha) di tahun 2045 2000 menjadi 9,6% di tahun 2045. 80,3% di tahun 2000
Kualitas air diperkirakan juga dan Rencana
menjadi 49,7 % di Zonasi
tahun Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
menurun signifikan
Kecil (RZWP3K)
2045.
ditetapkan dengan peraturan daerah
Sumber: Perhitungan Bappenas yang terpisah. Salah satu permasalahannya berkaitan
dengan belum tersedianya pedoman penyelerasasn
RZWP3K dan RTRW Provinsi. Permasalahan lainnya
adalah masih tingginya pencemaran laut khususnya
sampah plastik di laut sekitar 1,29 juta ton/tahun. .

Efektivitas Tata Kelola Di sisi pengelolaan dan pemanfaatan energi,


Sumber Daya Ekonomi kondisinya saat ini dirasakan masih kurang efisien.
Terdapat gap yang besar antara intensitas energi
primer (500 SBM/miliar Rupiah) dan energi final
Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi (325 SBM/miliar Rupiah). Selain itu, pemanfaatan
tantangan terkait daya dukung lingkungan, batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
ketersediaan lahan, keterbatasan infrastruktur, belum maksimal. DMO batubara saat ini baru
penataan ruang, serta kesejahteraan petani-nelayan mencapai 23,5 persen dari produksi batubara
dan masyarakat yang bergantung penghidupannya sebesar 548 juta ton pada tahun 2018.
pada pemanfaatan sumber daya alam.
Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan energi
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian lainnya yang perlu ditangani yaitu (1) kecukupan
menghadapi isu semakin meningkatnya kebutuhan pasokan energi terutama gas; dan listrik untuk
akan lahan dan air sebagai dampak dari peningkatan memenuhi kebutuhan sektor riil; (2) inefisiensi dalam
aktivitas perekonomian. Kondisi ini menyebabkan penyediaan infrastruktur energi karena perbedaan
peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan antara lokasi produksi dan pemanfaatan energi;
dan air, khususnya di antara sektor pertanian, (3) kualitas dan kehandalan penyaluran energi
industri, dan perumahan. terutama di luar Jawa; (4) pemanfaatan energi
belum memberi dampak pengembangan ekonomi
Isu lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan secara luas; dan (5) konsumsi energi yang belum
kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan efisien. Penghematan energi di sektor industri,
populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, transportasi, bangunan dan sarana komersial perlu
produksi pangan sangat juga dipengaruhi oleh terus ditingkatkan dengan potensi penghematan
faktor musim, serta ketersediaan dan kehandalan sekitar 30,0 persen dari penggunaan energi saat ini.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 39


Transformasi Struktural
Berjalan Lambat

Setelah era reformasi pada tahun 1998, Indonesia jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang
belum mampu melanjutkan transformasi sosial rendah. Sektor industri, yang memiliki potensi
ekonomi yang terhenti akibat krisis. Rata-rata terbesar untuk mendorong pertumbuhan, masih
pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus menghadapi tantangan kenaikan upah tenaga
turun dari sebelumnya mencapai 6,0 persen pada kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
periode 1990-2000 hingga mencapai rata-rata produktivitas yang setara.
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015.

Gambar 2.5. Tingkat Pendidikan Pekerja di Indonesia


Kondisi tranformasi struktural yang berjalan lambat
140
ini juga ditandai dengan kontribusi PDB industri yang 11,32 11,65
11,09
menurun menjadi 19,9 persen. Di sisi lain, kontribusi 120 8,26 9,56
3,29 3,46
2,96 3,09 3,42
PDB sektor primer sebesar 20,9 persen dan kontribusi 100 10,52 10,84 12,17 12,59 13,68

PDB sektor jasa terus meningkat menjadi sekitar 59,2 80 18,58 19,81 20,41 21,13 22,34
persen pada tahun 2018. 20,35 20,7 21,36 21,72 22,43
60

40
Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya
53,96 50,83 49,97 50,98 50,46
transisi sumber pertumbuhan dari sektor primer 20

ke tersier. Namun transisi ekonomi tersebut belum 0


mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. 2014 2015 2016 2017 2018

Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
kerja dari sektor primer didominasi oleh sektor Sumber: BPS

Gambar 2.4. Perbandingan Produktivitas di Berbagai Sektor

Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)

40 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan Lambatnya transformasi struktural di Indonesia
dengan kualitas SDM yang rendah, dimana juga berkaitan dengan rendahnya ekspor. Rasio
tenaga kerja masih didominasi oleh lulusan SD nilai ekspor/PDB Indonesia baru mencapai 19,0
(40,7 persen), sementera tidak semua tenaga persen, atau jauh di bawah Thailand (69,0 persen),
kerja lulusan pendidikan yang lebih tinggi memiliki Vietnam (93,0 persen) dan Singapura (172,0
kesiapan dan kapasitas sesuai kebutuhan dunia persen). Keunggulan sumber daya alam yang ada
kerja. Mismatch keterampilan, kesenjangan kualitas di Indonesia juga belum banyak diolah menjadi
pendidikan antarwilayah, keterbatasan talenta untuk produk bernilai tambah tinggi, seperti ditunjukkan
siap dilatih dan bekerja menjadi isu-isu yang perlu dengan ekpor produk Indonesia yang didominasi
ditangani dalam peningkatan produktivitas. oleh komoditas (lebih dari 50 persen), terutama
olahan CPO, logam dasar, karet dan makanan.

Gambar 2.6 Kondisi Ekspor Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain

Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)

Gambar 2.7 Persentase Ekspor Industri Berteknologi Tinggi


40

35

30

25

20

15

10

0
1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Indonesia Thailand Vietnam India Brazil Turki


Sumber: Bank Dunia, diolah

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 41


Gambar 2.8. Keterkaitan Hulu-Hilir yang Menurun
dalam 15 Tahun Terakhir besar investasi masih menyasar pasar dalam negeri
yang besar, dan belum banyak yang berorientasi
ekspor. Investasi juga bergeser dari sektor sekunder
ke sektor tersier dalam dua tahun terakhir.

Indonesia juga belum bisa memanfaatkan diplomasi


ekonomi secara optimal untuk mendukung
investasi dan ekspor. Hal ini berkaitan dengan isu
(1) belum terpadunya kebijakan dan koordinasi
diplomasi ekonomi, (2) belum optimalnya kapasitas
aparatur pelaksana diplomasi ekonomi, (3)
belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang
Sumber: Analisis Bappenas menghambat pelaksanaan perundingan perjanjian
dagang, (4) belum adanya pengaturan terkait
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor investasi ke luar negeri, serta (5) belum optimalnya
komoditas menggambarkan tiga isu dalam struktur sinergi dari pemerintah, swasta dan masyarakat
industri nasional yang perlu ditangani ke depan. untuk mendoring diplomasi ekonomi yang efektif.
Pertama, adanya disharmoni antara sektor hulu dan
hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/ Transformasi struktural yang berjalan lambat juga
nilai industri nasional sehingga daya saing industri ditunjukkan oleh dominasi usaha skala mikro dalam
nasional rendah. Kedua, kapasitas inovasi di struktur pelaku usaha nasional (99,0 persen).
Indonesia rendah seperti yang ditunjukkan ekspor Kondisi ini menunjukkan adanya hollow middle
produk industri berkandungan teknologi tinggi asal yang menjadikan kapasitas dunia usaha untuk
Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan membangun keterkaitan hulu-hilir menjadi terbatas.
negara-negara yang setara. Upaya untuk meningkatkan skala usaha UMKM
saat ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Ketiga, kualitas investasi rendah dimana proporsi Fasilitasi UMKM untuk berkoperasi dalam rangka
PMDN masih lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan efisiensi dan skala ekonomi juga masih
PMA. Harapan adanya transfer teknologi dan menghadapi tantangan kapasitas koperasi untuk
pengetahuan dari masuknya investasi asing yang menjadi usaha yang modern dan profesional.
dapat mendorong inovasi dan diversifikasi produk
ekspor juga belum sepenuhnya terwujud. Sebagian Di sisi lain, percepatan transformasi struktural masih
dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kapasitas
Gambar 2.9. Pergeseran Investasi ke Sektor Tersier
kewirausahaan di Indonesia. Perbaikan dari sisi
54,8 50,9 kewirausahaan ditunjukkan dari rasio kewirausahaan
43,3 42,4 di Indonesia yang sudah mencapai 3,2 persen pada
Sektor Primer tahun 2017. Kondisi ini ditunjang oleh tren peningkatan
30,7 30,8
39,3 39,6 Sektor Sekunder masyarakat yang berwirausaha dalam beberapa
Sektor Tersier tahun terakhir. Data Global Entrepreneurship Monitor
18,0 18,3 (2017) menunjukkan bahwa minat dan motivasi
17,4 14,5 masyarakat untuk berwirausaha cukup tinggi yaitu
2015 2016 2017 2018 47,74 persen atau lebih besar dari rata-rata global
Sumber: BKPM, diolah sebesar 43,43 persen. Tren ini sejalan dengan

42 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
perkembangan ekonomi digital yang membuka nilai tambah industri secara agregat dalam
banyak kesempatan berusaha. perekonomian.

Tantangannya adalah minat berwirausaha tersebut Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
belum diikuti dengan kapasitas yang memadai era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi kesiapan
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti
wirausaha merupakan usaha mencontoh dan yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index,
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139
bisnis, pasar dan inovasi. negara. Sementara negara-negara yang setara
memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia
(peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun
Industry
Revolusi Industri 4.0 dan
jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan
4.0

Ekonomi Digital oleh masyarakat.

Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan
gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi mendorong transformasi dalam pemerintahan, model
pengintegrasian informasi untuk tujuan peningkatan usaha dan pola hidup masyarakat juga dianggap
produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan. kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
Competitiveness Ranking tahun 2017 dimana
Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki Indonesia berada pada peringkat ke 59 dari 63 negara.
potensi yang besar untuk tujuan peningkatan nilai Cara beradaptasi, integrasi informasi teknologi,
tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan dan kerangka peraturan menjadi isu-isu yang perlu
Industry 4.0 sepanjang rantai nilai dapat diperbaiki agar Indonesia dapat memanfaatkan
meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi kemajuan teknologi digital bagi pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kualitas hidup.
Gambar 2.10. Network Readiness Index Negara-negara
di Asia Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia
Iklim Politik dan Peraturan
6 berkaitan dengan pengembangan SDM dan
Dampak Sosial 5 Iklim Usaha dan persaingan usaha. Era digitalisasi membawa
4 Inovasi
3 dampak pada perubahan pola bekerja dan
Dampak
Ekonomi
2 Infrastruktur dan berpotensi menghilangkan pekerjaan yang
1 Konten Digital
0 bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain, pola
Penggunaan Keterjangkauan perdagangan dan penyediaan layanan berbasis
oleh Pemerintah daring serta penggunaan pembayaran nontunai
Penggunaan oleh Harga/Keterjangkauan menjadikan banyak model usaha konvensional
Dunia Usaha
Penggunaan
tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan adanya
oleh Individu kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh
Indonesia Thailand dalam pemanfaataan transformasi digital bagi
Malaysia China
keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan
ekonomi, serta perbaikan kualitas kehidupan sosial
Sumber: Global Information Technology Report, World Economic dan lingkungan.
Forum (2016)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 43


Sasaran, Target dan Indikator

Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan pembangungan ekonomi yang berkelanjutan;
diwujudkan dalam rangka memperkuat ketahanan dan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
adalah sebagai berikut: ekspor dan daya saing perekonomian
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas Target-target yang akan diwujudkan secara terinci
sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sasaran, Indikator dan Target Tahun 2020-2024

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024


A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi pembangungan
ekonomi yang berkelanjutan
1. Porsi EBT dalam bauran energi
13,4% 20%
nasional (7.2.1*)
2. Penyediaan energi nasional 287,2 MTOE 375,9 MTOE
Pemenuhan 3. Kapasitas terpasang pembangkit EBT 14,5 GW 37,3 GW
kebutuhan 4. Produksi biodiesel 7,7 juta kilo liter 10,8 juta kilo liter
energi dengan 5. Produksi bioetanol 0,8 juta kilo liter 2,7 juta kilo liter
mengutamakan
1 6. Intensitas energi primer (7.3.1*) 421 SBM/Rp. Milliar 404 SBM/Rp. Miliar
peningkatan
energi baru 7. Intensitas energi final 225 SBM/Rp. Milliar 213 SBM/Rp. Miliar
terbarukan 8. Domestic Market Obligation (DMO)
44,9% 50,8%
(EBT) Batubara
9. Domestic Market Obligation (DMO)
27% 31%
Gas untuk industri
10. TKDN Sektor pembangkit EBT 30% 40%
1. Produktivitas air (water productivity) US$4/m 3
US$5,4/m3
2. Luas tutupan hutan dengan indeks
65 juta ha 65 juta ha
Peningkatan jasa ekosistem tinggi**
kuantitas/ 3. Pemenuhan air untuk irigasi 0,90 kg/m3 1,12 kg/m3
ketersediaan
4. Pemenuhan air untuk domestik dan
2 air untuk 20 m3/detik 90 m3/detik
kawasan industri
mendukung
pertumbuhan 5. Pemenuhan air untuk energi (PLTA/M/
5.774 MW 8.304 MW
ekonomi MH)
6. Koefisien limpasan 0,5-0,6 0,4
7. Kapasitas tampungan air** 57,33 m / kapita
3
63,93 m3/ kapita

44 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 93,3 96,3
2. Angka Kecukupan Energi (AKE)
2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari
(2.1.2(a))
3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari
4. Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan (Prevalence of 6,40 5,38
Undernourishment/PoU)
5. Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau
5,21 4,05
Berat (Food Insecurity Experience
Scale/FIES)
58,3 kg/kapita/ 60,9 kg/kapita/
6. Konsumsi ikan (2.2.2(c))
tahun tahun
Peningkatan 7. Konsumsi daging 7,1 kg/kapita/ tahun 9,7 kg/kapita/ tahun
ketersediaan,
260,2 gram/kapita/ 316,3 gram/kapita/
akses dan 8. Konsumsi sayur dan buah
3 tahun tahun
kualitas
konsumsi 1 varietas unggul 1 varietas unggul
9. Jumlah fortifikasi dan biofortifikasi
pangan baru baru
10. Produksi beras (gabah kering giling) 59,63 juta ton 67,12 juta ton
11. Nilai tambah per tenaga kerja Rp 36,19 juta/ Rp 45,44 juta/
pertanian (2.3.1*) tenaga kerja tenaga kerja
30 varietas unggul 30 varietas unggul
12. Jumlah varietas unggul tanaman dan
tanaman baru dan tanaman baru dan
hewan untuk pangan yang dilepas
10 galur hewan 10 galur hewan
(2.5.1*)
ternak ternak
13. Tingkat adopsi teknologi pertanian
80% 95%
oleh petani
14. Sumber daya genetika tanaman
dan hewan sumber pangan yang 3.100 aksesi 3.100 aksesi
terlindungi/tersedia (2.5.2*)
15. Global food security index 56,9 64,1
1. Konservasi kawasan kelautan (14.5.1*) 22,0 juta ha 24,5 juta ha
2. Pengelola WPP (14.2.1(b)) 11 unit 11 unit
3. Integrasi Rencana Tata Ruang
(RTRW) dan Rencana Zonasi (RZ)
0 RTRW RZ 10 RTRW RZ
serta penyelesaian perencanaan tata
Peningkatan ruang laut dan zonasi pesisir
pengelolaan
4 4. Pemetaan bathimetri prioritas skala
kemaritiman 63% 100%
1:50.000
dan kelautan
5. Proporsi tangkapan jenis ikan yang
berada dalam batasan biologis yang 64% 80%
aman (14.4.1*)
6. Produksi ikan 15,5 juta ton 19,6 juta ton
7. Produksi rumput laut 15,8 juta ton 20,0 juta ton
8. Produksi garam 3,0 jutan ton 3,8 juta ton

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 45


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
9. Jumlah provinsi dengan peningkatan
akses pendanaan usaha nelayan 34 provinsi 34 provinsi
(14.b.1(a))
10. Jumlah hasil riset yang diadopsi/
5 hasil riset 10 hasil riset
diterapkan
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, ekspor, dan daya saing perekonomian
1. Rasio kewirausahaan nasional 3,55-3,80 3,75-4,15%
2. Indeks motivasi berusaha 11,48 12,55
3. Pertumbuhan wirausaha baru 3% 5%
4. Presentase UMKM yang melakukan
7% 10%
kemitraan
Penguatan 5. Rasio kredit UMKM terhadap total
19,75% 22%
kewirausahaan kredit perbankan (8.10.1(b))
dan Usaha 6. Proporsi IKM dengan pinjaman/kredit
5 2,35% 5%
Mikro, Kecil (9.3.2*)
dan Menengah 7. Pertumbuhan volume usaha koperasi 20% 25%
(UMKM )
8. Jumlah sentra industri kecil dan 50 Sentra
menengah (IKM) diluarJawa yang 10 Sentra (kumulatif 2020-
beroperasi 2024
9. Proporsi nilai tambah IKM terhadap
18,5% 20%
total nilai tambah industri (9.3.1*)
10. Kontribusi usaha sosial 1,90% PDB 2,50 % PDB
1. Pertumbuhan PDB pertanian 3,77-3,79% 3,90-4,03%
2. Kontribusi PDB kemaritiman 6,50% 7,80-9,00%
3. Pertumbuhan PDB industri (9.2.1(a)) 5,00-5,40% 5,93-8,35%
4. Kontribusi PDB industri (9.2.1*) 19,82-19,85% 20,06-21,28%
5. Pertumbuhan PDB industri non migas 5,58-6,00% 6,11-8,36%
6. Pertumbuhan PDB subsektor industri
8,09-8,22% 8,57-8,79%
makanan dan minuman
7. Kontribusi PDB pariwisata (8.9.1*) 4,8% 5,5%
Peningkatan
8. Destinasi pariwisata prioritas 10 destinasi 10 destinasi
nilai tambah
6 dan investasi di 9. Revitalisasi destinasi 0 destinasi 1 destinasi
sektor riil, dan 10. Destinasi wisata alam berkelanjutan
12 klaster 12 klaster
industrialisasi berbasiskan taman nasional
11. Destinasi wisata bahari 8 destinasi 8 destinasi
Rp.1.305-Rp.1.307 Rp.1.840-1.890
12. Nilai tambah ekonomi kreatif
triiun triliun
13. Pertumbuhan PDB informasi dan
7,26-7,54% 7,54– 8,78%
telekomunikasi
14. Pertumbuhan investasi (PMTB) 7,0-7,3% 6,95– 8,94%
15. Peringkat kemudahan berusaha di
Menuju 40 Menuju 35
Indonesia (ranking EoDB)

46 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
Rp.872,6-Rp.878,5 Rp.1.353,5-
16. Realisasi PMA dan PMDN
triliun Rp.1.506,4 triliun
17. Kontribusi PMDN terhadap total
46,2-46,3% 49,1-49,6%
realisasi PMA dan PMDN
18. Kontribusi realisasi PMA dan PMDN
37,3% 56,7– 61,0%
sektor manufaktur
Rp.528,4-565,1 Rp.744,7-814,0
19. Capex BUMN
trilliun triliun
20. Jumlah Kawasan Industri (KI) yang 5 KI dan 8 KEK 16 KI dan 8 KEK
difasiliasi di luar Jawa Industri Industri
21. Jumlah kawasan industri halal 2 Kawasan 3 Kawasan
22. Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
1. Penyediaan lapangan kerja per tahun 2,7-3,0 juta orang 2,7-3,0 juta orang
2. Laju pertumbuhan PDB per tenaga
4,5-5,5% 5,0-7,0%
kerja (8.2.1*)
3. Kontribusi tenaga kerja industri
14,2% 15,7%
(9.2.2*)
4. Jumlah tenaga kerja industri 19,7 juta orang 22 juta orang
5. Jumlah tenaga kerja pariwisata
13 juta orang 15 juta orang
(8.9.2*)
Peningkatan 6. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif 19 juta orang 21 juta orang
produktivitas
7 tenaga kerja 7. Proporsi pekerja berkeahlian
43% 50%
dan penciptaan menengah dan tinggi
lapangan kerja 8. Proporsi angkatan kerja 45% 52,1%
berpendidikan menengah ke atas
9. Jumlah lulusan pendidikan vokasi 1,82 juta orang 2,16 juta orang
10. Jumlah lulusan pelatihan vokasi 2 juta orang 3,8 juta orang
11. Jumlah lulusan pendidikan dan
pelatihan vokasi berserfitikat 2 juta orang 2,8 juta orang
kompetensi
12. Jumlah penerima manfaat skema
2 juta orang 3,8 juta orang
pendanaan pengembangan keahlian

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 47


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa 5,26-6,61% 6,87-8,36%
2. Pertumbuhan ekspor nonmigas 7,48-9,13% 10,45-13,05%
3. Nilai ekspor produk perikanan USD 6,17 miliar USD 7,94 miliar
4. Nilai ekspor produk industri kehutanan USD 2,4 miliar USD 3,5 miliar
5. Pertumbuhan ekspor pertanian 9-10% 9-10%
6. Kontribusi ekspor industri 49,0-50,0% 58,0-65,0%
7. Kontribusi ekspor produk industri
10,8-11,0% 13,0-15,0%
berteknologi tinggi
8. Rasio ekspor jasa terhadap PDB 2,8-2,9% 3,6-3,7%
9. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) USD 19-21 miliar USD 28-34 miliar
10. Jumlah wisatawan mancanegara
18,5 juta orang 25-28 juta orang
(8.9.1(a))
Peningkatan USD 21,5-22,6 USD 24,5-25,8
11. Nilai ekspor ekonomi kreatif
ekspor bernilai miliar miliar
tambah tinggi 12. Produk industri yang mendapatkan 1.000 produk per 1.000 produk per
dan penguatan sertifikat TKDN tahun tahun
8
Tingkat 350-400 juta
Kandungan 13. Jumlah wisatawan nusantara (8.9.1(b) 310 juta perjalanan
perjalanan
Dalam Negeri 14. Jumlah sektor prioritas yang difasilitasi
(TKDN) investasi dalam jaringan produksi 3 Sektor 5 Sektor
global
15. Jumlah promosi Tourism, Trade and 8 Promosi 8 Promosi
Investment (TTI) terintegrasi Terintegrasi Terintegrasi
16. Jumlah negara akreditasi yang
90 negara 98 negara
meningkat nilai perdagangan
17. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan jumlah 70 negara 78 negara
wisatawan mancanegara ke Indonesia
18. Jumlah ratifikasi perjanjian kerjasama
4 ratifikasi 4 ratifikasi
ekonomi internasional
19. Pertumbuhan jumlah produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa 5% 5%
pemerintah

48 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB 4,18-4,21% 4,25-4,40%
2. Rasio M2/PDB 40,5-40,59% 40,85-42,05%
3. Jumlah ATM per 100.000
55,84 unit 57,51 unit
penduduk(8.10.1*)
4. Kontribusi ekonomi digital 3,17% 4,66%
5. Skema pembiayaan berbasis HKI 0 skema 1 skema
6. Biaya logistik terhadap PDB 23,2% 19%
7. Skor logistic performance index 3,2 3,5
8. Tingkat Inflasi 3 ± 1 Persen 3 ± 1 Persen
9. Nilai transaksi e-commerce Rp. 260 triliun Rp. 600 trilun
10. Jumlah pelaku kreatif yang difasilitasi
15.000 orang 15.000 orang
infrastruktur TIK
11. Jumlah perusahaan yang menerapkan
1.845 perusahaan 5.000 perusahaan
Penguatan pilar sertifikasi SNI ISO 14001 (12.6.1(a))
pertumbuhan 12. Jumlah lokasi penerapan sustainable
9 12 lokasi 22 lokasi
dan daya saing tourism development (12.b.1)
ekonomi 13. Peringkat Travel and Tourism
40*** 29-34
Competitiveness Index
14. Rasio pajak (17.1.1(a)) 10,9-11,3% 12,7-14,2%
15. Pembentukan badan penerimaan
0 unit 1 unit
pajak
16. Pembaharuan sistem inti administrasi
perpajakan (core tax administration 13,8% Selesai
system)
17. Ketersediaan data statistik ekonomi
2 database 2 database
kreatif
18. Ketersediaan data statistik pariwisata 3 database 3 database
19. Ketersediaan data statistik
1 database 1 database
e-commerce
20. Perbaikan data produksi pangan
2 database 3 database
(beras, jagung, kedelai)

Keterangan:
Beberapa sasaran belum memiliki target karena masih dalam tahap perhitungan
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Indikator nasional sebagai indicator tambahan atau proksi dari indikator global untuk SDGs yang masih dikembangkan
*** Indeks TTCI diukur setiap tahun ganjil, sehingga target tahun 2020 merupakan target tahun 2019
Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 49


Arah Kebijakan dan Strategi

Pengelolaan Sumber
Daya Ekonomi

Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber memperbaharui kawasan hutan dengan indeks
daya ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: jasa ekosistem tinggi sebagai kawasan lindung
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan air; (2) menyediakan air untuk pertanian, (3)
mengutamakan peningkatan energi baru menyediakan air untuk domestik dan industri; (4)
terbarukan (EBT) yang akan dilaksanakan menyediakan air untuk energi, (5) memelihara,
dengan strategi (1) mengakselerasi memulihkan, dan konservasi sumber daya air
pengembangan pembangkit energi terbarukan; dan ekosistemnya termasuk infrastruktur hijau; (6)
(2) meningkatkan pasokan bahan bakar nabati; mengoptimalkan pemanfaatan waduk multiguna.
(3) meningkatkan pelaksanaan konservasi dan
efisiensi energi; (4) meningkatkan pemenuhan Pemeliharaan, pemulihan dan konsevasi
energi bagi industri; (5) mengembangkan sumber daya air dan ekosistemnya salah
industri pendukung EBT. satunya dilaksanakan melalui revitalisasi danau
di 5 danau prioritas nasional (Danau Maninjau,
Pemanfaatan sumber daya gas bumi dan Danau Rawa Pening, Danau Sentarum, Danau
batubara untuk industri dan kelistrikan ke depan Limboto, dan Danau Sentani).
akan difokuskan pada (1) pemanfaatan gas dari
ladang Blok A Aceh, Natuna Timur, Jambaran (iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
Tiung Bumi (Jawa Timur), Tangguh Train 3 dan konsumsi pangan yang akan dilaksanakan
Asap-Kido-Merah (Papua Barat), dan Abadi dengan strategi (1) meningkatkan kualitas
(Maluku); dan (2) pemanfaatan batubara dari konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan pangan; (2) mengingkatkan ketersediaan
Kalimantan Timur. pangan hasil pertanian; (3) meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan sumber daya
Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan manusia (SDM) pertanian; (4) meningkatkan
juga akan dipenuhi melalui pengembangan produktivitas dan keberlanjutan sumber daya
potensi energi terbarukan di Kawasan Industri pertanian; (5) meningkatkan tata kelola sistem
yang dikombinasikan dengan energi yang pangan nasional.
telah tersedia. Pola penyediaan ini akan
difokuskan pada Kawasan Industri di Sumatera Pengelolaan sumber daya pangan akan
bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, difokuskan pada (1) daerah sentra produksi
Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di
dan selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2) daerah
yang rentan kelaparan dan stunting, dan daerah
(ii) Peningkatan kuantitas/ketersediaan air miskin dan perbatasan di Maluku dan Papua.
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
yang dilaksanakan dengan strategi (1) (iv) Peningkatan pengelolaan kemaritiman dan

50 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kelautan yang dilaksanakan dengan strategi: meningkatkan penciptaan peluang usaha; (5)
(1) meningkatkan ekosistem kelautan dan meningkatkan nilai tambah usaha sosial.
pemanfaatan jasa kelautan; (2) meningkatkan
pengelolaan Wilayah Pengelolaan Perikanan (ii) Peningkatan nilai tambah dan investasi
(WPP) dan penataan ruang laut dan rencana di sektor riil, dan industrialisasi yang
zonasi pesisir; (3) meningkatkan produksi, dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan
produktivitas, standardisasi, mutu dan nilai industri berbasis pertanian, perikanan,
tambah produk kelautan dan perikanan; (4) kemaritiman, dan non agro yang terintegrasi
meningkatkan fasilitasi usaha, pembiayaan, hulu-hilir; (2) meningkatkan daya saing destinasi
dan akses perlindungan pelaku usaha kelautan dan industri pariwisata, termasuk wisata
dan perikanan skala kecil serta akses terhadap alam, yang didukung penguatan rantai pasok
pengelolaan sumber daya; (5) meningkatkan dan ekosistem pariwisata; (3) meningkatkan
SDM, riset kemaritiman dan kelautan nilai tambah dan daya saing produk kreatif
serta perbaikan sistem database kelautan dan digital; (4) memperbaiki iklim usaha dan
dan perikanan; (6) menyusun pedoman meningkatkan investasi; (5) meningkatkan
penyelerasan RZWP3K dan RTRW Provinsi. industrialisasi berbasis hilirisasi sumber daya
alam, termasuk melalui pengembangan smelter
Pengelolaan perikanan akan difokuskan dan kawasan industri terutama di luar Jawa; (6)
pada penguatan manajemen di 11 WPP, meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta daya
dan pengembangan sentra-sentra produksi saing BUMN; (7) meningkatkan industri halal
perikanan yang berdaya saing. Pengembangan dan produk sehat.
komoditas utama perikanan dan kelautan
mencakup komoditas udang, tuna, rumput laut, Akselerasi industrialisasi berbasis pertanian
rajungan dan ikan nila serta garam akan dilakukan dan non pertanian akan difokuskan pada (1)
di provinsi-provinsi yang memiliki keunggulan industri hulu strategis agro, kimia dan logam;
kompetitif wilayah di Sumatera, Sulawesi, Nusa dan (2) industri yang memiliki kontribusi nilai
Tenggara, Jawa, Maluku dan Papua. tambah dan daya saing yang tinggi yaitu
makanan minuman, farmasi dan alat kesehatan,
alat transportasi termasuk yang berbahan
bakar listrik, elektrikal dan elektronik, mesin dan
Peningkatan Nilai peralatan, tekstil dan produk tekstil, dan alas
Tambah Ekonomi kaki.

Dukungan bagi industrialisasi terintegrasi hulu-


Arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai hilir dan yang berbasis hilirisasi sumber daya
tambah ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: alam, salah satunya dilaksanakan melalui
(i) Penguatan kewirausahaan dan usaha pengembangan Kawasan Industri (KI) atau
mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di luar Jawa
dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan yang mencakup (1) fasilitasi investasi dan
kemitraan usaha antara Usaha Mikro Kecil dan perizinan pembangunan kawasan industri (KI)
Usaha Menengah Besar; (2) meningkatkan akses Teluk Weda, KI/KEK Galang Batang, KI Batulicin,
pembiayaan bagi wirausaha; (3) meningkatkan KI Ketapang, KI Buluminung, KI/KEK Palu, KI
kapasitas, jangkauan, dan inovasi koperasi; (4) Surya Borneo, KI/KEK Arun Lhokseumawe, KI/

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 51


KEK Sei Mangkei, dan KI/KEK Bitung, (2) fasilitasi peningkatan lama tinggal dan pengeluaran
koordinasi, perizinan dan pembangunan KI wisatawan sebagai hasil dari perbaikan
Kuala Tanjung, KI Bintan Aerospace, KI Tanjung aksesibilitas, atraksi dan amenitas di 10
Enim, dan KI Jorong, (3) inisiasi kerjasama Destinasi Pariwisata Prioritas termasuk KEK
pembangunan KI Tanah Kuning, KI Madura, (Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung
KI Teluk Bintuni, KI Tanggamus, KI Sadai, KI Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Tua
Kemingking, dan KI Way Pisang, (4) percepatan Jakarta, Borobudur dan sekitarnya, Bromo-
pembangunan KEK Sorong, KEK Maloy Batuta Tengger-Semeru, Lombok-Mandalika, Labuan
Trans Kalimantan (MBTK), dan KEK Tanjung Api- Bajo, Wakatobi dan Morotai). Dukungan juga
Api. KI Teluk Bintuni difasilitasi dengan skema diberikan untuk peningkatan keberlanjutan
Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha pariwisata Bali dan penguatan 11 destinasi
(KPBU). Dukungan untuk Kawasan Industri juga potensial (Sabang, Padang-Bukittingi, Batam-
mencakup penyiapan SDM terampil melalui Bintan, Palembang, Bandung-Pangandaran,
kerja sama vokasi yang melibatkan Kementerian/ Banyuwangi, Singkawang-Sentarum, Derawan,
Lembaga, lembaga pendidikan, industri dan Makassar-Selayar-Toraja, Manado-Bitung,
Pemerintah Daerah. Beberapa kawasan industri Raja Ampat). Jenis pariwisata yang akan
juga akan difasilitasi untuk menyusun Rencana dikembangkan dan ditingkatkan diversifikasinya
Rinci Tata Ruang/Rencana Detil Tata Ruang antara lain (1) wisata alam (ekowisata, wisata
(RRTR/RDTR) di sekitar kawasan industri. bahari, wisata petualangan); (2) wisata budaya
(heritage tourism, wisata sejarah, wisata kuliner,
Khusus kawasan industri di pantai utara wisata kota yang difokuskan pada Urban
Jawa akan diintegrasikan dengan dukungan Heritage Regeneration di 10 Destinasi Pariwisata
konektivitas serta pasokan energi dan sumber Prioritas, dan wisata desa); (3) wisata buatan
daya manusia (SDM) yang memadai. Dukungan (meeting-incentive-convention-exhibition/MICE,
ini diharapkan dapat menurunkan biaya, serta dan wisata olah raga).
meningkatkan produktivitas dan daya saing
industri. Wisata alam antara lain dikembangkan di 12
klaster destinasi wisata alam prioritas yang
Hilirisasi sumber daya alam melalui mencakup (1) Klaster Weh dan sekitarnya (KSPN
pembangunan smelter akan difokuskan di Weh dan TWA Sabang); (2) Klaster Danau Toba
Konawe Selatan (Nikel), Bombana (Nikel), (Taman Nasional/TN/KSPN Gunung Leuseur
Kolaka (Nikel), Tanah Bumbu (Nikel), Halmahera dan TN Batang Gadis); (3) Klaster Padang (TN/
(Nikel), Wua-Wua (Nikel), Konawe Utara (Nikel), KSPN Kerinci Seblat dan TN/KSPN Siberut); (4)
Morowali (Nikel), Halmahera Selatan (Nikel), Klaster Bandung-Pangandaran dan sekitarnya
Lingga (Nikel), Bintan (Nikel), Tanjung Balai (KSPN Bandung-Pangandaran, Kamojang, TWA
Karimun (Nikel), Sebuku (Besi), Saur (Besi), Papandayan, TN Gunung Gede Pangrango dan
Kotawaringin Barat Timbal), Bogor (Timbal), TN Gunung Halimun Salak (5) Klaster Borobudur
Gresik (Tembaga), dan Sumbawa Barat dan sekitarnya (TN/KSPN Gunung Merapi dan
(Tembaga). TN/KSPN Gunung Merbabu); (6) Klaster Bromo-
Tengger-Semeru (TN/KSPN Bromo-Tengger-
Dalam lima tahun mendatang, peningkatan Semeru); (7) Klaster Banyuwangi (TN/KPPN
nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada Alas Purwo, TN/KPPN Meru Betiri, TN/KSPN

52 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Baluran, dan Taman Wisata Alam/TWA/KSPN
Kawah Ijen; (8) Klaster Lombok-Mandalika Lokasi pengembangan wisata alam dan wisata
(TN/KSPN Gunung Rinjani dan TWA Gunung bahari selaras dengan 10 Destinasi Pariwisata
Tunak); (9) Klaster Labuan Bajo (TN/KSPN Prioritas, dan 11 destinasi potensial.
Komodo, TN/KSPN Gunung Tambora, dan TN/
KSPN Kelimutu); (10) Klaster Makassar-Selayar Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital
(TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung dan TN/ ke depan difokuskan pada 6 klaster di Jawa
KSPN Takabonerate); (11) Klaster Wakatobi (Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Kulon
(TN/KSPN Wakatobi dan TN/KPPN Rawa Aopa Progo, Semarang, Surabaya dan Malang),
Watumohai); dan (12) Klaster Manado (TN/ Bali, Medan dan Makassar. Sektor yang akan
KSPN Bunaken dan TWA Tangkoko). diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi
dan konten digital, games, film, dan musik.
Pengembangan wisata alam juga dilengkapi Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan
dengan pengembangan destinasi berbasis secara bertahap di wilayah lain yang memiliki
taman alam (Geopark) dan wisata bahari. potensi nilai tambah yang besar.
Destinasi pariwisata Geopark mencakup
Geopark Kaldera Toba, Sawah Lunto, Belitong, (iii) Peningkatan produktivitas tenaga kerja
Natuna, Ciletuh-Palabuhanratu (Geopark dan penciptaan lapangan kerja yang akan
Global), Pongkor, Gunung Sewu (Geopark dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan
Global), Kr. Sambung-Kr. Bolong, Banyuwangi, peran dan kerja sama pendidikan dan pelatihan
Batur (Geopark Global), Rinjani (Geopark vokasi dengan dunia usaha; (2) meningkatkan
Global), Tambora, Maros dan Raja Ampat. kualitas penyelenggaraaan pendidikan dan
pelatihan vokasi; (3) meningkatkan sertifikasi
Destinasi wisata bahari yang dikembangkan kompetensi; (4) meningkatkan tata kelola
antara lain di Kawasan Konservasi Perairan pendidikan dan pelatihan vokasi.
Nasional (KKPN) dan Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD). Lokasi KKPN yang (iv) Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi
dikembangkan meliputi Taman Wisata Perairan dan penguatan Tingkat Kandungan Dalam
(TWP) Pulau Pieh dan laut sekitarnya; TWP Negeri (TKDN) yang akan dilaksanakan dengan
Kepulauan Anambas dan laut sekitarnya; TWP strategi (1) meningkatkan diversifikasi, nilai
Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan; TWP tambah, dan daya saing produk ekspor dan
Laut Sawu dan sekitarnya; TWP Kepulauan jasa; (2) meningkatkan akses dan pendalaman
Kapoposang dan laut sekitarnya; Suaka Alam pasar ekspor; (3) meningkatkan partisipasi
Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat dan laut dalam jaringan produksi global (investasi
sekitarnya; SAP Kepulauan Waigeo Sebelah inbound dan outbound); (4) meningkatkan
Barat. Lokasi KKPD yang dikembangkan efektivitas Free Trade Agreement (FTA) dan
meliputi Raja Ampat; Nusa Penida Klungkung; diplomasi ekonomi; (5) mengelola impor; (6)
Alor-Selat Pantar; Berau-Kepulauan Derawan; meningkatkan pengadaan pemerintah yang
Sumbawa Barat-Gili Balu; Lombok Timur-Gili menggunakan produk dalam negeri; (7)
Sulat dan Lawang; Lombok Barat-Gili Tangkong, meningkatkan citra dan diversifikasi pemasaran
Gili Nanggu, dan Gili Sundak; dan Kabupaten destinasi pariwisata prioritas dan destinasi
Pangkajene Kepulauan. branding, dan produk kreatif; (8) memfasilitasi

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 53


start-up teknologi yang memasok produk dan dan didukung dengan kerja sama diplomasi
jasa ke pasar internasional. gastronomi.

Strategi peningkatan ekspor akan difokuskan (v) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya
pada peningkatan ekspor produk manufaktur saing ekonomi yang dilaksanakan dengan
berteknologi menengah dan tinggi melalui rantai strategi (1) meningkatkan pendalaman sektor
produksi global, serta perluasan pasar ekspor keuangan; (2) mengembangkan skema
terutama di kawasan Afrika, Amerika Latin, dan pembiayaan berbasis HKI; (3) mengoptimalkan
Eropa Timur. pemanfaatan teknologi digital dan industry 4.0;
(4) meningkatkan sistem logistik dan stabilitas
Peningkatan ekspor juga akan disinergikan harga; (5) meningkatkan pengembangan
dengan penguatan diplomasi ekonomi industri dan pariwisata yang berkelanjutan;
termasuk melalui skema ekspansi dan investasi (6) mereformasi fiskal; (7) meningkatkan
perusahaan Indonesia ke luar negeri. Pelibatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi
aktor non-pemerintah pada diplomasi ekonomi perkembangan ekonomi, terutama pangan,
juga akan dioptimalkan. Peningkatan citra kemaritiman, pariwisata, ekonomi kreatif, dan
dan diversifikasi pemasaran pariwisata akan ekonomi digital.
difokuskan pada keterpaduan pemasaran,

Indikasi Lokasi

Sentra Produksi
Pangan

54 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Wilayah Pengelolaan
Perikanan

01 WPP 711 06 WPP 716 07 WPP 717 08 WPP 718


Potensi : 1.143,3 ribu ton Potensi : 475,8 ribu ton Potensi : 603,7 ribu ton Potensi : 1.992,7 ribu ton
Produksi : 615,1 ribu ton (53,8%) Produksi : 292,5 ribu ton (61,1%) Produksi : 203,9 ribu ton (33,8%) Produksi : 275,01 ribu ton (13,8%)
∑ Kapal : 52,1 ribu unit ∑ Kapal : 36,6 ribu unit ∑ Kapal : 7,7 ribu unit ∑ Kapal : 14,2 ribu unit
∑ Alat Lengkap : 62,3 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 48,3 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 20,4 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 19,9 ribu unit

02 WPP 712
Potensi : 981,7 ribu ton 09 01
Produksi : 1.319,7 ribu ton (134,4%)
∑ Kapal : 67,5 ribu unit
∑ Alat Lengkap : 123,1 ribu unit 06 07
05
03 WPP 713
Potensi : 1.026,6 ribu ton
Produksi : 655,1 ribu ton (63,8%)
∑ Kapal : 94,1 ribu unit Pelabuhan Perikanan 02 04
∑ Alat Lengkap : 104,1 ribu unit Nusantara (PTT) 10
Balai Budidaya 03
(UPT pusat DJPB)
04 WPP 714 08
Potensi : 431,1 ribu ton SKPT
11
Produksi : 590,4 ribu ton (137,0%) Keramba Jaring Apung (KJA)
∑ Kapal : 94,5 ribu unit Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
∑ Alat Lengkap : 12,2 ribu unit

05 WPP 715 09 WPP 571 10 WPP 572 11 WPP 573


Potensi : 631 ribu ton Potensi : 484,4 ribu ton Potensi : 1228,6 ribu ton Potensi : 929,3 ribu ton
Produksi : 758,4 ribu ton (120,1%) Produksi : 502,2 ribu ton (103,7%) Produksi : 514,7 ribu ton (41,9%) Produksi : 388,5 ribu ton (41,8%)
∑ Kapal : 40,1 ribu unit ∑ Kapal : 38,03 ribu unit ∑ Kapal : 32,2 ribu unit ∑ Kapal : 66,5 ribu unit
∑ Alat Lengkap : 40,5 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 53,5 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 64,3 ribu unit ∑ Alat Lengkap : 182,9 ribu unit

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas


55
Sentra Produksi
Perikanan Budidaya

Ikan Nila Udang Rumput Laut

Sumber Gas Bumi dan Batubara


untuk Industri dan Listrik
Tangguh Train 3
Kalimantan Selatan
Cadangan Gas Bumi 5,7 TSCF
Cadangan Gas Bumi Cadangan Batubara
Kemempuan Produksi: 709 MMSCFD
Cadangan Batubara 5,27 miliar ton.
First gas in tahun II-2020
Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia & Asap-Kido-Merah
Kelistrikan, dan Industri
Kelistrikan Cadangan Gas Bumi
East natuna 1,49 TSCF
Cadangan Gas Kalimantan Timur
Kemempuan Produksi:
Bumi 46 TSCF Cadangan Batubara
170 MMSCFD
7,19 miliar ton.
First gas in tahun
Rencana Pemanfaatan:
II-2021
Kelistrikan, dan Industri
Rencana Pemanfaatan:
Petrokimia & Kelistrikan
Blok A Aceh
Cadangan Gas Bumi
0,56 TSCF
Rencana pemanfaaatan:
Pupuk dan Industri (KEK
Arun Lhoksumawe

Sumatera Selatan
Cadangan Batubara 11,1 miliar ton. Abadi
Jambaran Tiung Biru Cadangan Gas Bumi 10,73 TSCF
Rencana Pemanfaatan: Cadangan Gas Bumi 1,20 TSCF
Kelistrikan, Industri dan Penyediaan Kemempuan Produksi:
Rencana Produksi: 1.200 MMSCFD
energi alternatif 330 MMSCFD First gas in tahun 2027
First gas in tahun 2020 Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Kelistrikan dan Industri

56 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Potensi Pengembangan Kawasan Industri
Berbasis Energi Terbarukan
KI Lhokseumawe
KI Sei Mangkei
KI Jorong
KEK Sorong
KI Kuala Tanjung KI Tanah Kuning

KI Teluk Bintuni
Panas Bumi

Air

Surya
Angin KI Bitung
Biomass

KI Tanggamus
KI JIIPE Gresik
KI Morowali
KI Wilmar Serang
KI Kendal
KI Bantaeng

Hilirisasi SDA melalui Kawasan


Industri/KEK Industri

KI/KEK Galang Batang

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 57


Destinasi Pariwista

58 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengembangan Klaster
Ekonomi Kreatif
Lokasi Pengembangan Klaster Ekonomi Kr

Medan

Makassar
Jabodetabek Semarang
Surabaya

Bandung
Kulon Progo
Yogyakarta Malang

Bali

Keterangan
Kawasan Ekonomi Krea

Center of Excellence WCCE

Klaster penguatan ekonomi krea

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 59


MENGEMBANGKAN
WILAYAH UNTUK
MENGURANGI
KESENJANGAN &
MENJAMIN PEMERATAAN
Pendahuluan

3
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Strategi pemerataan disesuaikan dengan


(RPJP) 2005-2025 menekankan terbangunnya tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu tidak
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan meninggalkan satu-pun kelompok masyarakat
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang (leave no one behind). Fokus pembangunan adalah
didukung sumberdaya manusia berkualitas dan daerah di dekat pusat pertumbuhan yang dapat
berdaya saing. diberikan input untuk mengejar pertumbuhan di
koridor pertumbuhan terdekatnya. Identifikasi
Dalam mewujudkan keunggulan kompetitif di koridor pemerataan difokuskan pada daerah
berbagai wilayah ini, pendekatan dan strategi administratif yang dapat didorong secara cepat
pengembangan wilayah tidak hanya mengenai pertumbuhannya, dengan penyediaan infrastruktur
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan dasar. Basis-basis pemerataan yang telah
pembangunan ke seluruh wilayah dan masyarakat. diidentifikasi utamanya adalah daerah tertinggal,
Pada 2020-2024, pengembangan wilayah daerah transmigrasi, kawasan perdesaan yang
dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu berfungsi sebagai Kawasan Strategis Kabupaten
strategi pertumbuhan dan strategi pemerataan dan kawasan perbatasan.
sebagaimana tercermin dari pendekatan koridor
pertumbuhan dan koridor pemerataan berbasis Strategi pertumbuhan dan pemerataan
wilayah pulau. membutuhkan sarana pendidikan dasar, menengah
dan tinggi yang terdistribusi secara merata, pusat
Strategi pertumbuhan adalah transformasi dan penelitian dan inovasi lokal yang sangat spesifik
akselerasi pembangunan pulau dan kepulauan. untuk mendorong peningkatan pertumbuhan
Fokus pembangunan adalah pada koridor daerah. Selain itu, dibutuhkan pula keterkaitan
penting di setiap pulau dan kepulauan yang antarwilayah serta perkuatan rantai antara penghasil
dapat mendorong pertumbuhan secara signifikan sumberdaya, industri hulu, industri hilir, serta pusat
dalam lima tahun mendatang. Identifikasi koridor perdagangan lokal, regional dan global. Kedua
pertumbuhan di setiap pulau dan kepulauan strategi tersebut dikembangkan untuk mencapai
dilakukan dengan mempertimbangkan potensi sasaran peningkatan mutu sumberdaya manusia di
basis-basis perekonomian utamanya di luar Jawa. kedua koridor tersebut, peningkatan produktivitas
Basis-basis perekonomian yang telah diidentifikasi dan nilai tambah, penurunan angka kemiskinan di
adalah pusat pengolahan sumberdaya alam, seluruh wilayah, serta pemerataan pembangunan
kawasan strategis pariwisata, pusat pelayanan antarwilayah. Penguatan tata kelola pemerintahan,
jasa termasuk metropolitan dan kota-kota baru inovasi pelayanan publik, termasuk pemerintah desa
pendukung metropolitan. Di basis perekonomian sangat diperlukan untuk akselerasi pembangunan
utama tersebut, diperlukan perkuatan penyediaan di kedua koridor tersebut.
sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi
besar, termasuk di dalamnya adalah sarana dan
prasarana transportasi, listrik dan komunikasi.

62 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian 2015-2019 Pembangunan
11 KEK di luar Jawa

Penurunan
desa tertinggal
sebanyak
6.518 desa

Penguatan
39 pusat
pertumbuhan
sebagai PKL/PKW

59 Kabupaten
Daerah Tertinggal
potensi terentaskan

Optimalsiasi 15
kota sedang di luar
Jawa sebagai PKN/
PKW

Peningkatan
2665 desa
mandiri

Pembagian
12.515.423 sertifikat
hak atas tanah

Pembangunan
6 metropolitan
baru di luar jawa

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 63


Capaian pembangunan berbasis kewilayahan pada Jawa, terutama di Kepulauan Nusa Tenggara,
tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Untuk
target dan sasaran yang tertuang di RPJMN 2015- menangani kemiskinan yang relatif tinggi di Pulau
2019. Untuk pemerataan wilayah dan kontribusi Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara, diperlukan
antarpulau, sumbangan Pulau Jawa masih dominan strategi untuk menekan ke level di bawah 20 persen
dan tidak mengindikasikan pergeseran. dan 10 persen, salah satunya dengan memperluas
lapangan pekerjaan di kedua pulau dan kepulauan
Hanya Pulau Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara yang tersebut.
sampai dengan akhir 2018 masih mengikuti target
dalam RPJMN 2015-2019. Ke depannya perhatian Untuk pembangunan sektor berbasis kewilayahan
khusus harus diberikan pada wilayah Kalimantan, diperlukan penguatan koordinasi antarsektor dan
Sumatera, dan Papua-Maluku yang menunjukan antartingkatan pemerintahan. Manajemen lahan
gejala perlambatan. perkotaan masih harus dilaksanakan termasuk
di dalamnya adalah penegakan tata ruang,
Ketimpangan antarprovinsi di dalam wilayah peningkatan kapasitas pemerintah daerah; dan
pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan upaya pencegahan munculnya permukiman kumuh
Kalimantan. Ketimpangan antardesa-kota dalam baru, khususnya pada wilayah cepat tumbuh di
wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa- peri-urban. Penanganan permukiman kumuh serta
Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Penting untuk penyediaan dan peningkatan hunian layak masih
menjadi catatan adalah tingkat ketimpangan perlu dipercepat.
antarwilayah yang rendah belum tentu merefleksikan
keberhasilan kebijakan distribusi pembangunan. Sementara itu, upaya untuk mengurangi 80
Namun demikian, tingkat ketimpangan yang rendah kabupaten daerah tertinggal masih terkendala oleh
bisa jadi mencerminkan tingkat pembangunan yang terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana
rendah dan merata di seluruh wilayah, sepertinya pelayanan dasar dan pendukung ekonomi di
halnya yang terjadi di wilayah Pulau Maluku. daerah tertinggal, akibatnya kapasitas sumber daya
manusia dan pendapatan masyarakat di daerah
Untuk indikator tingkat kemiskinan, sampai dengan tertinggal, terutama yang berada di wilayah Papua
akhir 2018 hanya Pulau Kalimantan yang rendah, dan Nusa Tenggara belum dapat ditingkatkan
pulau yang lainnya masih relatif tinggi terutama secara optimal. Angka kemiskinan dan IPM di desa
Pulau Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara. dan daerah tertinggal telah menunjukan perbaikan.
Secara jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah rumah bagi
penduduk miskin terbanyak. Sedangkan untuk Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada
indikator pengangguran, secara rata-rata angkanya 2015-2019 dimulai dengan tahap perencanaan
merata di pengangguran, secara rata-rata untuk 10 wilayah metropolitan (WM), 11 kota baru
angkanya merata di semua pulau, yaitu berkisar 4-5 dan 11 KEK. Sampai dengan akhir 2018 tiga WM
persen, kecuali pulau Maluku yang memiliki tingkat telah dalam tahap legalisasi (Surabaya, Jakarta,
pengangguran paling tinggi. Bandung), dua WM dalam tahap penyusunan
Rperpres (Manado dan Banjar), dan satu WM dalam
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tahap penyusunan materi teknis (Palembang).
ketimpangan antarprovinsi dan di dalam pulau Investasi untuk infrastruktur perkotaan diarahkan
adalah dengan terus mendorong pembangunan ke 10 WM tersebut. Untuk KEK, sampai dengan
dan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau akhir 2018, sembilan KEK telah operasional dan

64 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
telah dilengkapi infastruktur penunjang di dalam hilir operasional dan untuk memastikan peningkatan
maupun di luar KEK. Yang masih diperlukan adalah investasi di dalam kawasan.
anchor industries yang dapat memastikan industri

Tabel 3.1 Capaian Pembangunan 2015-2019


Capaian Kumulatif Sasaran RPJMN 2015-
No Indikator
2015-2018 2019

A. Pembangunan Wilayah

1 Penurunan Desa Tertinggal (Desa) 6.518 5.000

2 Peningkatan Desa Mandiri (Desa) 2.665 2.000

59
Kabupaten Daerah Tertinggal Terentaskan
3 (daerah tertinggal potensi 80
(Kabupaten)
terentaskan tahun 2018)

4 Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal 17,41 (2018) 15-15,6

5 Rata-rata IPM di Daerah Tertingal 61,19 (2017) 62,78

B. Pemerataan Pembangunan

1 Pembangunan Metropolitan di Luar Jawa (Kota) 6 7

2 KEK di Luar Jawa (Lokasi) 11 11

Penguatan 39 Pusat Pertumbuhan sebagai PKL/PKW


3 39 39
(Kawasan)

Optimalsiasi 20 kota sedang di luar Jawa sebagai


4 15 20
PKN/PKW (kawasan)

5 Inkubasi Kota Baru 9 11

6 Sertipikat Hak Atas Tanah (bidang) 12.515.423 7.115.765

C. Kontribusi Antar-Pulau

1 Peran Sumatera dalam PDB Nasional (%) 21,53 24,60

2 Peran Jawa dalam PDB Nasional (%) 58,29 55,10

3 Peran Bali-Nustra dalam PDB Nasional (%) 3,04 2,60

4 Peran Kalimantan dalam PDB Nasional (%) 8,07 9,60

5 Peran Sulawesi dalam PDB Nasional (%) 6,28 5,20

6 Peran Maluku-Papua dalam PDB Nasional (%) 2,57 2,90

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 65


Lingkungan dan Isu Strategis
Peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal Urbanisasi
dalam pengembangan wilayah untuk mengurangi Urbanisasi bukan hanya persoalan perpindahan,
kesenjangan dan menjamin pemerataan adalah: tetapi merupakan perubahan pola kerja dari yang
berbasis agraris menjadi berbasis industri dan
Globalisasi jasa. Aglomerasi atau konsentrasi penduduk di
perkotaan dapat memberikan berbagai manfaat
Globalisasi menawarkan peluang ekonomi yang bisa seperti kemudahan untuk mencari input produksi
dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi, yaitu: serta dapat memfasilitasi orang untuk bertukar
(1) Pasar yang sangat terbuka untuk produk-produk informasi dan saling belajar satu sama lain yang
ekspor; (2) Kemudahan untuk mengakses kapital pada akhirnya akan menstimulasi ide baru dan
dan teknologi/pengetahuan yang berasal dari luar inovasi. Antara 2010-2018 populasi penduduk
negeri; (3) Kemudahan mendapatkan barang yang perkotaan Indonesia meningkat sebesar 27 juta
dibutuhkan masyarakat dan belum dapat diproduksi dengan laju pertumbuhan 2,5 persen. Peningkatan
di Indonesia; dan (4) Peningkatan kegiatan jumlah penduduk perkotaan ini dapat dipastikan
pariwisata sekaligus yang membuka lapangan memberikan tekanan pada kawasan perkotaan
kerja dan juga menjadi ajang promosi produk- dan harus diantisipasi dengan penyediaan
produk Indonesia. Bentuk nyata dari globalisasi infrastruktur dasar yang memadai. Apabila tidak,
ekonomi salah satunya adalah pasar bebas yang maka tekanan jumlan penduduk perkotaan tersebut
sangat kompetitif. Peningkatan daya saing wilayah akan menurunkan kesejahteraan dan menyebabkan
merupakan keharusan untuk mengantisipasi dan kawasan perkotaan tidak inklusif dan tidak layak
berpartisipasi dalam persaingan global. huni. Manfaat urbanisasi hanya dapat dinikmati oleh
segelintir anggota masyarakat perkotaan saja.
Bonus Demografi
Komitmen Global
Bonus demografi dapat membawa dampak positif dan
negatif. Positifnya, melimpahnya jumlah penduduk Komitmen Indoensia pada kesepakatan global
usia produktif yang dapat memacu pertumbuhan perlu mendapatkan perhatian khusus. Komitmen
ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Negatifnya, global ini dapat mempermudah Indonesia untuk
jika bonus demografi ini tidak dipersiapkan sebaik menyatukan langkah menuju sasaran bersama dan
mungkin berpotensi menimbulkan berlebihnya juga dapat membuka peluang pada sumber-sumber
tenaga kerja dibandingkan dengan lapangan kerja pembiayaan pembangunan
yang disediakan. Kurangnya lapangan pekerjaan
menyebabkan pengangguran yang dapat berakibat Tujuan Pembangunan
pada meningkatnya kemiskinan. Bonus demografi
Berkelanjutan
juga harus dilihat distribusinya secara spasial,
mengingat bonus demografi untuk setiap provinsi Kesepakatan global 2030, Tujuan Pembangunan
berbeda awal, akhir dan puncaknya. Distribusi Berkelanjutan (TPB), telah ditetapkan melalui
sumberdaya perlu dipastikan tepat waktu, untuk Perpres 59/2017 yang terdiri atas empat pilar, 17
mengantisipasi puncak bonus demografi di setiap tujuan dan indikator nasional. Indikator yang telah
provinsi. ditetapkan ini mendapatkan perhatian khusus dan

66 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
diintegrasikan di dalam RPJMN 2020-2024. Upaya lebih baik dan dengan lebih cepat. Peluang yang
khusus perlu dilakukan untuk memastikan target tersedia tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan
pembangunan wilayah sesuai dengan TPB dan oleh pemerintahan daerah dan pemerintahan desa
menggunakan indikator yang sama. Kesamaan untuk dapat meningkatkan kemandirian dan daya
indikator ini akan mempermudah Indonesia dalam saing daerah, termasuk menurunkan kemiskinan,
proses pelaporan capaian TPB ke kancah global. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
menurunkan kesenjangan antar daerah.
Penurunan emisi gas rumah kaca
Tantangan
Komitmen global untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca telah melahirkan kesadaran di skala Tantangan pembangunan berbasis kewilayahan
global bahwa bumi harus dirawat dan dijaga pada kurun waktu 2020-2024 adalah mengurangi
lingkungannya untuk keberlanjutan kehidupan. kesenjangan sosial-ekonomi Jawa dan luar Jawa,
Kesadaran ini menuntut kebijakan dan strategi meningkatkan keterpaduan antar-provinsi dalam
pembangunan kewilayahan untuk mengadopsi satu pulau dan antar-pulau di bidang ekonomi,
prinsip pembangunan rendah emisi. Upaya sosial-budaya dan sarana dan prasarana.
untuk mewujudkan kebijakan dan strategi
pembangunan kewilayahan yang berkelanjutan Tantangan berikutnya adalah meningkatkan daya
dilakukan dengan menapis program-program saing wilayah melalui re-industrialisasi khususnya
pembangunan kewilayahan dengan batasan- yang berbasis potensi wilayah, menemukan dan
batasan pembangunan (development constraints) mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan
agar secara konsisten dapat menurunkan emisi baru, meningkatkan sumber daya manusia dan
GRK dari level BAU serta tidak melampaui daya tingkat kreativitas masyarakat, meningkatkan
dukung lingkungan. kualitas dan ketersediaan atau akses terhadap
pelayanan dasar, meningkatkan komersialisasi
Kelembagaan dan Tata Kelola inovasi lembaga penelitian dan perguruan tinggi,
memanfaatkan teknologi digital dalam segala
Pemerintahan Daerah
aspek untuk mengantisipasi Revolusi Industri 4.0,
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah mengoptimalkan skema pembiayaan inovatif seperti
merupakan instrumen utama dalam tata kelola KPBU dan PINA, serta memenuhi standar pelayanan
pelaksanaan pembangunan nasional. Kebijakan minimum (SPM). Selain itu, tantangan lainnya
tersebut memberikan peluang bagi pemerintahan adalah mengharmoniskan peraturan perundang-
daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) serta undangan pusat-daerah dan antar sektor sesuai
pemerintahan desa untuk dapat membangun kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah,
daerah atau desanya dan memberikan pelayanan serta meningkatkan kapasitas pemda, termasuk
yang lebih baik kepada masyarakat. Hal ini kerjasama daerah, kolaborasi, dan inovasi daerah.
mengingat jarak yang lebih dekat antara
pemerintah dan masyarakat. Kebijakan tersebut Penetapan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
juga dilengkapi dengan transfer keuangan dari Pemerintahan Daerah memunculkan berbagai
pemerintah pusat ke daerah dan desa dengan tantangan baru dalam pengelolaan desentralisasi di
jumlah dana yang meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
Hal tersebut memberikan peluang kepada daerah daerah yang baik akan membuat pemerintah daerah
dan desa untuk berkembang dan tumbuh dengan membangun dengan lebih responsif dan lebih tepat

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 67


sasaran sesuai dengan kebutuhan di masing- kawasan perdesaan, kawasan perbatasan dan
masing daerah. Namun, pada sisi lain, pelaksanaan kawasan transmigrasi;.
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah saat 2. Penguatan pertumbuhan pusat-pusat wilayah
ini masih sangat tergantung pada pemerintah yang masih rendah, yang ditandai oleh: (a)
pusat terutama dari sisi transfer pendanaan dan Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan
pengaturan regulasi serta kebijakan. Selain itu, dari Wilayah yang masih rendah (10 operasional dari
sisi pendanaan, pemerintah pusat juga memiliki 12 KEK, 3 operasional dari 14 KI, 2 dari 4 KPBPB,
keterbatasan, sementara pemerintah daerah dan 10 Destinasi Wisata); (b) Konektivitas dari
belum sepenuhnya mampu mengakses sumber dan menuju Pusat-Pusat Pertumbuhan yang
pembiayaan lain selain anggaran pemerintah. Dari lemah; dan (c) Kawasan Strategis Kabupaten
sisi pengaturan regulasi dan kebijakan, masih yang belum berkembang.
banyak peraturan perundang-undangan turunan 3. Pengelolaan urbanisasi yang belum optimal
UU No. 23 Tahun 2014 yang belum ditetapkan. yang ditandai dengan 1 persen pertambahan
Beberapa regulasi juga terindikasi belum harmonis jumlah populasi penduduk urban yang hanya
satu dengan lainnya menyebabkan pemerintahan dapat meningkatkan 1,4 persen PDB.
daerah dan pemerintahan desa ragu atau mengalami 4. Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan
kesulitan untuk melaksanakan suatu kebijakan sinkron dengan rencana tata ruang, yang
nasional. Pelaksanaan kebijakan nasional di daerah ditandai dengan: (a) Terbatasnya ketersediaan
belum optimal dilaksanakan, misalnya pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
SPM, peningkatan kerjasama daerah, dan berkualitas sebagai acuan perizinan dan
peningkatan kemudahan perizinan investasi, juga pengendalian pemanfaatan ruang, terutama
antara lain disebabkan masih rendahnya kapasitas dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala
pemerintahan daerah di berbagai sisi, antara lain 1 : 5.000; (b) Belum berjalannya pengendalian
kelembagaan, keuangan, kapasitas aparatur, dan pemanfaatan ruang secara optimal dikarenakan
hambatan dari dinamika politik lokal, termasuk belum tersedianya instrumen pengendalian
belum optimalnya kepedulian pemerintahan daerah pemanfaatan ruang; (c) Desa-desa dalam
dan pemerintahan desa kawasan hutan dan perkebunan besar tidak
dapat melaksanakan kewenangannya terutama
Isu Strategis untuk pembangunan infrastruktur (sekitar
25.000 desa); dan (d) Kejadian bencana akibat
1. Kesenjangan antara wilayah yang ditandai pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan
dengan: (a) Kemiskinan di KTI (18,01 persen), rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar
KBI (10,33 persen), perdesaan (13.47 persen) 2.000 kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran
dan perkotaan (7,20 persen) yang tinggi (BPS, hutan, dan sebagainya).
2017); (b) Ketimpangan Pendapatan Perdesaan 5. Rendahnya pemenuhan pelayanan dasar
(GR = 0,324) dan Perkotaan (GR = 0,4); (c) dan peningkatan daya saing daerah, yang
terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi di ditandai dengan: (a) Akses dan kualitas
KBI terutama Pulau Jawa; (d) keterbatasan pelayanan dasar yang terbatas, antara lain
sarana prasarana dan aksesibilitas di daerah angka rumah layak huni hanya mencapai 36,3
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, persen, air minum layak 61,29 persen, sanitasi
kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan; (air limbah) layak 74,58 persen (termasuk
dan (e) belum optimalnya pengembangan sanitasi aman 7,42 persen) (BPS 2018, diolah
ekonomi lokal di daerah tertinggal, desa dan Bappenas berdasarkan definisi SDGs 2030); (b)

68 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer BPS, 2013); (d) Sengketa, konflik dan perkara
yang tinggi (rata- rata >70 persen APBD Kab/ pertanahan yang terselesaikan baru 4.031 kasus
Kota dan >50 persen APBD Provinsi dari Pusat) dari total 10.802 kasus yang ditangani.
serta sumber Pendanaan Non APBN yang 7. Fungsi ibukota sebagai pusat pemerintahan
kurang optimal; (c) Peraturan Perundangan mulai menurun dan tidak efisien. Salah satu
yang belum harmonis, (d) belum optimalnya indikator penandanya adalah jumlah kerugian
Kerjasama dan Inovasi Daerah yang belum akibat kemacetan dan tidak efisiennya
berkembang; dan (e) Proses perizinan yang penggunaan bahan bakar yang mencapai 56
lama dan berbiaya tinggi, (f) Belum optimalnya triliun rupiah di tahun 2011 (Pulstra UGM, 2013).
sinergi perencanaan Pusat-daerah. Selain itu, wilayah metropolitan Jakarta telah
6. Rendahnya kepastian hukum hak atas tanah menjadi area dengan jumlah populasi penduduk
dan ketimpangan pemilikan, penguasaan, terbesar di Indonesia, demikian pula pulau
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang Jawa bila dibandingkan dengan pulau besar
ditandai dengan: (a) Cakupan peta dasar lainnya. Wilayah metropolitan Jakarta sendiri
pertanahan baru 48,4 persen; (b) Cakupan bidang berkontribusi sebesar 20,85 persen dan pulau
tanah bersertipikat yang terdigitasi baru 20,91 Jawa berkontribusi sebesar 58,49 persen dari
persen; (c) 26,14 juta rumah tangga tani hanya PDB Nasional (BPS, 2018), mengindikasikan
menguasai lahan rata-rata 0,89 hektar dan 14,25 dominasi wilayah metropolitan Jakarta dalam
juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan perekonomian nasional dan tingginya gap
kurang dari 0,5 hektar/keluarga (Sensus Pertanian dengan daerah lain di Indonesia.
Tabel 3.2 Isu-isu Strategis Wilayah Pulau
Kemiskinan Tingkat
Wilayah Kesenjangan Kesenjangan
No Pengangguran
Pembangunan Jumlah (ribu jiwa) % Antar Wilayah* Desa-Kota*
(%)

1 Sumatera 5.969,1 10,4 5,2 0,40 0,17


2 Jawa Bali 14.112,9 9,2 5,8 0,73 0,53
3 Nusa Tenggara 1.882,9 18,3 3,3 0,23 0,32
4 Kalimantan 988,5 6,2 5,0 0,72 0,08
5 Sulawesi 2.107,6 10,9 4,9 0,15 0,29
6 Maluku 289,7 13,4 7,6 0,09 0,19
7 Papua 1.123,3 26,7 4,2 0,16 0,07
* Indeks Williamson

Untuk mengurangi ketimpangan, laju pertumbuhan tersebut bisa ditekan ke level di bawah 20 persen dan
ekonomi di luar Pulau Jawa harus dipacu, terutama 10 persen. Penting untuk diperhatikan, secara jumlah
Kepulauan Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan Pulau Jawa-Bali merupakan rumah bagi penduduk
dan Papua. Dari tingkat kemiskinan hanya pulau miskin terbanyak. Sedangkan untuk pengangguran,
Kalimantan yang rendah, pulau yang lainnya masih secara rata-rata angkanya cukup merata di semua
relatif tinggi terutama Papua dan Nusa Tenggara. pulau, yaitu berkisar 4-5 persen, kecuali pulau Maluku
Ke depannya diharapkan kemiskinan di kedua pulau yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 69


Ketimpangan antar-provinsi dalam wilayah pulau, belum tentu merefleksikan keberhasilan kebijakan
yang paling tinggi adalah Pulau Jawa-Bali dan distribusi pembangunan. Namun demikian, tingkat
Kalimantan. Adapun ketimpangan antar desa- ketimpangan yang rendah bisa jadi mencerminkan
kota dalam wilayah pulau, yang paling tinggi tingkat pembangunan yang rendah dan merata di
adalah Pulau Jawa-Bali, Nusa Tenggara dan seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di
Sulawesi. Penting untuk menjadi catatan adalah wilayah Pulau Maluku.
tingkat ketimpangan antar-wilayah yang rendah

Kinerja Indikator Makro 34 Provinsi di Indonesia


LPE Kemiskinan LPE Kemiskinan
Provinsi Provinsi
2020* 2024** 2020 2024 2020* 2024** 2020 2024
Aceh 5,50 4,92 13,43 10,81 NTB 5,00 4,75 12,75 11,84
Sumut 5,40 6,83 8,07*** 5,48 NTT 6,60 5,59 18,00 15,67
Sumbar 5,88 5,69 5,94*** 4,55 Kalbar 5,35 5,97 6,43 5,11
Riau 2,81 3,93 6,75 4,40 kalteng 5,65 6,68 4,75 2,35
Jambi 5,00 5,64 7,29*** 5,54 Kalsel 5,30 5,71 3,58*** 2,28
Sumatera Kaltim 2,75 4,37 4,76*** 3,10
5,75 6,68 11,65 8,33
Selatan Kaltara 7,00 6,81 5,84 4,44
Bengkulu 5,40 6,16 13,40 10,64 Sulut 6,20 6,69 7,30 4,57
5,30-
Lampung 6,42 11,56 9,94 Sulteng 6,32 7,36 13,75 10,87
5,60
Sulsel 7,40 7,69 7,78*** 5,65
Bangka
5,00 5,75 4,16*** 2,93 Sultra 6,80 6,89 10,46*** 7,83
Belitung
Kep Riau 4,80 5,51 5,25*** 3,06 Gorontalo 6,65 7,06 15,00 13,83

Banten 6,20 6,58 4,69*** 3,06 Sulbar 7,80 6,89 9,62 7,18

DKI 6,30 6,18 3,18 1,95 Malut 7,40 8,03 5,40*** 3,65

Jawa 5,50- Maluku 6,00 6,96 16,35 13,90


6,03 6,31 4,65
barat 5,90 Papua
7,00 6,90 20,03*** 16,55
Jawa Barat
5,40 5,82 9,81 8,06
Tengah Papua 5,56 8,06 24,19*** 19,99
DIY 5,29 6,59 9,11 8,86 *Angka sementara hasil kesepakatan dengan Bappeda Provinsi
tanggal 22-23 April 2019
Jawa timur 5,56 6,69 10,20 8,27 **Angka sementara hasil exercise per 22 Maret 2019
***Angka sementara hasil exercise per 18 Maret 2019
Bali 6,60 6,90 3,59 2,00

70 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran, Target, dan Indikator
A. Sasaran pembangunan berbasis kewilayahan secara umum yaitu:

1. Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI 3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar,
– KTI dan Jawa dan Luar Jawa); daya saing serta kemandirian daerah; dan
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat 4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang dan
pertumbuhan wilayah; wilayah

Tabel 3.3 Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau dan tingkat kemiskinannya*

Wilayah Target Pertumbuhan Target tingkat kemiskinan


Sumatera 4,62 - 5,55 % 7,99 - 5,76%
Jawa-Bali 5,74 - 6,27 % 7,73 - 5,93%
Nusa Tenggara 3,12 - 5,13 % 16,85 - 13,69%
kalimantan 4,08 - 5,27 % 4,06 - 3,29 %
Sulawesi 6,68 - 7,34 % 9,65 - 7,90 %
Maluku 6,88 - 7,47 % 11,49 - 9,40 %
Papua 7,18 - 7,75 % 23,28 - 19,02%
* Angka sementara per Januari 2019

Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau tersebut akan dicapai melalui 6 kegiatan prioritas
kewilayahan

B. Indikator dan target kegiatan prioritas


Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024
A. KP Pengembangan Kawasan Strategis
Rasio laju pertumbuhan investasi kawasan (KEK/KI/
1 KSPN) terhadap laju pertumbuhan ekonomi wilayah N/A >1
(per pulau/provinsi)

Peta dasar skala besar 1:5.000 secara nasional (%


2 2% 100%
cakupan wilayah)

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional 10 Rancangan 5 Rancangan


3
(KSN) Perpres Perpres
10 Matek 25 Rancangan
4 RDTR Perbatasan Negara
RDTR KPN Perpres
Kabupaten/Kota yang mendapatkan bimbingan teknis
5 penyusunan RDTN (fokus di koridor dan pusat-pusat 36 Kab/Kota 150 Kab/Kota
pertumbuhan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 71


Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024
Sertifikasi Hak Atas Tanah (sertifikat HAT, sertifikat 7.437.087
6 58.550.000 bidang
redistribusi tanah dan sertifikat konsolidasi tanah) bidang

7 Pembentukan dan operasionalisasi Bank Tanah 0 1

B. KP Pengembangan Kawasan Perkotaan


2 wilayah
1 Perencanaan wilayah metropolitan di luar Jawa 3 wilayah metropolitan
metropolitan
2 Pembangunan wilayah metropolitan di luar Jawa - 4 wilayah metropolitan

3 Pemindahan Ibukota Negara 1 1


Pengembangan Kota Besar, Sedang, Kecil sebagai
4 54 kota
PKN/PKW (kota)
5 Pembangunan kota baru - 4 kota baru
C. KP Pemenuhan Pelayanan Dasar
40,05% 52,78%
1 Proporsi rumah tangga yang menempati hunian layak
(2019) (2024)
D. KP Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pedesaan
Penurunan jumlah desa tertinggal menjadi desa
1 6.518* 7.000
berkembang (desa)
Peningkatan jumlah desa berkembang menjadi desa
2 2.665* 3.000
mandiri (desa)
3 Penetapan batas administrasi desa/kelurahan N/A 100%
Peningkatan kesejahteraan dan tata kelola di
4 187 187
kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara (lokasi)
Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
5 10 18
(PKSN) termasuk ekonomi kawasan sekitarnya (lokasi)
63 (indikasi
6 Jumlah daerah tertinggal (kabupaten) 35
awal)
Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal
7 24,5%** 22,5 - 23%
(persentase)

8 Rata-rata IPM di daerah tertinggal 58,9** 62 – 62,5

Pengembangan Kawasan Perdesaan sebagai


9 60 150
Kawasan Strategis Kabupaten
10 Pengembangan kawasan transmigrasi (kawasan) 144 63
E. KP Kelembagaan dan Keuangan Daerah
Jumlah daerah yang pendapatan pajak daerah dan
1 retribusi daerahnya meningkat minimal 5 persen dari 300 542
tahun anggaran

72 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024
Jumlah daerah yang belanja APBD nya berorientasi
2 pada pelayanan masyarakat yang diwujudkan dengan 248 542
pemenuhan SPM bidang pelayanan dasar
Persentase jumlah daerah yang memiliki indeks
3 20% 50%
inovasi tinggi
Jumlah daerah yang melakukan harmonisasi dan
4 perbaikan Perda DPRD dalam rangka memberikan 102 542
kemudahan investasi
Jumlah daerah yang menerapkan penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban berbasis
5 102 542
elektronik melalui aplikasi e-budgeting dan
e-budgeting plus
6 Jumlah realisasi kesepakatan kerjasama daerah 10*** 44****
7 Persentase capaian penerapan SPM di daerah N/A***** 100%
* capaian kumulatif tahun 2015-2018
** estimasi capaian tahun 2019
*** di 10 provinsi
**** di 34 provinsi
*****keterangan: data capaian SPM berdasarkan PP No. 2/2018 belum tersedia, adapun data yang tersedia adalah capaian SPM berdasarkan
PP No. 65/2005 yaitu sebesar 52%

Arah Kebijakan dan Strategi


Kebijakan dan Strategi Secara Umum

Secara umum arah kebijakan pokok pembangunan 3. Peningkatan tata kelola dan kapasitas
berbasis kewilayahan untuk kurun waktu 2020- pemerintah daerah dan pemerintah desa
2024 sebagai berikut: (kelembagaan, keuangan dan SDM Aparatur)
1. Pembangunan desa dan pengembangan untuk meningkatkan kemudahan perizinan
kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, dan agar tercapainya pemenuhan standar
kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal yang pelayanan minimum;
difokuskan pada pemenuhan pelayanan dasar, 4. Penataan pola hubungan pusat-daerah,
peningkatan aksesibilitas, dan pengembangan pengembangan kerjasama antar-daerah, pola-
ekonomi yang mendukung pusat pertumbuhan pola kolaborasi multipihak, dan menghasilkan
wilayah; inovasi daerah;
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat 5. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan
pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, kota besar di luar Jawa, termasuk perencanaan
Destinasi Wisata, dan kawasan lainnya yang ruang, perencanaan investasi dan pembiayaan
telah ditetapkan) yang didukung dengan pembangunan dengan tetap mempertahankan
konektivitas antar-wilayah yang tinggi untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung
meningkatan nilai tambah dari sumber daya lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa;
alam dan daya saing wilayah;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 73


6. Pengembangan rencana pemindahan Ibukota Strategi pembangunan berbasis kewilayahan pada
keluar pulau Jawa ke posisi yang lebih seimbang kurun waktu 2020-2024 sebagai berikut:
secara spasial dan ekonomi; 1. Strategi pertumbuhan ekonomi melalui: (a)
7. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota operasionalisasi dan peningkatan investasi pada
kecil-menengah untuk meningkatkan sinergi pusat-pusat pertumbuhan wilayah/kawasan
pembangunan perkotaan dan pedesaan; strategis yang telah ditetapkan diantaranya:
8. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis KEK, KI, KSPN/DPP dan sebagainya; dan (b)
mitigasi bencana melalui peningkatan efektivitas pengembangan sektor unggulan: pertanian,
instrumen pengendalian pemanfaatan industri pengolahan, pariwisata dan jasa lainnya.
ruang, terutama kelengkapan RDTR serta 2. Strategi pemerataan melalui: (a) pengembangan
mempercepat penyediaan peta dasar skala ekonomi wilayah/lokal melalui penyediaan sarana
besar (1:5.000) secara nasional; prasarana perekonomian, termasuk pemanfaatan
9. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah teknologi komunikasi digital, dan peningkatan
melalui sertipikasi hak atas tanah terutama kapasitas sumber daya manusia, baik di daerah
di wilayah yang diarahkan sebagai koridor tertinggal, desa dan Kawasan Perdesaan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, kawasan
termasuk wilayah sekitarnya; publikasi batas transmigrasi, maupun kawasan perbatasan
kawasan hutan dan non hutan dalam skala secara terintegrasi dengan pusat-pusat
kadastral; dan deliniasi batas wilayah adat. pertumbuhan ekonomi/kawasan strategis di
10. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk sekitarnya; dan (b) pemenuhan pelayanan dasar
kepentingan umum melalui pembentukan bank di seluruh wilayah, terutama di daerah tertinggal,
tanah. desa dan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, maupun kawasan perbatasan.

Gambar 3.1 Strategi Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah

Kawasan Strategis
Pertumbuhan

Kerangka
• PKN, KEK, KSPN Arahan Sektor
Ekonomi Makro
Strategi

Pusat Pertumbuhan Sektor Unggulan • Transportasi


Ekonomi Nasional • Energi, dsb
• Manufaktur
• Pariwisata, dsb

Pemerataan
Pemerataan

Pembangunan Kawasan Strategis Arahan Sektor


Strategi

Pusat Pertumbuhan • PKW, PKL • Sektor Utama


Ekonomi Lokal • Kota - desa • Sektor Pendukung

Catatan: Pemenuhan pelayanan dasar dilakukan di seluruh wilayah nasional dan tidak menikuti pola strategi ini.

74 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kebijakan dan Strategi Pulau
A. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Sumatera

Pengembangan wilayah Sumatera diarahkan untuk KI Kemingking, KI Tanjung Enim, KI Tanggamus, KI


memantapkan perannya dalam perekonomian Way Pisang, KI Sadai, KEK Tanjung Api-api, DPP
nasional sebagai sentra produksi komoditas dan Danau Toba, DPP/KEK Tanjung Kelayang, Destinasi
industri pengolahan berbasis sumber daya alam Potensial Sabang/KPBPB Sabang, Destinasi
serta sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Potensial Padang-Bukittinggi, Destinasi Potensial
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas Batam-Bintan, KPBPB Batam Bintan Karimun,
unggulan tanaman perkebunan, industri manufaktur Destinasi Potensial Palembang, TN/KSPN Gunung
antara lain industri makanan dan minuman dan Leuseur, TN Batang Gadis, TN/KSPN Gunung
industri karet, barang dari karet dan plastik dan Kerinci Seblat, TN/KSPN Siberut, serta taman wisata
sektor perdagangan besar dan eceran; dan (b) perairan lainnya maupun kawasan lainnya yang
Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan utama telah ditetapkan; optimalisasi Wilayah Metropolitan
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan (WM) Medan dan WM Palembang termasuk rencana
Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), investasi dan rencana pembiayaan pembangunan;
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau pengembangan PKSN Ranai dan Sabang termasuk
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan
Nasional (TN) serta Kawasan Perdagangan Bebas kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi
dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) diantaranya: KI/KEK prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan
Galang Batang, KI/KEK Arun Lhokseumawe, KI/KEK daerah tertinggal.
Seimangke, KI Kuala Tanjung, KI Bintan Aerospace,
Major Project pada wilayah Pulau Sumatera
adalah: (1) Major Project Pengembangan
Wilayah Batam-Bintan, yang menekankan
pada integrasi pengembangan kawasan
pariwisata yang tersebar di Pulau Bintan
dan integrasi pengembangan potensi
pembangunan industri baik di wilayah
Pulau Batam dengan Pulau Bintan
Bagian Utara maupun Bagian Selatan;
dan (2) Major Project Pengembangan
Kawasan Metropolitan, yaitu Metropolitan
Palembang sebagai pusat perdagangan
dan jasa skala nasional, serta
meningkatkan pembangunan di Selatan
Sumatera. Guna menjamin pembangunan
berkelanjutan, maka pembangunan
pusat pertumbuhan perlu mengutamakan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap
risiko bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 75


B. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Jawa-Bali

Pengembangan wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk Mempertahankan pertumbuhan dan daya dukung
memantapkan perannya dalam perekonomian lingkungan WM Jakarta, WM Bandung, WM
nasional sebagai pusat kegiatan industri dan jasa Semarang, WM Surabaya, dan WM Denpasar;
serta mempertahankan peran lumbung pangan dan pengembangan kawasan perdesaan.
nasional. Strateginya yaitu: (a) pengembangan Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan
komoditas unggulan yaitu industri manufaktur mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
antara lain industri pengolahan tembakau dan serta pemulihan daerah terdampak bencana.
industri kulit, barang dari kulit, dan perdagangan
besar dan eceran, pariwisata dan pangan; dan (b) Major Project pada wilayah Pulau Jawa-Bali
Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama adalah (1) Major Project Pengembangan Kawasan
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah
Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Metropolitan Denpasar sebagai pusat pariwisata dan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) untuk membagi beban Pulau Jawa sebagai pusat
atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau ekonomi nasional; (2) Major Project Pengembangan
Taman Nasional (TN) diantaranya: KI Madura, DPP/ Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Maja
KEK Tanjung Lesung, DPP Kepulauan Seribu dan sebagai salah satu percontohan PINA terbesar
Kota Tua Jakarta, DPP Borobudur dan sekitarnya, di Indonesia; (3) Major Project Rehabilitasi dan
DPP Bromo-Tengger-Semeru, Destinasi Potensial Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Kab.
Bandung-Pangandaran, Destinasi Potensial Serang dan Kab. Pandeglang; dan (4) Major Project
Banyuwangi, TWA Kamojang, TWA Papandayan, Pemindahan Ibukota Negara keluar pulau Jawa
TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat
Halimun Salak, TN/KSPN Gunung Merapi, TN/ antar wilayah. Guna menjamin pembangunan
KSPN Gunung Merbabu, TN/KPPN Alas Purwo, TN/ berkelanjutan, maka pembangunan pusat
KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, TWA Kawah pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
Ijen, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan. kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.

76 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
C. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Nusa Tenggara

Pengembangan wilayah Nusa Tenggara diarahkan kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan


untuk mengembangkan potensi wilayah di perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas
bidang pariwisata, peternakan, dan perkebunan kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah
serta mempercepat pembangunan manusia Tertinggal. Pembangunan pusat pertumbuhan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas terhadap risiko bencana.
unggulan peternakan, tanaman pangan, dan
penyediaan akomodasi dan makan dan minum; Major Project pengembangan wilayah Nusa
dan (b) Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan Tenggara untuk mendukung strategi Pemerataan
melalui: pengembangan Kawasan Industri (KI), Pembangunan adalah (1) Major Project
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Negara yang meliputi PKSN Kefamenanu dan
Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional Atambua, termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya;
(TN), diantaranya: DPP Lombok-Mandalika/KEK dan (2) Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Mandalika, DPP Labuan Bajo, TN/KSPN Gunung Daerah Terdampak Bencana di Pulau Lombok
Rinjani, TWA Gunung Tunak, TN/KSPN Komodo, TN/ (semua kab/kota), Pulau Sumbawa (Kab. Sumbawa
KSPN Gunung Tambora, TN/KSPN Kelimutu, taman dan Kab. Sumbawa Barat) dan Kota Bima. Selain
wisata perairan dan kawasan lainnya yang telah itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan,
ditetapkan; pengembangan Kota Pelabuhan maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu
di Mataram dan Kupang; pengembangan PKSN mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
Atambua dan Kefamenanu termasuk ekonomi terhadap risiko bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 77


D. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Kalimantan

Pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan telah ditetapkan.;optimalisasi WM Banjarmasin;


untuk mempercepat pertumbuhan wilayah dan pengembangan Jalur Kereta Api Kalimantan;
memantapkan perannya sebagai lumbung pengembangan PKSN Jagoi Babang, Nunukan,
energi nasional dan salah satu paru-paru dunia. Entikong, Paloh-Aruk, dan Nanga Badau, Jasa,
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas Long Midang, Long Nawang, Tou Lumbis termasuk
unggulan: tanaman perkebunan; industri ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan
manufaktur antara lain: industri batubara dan kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi
pengilangan migas, industri kayu, barang dari prioritas daerah perbatasan, dan pengentasan
kayu, gabus dll; pertambangan batu bara dan daerah tertinggal.
angkutan sungai, danau dan penyeberangan;
dan (b) Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan Major Project pada wilayah Pulau Kalimantan
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan adalah: (1) Major Project Pengembangan Kawasan
Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Metropolitan Banjarmasin untuk mengurangi
(KSPN) diantaranya: KI Batulicin, KI Ketapang, KI kesenjangan antara KBI dan KTI; (2) Major Project
Buluminung, KI Surya Borneo, KI Jorong, KI Tanah Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan
Kuning, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, kota baru PKW Tanjung Selor sebagai pusat
Destinasi Potensial Singkawang-Sentarum, Destinasi pemerintahan dan salah satu pusat pelayanan
Potensial Derawan, serta kawasan lainnya yang bagi wilayah perbatasan; (3) Major Project
Pengembangan Ekonomi Kawasan
Perbatasan Negara yang meliputi
PKSN Paloh-Aruk dan Nunukan,
termasuk ekonomi kawasan di
sekitarnya. Selain itu, guna menjamin
pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan
perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana

78 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
E. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Sulawesi

Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk (TN), diantaranya: KI/KEK Palu, KI/KEK Bitung, DPP
mempertahankan momentum pertumbuhan wilayah Wakatobi, Destinasi Potensial Makassar-Selayar-
yang relatif tinggi, memantapkan perannya sebagai Toraja, Destinasi Potensial Manado-Bitung, TN/KPPN
pusat pertumbuhan dan hub perdagangan di Bantimurung Bulusaraung, TN/KSPN Takabonerate,
kawasan timur serta peran sebagai salah satu TN/KPPN Rawa Aopa Watumohai, TWA Tangkoko
lumbung pangan nasional. Strateginya adalah: serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan;
(a) pengembangan komoditas unggulan tanaman Pengembangan PKSN Tahuna termasuk ekonomi
pangan, perikanan dan industri pengolahan antara kawasan sekitarnya; Pengembangan kawasan
lain industri barang galian bukan logam; dan (b) perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah
diprioritaskan untuk: optimalisasi WM Makassar dan tertinggal. Pembangunan pusat pertumbuhan
WM Manado; pengembangan Kawasan Industri mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
(KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi terdampak bencana.
Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional
Major Project pada wilayah
Pulau Sulawesi adalah: (1) Major
Project Pengembangan Kawasan
Metropolitan, yaitu pengembangan
wilayah Metropolitan Makassar untuk
memperkuat hub nasional di KTI,
dan (2) Major Project Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bencana di Kota Palu, Kab.
Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigi
Mouting. Selain itu, guna menjamin
pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan
perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 79


F. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Maluku

Pengembangan wilayah Maluku diarahkan untuk Saumlaki termasuk ekonomi kawasan sekitarnya;
memacu pertumbuhan dan mengembangkan pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
potensi wilayah serta memantapkan perannya transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan,
sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya adalah: dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan
(a) Pengembangan komoditas unggulan tanaman pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
perkebunan, perikanan, industri pengolahan antara kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
lain industri kayu, barang dari kayu, dan gabus,
dan lain- lain, dan transportasi dan pergudangan; Major Project pada wilayah Pulau Maluku adalah
dan (b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan pengembangan Kota Baru Sofifi sebagai pusat
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus pemerintahan serta mengefektifkan seluruh
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional investasi yang sudah dikembangkan dan dibangun
(KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), di Sofifi. Selain itu untuk mewujudkan pembangunan
diantaranya: KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat
serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan; pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
pengembangan Kota Pelabuhan di Ternate, kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Halmahera, dan Ambon; Pengembangan PKSN

80 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
G. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Papua

Pengembangan wilayah Papua diarahkan untuk pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Khusus, kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta
memacu pertumbuhan wilayah yang berkelanjutan, pemulihan daerah terdampak bencana.
dan mempercepat pembangunan manusia.
Strateginya adalah: (a) Pengembangan komoditas Major Project pada wilayah Pulau Papua
unggulan perikanan, tanaman pangan, hortikultura, adalah (1) Major Project Pengembangan Kota
pertambangan bijih logam dan angkutan laut; Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sorong
(b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penunjang PKSN Raja Ampat dan KEK
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Sorong serta pusat pembangunan berbasis jasa
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus ekosistem; (2) Major Project Pengembangan
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang
(KSPN) diantaranya: KI Teluk Bintuni, KEK Sorong, meliputi PKSN Jayapura dan Merauke, termasuk
KSPN/Destinasi Potensial Raja Ampat, serta kawasan ekonomi kawasan di sekitarnya; (3) Major Project
lainnya yang telah ditetapkan pengembangan kota Percepatan Pembangunan Kawasan Tertinggal
pelabuhan di Jayapura, Sorong, dan Merauke; Wilayah Adat Laa Pago di Papua dan Domberay
Pengembangan PKSN Jayapura, Merauke, dan di Papua Barat. Untuk mewujudkan pembangunan
Tanah Merah termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; yang berkelanjutan, maka pembangunan
pengembangan kawasan perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan di wilayah Papua perlu
transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan terhadap risiko bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 81


MENINGKATKAN SUMBER
DAYA MANUSIA BERKUALITAS
DAN BERDAYA SAING
Pendahuluan

4
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia
mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
angka ketergantungan usia muda dan tua yang dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
mendapatkan bonus demografi (demographic kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
dividend) yang dalam jangka menengah dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi serta peningkatan produktivitas dan daya saing
negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia
demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan
yang berkualitas dan berdaya saing. kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk
penyandang disabilitas.

84 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Laju Pertumbuhan
Penduduk

Status Awal:
1,14% (2015-2016)
Capaian Akhir: Kepemilikan akta kelahiran
1,07% (2017-2018) penduduk usia 0-17 tahun

Status Awal:
81,68% (2016)
Angka kelahiran total
Capaian Akhir:
(Total Fertility Rate/TFR) 83,55% (Maret, 2018)
Status Awal:
2,41 (SP 2010)
Capaian Akhir: Proporsi pekerja
2,28 (Supas 2015) berkeahlian menengah dan
tinggi

Cakupan kepesertaan JKN Status Awal:


38,10% (2014)
Kesehatan
Capaian Akhir:
39,57% (2018)
Status Awal:
62% (BPJS, 2015)
Capaian Akhir:
81,7% (BPJS, 1 Maret 2019)
Peringkat Global Innovation
Index
Prevalensi stunting (pendek
Status Awal:
dan sangat pendek) pada
97/141 (2015)
balita Capaian Akhir:
85/126 (2018)
Status Awal:
37,2% (Riskesdas, 2013)
Capaian Akhir:
30,8% (Riskesdas, 2018)
Indeks Pembangunan
Pemuda
Rata-rata lama sekolah Status Awal:
usia 15 tahun ke atas 48,67 (2015)
Capaian Akhir:
Status Awal: 51,50 (2018)
8,22 tahun (2014)
Capaian Akhir:
8,45 tahun (2017)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 85


Lingkungan dan Isu Strategis

Pengendalian Penduduk dan Penguatan


Tata Kelola Kependudukan

Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup kehidupan berkeluarga dan lansia.
manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, Ketimpangan sumber perekonomian menyebabkan
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas perpindahan penduduk yang tidak merata. Tahun
penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang, 2018, hampir 56 persen penduduk Indonesia
daya tampung dan dukung lingkungan dapat tetap tinggal di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya
terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan sekitar 6 persen daratan Indonesia. Seiring
rata-rata angka kelahiran total (Total Fertility Rate/ dengan masih adanya kesenjangan kesempatan
TFR) nasional sampai pada tingkat replacement perekonomian antarwilayah, mobilitas penduduk
rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan penduduk telah di Indonesia diperkirakan terus meningkat dan
menurun dari 1,49 persen (SP 2010) menjadi 1,43 belum merata arus perpindahannya. Sebagian
persen (Supas 2015). Namun, jumlah penduduk kecil provinsi mempunyai arus perpindahan yang
secara absolut meningkat dari 237,6 juta pada tahun positif, banyak penduduk pendatang, seperti
2010 menjadi 255,2 juta di tahun 2015, dimana DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan kota-kota besar
lebih dari 60 persennya merupakan penduduk usia lainnya. Sementara sebagian besar lainnya memiliki
produktif (usia 15-64 tahun). net migrasi yang negatif, banyak penduduk yang
berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
Jumlah penduduk usia produktif yang besar di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur.
tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia
dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah
tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan mempengaruhi pola mobilitas. Teknologi komunikasi
tingginya tingkat penganguran, konflik sosial, serta memungkinkan komunikasi jarak jauh, kerja sama
tekanan pada pangan dan lingkungan. Selain itu, jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak hanya
perubahan struktur umur penduduk yang cepat mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
juga membawa implikasi terhadap penduduk yang penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya
menua (ageing population) yang tidak produktif. yang terkait. Oleh karena itu, penanganan mobilitas
Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat penduduk harus diarahkan pada pemerataan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas
ekonomi di Indonesia dengan memberikan sektor; salah satunya adalah bagaimana mobilitas
perhatian pada pembangunan manusia penduduk yang akurat dapat dicatat dengan baik
berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus dan terus mutakhir. Hal ini antara lain dapat dilakukan
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, dengan percepatan perluasan administrasi
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan kependudukan dan penggunaan mobile positioning
karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi data (MPD) menuju satu data kependudukan

86 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang digunakan untuk formulasi kebijakan terkait valid sebagai dasar acuan penyusunan kebijakan
penduduk dan tata wilayah. belum tersedia. Cakupan pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil masih menghadapi tantangan
Dalam pelaksanaan perluasan cakupan pelayanan dalam menjangkau wilayah sulit maupun penduduk
dasar dan perlindungan sosial masih banyak kelompok khusus. Pelayanan administrasi
terkendala dengan keserasian pendataan kependudukan belum sepenuhnya menjangkau
penduduk. Data penentuan target baik pelayanan wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T). Selain itu,
dasar maupun perlindungan sosial telah berbasis administrasi kependudukan ini belum sepenuhnya
Nomor Induk Kepegawaian (NIK). Namun demikian, terintegrasi lintas sektor. Selain untuk memperluas
masih banyak penduduk yang belum melaporkan, cakupan pelayanan dasar dan perlindungan
menyelaraskan, maupun mencatatkan NIK sosial, cakupan administrasi kependudukan yang
tersebut, atau bahkan belum memiliki NIK. Sebagai komprehensif akan menghasilkan statistik hayati
konsekuensi, statistik hayati yang lengkap dan yang mumpuni.

Perlindungan Sosial Bagi Seluruh Penduduk

Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi dan kepatuhan para pemberi kerja maupun pada
seluruh penduduk Indonesia dari goncangan kelompok pekerja bukan penerima upah belum
ekonomi, maupun goncangan sosial, bahkan baik. Regulasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim. dan Jaminan Sosial bidang Ketenagakerjaan
Meskipun kesejahteraan penduduk meningkat, masih belum harmonis. Kelembagaan Sistem
jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin saat Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum optimal
terjadi guncangan masih cukup tinggi. Perlindungan terutama dari sisi koordinasi antar kelembagaan
sosial bagi penduduk miskin dan rentan diberikan dan penegakan fungsi Dewan Jaminan Sosial
melalui pemberian bantuan sosial untuk mengurangi Nasional (DJSN). Respon lembaga pengawasan
beban pengeluaran mereka. Namun demikian, terhadap pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
masih dibutuhkan kerja keras dalam mencapai ketetapan belum sekuat yang diharapkan. Lembaga
penurunan tingkat kemiskinan yang ditargetkan. aktuaria yang diperlukan untuk memperkirakan dan
Berbagai kendala seperti permasalahan data, menegakkan keberlanjutan fiskal program belum
prosedur administrasi yang lama, program-program terkoordinasi dengan baik dan lembaga yang
yang belum terintegrasi dengan optimal serta independen belum tersedia. Sistem monitoring
kemiskinan yang mulai menyentuh penduduk paling dan evaluasi masih parsial dan belum terintegrasi
miskin, membutuhkan penanganan yang lebih dengan baik.
komprehensif yang perlu didukung dengan data
yang akurat untuk meningkatkan ketepatan sasaran. Perlindungan sosial yang adaptif belum sepenuhnya
berkembang. Sistem yang ada saat ini belum
Perluasan kepesertaan jaminan sosial terutama merespon kebutuhan penduduk yang menjadi
kepesertaan pekerja informal atau Pekerja Bukan korban bencana. Oleh karena itu, penduduk yang
Penerima Upah (PBPU) melambat. Jumlah peserta berada pada daerah rawan bencana menjadi
tidak aktif (berhenti membayar iuran) cukup banyak rentan miskin. Perlindungan sosial pun masih

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 87


Gambar 4.1 Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)

208
250 187,9
171,9
156,8
200
133,4

150 86,4 87,8 91,1 92,3 92,1


61,5 70,2 84,8
100 38 54 31,1
25,4
15 19,3
50 9,1

0
2014 2015 2016 2017 2018
PBI Non PBI Tanpa PBPU PBPU Total
Sumber: BPJS Kesehatan
Keterangan:
PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah

belum memihak sepenuhnya terhadap kelompok hari sebesar 7,9 persen dan sebesar 11,4 persen
khusus atau tertentu antara lain penyandang yang tidak mempunyai kemampuan berbicara,
disabilitas maupun penduduk lansia yang rentan melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). Selain itu,
miskin. Kesejahteraan kelompok penduduk tersebut tingkat kesejahteraan lanjut usia masih rendah.
masih cukup rentan dan belum sepenuhnya Tingkat kemiskinan mereka relatif lebih tinggi dari
diperhatikan. Bertambahnya usia penduduk kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut usia juga
berkaitan erat dengan penurunan kapasitas intrinsik rentan terhadap kekerasan, kejahatan, penipuan,
dan kapabilitas fungsional. Penduduk lansia yang diskriminasi, dan eksklusi.
tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari

Pemenuhan Layanan Dasar

Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja
namun belum menjangkau seluruh penduduk. terhadap kesehatan reproduksi dan penyiapan
Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas kehidupan berkeluarga. Pemahaman orangtua
tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata mengenai pola asuh yang baik, kesehatan
laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi
pelayanan kesehatan reproduksi belum berjalan yang cukup masih rendah sehingga prevalensi
optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive stunting masih tinggi.
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari
57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, TB
(SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific dan malaria) masih tinggi disertai dengan ancaman
Fertility Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga masih emerging diseases akibat tingginya mobilitas

88 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
penduduk. Pola hidup yang tidak sehat meningkatkan dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
faktor risiko penyakit seperti obesitas, merokok, swasta belum mampu secara maksimal berperan
dan tekanan darah tinggi, sehingga mendorong sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti serta penggunaan obat yang tidak rasional masih
stroke, jantung dan diabetes. Kondisi lingkungan terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor
diperburuk dengan polusi udara, air dan sanitasi bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan,
dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta sistem pengawasan obat dan makanan belum
yang belum terkelola dengan baik. Proporsi rumah optimal. Ketimpangan kinerja sistem kesehatan antar
tangga yang memiliki akses terhadap rumah layak wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan imunisasi
huni hanya 38,3 persen, dengan akses terhadap air yang rendah di Indonesia bagian timur. Fasilitas
minum dan sanitasi masing-masing sebesar 61,29 kesehatan terakreditasi dan tenaga kesehatan
persen dan 74,58 persen (BPS, 2018). menumpuk di Jawa-Bali dan daerah perkotaan.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal Di bidang pendidikan, masih terdapat 4,4 juta
dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas anak usia 7-18 tahun yang tidak bersekolah (anak

Gambar 4.2 Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia

1990 2017 % Perubahan


1990-2017

01 Gangguan Neonatal Stroke 01 + 93,4%

02 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Penyakit Jantung Iskemik 02 + 113,9%

03 Diare Diabetes 03 + 157,1%

04 Tuberkulosis Gangguan Neonatal 04 - 52,5%

05 Stroke Tuberkulosis 05 - 45,1%

06 Kecelakaan Lalu Lintas Sirosis 06 + 17,3%

07 Cacat Bawaan Diare 07 - 63,4%

08 Penyakit Jantung Iskemik Nyeri Puggung Bawah 08 + 84,1%

09 Sirosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis 09 + 76,7%

10 Campak Kecelakaan Lalu Lintas 10 - 32,1%


Penyakit menular/masalah kesehatan ibu, anak dan gizi
11 Diabetes
Penyakit tidak menular Cedera
Sumber: Global Burden of Disease, 2017

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 89


tidak sekolah/ATS). ATS disebabkan pada masih pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan
rendahnya upaya lintas sektor dalam meminimalisasi berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
hambatan sosial, ekonomi, budaya, maupun Hasil PISA (Program for International Student
geografis, serta pola layanan yang belum optimal Assessment) 2015, menunjukkan bahwa proporsi
untuk anak berkebutuhan khusus, anak jalanan dan siswa yang berada di atas standar kompetensi masih
anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum, rendah dari negara-negara lain di kawasan ASEAN.
anak dalam pernikahan atau ibu remaja, dan
anak yang bekerja atau pekerja anak. Partisipasi Selain itu, hasil Asesmen Kompetensi Siswa
pendidikan pada jenjang PAUD dan pendidikan Indonesia (AKSI), menunjukkan bahwa kompetensi
tinggi (PT) juga masih sangat rendah, yaitu masing- siswa di berbagai wilayah masih sangat jauh
masing sebesar 34,36 persen, dan 29,93 persen tertinggal. Hal ini terlihat dari masih rendahnya
(2017). Kesenjangan pendidikan antar kelompok siswa yang mencapai batas kompetensi minimum,
ekonomi juga masih menjadi permasalahan dan seperti di Sulawesi Barat untuk membaca (20,92
semakin lebar seiring dengan semakin tingginya persen), Maluku untuk matematika (12,19 persen),
jenjang pendidikan. Rasio APK 20 persen penduduk dan Gorontalo untuk sains (13,52 persen).
termiskin dibandingkan 20 persen terkaya pada Kualitas pendidik menjadi faktor utama yang
jenjang menengah dan tinggi pada tahun 2017, mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hasil Uji
masing-masing sebesar 0,7 dan 0,16. Kesenjangan Kompetensi Guru (UKG) 2015, menunjukkan nilai
taraf pendidikan antarwilayah juga masih tinggi. rata-rata sebesar 53,02, lebih rendah dari standar
kompetensi minimal sebesar 55,0. Sementara itu,
Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan pada jenjang pendidikan tinggi, hanya 14,3 persen
secara optimal dan merata antarwilayah. Upaya dari 272.754 dosen yang berkualifikasi doktor/S-3
yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas (Kemristekdikti, Mei 2018).

Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15
Tahun Keatas per Provinsi, 2017

Provinsi tertinggi RLS Nasional

DKI Jakarta 8,45 Tahun


RLS 10,89 Tahun Provinsi terendah
Papua
RLS 6,45 Tahun

10-11 tahun
9-10 tahun
8-9 tahun
7-8 tahun
6-7 tahun
Sumber: Susenas BPS

90 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 4.4 Proporsi Anak Kelas 9 yang Mencapai Standar Kemampuan Minimum Tes PISA

50% 46% 45% 45%


42%

38% 45%

30% 34% 35% 34%


32%
24%
23%
10%
2006 2009 2012 2015

Matematika Membaca Sains

Sumber: PISA 2015

Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Kemampuan Minimum Tes
PISA

100%

80%

60%

40%
68,6%
53,8%
20%
19,1% 23,4%
15,5%
0%
Indonesia Thailand Vietnam Korea OECD Av.
below level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6
Sumber: PISA 2015

Kesenjangan mutu antarsatuan pendidikan tinggi fokus dalam mengemban tiga fungsi tersebut,
menjadi persoalan krusial di Indonesia. Jumlah yakni apakah sebagai research university yang
perguruan tinggi yang begitu besar, yakni 4.650 menekankan pada aspek knowledge production
lembaga, menyebabkan upaya tata kelola melalui riset multi dan lintas disipliner, teaching
di pendidikan tinggi belum berjalan optimal. university yang fokus pada pembelajaran dan
Persoalan kualitas juga terkait erat dengan belum pengabdian masyarakat, atau sebagai vocational
terwujudnya diferensiasi misi perguruan tinggi university yang menekankan pada kemitraan
dalam mengemban tridharma perguruan tinggi, dengan industri dan penyiapan lulusan berkeahlian
yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian dan berketerampilan.
masyarakat. Selama ini, perguruan tinggi belum

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 91


Peningkatan Kualitas Anak,
Perempuan, dan Pemuda

Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai 18 tahun merokok (Riskesdas, 2018) dan sekitar 1,9
dengan tahap kehidupan dan karakteristik persen pelajar di bawah usia lima belas tahun yang
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang menggunakan narkotika dalam satu tahun terakhir
berkualitas dan berdaya saing. Anak, perempuan, (SPPGN, 2016).
dan pemuda merupakan kelompok penduduk
yang memiliki kriteria spesifik sehingga dibutuhkan
pendekatan yang berbeda demi menjamin kualitas
hidup mereka. Pemenuhan hak dan perlindungan
anak penting untuk memastikan anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pemberdayaan
dan perlindungan perempuan menjadi faktor
penting untuk memastikan keterlibatan mereka
1,9%
9,1 % anak usia pelajar di bawah
dalam setiap sektor pembangunan. Sementara
itu, pembangunan pemuda memiliki arti penting
10-18 tahun usia 15 tahun
merokok menggunakan
bagi keberlangsungan suatu negara-bangsa (Riskesdas, 2018) narkotika
karena pemuda adalah penerima tongkat estafet (SPPGN, 2016)
kepemimpinan bangsa dan salah satu penentu
optimalisasi bonus demografi. Kasus kekerasan terhadap perempuan masih
tinggi. Sekitar 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun
Pemenuhan hak dan perlindungan anak, mengalami kekerasan oleh pasangan dan selain
pemberdayaan dan perlindungan perempuan, serta pasangan selama hidup mereka, sekitar 1 dari 10
pembangunan pemuda belum berjalan optimal. diantaranya mengalami kekerasan dalam 12 bulan
Pemenuhan hak anak dalam kondisi tertentu masih terakhir (SPHPN 2016, BPS). Ketimpangan gender
memerlukan upaya yang besar. Hanya sekitar masih terlihat dari persentase kepala rumah tangga
13 persen anak didik lapas yang mendapatkan perempuan yang mengakses kredit lebih rendah
pendidikan formal (Kementerian Hukum dan HAM, dibandingkan laki-laki (1,48 persen perempuan
2014) dan sekitar 16 persen anak belum memiliki dan 2,38 persen laki-laki) (Susenas, 2015), Tingkat
akta kelahiran (Kemendagri, 2018). Selain itu, tindak Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didominasi oleh
kekerasan terhadap anak masih terjadi. Hal ini laki-laki (82,69 persen laki-laki dan 51,88 persen
ditunjukkan dari adanya sekitar 23 persen pelajar perempuan) (Sakernas, 2018), serta keterwakilan
pernah terlibat perkelahian (SNKBS, 2017), 22,91 perempuan secara kuantitas dan kualitas di lembaga
persen perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun legislatif masih rendah (17, 32 persen di DPR dan 26
menikah sebelum usia 18 tahun (Susenas, 2017), dan persen di DPD pada tahun 2014).
meningkatnya laporan cyber crime yang melibatkan
anak dari 608 kasus di tahun 2017 menjadi 679 Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan
kasus di tahun 2018 (KPAI). Selanjutnya, perilaku juga belum optimal. Hanya 6,27 persen pemuda
berisiko perlu ditangani sedini mungkin untuk yang pernah memberikan saran/pendapat dalam
mencegah dampak jangka panjang bagi anak. Saat kegiatan pertemuan dan hanya 6,36 persen terlibat
ini terdapat sekitar 9,1 persen penduduk usia 10- aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).

92 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Akses kredit kepala rumah Tingkat Partisipasi
tangga perempuan Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di lembaga

1,48% dan laki-laki laki-laki 82,69% dan legislatif 17,32% di DPR dan

2,38% perempuan 51,88% 26% DPD pada tahun 2014

Sebagian pemuda cenderung memiliki perilaku sekitar 56,5 persen pada rentang usia 20–24 tahun
berisiko yang berakibat pada terjadinya cidera, (Kemenkes). Selanjutnya, sekitar 26,34 persen
penyakit, dan nonproduktivitas. Penyalahguna pemuda merokok (IPP, 2018). Gangguan mental
narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih tinggi juga menyebabkan disabilitas (nonproduktivitas)
dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0 berbanding yang cukup tinggi, terutama pada rentang usia 10-
2,8 (BNN, 2017). Sekitar 63,8 persen jumlah 29 tahun (IHME, 2017).
infeksi HIV baru pada usia rentang usia 15–19 dan

Pengentasan Kemiskinan

Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia produktivitas di sektor ini antara lain karena masih
tumbuh positif. Namun, elastisitasnya terhadap minimnya kepemilikan aset produktif, minimnya akses
tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan terhadap pembiayaan serta kurangnya pengetahuan
kemiskinan cenderung melambat. Hal ini terjadi dan keterampilan. Baru sekitar 25,6 persen rumah
antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami tangga miskin dan rentan yang memiliki akses
pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan terhadap layanan keuangan (Susenas, 2018). Dalam
dan jasa bukan merupakan sektor yang menjadi hal kemandirian ekonomi, kelompok miskin dan rentan
andalan penghidupan bagi masyarakat miskin dan masih sulit bersaing dalam usaha produktif karena
rentan. Sebagai contoh, sektor pertanian yang menjadi daya saing yang rendah, rendahnya akses mereka
tumpuan penghidupan mayoritas tenaga kerja, terhadap pasar dari produk yang dihasilkan serta
khususnya tenaga kerja miskin, memiliki produktivitas kolaborasi usaha dan belum optimalnya kolaborasi
yang rendah serta kontribusi terhadap PDRB yang keperantaraan usaha.
cenderung menurun. Sebanyak 49,8 persen kepala
keluarga dari kelompok miskin dan rentan bekerja di Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam
sektor pertanian dan 13,4 persen bekerja di sektor upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka
perdagangan dan jasa akomodasi (Susenas, 2018). kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka
Di sisi lain, rata-rata pendapatan sektor tersebut kebijakan makro, pemerintah perlu terus menjaga
merupakan yang terendah, rata-rata pendapatan stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi
sektor pertanian adalah Rp. 743.399,- sementara yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif,
sektor perdagangan dan jasa akomodasi sebesar Rp. menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan,
1.218.955,- per bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 93


mengembangkan infrastruktur di wilayah tertinggal. kelompok miskin dan rentan lebih produktif dan
Sedangkan dalam kerangka mikro, upaya berdaya secara ekonomi sehingga tidak terus
mengurangi kemiskinan dikelompokkan dalam dua bergantung pada bantuan pemerintah. Selain
strategi utama, yaitu penyempurnaan kebijakan itu, pemerintah mengupayakan pendanaan bagi
bantuan sosial yang bertujuan untuk menurunkan inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti memiliki
beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan dampak sosial ekonomi. Dalam jangka menengah
kelompok miskin dan rentan melalui program kombinasi dari berbagai skema tersebut diharapkan
ekonomi produktif. Strategi kedua ini yang perlu dapat mendorong kelompok rentan untuk dapat
dikembangkan pemerintah dalam upaya membuat meningkat menjadi kelompok ekonomi menengah.

1sst
t
PLACE
PL
LA
LLAC
ACE

Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing


2 1 3

Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan
masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human SMP ke bawah (58,77 persen atau 72,88 juta orang),
Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai
65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia 7,79 persen. Informasi pasar kerja andal yang belum
(peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam tersedia dan keterlibatan industri yang rendah,
(peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja menyebabkan masih terjadinya mismatch antara
Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan
juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.
rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan Program studi yang dikembangkan pada jenjang
dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu, pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab
pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa
tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar
Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen didominasi oleh program studi sosial humaniora.
pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang
dan 1,5 persen dari modal manusia. ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan
dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal. sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik
Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik
merespon perkembangan kebutuhan pasar produktif berkualitas, kecukupan magang dan
kerja merupakan salah satu penyebab mengapa praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi
produktivitas dan daya saing Indonesia masih kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum
tertinggal. Saat ini proporsi pekerja berkeahlian mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung
menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing,
39,57 persen (Sakernas Agustus, 2018), lebih rendah serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi,
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim.

94 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 4.6 Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018

S3 S3 S3
146 41.066
1.284

PENELITI PEREKAYASA DOSEN

Dari 301.885 SDM Iptek <S3 <S3 <S3


7.450 249.621
hanya 14,08% berkualifikasi S3 2.318

Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018

Kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi


Jumlah publikasi internasional
Indonesia masih rendah. Indonesia berada di
yang dapat disitasi sampai dengan
peringkat 85 dari 126 negara dengan skor Global
tahun 2017 baru mencapai 72.146
Innovation Index (GII) 29,8 dari skala 0-100 (2018),
(peringkat 52 dari 239 negara).
atau peringkat 14 dari 15 negara-negara Asia
Tenggara dan Oceania. Hal ini disebabkan oleh
masih belum memadainya infrastruktur litbang. Dari 9.352 paten yang
Jumlah SDM Iptek masih terbatas dan hanya 14,08 didaftarkan, hanya 2.271 (24%)
persen diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem yang merupakan hasil penemuan
inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses dari peneliti Indonesia
hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat.
Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas inovasi teknologi, perlu dibangun ekosistem inovasi
perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber yang didukung dengan komitmen peningkatan
inovasi teknologi (center of excellence). belanja litbang nasional.

Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator
mengembangkan bidang ilmu yang menjadi daya saing SDM Indonesia. Namun, budaya dan
keunggulan dan masih kurang terhubung dengan prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal.
jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada
tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh
negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, walaupun peringkat ke-4 dari sebelumnya peringkat ke-
jumlah publikasi dosen di jurnal internasional 17 pada Asian Games tahun 2014. Akan tetapi di
mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan tingkat dunia, Indonesia hanya mampu memperoleh
sitasi yang rata-rata mencapai 45 persen per tahun. satu medali emas pada Olimpiade tahun 2016 di
Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi Brazil. Budaya olahraga masyarakat tercatat masih
sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146 rendah meskipun terus meningkat dari 27,61 persen
(peringkat 52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 pada tahun 2015 menjadi 31,39 persen pada tahun
paten yang didaftarkan, hanya 2.271 atau 24 persen 2018 (MSBP-BPS). Pembangunan olahraga perlu
yang merupakan hasil penemuan dari peneliti ditempuh melalui pemassalan olahraga untuk
Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem mengembangkan kesadaran masyarakat dalam
inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta. meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan,
Untuk mendorong produktivitas ekonomi melalui dan hubungan sosial.

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 95


Sasaran, Target, dan Indikator
Tabel 4.1 Sasaran/Indikator/Target Pembangunan Manusia
No Indikator Baseline Target 2024
Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan
Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/ 2,28
1 2,10
TFR) (SUPAS, 2015)
Cakupan NIK 96 100
Kepemilikan akte kelahiran 83,3 100
2 Pencatatan akte kematian N.A 100
Kepemilikan buku nikah N.A 100
Pencatatan perceraian N.A 100
Penyebab kematian Belum Diterapkan 100
Persentase daerah yang menyelenggarakan
3 layanan terpadu penanggulangan 25% 80%
kemiskinan
Jumlah kab/kota yang memanfaatkan
sistem perencanaan, penganggaran
4 dan monev unit terpadu dalam 86 kab/kota 300 kab/kota
proses penyusunan program-program
penanggulangan kemiskinan
Perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
Persentase penduduk yang tercakup dalam
program perlindungan sosial:
a. Proporsi penduduk yang tercakup dalam
78,7% 98%
1 program jaminan sosial (%)
b. Proporsi rumah tangga miskin dan
rentan yang memperoleh bantuan sosial 65,2 % 80%
pemerintah (%)
Cakupan penerima bantuan non-tunai dan
subsidi tepat sasaran:
a. Bantuan keluarga untuk kesehatan dan 10 juta KK 10 juta KK
2 pendidikan
b. Bantuan Pangan 15,6 juta KK 15,6 juta KK
c. Bantuan elpiji 3 kg 25,7 juta RT 25,7 juta KK
d. Bantuan listrik daya 450 VA dan 900 VA 25,7 juta RT 25,7 juta KK
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI)
96,6 juta penduduk 112,9 juta
3 Jaminan Kesehatan Nasional dari 40 persen
(1 Februari 2019) penduduk
penduduk berpendapatan terbawah
4 Mobilitas penduduk lanjut usia (%) 92,1% (Supas, 2015) 94%
5 Kapasitas penduduk lansia (%) 88,6 % (Supas, 2015) 90%
Pembangunan kawasan ramah lansia
6 N/A Meningkat
(kabupaten/kota/komunitas)
Persentase rumah tangga dengan lanjut 18,9%
7 25%
usia yang memperoleh bantuan sosial (BPS, 2018)
81,7%
8 Cakupan kepesertaan JKN 98%
(1 Maret 2019)

96 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Indikator Baseline Target 2024
Cakupan kepesertaan BPJS TK
9 a. Pekerja formal 40% 40% > 70%
b. Pekerja informal 5% 5% > 30%
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI)
10 N/A 20 juta pekerja
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Tersusunnya Sistem Perlindungan Sosial
11 0 1
Adaptif Berbasis Asuransi
Kawasan ramah lansia
12 N/A Meningkat
(kabupaten/kota/komunitas)
Persentase rumah tangga dengan lanjut
13 18,9 % (BPS, 2018) 25%
usia yang memperoleh bantuan sosial
Persentase anak penyandang disabilitas
37,5%
14 usia sekolah yang memiliki akses terhadap 50%
(Susenas, 2018)
layanan pendidikan dasar
Persentase pemerintah daerah yang 2,7%
15 7,5%
menerapkan prinsip-prinsip kota inklusif (Apeksi, 2017)
Pemenuhan layanan dasar
Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran 305
1 183
hidup) (SUPAS, 2015)
Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran 24
2 16
hidup) (SDKI, 2017)
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara 57,2
3 63,41
Modern (mCPR) (SDKI, 2017)
10,60%
4 Unmet Need KB (persen) 7,4%
(SDKI, 2017)
36
5 ASFR 15 – 19 Tahun 18
(SDKI, 2017)
Prevalensi stunting (pendek dan sangat 30,8%
6 19%
pendek) pada balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) 10,2%
7 7%
pada balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang 0,24
8 0,18
tidak terinfeksi HIV) (Kemkes, 2018)
319
9 Insidensi TB (per 100.000 penduduk) 190
(Global TB Report, 2017)
285
10 Eliminasi malaria (kab/kota) 405
(Kemkes, 2018)
Persentase merokok penduduk usia 10 - 18 9,1%
11 8,7%
tahun (Riskesdas, 2018)
Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 21,8%
12 21,8%
18 tahun (persen) (Riskesdas, 2018)
Persentase imunisasi dasar lengkap pada 57,9%
13 80%
anak usia 12-23 bulan (Riskesdas, 2018)
Persentase fasilitas kesehatan tingkat 40%
14 85%
pertama terakreditasi (Kemkes, 2018)
63%
15 Persentase rumah sakit terakreditasi 95%
(Kemkes, 2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 97


No Indikator Baseline Target 2024
Persentase puskesmas dengan jenis tenaga 23%
16 83%
kesehatan sesuai standar (Kemkes, 2018)
15%
17 Persentase puskesmas tanpa dokter 0%
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan ketersediaan 86%
18 96%
obat esensial (Kemkes, 2018)
80,9%
19 Persentase obat memenuhi syarat 92,3%
(BPOM, 2018)
71%
20 Persentase makanan memenuhi syarat 90%
(BPOM, 2018)
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 8,45 tahun
21 9,16 tahun
Tahun Keatas (Tahun) (Susenas 2017)
12,85 tahun
22 Harapan Lama Sekolah (Tahun) 14,16 tahun
(Susenas 2017)
Angka Partisipasi Kasar (Persen)
a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 34,36% 53,10%
(Susenas 2017)
b. SD/MI/ sederajat 108,50% 106,71%
(Susenas 2017)
23 c. SMP/MTs/ sederajat 90,23% 95,43%
(Susenas 2017)
d. SMA/SMK/MA/sederajat 82,84% 84,02%
(Susenas 2017)
e. Pendidikan Tinggi (PT) 29,93% 43,86%
(Susenas 2017)
Persentase anak kelas 1 SD/MI/SDLB yang
74,80
24 pernah mengikuti pendidikan anak usia dini 77,78
(Susenas, 2017)
(TK/RA/BA/PAUD)
Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 20
Persen Termiskin dan 20 Persen Terkaya
25
a. SMA/SMK/MA/Sederajat 0,70 0,85
b. Pendidikan Tinggi 0,16 0,50
Nilai rata-rata hasil PISA:
a. Membaca 397 412,6
26
b. Matematika 386 396,8
c. Sains 403 418,0
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi
Minimal dalam Test PISA (Persen):
27 a. Membaca 44,62% 49,80%
b. Matematika 31,40% 39,83%
c. Sains 44,05% 48,00%
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi
Minimal dalam Test AKSI (Persen):
28 a. Membaca 53,2% 61,2%
b. Matematika 22,9% 30,1%
c. Sains 26,4% 34,4%
Persentase Guru (TK, SD, SMP, SMA, SMK,
55,92%
29 dan PLB) yang Bersertifikat Pendidik 81,75%
(Kemdikbud, 2017)
(Persen)

98 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Indikator Baseline Target 2024
Persentase Satuan Pendidikan Berakreditasi
Minimal B (Persen):
76,84% 84,46%
d. SD/MI/
(Kemdikbud, 2017)
30 70,13% 81,33%
e. SMP/MTs
(Kemdikbud, 2017)
71,01% 80,86%
f. SMA/MA
(Kemdikbud, 2017)
31 Jumlah Perguruan Tinggi Terakreditasi A 91 235
Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda
67,9
1 Indeks Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA) 81,46
(2017)
51,50
2 Indeks Pembangunan Pemuda 57,67
(2018)
Prevalensi kekerasan terhadap perempuan 9,40
3 Menurun
usia 15-64 tahun di 12 bulan terakhir (2016)
Pengentasan kemiskinan
Persentase rumah tangga miskin dan
1 rentan yang memiliki asset produktif 27,9% 40%
(layanan keuangan, modal, lahan, pelatihan)
Persentase rumah tangga miskin dan
2 25,6% 50%
rentan yang mengakses pendanan usaha
3 Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 750.000 7.750.000
4 Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 6.286.087 56.286.087
Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Persentase angkatan kerja berpendidikan 41,2%
1 52,1%
menengah ke atas (BPS, 2018)
Proporsi pekerja berkeahlian menengah 39,57%
2 50%
dan tinggi (persen) (2018)
Lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi 472.089
3 2.000.000
bersertifikat kompetensi (orang) (BNSP, 2017)
Jumlah prodi per bidang ilmu yang
dikembangkan di PT
4
a. Sains keteknikan 40,9% 50%
b. Sosial humaniora 59,1% 50%
Persentase lulusan PT menurut program
studi
5
a. Sains keteknikan 39,9% 45%
b. Sosial humaniora 60,1% 55%
Persentase lulusan PT yang langsung 63%
6 80%
bekerja (Kemristekdikti, 2017)
Jumlah PT yang Masuk ke dalam World
Class University
7 a. Top 100 - 1
b. Top 300 1 (UI) 2
c. Top 500 2 (ITB dan UGM) 3
Jumlah publikasi ilmiah dan sitasi di jurnal 16.147
8 36.500
internasional (Kemristekdikti, 2017)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 99


No Indikator Baseline Target 2024
94
9 Jumlah Prototipe dari Perguruan Tinggi 243
(Kemristekdikti, 2017)
Jumlah HKI yang didaftarkan dari hasil 762
10 1.849
litbang Perguruan Tinggi (Kemristekdikti, 2017)
Jumlah produk inovasi dari tenant
143
11 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi 600
(Kemristekdikti, 2018)
(PPBT) yang dibina
Jumlah produk inovasi yang dimanfaatkan 52
12 210
industri/ badan usaha (Kemristekdikti, 2018)
Jumlah paten yang diberikan dan yang 790/1.362
13 1.000/3.000
didaftarkan (resident) (Kemhukham, 2018)
Persentase SDM Iptek (dosen, peneliti, 14,08%
14 20*
perekayasa) Berkualifikasi S3 (Kemristekdikti, LIPI, BPPT)
81
15 Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan 138*
(Kemristekdikti, 2018)
Jumlah pranata litbang yang terakreditasi 48
16 75*
(aktif) (KNAPP, 2018)
Jumlah publikasi internasional yang dapat
17 72.146 150.000
disitasi
Jumlah infrastruktur Iptek strategis yang
18 6 10
dikembangkan
19 Jumlah STP yang ada yang dikembangkan 45 8
20 Hasil inovasi Prioritas Riset Nasional N/A 40*
Penerapan teknologi untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan:
a. Penerapan teknologi untuk keberlanjutan 12 24
21
pemanfaatan sumber daya alam
b. Penerapan teknologi untuk pencegahan 35 35
dan mitigasi pascabencana
22 Proporsi anggaran litbang terhadap PDB 0,25 0,42
Meningkatnya budaya dan prestasi
olahraga:
a. Persentase penduduk berumur 10 tahun
31,39%
ke atas yang melakukan olahraga selama 40%
(2018)
seminggu terakhir
Peringkat ke-6
Peringkat ke-4
b. Peringkat Asian Games sampai ke-8
(2018)
23 (2022)
Peringkat ke-4
Peringkat ke-5
c. Peringkat Asian Para Games sampai ke-6
(2018)
(2022)
d. Jumlah perolehan medali pada Olympic 1 medali emas
3 medali emas
Games (2016)
e.Jumlah perolehan medali pada
- 1 medali emas
Paralympic Games

Keterangan: *) angka kumulatif

100 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk a) Penyediaan statistik hayati yang
dan memperkuat tata kelola kependudukan, akurat dari data lintas sektor; dan b)
melalui: Pemanfaatan statistik hayati secara
1.1) Percepatan cakupan administrasi optimal untuk pembangunan dan
kependudukan, mencakup: pelayanan publik.
a) Perluasan jangkauan layanan b) Penguatan koordinasi, kolaborasi, dan
pendaftaran penduduk pencatatan sipil sinkronisasi antar-kementerian/lembaga,
bagi penduduk bagi seluruh penduduk pemerintah provinsi, pemerintah
dan WNI di luar negeri, mencakup: a) kabupaten/kota, dan pemangku
Pendekatan layanan ke tingkat desa kepentingan dalam layanan pendaftaran
dan kelurahan serta layanan di seluruh penduduk dan pencatatan sipil serta
kantor Perwakilan Republik Indonesia; pengembangan statistik hayati,
b) Peningkatan layanan pendaftaran mencakup: a) Penyusunan kerangka
penduduk dan pencatatan sipil yang kebijakan dan prosedur pencatatan
mudah dan cepat; c) Pengembangan sipil dan pendaftaran penduduk yang
sistem pendaftaran penduduk dan menyeluruh dan selaras antar sektor;
pencatatan sipil berbasis teknologi dan b) Penyelenggaraan tata kelola
informasi dan terhubung lintas sektor; dan pendaftaran penduduk dan pencatatan
d) Keterhubungan antar sistem informasi sipil yang selaras antara pemerintah
di berbagai lembaga pemerintah. pusat dan daerah.
b) Peningkatan kesadaran dan keaktifan 1.3) Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan
masyarakat dalam mencatatkan peristiwa pengendalian penduduk, mencakup: a)
kependudukan dan peristiwa penting, Penguatan sinergitas kebijakan pengendalian
mencakup: a) Pelibatan berbagai sektor penduduk dalam mewujudkan penduduk
pemerintahan dan elemen masyarakat tumbuh seimbang; b) Penguatan kapasitas
untuk aktif dalam sosialisasi dan advokasi; dan kapabilitas kelembagaan pusat, provinsi
dan b) Pengembangan sistem insentif serta kabupaten dan kota dalam bidang
yang tepat untuk mendorong penduduk pengendalian penduduk; dan c) Pemanfaatan
dan WNI di luar negeri untuk melaporkan data dan informasi kependudukan serta
peristiwa pendaftaran penduduk dan sinergitas pendataan keluarga.
pencatatan sipil.
c) Percepatan kepemilikan dokumen 2. Memperkuat pelaksanaan perlindungan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sosial, melalui:
sipil bagi kelompok khusus. 2.1) Penguatan pelaksanaan jaminan sosial,
1.2) Integrasi sistem administrasi mencakup: a) keberlanjutan pendanaan
kependudukan, mencakup: SJSN termasuk penyesuaian sistem iuran dan
a) Peningkatan ketersediaan dan kualitas tarif, perluasan kepesertaan SJSN terutama
statistik hayati yang akurat, lengkap, sektor informal dan pekerja penerima upah,
dan tepat waktu untuk perencanaan dan dan perbaikan sistem pengelolaan JKN dan
pelaksanaan pembangunan, mencakup: SJSN ketenagakerjaan; b) penerapan active

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 101


purchasing dan perumusan paket manfaat dan MPASI (bagi keluarga yang memiliki anak
JKN secara eksplisit yang diikuti oleh bawah dua tahun) untuk memenuhi cakupan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan nutrisi penerima bantuan; dan e) peningkatan
dan akuntabilitas pengelolaan JKN; c) peran Pemda dalam pendampingan dan
penguatan kelembagaan SJSN, perbaikan penyaluran bantuan.
tata kelola hubungan antarlembaga, dan 2.3) Perlindungan sosial adaptif, mencakup: a)
harmonisasi peraturan perundangan yang pengembangan perlindungan sosial yang
terkait, integrasi implementasi operasional terintegrasi dengan risiko ekonomi dan sosial
JKN dan SJSN ketenagakerjaan; d) terhadap perubahan iklim dan bencana
pengembangan program SJSN yang alam; b) penguatan sistem kelembagaan
komprehensif dan terintegrasi, termasuk perlindungan sosial yang responsif terhadap
pengembangan Jaminan Pekerjaan risiko sosial dan ekonomi akibat perubahan
(Unemployment Benefit), Perawatan Jangka iklim dan bencana alam; c) pengembangan
Panjang Berbasis Kontribusi (Long Term sistem pembiayaan perlindungan sosial
Care), dan Program Rehabilitasi Kerja untuk mengatasi risiko perubahan iklim dan
(Return to Work); e) pembangunan sistem bencana alam.
monitoring dan evaluasi yang terintegrasi; f) 2.4) Peningkatan kesejahteraan sosial,
sinergi data dasar kependudukan, basis data mencakup: a) pengembangan sistem
terpadu (BDT) dan data BPJS kesehatan perawatan jangka panjang (long term care)
serta ketenagakerjaan; g) integrasi data terintegrasi dan holistik; b) pembangunan
JKN dengan sistem informasi kesehatan masyarakat, lingkungan, dan sarana
dan pemanfaatan data pelayanan BPJS prasarana ramah lanjut usia dan
kesehatan sebagai dasar pertimbangan penyandang disabilitas; c) penghormatan,
penyusunan kebijakan bagi para pemangku pelindungan, dan pemenuhan terhadap hak
kepentingan; dan h) penguatan health lanjut usia dan penyandang disabilitas; d)
technology assessment (HTA), dewan Implementasi rencana induk sesuai mandat
pertimbangan klinis, dan tim kendali mutu UU 8/2016 untuk mewujudkan pembangunan
dan kendali biaya; yang lebih inklusif; e) penguatan kelembagaan
2.2) Penguatan pelaksanaan penyaluran pelaksana program kelanjutusiaan; f)
bantuan sosial dan subsidi yang tepat pemberdayaan kelanjutusiaan bagi lanjut
sasaran, mencakup: a) pengembangan usia; dan g) pengembangan pendidikan dan
digitalisasi dan integrasi penyaluran bantuan keterampilan sepanjang hayat bagi lanjut
sosial dan subsidi tepat sasaran untuk usia.
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
bantuan; b) peningkatan inklusi keuangan 3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
melalui literasi bagi penerima manfaat; kesehatan menuju cakupan kesehatan
c) pemberian insentif unruk mendorong semesta dengan penekanan pada penguatan
partisipasi sekolah hingga perguruan tinggi pelayanan kesehatan dasar (Primary Health
bagi anak-anak dari keluarga penerima Care) dengan mendorong peningkatan upaya
bantuan sosial pendidikan dan kesehatan; d) promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan
pengembangan variasi bantuan pangan, tidak pemanfaatan teknologi, melalui:
hanya terbatas beras dan telur tetapi juga 3.1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
bahan pangan lokal, sayuran, daging, ikan, berencana (KB) dan kesehatan reproduksi,

102 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
mencakup: a) peningkatan pelayanan perluasan dan penajaman intervensi
maternal dan neonatal berkesinambungan sensitif secara terintegrasi; b) peningkatan
di fasilitas publik dan swasta dengan intervensi yang bersifat life saving dengan
mendorong seluruh persalinan di fasilitas didukung data yang kuat (evidence based
kesehatan, peningkatan cakupan dan policy) termasuk fortifikasi dan pemberian
kualitas pelayanan antenatal dan neonatal, multiple micronutrient; c) penguatan
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan
terutama bidan, perbaikan sistem rujukan perilaku hidup sehat terutama mendorong
maternal, penyediaan sarana prasarana pemenuhan gizi seimbang berbasis
dan farmasi, jaminan ketersediaan darah konsumsi pangan (food based approach);
setiap saat, dan pencatatan kematian d) penguatan sistem surveilans gizi; e)
ibu di fasilitas pelayanan kesehatan; b) peningkatan komitmen dan pendampingan
perluasan imunisasi dasar lengkap terutama bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi
pada daerah dengan cakupan rendah dan dengan strategi sesuai kondisi setempat;
pengembangan imunisasi untuk menurunkan dan f) respon cepat perbaikan gizi dalam
kematian bayi; c) peningkatan perilaku kondisi darurat.
hygiene; d) peningkatan gizi remaja putri 3.3) Peningkatan pengendalian penyakit,
dan ibu hamil; e) peningkatan pengetahuan dengan perhatian khusus pada HIV/AIDS, TB,
ibu dan keluarga khususnya pengasuhan, malaria, jantung, stroke, hipertensi, diabetes,
tumbuh kembang anak dan gizi; f) perluasan kanker, emerging diseases, penyakit yang
akses dan kualitas pelayanan KB dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa,
kesehatan reproduksi sesuai karakteristik penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis,
wilayah dengan optimalisasi peran sektor schistosomiasis), penyakit jiwa, cedera,
swasta dan pemerintah daerah melalui gangguan penglihatan, dan penyakit gigi
advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan mulut, mencakup: a) pencegahan
(KIE) dan konseling tentang pengendalian dan pengendalian faktor risiko penyakit
penduduk, KB dan kesehatan reproduksi, termasuk perluasan cakupan deteksi dini,
peningkatan kompetensi Penyuluh Keluarga pengembangan real time surveilans dan
Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan pengendalian vektor; b) penguatan health
Keluarga Berencana (PLKB) serta kapasitas security terutama peningkatan kapasitas
tenaga lini lapangan serta penguatan untuk pencegahan, deteksi, dan respon
fasilitas kesehatan, jaringan dan jejaring cepat terhadap ancaman penyakit termasuk
fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB penguatan alert system kejadian luar biasa
dan kesehatan reproduksi serta usaha dan karantina kesehatan; c) penguatan tata
kesehatan bersumber daya masyarakat; laksana penanganan penyakit dan cedera;
dan g) peningkatan pengetahuan dan dan d) penguatan sanitasi total berbasis
akses layanan kesehatan reproduksi remaja masyarakat.
secara lintas sektor yang responsif gender. 3.4) Penguatan Gerakan Masyarakat
3.2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat Hidup Sehat (Germas), mencakup: a)
untuk pencegahan dan penanggulangan pengembangan kawasan sehat antara lain
permasalahan gizi ganda, mencakup: a) kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya
percepatan penurunan stunting dengan kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan
peningkatan efektivitas intervensi spesifik, kerja sehat; b) penyediaan ruang terbuka

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 103


publik, transportasi masal dan konektivitas dengan karakteristik geografis tertentu
dengan mengacu pada rencana tata ruang (kepulauan dan pegunungan), perluasan
untuk mendorong aktivitas fisik masyarakat cakupan dan pengembangan jenis layanan
dan lingkungan sehat serta penurunan telemedicine, digitalisasi rekam medis dan
polusi udara; c) regulasi yang mendorong rekam medis online; perluasan pelayanan
pemerintah pusat dan daerah serta kesehatan bergerak (flying health care)
swasta untuk menerapkan pembangunan dan gugus pulau; optimalisasi penguatan
berwawasan kesehatan dan mendorong pelayanan kesehatan dasar melalui
hidup sehat termasuk pengembangan pendekatan keluarga; pengembangan
standar dan pedoman untuk sektor non dan peningkatan kualitas RS khusus;
kesehatan, peningkatan cukai rokok, dan perbaikan pengelolaan limbah
pelarangan iklan rokok, dan penerapan cukai medis fasilitas pelayanan kesehatan dan
pada produk pangan yang berisiko tinggi pengendalian bahan berbahaya dan
terhadap kesehatan dan pengaturan produk beracun (B3);
makanan dengan kandungan gula, garam b) Pemenuhan dan peningkatan
dan lemak; d) promosi perubahan perilaku kompetensi tenaga kesehatan yang
hidup sehat yang inovatif dan pemberdayaan difokuskan pada pengembangan
masyarakat termasuk revitalisasi posyandu paket pelayanan kesehatan (tenaga
dan upaya kesehatan bersumberdaya kesehatan, fasilitas kesehatan, farmasi
masyarakat lainnya serta penggerakan dan alat kesehatan), afirmasi pemenuhan
masyarakat madani untuk hidup sehat; dan tenaga kesehatan strategis, dan afirmasi
e) peningkatan penyediaan pilihan pangan pendidikan (beasiswa dan tugas belajar)
sehat termasuk penerapan label pangan dan tenaga kesehatan untuk ditempatkan
perluasan akses terhadap buah dan sayur. di daerah tertinggal, perbatasan, dan
3.5) Penguatan sistem kesehatan dan kepulauan (DTPK) dan daerah kurang
pengawasan obat dan makanan, diminati; re-distribusi tenaga kesehatan
mencakup: yang ditempatkan di fasilitas pelayanan
a) Penguatan pelayanan kesehatan dasar kesehatan yang didukung penyediaan
dan rujukan yang difokuskan pada insentif finansial dan non-finansial;
peningkatan upaya kesehatan masyarakat pengembangan mekanisme kerjasama
sebagai elemen pokok dari pelayanan pemenuhan tenaga kesehatan melalui
kesehatan dasar; penyempurnaan kontrak pelayanan; perluasan pendidikan
sistem akreditasi pelayanan kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan fokus
pemerintah dan swasta yang digunakan pada pelayanan kesehatan dasar;
sebagai acuan pemenuhan standar fasilitas pembatasan program studi bidang
pelayanan kesehatan; pengembangan kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan pelaksanaan rencana induk nasional kualitas; dan pemenuhan tenaga
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan; kesehatan sesuai standar dan tenaga
pemanfaatan inovasi teknologi dalam non-kesehatan termasuk tenaga sistem
pelayanan kesehatan meliputi perluasan informasi dan administrasi keuangan
sistem rujukan online termasuk integrasi untuk mendukung tata kelola di fasilitas
fasilitas kesehatan swasta dalam sistem pelayanan kesehatan;
rujukan, sistem rujukan khusus untuk daerah c) Pemenuhan dan peningkatan daya

104 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
saing sediaan farmasi dan alat daerah termasuk penerapan sistem
kesehatan yang difokuskan pada efisiensi single entry; inovasi dan pemanfaatan
pengadaan obat dan vaksin dengan teknologi digital untuk pengumpulan
mempertimbangkan kualitas produk; data, media promosi, komunikasi, dan
penguatan sistem logistik farmasi real time edukasi kesehatan termasuk big data;
berbasis elektronik; peningkatan promosi peningkatan pemanfaatan anggaran
dan pengawasan penggunaan obat untuk penguatan promotif dan preventif
rasional; pengembangan obat, produk berbasis bukti; pengembangan sumber
biologi, reagen, dan vaksin bersertifikat pembiayaan baru seperti penerapan
halal yang didukung oleh penelitian earmark cukai dan pajak, kerjasama
dan pengembangan life sciences; dan pemerintah dan swasta; peningkatan
pengembangan produksi dan sertifikasi kapasitas dan kemandirian pembiayaan
alat kesehatan untuk mendorong fasilitas kesehatan milik pemerintah;
kemandirian produksi dalam negeri; dan penguatan penelitian dan
d) Peningkatan efektivitas pengawasan pengembangan untuk efektivitas inovasi
obat dan makanan yang difokuskan intervensi, dan evaluasi sistem kesehatan
pada perluasan cakupan dan kualitas untuk mendukung pencapaian prioritas
pengawasan pre dan post market obat nasional.
dan pangan berisiko yang didukung oleh
peningkatan kompetensi SDM pengawas 4. Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan
dan penguji serta pemenuhan sarana berkualitas, melalui:
prasarana laboratorium; peningkatan 4.1) Peningkatan kualitas pengajaran dan
kemampuan riset; percepatan dan pembelajaran, mencakup: a) penerapan
perluasan proses layanan publik termasuk kurikulum dengan memberikan penguatan
registrasi; peningkatan kepatuhan pengajaran berfokus pada kemampuan
dan kemandirian pelaku usaha dalam matematika, literasi dan sains di semua
penerapan sistem manajemen mutu dan jenjang; b) penguatan pendidikan literasi
pengawasan produk; peningkatan peran kelas awal dan literasi baru (literasi
serta masyarakat dalam pengawasan; dan digital, data, dan sosial) dengan strategi
pemanfaatan teknologi informasi dalam pengajaran efektif dan tepat; c) peningkatan
pengawasan obat dan makanan; kompetensi dan profesionalisme pendidik;
e) Penguatan tata kelola, pembiayaan, d) penguatan kualitas penilaian hasil belajar
penelitian dan pengembangan siswa, terutama melalui penguatan peran
kesehatan yang difokuskan pada, pendidik dalam penilaian pembelajaran di
pengembangan kebijakan untuk kelas, serta peningkatan pemanfaatan hasil
penguatan kapasitas pemerintah provinsi penilaian sebagai bagian dalam perbaikan
dan kabupaten/kota; pendampingan proses pembelajaran; e) peningkatan
perbaikan tata kelola pada daerah pemanfaatan TIK dalam pembelajaran,
yang memiliki masalah kesehatan terutama dalam mensinergikan model
untuk pencapaian target nasional dan pembelajaran jarak jauh (distance
mendorong pemenuhan SPM kesehatan; learning), dan sistem pembelajaran online;
integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi f) integrasi softskill (keterampilan non-
sistem informasi kesehatan pusat dan teknis) dalam pembelajaran, g) peningkatan

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 105


model layanan yang tepat untuk daerah
3T (tertinggal, terdepan, terluar), seperti
pendidikan terintegrasi (sekolah satu atap/
SATAP), sekolah terbuka, pendidikan jarak
jauh, dan pendidikan berpola asrama;
c) pemerataan memperoleh pendidikan
tinggi berkualitas melalui perluasan daya
tampung terutama untuk bidang-bidang
yang menunjang kemajuan ekonomi
dan penguasaan sains dan teknologi; d)
Penanganan anak usia sekolah yang tidak
sekolah (ATS) untuk kembali bersekolah,
dengan pendataan tepat, penjangkauan dan
pendampingan efektif, revitalisasi gerakan
kembali bersekolah, dan model pembelajaran
tepat untuk anak berkebutuhan khusus,
anak yang bekerja, berhadapan dengan
hukum, terlantar, jalanan, dan di daerah
bencana; e) peningkatan pemahaman dan
peran keluarga dan masyarakat mengenai
pentingnya pendidikan; dan f) peningkatan
layanan 1 tahun pra-sekolah.
4.3) Peningkatan profesionalisme, kualitas,
pengelolaan, dan penempatan pendidik
dan tenaga kependidikan yang merata,
mencakup: a) peningkatan kualitas
pendidikan calon guru melalui revitalisasi
kualitas pendidikan karakter, agama LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
dan kewargaan; h) peningkatan kualitas Kependidikan) dan penguatan Pendidikan
pendidikan keagamaan; dan i) peningkatan Profesi Guru (PPG); b) pemenuhan
kualitas layanan pendidikan kesetaraan dan kualifikasi akademik minimal untuk guru
pendidikan keaksaraan. (S1/DIV) dan dosen/peneliti (S2/S3); c)
4.2) Peningkatan pemerataan akses layanan peningkatan pengelolaan, pemenuhan,
pendidikan di semua jenjang dan dan pendistribusian pendidik dan tenaga
percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 kependidikan berdasarkan pemetaan
Tahun, mencakup: a) pemberian bantuan komprehensif mengenai kebutuhan dan
pendidikan memadai bagi anak keluarga ketersediaan; dan d) peningkatan kualitas
kurang mampu, dari daerah afirmasi, sistem penilaian kinerja sebagai acuan
dan anak berprestasi; b) pemerataan untuk pembinaan, pemberian penghargaan,
layanan pendidikan antarwilayah, dengan serta peningkatan kompetensi pendidik dan
memberikan keberpihakan kepada daerah tenaga kependidikan.
yang kemampuan fiskal dan kinerja 4.4) Penguatan penjaminan mutu pendidikan
pendidikannya rendah, dan penerapan untuk meningkatkan pemerataan kualitas

106 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
layanan antarsatuan pendidikan dan 5. Meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan
antarwilayah, mencakup: a) pengendalian pemuda, melalui:
ijin pendirian satuan pendidikan baru 5.1) Perwujudan Indonesia Layak Anak
yang tidak sesuai kebutuhan dan standar melalui penguatan Sistem Perlindungan
mutu; b) peningkatan kualitas peta mutu Anak untuk memastikan anak menikmati
pendidikan sebagai acuan untuk upaya haknya, mencakup: a) penguatan layanan
peningkatan mutu layanan pendidikan yang ramah terhadap anak; b) penguatan
c) penguatan kapasitas dan akselerasi koordinasi dalam meningkatkan akses
akreditasi satuan pendidikan dan program layanan dasar bagi seluruh anak, termasuk
studi; dan d) penguatan budaya mutu yang berada pada kondisi khusus; c)
dengan peningkatan kemampuan kepala penguatan jejaring di komunitas, media
sekolah dan pengawas, penerapan massa, dunia usaha, dan lembaga
manajemen berbasis sekolah (MBS), serta masyarakat dalam upaya pemenuhan
pengembangan unit penjaminan mutu di hak anak; d) peningkatan partisipasi anak
tingkat daerah dan satuan pendidikan. dalam pembangunan; e) penguatan upaya
4.5) Peningkatan tata kelola pembangunan pencegahan berbagai tindak kekerasan
pendidikan, strategi pembiayaan, dan pada anak, termasuk perkawinan anak, dan
peningkatan efektivitas pemanfaatan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk
Anggaran Pendidikan, mencakup:
a) peningkatan validitas data pokok
pendidikan dengan meningkatkan peran
daerah dalam pelaksanaan validasi dan
verifikasi di tingkat satuan pendidikan; b)
peningkatan kualitas perencanaan dalam
mendorong pemenuhan standar pelayanan
minimal (SPM) bidang pendidikan; c)
peningkatan sinkronisasi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan pendidikan
antartingkatan pemerintahan dalam
menjaga kesinambungan pendidikan
antarjenjang; d) peningkatan efektifitas
pemanfaatan Anggaran Pendidikan untuk
peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan
daya saing pendidikan, dan pemenuhan
ketentuan Anggaran Pendidikan di daerah;
e) penguatan tata kelola pendidikan tinggi
melalui upaya penyederhanaan jumlah
dan penggabungan perguruan tinggi;
dan f) peningkatan koordinasi lintas sektor
dan antar tingkatan pemerintahan dalam
penguatan pengembangan anak usia dini
holistik integratif (PAUD HI).

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 107


anak (BPTA); dan f) peningkatan efektivitas keuangan keluarga pra dan paska
kelembagaan melalui penegakan hukum, pernikahan, termasuk rencana investasi
peningkatan kapasitas SDM, penguatan keluarga; dan (b) pelatihan usaha serta
sistem data dan informasi, serta optimalisasi pemberian akses usaha produktif bagi
fungsi pengawasan. keluarga miskin dan rentan; (c) fasilitasi
5.2) Peningkatan pemberdayaan dan pendanaan ultra mikro bagi individu atau
perlindungan perempuan, termasuk kelompok usaha produktif; dan (d) akses
pekerja migran, dari kekerasan dan tindak pendanaan lanjutan bagi usaha produktif
pidana perdagangan orang (TPPO), dari kelompok miskin dan rentan.
mencakup: a) penguatan kebijakan dan 6.2) Keperantaraan usaha dan dampak sosial,
regulasi pencegahan, penanganan, dan mencakup: (a) penguatan kapasitas usaha
rehabilitasi korban Kekerasan terhadap kelompok miskin dan rentan dengan skema
Perempuan (KtP) termasuk TPPO; b) pembinaan usaha serta menghubungkan
peningkatan pengetahuan, pemahaman dengan mitra usaha strategis; dan (b)
dan kesadaran perempuan dan masyarakat pendanaan inisiatif inisiatif pemberdayaan
dalam mencegah dan memperoleh layanan ekonomi produktif yang berdampak sosial.
KtP termasuk TPPO; c) peningkatan 6.3) Reforma agraria, mencakup: (a)
kapasitas kelembagaan perlindungan penyediaan sumber Tanah Obyek
perempuan melalui penguatan koordinasi Reforma Agraria (TORA), termasuk melalui
dan sinergi antarunit layanan korban KtP pelepasan kawasan hutan; (b) pelaksanaan
termasuk TPPO; d) peningkatan kapasitas redistribusi tanah; (c) pemberian sertifikat
aparat penegak hukum, pemerintah, dan tanah (legalisasi); dan (d) pemberdayaan
dunia usaha dalam penanganan dan masyarakat penerima TORA.
rehabilitasi korban KtP termasuk TPPO; 6.4) Perhutanan sosial, mencakup: (a) legalisasi
e) penguatan sistem penanganan dan lahan dan mendorong pemanfataannya
penegakan hukum kasus KtP termasuk untuk pemberdayaan masyarakat sekitar
TPPO; serta f) penguatan data terpadu untuk hutan; (b) fasilitasi pemberdayaan Hutan
pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi Desa (HD); Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
korban KtP termasuk TPPO. Hutan Adat (HA) dan Kemitraan Kehutanan;
5.3) Peningkatan kualitas pemuda, mencakup: dan (c) pemberdayaan kelompok usaha
(a) penguatan kapasitas kelembagaan, masyarakat dengan basis kehutanan sosial
sistem koordinasi strategis lintas pemangku dan kemitraan.
kepentingan, serta pengembangan
peran swasta dan masyarakat dalam 7. Meningkatkan produktivitas dan daya saing,
menyelenggarakan pelayanan kepemudaan melalui:
yang terintegrasi; (b) peningkatan partisipasi 7.1) Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
aktif sosial dan politik pemuda, termasuk kerjasama industri, mencakup:
peran pemuda di forum internasional; dan (c) a) Peningkatan peran dan kerja sama industri/
pencegahan perilaku berisiko pada pemuda. swasta dalam penyelarasan program studi/
bidang keahlian dan pola pembelajaran
6. Pengentasan kemiskinan, melalui: inovatif, meliputi pengembangan
6.1) Akselerasi penguatan ekonomi keluarga, program studi vokasi mendukung
mencakup: (a) pembinaan rencana pengembangan sektor unggulan nasional

108 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dan daerah, serta kebutuhan industri/ dan pelatihan vokasi di wilayahnya;
swasta; penguatan informasi pasar kerja; b) Peningkatan kualitas penyelenggaraan
pengembangan standar kompetensi dan pendidikan dan pelatihan vokasi,
penyelarasan kurikulum sesuai kebutuhan terutama dengan revitalisasi dan
industri (ekstratif, manufaktur, teknologi, peningkatan kualitas sarana dan
informatika, geospasial, dan jasa); prasarana pembelajaran dan praktek
penyelarasan pola pembelajaran, termasuk kerja pendidikan dan pelatihan vokasi
praktek kerja dan magang; penguatan sesuai standar; peningkatan kualitas
pembelajaran bahasa asing; penguatan unit produksi, teaching factory, dan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teaching industry; peningkatan kerja sama
vokasi sistem ganda (dual TVET system) pemanfaatan fasilitas praktik kerja di
yang menekankan pada penguasaan industri, termasuk unit produksi/teaching
keterampilan berbasis praktik dan magang factory/teaching industry; peningkatan
di industri; pengembangan sistem insentif/ fasilitasi dan kualitas pemagangan; dan
regulasi untuk mendorong peran industri/ penyusunan strategi penempatan lulusan;
swasta dalam pendidikan dan pelatihan c) Peningkatan penilaian kualitas satuan
vokasi; dan peningkatan peran daerah pendidikan melalui akreditasi program
dalam koordinasi intensif dengan industri/ studi dan satuan pendidikan vokasi;
swasta untuk pengembangan pendidikan d) Peningkatan kualitas dan kompetensi

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 109


pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan pihak industri; (c) Peningkatan
dengan peningkatan pelatihan pendidik/ kualitas dan pemanfaatan penelitian
instruktur vokasi sesuai kompetensi; dengan meningkatkan interaksi perguruan
peningkatan keterlibatan instruktur/praktisi tinggi dan industri; (d) Peningkatan
dari industri untuk mengajar di satuan kualitas lulusan perguruan tinggi melalui
pendidikan dan pelatihan vokasi; dan pengembangan prodi yang adaptif dan
peningkatan pemagangan guru/instruktur desain kurikulum pembelajaran yang sesuai
di industri; dengan kebutuhan industri, perencanaan,
e) Penguatan sistem sertifikasi kompetensi dan pembangunan daerah, perluasan
vokasi, terutama dengan penguatan sertifikasi berbagai keahlian, dan program
kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk percepatan masa tunggu bekerja; (e)
pelaksanaan sertifikasi profesi; dan Pengembangan dana abadi (endowment
sinkronisasi sistem sertifikasi yang ada di fund) di perguruan tinggi yang bersumber
berbagai sektor; dan dari dana masyarakat, termasuk sektor
f) Peningkatan tata kelola pendidikan swasta dan filantropi untuk pengembangan
dan pelatihan vokasi, terutama dengan pendidikan dan pembelajaran di perguruan
pengendalian ijin pendirian satuan tinggi; (f) Perwujudan diferensiasi misi
pendidikan vokasi baru dan program studi dengan mendorong fokus perguruan tinggi
yang tidak sesuai standar dan kebutuhan dalam mengemban tridharma perguruan
industri/pasar kerja; pengaturan untuk tinggi, yakni sebagai research university,
fleksibilitas pengelolaan keuangan pada teaching university, atau vocational
unit produksi/teaching factory/teaching university; dan (g) Penguatan pembinaan
industry; dan pengembangan skema perguruan tinggi swasta (PTS) dalam rangka
pendanaan peningkatan keahlian. peningkatan kualitas pendidikan tinggi.
7.2) Penguatan pendidikan tinggi berkualitas 7.3) Peningkatan kapabilitas iptek dan
mencakup: (a) Pengembangan perguruan penciptaan inovasi mencakup: a)
tinggi sebagai produsen iptek-inovasi dan Pemanfaatan iptek dan inovasi di bidang-
pusat keunggulan (center of excellence) bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional
yang mencakup penguatan fokus bidang 2017-2045 untuk pembangunan yang
ilmu sesuai potensi daerah setempat berkelanjutan yang mencakup integrasi
dan peningkatan kerja sama konsorsium pelaksanaan riset dengan skema flagship
riset antarperguruan tinggi maupun nasional Prioritas Riset Nasional untuk
antarperguruan tinggi dan lembaga menghasilkan produk riset strategis,
penelitian di dalam dan luar negeri; (b) pemetaan potensi sumber daya alam dan
Pengembangan kerja sama perguruan tinggi sumber daya budaya wilayah dengan
dengan industri dan pemerintah dengan pendekatan multidisiplin, inovasi teknologi
menyediakan insentif bagi perguruan tinggi produksi untuk pemanfaatan sumber daya
dan industri yang mengembangkan kerja alam yang berkelanjutan, penerapan
sama litbang strategis dan memfasilitasi teknologi untuk pencegahan bencana dan
mobilitas peneliti antarperguruan tinggi mitigasi pascabencana, dan penguasaan

110 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Teknologi Garda Depan untuk bidang- berbasis cabang olahraga Olimpiade
bidang strategis seperti kesehatan dan didukung penerapan sport science, statistik
farmasi, teknologi digital dan cyber keolahragaan serta sistem remunerasi dan
security, material maju, energi baru, penghargaan; (c) Penataan kelembagaan
tenaga nuklir, pertahanan dan keamanan, olahraga untuk meningkatkan prestasi
serta keantariksaan; b) Pengembangan keolahragaan; (d) Peningkatan ketersediaan
Research Power-House yang mencakup tenaga keolahragaan berstandar
peningkatan kuantitas dan kapabilitas SDM internasional; (e) Peningkatan prasarana dan
Iptek, pengembangan dan penguatan sarana olahraga berstandar internasional;
infrastruktur litbang strategis, penguatan dan (f) Pengembangan peran swasta
Pusat Unggulan Iptek, pengelolaan data dalam pendampingan dan pembiayaan
kekayaan hayati dan kekayaan intelektual, keolahragaan.
serta pengembangan jaringan kerja sama
riset dalam dan luar negeri; c) Penciptaan
ekosistem inovasi yang mencakup
penguatan kerja sama triple-helix, perbaikan
tata kelola paten/KI, penguatan Science
Techno Park (STP) utama, perintisan fungsi
Technology Commercialization Office dalam
kerangka Manajemen Inovasi di perguruan
tinggi, perintisan Technology Transfer Office
di STP atau LPNK Iptek, dan pembinaan
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi
(PPBT); d) Peningkatan jumlah dan kualitas
belanja litbang yang mencakup Inisiatif
Dana Inovasi Nasional, pengembangan
pendanaan alternatif, dan kerja sama
pendanaan litbang dengan pihak di luar
pemerintah; serta e) Pengembangan
budaya riset ilmiah dan inovasi, termasuk
riset dan inovasi sosial yang berkontribusi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
kebijakan publik.
4) Pengembangan budaya dan meningkatkan
prestasi olahraga di tingkat regional dan
internasional, mencakup: (a) Pengembangan
budaya olahraga di masyarakat melalui
jalur keluarga, pendidikan dan masyarakat;
(b) Penataan sistem pembinaan olahraga
secara berjenjang dan berkesinambungan

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 111


MEMBANGUN
KEBUDAYAAN DAN
KARAKTER BANGSA
Pendahuluan

5
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Kebudayaan dan karakter bangsa memiliki individual, memperkuat daya intelektual dan pikiran,
kedudukan penting dan berperan sentral dalam serta menanamkan jiwa mandiri dan spirit berdikari.
pembangunan nasional, untuk mewujudkan negara-
bangsa yang maju, modern, unggul, dan berdaya Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
saing sehingga mampu berkompetisi dengan harus pula meneguhkan Indonesia sebagai negara-
negara-negara lain. Kebudayaan adalah penanda bangsa majemuk (agama, etnis, ras, budaya, bahasa,
yang menegaskan identitas dan jari diri suatu adat istiadat, keyakinan lokal), yang membentuk
bangsa, yang tercermin pada karakter dan mental satu kesatuan dalam keragaman: Bhinneka Tunggal
individu dan masyarakat. Pengalaman bangsa- Ika. Maka, setiap komponen bangsa yang berbeda
bangsa di dunia menujukkan bahwa karakter dan harus senantiasa menjaga persatuan, memperkuat
sikap mental dapat menjadi faktor penentu untuk kohesi sosial, dan membangun harmoni dalam
mencapai kemajuan melalui proses pembangunan perbedaan dan keragaman, yang dilandasi
dan modernisasi. Mentalitas disiplin, etos kemajuan, oleh semangat dan jiwa gotong royong sebagai
etika kerja, jujur, taat hukum dan aturan, tekun, jati diri bangsa. Kekuatan bangsa Indonesia
dan gigih adalah karakter dan sikap mental, yang terletak pada keragaman dan perbedaan, bukan
membentuk nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. pada persamaan dan keseragaman. Karena itu,
kesadaran sebagai negara-bangsa yang majemuk
Dalam RPJMN III Tahun 2015-2019, pembangunan harus ditanamkan sejak dini di dalam keluaga,
kebudayaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas diperkuat di dalam sistem persekolahan, dan
sumber daya manusia, dengan memperkukuh terus dipupuk dan dirawat di dalam sistem sosial-
karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak kemasyarakatan. Untuk itu, dalam RPJMN IV Tahun
mulia, dinamis, dan berorientasi iptek. Pembangunan 2020-2024, upaya pembangunan kebudayaan
karakter juga menjadi agenda pembangunan dan karakter bangsa terus dilanjutkan yang tidak
nasional ke-8 yakni Melakukan Revolusi Karakter hanya bertumpu pada satuan pendidikan semata.
Bangsa, yang dalam pelaksanaannya bertumpu Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
pada pendidikan dalam sistem persekolahan dilaksanakan secara lebih holistik dan integratif
dan pendidikan masyarakat. Kebijakan ini melalui pemajuan kebudayaan, pendidikan
menempatkan pendidikan tidak hanya sebagai karakter dan budi pekerti, pendidikan agama dan
sarana transfer pengetahuan dan pengembangan etika, pendidikan kewargaan dan bela negara,
keterampilan belaka. Pendidikan juga sebagai peningkatan pemahaman, pengamalan, dan
strategi kebudayaan yang memfasilitasi individu penghayatan nilai agama, peningkatan peran
dan masyarakat, melalui suatu proses pembelajaran keluarga dan masyarakat, perlindungan perempuan
sepanjang hayat, untuk membentuk karakter dan anak, serta peningkatan budaya literasi dengan
yang baik, mengembangkan potensi dan talenta melibatkan segenap komponen bangsa.

114 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Indeks Pembangunan Masyarakat yang menunjukkan kohesivitas,


rasa saling percaya, gotong-royong, tolong-menolong, dan inklusi
sosial terus meningkat dari 0,55 pada tahun 2015 menjadi 0,59 pada
tahun 2016.

Indeks Pembangunan Kebudayaan yang menunjukkan antara


lain ketahanan sosial budaya, kebebasan berekspresi, pelestarian
warisan budaya, dan ekonomi budaya telah mencapai 45,61 pada
tahun 2018.

Indeks Kerukunan Umat Beragama yang menunjukkan tingkat


toleransi, kesetaraan dan kerja sama antarumat beragama
meningkat dari 75,36 pada tahun 2015 menjadi 75,47 pada tahun
2016, namun mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 72,27
yang antara lain diakibatkan oleh perubahan metodologi.

Keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran tentang fungsi


keluarga baru mencapai 38 persen (SKAP 2018) dan tren perkara
perceraian meningkat dari 344.237 perkara pada tahun 2014 menjadi
365.633 perkara di tahun 2016 (Statistik Indonesia, 2017). Namun,
median usia kawin pertama perempuan terus meningkat dan hampir
mencapai usia menikah ideal, yaitu 21,8 tahun (SDKI 2017).

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 115


Lingkungan dan Isu Strategis

Melemahnya Belum Optimalnya


Ketahanan Budaya Pemajuan
Bangsa Kebudayaan
Indonesia

Indonesia adalah negara-bangsa bercorak majemuk, Pembangunan merupakan upaya meningkatkan


memiliki keragaman suku, adat-istiadat, budaya, kemampuan dan keberdayaan warga negara
bahasa, dan agama. Kemajemukan ini dapat untuk menjalani kehidupan secara berkualitas
dijadikan modal dasar untuk mendorong Indonesia dan bermartabat. Untuk itu, pembangunan harus
tumbuh-kembang menjadi negara-bangsa yang kuat mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk
dan unggul. Indonesia juga perlu merespons arus kebudayaan. Indonesia sebagai negara-bangsa
globalisasi yang membawa dampak sangat luas, baik majemuk memiliki kekayaan budaya yang melimpah
sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Globalisasi ruah dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas
membuat pergaulan antarnegara semakin intensif, sampai Pulau Rote. Kekayaan ini bersumber
mobilitas manusia kian mudah dan cepat, serta dari nilai, adat istiadat, kearifan lokal, dan seni
pertukaran budaya antarbangsa kian longgar. Bila budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah
tidak diantisipasi dengan baik, pertukaran budaya masyarakat. Kekayaan budaya tersebut jika dikelola
melalui globalisasi dapat melemahkan ketahanan dengan baik dapat menjadi kekuatan penggerak
budaya bangsa Indonesia. dan modal dasar pembangunan.

Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan Namun, kekayaan budaya belum dikembangkan
ketahanan budaya yang tangguh dapat menggerus dan dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan pembangunan nasional. Kontribusi ekspor ekonomi
masyarakat silih asah (saling bertukar pikiran), budaya terhadap total ekspor nasional masih rendah
silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling yaitu sebesar 13,77 persen (2016), dan kontribusi
menjaga dan melindungi) mulai memudar digantikan ekonomi budaya terhadap PDB juga masih
dengan sikap saling menghujat, saling mencurigai, rendah yaitu sebesar 7,44 persen atau Rp 922,59
dan saling membenci. Padahal nilai dan kearifan lokal triliun (2016). Belum optimalnya pendayagunaan
tersebut bila dilestarikan dan dikembangkan dengan kekayaan budaya menjadikan Indonesia sebagai
baik dapat digunakan untuk membangun relasi sosial konsumen budaya global. Sebagai negara adidaya
yang harmonis, dan memperkuat daya rekat sosial di bidang kebudayaan, Indonesia semestinya dapat
masyarakat. Untuk itu, diperlukan ketahanan budaya mempengaruhi arah perkembangan peradaban
bangsa agar dapat menjadi penyaring nilai-nilai dunia.
budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia.

116 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Masih Lemahnya
Belum Mantapnya
Pemahaman dan
Pendidikan Karakter
Pengamalan Nilai
dan Budi Pekerti
Agama

Pendidikan merupakan pilar kebangsaan Dalam kerangka pembangunan nasional agama


yang memiliki peran penting dalam dapat menjadi landasan spiritual, moral dan etika
menumbuhkembangkan semangat cinta tanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai
air dan bela negara, membangun karakter dan dengan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang
meneguhkan jati diri bangsa, serta memperkuat Maha Esa, para founding fathers menempatkan nilai
identitas nasional. Pendidikan karakter dan budi agama sebagai landasan moralitas bangsa. Nilai-nilai
pekerti sebagai salah satu pusat dari proses agama dapat ditransformasikan untuk membentuk
pembentukan kepribadian anak didik sangat insan yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
diperlukan untuk membangun watak yang baik, berkepribadian luhur, dan bermanfaat bagi diri dan
memupuk mental yang tangguh, membina perangai lingkungannya. Namun karena masih lemahnya
yang lembut, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan pemahaman dan pengamalan nilai agama, moralitas
yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika keagamaan tersebut belum dapat mengejawantah
yang hidup di dalam masyarakat. dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun pendidikan karakter dan budi pekerti belum Pelayanan keagamaan yang berkualitas dapat
sepenuhnya dapat mewujudkan lingkungan sekolah meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai
dan budaya belajar yang mampu menumbuhkan agama. Pelayanan keagamaan di tingkat kecamatan
kebiasaan perilaku yang baik. Hal ini tercermin dilakukan melalui Kantor Urusan Agama (KUA),
dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam meskipun belum semua kecamatan memiliki KUA.
mengikuti Ujian Nasional, yakni masih 30 persen Sampai dengan saat ini baru 5.820 kecamatan
daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah dari 7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA.
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya
juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna Narkoba, keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan
sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna kajian Institut Pertanian Bogor, Islamic Development
adalah pelajar (BNN, 2017). Selain itu kekerasan Bank, dan BAZNAS diperkirakan potensi zakat
fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, Indonesia mencapai Rp 217 triliun per tahun,
sekitar 32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu namun zakat yang tercatat oleh BAZNAS baru
kali diserang secara fisik (SNKBS, 2015). mencapai Rp 6 triliun per tahun. Penyelenggaraan
jaminan produk halal dalam pelaksanaannya masih
terhambat oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM,
dan masih rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk
memperoleh sertifikat halal. Sementara kualitas
penyelenggaraan ibadah hasil terus meningkat,
yang ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji
pada tahun 2018 sebesar 85,23 atau naik 0,38 poin
dari tahun 2017.

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 117


Belum kukuhnya
Rendahnya budaya
kerukunan umat
literasi
beragama

Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya
agama, dan kepercayaan yang beragam. Bila tidak membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya
dikelola dengan baik, keragaman tersebut dapat masyarakat berpengetahuan dan berkarakter.
berisiko menimbulkan konflik di antara warga negara Literasi tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan
maupun antarkelompok dan pemeluk agama. Gejala membaca, menulis dan berhitung belaka; literasi
intoleransi yang mulai mengemuka perlu mendapat merupakan bentuk cognitive skills yang tercermin
perhatian serius agar tidak merusak semangat pada kemampuan mengidentifikasi, memahami,
persatuan dalam kemajemukan. Sementara itu, dan menginterpretasi informasi yang diperoleh
perkembangan teknologi dan informasi yang tidak untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan-kegiatan
disertai dengan kearifan dan pengetahuan dapat produktif yang memberi manfaat sosial, ekonomi,
memicu perselisihan yang berpotensi mengganggu dan kesejahteraan. Literasi memiliki kontribusi positif
kerukunan dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai dalam rangka membantu mengasah kepekaan dan
agama secara baik bagi seluruh umat, yang disertai tanggung jawab sosial, membangun kepedulian
penghargaan dan penghormatan atas perbedaan, dan penghargaan terhadap hasil karya orang
diharapkan dapat menjadi perekat dan pemersatu lain, menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta
bangsa. meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial
seperti komunikasi, negosiasi, kerja kelompok, dan
Berdasarkan data Indeks Kerukunan Umat Beragama relasi sosial yang baik.
menunjukkan penurunan dari 75,36 pada tahun 2015
menjadi 72,27 pada 2017. Berdasarkan indeks ini, Tingkat literasi suatu bangsa antara lain diukur melalui
secara kualitatif kerukunan dan harmoni sosial yang budaya kegemaran membaca yang mencerminkan
menggambarkan toleransi, kesetaraan, dan kerja minat dan kemudahan akses masyarakat untuk
sama antarumat juga terasa masih lemah. Untuk memperoleh informasi. Tingkat literasi Indonesia
memperkukuh kerukunan berbagai upaya terus masih sangat rendah, berdasarkan data World’s
dilakukan, antara lain dengan memperkuat peran Most Literate Nations yang dilansir Central
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di tingkat Connecticut State University (CCSU), Indonesia
provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan sebagai menempati peringkat ke-60 dari 61 negara paling
wadah komunikasi dan dialog lintas iman untuk literat. Sementara data BPS-Susenas MSBP 2015
menyelesaikan persoalan kehidupan beragama. menunjukkan, masyarakat yang membaca surat
Selain itu, prinsip moderasi dan toleransi dalam kabar/majalah hanya sebesar 13,11 persen, dan
beragama juga diutamakan untuk meneguhkan masyarakat yang membaca artikel/berita elektronik
kerukunan dalam kebhinekaan. hanya sebesar 18,89 persen.

118 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Belum optimalnya
peran keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam


pembentukan karakter dan kepribadian individu dari
usia dini sampai dewasa. Penanaman karakter anak
dilakukan melalui pola pengasuhan dan pendidikan
dimanapun ia berada, baik di dalam keluarga inti,
keluarga besar, maupun institusi pengasuhan
alternatif. Keluarga juga berperan penting dalam
pembentukan karakter dan kepribadian pemuda
terutama untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan mencegah perilaku berisiko.
Selanjutnya, perempuan sebagai seorang istri
dan ibu berpengaruh pada kualitas pengasuhan
dan pendidikan karakter anak di dalam keluarga.
Oleh karena itu, pembangunan keluarga perlu
dilaksanakan secara komprehensif dan ditangani
secara menyeluruh, meliputi ketahanan keluarga,
kesejahteraan keluarga, dan lingkungan keluarga
yang kondusif.

Indonesia memiliki 81.210.230 keluarga (SUPAS,


2015). Dari jumlah tersebut, sebanyak 76 persen
(61.75 juta) keluarga dengan kepala keluarga laki-
laki, dan 24 persen (19.45 juta) keluarga dengan
kepala keluarga perempuan. Saat ini, pembangunan
keluarga masih dihadapkan pada sejumlah
permasalahan antara lain: (a) meningkatnya
pernikahan usia anak; (b) meningkatnya angka
perceraian, sebesar rata-rata 3 persen pertahun
(Pengadilan Agama, 2017); dan (c) meningkatnya
angka kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu sebesar
7,1 persen kehamilan yang tidak direncanakan, dan
dianggap bukan waktu yang tepat oleh 1,3 persen
perempuan yang menikah (SUPAS, 2015).

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 119


Sasaran, Target, dan Indikator

Semakin mantapnya ketahanan Meningkatnya kerukunan dan harmoni


budaya bangsa untuk membangun sosial kehidupan masyarakat, yang
karakter bangsa yang tangguh, ditandai dengan terus meningkatnya
kompetitif, berakhlak mulia, dan Indeks Kerukunan Umat Beragama.
bermoral berdasarkan Pancasila, yang
ditandai dengan terus meningkatnya
Indeks Pembangunan Masyarakat dan
Indeks Pembangunan Kebudayaan.

Meningkatnya ketahanan dan


kualitas keluarga, yang ditandai oleh
meningkatnya Indeks Pembangunan
Keluarga dari 50,03 pada tahun 2020
menjadi 54,03 pada 2024 dan Median
Usia Kawin Pertama Perempuan dari
21,8 (SDKI 2017) menjadi 22,1 pada
2024, serta angka perceraian yang terus
menurun sampai tahun 2024.

120 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi
1. Memperkukuh ketahanan budaya bangsa dan kecakapan hidup di era digitalisasi
untuk membentuk mentalitas bangsa yang informasi.
maju, modern, dan berkarakter, melalui:
a. Pemantapan pendidikan agama, 2. Meningkatkan pemajuan dan pelestarian
karakter dan budi pekerti, mencakup: kebudayaan untuk memperkuat karakter dan
(a) pengembangan budaya belajar dan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan
lingkungan sekolah yang menyenangkan kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi
dan bebas dari kekerasan (bullying free arah perkembangan peradaban dunia, melalui:
school environment); dan (b) pendidikan a. Pengembangan revitalisasi dan
agama dan etika. aktualisasi nilai budaya dan kearifan
b. Penguatan pendidikan kewargaan, lokal, mencakup: (a) perlindungan nilai
wawasan kebangsaan, dan bela budaya, tradisi, dan sejarah yang hampir
negara untuk menumbuhkan jiwa punah; (b) pengembangan nilai budaya
nasionalisme dan patriotisme di era dan kearifan lokal untuk memperkuat
globalisasi, mencakup: (a) penguatan kohesi sosial, kerukunan, toleransi, gotong-
pendidikan kewargaan di satuan royong, dan kerja sama antarwarga; (c)
pendidikan; (b) peningkatan kepeloporan peningkatan akses dan kualitas pelayanan
dan kesukarelawanan pemuda; (c) museum, arsip, dan perpustakaan; dan (d)
pengembangan pendidikan kepramukaan; pelestarian dan pengembangan manuskrip
dan (d) pemantapan nilai-nilai kebangsaan sebagai sumber nilai budaya dan sejarah
dan bela negara.. bangsa.
c. Pengembangan, pembinaan, dan b. Pengembangan dan pemanfaatan
pelindungan Bahasa Indonesia kekayaan budaya untuk memperkuat
dan bahasa daerah, mencakup: (a) karakter bangsa dan kesejahteraan
penyelenggaran uji kompetensi Bahasa rakyat, mencakup: (a) pengembangan
Indonesia bagi penyelenggara negara; produk berbasis nilai budaya, pengetahuan
(b) penggunaan Bahasa Indonesia dalam lokal, dan teknologi tradisional seperti jamu;
forum-forum kenegaraan di tingkat nasional (b) pengembangan atraksi budaya berbasis
dan internasional; dan (c) peningkatan seni, tradisi, permainan rakyat, olahraga
penggunaan bahasa daerah dalam proses tradisional; dan (c) penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah. festival budaya internasional di Indonesia.
d. Penguatan ketahanan dan kualitas c. Pelindungan hak kebudayaan dan
keluarga, mencakup: (a) penyelenggaraan kebebasan ekspresi budaya untuk
pembangunan keluarga yang holistik memperkuat kebudayaan yang inklusif,
dan integratif sesuai siklus hidup, mencakup: (a) pengembangan wilayah
karakteristik wilayah dan target sasaran; adat sebagai pusat pelestarian budaya
dan (b) Penguatan fungsi-fungsi keluarga dan lingkungan hidup; (b) pemberdayaan
dalam menjaga nilai-nilai keluarga untuk masyarakat adat dan komunitas budaya;
kesinambungan antargenerasi; dan dan (c) perlindungan kekayaan budaya
(c) penyiapan kehidupan berkeluarga komunal.

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 121


d. Pengembangan budaya bahari dan haji dan umrah; dan (c) pengelolaan dana
sumber daya maritim, mencakup: haji.
(a) revitalisasi jalur rempah; dan (b) e. Pengembangan ekonomi umat dan
pelindungan dan pemanfaatan potensi sumber daya keagamaan, mencakup: (a)
kekayaan laut. pemberdayaan dana keagamaan; dan (b)
e. Pengembangan diplomasi budaya pengembangan kelembagaan ekonomi
untuk memperkuat pengaruh Indonesia umat.
dalam perkembangan peradaban dunia,
mencakup: (a) Pengembangan diplomasi 4. Meningkatkan literasi, inovasi, dan
budaya melalui pengembangan bahasa kreativitas bagi terwujudnya masyarakat
Indonesia sebagai bahasa internasional, berpengetahuan, dan berkarakter, melalui:
muhibah seni budaya, dan kuliner a. Peningkatan budaya literasi, mencakup:
nusantara; (b) penguatan pusat studi (a) pengembangan budaya kegemaran
dan rumah budaya Indonesia; dan (c) membaca; (b) pengembangan perbukuan
peningkatan peran Indonesia dalam forum- dan penguatan konten literasi; dan (c)
forum internasional bidang kebudayaan. peningkatan akses dan kualitas layanan
perpustakaan berbasis inklusi sosial.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan b. Pengembangan budaya Iptek dan
nilai agama, melalui: inovasi, mencakup: (a) peningkatan
a. Penguatan harmoni dan kerukunan umat budaya riset sejak usia dini; dan (b)
beragama, mencakup: (a) sinkronisasi pengembangan industri kreatif berbasis
dan harmonisasi peraturan perundangan inovasi.
terkait kerukunan umat beragama; (b) c. Peningkatan kreativitas dan daya
perkuatan peran lembaga agama, tokoh cipta, mencakup: (a) penguatan model
agama dan lembaga sosial keagamaan, pembelajaran discovery and inquiry
(c) peningkatan komunikasi dan dialog learning, (b) pengembangan budaya
lintas agama; dan d) sinkronisasi kegiatan produksi; dan (c) pengembangan
lintas sektor kreativitas berbasis potensi daerah.
b. Peningkatan kualitas pelayanan d. Penguatan institusi sosial penggerak
keagamaan, mencakup: (a) peningkatan literasi dan inovasi, mencakup: (a)
kualitas penyuluhan agama; (b) pengembangan library supporter; dan
peningkatan kualitas fasilitasi pelayanan (b) pengembangan inovasi sosial dan
keagamaan; dan (c) peningkatan filantropi.
pelayanan bimbingan keluarga.
c. Penguatan penyelenggaraan jaminan
produk halal, mencakup: (a) sinkronisasi
kegiatan lintas sektor dalam penyelenggaraan
jaminan produk halal; (b) penguatan kapasitas
penyelenggaraan jaminan produk halal.
d. Peningkatan kualitas penyelenggaraan
haji dan umrah, mencakup: (a)
penyelenggaraan ibadah Haji dan Umroh;
(b) pembinaan dan pembimbingan ibadah

122 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 123
MEMPERKUAT
INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN EKONOMI
& PELAYANAN DASAR
Pendahuluan

6
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah


satu pilihan strategis dalam rangka mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
Perhatian pemerintah di bidang infrastruktur pada
beberapa tahun terakhir telah berkontribusi pada
peningkatan kualitas infrastruktur di Indonesia.
Namun demikian, daya saing infrastruktur Indonesia
masih perlu terus ditingkatkan. The Global
Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan
posisi daya saing infrastruktur di posisi 71, masih
tertinggal jika dibandingkan negara ASEAN
lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan
antara lain pembangunan infrastruktur penggerak
ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh
Indonesia, dan pembangunan infrastruktur untuk
menopang perkembangan berbagai kota seiring
dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada
periode 2020-2024, pembangunan infrastruktur
akan diprioritaskan pada tiga fokus utama, yaitu
Infrastruktur untuk Pemerataan Pembangunan,
Infrastruktur untuk Pembangunan Ekonomi, dan
Infrastruktur untuk Pembangunan Perkotaan.
Pembangunan pada ketiga fokus utama tersebut
akan ditopang oleh pembangunan energi,
ketenagalistrikan, dan pelaksanaan transformasi

126 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
digital, dan mengedepankan ketangguhan bencana,
kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
baik, pembangunan berkelanjutan, serta modal
dan sosial budaya sebagai pengarusutaman dalam
kerangka pembangunan infrastruktur 2020-2024.

Dalam upaya mencapai target pertumbuhan


PDB skenario menengah dalam RPJMN 2020-
2024, kebutuhan belanja infrastruktur diperkirakan
mencapai Rp 6.421 Triliun atau rata-rata 6,08 persen
dari PDB (perhitungan sementara), sehingga stok
kapital infrastruktur akan mencapai 50 persen dari
PDB di tahun 2024. Namun demikian, kemampuan
penyediaannya hanya sebesar 3,46 persen dari
PDB, sehingga terhadapat gap cukup signifikan
dalam pendanaan infrastruktur. Untuk itu diperlukan
upaya kreatif untuk mendorong peran serta investasi
masyarakat dan badan usaha melalui skema
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran
Pemerintah (PINA). Selain itu, Pemerintah juga akan
melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan
kapasitas pendanaan infrastruktur, seperti review
kebijakan tarif, peningkatan kapasitas fiskal dan
realokasi belanja pemerintah.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 127
Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

52
Peringkat kualitas infrastruktur
Indonesia di 2017 yang naik dari
62 di 2015

Global Competitiveness index

36 Indonesia di 2017 membaik


dari capaian 2015 yang di
peringkat 37

Rasio Elektrifikasi 2018 yang


meningkat dari 2015 yang
hanya 88,3%
98,3%

46
Peringkat logistik Indonesia
membaik di 2018 jika
dibandingkan tahun 2016 (63)

Indeks Kualitas Lingkung (IKLH)


tahun 2017 yang meningkatkan
dibandingkan tahun 2013 66,19%
(63,20%)

128 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pembangunan infrastruktur merupakan salah produktivitas irigasi), serta keselamatan dan
satu prioritas yang mendapatkan penekanan keamanan transportasi; pembangunan infrastruktur
pada periode RPJMN 2015-2019. Pembangunan konektivitas, dan didukung dengan pembangunan
infrastruktur dasar seperti perumahan dan infrastruktur ketenagalistrikan serta teknologi
permukiman, sumberdaya air (penyediaan air baku informasi dan komunikasi dilakukan secara masif
untuk air bersih dan peningkatan pendapatan dalam dan merata sebagaimana disajikan infografis
Indeks Pembangunan Manusia melalui peningkatan berikut:

Perumahan dan Permukiman

38,3% 77, 91% 61,29%


Proporsi RT Yang Proporsi RT Yang Proporsi RT Yang
Menempati Memiliki Akses Memiliki Akses Air
Rumah Layak Sanitasi Layak dan Minum Layak 2018
Huni 2018 Sanitasi Dasar 2018

Sebagai salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan air minum dan sanitasi layak, dimana pada tahun
Berkelanjutan, proporsi rumah tangga yang memiliki 2018 proporsi rumah tangga yang memiliki akses air
akses terhadap rumah layak huni pada tahun 2018 minum layak tercatat sebesar 61,29 persen dan yang
telah mencapai 38,3 persen atau meningkat sekitar memiliki akses sanitasi (air limbah) layak dan sanitasi
4 persen dari tahun 2015. Peningkatan tersebut dasar tercatat sebesar 77,91 persen (Susenas 2018,
salah satunya disumbang oleh peningkatan akses diolah Bappenas berdasarkan definisi SDGs).

Sumber Daya Air


0,99 juta Ha Irigasi Baru*
29 24,9
m3/detik
Bendungan
Baru*
tambahan kapasitas
air baku** 2,9 juta Ha Rehabilitasi
Irigasi Eksisting*

*capaian sd 2019 **capaian sd 2018

Dalam rangka peningkatan kehandalan lahan sawah beririgasi di Indonesia dapat dilayani
penyediaan air, 29 buah bendungan ditargetkan oleh waduk. Selain itu dalam rangka mendukung
selesai dibangun akhir tahun 2019 sebagai bagian ketahanan pangan nasional, pada periode yang
dari rencana pembangunan 65 bendungan 2015- sama telah dibangun 0,99 juta ha irigasi baru dan
2019, sehingga kapasitas tampung per kapita rehabilitasi pada 2,9 juta ha irigasi eksisting. Selain
meningkat menjadi 59,91 m3/detik. Dengan itu, tambahan kapasitas air baku sebesar 24,9
tambahan bendungan baru sampai dengan 2019 m3/detik juga berhasil disediakan dalam upaya
tersebut, layanan air irigasi untuk 12,5 persen mendukung akses air minum universal.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 129
Keselamatan dan Keamanan Keselamatan Transportasi

Indek Fatalitas Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan
Keselamatan Jalan 2017: pelayaran 2017: kereta api 2017: penerbangan 2017:

2,17 0,48 0,26 1,22


Kinerja keselamatan transportasi jalan selama keselamatan transportasi yang lain (darat, laut
periode 2015-2019 mengalami peningkatan dan udara) juga mengalami peningkatan dimana
ditandai dengan Indeks Fatalitas Keselamatan Jalan rasio kejadian kecelakaan pada jenis transportasi
Tahun 2017 mencapai 2,17 per 10.000 kendaraan tersebut pada tahun 2017 sudah jauh menurun
yang diikuti dengan penurunan proporsi jumlah dibandingkan pada tahun 2010.
kecelakaan meninggal dan luka berat. Kinerja

Aksesibilitas Daerah 3T, Daerah Rawan Bencana, dan Daerah Terisolir

Capaian pembangunan jalan perbatasan


periode 2015-2018, meliputi :

Jalan Pararel Jalan Perbatasan Jalan


Perbatasan Kalimantan Nusa Tenggara Timur Perbatasan Papua

• Total Panjang : 1.921 km • Total Panjang : 176,2 km • Total Panjang : 1.287 km


• Jalan Tembus : 1.692 km • Jalan Tembus : 176,2 km • Jalan Tembus : 1.098 km
• Jalan Belum Tembus : 229 km • Jalan Belum Tembus : 0 km • Jalan Belum Tembus : 189 km

130 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pengembangan bandara di perbatasan,
di daerah rawan bencana, dan di daerah
terisolir periode 2015-2018,meliputi:

24 Bandara di
Daerah Perbatasan 56 Bandara di
Daerah Rawan Bencana 48 Bandara pembuka
Daerah Terisolir

Capaian Transportasi Perintis


periode 2015-2018

296 222 8 134 239


Trayek Trayek Trayek
Angkutan Trayek Trayek Angkutan Angkutan
Jalan ASDP Kereta Api Laut Udara

Dalam rangka pelaksanaan prioritas membangun rawan bencana, perbatasan dan daerah terisolir
Indonesia dari pinggiran, Pemerintah telah untuk membuka aksesibilitas daerah disamping
membangun jalan paralel perbatasan di Kalimantan, penyediaan layanan transportasi perintis melalui
Papua dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu subsidi pada 899 trayek angkutan (jalan, SDP, KA,
128 bandara juga telah dibangun di daerah Laut dan udara).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 131
Konektivitas
Laut

*Capaian 2018

120 18
Fasilitas Rute Angkutan
Pelabuhan Barang Tol Laut

Udara Darat

6 Bandara
Baru 3.387 km Jalan
Baru* 94% Kondisi Mantap
Jalan 2019
BRT di
38 Kota*

*Capaian 2019

88% On Time
Performance 947 km
Jalan Tol Baru* 1.147 km Jalan
KA Baru* 4 KA
Perkotaan*

*Capaian 2018 *Capaian 2018

132 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dalam rangka peningkatan konektivitas wilayah, yang hanya sebesar 63 persen. Selain itu, dalam
18 rute konektivitas tol laut telah dibangun pada rangka penguatan konektivitas jalur utama logistik,
periode 2015-2018 dan ditunjang pembangunan telah dibangun 3.387 km jalan baru, 947 km jalan
fasilitas pelabuhan di 120 lokasi (tersebar di tol baru, dan 1.147 km jalur KA baru. Dalam upaya
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT untuk memperkuat konektivitas multimoda dan
dan Papua). Peningkatan konektivitas wilayah antarmoda, juga telah dilakukan penerapan Bus
juga dilakukan dengan pembangunan 14 bandara Rapid Transit di 38 lokasi (antara lain Trans Pakuan,
baru yang ditargetkan selesai pada 2019. Hal Trans Jogja, Trans Batam, Trans Metro Bandung dan
tersebut juga didukung dengan peningkatan Trans Jakarta) serta pembangunan KA perkotaan di
kinerja pelayanan transportasi udara dimana on 4 lokasi (KA Bandara Kualanamu-Medan, KA Akses
time performance pada tahun 2018 mencapai 88 Bandara International Minangkabau, KA Bandara
persen telah melampaui rata-rata dunia saat ini Soekarno-Hatta dan LRT Sumatera Selatan).

Energi Ketenagalistrikan

Rasio Elektifikasi Konsumsi Listrik

98,30% 1.064 kWh/


Kapita
Kapasitas
Pembangkit 62,4 GW Bauran EBT di
Pembangkitan 12,4%

Implementasi Program Lampu Tenaga Surya kapita dengan kapasitas pembangkit mencapai
Hemat Energi (LTSHE), pengembangan jaringan 62,4 GW. Sedangkan bauran EBT di pembangkitan
distribusi oleh PT PLN dan swadaya masyarakat telah mencapai 12,4 persen pada 2018. Penyediaan
serta pembangunan energi skala kecil melalui energi bersih untuk memasak dioptimalkan melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) telah mendukung pembangunan infrastruktur jaringan gas kota
pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 98,30 persen dengan capaian hingga 2018 sebesar 463.619
pada kuartal IV 2018. Pada periode yang sama, Sambungan Rumah.
konsumsi listrik juga telah mencapai 1.064 kWh/

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 133
Teknologi Informasi Dan Komunikasi

54,68%
Penetrasi Pengguna
Internet 2017

Seluruh Ibukota Kabupaten/Kota Tersambung


Jaringan Tulang Punggung Pita Lebar

Daerah Nonkomersial
95,7% *

1.086
492 kab/kota BTS di 110
telah terjangkau Kabupaten
jaringan 4G

97,1%
499 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 3G
* berdasarkan sebaran BTS

82,3% **
4.111 akses internet broadband
di 386 Kabupaten

423 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 4G

88,5%
455 kab/kota
** berdasarkan wil. administrasi telah terjangkau
terjangkau sinyal 100% atau jaringan 3G
permukiman terjangkau > 50%

Sampai dengan 2019, seluruh ibukota kabupaten Palapa Ring. Peningkatan konektivitas digital ini
dan kota telah tersambung dengan jaringan tulang juga diikuti dengan semakin meluasnya jangkauan
punggung pita lebar yang dibangun bersama- jaringan seluler ke seluruh Indonesia dimana 95,7
sama oleh operator telekomunikasi serta kerjasama persen wilayah telah terjangkau jaringan 4G.
Pemerintah dan Badan Usaha melalui proyek

134 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis

Lingkungan Strategis
Pembangunan infrastruktur 2020-2024 akan
dihadapkan pada beberapa dinamika lingkungan
strategis baik yang dipengaruhi situasi dalam
negeri maupun tuntutan agenda global. RPJMN
2020-2024 yang merupakan periode terakhir untuk
memastikan seluruh amanat RPJPN 2005-2025
juga menjadi langkah awal dari upaya perwujudan
Visi Indonesia 2045. Di sisi lain, pada periode ini
juga merupakan bagian dari upaya pemenuhan
rencana aksi global untuk mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan, serta menjamin keberlanjutan
lingkungan sebagaimana tercantum dalam Agenda
2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Berbagai lingkungan strategis ini kemudian menjadi
bagian kerangka pembangunan infrastruktur 2020- infrastruktur harus diarahkan untuk mewujudkan
2024. konektivitas antarwilayah baik secara fisik maupun
virtual, menyediakan layanan dasar bagi masyarakat,
Visi Indonesia 2045 menciptakan pemerataan pembangunan dan
sekaligus sebagai upaya antisipasi bencana dan
Menjelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia perubahan iklim.
pada tahun 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi
negara berpendapatan tinggi dan menjadi peringkat Sasaran Pembangunan
kelima negara dengan PDB terbesar di dunia. Untuk
Berkelanjutan (Sustainable
memastikan gambaran tersebut dapat terwujud,
Visi Indonesia Tahun 2045 menetapkan empat pilar
Development Goals/SDGs)
pembangunan sebagai tahapan dan prasyarat Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen
yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia, terdiri yang kuat dalam upaya pencapaian Agenda
dari: (i) Pembangunan manusia serta penguasaan Pembangunan Global dengan mengaitkan
ilmu pengetahuan dan teknologi; (ii) Pembangunan sebagian besar target dan indikator Tujuan
ekonomi berkelanjutan; (iii) Pemerataan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
pembangunan; serta (iv) Pemantapan ketahanan Development Goals-SDGs) ke dalam dokumen
nasional dan tata kelola pemerintahan. Salah satu perencanaan pembangunan nasional. Terdapat
kunci untuk mewujudkan pilar pembangunan 169 indikator yang tersebar pada 17 Tujuan
ketiga “Pemerataan Pembangunan” tersebut Pembangunan Berkelanjutan telah diintegrasikan
adalah melalui “Pembangunan Infrastruktur yang ke dalam penyusunan RJPMN 2020-2024, dimana
Merata dan Terintegrasi” dimana pembangunan pembangunan infrastruktur akan berkontribusi

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 135
langsung pada beberapa tujuan berkelanjutan Kerangka Infrastruktur 2020-2024
antara lain seperti: (i) pembangunan waduk irigasi Pembangunan infrastruktur pada periode 2020-
dan jaringan irigasi yang sejalan dengan upaya 2024 akan difokuskan pada tiga kerangka utama
Tujuan 2 “Tanpa Kelaparan”; (ii) pengembangan (Infrastruktur Pelayanan Dasar, Infrastruktur
sistem penyediaan air minum dan pembangunan Ekonomi, dan Infrastruktur Perkotaan) yang
prasarana sanitasi komunal untuk mendukung ditopang dengan pembangunan energi dan
pencapaian Tujuan 6 “Air Bersih dan Sanitasi ketenagalistrikan serta pelaksanaan transformasi
Layak”; (iii) pembangunan prasarana energi dan digital. Pembangunan infrastruktur untuk pelayanan
ketenagalistrikan yang akan memberikan dampak dasar diprioritaskan untuk memastikan pemerataan
pada upaya pemenuhan Tujuan 7 “Energi Bersih pembangunan di seluruh wilayah Indonesia dalam
dan Terjangkau”; dan (iv) penyediaan perumahan rangka mengurangi ketimpangan antarwilayah.
dan permukiman, pengembangan konektivitas dan Cakupan infrastruktur pelayanan dasar yang akan
transportasi nasional dalam rangka pencapaian dibangun antara lain penyediaan hunian layak yang
Tujuan 9 “Industri, Inovasi dan Infrastruktur” ditopang dengan sistem penyediaan air minum dan
dan Tujuan 11 “Kota dan Permukiman Yang sanitasi, peningkatan layanan jaringan on grid dan
Berkelanjutan”. off grid untuk akses ketenagalistrikan, penyediaan
layanan telekomunikasi dan internet untuk fasilitas
RPJPN 2005-2025 umum (fasum), pengembangan sistem keselamatan
lalu lintas, penyediaan pelayanan transportasi
Sejalan dengan tahapan yang diamanatkan perintis (darat, laut dan udara) serta pembangunan
RPJPN tahun 2005-2025, RPJMN 2020-2024 waduk multi-purpose dan irigasi. Di sisi lain,
ditujukan untuk mewujudkan masyarakat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur ekonomi akan difokuskan pada pembangunan
melalui percepatan pembangunan di berbagai sarana dan prasarana transportasi, ketenagalistrikan
bidang dengan menekankan terbangunnya dan energi, teknologi informatika dengan kapasitas
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan besar dan berkecepatan tinggi untuk pengoperasian
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang Big Data, Internet of Things (IoT) maupun artificial
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. intelligence (AI). Sementara itu pembangunan
Pada periode ini struktur perekonomian diharapkan infrastruktur untuk perkotaan mencakup peningkatan
sudah semakin maju dan kokoh ditandai dengan sarana dan prasarana yang akan menunjang
daya saing perekonomian yang kompetitif dan kenyamanan hidup di kota seperti pembangunan
berkembangnya keterpaduan antara industri, angkutan umum massal, pembangunan jaringan
pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan pipa gas kota, pipa air minum dan sanitasi serta
sektor jasa. Kondisi berbangsa dan bernegara juga pengelolaan limbah. Pembangunan infrastruktur
sudah semakin maju dan sejahtera yang didukung pada periode ini juga akan memberikan penekanan
oleh diselenggarakannya jaringan transportasi, pada pengarusutamaan ketangguhan bencana,
telekomunikasi dan informatika, elektrifikasi, kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
sanitasi dan air bersih serta irigasi yang andal baik, pembangunan berkelanjutan, serta modal dan
bagi seluruh masyarakat dan menjangkau seluruh sosial budaya. Melalui kerangka pembangunan
wilayah NKRI. Dengan demikian, kebutuhan infrastruktur tersebut, tujuan pembangunan nasional
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan menuju negara yang makmur dan sejahtera
sarana pendukung dapat terpenuhi dan kota tanpa diharapkan dapat terwujud.
permukiman kumuh dapat diwujudkan.

136 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Isu dan Tantangan

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak,


Aman dan Terjangkau

Keterbatasan akses perumahan dan permukiman berisiko rendah dengan jumlah besar, berkelanjutan,
yang layak, aman, dan terjangkau. serta disalurkan oleh lembaga penyalur KPR yang
Perumahan dan permukiman merupakan beragam. Kebijakan pemerintah melalui pemberian
kebutuhan dasar manusia yang dijamin dalam kemudahan dan bantuan perumahan berupa subsidi
Pasal 28(h) Undang-Undang Dasar 1945, namun dan bantuan stimulan pembangunan rumah belum
pemenuhannya masih tertinggal dari pendidikan berjalan optimal dan berkelanjutan, karena skema
dan kesehatan yang telah mendapatkan anggaran subsidi saat ini cukup membebani fiskal pemerintah
20 persen dan 5 persen. Sebagai investasi terbesar serta bersifat regresif.
rumah tangga, perumahan memerlukan fasilitas
pembiayaan termasuk subsidi, terutama bagi Pada sisi pasokan, rumah yang terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Cakupan akses masyarakat berpenghasilan rendah cenderung
pembiayaan perumahan masih belum optimal, tersebar dan menjauh dari pusat kota sehingga
dimana rasio KPR terhadap PDB Indonesia masih menyebabkan urban sprawl. Hal ini diperparah
dibawah 3 persen (2017) dan cukup tertinggal dengan penyediaan infrastruktur permukiman
dibandingkan Malaysia (38,4 persen). Selain yang belum memadai, manajemen perkotaan yang
itu, fasilitasi pembiayaan tersebut belum dapat belum efektif, serta tidak terintegrasinya perumahan
diakses secara luas bagi pekerja informal dan dengan sistem transportasi publik. Pada sisi lain,
yang membangun rumah secara swadaya. Kondisi masih terdapat 61,7 persen rumah tangga yang
tersebut disebabkan oleh belum mapannya sistem menempati hunian tidak layak berdasarkan empat
pembiayaan perumahan untuk memproduksi KPR aspek kelayakan dalam ketahanan bangunan, luas

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 137
lantai per kapita, air minum, dan sanitasi dimana kab/kota rata-rata untuk air minum hanya sebesar
sebagian diantaranya menempati permukiman Rp. 7 Milyar, sementara itu DAK sebagai skema
kumuh. Kondisi tersebut diperparah dengan belum pendanaan alternatif belum mampu dioptimalkan.
optimalnya pembinaan dan pengawasan mengenai Keterbatasan kapasitas juga terjadi dari sisi
keandalan bangunan dalam pengurangan risiko perencanaan dan kelembagaan. Penanganan
terhadap bencana, serta tertib bangunan untuk perumahan masih diartikan sebatas pada
mencegah tumbuhnya permukiman kumuh. peningkatan kualitas rumah dalam bentuk bedah
rumah, padahal fasilitasi penyediaan perumahan
Rendahnya kapasitas daerah, pengelola dan juga mencakup perbaikan delivery system dari sisi
lembaga penyelenggara untuk pengembangan supply dan demand, dimulai dari pengadaan tanah,
layanan dasar permukiman. perizinan, pembangunan, hingga meningkatkan
Minimnya alokasi APBD diperkirakan dapat akses masyarakat terhadap fasilitas pembiayaan.
mempengaruhi operasional layanan, serta Dari sisi kelembagaan, rendahnya kapasitas
berkontribusi terhadap pencapaian akses masyarakat penyelenggara dan kelembagaan sistem terlihat dari
terhadap layanan dasar. Alokasi anggaran untuk belum optimalnya kinerja penyelenggara layanan
program perumahan dan permukiman masih sangat dasar. Permasalahan fungsi regulator dan operator
sedikit. Laporan Urban Sanitation Development layanan dasar juga masih terjadi di daerah. Sebagai
Program tahun 2017 menemukan bahwa di setengah contoh, baru 102 kab/kota yang sudah memiliki Unit
dari 49 kab/kota (di 9 provinsi) hanya kurang dari Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan 11 kab/kota
2 persen dari total APBD yang dialokasikan untuk yang berbentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
pengembangan sektor sanitasi. Alokasi APBD terkait pengelolaan layanan air limbah domestik.

138 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Belum optimalnya implementasi kebijakan belum terlihat adanya peningkatan akses air
pemerintah terkait penyediaan layanan dasar minum dan sanitasi yang signifikan pada kab/kota
permukiman yang terlihat dari masih rendahnya tersebut. Sedangkan untuk bidang perumahan dan
akses masyarakat terhadap layanan dasar. permukiman, terdapat Rencana Pembangunan
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh dan Pengembangan Perumahan dan Kawsan
belum terintegrasinya perencanaan baik antara Permukiman (RP3KP), Rencana Pencegahan dan
masing-masing rencana sektoral, antara rencana Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
sektoral dengan rencana pembangunan daerah (RP2KP-KP), dan Rencana Kawasan Permukiman
dan rencana tata ruang. Sinkronisasi perencanaan (RKP). Dokumen perencanaan yang telah disusun
dan implementasi turut dipersulit oleh banyaknya perlu disinergikan baik secara program, kegiatan,
dokumen perencanaan yang dikeluarkan oleh dan pendanaannya dengan melibatkan sektor dan
berbagai instansi, baik di tingkat nasional, provinsi, pemangku kepentingan terkait (pemerintah pusat,
maupun kabupaten/kota, dan belum terdapat daerah, swasta, dan masyarakat).
referensi dokumen perencanaan sektoral tunggal.
Sebagai contoh, terdapat dokumen Rencana Aksi Belum optimalnya peningkatan akses sanitasi
Daerah (RAD), Rencana Induk Pengembangan (air limbah) layak dan aman.
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Tantangan terbesarnya adalah rendahnya demand
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), dan Kebijakan masyarakat yang ditunjukkan dengan masih
dan Strategis (Jakstra) untuk perencanaan bidang tingginya persentase perilaku buang air besar
air minum dan sanitasi. Walaupun 414 kabupaten/ sembarangan (BABS), yaitu sebesar 9,36 persen
kota sudah menyusun dokumen tersebut, namun atau sekitar 25 juta jiwa, membuat Indonesia

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 139
berada di peringkat 3 di dunia untuk angka
BABS terbesar. Selain itu, terdapat idle capacity
dalam operasionalisasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah Skala Kota sebesar 36,3 persen, yang
disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat
untuk menyambung pada sistem pengelolaan air
limbah domestik (SPALD) terpusat. Untuk SPALD
setempat, implementasi Sistem Pengelolaan
Lumpur Tinja masih yang rendah berkontribusi
pada lambatnya peningkatan akses aman. Hal ini
terlihat dari keberfungsian 272 Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) yang sudah terbangun hingga
tahun 2018, hanya delapan IPLT yang teridentifikasi
beroperasi secara optimal.

Belum optimalnya penyediaan akses air minum


layak dan aman.
Tantangan penyediaan air minum dari sisi supply
adalah masih rendahnya kinerja dan kapasitas
penyelenggara SPAM dalam memberikan
pelayanan air minum yang ditunjukkan dengan:
(1) masih rendahnya cakupan layanan perpipaan
yang saat ini baru mencapai 20,29 persen, dan
(2) persentase PDAM yang sehat baru mencapai
59,6 persen. PDAM masih terkendala dengan
sistem pengelolaan aset yang belum memadai
yang mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan
air (Non-Revenue Water/NRW) yaitu sebesar 33
persen. Idle capacity dari unit distribusi menuju
sambungan rumah tangga masih tergolong tinggi,
yaitu sebesar 57 m3/detik. Sementara itu, tarif air
minum yang diterapkan saat ini tergolong rendah
sehingga masih banyak PDAM yang belum mampu
menerapkan tarif Full Cost Recovery (FCR). Hal
ini juga mengakibatkan PDAM sulit melakukan
pengembangan bisnisnya. Sedangkan tantangan
dari sisi demand, adalah kurangnya kesadaran
masyarakat dalam mengakses air minum layak
dan aman, rendahnya kesadaran masyarakat
untuk mau membayar air (willingness to pay), serta
rendahnya penerapan perilaku hemat air oleh
masyarakat yang terlihat dari tingginya nilau rata-
rata pemakaian air PDAM oleh masyarakat yaitu
sekitar 147 L/orang/hari.

140 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku
Berkelanjutan Masih Terbatas

Pengelolaan air tanah dan air baku berkelanjutan pemanfaatan teknologi. Defisit air baku untuk
menghadapi beberapa tantangan, antara lain: memenuhi target 30 persen perpipaan di tahun
tidak meratanya distribusi ketersediaan air baku 2024 diperkirakan mencapai 90 m3/detik, yang telah
antarwilayah; tingginya pertumbuhan penduduk mempertimbangkan capaian distribusi air minum
dengan konsentrasi 60 persen penduduk di PDAM di periode sebelumnya. Di sisi lain, ada
pulau Jawa; masih dominannya alokasi air untuk potensi pemanfaatan air baku dari 65 bendungan
irigasi; eksploitasi air tanah yang tinggi; tingginya di tahun 2024 yang ditargetkan mencapai 59,3 m3/
pencemaran air pada 65 persen wilayah sungai; detik dengan 57,87 m3/detik terdistribusi di 5 provinsi
serta perkembangan 10 wilayah aglomerasi. Kondisi Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,
tersebut menyebabkan adanya water stress karena Yogyakarta, dan Banten), dan potensi pemanfaatan
kebutuhan air baku sangat tinggi dibandingkan air irigasi sekitar 5-10 persen untuk air baku atau
dengan penambahan kapasitas penyediaan air baku. agroindustri.

Isu strategis dalam penyediaan air baku pada Upaya pemanfaatan air baku ini, baik yang berasal
RPJMN 2020-2024 mencakup beberapa hal dari bendungan maupun alokasi air irigasi perlu
yaitu pemenuhan defisit penyediaan air baku, didukung oleh peningkatan kinerja PDAM dalam
pengendalian ekstrasi air tanah, peningkatan mengurangi tingkat kebocoran air, pemanfaatan idle
investasi penyediaan air minum melalui peran capacity infrastruktur air baku, dan pengembangan
serta swasta/badan usaha, serta peningkatan infrastruktur distribusi. Penyediaan air baku dari
efisiensi pengelolaan sumber daya air melalui sumber air permukaan juga diarahkan untuk
mengurangi tingkat ekstraksi air tanah yang saat
ini masih sebesar 46 persen dari pemenuhan
Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan kebutuhan air domestik. Pengendalian praktik
Domestik
pengambilan air tanah juga bertujuan untuk
mengurangi terjadinya penurunan tanah di beberapa
Tidak Ada Data daerah. Investasi penyediaan infrastruktur air baku
8%
Lain-lain Air Kemasan juga didukung melalui pengembangan skema
0% 4% kerjasama pemerintah dan swasta sebagai alternatif
Air Hujan PDAM pembiayaan. Skema KPBU dalam penyediaan
3% 9%
Ledeng infrastruktur telah memfasilitasi pembangunan 8
Tanpa SPAM (BPPSAM, 2017). Efisiensi penggunaan air
Sungai/
Meteran
Danau/
2%
tanah terus ditingkatkan melalui penerapan prinsip
Kolam pemanfaatan kembali air (water reuse and recycle)
9%
serta pemanenan air (water harvesting), terutama di
pulau kecil terluar dengan potensi curah hujan tinggi.
Air Tanah Pemanfaatan air secara efisien ini juga didukung oleh
Mata Air penerapan teknologi, baik dari sisi pengendalian
46%
19%
volume air maupun integrasi pemanfaatan air dari
berbagai sumber (conjunctive use).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 141
S A F E T Y Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur

FIRST Infrastruktur sangat diperlukan untuk meningkatkan


ketahanan masyarakat terhadap bencana seperti
banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan letusan
gunung berapi. Ketersediaan infrastruktur
kebencanaan merupakan upaya pencegahan,
adaptasi, serta antisipasi dampak kerugian baik
secara finansial maupun korban jiwa. Kerugian
finansial akibat bencana alam dalam kurun waktu
2002-2015 mencapai 1,26 miliar USD per tahun
(EM-DAT database, 2018). Upaya pengurangan
kerugian melalui pengembangan infrastruktur yang
Pembangunan Keselamatan berketahanan bencana masih mendapat tantangan
dan Keamanan Transportasi sejalan dengan tren pembangunan perkotaan dan
kawasan strategis ekonomi yang masih dilakukan
di zona rawan bencana. Kawasan perkotaan seperti
Keselamatan dan keamanan merupakan salah satu Jakarta, kota-kota di pesisir utara Jawa, serta
prinsip dasar penyelenggaraan transportasi. Saat ini beberapa wilayah sungai prioritas seperti Citarum,
diperkirakan terdapat rata-rata 3-4 orang meninggal Ciujung-Cidanau-Cidurian, dan Seram-Ambon telah
setiap jamnya akibat kecelakaan lalu lintas jalan, menghadapi kerawanan bencana yang semakin
dimana peluang korban meninggal yaitu 1 per 3 tinggi. Di samping itu, upaya pengurangan resiko
kejadian kecelakaan dan 1 per 5 korban kecelakaan. bencana masih belum didukung oleh ketersediaan
Kondisi ini menjadikan keselamatan dan keamanan masterplan peningkatan ketangguhan infrastruktur
transportasi sebagai bagian penting dalam sistem terhadap bencana.
transportasi nasional dalam rangka memberikan
rasa aman dan nyaman dalam menggunakan moda-
moda transportasi (jalan, kereta api, pelayaran,
dan penerbangan), serta meningkatkan jaminan
keselamatan dalam penyelenggaraan moda
transportasi tersebut. Upaya peningkatan kapasitas
SDM dan kelembagaan, serta memperkuat regulasi
pengawasan operasional pada masing-masing
moda transportasi kemudian menjadi salah satu isu
penting dalam RPJMN 2020-2024 dan merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab negara terhadap
warganya.

142 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Secara khusus, pengembangan kawasan pesisir juta Ha. Kinerja pemulihan kondisi 134 kawasan
utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang konservasi juga baru mencapai 11 kawasan. Di
punggung ekonomi nasional masih menghadapi samping itu, upaya pemulihan 15 DAS prioritas dan
beberapa tantangan. Tiga Aglomerasi di pantai 15 danau prioritas, pengelolaan rawa dan gambut
utara Jawa menyumbang 20 persen GDP Indonesia, yang berkelanjutan dan terpadu masih tergolong
yakni sebesar 186 miliar USD atau setara 2.700 lambat. Upaya pemulihan kondisi lingkungan yang
triliun rupiah. Pengembangan kawasan ini terancam belum maksimal ini mengakibatkan turunnya kualitas
oleh kenaikan muka air laut, ancaman banjir rob air danau dan sungai.
yang mencapai 1,5 meter, dan ancaman penurunan
tanah/land subsidessnce terutama di DKI Jakarta, Pengembangan Industri konstruksi sebagai
Pekalongan, dan Semarang yang mencapai antara dukungan dalam penurunan risiko bencana masih
1 hingga 20 cm per tahun. Berdasarkan data terbatas oleh beberapa aspek terkait aspek sumber
BNPB, besar kerugian akibat banjir rob yang terjadi daya manusia (SDM) dan ekosistem dunia konstruksi.
di pantai utara Jawa setiap tahunnya mencapai Produktivitas SDM konstruksi dalam negeri masih di
miliaran rupiah. Apabila penanganan terhadap bawah rata-rata internasional sebagai akibat dari
permasalahan-permasalahan tersebut tidak segera masih rendahnya kualitas SDM. Dari sisi ekosistem
ditangani, tidak menutup kemungkinan jika sebagian pengembangan dunia konstruksi, masih terdapat
wilayah Pantura Jawa akan tergenang secara kendala kesiapan rantai pasok material konstruksi
permanen. Oleh karena itu, dibutuhkan infrastruktur dan industri konstruksi yang relatif masih terpusat di
untuk mencegah terjadinya banjir rob serta sistem pulau Jawa. Selain itu, upaya penggunaan teknologi
pemantauan penurunan muka tanah. digital seperti BIM (building information modelling)
dalam industri konstruksi masih relatif rendah.
Kawasan pantai utara Jawa juga menjadi rumah
bagi lebih dari 42 juta penduduk Indonesia (BPS
Indonesia, 2017). Jumlah penduduk ini terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga Waduk Multipurpose dan
meningkatkan kebutuhan akan lahan. Faktanya, Modernisasi Irigasi
beberapa lokasi di tiga wilayah aglomerasi justru
mengalami abrasi dengan tingkat kehilangan lahan
yang cukup tinggi, misalnya di Kabupaten Demak Peningkatan kapasitas tampungan air melalui
abrasi telah menggerus lahan seluas 476 Ha. Abrasi pembangunan bendungan dan embung dihadapkan
juga berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi pada kendala pembebasan lahan dan penanganan
ekosistem di kawasan Pantura Jawa. Oleh karena itu, dampak sosial. Kendala tersebut mengakibatkan
dibutuhkan pembangunan struktur pengaman pantai terhambatnya peningkatan kapasitas tampungan
untuk mencegah terjadinya abrasi. air yang baru mencapai 14,11 miliar m3 dari target
19 miliar m3. Selain itu, pemanfaatan bendungan
Selain kerentanan terhadap bencana alam, Indonesia eksisting secara optimal terkendala oleh tingkat
juga dihadapkan pada meningkatnya risiko bencana keamanan operasi yang rendah dan penurunan
lingkungan. Proses pemulihan kondisi lingkungan fungsi waduk akibat tingginya sedimentasi dan usia
memerlukan waktu yang cukup lama dan sangat bendungan yang semakin tua. Rata-rata penurunan
bergantung pada pemulihan kondisi catchment volume tampungan waduk eksisting akibat
area. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan saat ini sedimentasi mencapai 19 persen, terutama di pulau
baru mencapai 1,5 juta Ha dari target sebesar 5,5 Jawa yang mencapai 31 persen. Pemanfaatan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 143
bendungan multiguna sebagai sumber energi
Penguatan Konektivitas
listrik juga masih sangat rendah, yaitu baru sekitar
28 persen. Upaya pengelolaan bendungan secara
Konektivitas Transportasi
optimal juga terkendala oleh ijin operasi bendungan
Jalan
yang baru mencapai 7 persen dari total 192
bendungan yang dikelola oleh Kementerian PUPR.
Konektivitas jalan tidak hanya mendukung
Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung mobilitas manusia, tetapi juga sistem logistik
ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada nasional. Pembangunan jalan tol penting untuk
rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan sistem menghubungkan kawasan industri dengan
irigasi. Pulau Jawa sebagai lumbung pangan simpul-simpul transportasi, sehingga mendukung
nasional menghadapi kendala tingginya alih fungsi berkembangnya industri dan distribusi barang
lahan, defisit air irigasi, serta potensi kompetisi yang dihasilkan. Selain itu, perlu untuk mewujudkan
penggunaan air dengan kawasan perkotaan dan konektivitas jalan utama yang memadai, dengan
industri. Upaya penyediaan infrastruktur irigasi melihat keterhubungan jalan tol dengan non-tol yang
juga masih belum sejalan dengan kebijakan telah terbangun. Salah satu contoh isu perlunya
pengembangan lahan pertanian baru. Kinerja sistem pengembangan jalan utama yaitu memaksimalkan
irigasi juga masih rendah, terutama pada daerah fungsi jalan Trans Papua sepanjang 4.330 Km
irigasi yang merupakan kewenangan daerah. sehingga dapat mendorong mobilitas manusia,
Sebagian besar sistem irigasi belum didukung menurunkan biaya transportasi yang selama ini
dengan keandalan pasokan air, dimana baru menggunakan moda pesawat, serta mendorong
sekitar 12,5 persen sistem irigasi yang dilayani oleh tumbuhnya pusat pertumbuhan baru.
waduk. Upaya operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi masih perlu ditingkatkan melalui pengelolaan Jaringan jalan sebagai pendukung utama sistem
sistem irigasi yang modern yang selanjutnya tidak logistik nasional, mengalami ketimpangan dari aspek
hanya dimanfaatkan untuk irigasi padi tetapi juga kualitas dan kapasitas antara jalan nasional dengan
untuk produk pertanian nonpadi bernilai tinggi. jalan daerah (jalan provinsi dan jalan kabupaten/
Selain itu, upaya sinkronisasi pembangunan irigasi kota). Jalan nasional dengan total panjang 47.017
baru dan pembukaan lahan pertanian masih perlu Km memiliki kondisi mantap sebesar 94 persen.
ditingkatkan. Sementara itu, jalan daerah yang mencapai lebih dari
400.000 Km, memiliki kondisi kemantapan sebesar 67
persen untuk jalan provinsi, dan 57 persen untuk jalan
kabupaten/kota. Kondisi tersebut mengakibatkan
kurang efektifnya konektivitas nasional. Jalan daerah
dengan proporsi lebih dari 90 persen dari seluruh
jaringan jalan yang ada, memiliki peran penting
pada konektivitas antardaerah. Namun demikian,
kondisi jalan daerah masih sangat rendah baik dari
aspek kualitas maupun kapasitasnya. Keterbatasan
kemampuan pendanaan oleh pemerintah daerah
menjadi hambatan dalam pengelolaan jaringan jalan
di daerah. Hal tersebut diperparah oleh tidak adanya
standar yang jelas, terbatasnya kemampuan SDM,

144 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
serta lemahnya pembinaan penyelenggaraan jalan kegiatan logistik perlu ditunjang dengan akses
dari pemerintah pusat kepada daerah. jalur KA guna mendorong arus barang maupun
manusia, serta mendukung peningkatan aktivitas
Keterhubungan jaringan jalan dengan kawasan- ekonomi. Pengembangan jalur KA tersebut harus
kawasan prioritas serta simpul transportasi dilakukan secara terpadu. Demikian juga dengan
menjadi tantangan dari aspek pemenuhannya. pengembangan dry port serta fasilitas alih moda
Keterbatasan kewenangan pemerintah pusat Kereta Api dan angkutan di perkotaan. Penyelesaian
untuk menangani jalan-jalan yang bukan berstatus pembangunan jaringan jalan Kereta Api di Jawa,
nasional, memerlukan terobosan payung kebijakan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, akan dapat
dan dukungan pendanaan inovatif dengan membantu meningkatkan konektivitas, dan harus
melibatkan dunia usaha dan masyarakat. Selain itu, terintegrasi dengan pembangunan tol laut untuk
pemanfaatan infrastruktur terbangun merupakan isu mewujudkan daya saing yang lebih baik.
strategis dalam pengembangan konektivitas jalan
dan wilayah. Contohnya, pembangunan Jembatan
Suramadu harus dimanfaatkan untuk mendukung Konektivitas Transportasi Laut
aktivitas perekonomian di Pulau Madura.

Sebagai negara maritim, penguatan konektivitas


Konektivitas Transportasi transportasi laut melalui pengembangan jaringan
Kereta Api tol laut harus dilaksanakan secara konsisten tidak
hanya sebagai konsep transportasi, tetapi juga
Moda transportasi kereta api memiliki keunggulan sebagai perencanaan ekonomi regional. Tol laut
selain untuk angkutan umum massal perkotaan, merupakan bagian integral dari perubahan besar
juga untuk angkutan jarak menengah dan jarak jauh. reorientasi pembangunan dari daratan ke laut, telah
Salah satu isu strategis peningkatan konektivitas berkontribusi signifikan terhadap pembangunan
transportasi kereta api yaitu pemanfaatan jalur rel KA daerah, yakni melalui keterpaduan rute pelayaran
dalam rangka penyaluran logistik secara maksimal. nasional. Rute pelayanan diharapkan dapat
Pangsa pasar logistik berbasis rel kurang dari 2 memfasilitasi pergerakan logistik di seluruh
persen dibandingkan moda lainnya. Jalur kereta Indonesia serta dapat meningkatkan kinerja
api yang beroperasi masih terfokus di Pulau Jawa konektivitas antarwilayah dalam mendukung
dan sebagian Sumatera dengan total panjang 5.879 pengembangan ekonomi wilayah, terutama di
Km. Jumlah armada lokomotif yang dimiliki kereta wilayah timur Indonesia dalam rangka mengurangi
api tersebut 50 persen berusia diatas 20 tahun dan kesenjangan sosial dan disparitas harga.
Kereta Rel Listrik 90 persen berusia lebih dari 25
tahun. Pemanfaatan kembali jalur KA yang sudah Perdagangan lintas laut global yang terus meningkat
tidak terpakai melalui program reaktivasi serta dengan penggunaan mother vessels peti kemas
mengoptimalkan penggunaan jalur ganda KA untuk sebagai faktor pendukung utama dalam perdagangan
angkutan barang maupun penumpang, merupakan global, harus dapat diantisipasi dengan perbaikan
upaya penting untuk meningkatkan konektivitas dan manajemen pengelolaan pelabuhan yang lebih efisien,
memperkuat sistem logistik nasional. serta peningkatan kapasitas pelabuhan. Pelabuhan-
pelabuhan utama Indonesia harus dikembangkan
Selain itu, simpul-simpul utama transportasi seperti agar mampu melayani pergerakan nasional dan
pelabuhan, bandara dan terminal, serta pusat internasional. Pengembangan pelabuhan difokuskan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 145
pada fasilitas fisik pelabuhan, pengelolaan, waktu tersebut harus diimbangi dengan peningkatan
tunggu kapal, efisiensi bongkar muat, administrasi kapasitas armada angkutan udara, optimalisasi
dokumen, dan perubahan fundamental lainnya. Hal maupun peningkatan kapasitas prasarana, serta
ini juga harus ditopang dengan penguatan terhadap peningkatan upaya kontrol terhadap kelaikan sarana,
armada pelayaran nasional yang mampu bersaing prasarana, dan kinerja operator guna menjamin
dengan dukungan sarana dan prasarana yang lebih terselenggaranya transportasi udara yang selamat
modern. (safe), aman (secure), berkelanjutan, berdaya saing
tinggi dan terjangkau. Peningkatan pertumbuhan
Beberapa Isu strategis transportasi laut antara lain: angkutan udara tersebut, sejalan dengan upaya
pelayanan dan kapasitas pelabuhan di Indonesia pemerintah dalam mendorong pengembangan
belum sesuai dengan standar pelayanan sesuai beberapa destinasi prioritas di sektor pariwisata.
hierarki dan fungsinya; rute pelayaran yang Hal ini juga akan mendorong tumbuhnya industri
didominasi port to port dan kurang efisien; armada penerbangan nasional, seperti perawatan pesawat,
kapal yang dimiliki perusahaan pelayaran terbataas industri komponen dalam negeri serta penyediaan
di dominasi kapal berumur tua; penggunaan SDM penerbangan.
teknologi di era inovasi disruptif saat ini yang
kurang dimanfaatkan secara optimal; serta perlunya Sementara itu, pengembangan bandara pada
integrasi pengembangan pelabuhan dengan wilayah 3T dan daerah rawan bencana juga tetap
pembangunan kawasan industri. menjadi fokus penting rangka memacu potensi
dan berkembangannya simpul-simpul ekonomi,
meningkatkan aksesibilitas daerah-daerah tujuan
wisata, serta distribusi produk dan jasa, sehingga
Konektivitas Transportasi diperlukan optimalisasi rute penerbangan perintis
Udara yang menyasar daerah-daerah yang memiliki potensi
untuk berkembang. Perlu dilakukan revitalisasi skema
Transportasi udara memiliki keunggulan dalam subsidi perintis penerbangan yang memungkinkan
mendukung mobilitas orang dan barang secara lebih tumbuhnya industri penerbangan dan menjamin
cepat serta memiliki peran penting dalam sistem layanan yang berkelanjutan. Regulasi tentang
transportasi nasional untuk menghubungkan pulau- penerbangan dan tatanan kebandarudaraan perlu
pulau di Indonesia. Isu strategis pembangunan dilakukan penyesuaian untuk dapat mengadopsi
transportasi udara mencakup beberapa aspek, perkembangan permintaan terhadap pembangunan
seperti kecukupan kapasitas sarana dan prasarana, bandara dalam rangka mendukung pengembangan
kinerja pelayanan penerbangan, kelembagaan kawasan prioritas, serta mendorong berkembangnya
dan regulasi, sumber daya manusia, teknologi dan bisnis angkutan udara berbasis perairan (seaplane/
informasi, serta aspek pendanaan. waterbase airport).

Perkembangan volume angkutan udara di Indonesia Selain itu, pengembangan bandara juga harus
yang tinggi dalam satu dasawarsa terakhir dengan mempertimbangkan akses dan utilitasasi bagi
rata-rata pertumbuhan sebesar 9 persen, diperkirakan angkutan multimoda dan peningkatan sterilisasi
akan semakin meningkat dalam periode 2020-2024. kawasan bandara dari aktivitas eksternal yang tidak
Hal ini akan berpengaruh pula pada pelayanan low terkait kepentingan bandara. Sterilisasi kawasan
cost carrier (LCC) dengan jadwal dan rute layanan bandara menjadi penting karena adanya beberapa
penerbangan yang semakin padat. Peningkatan kasus kendala penerbangan yang disebabkan oleh
kurangnya keamanan sisi udara bandara.

146 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
harus dioptimalkan dan dijadikan sebagai bagian
Konektivitas Transportasi dari sistem jaringan transportasi yang terpadu dan
Darat dan Antarmoda saling melengkapi dengan moda angkutan jalan,
perkeretaapian, angkutan perkotaan, maupun
Penyelenggaraan pelayanan angkutan sungai, angkutan laut.
danau, dan penyeberangan komersial dan
perintis (ASDP) sangat penting untuk mendukung
peningkatan aksesibilitas dan terhubungnya simpul-
simpul transportasi. Peningkatan aksesibilitas
melalui penguatan konektivitas transportasi darat
dapat mendorong distribusi logistik di wilayah 3T.
Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sungai
besar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua, serta
penyeberangan antarpulau-pulau kecil dan terluar.
Hal tersebut juga perlu didorong oleh penguatan
kapasitas dermaga yang mengikuti permintaan
kapal. Keterhubungan sabuk penyeberangan utara,
tengah, selatan, serta poros-poros penghubungnya
sangat penting guna menjamin konektivitas dan
kesinambungan pelayanan. Salah satu dukungan
terhadap penyelenggaraan transportasi darat dan
antarmoda adalah melalui skema subsidi yang Infrastruktur Perkotaan
efektif dan efisien. Untuk mengurangi beban biaya Urbanisasi merupakan fenomena yang tidak bisa
subsidi, angkutan penyeberangan perintis yang dihindari, apalagi dicegah, lebih dari setengah
telah memiliki potensi peningkatan permintaan dapat populasi penduduk di dunia sudah tinggal di
ditingkatkan menjadi angkutan penyeberangan perkotaan. BPS mencatat tingkat urbanisasi di
komersil, sehingga subsidi dapat dialihkan ke lintas Indonesia sudah mencapai 54 persen pada tahun
perintis baru. 2015 dan akan bertambah hingga 67 persen pada
tahun 2035. Selain isu urbanisasi, terdapat isu
Selain itu, penyelenggaraan angkutan darat dan terkait keterbatasan infrastruktur (penyediaan air
antarmoda masih menghadapi kendala kondisi minum, sanitasi, pengelolaan limbah, transportasi
prasarana dan sarana yang terbatas sehingga umum, energi dan telekomunikasi) dan layanan
mengakibatkan terjadinya antrian yang panjang dasar perkotaan; rentannya ketahanan fisik dan
dan berdampak kepada kerugian ekonomi akibat sosial kota-kota Indonesia atas perubahan iklim,
tertundanya pengiriman komoditi tertentu. Hal bencana dan polusi, serta akibat kesenjangan
tersebut terjadi terutama pada momen-momen dan kemiskinan perkotaan; kualitas sumberdaya
tertentu serta saat cuaca yang ekstrim. Upaya manusia yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan untuk menghubungkan sabuk utama pembangunan perkotaan sehingga tidak dapat
penyeberangan serta poros-poros penghubungnya menangkap kesempatan bonus demografi yang
masih mengalami defisit yang sangat serius terutama diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025; kurang
dalam jumlah, usia, dan spesifikasi kapal, serta handalnya mekanisme pengendalian pembangunan
kapasitas pelabuhan. Selain itu, keberadaan sungai- di perkotaan yang menyebabkan wajah kota tidak
sungai besar dan panjang yang dapat dilayari tertata dengan baik; Ketimpangan pemilikan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 147
dan penguasaan tanah di perkotaan; serta tata Diantara 11 kota besar, 15 kota sedang, dan 52
kelola dan kelembagaan pengelolaan kawasan kota kecil yang ada di Indonesia, hanya 8 perkotaan
metropolitan yang belum optimal serta kerangka yang memiliki sistem jaringan pelayanan kereta
kebijakan dan regulasi yang belum disusun dengan api (Jabodetabek, Bandung, Medan, Semarang,
lengkap. Masih diperlukan langkah sistematis untuk Yogyakarta, Surabaya, dan Padang). Sementara itu
memastikan pembangunan perkotaan agar dapat tidak banyak kota-kota besar yang mengoperasikan
bersaing secara global tanpa melupakan identitas sistem transportasi publik yang lebih modern dan
lokal serta keberlanjutan lingkungan perkotaan sesuai dengan kebutuhan kotanya. Jakarta telah
berhasil mengembangkan dan mengoperasikan
Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur khusus dan
Sistem Angkutan Umum membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan Light
Perkotaan Rail Transit (LRT). Sementara kota-kota lainnya
masih menghadapi kendala dalam memobilisasi
dukungan finansial dan pengelolaan yang
Transportasi perkotaan di Indonesia masih memiliki belum baik. Kompleksitas transportasi perkotaan
tantangan besar terkait kemacetan dan kompleksitas bertambah lagi dengan beroperasinya transportasi
persoalan yang mengikutinya, khususnya seiring publik berbasis aplikasi (on-line) yang perlu diatur
tingginya tingkat urbanisasi. Diproyeksikan sekitar lebih bijak.
67 persen dari total populasi akan tinggal di kawasan
perkotaan pada tahun 2035. Tingginya jumlah Terbatasnya pengembangan angkutan umum
penduduk di perkotaan tersebut tidak diikuti dengan perkotaan tidak terlepas dari belum adanya
tingginya pangsa angkutan umum yang saat ini kebijakan atau rencana mobilitas kota-kota di
masih sangat rendah. Sebagai contoh Jakarta yang Indonesia, serta keterbatasan fiskal pemerintah
masih di bawah 20 persen dan jauh di bawah pangsa daerah dalam mengembangkan angkutan umum
angkutan umum kota-kota di Asia, seperti Bangkok perkotaan. Di sisi lain, belum ada koridor dukungan
(43 persen), Singapura (48 persen), dan Tokyo pemerintah pusat bagi pemerintah daerah dalam
(51 persen). Dominasi kendaraan bermotor juga pengembangan angkutan umum perkotaan
semakin meningkat disertai dengan eksternalitas sehingga dukungan yang ada saat ini masih bersifat
lain seperti kecelakaan lalu lintas, kebisingan, dan arbitrary. Oleh karena itu, payung hukum mekanisme
polusi udara. Bahkan menurut data BPS tahun dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan
2016, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai angkutan massal perkotaan di daerah menjadi hal
105 juta unit dan mobil penumpang mencapai 14 yang mendesak saat ini. Keterlibatan sektor swasta
juta unit yang berdampak pada tingginya tingkat dalam mengembangkan transportasi perkotaan
lalu lintas di wilayah perkotaan. Di Jabodetabek, juga menjadi hal yang sangat penting, terutama
tingginya tingkat lalu lintas berdampak pada terkait dengan keterbatasan fiskal daerah.
kecepatan rata-rata yang sangat rendah (8.3 km/
jam) pada jam sibuk, dan mengakibatkan kerugian Isu lainnya adalah pengembangan transportasi
ekonomi sangat tinggi (ditaksir mencapai lebih dari kota masih berbasis batas administratif (belum
Rp 5 miliar/tahun). melihat wilayah perkotaan secara fungsional)
dan terkait dengan aspek kelembagaan. Dengan
Selain itu, transportasi perkotaan di Indonesia masih kompleksnya masalah transportasi perkotaan,
banyak bertumpu pada angkutan konvensional yaitu upaya pengelolaannya perlu ditangani dengan cara
angkutan perkotaan, metromini, dan sejenisnya. yang komprehensif dan terkoordinasi. Pemerintah

148 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
telah mendirikan Badan Pengelola Transportasi masyarakat. Di sebagian besar wilayah perkotaan
Jabodetabek (BPTJ) yang semestinya berfungsi di Indonesia menghadapi tantangan terbatasnya
sebagai integrator. Hanya saja, keberhasilannya ketersediaan jaringan jalan yang tidak sebanding
memang masih harus dilihat lagi beberapa waktu dengan pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan.
kedepan. BPTJ bertanggungjawab kepada Hal tersebut, sering kali mengakibatkan kemacetan
Kementerian Perhubungan, dan dasar hukum kronis dan memperburuk kualitas lingkungan dan
institusi tersebut dirasa kurang kuat untuk kesehatan akibat polusi yang ditimbulkan. Sebagai
menghadapi kompleksitas persoalan transportasi contoh adalah rasio panjang jalan di Jakarta dengan
di beberapa wilayah yang termasuk dalam kawasan luas wilayah hanya sebesar 6 persen, sementara
Jabodetabek. Perlu adanya kebijakan yang mengatur angka minimal pembangunan jalan di kota-kota
terkait isu kelembagaan ini, misalnya pertimbangan di dunia mencapai 15 persen. Kondisi ini juga
pembentukan otoritas transportasi perkotaan yang diperparah dengan sistem drainase perkotaan yang
memiliki fungsi kuat dalam pengelolaannya. buruk, kualitas jalan yang dibawah standar, masih
banyaknya perlintasan sebidang dengan jalur KA,
Pengembangan transportasi perkotaan belum serta banyaknya kegiatan samping jalan sering kali
diintegrasikan dengan aspek tata guna lahan menimbulkan konflik sosial, hingga menghambat arus
seperti kawasan komersil atau perumahan. Salah lalu lintas. Pembangunan flyover/underpass sering kali
satu pendekatan utama yang bisa dilakukan adalah terhambat oleh penyediaan lahan serta kemampuan
pengembangan kawasan berorientasi transit atau pendanaan pemerintah daerah yang terbatas
transit-oriented development (TOD) dalam upaya
mengintegrasikan sistem transit dan sistem tata guna
lahan yang terpadu, mixed use, dan keterhubungan
antarfungsi dengan fasilitas transit. Pengguna beralih Energi dan Ketenagalistrikan
dari satu mode ke mode lainnya dengan cara yang Perkotaan
aman, cepat, efisien, serta dapat mencapai tujuan
dengan radius berjalan kaki. Dengan pendekatan Kebutuhan energi dan ketenagalistrikan di
tersebut, diharapkan pangsa angkutan umum dapat perkotaan saat ini cenderung meningkat sejalan
meningkat, terutama di kota-kota utama seperti dengan modernisasi perkotaan di berbagai wilayah
Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Makassar, Indonesia. Peningkatan kebutuhan tersebut, jika
dan Medan, yang dinilai sangat penting untuk dipenuhi melalui pendekatan penyediaan energi
mengembangkan skema pergeseran dari angkutan dan ketenagalistrikan yang business as usual, akan
pribadi ke angkutan umum. berpotensi semakin menurunkan mutu lingkungan
mengingat pemanfaatan energi fosil untuk pembangkit
listrik di Indonesia saat ini masih sangat dominan.
Upaya pemenuhan komitmen target bauran energi
Infrastruktur Jalan Perkotaan baru terbarukan juga akan semakin mendapatkan
tantangan jika upaya untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi dan ketenagalistrikan di perkotaan
Ketersediaan infrastruktur jaringan jalan yang tidak didorong melalui peningkatan penggunaan
memadai, akan mendorong kelancaran usaha energi yang ramah lingkungan. Keberadaan sampah
pekerjaan masyarakat karena mudahnya akses perkotaan dan tenaga surya merupakan beberapa
sehingga dapat menambah tingkat produktivitas contoh alternatif sumber energi bersih yang saat ini
tenaga kerja yang dapat meningkatkan perekonomian masih perlu dimanfaatkan secara optimal. Namun

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 149
Penyediaan Akses Air Minum
demikian, pemanfaatan EBT tersebut juga tidak luput dan Sanitasi (Air Limbah dan
dari beberapa tantangan seperti harga yang masih Sampah) yang Layak dan
cukup mahal dibandingkan dengan energi fosil, sifat Aman di Perkotaan
energi terbarukan sendiri yang cenderung intermitten,
serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk Penyediaan infrastruktur layanan dasar seperti akses
memanfaatkan EBT dan efisiensi dalam praktek air minum dan sanitasi di perkotaan dirasakan masih
kehidupan sehari-hari. lemah. Tingkat pelayanan air minum layak dan aman
di kawasan perkotaan masih rendah baru mencapai
64,95 persen. Begitu halnya dengan akses sanitasi
(air limbah) masih tedapat gap sekitar 19,52 persen
menuju 100 persen akses layak perkotaan (akses
Infrastruktur dan Ekosistem
layak 69,36 persen dan akses aman 11,12 persen).
ICT Perkotaan
Permasalahan lainnya terkait penyediaan akses
sanitasi (air limbah) adalah masih tingginya perilaku
Infrastruktur dan pemanfaatan TIK merupakan masyarakat untuk Buang Air Besar Sembarangan
bagian penting dalam pembangunan perkotaan (BABS) yang mencapai 3,85 persen; dan perilaku
di berbagai kota besar di negara-negara maju. masyarakat yang masih melakukan pembuangan
Konsep smart city saat ini menjadi salah satu tujuan langsung (pembangunan air tinja berupa kolam/
pembangunan perkotaan dimana pemanfaatan sawah/sungai/danau/laut dan/atau pantai/tanah
TIK yang handal dalam layanan perkotaan menjadi lapang/kebun) yang mencapai 8,52 persen di
salah satu aspek penting. Hal ini masih menjadi perkotaan. Untuk pengelolaan sampah, saat ini baru
tantangan di Indonesia mengingat pemanfaatan 60,63 persen sampah yang terkelola (59,08 persen
TIK di perkotaan masih cukup rendah salah satunya pengangkutan dan 1,55 persen reduksi), sehingga
ditandai dengan masih sedikitnya kota yang masih ada gap sekitar 39,37 persen menuju 100
terlayani sistem layanan darurat 112 terintegrasi persen sampah terkelola dengan baik. Hal tersebut
dan masih rendahnya kota yang terintegrasi sistem diperparah dengan lemahnya integrasi layanan
pelaporan masyarakat terpadu seperti Layanan oleh institusi penyelenggara air minum, air limbah
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR). dan persampahan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
Selain pemanfaatan TIK yang masih rendah, yang terfokus pada penguatan fungsi operator
penetrasi akses infrastruktur TIK juga belum optimal. dan regulator layanan sanitasi; penyiapan layanan
Sebagai ilustrasi tingkat penetrasi akses tetap lumpur tinja perkotaan (FSM); bundled service air
pita lebar di perkotaan masih cukup rendah yaitu minum, air limbah dan persampahan; penyediaan
dibawah 9 persen dari rumah tangga perkotaan. SPAM perpipaan dengan standar air minum aman
Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat (siap minum); pembangunan sistem pengelolaan
lebih mengutamakan akses nirkabel. Meskipun air limbah domestik terpusat (SPALD-T) skala kota/
memenuhi kebutuhan harian, penggunaan akses regional dan sistem pengelolaan lumpur tinja untuk
nirkabel sangat tergantung kepada kuota yang SPALD-S; pembangunan TPA Regional; serta
dimiliki masyarakat sehingga ada kecenderungan pembangunan TPST/TPS 3R. Hal tersebut juga perlu
masyarakat akan lebih memprioritaskan TIK untuk didukung dengan perubahan perilaku masyarakat
penggunaan interaksi dan media sosial. Pada untuk mengakses air minum perpipaan, penyadaran
akhirnya manfaat dari layanan TIK yang telah masyarakat untuk perilaku hemat air, peningkatan
disediakan pemerintah menjadi kurang maksimal. willingness to pay, dan penggunaan sumber air

150 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
minum aman, pelaksanaan program perubahan
Energi dan Ketenagalistrikan
perilaku di tiap kelurahan yang belum Stop BABS, Pembangunan energi dan ketenagalistrikan akan
penguatan mekanisme monitoring yang terjadwal, dihadapkan pada upaya menyeimbangkan 3 (tiga)
serta penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis unsur (trilema) yaitu : (i) penyediaan energi dan tenaga
Masyarakat (STBM) di tingkat kabupaten dan kota. listrik berkelanjutan (sustainability), (ii) akses dan
keterjangkauan energi dan ketenagalistrikan (equity),
serta (iii) pasokan energi dan tenaga listrik (security).
Penyediaan Akses Perumahan
dan Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau di Perkotaan Energi dan Tenaga Listrik
Berkelanjutan
Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan
akibat pertumbuhan secara alami dan urbanisasi Pembangkit listrik di Indonesia sampai saat ini
menyebabkan peningkatan kebutuhan hunian di masih menggunakan energi fosil (minyak, batubara,
perkotaan. Namun, keterbatasan lahan merupakan dan gas bumi) yang mencapai 87,68 persen. Hal
tantangan krusial yang dihadapi dalam upaya tersebut berdampak pada rendahnya ketahanan
pemenuhan hunian layak dan terjangkau. energi karena rentan pengaruh gejolak global dan
Ketidakseimbangan antara supply dan demand juga berpengaruh pada penurunan mutu lingkungan.
lahan menyebabkan tingginya harga lahan. Selain Sedangkan susut energi di transmisi dan distribusi
itu, kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah masih sebesar 9,60 persen yang terus diturunkan
untuk tinggal di dekat tempat bekerja menyebabkan untuk mendorong tercapainya pemanfaatan energi
masyarakat tinggal di hunian tidak layak (57,70 yang efisien. Pemanfaatan energi baru terbarukan
persen), dimana sebagian diantaranya menempati (EBT) terus didorong untuk mendukung pencapaian
permukiman kumuh atau ilegal. komitmen target bauran EBT sebesar 23 persen
pada tahun 2025. Saat ini bauran EBT di pembangkit
baru mencapai 12,4 persen. Sebagai contoh
pemanfaatan panas bumi untuk tenaga listrik (PLTP)
di Indonesia sudah mencapai sekitar 2.000 MW
yang merupakan terbesar kedua setelah Amerika
Serikat. Diperkirakan Indonesia akan menjadi negara
terbesar yang memiliki PLTP di 2021. Indonesia juga
berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) sebesar 75 MW di Sidrap. Selain itu,
kebijakan pencampuran 20 persen biodiesel dengan
solar (B20) telah berhasil mengurangi impor BBM
dan menghemat devisa sebesar US$ 2 Miliar.

Akses Energi dan


Ketenagalistrikan

Pada tahun 2017, tercatat 2,87 persen penduduk


Indonesia (5,2 juta orang) belum memiliki akses

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 151
terhadap listrik atau setara dengan seluruh ditujukan untuk masyarakat yang tidak mampu, yaitu
penduduk Singapura. Konsumsi listrik per kapita di golongan pelanggan 450VA dan 900VA dengan total
Indonesia tergolong masih rendah, baru sebesar sekitar 23 juta kepala keluarga. Selain itu, pemerintah
956 kWh per kapita pada tahun 2016, sementara juga mendorong efisiensi biaya produksi tenaga listrik
konsumsi listrik Malaysia sudah mencapai 4.460 agar tetap terjangkau. Efisiensi dilakukan dengan
kWh per kapita. Salah satu tantangannya adalah pengurangan BBM untuk pembangkit listrik.
belum meratanya ketersediaan listrik, terutama
di daerah-daerah terpencil. Meskipun System
Average Interruption Duration Index (SAIDI) atau Pasokan Energi dan Tenaga
rasio gangguan tahunan di Indonesia pada tahun Listrik
2017 mencapai 19,33 jam/pelanggan, namun masih
terdapat rasio gangguan tahunan yang mencapai Meskipun reserve margin pembangkit secara
83,99 jam/pelanggan, seperti di Sumatera Selatan nasional berada pada posisi 22,7 persen, jumlah
dan Bengkulu. Tingginya rasio gangguan tahunan tersebut belum mempertimbangkan kesesuaian
tersebut menunjukkan masih rendahnya keandalan permintaan dan penawaran serta kriteria kehandalan
akses listrik di Indonesia. (termasuk sistem penyaluran). Tata kelola industri
ketenagalistrikan nasional juga masih belum optimal
Jumlah penduduk yang masih menggunakan dimana peran badan usaha pemegang monopoli
kayu bakar untuk memasak di tahun 2017 (karena cenderung dominan dibandingkan peran regulator.
pertimbangan harga yang murah) juga masih cukup
banyak (21,57 persen). Kondisi ini sama sekali tidak Peningkatan pasokan tenaga listrik diupayakan
ideal dari sisi kesehatan keluarga karena berisiko melalui peningkatan kapasitas infrastruktur
terpapar asap karbon dioksida yang berbahaya. ketenagalistrikan (Program 35.000 MW). Saat
Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas ini pembangkit yang beroperasi baru mencapai
(LPG) untuk kebutuhan dalam negeri sebagian 8 persen (2.899 MW). Tata kelola industri
besar masih mengandalkan dari impor (75 persen) ketenagalistrikan masih belum optimal dimana
yang disebabkan karena penurunan produksi kebijakan subsidi masih belum sepenuhnya
bahan baku, yaitu Propan (C3) dan Butan (C4) tepat sasaran dan porsi subsidi cukup signifikan
dari sumur gas di dalam negeri, dan peningkatan dalam keuangan PT PLN. Kebijakan tarif belum
konsumsi. Hingga tahun 2018, konsumsi LPG per mendukung terciptanya industri yang berkelanjutan,
tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT) dan secara dimana metode penyusunannya masih berdasarkan
tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan biaya operasi dan belum mempertimbangkan biaya
defisit neraca perdagangan dan penurunan devisa investasi. Investasi yang harus dilakukan oleh PT
negara. PLN rentan terjadinya konflik antara kepentingan
bisnis dan publik (non komersial). Disisi lain,
Subsidi energi secara terus menerus diupayakan pembagian alokasi proyek-proyek PT PLN atau IPP
tepat sasaran. Dalam periode 2015-2018 subsidi juga masih menghadapi kondisi terkait keinginan PT
energi turun dibandingkan periode 2011-2014 dari PLN untuk mendominasi industri ketenagalistrikan.
yang sebesar Rp 1.214 Triliun menjadi hanya sebesar
Rp 477 Triliun. Penurunan alokasi belanja subsidi Kebutuhan BBM terutama untuk sektor transportasi
dialihkan untuk pembiayaan sektor yang lebih prioritas terus meningkat. Keterbatasan produksi BBM
seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. dalam negeri menyebabkan meningkatnya impor
Kebijakan subsidi tenaga listrik saat ini hanya BBM yang mencapai 41 persen. Untuk mengurangi

152 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
porsi impor BBM dapat dilakukan melalui (a)
Transformasi Digital
peningkatan kapasitas kilang minyak dalam negeri Pembangunan TIK yang sebagian besar telah
yang membutuhkan investasi besar dengan margin dilaksanakan pada RPJMN 2015-2019 perlu
yang minim; dan (b) peningkatan pemanfaatan dituntaskan pada periode RPJMN 2020-2024.
biodiesel. Tantangan selanjutnya adalah pemanfaatan
infrastruktur TIK, baik bagi kegiatan pembangunan
Isu cadangan energi juga masih menjadi perhatian yang diselenggarakan pemerintah maupun untuk
dalam RPJMN 2020-2024 mengingat Indonesia mendukung kegiatan masyarakat dan dunia usaha.
merupakan salah satu negara yang tidak memiliki Dalam kaitan ini, diperlukan fasilitasi transformasi
cadangan penyangga. Pada tahun 2017, persentase digital.
impor bahan bakar minyak (BBM) mencapai 40,5
persen, dimana pemanfaatannya lebih banyak
untuk transportasi. Cadangan operasional oleh Penuntasan Infrastruktur TIK
badan usaha yang ada saat ini hanya cukup
untuk 20 hari. Negara-negara lain seperti Jepang
dan Singapura telah menyiapkan infrastruktur Salah satu tantangan dalam pemenuhan
untuk mendukung penyimpanan cadangan energi kebutuhan akses informasi yang memadai adalah
(energy security). Dengan tunnel yang dibangun masih banyaknya desa yang tidak terlayani akses
untuk menyimpan gas alam cair, cadangan energi telekomunikasi dan internet, mencapai 4.474
Jepang cukup untuk satu tahun. Sedangkan desa. Ketidaktersediaan akses telekomunikasi
Singapura, negara yang tidak memiliki sumber daya dan internet di daerah berpopulasi dapat
alam, telah memiliki pipa-pipa dan tangki yang siap menghambat pembangunan secara keseluruhan.
menjadi hub transaksi gas Asia Pasifik. Selain itu, Akses telekomunikasi dan internet menjadi sarana
pemanfaatan gas bumi dalam negeri saat ini juga penyampaian dan pengumpulan informasi yang
masih sangat rendah dan cenderung masih banyak efektif sehingga layanan kepada masyarakat
tersebar di Jawa. Padahal, Indonesia Timur juga menjadi lebih cepat dan memberikan manfaat yang
memiliki cadangan gas bumi terbanyak mencapai lebih optimal. Pemerintah terus berupaya untuk
35,76 persen (Papua 19,03 persen dan Maluku 16,7 menyediakan akses internet layanan kesehatan
persen). Kurangnya infrastruktur untuk distribusi melalui telemedicine untuk mendukung layanan
menjadi alasan rendahnya pemanfaatan gas bumi pasien yang lebih efektif, sekaligus menunjang
dalam negeri yang baru mencapai 49 persen. kelancaran proses adminstrasi dan operasional.
Namun demikian, saat ini masih terdapat 42
persen rumah sakit dan 62,7 persen puskemas
yang belum terlayani akses internet.

Di sektor pendidikan TIK khususnya akses internet


juga telah menjadi salah satu kebutuhan untuk
mewujudkan terselenggaranya proses pendidikan
yang berkualitas dan efektif. Saat ini masih
terdapat 17 persen SMA dan 13 persen SMK
masih belum terfasilitasi akses internet. Tidak
adanya akses internet berpotensi mengganggu
efektivitas proses pembelajaran seperti tidak

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 153
dapat terselenggaranya ujian berbasis komputer Data, AI, IoT harus dapat memberikan manfaat yang
hingga keterbatasan guru dalam mengakses paling besar serta mengendalikan efek disrupsi yang
bahan ajar yang tersedia di internet. dapat dimitigasi. Adopsi teknologi tersebut berakibat
akan semakin banyaknya perangkat yang saling
terkoneksi dan diprediksi pada 2020 diperkirakan 20
Pemanfaatan Infrastruktur TIK miliar perangkat akan saling terkoneksi melalui internet
(Gartner, 2017). Untuk itu, keamanan informasi harus
menjadi perhatian utama karena potensi gangguan
Peran TIK menjadi semakin besar dalam keamanan terhadap perangkat dan sistem yang ada
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hampir masih tergolong tinggi. Kontribusi industri TIK dalam
seluruh aspek perekonomian telah mengandalkan negeri juga harus diperkuat dalam menyongsong
TIK untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi era transformasi digital. Kebijakan tingkat komponen
kegiatannya. Infrastruktur TIK Indonesia masih dalam negeri (TKDN) perangkat elektronik menjadi
perlu dibenahi untuk dapat memaksimalkan prasyarat untuk meningkatkan kapasitas industri
penggunaan TIK. Salah satu sarana akses internet TIK. Berbagai kebijakan lain seperti insentif fiskal
yang andal adalah fixed broadband. Di negara dan insentif pasar yang saling terkoordinasi lintas
maju, fixed broadband berperan penting dalam sektor juga harus disusun untuk dapat memperkuat
kegiatan perekonomian. Jumlah pelanggan fixed berbagai level industri TIK.
broadband di Indonesia masih sangat rendah
yaitu pada angka 2 persen, jauh dibawah rata- Dukungan ketersediaan SDM yang mempunyai
rata dunia 12,4 persen. Selain itu tingkat kecepatan keahlian dasar dan ahli, khususnya dalam bidang
jaringan fixed broadband di Indonesia juga masih TIK menjadi faktor penting berikutnya. Indonesia
rendah yaitu sekitar 13,8 Mbps jauh dibawah masih tertinggal dalam menghasilkan lulusan
rata-rata dunia 42,71 Mbps. Hal ini tentunya akan bidang Science, Technology, Engineering, dan
berdampak tidak maksimalnya peran TIK dalam Mathematics (STEM), hanya 0,8 lulusan per 1.000
percepatan perekonomian Indonesia. Lambatnya penduduk, masih jauh dibandingkan India (2,0),
kecepatan jaringan tidak hanya terjadi pada fixed China (3,4), bahkan Iran (4,2). Untuk itu diperlukan
broadband. Tingkat kecepatan jaringan mobile berbagai intervensi untuk dapat meningkatkan
broadband di Indonesia juga masih tergolong kapasitas SDM Indonesia, agar dapat memenuhi
lambat, yaitu 9,8 Mbps sedangkan rata-rata dunia kebutuhan SDM dalam negeri.
berada pada 22,16 Mbps. Hal ini menjadi hambatan
pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah-daerah
yang masih belum terjangkau akses layanan tetap
(fixed broadband).

Fasilitas Pendukung
Transformasi Digital

Keberhasilan pembangunan infrastruktur maupun


pemanfaatan dan pengembangan ekosistem TIK tidak
terlepas dari tersedianya faktor pendukung (enabler)
lainnya. Pemanfaatan perkembangan teknologi Big

154 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran, Target, dan Indikator
Sasaran Pembangunan Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan
Ekonomi & Pelayanan Dasar

Sasaran Dan Indikator Pembangunan Infrastruktur

KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN


PN 5. Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Meningkatnya konektivitas
Indeks Konektivitas Nasional
nasional
Meningkatnya indeks
Information and Communication Technologies
pembangunan Teknologi
(ICT) Development Index
Informasi dan Komunikasi (TIK)
Meningkatnya tata kelola dan
Meningkatnya water productivity (GDP/m3)
pemanfaatan sumber daya air
Terpenuhinya perumahan dan Persentase rumah tangga yang menempati
permukiman layak, aman, dan perumahan dan permukiman yang layak, aman,
terjangkau untuk rumah tangga dan terjangkau
Terpenuhinya kebutuhan energi
Penyediaan energi nasional (MTOE)
nasional
PP1. Infrastruktur Pelayanan Dasar
1. Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dengan kecukupan luas lantai per
kapita (%)
2. Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dengan ketahanan bangunan (atap,
lantai, dinding) (%)
3. Proporsi rumah tangga yang memiliki
kepemilikan tanah tempat tinggal (%)
4. Proporsi rumah tangga yang menempati
Meningkatnya akses hunian dengan akses sanitasi layak dan
masyarakat terhadap aman (air limbah) (%)
perumahan dan permukiman 5. Persentase penduduk yang masih
layak, aman dan terjangkau mempraktekkan buang air besar
sembarangan (%)
6. Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sampah yang terkelola
dengan baik (%)
7. Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum layak (%)
8. Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum aman (%)*
(akses perpipaan)
Meningkatnya keselamatan dan
Rasio kecelakaan sektor transportasi
keamanan transportasi

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 155
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Meningkatnya tampungan air (alami dan
infrastruktur) per kapita (m3/kapita)
2. Meningkatnya Indeks Kinerja Sistem Irigasi
secara modern (%)
3. Meningkatnya luas lahan pertanian non-padi
yang beririgasi (Hektare)
Meningkatnya pengelolaan 4. Menurunnya indeks resiko bencana untuk
sumber daya air secara banjir, longsor, gunung berapi, dan gempa
terintegrasi bumi
5. Meningkatnya bauran air baku permukaan
untuk air minum (m3/detik)
6. Meningkatnya restorasi infrastruktur alami
sumber air (unit)
7. Meningkatnya water productivity index
(USD/m3)
Persentase rumah tangga yang menempati
seluruh aspek kelayakan dari 38,30% (2018)
menjadi 52,78% (2024)
1. Fasilitasi Penyediaan
Hunian Baru Layak
Diukur menggunakan indikator:
2. Fasilitasi Pembiayaan
a. Jumlah hunian baru layak yang terbangun
Perumahan
melalui peran pemerintah (unit)
3. Fasilitasi Peningkatan
b. Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui
Kualitas Rumah
KP 1. Penyediaan peran pemerintah (unit)
Meningkatnya akses 4. Penyediaan
akses perumahan c. Jumlah hunian yang terbangun melalui
masyarakat terhadap Infrastruktur Dasar
dan permukiman peran masyarakat dan dunia usaha (unit)
perumahan yang layak, aman, Permukiman
layak, aman dan d. Jumlah rumah tangga yang menerima
dan terjangkau 5. Fasilitasi Peningkatan
terjangkau fasilitas pembiayaan perumahan (rumah
Standar Keandalan
tangga)
Bangunan dan
e. Jumlah kabupaten/ kota yang
Keamanan Bermukim
mengembangkan iklim kondusif perumahan
6. Penyediaan 100.000
melalui reformasi perizinan dan administrasi
Unit Hunian Layak
pertanahan (kabupaten/ kota)
(Major Project)
f. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengimplementasikan pemenuhan standar
keandalan bangunan (kabupaten/ kota)

1. Terpenuhinya akses air 1. Jumlah sambungan rumah SPALD-T skala 1. Pembinaan


minum layak dan aman kota dan permukiman (SR) Penyelenggaraan Air
• Terpenuhinya 75 % 2. Jumlah rumah tangga yang terlayani Minum dan Sanitasi
akses air minum layak SPALD-S (KK) Layak dan Aman
(termasuk 30 % akses 3. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA 2. Pengaturan
perpipaan) dengan standar sanitary landfill (KK) Penyelenggaraan Air
• Terpenuhinya 100 % 4. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R/ Minum dan Sanitasi
PDAM dengan kinerja TPST (KK) Layak dan Aman
KP 2. Penyediaan
sehat 5. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem 3. Pengawasan Kualitas
Akses Air Minum dan
2. Tersedianya sistem layanan layanan lumpur tinja (FSM) (Kab/Kota) Air Minum dan Sanitasi
Sanitasi (Air Limbah
sanitasi berkelanjutan 6. Jumlah sambungan rumah tangga dengan 4. Peningkatan Akses
dan Sampah) yang
• Terpenuhinya 90 % akses air minum layak (SR) (akses JP Sanitasi (Air Limbah)
Layak dan Aman
akses sanitasi layak susenas) Layak dan Aman
(termasuk 20 % aman) 7. Jumlah rumah tangga dengan akses air (Major Project)
• Terpenuhinya 0 % BABS minum layak (akses BJP Susenas) 5. Pembangunan 10 Juta
• Terpenuhinya akses 8. Jumlah sambungan rumah tangga dengan Sambungan Rumah
persampahan yang akses air minum aman (akses air minum (Major Project)
terkelola dengan baik aman susenas dalam proses persiapan) 6. Pembangunan sistem
• Tersedianya layanan 9. Persentase PDAM dengan kinerja sehat (%) pengelolaan sampah
sanitasi berkelanjutan 10. Jumlah persentase angka BABS (%) domestik

156 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Jumlah embung yang dibangun dan
1. Penyediaan dan
direhabilitasi
Pengamanan Air Baku
2. Panjang Jaringan Penyedia air baku yang
dan Air Tanah
dibangun dan direhabilitasi
2. Penyediaan Air Baku
3. Ketersediaan air baku di 10 wilayah
di Pulau-pulau Kecil
Aglomerasi dan pulau-pulau kecil terluar
Terluar
Tersedianya Air Baku dengan (100 % pemenuhan ketersediaan air baku)
3. Pengelolaan Air
Sumber Air Terlindungi 4. Air baku untuk kawasan pariwisata dan
Terpadu Berbasis
(Penambahan kapasitas air industri
Pemanfaatan
baku nasional) 5. Jumlah Kab/Kota dengan tingkat NRW
Teknologi (Smart Water
Jaringan Transmisi Air Baku <20%
Management)
6. Cakupan Sistem monitoring jaringan
4. Pengembangan sistem
perpipaan (intake) real time
informasi hidrologi,
7. Jumlah Wilayah Sungai yang memiliki Sistem
hidrometeorologi, dan
Monitoring Debit Sungai Real Time yang
hidrogeologi
operasional
KP 3. Pengelolaan 1. Pengembangan sistem
Air Tanah dan Air pengelolaan kualitas air.
Baku Berkelanjutan 1. Jumlah kab/kota yang memiliki sistem
Terkendalinya Pencemaran 2. Penanganan limbah
teknologi pemantauan kualitas sumber air
Sumber Air baku dan sanitasi.
baku (air tanah dan air permukaan)
3. Modernisasi
pengelolaan sampah.
1. Penyelesaian UU SDA dan peraturan
Meningkatnya Penguatan
turunannya. (1 UU, 10 PP) Pengembangan sistem
Pendanaan, Regulasi,
2. Ketersediaan Informasi Publik dari informasi hidrologi,
Kapabilitas dan Koordinasi
Sistem Informasi Terpadu Hidrologi, hidrometeorologi, dan
Kelembagaan Air baku, dan air
Hidrometeorologi, Hidrogeologi, dan hidrogeologi
tanah
Kualitas Air
1. Daerah Irigasi yang mengelola data alokasi
air (Peningkatan efisiensi dan efektifitas)
Pengembangan Sistem
Meningkatnya Efisiensi 2. Daerah irigasi yang telah menerapkan
Alokasi dan Hak Guna Air
Pemanfaatan Air Irigasi kebijakan alokasi air irigasi tahunan
Irigasi
3. Daerah Irigasi yang telah menetapkan Hak
Guna Air Irigasi
1. Jumlah terjadinya kecelakaan pelayaran per
tahun
2. Rasio insiden kecelakaan penerbangan per 1. Pemenuhan fasilitas
1 juta flight cycle keselamatan dan
Menurunnya rasio kecelakaan 3. Rasio kecelakaan KA per 1 juta km keamanan transportasi
transportasi perjalanan KA & SAR
KP 4. Keselamatan 4. Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000 2. Pembinaan dan
dan Keamanan kendaraan (terhadap baseline 2010) (%) pendidikan SDM
Transportasi 5. Jumlah layanan informasi cuaca keselamatan dan
penerbangan dan pelayaran keamanan transportasi
1. Waktu tanggap pencarian dan pertolongan & SAR
(menit) 3. Penyediaan fasilitas
Meningkatnya kinerja layanan informasi cuaca
2. Keberhasilan operasi SAR (%)
pencarian dan pertolongan
3. Jumlah SDM SAR yang berkompeten
4. Jumlah perlengkapan SAR (jumlah)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 157
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Ketersediaan sistem peringatan dini 1. Peningkatan kualitas
Meningkatnya kualitas dan
bencana gempa bumi dan letusan gunung infrastruktur sumber
ketahanan infrastruktur
berapi (banjir lahar dingin) daya air tangguh
terhadap bencana banjir,
2. Ketersediaan sistem peringatan dini bencana
gempa bumi, letusan gunung
bencana banjir dan longsor berbasis 2. Penyediaan sistem
berapi, dan tanah longsor
Wilayah Sungai terpadu peringatan dini
3. Pengembangan sistem
tanggap darurat
bencana
4. Pengembangan
Terciptanya sistem peringatan kebijakan penataan
1. Ketersediaan peta risiko bencana (banjir,
dini dan peta risiko bencana ruang, zonasi bencana,
gempa, gunung berapi, dan tanah longsor)
wilayah/kawasan dan standardisasi
kualitas bangunan
berbasis ketangguhan
bencana
1. Panjang bangunan perkuatan tebing yang
dibangun atau ditingkatkan
2. Jumlah check dam yang dibangun atau
1. Pembangunan dan
ditingkatakan
rehabilitasi infrastruktur
3. Panjang seawall dan bangunan
Tersedianya infrastruktur pengendali daya rusak
pengamanan pantai lainnya yang dibangun
perkuatan tebing, pengamanan air dan letusan gunung
atau ditingkatkan
pantai, penahan lumpur, berapi
4. Panjang tanggul penahan lumpur yang
pengendali banjir dan longsor 2. Normalisasi dan
direhabilitasi atau ditingkatkan
penataan kawasan
KP 5. Ketahanan 5. Panjang sungai yang dinormalisasi dan
sempadan badan air
Kebencanaan tanggul yang dibangun atau ditingkatkan
Infrastruktur 6. Jumlah bangunan sabo yang dibangun atau
ditingkatkan
1. Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang
Tersedianya infrastuktur dibangun atau ditingkatkan di kawasan
pengendali banjir dan pesisir utara Pulau Jawa
pengaman pantai di kawasan 2. Tanggul Laut dan bangunan pengamanan
pesisir utara Pulau Jawa pantai yang dibangun atau ditingkatkan di
kawasan pesisir utara Pulau Jawa
1. Pemasangan alat pemantauan penurunan
tanah di Kabupaten/Kota di kawasan pesisir
Major Project:
utara Pulau Jawa
Tersedianya sistem 1. Pembangunan tanggul
2. Pemasangan alat pemantauan penggunaan
pengendalian penurunan tanah laut pantai utara jawa.
air tanah di Kabupaten/Kota di kawasan
di Kab/Kota pesisir utara Pulau Komponen kegiatan:
pesisir utara Pulau Jawa
Jawa Jalan Tol Semarang
3. Penegakan peraturan pengambilan air tanah
-Demak terintegrasi
di daerah teridentikasi penurunan muka
tanggul laut
tanah
2. Penanganan Krisis Air
Baku di Jawa dan NTT

Terjaganya kualitas lingkungan


dan pencegahan pencemaran
di kawasan pesisir utara Pulau Pembangunan stasiun pemantauan kualitas air
Jawa (Peningkatan layanan
sanitasi dan pengelolaan air)

158 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
Tersedianya air bersih dari 1. Peningkatan kapasitas layanan air bersih
sumber air permukaan di dari sumber air permukaan di kawasan
kawasan pesisir utara Pulau pesisir utara Pulau Jawa
Jawa
Terwujudnya pengelolaan 1. Pengembangan sistem
1. Peningkatan jumlah titik pemantauan
terpadu DAS Citarum untuk pengelolaan kualitas
kualitas air di sepanjang Sungai Citarum
mencegah kerusakan dan air.
2. Pengurangan skor genangan banjir
mengendalikan pencemaran air 2. Penanganan limbah
dan sanitasi.
3. Modernisasi
pengelolaan sampah.
1. Jumlah danau prioritas yang dikonservasi 4. Revitalisasi kawasan
Peningkatan pemeliharaan dan 2. Jumlah rawa prioritas yang dikonservasi hulu melalui
pemulihan sumber air 3. Jumlah wilayah sungai prioritas yang penanaman pohon dan
dikonservasi alih profesi.
5. Penyediaan air bersih
dan pengendalian
debit sungai.
1. Peningkatan storage perkapita melalui
pembangunan bendungan (m3/kapita) Pembangunan
Tedianya tampungan baru 2. Peningkatan storage perkapita melalui Infrastruktur Tampungan
untuk memenuhi kebutuhan air pembangunan embung (m3/kapita) Air Multiguna Berbasis
3. Peningkatan storage perkapita melalui Wilayah
utilisasi danau (m3/kapita)
1. Bendungan mengalami penambahan fungsi
listrik (MW)
Pengembangan Fungsi
Meningkatnya fungsi 2. Bendungan mengalami peningkatan fungsi
dan Peningkatan
bendungan air baku (m3/detik)
Kapasitas Waduk
3. Bendungan mengalami peningkatan live
storage (dam upgrading) (m3)
1. Pengurangan modified ICOLD risk score
Meningkatnya kualitas operasi- sebesar 20 % (Unit) Rehabilitasi dan
KP 6. Waduk
pemeliharaan dan keamanan 2. Peningkatan kualitas operasi dan peningkatan keamanan
Multipurpose dan
bendungan pemeliharaan rutin (percontohan) (Unit) waduk
Modernisasi Irigasi
3. Konservasi wilayah hulu waduk (Unit)
1. Dokumen resmi perencanaan
pengembangan bendungan multi-guna
Pembangunan
untuk mendukung KEK/KI dan Industri
Tersedianya tampungan air Infrastruktur Tampungan
Smelter (Dokumen)
berbasis KEK/KI Air Multiguna Berbasis
2. Pilot Project pengembangan tampungan
Wilayah
air multiguna dalam mendukung kegiatan
industri (Unit)
1. Peningkatan persentase irigasi premium (%)
2. Peningkatan luas daerah irigasi teknis
Meningkatnya Kualitas Irigasi Pembangunan dan
(Hektare)
Padi Eksisting (Peningkatan Rehabilitasi Jaringan
3. Peningkatan kualitas operasi dan
Indeks Penanaman) Irigasi Sawah
pemeliharaan (%)
4. One big data di seluruh K/L (Dokumen)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 159
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
Meningkatnya Efisiensi Irigasi
1. Modernisasi sistem irigasi berbasis teknologi
Padi Melalui Penurunan
(Daerah Irigasi) Peningkatan Efisiensi dan
Kebutuhan Volume Air per
2. Peningkatan cakupan luas irigasi dalam Kinerja Sistem Irigasi
Musim Tanam (0.5kg/m3
ruang lingkup aktivitas P3A (Hektare)
menjadi 0.7kg/m3 GKG)
1. Lahan Perkebunan Rakyat beririgasi
(Hektare)
2. Lahan Peternakan Rakyat beririgasi
(Hektare)
3. Lahan Perikanan Budidaya Air Tawar
Pembangunan Sistem
Tersedianya sistem penyediaan beririgasi (Hektare)
Irigasi untuk Peternakan,
air komoditas non-padi 4. Lahan Perikanan Budidaya Air Payau
Tambak, dan Pertanian
(produksi bernilai tinggi) beririgasi (Hektare)
Non-padi
5. Lahan Tambak Garam Rakyat beririgasi
(Hektare)
6. Pengembangan irigasi rawa dalam
peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian (Hektare)
PP 2. Infrastuktur Ekonomi
Meningkatnya Indeks
Indeks konektivitas wilayah
Konektivitas di wilayah
1. Pembangunan Jalan
lintas utama pulau
(trans)
1. Panjang jalan tol dan non tol yang terbangun
2. Pembangunan jalan tol
(km)
3. Pembangunan jalan
Menurunnya waktu tempuh 2. Persentase kondisi mantap jalan (nasional,
mendukung kawasan
KP 1. Konektivitas lintas utama per pulau provinsi, kab/kota)
prioritas
Transportasi Jalan 3. Persentase panjang jalan nasional dengan
4. Pembangunan
lebar memenuhi standar (%)
Jalan akses
simpul transportasi
(pelabuhan, bandara)
Meningkatnya aksesibilitas Pembangunan jalan di
Panjang jalan yang dibangun di wilayah 3T
jalan di wilayah 3T wilayah 3T
1. Panjang jalur KA yang dibangun (termasuk 1. Pembangunan Jalur
reaktivasi dan jalur ganda) KA utama (angkutan
Terwujudnya konektivitas
2. Persentase kondisi jalur KA dipelihara dan barang)
perkeretaapaian
sesuai SPM 2. Pemeliharaan Jalur KA
KP 2. Konektivitas 3. On Time Performance (OTP) KA sesuai SPM
Transportasi Kereta
Api Pembangunan Akses KA
Meningkatnya integrasi Jumlah simpul transportasi yang terakses yang terhubung simpul
multimoda Kereta Api (bandara, pelabuhan, terminal) transportasi (bandara,
pelabuhan, terminal)

160 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pengembangan
1. Jumlah pelabuhan utama yang memiliki
pelabuhan utama Tol
kemampuan melayani kapal diatas 3500
Laut
Meningkatnya kapasitas dan TEUs
2. Pengembangan
kualitas pelayanan pelabuhan 2. Jumlah pelabuhan yang memiliki pelayanan
pelabuhan sesuai
KP 3. Konektivitas laut sesuai standar hierarki
standar hierarki
Transportasi Laut 3. Jumlah pelabuhan yang melayani kapal
3. Pembangunan
cruise
pelabuhan cruise
Meningkatnya pemanfaatan
Jumlah pelabuhan yang berbasis teknologi Pengembangan teknologi
sistem teknologi informasi
informasi informasi pelayaran
secara terintegrasi dan handal.
1. Jembatan Udara
1. On Time Performance (OTP) penerbangan
Meningkatnya konektivitas dan mendukung daerah
2. Jumlah rute subsidi perintis penerbangan
pelayanan transportasi udara 2. Bandara mendukung
3. Jumlah bandara di wilayah 3T
KP 4. Konektivitas kawasan prioritas
Transportasi Udara 1. Pengembangan
Meningkatnya kapasitas sarana
1. Jumlah bandara yang ditingkatkan bandara Utama
dan prasarana transportasi
2. Jumlah bandara baru yang dibangun 2. Pembangunan
udara
bandara baru
1. Persentase konektivitas Sabuk 1. Pembangunan
Penyeberangan Utara, Tengah, & Selatan pelabuhan
2. Jumlah layanan lintas penyeberangan penyeberangan pada
komersial Jalur utama logistik
3. Jumlah pelabuhan penyeberangan, yang dan mendukung KSPN
Terwujudnya konektivitas darat dibangun/ dikembangkan 2. Pembangunan terminal
yang andal 4. Jumlah kapal penyeberangan yang penumpang dan
dibangun barang antar Negara
KP 5. Konektivitas 5. Jumlah terminal penumpang dan barang 3. Pembangunan kapal
Transportasi Darat antar Negara yang dibangun penyeberangan
dan Antarmoda 6. Persentase kejadian pelanggaran 4. Pengembangan
overloading UPPKB
1. Pembangunan
1. Jumlah Pelabuhan penyeberangan yang pelabuhan
Terwujudnya aksesibilitas darat dibangun di wilayah 3T penyeberangan di
dan antarmoda di wilayah 3T 2. Jumlah rute layanan penyeberangan dan wilayah 3T
bus perintis di wilayah 3T 2. Penyediaan subsidi
perintis di wilayah 3T
PP 3. Infrastruktur Untuk Mendukung Perkotaan
1. Persentase pangsa angkutan umum (%)
Meningkatnya pangsa
2. Share PDRB per kapita dibandingkan
angkutan umum
dengan laju urbanisasi (%)
1. Jumlah Penumpang pengguna angkutan
1. Pengembangan Sistem
Umum Massal per kota metropolitan
Angkutan Umum Masal
2. Jumlah angkutan massal berbasis rel yang
Berbasis Rel
dibangun (Jumlah Kota/Km/lintas/frekuensi)
2. Pengembangan Sistem
KP 1. Sistem Meningkatnya Penggunaan 3. Jumlah angkutan umum perkotaan berbasis
Angkutan Umum
Angkutan Umum angkutan umum massal jalan (BRT dan Sistem Transit) yang
Perkotaan Berbasis
Masal Perkotaan perkotaan dibangun (Kota/Koridor)
Jalan/BRT
4. Jumlah sarana dan prasarana serta sistem
3. Penyediaan subsidi
transportasi perkotaan yang terpadu
angkutan umum
(Jumlah TOD/Park and Ride/ akses) yang
massal perkotaan
dibangun

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 161
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pembangunan Fly
1. Jumlah jalan lingkar kota di perkotaan yang Over dan Underpass
KP 2. Infrastruktur Mengurangi waktu tempuh di dibangun (km/kota) perkotaan
Jalan Perkotaan perkotaan 2. Jumlah perlintasan tidak sebidang yang 2. Pembangunan jalan
dibangun (lokasi) lingkar tol dan non-tol
Perkotaan
1. Pembangunan PLTSa
KP 3. Energi dan Meningkatnya penggunaan 2. Pembangunan
Persentase pengguna energi bersih di
ketenagalistrikan energi ramah lingkungan untuk Pemanfaatan PV
perkotaan (%)
perkotaan perkotaan Rooftop
3. Pembangunan SPLU
1. Meningkatnya penetrasi
fixed broadband di 1. Persentase pemanfaatan sistem layanan
perkotaan darurat terpadu
KP 4. Infrastruktur 2. Meningkatnya jumlah 2. Persentase pengembangan dan
Pengembangan digital
dan ekosistem ICT kabupaten/kota yang pemanfaatan sistem public protection and
technopreuneur
perkotaan menyelenggarakan layanan disaster relief (PPDR)
112 3. Persentase pelanggan layanan jaringan
3. Persentase kabupaten/kota tetap pitalebar per 100 penduduk
terintegrasi ke sistem PPDR
1. Sambungan rumah dengan akses air minum
di wilayah prioritas (SR)
2. Presentase PDAM dengan Kinerja Sehat (%)
KP 5. Penyediaan 1. Pembangunan SPAM
3. Jumlah kota yang memiliki Sistem
Akses Air Minum dan Wilayah Metropolitan
Tersedianya sistem layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat
Sanitasi (Air Limbah 2. Penyelenggaraan
air minum dan sanitasi (SPALD-T) (unit)
dan Sampah) yang Layanan Air Minum
berkelanjutan 4. Jumlah fasilitas pengelolaan sampah antara
Layak dan Aman di dan Air Limbah yang
(unit)
Perkotaan Terintegrasi
5. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki
layanan air minum dan sanitasi yang
terintegrasi (kab/kota)
KP 6. Penyediaan
Meningkatnya akses
Akses Perumahan
masyarakat terhadap
dan Permukiman Jumlah hunian baru layak yang terbangun di Fasilitasi Penyediaan
perumahan dan permukiman
Layak, Aman dan perkotaan (unit) Perumahan di Perkotaan
yang layak, aman dan
Terjangkau di
terjangkau di perkotaan
Perkotaan
PP 4. Energi Dan Ketenagalistrikan
Meningkatnya akses dan
1. Intensitas Energi Final (SBM/ Miliar Rupiah)
pasokan energi dan tenaga
2. Konsumsi Listrik Per Kapita (Rp/kWh)
listrik yang merata, handal, dan
3. Emisi CO2 (juta ton)
efisien
1. Penambahan kapasitas
Memperluas penyediaan
KP 1. Energi dan EBT
infrastruktur dan pemanfaatan 1. Susut jaringan (%)
Tenaga Listrik 2. Proyek Peningkatan
energi dan tenaga listrik yang 2. Bauran EBT di pembangkitan (%)
Berkelanjutan Pembangkit Listrik
bersih dan efisien
PLTA Pumped Storage

162 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Penambahan Jaringan
Distribusi
2. Penambahan Gardu
Distribusi
3. Penurunan lama
pemadaman listrik
4. Pelanggan Listrik
5. Pengembangan
Kebijakan Subsidi
Listrik
Meningkatnya akses energi 1. SAIDI terbesar sistem (jam/pelanggan) 6. Peningkatan
KP 2. Akses energi
dan tenaga listrik yang merata, 2. Persentase pengguna energi bersih untuk kehandalan sistem
dan ketenagalistrikan
terjangkau dan berkualitas memasak (%) 7. Pengembangan
Tungku Bersih Hemat
Energi Rumah Tangga
8. Penyediaan tabung
perdana LPG untuk
memasak
9. Pembangunan
Jaringan Gas Kota
10. Pengembangan
Kebijakan Subsidi
Energi
1. Penambahan
Kapasitas Pembangkit
2. Penambahan Jaringan
Transmisi
3. Penambahan Gardu
Induk
Meningkatnya jaminan dan
KP 3. Pasokan 4. Proyek Interkoneksi
ketahanan pasokan serta 1. Produksi tenaga listrik (GWh)
Energi dan Tenaga Kehandalan Sistem
kualitas tata kelola energi dan 2. Cadangan penyangga BBM (hari)
Listrik 5. Peningkatan
ketenagalistrikan
Infrastruktur Kilang
Minyak Bumi
(kumulatif)
6. Kebijakan Peningkatan
Tata Kelola
Ketenagalistrikan
PP 5. Transformasi Digital
1. Pertumbuhan sektor informasi dan
komunikasi
1. Terbangunnya ekosistem 2. Persentase pengguna internet
dan pemanfaatan TIK 3. Proporsi jumlah pelanggan fixed broadband
2. Tersedianya layanan akses 4. Proporsi populasi yang dijangkau mobile
infrastruktur TIK broadband
5. Proporsi individu yang menguasai/memiliki
telepon genggam
1. Pengembangan
infrastruktur pitalebar
Meratanya akses layanan 1. Persentase desa blank spot yang 2. Pengembangan
KP 1. Penuntasan
telekomunikasi dan internet di mendapatkan layanan telekomunikasi infrastruktur penyiaran
infrastruktur TIK
desa 2. Persentase penyediaan satelit multifungsi 3. Pengembangan
infrastruktur TIK
pemerintahan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 163
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Persentase puskesmas yang terlayani akses
telekomunikasi
2. Persentase kawasan industri dan KEK yang
terlayani jaringan pitalebar
3. Persentase daerah destinasi pariwisata
1. Meningkatnya pemanfaatan prioritas yang terlayani jaringan pitalebar
akses telekomunikasi dan 4. Persentase kantor pemerintahan yang 1. Pemanfaatan TIK
internet terlayani akses telekomunikasi (%) – layanan pemerintah
KP 2. Pemanfaatan
2. Optimalisasi pemanfaatan kumulatif 2. Pemanfaatan TIK
infrastruktur TIK
TIK untuk sektor 5. Jumlah petani dan nelayan yang bermitra layanan masyarakat
pertumbuhan ekonomi dengan layanan online (orang) – kumulatif dan dunia usaha
strategis 6. Persentase penduduk yang memiliki akun
uang elektronik (%) – kumulatif
7. Persentase keterpaduan aplikasi umum
SPBE
8. Persentase sekolah (SMA dan SMK) yang
terlayani akses telekomunikasi
1. Jumlah SDM yang mendapatkan
peningkatan kapasitas menghadapi
1. Pengelolaan informasi
transformasi digital
secara aman dan
2. Jumlah UMKM yang menjalani bisnis online
KP 3. Fasilitas Meningkatnya daya saing terintegrasi
yang mendapatkan peningkatan kapasitas
pendukung industri dan SDM TIK dalam 2. Pengembangan literasi
3. Persentase integrasi data pemerintah
transformasi digital negeri dan keahlian TIK
4. Persentase pengembangan platform Big
3. Pengembangan dan
Data Nasional
fasilitasi industri TIK
5. Persentase peningkatan industri perangkat
TIK dalam negeri

164 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman 3) Pengembangan sistem penyediaan perumahan


Layak, Aman dan Terjangkau yang serasi dengan tata ruang dan terpadu
Arah kebijakan dalam rangka penyediaan akses dengan layanan infrastruktur dasar permukiman;
perumahan dan permukiman layak, aman dan 4) Pembentukan dan peningkatan peran badan
terjangkau adalah meningkatkan akses masyarakat perumahan publik dalam penyelenggaraan
secara bertahap terhadap perumahan dan perumahan dan permukiman di perkotaan; dan
permukiman layak, aman dan terjangkau untuk 5) Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. mendukung penyediaan perumahan bagi MBR.
Strategi dilakukan melalui tiga pendekatan utama,
yakni pendekatan dari sisi permintaan (demand Sedangkan strategi dari aspek enabling
side), dari sisi pasokan (supply side), dan enabling environment, dilakukan melalui:
environment. 1) Penguatan implementasi standar keamanan dan
kelayakan bangunan;
Strategi dari sisi permintaan (demand side) melalui: 2) Penguatan implementasi kemudahan perizinan
1) Pemantapan sistem pembiayaan primer dan dan administrasi pertanahan untuk perumahan;
sekunder perumahan dalam rangka mewujudkan 3) Peningkatan kapasitas pemerintah/pemerintah
pembiayaan perumahan yang murah, termasuk daerah, masyarakat dan dunia usaha; dan
optimalisasi permanfaatan sumber pembiayaan 4) Peningkatan kolaborasi dan kemitraan
jangka panjang seperti Tabungan Perumahan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
Rakyat (TAPERA) dan dana jaminan sosial/ dunia usaha.
pensiun;
2) Reformasi subsidi perumahan yang lebih efisien Pengelolaan Air Tanah, Air Baku Berkelanjutan
dan berkelanjutan; dan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
3) Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan peengelolaan air tanah, air baku berkelanjutan
terutama bagi masyarakat berpenghasilan tidak adalah:
tetap dan membangun rumah secara swadaya. 1) Percepatan Penyediaan Air Baku yang Aman
dari Sumber Air sampai Konsumen sesuai
Strategi dari sisi pasokan (supply side) melalui: Kualitas dan Kuantitas yang Dibutuhkan (Water
1) Peningkatan keterpaduan pembangunan Safety Plan), melalui: (a) Optimalisasi sumber air
perumahan masyarakat berpenghasilan baku dari bendungan; dan (b) Rehabilitasi dan
menengah kebawah dengan sistem transportasi; pembangunan baru infrastruktur penyedia air
2) Peningkatan efisiensi lahan untuk penyediaan baku, Water Treatment Plant (WTP), serta sistem
perumahan melalui inclusive urban renewal dan distribusi, terutama di wilayah agglomerasi
konsolidasi tanah dalam rangka penanganan perkotaan, kawasan industri dan daerah dengan
permukiman kumuh perkotaan; tingkat kemiskinan yang tinggi.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 165
2) Peningkatan efisiensi sistem penyediaan air 2) Meningkatkan kapasitas penyelenggara air
dan keterpaduan sumber air permukaan dan minum melalui: (a) Penyehatan PDAM melalui
air tanah (conjunctive use) melalui pemanfaatan bantuan teknis dan non teknis, antara lain
teknologi (Smart Water Management). Strategi penurunan tingkat kehilangan air (NRW),
yang dilakukan adalah: (a) Peningkatan efisiensi efisiensi produksi, pengelolaan keuangan dan
penyediaan air melalui penerapan teknologi SDM, penerapan Tarif yang Full Cost Recovery
monitoring distribusi air dan pemberian insentif (FCR), serta peningkatan kualitas pelayanan; (b)
melalui skema investasi baru; (b) Konservasi, Penerapan Rencana Pengamanan Air Minum dan
monitoring, pencegahan, dan law enforcement Pengawasan Kualitas Air Minum; (c) Penerapan
terhadap pencemaran air permukaan dan Smart Water Management; (d) Peningkatan
air tanah; (c) Penyediaan informasi publik kapasitas penyelenggara SPAM berbasis
dari sistem informasi terpadu hidrologi, masyarakat; dan (e) Penerapan teknologi
hidrometeorologi, hidrogeologi, dan kualitas pengendalian dan pencegahan kontaminasi air
air; dan (d) Penyediaan sumber air baku dan tanah, air permukaan dan sistem distribusi.
pengendalian ekstraksi air tanah untuk wilayah 3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui:
aglomerasi metropolitan dan pulau kecil/terluar, (a) Pengembangan (pembangunan baru,
antara lain: Jabodetabekpunjur, Bandung peningkatan dan perluasan) dan pengelolaan
Raya, Kartamantul, Gerbangkartasusila (operasi, pemeliharaan, dan perbaikan) SPAM
(termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura), Perpipaan dan Non Perpipaan terlindungi;
Kedungsepur, Sarbagita, Mamminasata, NTT, (b) Optimalisasi SPAM yang telah terbangun
dan Maluku Utara. termasuk penurunan kebocoran; (c) Pemanfaatan
berbagai sumber air baku (bauran) diantaranya
Penyediaan Akses Air Minum Layak dan Aman tampungan air (bendungan, embung, dan lain
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka lain), pemanenan air hujan, dan grey water; dan
penyediaan akses air minum layak dan aman, (d) Penerapan teknologi pengolahan air minum
adalah : di daerah rawan air dan kepulauan, diantaranya
1) Meningkatkan tata kelola kelembagaan melalui (a) pemanfaatan teknologi desalinasi air laut dan
peningkatan kapasitas dan komitmen pemerintah Penampungan Air Hujan (PAH).
daerah; (b) peningkatan kualitas dokumen 4) Perubahan perilaku masyarakat untuk
perencanaan air minum yang terintegrasi; mendukung upaya konservasi sumber daya
(c) peningkatan sinergi dan kolaborasi air dan penyediaan air minum layak dan aman,
penyediaan akses air minum antar program dan melalui : (a) Penyadaran masyarakat untuk
antarstakeholder (pemerintah, pemerintah daerah, perilaku hemat air, penggunaan sumber air
badan usaha, unit pelaksana, dan masyarakat) minum aman, dan peningkatan willingness to
melalui penguatan peran Pokja Perumahan, pay; (b) Pengurangan pemanfaatan air tanah
Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS)/ di daerah yang telah terlayani SPAM; dan (c)
AMPL di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten; Konservasi sumber air baku untuk air minum
(d) pembentukan badan regulator air minum; berbasis masyarakat.
(e) penyusunan undang-undang air minum dan
air limbah; serta (f) pengembangan sumber Penyediaan Akses Sanitasi (Pengelolaan Air Limbah
alternatif pendanaan untuk pengembangan Domestik dan Sampah) yang Layak dan Aman
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan skema Arah kebijakan dan strategi dilakukan dalam rangka
investasi badan usaha. penyediaan akses sanitasi (pengelolaan air limbah

166 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
domestik dan sampah) yang layak dan aman adalah: 4) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
1) Peningkatan kapasitas institusi dalam dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui:
layanan pengelolaan sanitasi, melalui: (a) (a) Pelaksanaan program perubahan perilaku di
Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam tiap desa dan kelurahan yang belum Stop Buang
meningkatkan pengelolaan air limbah, (termasuk Air Besar Sembarangan (BABS); (b) Penguatan
pengelolaan lumpur tinja) dan sampah; (b) mekanisme monitoring yang terjadwal; dan
Pemastian fungsi regulator layanan pengelolaan (c) Penguatan keberlanjutan STBM di tingkat
air limbah domestik dan sampah; (c) Penguatan kabupaten dan kota.
peran dan kapasitas PDAM sebagai penyedia 5) Pengembangan kerja sama dan pola pendanaan,
jasa layanan pengelolaan air limbah domestik, melalui: (a) Penyediaan pola subsidi yang tepat
terutama bagi daerah dengan cakupan air untuk meningkatkan kemampuan masyarakat; (b)
perpipaan lebih dari 50 persen; dan (d) Pengembangan layanan sanitasi melalui sistem
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk pembiayaan yang inovatif; dan (c) Peningkatan
melakukan kerja sama dengan pihak lain. kapasitas pemerintah daerah untuk melakukan
2) Peningkatan komitmen kepala daerah untuk kerja sama dengan pihak lain.
layanan sanitasi yang berkelanjutan, melalui:
(a) Penyusunan dokumen legal formal di Keselamatan dan Keamanan Transportasi
daerah mengenai pengelolaan sanitasi (air Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
limbah dan sampah domestik); (b) Penyediaan meningkatkan keselamatan dan keamanan
mekanisme insentif bagi pemerintah daerah transportasi adalah:
untuk mengalokasikan anggaran pembangunan 1) Penerapan pendekatan sistem yang
infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan berkeselamatan dalam rangka mengurangi
subsidi bagi operasional dan pemeliharaan; dan fatalitas dan keparahan korban (injury prevention);
(c) Penerapan regulasi daerah yang mengatur 2) Pengoperasian balai uji Pengujian dan
kewajiban pembayaran pengelolaan sanitasi Penimbangan Kendaraan Bermotor;
oleh masyarakat/ konsumen dan mewajibkan 3) Penegakan aturan standar Keselamatan dan
rumah tangga untuk memiliki akses air limbah Keamanan Transportasi;
aman dan pengelolaan sampah. 4) Pengembangan Skema Pembiayaan fasilitas
3) Pengembangan infrastruktur dan layanan Keselamatan dan Keamanan Transportasi melalui
sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik DAK, KPBU, APBN, dll);
dan kebutuhan daerah, melalui: (a) Pelaksanaan 5) Peningkatan kesadaran pentingnya keselamatan
bimbingan teknis pembangunan infrastruktur dan keamanan transportasi, melalui pemenuhan
sanitasi; (b) Koordinasi perencanaan tata fasilitas keselamatan transportasi jalan; pendidikan
ruang dengan pembangunan sanitasi; (c) dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan
Pengembangan konsep resource recovery dan transportasi yang berkeselamatan sejak usia
circular economy; (d) Penyusunan panduan di dini; pelatihan serta sosialisasi keselamatan dan
tingkat pusat mengenai pengelolaan sampah; keamanan transportasi untuk operator, regulator,
(e) Pengembangan SDM dan teknologi dan masyarakat; implementasi Rencana Umum
melalui kerja sama dengan universitas; (f) Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan dan
Pembangunan infrastruktur sanitasi (air limbah penyusunan rencana aksi keselamatan daerah;
domestik dan sampah); dan (g) Pengembangan serta pendanaan keselamatan jalan melalui DAK
teknologi menggunakan pendekatan bertahap Bidang Jalan;
(incremental approach).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 167
6) Pemenuhan kecukupan sarana dan prasarana; seluruh stakeholders, melalui (a) Peningkatan
dan sistem pemantauan kualitas air DAS Citarum; (b)
7) Meningkatan sebaran jumlah SDM pencarian Peningkatan kinerja pengendalian pencemaran
dan pertolongan yang berkompeten, melalui dan pengelolaan kualitas air; (c) Peningkatan
penyediaan sarana dan prasarana SAR darat, kapasitas pengelolaan sampah; (d) Rehabilitasi
laut, dan udara, serta pengembangan dan lahan kritis dan penataan kegiatan perekonomian
pelatihan SDM SAR yang berkompeten. masyarakat; dan (e) Pengelolaan sumber air dan
pengurangan risiko bencana.
Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
mendukung ketahanan kebencanaan infrastruktur Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
adalah: penyediaan waduk multipurpose dan modernisasi
1) Penetapan kebijakan pengelolaan kawasan dan irigasi adalah:
sistem peringatan dini bencana berdasarkan 1) Penyediaan infrastruktur tampungan air multiguna
karakteristik wilayah dan jenis bencana, melalui dan berkelanjutan melalui (a) Penerapan standar
(a) Penyediaan sistem peringatan dini di wilayah internasional penilaian kelayakan pembangunan
rawan bencana; (b) Penyusunan peta risiko bendungan baru; (b) Penyederhanaan proses
bencana untuk setiap wilayah berdasarkan perizinan dan percepatan pembangunan
simulasi bencana; dan (c) Penilaian dan retrofit bendungan baru; dan (c) Pemanfaatan potensi
infrastruktur berdasarkan tingkat keamanan waduk baru melalui pembangunan prasarana
2) Peningkatan infrastruktur tangguh bencana di irigasi, air baku, dan PLTA.
wilayah prioritas rawan bencana serta sinergi 2) Pengembangan waduk multiguna secara
antara pembangunan wilayah dan peningkatan terpadu dengan pengembangan kawasan KEK/
ketangguhan terhadap bencana, terutama di KI melalui: (a) Penerapan skema investasi Large
Kawasan pesisir utara pulau Jawa dan DAS kritis Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA
melalui (a) Peningkatan kualitas infrastruktur di Kaltara); (b) Pemanfaatan potensi International
tangguh bencana; (b) Pembangunan infrastuktur Grid (HVDC) untuk peningkatan pasokan
ketahanan bencana di kawasan pesisir utara energi domestik dan komersial, termasuk
Pulau Jawa dan DAS prioritas; (c) Pembangunan border Interconnection Indonesia-Malaysia di
sistem terintegrasi pemantauan penurunan Kalimantan-Sumatera; dan (c) Optimalisasi link
tanah; dan (d) Pengembangan sistem terintegrasi and match potensi waduk multiguna dengan
penyediaan air dan sanitasi. kebutuhan pengembangan Kawasan KEK/KI,
3) Penerapan sistem pengelolaan terpadu termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura.
sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan 3) Penerapan inovasi teknologi dalam menambah
masyarakat dan pengendalian bencana serta volume tampungan air dan efisiensi pemanfaatan
penerapan kebijakan room for river melalui (a) air melalui (a) Peningkatan kapasitas dan
Penetapan Kawasan prioritas penurunan tanah optimalisasi fungsi waduk berdasarkan karakteristik
dan ekstraksi air tanah; (b) Penyediaan sistem dan kondisi bendungan; (b) Peningkatan efisiensi
sanitasi dan pengelolaan limbah terpadu; dan(c) dan keamanan operasi waduk; (c) Pemeliharaan
Melakukan pembangunan infrastuktur SPAM dan konservasi terhadap bendungan, kawasan
regional sesuai dengan kebutuhan kawasan. tangkapan air, dan greenbelt; dan (d) Pelibatan
4) Percepatan penanganan kerusakan DAS masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan
Citarum dengan melibatkan partisipasi aktif fungsi dan pemeliharaan waduk.

168 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
4) Pengembangan jaringan irigasi untuk mendukung nasonal dengan pendekatan koridor;
ketahanan pangan, serta peternakan, tambak, 5) Meningkatkan kinerja kemantapan jalan daerah
dan pertanian non-padi melalui (a) Optimalisasi (jalan provinsi, kabupaten/kota);
layanan jaringan irigasi untuk tanaman pangan; 6) Menyelesaikan pembangunan jalan akses dan
(b) Pengembangan layanan irigasi untuk jalan perbatasan Kalimantan, NTT, dan Papua,
peternakan, tambak, dan pertanian non-padi; serta wilayah 3T;
dan (c) Penyusunan standar efisiensi dan kinerja 7) Sinkronisasi penanganan jalan nasional dan
penggunaan air untuk irigasi sesuai karakteristik daerah di wilayah 3T, melalui penyelesaian
petani. pembangunan jalan akses dan jalan perbatasan
5) Penerapan sistem pengelolaan daerah irigasi Kalimantan, NTT, dan Papua; memperkuat
berbasis teknologi tepat guna melalui (a) akses jalan penghubung lintas dari wilayah 3T
Penerapan single management untuk daerah ke daerah yang lebih maju (Contoh: Bengkulu-
irigasi yang sejalan dengan peningkatan Sumsel); serta peningkatan kinerja kemantapan
partisipasi petani; (b) Peningkatan kinerja jalan daerah (jalan provinsi, kabupaten/kota)
kelembagaan dan kualitas SDM pengelola melalui dukungan pendanaan DAK Bidang
irigasi; dan (c) Penerapan teknologi tepat guna Jalan dan memperluas pelaksanaan skema
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air pendanaan hibah jalan daerah yang difokuskan
untuk daya dukung pertumbuhan tanaman. pada perbaikan tata kelola dalam pemeliharaan
jalan daerah.

Konektivitas Transportasi Kereta Api


Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
Infrastruktur Ekonomi memperkuat konektivitas transportasi kereta api,
adalah :
1) Pemenuhan fasilitas keselamatan dan keamanan
Konektivitas Transportasi Jalan perlengkapan keselamatan perkeretaapian
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka sesuai standar SNI dan SI, melalui pemenuhan
memperkuat konektivitas transportasi jalan adalah : alokasi kebutuhan IMO Perkeretaapian serta
1) Membangun jaringan jalan tol di koridor utama pemasangan perlengkapan keselamatan dan
logistik; keamanan perkeretaapian;
2) Membangun jaringan jalan arteri utama nasional 2) Pengembangan kereta api barang (Trans
di tiap pulau terintegrasi dengan kawasan (KEK, Sumatera, Pantura, Trans Sulawesi, dan
KI, dan KSPN), termasuk wilayah KKM dan Kalimantan);
KKJSM di Madura; 3) Pembangunan jalur KA Trans Sulawesi serta
3) Membangun jalan akses menuju simpul jalur ganda dan reaktivasi KA di Pulau Jawa dan
transportasi; Sumatera;
4) Preservasi jalan sesuai dengan standar lebar 4) Mendorong keterlibatan swasta dan mendorong
dan daya dukung, melalui integrasi jaringan penyiapan lahan melalui BLU LMAN untuk
jalan tol dengan pengembangan pusat-pusat lanjutan pembangunan KA Trans Sulawesi;
pertumbuhan baru, integrasi jaringan jalan 5) Penyelenggaraan sistem transportasi multimoda;
dengan simpul transportasi, pembanguan akses 6) Pembangunan jalan akses dan jalur KA menuju
transportasi lokal ke wilayah pertumbuhan, dan simpul pelabuhan, bandara dan terminal serta
daerah tertinggal, serta pemeliharaan jalan pusat kegiatan logistik; dan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 169
7) Mendorong peran swasta dalam pelayanan rantai pasok logistik (e-logistic); dan perencanaan
dan penyelenggaraan layanan multimoda pemanfaatan platform TIK yang berfungsi untuk
untuk pembangunan Jalur KA akses bandara pengintegrasian dan pemantauan proses usaha
pelabuhan, dan terminal. jasa kepelabuhanan, pelayaran, dan jasa logistik
lainnya;
Konektivitas Transportasi Laut 9) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pelayanan angkutan perintis yang komprehensif
memperkuat konektivitas transportasi laut, adalah: (saling melengkapi dan terpadu antar layanan
1) Penegakan aturan standar keselamatan perintis), melalui memperkuat keterpaduan
pelayaran; antarmoda keperintisan laut dan udara serta
2) Pemenuhan kecukupan perlengkapan sistem jalan lintas, sesuai karakteristik wilayah; dan
navigasi pelayaran, melalui penyediaan penentuan rute subsidi perintis (multi years)
perlengkapan fasilitas keselamatan dan navigasi yang sesuai dengan kebutuhan wilayah 3T
pelayaran; meningkatkan frekuensi pengawasan dalam rangka mendorong aktivitas ekonominya.
serta penindakan terhadap pelanggaran standar
keselamatan pelayaran; Konektivitas Transportasi Udara
3) Standarisasi layanan pelabuhan-pelabuhan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
utama mendukung logistik; memperkuat konektivitas transportasi udara adalah:
4) Peningkatan dan pengembangan pelabuhan 1) Pemenuhan dan peningkatan standar
pengumpul dan pengumpan sesuai dengan keselamatan dan keamanan penerbangan,
standar layanan yang ditetapkan; melalui: (a) mempertahankan tingkat keselamatan
5) Pembangunan pelabuhan untuk medukung penerbangan (standar ICAO, UE, dan Kategory
aktivitas pariwisata; I FAA); (b) pengadaan dan modernisasi sarana
6) Pengintegrasian jasa pelayaran komersial navigasi CNSA (Communication, Navigation,
dengan sistem pelayaran non-komersial; Surveilance dan Automation); (c) implementasi
7) Pengintegrasian jasa pelayaran lokal (pelayaran Performance Based Navigation; (d) implementasi
rakyat) dengan sistem pelayaran nasional, System Wide Information Management (SWIM)
melalui penyesuaian kedalaman alur dan kolam yang mengintegrasikan data penerbangan,
pelabuhan dengan throughput (atau ukuran fasilitas pengamatan, ATM, data meterologi, serta
kapal optimal); integrasi layanan pelabuhan data pengguna aeronautika dan data secara
hub strategis tol laut; penyesuaian kerangka global; (e) peningkatan pelayanan navigasi untuk
regulasi standar kinerja operasional pelabuhan ruang udara lapis bawah (ketinggian sampai
dengan standarisasi khusus untuk pelabuhan- dengan 250 ribu kaki); (f) peningkatan fasilitas
pelabuhan hub strategis tol laut berdasarkan keamanan penerbangan dan pelayanan darurat;
naskah akademik yang kuat; integrasi sistem (g) peningkatkan pengawasan dan pembinaan
keperintisan, sistem PSO angkutan barang kelaikan udara, serta penindakan terhadap
dengan sistem logistik nasional; serta penyediaan pelanggaran standar keselamatan penerbangan;
dukungan pembiayaan kepada badan usaha dan (h) pengadaan pesawat udara kalibrasi.
pelayaran dan pemerintah daerah; 2) Pembangunan/peningkatan kapasitas sarana
8) Pengembangan sistem teknologi informasi dan prasarana kebandarudaraan, melalui (a)
yang dapat mendukung kelancaran aktivitas pembangunan 25 bandara baru; (b) rehabilitasi
pelayanan angkutan laut, melalui digitalisasi dan pengembangan 165 bandara; dan (c)
regulasi serta digitalisasi integrasi proses bisnis pengembangan bandara mendukung kawasan

170 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
prioritas (KSPN, KEK, KI, perbatasan & rawan Konektivitas Transportasi Darat dan Antarmoda
bencana). Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
3) Meningkatkan pelayanan transportasi udara memperkuat konektivitas transportasi darat dan
dan cakupan layanan penerbangan perintis, antarmoda, adalah:
melalui: (a) Implementasi standar pelayanan jasa 1) Mengembangkan dan revitalisasi
bandara, penumpang kelas ekonomi, perizinan penyelenggaraan jembatan timbang di jalur
online, dan bandara ramah lingkungan; (b) utama logistik (Pantura, Lintas Timur Sumatera);
standarisasi pelayanan penerbangan (sertifikasi 2) Meningkatkan kapasitas dermaga
bandara, pemenuhan dan modernisasi sarana penyeberangan pada jalur sabuk utama
dan prasarana); (c) peningkatan cakupan layanan penyeberangan;
angkutan udara perintis (penumpang dan kargo) 3) Mengembangkan skema KPBU dalam
serta implemtentasi Program Jembatan Udara pembangunan dan pelayanan transportasi
Terintegrasi dengan Tol Laut; dan (d) revitalisasi penyeberangan, melalui (a) peningkatan
skema subsidi perintis penerbangan yang efektifitas fungsi penyelenggaraan jembatan
menjamin kepastian dan keberlanjutan layanan timbang melalui penerapan teknologi dan
dengan konsep tahun jamak (multiyears). mekanisme KPBU; (b) penerapan denda
4) Mendorong pengembangan industri langsung dengan 0 persen toleransi bagi
penerbangan nasional, melalui (a) sertifikasi pelanggar overloading; (c) peningkatan kapasitas
pesawat N219; (b) pembangunan waterbase dermaga penyeberangan pada jalur sabuk
airport (sea plane) mendukung destinasi wilayah utama penyeberangan; (d) pengembangan
kepulauan; (c) mendorong pengembangan skema KPBU dalam pembangunan dan
industri perawatan pesawat (MRO) di wilayah pelayanan transportasi penyeberangan; dan
barat dan wilayah timur Indonesia. (e) pembangunan prasarana dan sarana
5) Penyesuaian kerangka regulasi dan penataan konektivitas antarpulau melalui skema DAK.
kelembagaan, melalui (a) revisi berbagai 4) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi
rencana induk pelayanan transportasi udara pelayanan angkutan perintis yang komprehensif,
(tatanan kebandarudaraan/hub-spoke-feeder, melalui: (a) memperkuat antarmoda jalan
jaringan dan rute penerbangan, dan pelayanan dan penyeberangan di Sulawesi; (b)
penerbangan); dan (b) penataan kelembagaan. penyelenggaraan layanan subsidi perintis
6) Peningkatan kualitas dan kapasitas SDM, melalui yang terintegrasi antarmoda serta bersifat
(a) diklat transportasi berbasis teknologi tinggi/ tahun jamak; (c) penguatan kapasitas operator
mutakhir memenuhi standar internasional; dan (b) pelayanan ASDP perintis; dan (d) penyediaan
pemenuhan kualitas dan kapasitas (kompetensi) dukungan pembiayaan kepada badan usaha
inspektur dan personil penerbangan UPBU. pelayaran dan pemerintah daerah.
7) Mendorong pendanaan alternatif (creative
financing) dan keterlibatan swasta dalam
pembangunan/pengembangan, dan
pengoperasian bandara, melalui: (a) Infrastruktur Perkotaan
meningkatkan penyiapan proyek dan
memperluas skema KPBU Bandara; dan (b)
mendorong pemanfaatan skema KPBU-AP Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan
(Availability Payment) untuk penyediaan layanan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
perintis penerbangan. pengembangan sistem angkutan umum masal

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 171
perkotaan, adalah: perlintasan sebidang, melalui pembangunan
1) Pengembangan angkutan massal perkotaan flyover/underpass untuk mengatasi kemacetan
berbasis rel yang aman, terjangkau, mudah lalu lintas dan mengurangi gangguan samping
diakses, dan berkelanjutan; pada koridor jalan arteri perkotaan.
2) Menerapkan strategi Transport Demand
Management (TDM) beserta penguatan integrasi Energi dan Listrik Berkelanjutan untuk Perkotaan
antara guna lahan dan perencanaaan transit; Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
3) Pengembangan Transit Oriented Development pemenuhan energi dan listrik berkelanjutan untuk
(TOD); perkotaan adalah:
4) Penguatan integrasi antara guna lahan dan 1) Pengembangan pembangkit berbasis EBT,
perencanaaan transit; melalui pengembangan dan pemanfaatan
5) Pengembangan mekanisme dukungan PLTSa untuk pengolahan sampah yang ramah
pemerintah pusat untuk penyediaan angkutan lingkungan dan menghasilkan produk samping
umum masal perkotaan berbasis transit (skema listrik, dan pengembangan waste to energy; dan
KPBU), melalui percepatan pembangunan 2) Penyediaan pendanaan dan insentif untuk
angkutan umum massal perkotaan; menurunkan biaya modal bagi pemanfaatan
pengembangan mekanisme koridor dukungan energi baru dan terbarukan (EBT).
pemerintah dalam pembangunan angkutan
umum massal perkotaan; penguatan sinergi Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan
antar stakeholder untuk sharing pendanaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
transportasi perkotaan; pembagian peran meningkatkan infrastruktur dan ekosistem ICT
pembiayaan transportasi antara pemerintah perkotaan adalah:
pusat, pemerintah daerah, dan swasta; 1) Penggelaran infrastruktur fixed broadband untuk
penyediaan dukungan pembiayaan dan perkotaan (kawasan perumahan, pusat ekonomi,
dukungan teknis penyiapan kepada pemerintah pusat pendidikan), melalui (a) pemberian
daerah; peningkatan kapasitas kelembagaan kemudahan perijinan penggelaran infrastruktur
dan SDM pemerintah daerah dalam penyiapan fixed broadband; (b) meningkatkan kapasitas
penyelenggaraan angkutan umum dan KPBU; industri lokal pendukung fixed broadband; (c)
serta penyusunan pedoman kebijakan mobilitas mendorong pengembangan layanan, aplikasi,
perkotaan: terpadu dan berkelanjutan. maupun konten yang mencerdaskan dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat perkotaan;
Infrastruktur Jalan Perkotaan 2) Pengembangan sistem layanan panggilan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem
pengembangan infrastruktur jalan perkotaan, layanan panggilan darurat dan pedoman
adalah: penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b)
1) Penyediaan infrastruktur jalan yang terintegrasi implementasi dan pendampingan sistem layanan
dengan aspek tata guna lahan, melalui panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota
pembangunan jaringan jalan mendukung pusat terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem
kegiatn ekonomi dan kawasan perumahan; layanan panggilan ke kabupaten/kota;
pembangunan jalan lingkar kota untuk jalur 3) Pengembangan sistem Public Protection
logistic; serta peningkatan kapasitas jalan dan and Disaster Relief (PPDR), melalui (a)
penataan sistem drainase jalan perkotaan; pengembangan pilot project sistem PPDR dan
2) Mengurangi bottleneck pada persimpangan dan ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus

172 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
untuk kebencanaan; (b) penyusunan regulasi,
standar layanan dan perangkat untuk sistem Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman
PPDR; dan (c) implementasi sistem PPDR Layak, Aman dan Terjangkau di Perkotaan
terutama pada kabupaten/kota rawan bencana. Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
pemenuhan perumahan dan permukiman layak,
Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi (Air aman dan terjangkau di perkotaan adalah
Limbah dan Sampah) yang Layak dan Aman di meningkatkan akses masyarakat di perkotaan
Perkotaan secara bertahap terhadap hunian layak, aman dan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka terjangkau dalam rangka mewujudkan kota tanpa
penyediaan akses air minum dan sanitasi (air limbah permukiman kumuh, melalui pendekatan:
dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan 1) Demand Side, melalui: (a) pemantapan sistem
adalah: pembiayaan primer dan sekunder perumahan
1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum dalam rangka mewujudkan pembiayaan
(SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan, melalui perumahan yang murah, termasuk optimalisasi
(a) penguatan fungsi operator dan regulator permanfaatan sumber pembiayaan jangka
layanan sanitasi; (b) penyiapan layanan lumpur panjang seperti Tabungan Perumahan Rakyat
tinja perkotaan (FSM); (c) bundled service (TAPERA) dan dana jaminan sosial/pensiun;
air minum, air limbah dan persampahan; (d) (b) reformasi subsidi perumahan yang lebih
penyediaan SPAM perpipaan dengan standar efisien dan berkelanjutan; dan (c) perluasan
air minum aman (siap minum); (e) pembangunan fasilitas pembiayaan perumahan terutama bagi
sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat masyarakat berpenghasilan tidak tetap dan
(SPALD-T) skala kota/regional dan sistem membangun rumah secara swadaya.
pengelolaan lumpur tinja untuk SPALD-S; 2) Supply Side, melalui: (a) peningkatan
(f) pembangunan TPA Regional; dan (g) keterpaduan pembangunan perumahan
pembangunan TPST/TPS 3R. masyarakat berpenghasilan menengah kebawah
2) Perubahan perilaku masyarakat untuk dengan sistem transportasi; (b) peningkatan
mendukung upaya konservasi sumber daya efisiensi lahan untuk penyediaan perumahan
air dan penyediaan air minum layak dan aman, melalui inclusive urban renewal dan konsolidasi
melalui (a) perubahan perilaku masyarakat tanah dalam rangka penanganan permukiman
untuk mengakses air minum perpipaan; dan kumuh perkotaan; (c) pengembangan sistem
(b) penyadaran masyarakat untuk perilaku penyediaan perumahan yang serasi dengan tata
hemat air, peningkatan willingness to pay, dan ruang dan terpadu dengan layanan infrastruktur
penggunaan sumber air minum aman. dasar permukiman; (d) pembentukan dan
3) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat peningkatan peran badan perumahan publik
dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui dalam penyelenggaraan perumahan dan
(a) pelaksanaan program perubahan perilaku permukiman di perkotaan; dan (e) pemanfaatan
di tiap kelurahan yang belum Stop Buang Air tanah milik negara/BUMN untuk mendukung
Besar Sembarangan (BABS) dan yang masih penyediaan perumahan bagi MBR.
melakukan pembuangan langsung (tidak 3) Enabling Environment, melalui: (a)
memiliki tempat pembuangan akhir tinja); (b) penguatan implementasi standar keamanan
penguatan mekanisme pemantauan yang dan kelayakan bangunan; (b) penguatan
terjadwal; (c) penguatan keberlanjutan STBM di implementasi kemudahan perizinan dan
tingkat kabupaten dan kota administrasi pertanahan untuk perumahan; (c)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 173
peningkatan kapasitas pemerintah/ pemerintah economically least cost fuels untuk memasak
daerah, masyarakat dan dunia usaha; dan (jaringan gas perkotaan, LPG, dan electric and
(d) peningkatan kolaborasi dan kemitraan clean cook stove).
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan 4) Peningkatan tata kelola energi dan
dunia usaha. ketenagalistrikan, melalui (a) peningkatan tugas
dan fungsi badan regulator; (b) penguatan
independensi operator sistem transmisi; (c)
Energi dan penerapan power wheeling untuk mendorong
Ketenagalistrikan proyek EBT dapat langsung menjual ke
pelanggan; (d) mereviu kebijakan harga EBT
berbasis batas biaya pokok penyediaan (BPP)
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pembangkitan; dan (f) implementasi metode
pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga penentuan revenue requirement yang optimal.
listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, 5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan
adalah : pembiayaan, melalui (a) pengembangan subsidi
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk tepat sasaran melalui subsidi langsung dan
pemenuhan kebutuhan, melalui (a) pemanfaatan realokasi belanja; (b) penerapan penyesuaian
EBT seperti panas bumi, air, surya, dan biomasa; tarif dan/atau dukungan pemerintah untuk
(b) pemanfaatan pengembangan mini/micro peningkatan finansial PT PLN; (c) penerapan
grid berbasis energi bersih; (c) pembangunan kembali automatic tariff adjustment; dan (d)
Pembangkit Listrik PLTA Pumped Storage; dan memanfaatkan pembiayaan murah, alternatif
(d) pemanfaatan teknologi yang high efficiency instrumen dan leverage asset.
and low emission (HELE).
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan
tenaga listrik, melalui (a) pengembangan Energy
Service Company (ESCO); (b) memperluas,
merehabilitasi dan uprating sistem transmisi
dan distribusi; (c) mengembangkan sistem Transformasi Digital
informasi manajemen dan data control; (d)
mengembangkan dan memafaatkan teknologi
smart grid. Penuntasan Infrastruktur TIK
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
energi dan tenaga listrik, melalui (a) penambahan mendukung penuntasan infrastruktur TIK adalah:
kapasitas pembangkit, transmisi, dan distribusi 1) Optimalisasi dana Universal Service Obligation
tenaga listrik; (b) pemenuhan tenaga listrik di (USO) dalam menyediakan dan menjaga
kawasan-kawasan prioritas; (c) penyediaan kualitas layanan akses telekomunikasi dan
bantuan pasang baru listrik untuk rumah tangga internet, melalui penyediaan BTS untuk desa
tidak mampu; (d) dukungan penyediaan energi non komersil, dan penyediaan satelit multifungsi
primer (gas dan batubara) untuk listrik; (e) untuk akses internet;
peningkatan kapasitas kilang minyak dalam 2) Penyediaan layanan telekomunikasi dan internet
negeri; (f) peningkatan infrastruktur gas bumi; yang dapat dijangkau masyarakat, melalui
(g) pengembangan cadangan penyangga/ pemberian kemudahan perijinan penggelaran
operasional BBM dan LPG; serta (h) pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi dan internet; dan

174 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
3) Penggelaran infrastruktur fixed broadband Fasilitas Pendukung Transformasi Digital
kawasan pariwisata strategis, kawasan industri, Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
perguruan tinggi, melalui pemberian kemudahan penyediaan fasilitas pendukung transformasi digital
perijinan penggelaran infrastruktur fixed adalah:
broadband, dan peningkatan kapasitas industri 1) Peningkatan kemandirian industri dan SDM TIK
lokal pendukung fixed broadband. dalam negeri, melalui (a) harmonisasi kebijakan
dan regulasi untuk mendorong pengembangan
Pemanfaatan Infrastruktur TIK industri TIK dalam negeri; (b) peningkatan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka kapasitas SDM TIK yang tepat sasaran untuk
mendukung pemanfaatan infrastruktur TIK adalah: memenuhi kebutuhan dalam negeri; dan (c)
1) Perluasan layanan bantuan sosial non tunai, peningkatan literasi digital masyarakat.
konten digital pendidikan, konten digital informasi 2) Adopsi pemanfaatan teknologi global (Big
publik, layanan digital kesehatan serta informasi Data, IoT, AI, dll) bersifat lintas sektor dalam
pertanian, melalui pemberian insentif startup proses perencanaan, pemantauan, maupun
yang fokus pada layanan sosial, pendidikan, pelaksanaan kinerja, melalui (a) mendorong
kesehatan, informasi publik serta informasi pelaksanaan satu data dalam rangka
pertanian; dan pemanfaatan data yang saling interoperabilitas,
2) Perluasan pemanfaatan TIK pada sektor-sektor terstandar serta dapat dibagipakaikan; dan (b)
pertumbuhan dalam rangka peningkatan mendorong pemanfaatan analisa dari Big Data
efisiensi, produktivitas, nilai tambah, dan untuk meningkatkan ketepatan perencanaan,
penciptaan permintaan, melalui peningkatan kinerja pelaksanaan pembangunan maupun
produktivitas sektor ekonomi dengan ketepatan pengawasan pembangunan.
pemanfaatan TIK (digitalisasi sektor ekonomi).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 175
MEMBANGUN
LINGKUNGAN HIDUP,
MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
& PERUBAHAN IKLIM
Pendahuluan

7
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi Memperhatikan kondisi tersebut, upaya membangun
sumber daya alam berpotensi menghambat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bencana, dan perubahan iklim ditetapkan sebagai
bertumpu pada sektor komoditas dan sumber daya salah satu prioritas nasional di dalam RPJMN
alam. Selain itu, karakteristik Indonesia yang memiliki 2020-2024. Secara lebih spesifik, prioritas nasional
risiko bencana tinggi ditambah dengan adanya tersebut diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan,
pengaruh perubahan iklim dapat menimbulkan yakni: (1) peningkatan kualitas lingkungan hidup;
kehilangan, kerugian, dan kerusakan yang lebih (2) peningkatan ketahanan bencana dan iklim; serta
besar di masa mendatang apabila tidak diantisipasi (3) mitigasi perubahan iklim melalui pembangunan
dan ditangani dengan baik. rendah karbon.

178 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

01 02 03 04

Peningkatan Indek Pengurangan luas Penurunan laju Terkelolanya 27,43


Kualitas Lingkungan kebakaran hutan dan deforestasi kawasan juta ha kawasan
Hidup, dari 64,84% lahan, dari 2.611.411 hutan, dari 1,09 juta hutan konservasi dan
di tahun 2015, ha di tahun 2015, ha di tahun 2015 20.9 juta ha kawasan
menjadi 66,46% di menjadi 165.484 ha menjadi 0,48 juta ha konservasi laut
tahun 2017 di tahun 2017 di tahun 2017 hingga tahun 2018

05 06 07 08

Penurunan Indeks Pembentukan 34 Terlaksananya uji Peningkatan capaian


Risiko Bencana Badan coba implementasi penurunan emisi gas
Indonesia (IRBI), Penanggulangan rencana adaptasi rumah kaca menjadi
dari 169,4 di tahun Bencana Daerah perubahan iklim sebesar 21,4% di
2015, menjadi 128,8 (BPBD) di tingkat (RAN-API) pada 15 tahun 2017
di tahun 2018 provinsi & 481 BPBD daerah percontohan
di tingkat dan kaji ulang pada 4
kabupaten/kota sektor prioritas
(Kelautan dan pesisir,
Air, Pertanian, &
Kesehatan);

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 179
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia secara Penanganan sumber pencemar tergolong belum
umum relatif stagnan sehingga diperlukan upaya optimal. Realisasi penanganan dan pengurangan
perbaikan yang lebih progresif untuk mencapai sampah domestik masih di bawah target RPJMN.
hasil yang diharapkan di masa depan. Tren Begitu pula kinerja pengendalian pencemaran
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) nasional sampah plastik dan limbah industri masih perlu
menunjukkan kualitas air semakin buruk, kualitas lebih ditingkatkan.
tutupan lahan secara absolut menurun, serta hanya
kualitas udara yang mengalami perbaikan (Gambar
7.1).

Gambar 7.1. Capaian Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 2015-2019

Penanganan Sampah
Indeks Kualitas
Domestik 84,73%
Lingkungan Hidup
dari target RPJMN sebesar
87,03
84,96
81,61
16,7 juta ton/tahun

65,73 66,46
64,84 REHABILITASI HUTAN
60,38 56,88
58,55 57,83 & LAHAN
53,10 58,68 di dalam kesatuan
pengelolahan Hutan (KPH) &
2015 2016 2017 Pengurangan Sampah daerah aliran sungai (DAS)
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Air 1,9 Juta Hektar dari
31,10% dari target
target 5,5 Juta Hektar
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4,5 juta ton/tahun

Kawasan Hutan
Konservasi yang 27,43 Kawasan
Konservasi Laut 20,9
dikelola Juta Ha yang dikelola Juta Ha

Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Penurunan Laju Deforestasi Kawasan Hutan
Luas Lahan Tahun Luas Lahan
Tahun Terbakar
2015 2.611.411 ha 2015 1,09 juta ha

2016 438.363 ha 2016 0,63 juta ha

2017 165.484 ha 2017 0,48 juta ha

Upaya Penegakan Hukum Pengelolaan Lingkungan hidup & Kehutanan Tahun 2018

2.677 3.135 541 132 18


Panduan Izin Sanksi Sengketa di luar Gugatan diajukan
ditangani Diawasi Administratif pengadilan diselesaikan ke prapeadilan*
*Potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP)dari putusan inkracht Rp 18,3 triliun

180 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Rehabilitasi hutan dan lahan untuk pemulihan lahan perubahan iklim (API) dengan pengurangan risiko
kritis di dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH) bencana (PRB) semakin ditingkatkan dalam periode
dan daerah aliran sungai (DAS) belum memenuhi 5 tahun terakhir. Baik melalui kegiatan perencanaan
target akibat terkendala hak dan status lahan kritis adaptasi perubahan iklim dan kebencanaan, serta
yang akan direhabilitasi, serta belum optimalnya peningkatan partisipasi aktif Indonesia dalam
pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar DAS. perundingan dan kerjasama internasional.
Namun demikian, laju deforestasi di dalam kawasan
hutan berhasil diturunkan. Luas hutan dan lahan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada
terbakar juga telah berkurang secara signifikan pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil
melalui penanggulangan yang efektif. diturunkan (Gambar 7.2). Capaian tersebut
dihasilkan melalui pelaksanaan program dan
Upaya konservasi kawasan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan
pelestarian keanekaragaman hayati menunjukkan oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerjasama
capaian yang positif. Luas serta efektifitas dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan,
pengelolaan kawasan hutan konservasi dan dan pelaku usaha dalam kerangka pengurangan
kawasan konservasi laut terus ditingkatkan. Selain kerentanan (vulnerability) dan peningkatan
itu, sampai tahun 2018 telah dilakukan penetapan ketahanan (resilience) yang menjadi titik simpul
serta pembinaan terhadap 35 unit kawasan konvergensi ancaman perubahan iklim dan
ekosistem esensial (KEE) meliputi karst, mangrove, kebencanaan.
koridor hidupan liar, dan taman kehati dengan luas
total 1.447.576,3 ha sehingga ~73 persen dari target Dalam rangka pengurangan kerentanan
kumulatif di tahun 2019 (48 unit) sudah tercapai. (vulnerability), capaian yang telah diwujudkan adalah
pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka
Capaian kinerja penegakan hukum untuk mendukung meningkatkan kapasitas adaptif di daerah-daerah
pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan semakin rentan. Peningkatan kapasitas adaptif dilakukan
meningkat dalam aspek penanganan pengaduan, melalui pembangunan infrastruktur-infrastruktur
pengawasan izin; pemberian sanksi administratif, serta strategis pada sektor-sektor prioritas; peningkatan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Namun, SDM masyarakat yaitu kegiatan penyuluhan-
potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) penyuluhan dan pelatihan; serta peningkatan regulasi
yang cukup besar dari denda maupun nilai pengganti terkait ketahanan iklim pada sektor prioritas.
kerugian dan pemulihan masih sulit direalisasikan
akibat proses eksekusi putusan pengadilan yang Dalam rangka meningkatkan ketahanan (resilience)
belum berhasil dilaksanakan. terhadap perubahan iklim telah dilaksanakan
kajian ilmiah bahaya perubahan iklim pada
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim sektor-sektor prioritas serta uji coba implementasi
Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian rencana adaptasi perubahan iklim pada 15 daerah
bencana yang tinggi, dengan sebagian besar percontohan. Peningkatan ketahanan iklim juga
di antaranya (>95 persen) merupakan bencana didukung dengan penyediaan informasi iklim yang
hidrometeorologis yang terkait dengan iklim dan cepat dan akurat melalui program pengembangan
dinamika perubahannya, antara lain puting beliung, dan pembinaan meteorologi, klimatologi dan
banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan geofisika yang juga berperan penting untuk
dan lahan, kekeringan serta cuaca ekstrim. Oleh mendukung pengurangan risiko bencana.
karena itu, agenda konvergensi antara adaptasi

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 181
Gambar 7.2. Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019

Penyusunan Kajian & Peta risiko


bencana di 34 provinsi 170 Kab/Kota
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada 136
Penyusunan rencana penanggulangan Kabupaten/Kota yang merupakan pusat-pusat
bencana (RPB) di 118 Kab/Kota
pertumbuhan di tahun 2018 mencapai 128,8 atau
penyusunan 64 rencana kontingensi &
uji lapangan di 36 lokasi berkurang 23,97% dari 169,4 di tahun 2015
Pembentukan desa tangguh bencana
di 594 desa/kelurahan di 186 kab/kota 515
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pembentukan dan pemberian bantuan
peralatan pusat dalops di 104 lokasi (BPBD)
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
Instalasi sistem peringatan dini
terbentuk, yang terdiri dari 34 BPBD ditingkat
multiancaman bencana di 58 lokasi
provinsi & 481 BPBD tingkat kabupaten/kota

21,4% di tahun 2017 12.430


Mendekati target penurunan Kegiatan mitigasi
emisi GRK 26% di tahun 2020 perubahan iklim oleh
7 K/L dan 34 Provinsi

Daerah 90%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan

4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit

Pesisir, Air,
Pertanian &
91% 82% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan

Kelembagaan penanggulangan bencana yang telah Pembangunan Rendah Karbon


terbentuk di daerah semakin meningkat. Selain itu pada Capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
beberapa lokasi juga telah dilakukan berbagai upaya semakin mendekati target penurunan emisi GRK
pengurangan risiko bencana meliputi penyusunan 26 persen di tahun 2020. Pencapaian tersebut
kajian dan peta risiko bencana, penguatan analisis didukung dengan pelaksanaan aksi mitigasi
mitigasi bencana dalam penyusunan rencana tata perubahan iklim oleh K/L dan pemerintah daerah
ruang, penyusunan rencana penanggulangan yang tercatat di sistem Pemantauan, Evaluasi, dan
bencana (RPB), penyusunan rencana kontijensi, Pelaporan (PEP) online Kementerian PPN/Bappenas
pembentukan desa tangguh bencana, penguatan sebagai implementasi dari Rencana Aksi Nasional
sumber daya penanggulangan bencana, dan Rencana Aksi Daerah penurunan emisi GRK
pembentukan dan pemberian bantuan peralatan (RAN/RAD GRK).
pusat pengendalian dan operasi, serta instalasi
sistem peringatan dini multiancaman bencana.

182 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Deplesi Sumber Daya Alam dan Degradasi Kualitas Lingkungan Hidup

Tutupan hutan Indonesia cenderung selalu sangat rendah, seperti Jawa, Bali dan Nusa
mengalami pengurangan setiap tahunnya. Rata-rata Tenggara.
laju deforestasi yang terjadi pada tahun 1990-2017
mencapai 1 juta hektar per tahun. Meskipun laju Cadangan air nasional secara keseluruhan masih
deforestasi turun hingga menjadi 480 ribu hektar dalam kategori aman, namun masih terdapat
di tahun 2017, namun tanpa kendali yang berarti, permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas,
pengurangan tutupan hutan akan terus terjadi akibat dan juga kualitas yang belum memenuhi standar.
tekanan pembangunan. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional
diproyeksikan akan meningkat dari 6,0 persen di
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS RPJMN 2020- tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
2024, tutupan hutan diperkirakan berkurang dari ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat
50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017 kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis serta
menjadi sekitar 38 persen di tahun 2045. Hal ini eksplorasi air tanah yang berlebihan terutama di
akan semakin memicu terjadinya kelangkaan air, daerah perkotaan. Beberapa wilayah seperti Pulau
khususnya pada wilayah dengan tutupan hutan Jawa yang sudah berstatus langka, dan Bali-Nusa

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 183
Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan Berkurangnya tutupan hutan juga memicu
perhatian khusus. penyusutan habitat spesies langka di sebelah
barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045.
akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis Kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi di
dan pencemaran lingkungan. Kandungan BOD sebelah timur garis Wallacea khususnya wilayah
dan COD rata-rata (mg/L) diproyeksikan meningkat Papua. Ketidakstabilan ekosistem alam tersebut
1,1 kali lipat di tahun 2024 dan 1,2 kali di tahun membutuhkan langkah-langkah antisipasi untuk
2030 dibandingkan kondisi tahun 2020. Walaupun membalikkan tren penurunan dan menjaga
proyeksi nilai BOD dan COD tersebut belum keberlanjutan ketersediaannya.
melampaui standar baku mutu, namun nilai BOD
sudah mendekati ambang batas sehingga perlu Luas habitat ideal satwa langka terancam punah di
diperhatikan. empat pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi) diperkirakan menyusut dari 80,3 persen di
tahun 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Hal ini
antara lain didorong oleh peningkatan luas perkebunan
Tutupan Hutan monokultur khususnya kelapa sawit yang semakin
berkurang dari 50% (93,4
menekan tutupan hutan dan dapat mengakibatkan
Juta ha) Tahun 2017 hingga
tinggal 38% (71,4 juta ha) dari peningkatan kehilangan keanekaragaman hayati
total lahan Indonesia (188 apabila tidak segera dilakukan penanganan.
juta ha) di tahun 2045
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
mengembangkan produk dari keragaman hayatinya.
Kelangkaan air Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan
Tenggara meningkat hingga
bahan baku obat, sandang, pangan, rempah, pakan
2030. Proporsi luas wilayah
krisis air meningkat dari 6,0% ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
di tahun 2000 menjadi 9,6% (2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba
di tahun 2045. Kualitas air telah diketahui berdasarkan data koleksi mikroba
diperkirakan juga menurun
signifikan pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil
penelitian eksplorasi-bioprospeksi. Selain itu, hasil
pengujian spons dan makroalgae menunjukkan
potensi sebagai antitumor, antioksidan, antikanker
Luas habitat ideal dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi produk
satwa langka terancam
punah di empat pulau besar primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
(Sumatra, Jawa, Kalimantan memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.
dan Sulawesi) berkurang dari
80,3% di tahun 2000
Daya tampung lingkungan hidup juga semakin
menjadi 49,7 % di tahun
2045. merosot akibat tingginya pencemaran dan upaya
penanganannya yang belum optimal. Saat ini
tingkat penanganan sampah secara nasional baru
Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018 mencapai 67 persen dari total proyeksi timbulan

184 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
sampah sementara tingkat pengurangan sampah Upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus
hanya mencapai 2,26 persen. SDA dan lingkungan hidup akan menghadapi
beberapa tantangan berupa beragamnya tipologi
Permasalahan lainnya adalah masih tingginya kejahatan; skala kejahatan yang masif dan lokasi
pencemaran laut khususnya sampah plastik di kejahatan yang tersebar bahkan lintas batas wilayah
laut sekitar 1,29 juta ton/tahun. Tingkat kebocoran administrasi; besarnya dampak dan nilai kerugian
sampah plastik ke perairan sungai hingga laut bahkan yang ditimbulkan; serta modus kejahatan yang
diprediksi telah mencapai lebih dari 70 persen semakin dinamis dan terorganisir.
jumlah timbulan. Selain menimbulkan pencemaran
lingkungan, kondisi ini mengakibatkan gangguan Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
serius bagi kehidupan biota laut. Semakin banyak Tingginya Risiko Bencana di Indonesia
kejadian penyu, burung, hingga mamalia laut mati Dalam World Risk Report (2016), Indonesia
akibat menelan sampah plastik. Selain itu, kandungan dikategorikan sebagai negara dengan tingkat risiko
mikroplastik yang semula terakumulasi pada air dan bencana yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
tubuh hewan kini ditemukan juga di tubuh manusia karena tingginya tingkat keterpaparan (exposure)
sehingga diprediksi akan menimbulkan banyak dan kerentanan (vulnerability) terhadap bencana.
masalah kesehatan di kemudian hari. Bahkan hampir 75 persen infrastruktur industri dan
konektivitas dasar di Indonesia, termasuk sarana
Meningkatnya Tindak Pelanggaran Hukum Sumber pendukungnya dibangun pada zona rawan/bahaya.
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Tingginya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia Berdasarkan data pada Gambar 7.3 dapat dikenali
tidak lepas dari masih maraknya pelanggaran hukum perbandingan jumlah dan tren peningkatan antara
di bidang sumber daya alam (SDA) dan lingkungan dua jenis kejadian bencana alam yang terjadi di
hidup; seperti illegal logging, kebakaran hutan dan
lahan, penambangan tanpa ijin, tumpahan minyak Gambar 7.3. Grafik Perbandingan Bencana & Jumlah
di laut, perusakan terumbu karang, penguasaan Kejadian Bencana Hidrometeorologi
hutan non-prosedural, dan pencemaran limbah B3.
Bahkan kawasan konservasi dan perlindungan juga
tidak luput dari maraknya tindak kejahatan, seperti
perambahan, illegal logging, penggunaan kawasan
hutan dan kejahatan TSL.

Temuan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun


2015 menunjukkan potensi kerugian negara tahun
2003-2014 akibat indikasi tidak tercatatnya produksi

kayu secara akurat yang bersumber dari dana
reboisasi dan provisi sumber daya hutan sekitar
7,24 T/tahun, serta dari nilai komersial produk kayu
sekitar 66,8 T/tahun. Selain kerugian negara, kasus
kejahatan SDA dan lingkungan hidup juga dapat
mengakibatkan bencana ekologis, serta ancaman
terhadap kepastian hukum, kewibawaan negara,
dan ketahanan nasional. Sumber: BNPB (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 185
rawan dengan bencana geologis seperti gempa
bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami
yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana
geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi
dalam skala besar.

Risiko Bencana terkait Karakteristik Geologi


Indonesia adalah wilayah yang terletak diatas jalur-
jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif.
Berdasarkan hasil studi (Peta Sumber dan Bahaya
Gempa 2017 yang mengacu pada konsep Probalistic
Seismic Hazard Analysis, KemenPUPR), segmen-
segmen sesar aktif yang berpotensi menghasilkan
gempa diatas skala magnitude 6.5 diidentifikasi
mencapai 280 sesar. Hal ini menunjukan banyaknya
potensi lokasi yang dilintasi oleh sesar aktif dan
terancam bahaya deformasi oleh pergerakan sesar,
selain tentu saja terancam oleh potensi bahaya
goncangan gempanya (Gambar 7.4).

Indonesia, yaitu bencana hidrometeorologi akibat Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) pada tahun
perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas 2018 melakukan overlay peta bahaya goncangan
geologi. Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi percepatan puncak di batuan dasar (SB) untuk
jauh lebih besar dan cenderung semakin meningkat probabilitas 10 persen pada 50 tahun, maka
dibandingkan bencana geologi. ditemukan bahwa sejumlah 216.816.932 (77 persen)
penduduk di Indonesia terpapar bahaya gempa
Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi lebih dari 0.1 g. Dari 216 juta jiwa tersebut, 4 juta (1.5
peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; persen) diantaranya tinggal pada jarak 1 Km dari
sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana sesar. Sebagai catatan, gempabumi sudah dapat
geologi meningkat 64 kejadian. Jenis bencana sangat merusak pada percepatan goncangan 0.1 g
hidrometereologi dengan peningkatan jumlah atau setara dengan intensitas VI Skala Mercalli atau
kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 Modified Mercally Intensity/MMI (Pusgen, 2018).
adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran
hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0.5 g)
kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang diestimasi pada wilayah Sumatera, Sulawesi, Maluku
pasang/abrasi (17 kejadian). dan Papua yang diberi warna merah. Sedangkan
wilayah berisiko tinggi dengan bahaya goncangan
Meskipun sebagian besar kejadian bencana lebih dari 0.1 g dan memiliki densitas populasi tinggi
dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi yaitu pada Ibukota Jakarta, Bandung, Semarang,
yang berada di pertemuan antar lempeng juga Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara, Sumatra
menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang Barat dan Aceh.

186 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 7.4. Dampak Bencana Alam pada Tahun 2010-2017

Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017

3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kerugian Ekonomi Akibat Bencana Tahun 2010-2017


(dalam Juta Rupiah dan persen GDP)
11,898,115
14,000,000
(0.17% PDB )
12,000,000 9,191,016
(0.11% PDB )
10,000,000 7,091,397
7,036,777 (0.08% PDB )
8,000,000 (0.08% PDB )
6,000,000
5,047,186
4,000,000 (0.07% PDB ) 5,255,767
4,742,405
(0.07% PDB ) 2,647,333
2,000,000 (0.05% PDB )
(0.03% PDB )
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kejadian Bencana & Korban Jiwa Tahun 2010-2017


2,500 3,892,986 4,500,000
3,674,369 4,000,000
2,000 1,907
3,500,000
2,814,265 3,394,839 3,000,000
1,500 2,500,000
1,059 1,663,103 979 2,000,000
1,000 824
725 1,500,000
584 596 604 525
573 428 954,241 512 995,581 578 1,000,000
500 320 276
378
500,000
475,529
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kejadian Korban Jiwa (Meninggal & Hilang) Terdampak (Mengungsi & Menderita)
Sumber: BNPB (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 187
Penduduk terbanyak yang terdampak oleh gempa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
bumi adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali, yakni (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), serta
sekitar 50 persen penduduk Indonesia (±130 juta Sekolah Luar Biasa (SLB). Fasilitas kesehatan meliputi
jiwa). Selanjutnya, urutan wilayah dengan jumlah Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas, kemudian fasilitas
penduduk terdampak gempa bumi tertinggi yakni: transportasi meliputi terminal, stasiun kereta api,
Pulau Sumatera (±48 juta jiwa), Pulau Sulawesi (±21 pelabuhan, serta analisis ruas jalan provinsi, jalan
juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa), tol dan jalur kereta api yang melewati sesar aktif.
Kepulauan Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua Analisis dilakukan pada jumlah fasum terpapar di
(±4 juta jiwa). Sementara, Pulau Kalimantan memiliki zona sesar dengan buffer 1 Km, serta jumlah fasum
jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling terpapar bahaya goncangan gempa.
sedikit, yakni ±2 juta jiwa).
Sejumlah 140.821 unit bangunan sekolah berpotensi
Kerugian fisik dianalisis pada fasilitas umum (fasum) terdampak oleh bahaya gempa bumi percepatan
yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan puncak di batuan dasar untuk probabilitas
fasilitas transportasi. Fasilitas pendidikan meliputi terlampaui 10 persen dalam 50 tahun. Bangunan

Gambar 7.5. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Goncangan Gempabumi dan Sesar Aktif

Peta Percepatan Puncak di Batuan Dasar (SB) untuk Peta Distribusi Penduduk Terhadap Percepatan Puncak
prebabilitas terlampaui 2 persen dalam 59 tahun di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas Terlampaui 10
persen dalam 50 Tahun Indonesia

Peta Distribusi Populasi Terpapar Bahaya Peta Distribusi Fasilitas Pendidikan Terpapar
1 Km dari Sesar Bahaya 1 Km dari Sesar

Sumber: Pusgen (2018)

188 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
sekolah yang paling banyak terdampak berada Untuk fasilitas transportasi, terdapat 11 pelabuhan,
di Pulau Jawa dan Bali dengan jumlah 81.195 21 terminal, 2 stasiun, 237 ruas (652,3 km) jalan
bangunan. Setelah Pulau Jawa dan Bali, Pulau provinsi, 15 ruas (20,1 km) jalan tol, 31 ruas (83,3
Sumatera merupakan pulau yang memiliki jumlah km) jalur kereta api. Ada 384 Km diantaranya berada
sekolah terdampak bahaya gempa bumi terbanyak di Pulau Sumatera. Total bangunan terdampak oleh
kedua, yaitu sejumlah 27.177 unit bangunan. bahaya gempa bumi berupa percepatan puncak di
batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10
Selanjutnya, sebanyak 18.125 bangunan sekolah di persen dalam 50 tahun pada kelas PGA lebih dari 0,1
Sulawesi berpotensi terdampak oleh bahaya gempa di Indonesia sebesar 8.992 unit. Fasilitas tersebut
bumi dan menjadikannya sebagai pulau dengan meliputi pelabuhan, stasiun, dan terminal. Sebagian
jumlah sekolah terbanyak ketiga. Sementara untuk besar bangunan terdampak terdapat di Pulau Jawa
jumlah sekolah yang berpotensi terdampak bahaya dan Bali sebanyak 8.070 unit. Kemudian disusul
gempa bumi di Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, oleh pulau lainnya dengan jumlah terdampak yang
dan Papua sudah sangat berkurang dibandingkan sangat sedikit. Total bangunan terdampak di Pulau
dengan ketiga pulau sebelumnya, yaitu 5.375, Sumatera sebesar 455 unit, Pulau Nusa Tenggara
4.626, dan 4.313 unit bangunan secara berurutan. sebesar 179 unit, Pulau Sulawesi sebesar 148 unit,
Pulau Papua sebesar 86 unit, Pulau Kalimantan
Jumlah bangunan sekolah paling sedikit berpotensi sebesar 40 unit dan Pulau Maluku sebesar 14 unit.
terdampak bahaya gempa bumi ditemukan di Pulau Sedikitnya total bangunan terdampak pada kelima
Kalimantan, yaitu sejumlah 389 unit bangunan pulau tersebut dikarenakan keterbatasan data
sekolah. Selain itu terdapat 2,890 Sekolah pada fasilitas transportasi yang diperoleh.
zona buffer 1 Km dari sesar, 1,134 di Pulau Jawa
dan 1,055 di Pulau Sumatera. Sebagian besar Indonesia adalah negara yang rawan tsunami,
adalah sekolah dasar. karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng
tektonik utama dunia, yakni Lempeng Eurasia,
Total bangunan fasilitas kesehatan terdampak Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
gempa bumi berupa percepatan puncak di batuan Sejumlah daerah di pulau-pulau yang berhadapan
dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10 persen langsung dengan zona penunjaman antar lempeng
dalam 50 tahun pada kelas PGA (Peak Ground ini, seperti bagian barat Pulau Sumatra, selatan
Acceleration) lebih dari 0,1 di Indonesia sebesar Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara Papua,
7.422 unit. Sebagian besar bangunan terdampak serta Sulawesi dan Maluku merupakan kawasan
terdapat di Pulau Jawa Bali sebesar 3.152 unit dan yang sangat rawan tsunami.
Pulau Sumatera sebesar 2.038 unit. Selanjutnya
disusul oleh Pulau Sulawesi sebesar 966 unit, Pulau Catatan sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan
Nusa Tenggara sebesar 515 unit, Pulau Papua bahwa kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam
sebesar 420 unit, dan Pulau Maluku sebesar 301 kurun waktu antara tahun 1600–2012. Berdasarkan
unit. Yang terakhir, total terdampak paling kecil sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90 persen
terletak di Pulau Kalimantan yaitu 30 unit dikarenakan dari tsunami tersebut disebabkan oleh aktivitas
sebagian besar bangunan terdampak pada kelas gempabumi tektonik, 9 persen akibat aktivitas
PGA dibawah 0,1. Selain itu, terdapat 266 Fasilitas vulkanik dan 1 persen oleh tanah longsor yang terjadi
Kesehatan (RS dan Puskesmas) pada zona buffer 1 dalam tubuh air (danau atau laut) maupun longsoran
Km dari sesar. 61 di Pulu Sumatera dan 56 di Pulau dari darat yang masuk ke dalam tubuh air.
Jawa (25 RS di Pulau Jawa, terutama Surabaya).

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 189
Gambar 7.6. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Tsunami
Lokasi Kejadian Gempabumi dan Tsunami Peta Risiko Tsunami Indonesia

Sumber: BNPB (2012)

Kabupaten/Kota Terpapar Bahaya Tsunami

Level of tsunami hazard along the Indonesian Location of capital city of coastal districts in Indone-
shoreline base on Deterministic Tsunami Hazard sian (Latif & Haris, 2009)
Analysis (Latief & Haris, 2009)

146 Ditrict cities faced to tsunami hazard:

• Very high (H > 8m) : 36 cities


• High (8m > H > 4m) : 57 cities
• Moderate (4m > H > 1m : 37 cities
• Low (H < 1m) : 16 cities

16 Provincial cities faced to tsunami hazard:

• Very High :
Banda Aceh, Padang, denpasar & Ternate
• High :
Level of tsunami hazard of coastal districts in Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari
Indonesia (Latief & Haris, 2009) & Jayapura
• Moderate :
Lampung, Palu, Makasar, Kendari & Mamuju
• Low :
Sumber: Hamzah Latief, Group Riset Tsunami, Program Studi Jakarta
Oseanografi, PPMB ITB, Bandung, 11 Januari 2018

190 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Antara tahun 1990–2010 terjadi sedikitnya sepuluh 119,7 Ribu Ha, pada 2030 jadi 146,1 Ribu Ha (naik
kejadian bencana tsunami di Indonesia. Sembilan 22 persen atau 26,4 Ribu Ha).
di antaranya merupakan tsunami yang merusak
dan menimbulkan korban jiwa serta material, yaitu Ada 36 kabupaten/kota dengan bahaya sangat tinggi
tsunami di Flores (1992); Banyuwangi, Jawa Timur (H>8 meter), 57 kabupaten/kota dengan bahaya
(1994); Biak (1996); Maluku (1998); Banggai; tinggi (8m>H>4m), 37 kabupaten/kota dengan
Sulawesi Utara (2000); Aceh (2004); Nias (2005); bahaya sedang (4m>H>1m), dan 16 kabupaten/
Jawa Barat (2006); Bengkulu (2007); dan Mentawai kota dengan bahaya rendah (H<1m). Selain itu ada
(2010). Dampak yang ditimbulkan tsunami tersebut 16 ibukota provinsi yang berhadapan langsung
adalah sekitar 170 ribu orang meninggal dunia. dengan bahaya tsunami, yaitu sangat tinggi
(Banda Aceh, Padang, Denpasar, Ternate), tinggi
Daerah dengan ancaman tsunami yang sangat (Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari,
tinggi dan tinggi tersebar pada hampir seluruh dan Jayapura), sedang (Lampung, Palu, Makassar,
wilayah Indonesia, mulai dari pantai Barat Aceh, Kendari, dan Mamuju), serta rendah (Jakarta).
Sumatera Barat, Bengkulu, selatan Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian tengah dan utara, Di Indonesia tersebar sebanyak 127 gunungapi
Maluku dan Maluku utara serta Papua bagian barat (sekitar 13 persen gunungapi di dunia). Gunungapi
dan utara. tersebut membentuk busur kepulauan yang
membentang dari ujung barat sampai timur, yaitu
Hampir seluruh kabupaten/kota di garis pantai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
masuk dalam tingkat risiko Sangat Tinggi dan Tinggi Maluku, Maluku Utara, Sulawesi bagian utara, dan
karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga Kepulauan Sangir Talaud.
meter. Ada empat kawasan utama yang memiliki
risiko dan probabilitas tsunami tinggi, antara lain: Sebanyak 76 gunungapi dinyatakan sangat aktif
Megathrust Mentawai, Megathrust Selat Sunda dan ditandai pernah erupsi sejak tahun 1600 sampai
Jawa bagian selatan, Megathrust selatan Bali dan sekarang disebut sebagai Gunungapi Tipe-A, tiga
Nusa Tenggara, serta Kawasan Papua bagian utara. diantaranya berada di bawah laut (Buana Wuhu/
Ada 3,7 juta jiwa yang berpotensi terpapar bahaya Sangir, Hobal dan Emperor of China /Flores), hingga
bencana tsunami pada 2015, pada 2030 jadi 4,4 saat ini hanya 68 gunungapi dipantau secara menerus
juta jiwa (naik 19 persen atau 0,7 juta jiwa). melalui 75 pos pengamatan gunungapi, sebagai salah
satu mitigasi erupsi gunungapi. Erupsi gunungapi
Potensi kerugian fisik sebagai dampak bahaya dapat menyebabkan bencana bagi penduduk di
bencana tsunami pada 2015 mencapai Rp71.494,8 sekitarnya, tidak kurang dari 5 juta jiwa bermukim dan
Miliar, pada 2030 jadi Rp85.527,0 Miliar (naik 20 beraktivitas di sekitar gunungapi aktif, sehingga risiko
persen atau Rp14.032,1 Miliar). bencana erupsi gunungapi sangat besar.

Potensi kerugian ekonomi sebagai dampak bahaya Dalam beberapa tahun ke depan potensi risiko
bencana tsunami pada 2015 mencapai Rp7.976,4 bencana gunungapi yang perlu mendapat perhatian
Miliar, pada 2030 jadi Rp9.219,3 Miliar (naik 16 adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung
persen atau Rp1.243,0 Miliar). Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon.
Sedangkan kawah gunungapi yang perlu mendapat
Potensi kerusakan lingkungan sebagai dampak perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan
bahaya bencana tsunami pada 2015 mencapai Gunung Dempo.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 191
Gambar 7.7. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api

Sumber: PVMBG (per April 2018)

Tabel 7.1 Gunung Api Aktif di Indonesia

Jumlah Gunungapi Aktif


No Kategori Jumlah
Tipe A Tipe B Tipe C
1 Sumatera 13 11 6 30
2 Jawa 19 10 5 34
3 Lombok 1 - - 1
4 Bali 2 - - 2
5 Sumbawa 2 - - 2
6 Flores 17 3 5 25
7 Laut Banda 7 2 - 9
8 Sulawesi 6 2 5 13
9 Kepulauan Sangihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 1 - 6
Jumlah 77 29 21 127

Sumber: Renas PB 2015-2019

192 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Peningkatan Potensi Dampak dan Risiko Bencana Di samping itu, proyeksi curah hujan periode
Hidrometereologi akibat Perubahan Iklim 2020-2035 dan 2030-2045 dengan menggunakan
Tren bencana hidrometereologi semakin meningkat skenario RCP4.5 dan RCP8.5 tidak lebih dari 2 mm/
di dunia. Indonesia juga tercatat sebagai daerah hari. Dimana secara umum curah hujan lebih tinggi
rawan bencana hidrometereologi, baik yang pada bulan Januari hingga April, dan September
diperburuk oleh kondisi perubahan iklim serta hingga Desember. Berdasarkan distribusi spasial,
degradasi kualitas lingkungan akibat ulah manusia daerah yang memiliki curah hujan tinggi biasanya
(antropogenic). adalah daerah dataran tinggi yang memiliki
pengaruh orografis tinggi.
Perubahan iklim diprediksi menyebabkan temperatur
permukaan di wilayah Indonesia meningkat Besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap curah
secara konsisten. Pada skenario RCP4.5, suhu di hujan di Indonesia ditunjukkan dengan semakin
Indonesia tahun 2100 diproyeksikan meningkat tingginya curah hujan pada bulan-bulan basah
sekitar 1,5°C dibandingkan tren historis, sedangkan dan semakin rendah curah hujan pada bulan-bulan
pada skenario RCP 8.5, peningkatan temperatur kering dengan rentang nilai perbedaan curah hujan
maksimum diproyeksikan mencapai sekitar 3.5°. berkisar -2,5 hingga 2,5 mm/hari.
Kenaikan tertinggi temparatur rata-rata proyeksi di
Indonesia berpotensi mencapai nilai yang sama Dalam Skenario RCP4.5, penurunan curah hujan
dengan rentang temperatur global pada tahun periode 2020 –2035 diproyeksikan mencapai 2
2100, yaitu antara 1.5°C – 4°C hingga tahun 2100. mm/hari. Pada skenario RCP8.5 periode 2020-

Gambar 7.8. Proyeksi Perubahan Suhu dan Curah Hujan di Indonesia

Proyeksi Suhu 2020-2034


• Skenario RCP 4.5 antara 0.45-0.75 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.6-1.9 °C
Proyeksi Suhu 2030-2045
• Skenario RCP 4.5 antara 0.75-1.3 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.9-1.5 °C
Proyeksi Suhu Hingga 2100
• Skenario RCP 4.5* mendekati 1.5 °C hingga
akhir abad ke-21
• Skenario RCP 8.5 meningkat mencapai sekitar
3.5 °C akhir abad ke-21

Proyeksi Perubahan Curah Hujan Bulanan (Skenario RCP4.5* Periode 2020-2035)


• Penurunan curah hujan hingga 2 mm/hari
• Januari: Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua
• Mei-Juli: Jawa hingga NTT
• Peningkatan curah hujan antara 1-2,5 mm/hari
• Agustus dan September: di sebagian besar wilayah Indonesia
Sumber: BMKG dan BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 193
2035 curah hujan masih lebih rendah (lebih rendah dibanding dengan periode dan skenario
kering) bila dibandingkan dengan periode tahun yang lain.
2030-2045 pada skenario RCP4.5 dan terjadinya
peningkatan curah hujan sekalipun tetap lebih Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia
rendah dibandingkan dengan periode tahun 2020- menunjukkan bahwa di masa mendatang akan
2035 maupun periode tahun 2030-2045 pada terjadi penurunan curah hujan yang signifikan
skenario RCP4.5. Penurunan curah hujan antara pada saat El Nino berlangsung, baik secara
0 – 2.5 mm/hari akan terjadi pada bulan Maret di independen atau saat El Nino berbarengan
sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan. dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD)
Ancaman kekeringan klimatologis diproyeksikan positif. Prediksi dasawarsa untuk periode RPJMN
melalui skenario RCP8.5 pada periode 2030-2045, juga menunjukkan kejadian iklim ekstrem kering
peningkatan intensitas curah hujan akan tetap lebih akan lebih sering berpeluang di atas normal (AN),

Gambar 7.9. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025 (a-f)

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

194 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang diprediksi akan mendominasi sebagian Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
besar wilayah Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Kalimantan dan Papua (Gambar 7.8). Sementara
itu, prediksi indeks ekstrem basah pada Gambar Temperatur permukaan laut diproyeksikan naik
7.9 menunjukkan adanya variasi selama periode 1oC dan 2oC dibandingkan tahun 2000 dan 1961.
RPJMN, dimana beberapa wilayah diprediksi akan Sementara itu, salinitas permukaan terus menurun
lebih sering berada dalam kondisi di atas normal dari 33.2psu pada tahun 2000 menjadi 32.1psu pada
(AN) terutama di wilayah selatan Indonesia, meliputi 2040. Kondisi lautan yang semakin panas dan asam
bagian selatan Sumatera dan Sulawesi, sebagian memicu timbulnya berbagai gangguan terhadap
besar Pulau Jawa serta sebagian Nusa Tenggara organisme laut, khususnya pemutihan terumbu
dan Maluku. karang. Diperkirakan luas terumbu karang akan
berkurang sebesar 70-90 persen hingga tahun 2030-
Prediksi peristiwa iklim ekstrem tersebut sangat 2045 bila terdapat kenaikan 1.5oC (IPCC, 2018).
penting untuk perencanaan antisipasi dan mitigasi
risiko bencana. Pada peristiwa iklim ekstrem kering, Perubahan temperatur permukaan laut juga
perhatian lebih perlu ditujukan terutama pada menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut,
wilayah-wilayah yang berpotensi besar mengalami terutama pada Laut Banda, Laut Sulawesi, Selatan
bencana seperti kebakaran hutan, kegagalan panen Jawa, barat Sumatra dan bagian selatan Laut Tiongkok
dan kekurangan air bersih, serta untuk antisipasi Selatan. Kenaikan luasan wilayah yang memiliki tinggi
dampak turunan lainnya yang mungkin terjadi gelombang rata-rata di atas 1 meter per tahun akan
terkait dengan masalah polusi udara, kesehatan mengurangi daya jelajah atau wilayah tangkap ikan
dan keselamatan transportasi, khususnya akibat nelayan dan membahayakan keselamatan pelayaran
gangguan asap. Sementara pada wilayah yang dengan ukuran kapal di bawah 10GT.
mengalami penguatan kejadian iklim ektrim basah
diperlukan adanya langkah antisipasi dan mitigasi Peningkatan tinggi gelombang juga akan
bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah mendorong perubahan kemiringan lereng pantai
longsor. dan lingkungan pantai akibat banjir dan perubahan
suplai sedimen. Tinggi muka air laut pada tahun
Antisipasi juga diperlukan untuk mencegah 2040 juga diproyeksikan akan mengalami kenaikan
bertambahnya angka jiwa terdampak bencana hingga 50 cm dibandingkan tahun 2000. Kondisi ini
dan kerugian ekonomi akibat tingginya ancaman meningkatkan total panjang pantai rentan Kelas 4
bencana hidrometeorologis di Indonesia. Tercatat dan 5 menjadi 18.480,08 KM di tahun 2045.
sekitar 100 juta penduduk Indonesia tinggal di
daerah berpotensi banjir. Dalam periode 2005-2018 Bahaya lain yang ditimbulkan oleh perubahan suhu
kejadian banjir banyak terjadi di daerah Jawa Barat, dan curah hujan secara ekstrem meliputi perubahan
Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, neraca air yang mempengaruhi analisis dalam
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi memproyeksikan bahaya banjir, ketersediaan
Selatan. Sementara kejadian longsor sering terjadi air, dan kekeringan air; peningkatan bahaya
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera penerbangan; penurunan produksi pertanian;
Barat dan Papua dengan potensi jiwa terdampak hingga meningkatkan perkembangbiakan vektor
mencapai 14 Juta. Sedangkan untuk kebakaran penyakit DBD dan potensi heat-stress di wilayah
lahan dan hutan yang berdampak pada gangguan perkotaan. Kondisi tersebut turut andil terhadap
asap terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, meningkatnya risiko kejadian bencana di Indonesia.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 195
Gambar 7.10. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025 (a-f)

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Masih Lemahnya Tata Kelola Penanggulangan


Bencana di Daerah
Penguatan kerjasama dan tata kelola bencana didaerah Saat ini upaya peningkatan ketahanan bencana
merupakan mandat UU No. 23/2014, yang berimplikasi belum didukung anggaran yang memadai, khususnya
kepada meningkatnya peran pemerintah daerah untuk pemulihan pascabencana. Berdasarkan
dalam urusan penanggulangan bencana. Terlebih, pemantauan dan evaluasi program 2017 terdapat
melalui terbitnya PP No. 2/2018 dan Permendagri 31 K/L yang terlibat pada penanggulangan bencana
101/2018 yang mengamatkan pembenahan dengan total anggaran Rp 54,670 triliun. Anggaran ini
mekanisme kerjasama antar kelembagaan di daerah paling besar digunakan untuk prabencana sebesar
dalam upaya mewujudkan Standar Pelayanan Minimal Rp 32,370 triliun, tanggap darurat sebesar Rp11,975
Penanggulangan Bencana. triliun, dan pascabencana hanya sebesar Rp 9,33

196 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 7.11. Peta bahaya Iklim Gelombang terhadap Keselamatan Pelayaran hingga Tahun 2045 di Indonesia

Historis Proyeksi

triliun. Selain di level nasional, kurangnya alokasi Kajian, perencanaan dan penanganan risiko
anggaran pemulihan ini terjadi pula pada level bencana lintas daerah administrasi juga perlu
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. mendapat perhatian. Tercatat banyak kawasan
risiko bencana yang melintasi beberapa wilayah
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan administrasi pemerintahan, seperti: daerah aliran
terhadap risiko kebencanaan belum banyak sungai, kawasan gunung api, area kebakaran hutan
dikembangkan. Berdasarkan studi, ‘Disaster Risk dan pesisir rawan tsunami. Oleh karena itu, hasil-
Financing and Insurance Strategy’ (Kemenkeu, hasil kajian saintifik di bidang adaptasi perubahan
2018), . Dukungan inovasi pembiayaan dalam iklim dan penanggulangan bencana haruslah
bentuk pooling fund menyasar pada kemampuan dapat dimanfaatkan dalam perencanaan sampai
tata kelola risiko bencana. Selain dari kontribusi dengan pelaksanaan pembangunan, khususnya
APBN/APBD, dana tersebut dapat berasal dari di tingkat daerah. Hal tersebut sangat penting
himpunan dana swasta, badan internasional, guna mempersiapkan rencana pembangunan
BUMN dan masyarakat, yang akan dilaksanakan yang responsif dan antisipatif terhadap
oleh badan pengelolaan yang ditetapkan melalui dampak perubahan iklim serta potensi bencana
regulasi. Pembentukan pooling fund dan produk hidrometeorologis dan geologis berdasarkan data,
turunannya akan dirumuskan sebagai instrumen informasi dan kajian yang ilmiah
transfer risiko tepat sasaran yang memperkuat
pembiayaan dari APBN yang sudah berjalan. Pembangunan Rendah Karbon
Transisi dari Penurunan Emisi Menuju
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana Pembangunan Rendah Karbon
dalam pengalokasian anggaran, rencana Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan
pembangunan dan penataan ruang harus penyebab utama terjadinya perubahan iklim yang
terus ditingkatkan. Berdasarkan survei (BNPB, dapat mengancam kehidupan bangsa. Sebagai
2018), dari seluruh daerah yang telah menyusun upaya menanggulangi perubahan iklim, pada tahun
dokumen RPB, tercatat hanya 45 persen yang telah 2009 Pemerintah Indonesia telah menyampaikan
menggunakannya sebagai masukan RPJM Daerah. komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 197
26 persen dengan usaha sendiri, dan mencapai 41 hanya fokus pada upaya penurunan emisi GRK
persen dengan dukungan internasional pada tahun kepada penanganan yang lebih holistik dengan
2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun tetap menjaga keberkelanjutan dan keselarasan
2015 di Paris komitmen ini ditingkatkan kepada antara pembangunan ekonomi, sosial-budaya,
target penurunan emisi 29 persen di tahun 2030. dan perbaikan lingkungan hidup melalui kerangka
pembangunan rendah karbon.
Seiring dengan dinamika pembangunan di tingkat
nasional maupun global, diperlukan penguatan Transisi menuju pembangunan rendah karbon
integrasi antara upaya penanganan perubahan penting untuk segera diaktualisasikan bukan hanya
iklim dengan program dan pencapaian target- demi meminimalkan risiko dari dampak-dampak
target pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan negatif perubahan iklim, melainkan juga untuk
transisi penanganan perubahan iklim dari yang mengakselerasi peluang peningkatan daya saing

Box 1
Pembelajaran dari Pemanfaatan Biogas
sebagai Sumber Energi Rumah Tangga
Kegiatan pemanfaatan biogas untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga terlaksana di Desa Keningar
dan Ngargomulyo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
melalui kerjasama antara ICCTF dan SESAMI (Sedya
Samahiya Memetri Indonesia). Dalam kegiatan ini,
masyarakat setempat dilatih untuk membangun 10 unit
bio-digester serta menjalankan pusat pembenihan. Selain
memperoleh gas untuk kebutuhan rumah tangga, pupuk
cair organik (bio-slurry) dan kompos yang dihasilkan
sebagai produk sampingan bio-digester dimanfaatkan
untuk memperbaiki kualitas lahan bekas tambang pasir
sehingga dapat ditanami dengan beraneka tanaman,
termasuk sayur-mayur yang dimanfaatkan sebagai
sumber gizi masyarakat.

Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pelestarian


lingkungan berupa penanaman 35.085 batang aneka
jenis pohon, rehabilitasi lahan kritis bekas tambang
seluas 17,8 ha, serta potensi karbon stok setara 16.515
ton CO2eq/tahun. Di samoing itu juga tercipta beragam
manfaat lain berupa tambahan pendapatan sebesar Rp
3 juta/keluarga/tahun, mengurangi biaya energi rumah
tangga sebesar Rp 60 ribu/keluarga/bulan, mendorong
terbentuknya Koperasi Hijau, hingga melibatkan 155
orang anggota masyarakat dalam upaya restorasi lahan
kritis pasca tambang secara aktif dan produktif.

198 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dukungan Terhadap Pembangunan Rendah
perekonomian Indonesia secara lebih berkelanjutan.
Karbon
Hal ini menginat pembangunan rendah karbon
(PRK) merupakan platform baru pembangunan yang Penerapan pembangunan rendah karbon dalam
bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
ekonomi dan sosial melalui kegiatan pembangunan nasional membutuhkan dukungan yang bersifat
untuk menghasilkan emisi GRK yang rendah dan lintas sektor dan multi-pihak, baik dari dalam
mengurangi penggunaan sumber daya alam yang dan luar negeri. Pelibatan aktor non-pemerintah
berlebihan. Konsep PRK menekankan pada trade- perlu ditingkatkan guna mendukung keberhasilan
off kebijakan lintas sektor yang dibutuhkan untuk pencapaian target pembangunan.
menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi
dan pengentasan kemiskinan dengan upaya Komitmen untuk menerapkan pembangunan rendah
penurunan emisi; serta mendorong tumbuhnya karbon perlu diperkuat secara nasional maupun
green investment untuk pembangunan yang lebih internasional; bukan hanya untuk membentuk
berkelanjutan. motivasi melainkan juga untuk memperkuat modal
dan kapasitas para pihak. Dalam upaya ini maka
Kebijakan utama pembangunan rendah karbon kepentingan nasional perlu dijadikan sebagai
antara lain meliputi penurunan laju deforestasi prioritas utama.
dan peningkatan reforestasi hutan, peningkatan
penggunaan energi terbarukan sebagai pengganti Kondusifitas dan stabilitas politik nasional perlu
energi fosil, efisiensi energi, peningkatan menjadi perhatian mengingat risiko dan potensi
produktivitas pertanian melalui intensifikasi dukungan terhadap kebijakan rendah karbon dan
pertanian, serta efisiensi pemanfaatan sumber tata kelola lingkungan hidup secara keseluruhan
daya alam dan peningkatan kualitas lingkungan. sangat bergantung kepada situasi politik.
Isu perubahan iklim dalam pembangunan rendah Perumusan kebijakan yang selaras dengan prinsip
karbon akan menjadi basis kebijakan utama untuk keberlanjutan hanya dapat terwujud bila situasi
mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan di politik berlangsung kondusif.
bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kemajuan teknologi perlu dimanfaatkan untuk
Pada skala lokal, kegiatan pembangunan rendah perencanaan, pengawasan, dan pengendalian
karbon telah terbukti memberikan dampak positif pembangunan beserta dampaknya terhadap
yang nyata bagi perekonomian masyarakat; misalnya lingkungan secara lebih efisien. Hal ini akan
pada proyek pengembangan biogas sebagai energi memungkinkan intervensi pembangunan rendah
terbarukan pada lokasi percontohan di Magelang, karbon dapat terlaksana dengan biaya, koordinasi,
Jawa Tengah (Box 1). Contoh keberhasilan di waktu yang lebih sedikit.
tingkat tapak tersebut perlu ditingkatkan ke dalam
skala yang lebih luas sehingga melalui sinergi Inovasi usaha yang berprinsip ramah lingkungan
antara pertumbuhan ekonomi, pengentasan juga perlu terus dikembangkan untuk menurunkan
kemiskinan dan pengendalian emisi karbon yang dampak negatif pencemaran sekaligus
dilakukan dengan tepat, maka diharapkan kebijakan meningkatkan kompetisi usaha ramah lingkungan. Di
pembangunan rendah karbon akan dapat menarik samping itu, potensi dukungan dunia usaha melalui
lebih banyak lagi peluang untuk menggerakkan program CSR pada bidang-bidang pembangunan
perekonomian nasional dengan tetap menjaga rendah karbon perlu lebih dioptimalkan.
keberlanjutan lingkungan hidup.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 199
Sasaran, Target dan Indikator
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim dikelompokkan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim

Meningkatnya kualitas Meningkatnya ketahanan terhadap


lingkungan hidup dampak bencana dan bahaya iklim

Indeks kualitas lingkungan hidup Pengurangan rasio kerugian


(IKLH) mencapai 73,25-75,25 di ekonomi akibat dampak bencana
tahun 2024 dan bahaya iklim terhadap PDB
sebesar 0,21% di tahun 2024

Pembangunan Rendah Karbon

Meningkatnya keberhasilan mitigasi perubahan iklim


melalui implementasi Pembangunan Rendah Karbon
• Penurunan emisi GRK sebesar 27,3% di tahun 2024
• Penurunan intensitas emisi GRK sebesar 24% di tahun 2024

Arah Kebijakan dan Strategi


Arah kebijakan untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana,
dan perubahan iklim terdiri dari: (a) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup; (b) Peningkatan Ketahanan
Bencana dan Iklim; dan (c) Pembangunan Rendah Karbon. Strategi untuk mewujudkan masing-masing arah
kebijakan diuraikan sebagai berikut:

Kebakaran Lahan dan Hutan; (d) Peningkatan


Peningkatan Kualitas
Kesadaran dan Kapasitas Pemerintah, Swasta
Lingkungan Hidup
dan Masyarakat terhadap Lingkungan Hidup;
(e) Pencegahan Kehilangan Keanekaragaman
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Hayati, serta (f) Pengendalian Pemanfaatan
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup pada Ruang di sekitar DAS.
RPJMN 2020-2024 meliputi: 2. Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan
1. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan: (a) Penanganan
yang dilaksanakan dengan: (a) Pemantauan Pencemaran dan Kerusakan di Pesisir dan Laut;
Kualitas Air, Air Laut, dan Udara; (b) Penyediaan (b) Pengurangan Sampah Domestik dan Sampah
Informasi Cuaca dan Iklim; (c) Pencegahan Plastik; (c) Penghapusan dan Penggantian Merkuri

200 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
di lokasi PESK; serta (d) Pembangunan Fasilitas 2. Peningkatan Ketahanan Iklim, yang
Pengolahan Limbah B3 dan Limbah Medis. dilaksanakan dengan implementasi Rencana
3. Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, API) pada sektor-sektor prioritas, melalui: (a)
yang dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan Peningkatan ketahanan iklim sektor kelautan
Pemulihan Lahan Gambut; (b) Reforestasi dan pesisir; (b) Peningkatan ketahanan iklim
Kawasan Hutan; (c) Restorasi Lahan Bekas sektor air; (c) Peningkatan ketahanan iklim
Tambang; (d) Pemulihan Kualitas Air Sungai Dan sektor pertanian melalui pemanfaatan data dan
Danau; (e) Pemulihan Kerusakan Lingkungan informasi geospasial; serta (d) Peningkatan
Pesisir dan Laut; (f) Pemulihan habitat spesies ketahanan iklim sektor kesehatan.
terancam punah; serta (g) Peningkatan populasi
spesies terancam punah di habitat exsitu.
4. Penguatan Kelembagaan dan Penegakan Pembangunan Rendah
Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan Karbon
Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan:
(a) Penguatan Regulasi dan Kelembagaan Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan
Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pembangunan Rendah Karbon pada RPJMN 2020-
Hidup di Pusat dan Daerah; (b) Penguatan Sistem 2024 mencakup:
Perizinan, Pengawasan, dan Pengamanan 1. Pembangunan Energi Berkelanjutan, yang
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dilaksanakan dengan: (a) Pengelolaan energi baru
Hidup; serta (c) Penegakan Hukum di Bidang terbarukan melalui pengembangan pembangkit
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. energi terbarukan serta meningkatkan pasokan
bahan bakar nabati dari bahan baku rendah
karbon; (b) Efisiensi dan konservasi energi; serta (c)
Peningkatan teknologi pembangkit dan distribusi
Peningkatan Ketahanan 2. Pemulihan Lahan Berkelanjutan yang
Bencana dan Iklim dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
pengelolaan lahan gambut; (b) Reforestasi;
(c) Pengurangan laju deforestasi; serta (d)
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Peningkatan produktivitas dan efisiensi pertanian
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim pada 3. Penanganan Limbah yang dilaksanakan
RPJMN 2020-2024 mencakup: dengan (a) Pengurangan sampah domestik; dan
1. Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan (b) Pengelolaan limbah cair.
dengan: (a) Penguatan Data, Informasi, dan 4. Pengembangan industri hijau yang
Literasi Bencana; (b) Penguatan Sistem, dilaksanakan dengan (a) Konservasi dan audit
Regulasi dan Tata Kelola Bencana; (c) penggunaan energi pada industri; (b) Penerapan
Peningkatan Sarana Prasarana Kebencanaan; modifikasi proses dan teknologi; serta (c)
(d) Integrasi Kerjasama Kebijakan dan Penataan Manajemen limbah industri
Ruang berbasis Risiko Bencana; (e) Penguatan 5. Pemulihan ekosistem pesisir dan kelautan
Penanganan Darurat Bencana; (f) Pelaksanaan yang dilaksanakan dengan pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah terdampak Inventarisasi dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
bencana; dan (g) Penguatan sistem mitigasi dan Kelautan (mangrove, padang lamun,
multi ancaman bencana terpadu. terumbu karang, estuari, dan hutan pantai).

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 201
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
Pendahuluan

8
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan


Keamanan (Polhukhankam) Indonesia 2020-2024
diarahkan menuju kelembagaan politik dan hukum
yang mapan. Kondisi tersebut ditandai dengan
terwujudnya konsolidasi demokrasi; terwujudnya
supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia
dan birokrasi profesional; terciptanya rasa aman dan
damai bagi seluruh rakyat; serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
kedaulatan negara dari berbagai ancaman, baik
dari dalam maupun luar negeri. Kondisi tersebut perhatian adalah pergeseran gravitasi politik
merupakan “kondisi perlu” untuk mendukung internasional, pergeseran arena pertarungan negara
terlaksananya pembangunan bidang lainnya. besar ke seascape, deglobalisasi dan populisme
yang menyebabkan kebijakan unilateral beberapa
Dalam menghadirkan “kondisi perlu”, Pembangunan negara, instabilitas di kawasan Timur Tengah.
Polhukhankam memperhatikan perkembangan
yang terjadi di dalam dan luar negeri. Beberapa isu Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah
domestik yang perlu diwaspadai adalah intoleransi, kebijakan Pembangunan Polhukhankam, yaitu
demokrasi prosedural, kesenjangan reformasi Konsolidasi Demokrasi, Optimalisasi Kebijakan
birokrasi, perilaku koruptif, dan potensi ancaman Luar Negeri, Sistem Hukum Nasional yang Mantap,
yang mengganggu keamanan dan kedaulatan Reformasi Kelembagaan Birokrasi, dan Menjaga
negara. Di tingkat global, isu yang perlu menjadi Stabilitas Keamanan Nasional.

204 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dinamika Geopolitik Global

Dinamika Kebijakan Luar


Depolarisasi Pusat Negeri Negara Adi Daya
Gravitasi Politik
International

Melemahnya Tata Kelola


Global
Instabilitas
Kawasan Timur Melemahnya Multilateralisme
Tengah dan Populisme

(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)

Dinamika geopolitik global berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur kawasan Asia - Afrika
masa depan pembangunan Indonesia. Persaingan dengan investasi BUILD Act sebesar US$ 60 miliar.
antar kekuatan besar dunia menimbulkan Mudahnya pergerakan aktor non negara secara
depolarisasi pusat geopolitik baik di Barat (Amerika trans-nasional membuat dinamika ancaman non
dan Eropa) maupun di kawasan Timur (Asia). Selain tradisional menjadi isu strategis bagi Indonesia.
itu, terdapat dinamika geopolitik berupa sengketa Ancaman non tradisional yang mendapat perhatian
Laut Tiongkok Selatan (LTS). Klaim dan ekspansi besar adalah: (1) Terorisme; (2) Perdagangan
militer Tiongkok di LTS meningkatkan ketegangan manusia, khususnya pada perempuan dan
di kawasan. Amerika Serikat (AS) merespons anak Indonesia yang rentan menjadi korban
Tiongkok dengan menggelar kekuatannya di LTS. perdagangan manusia; (3) Peredaran gelap dan
ASEAN telah mengupayakan pembentukan Code of penyalahgunaan narkotika, terutama dengan makin
Conduct (CoC) untuk menyelesaikan permasalahan intensnya penyelundupan narkotika ke Indonesia;
ini tetapi pada prosesnya menemui hambatan. (4) illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing
yang sering terjadi di wilayah laut Indonesia; dan (5)
Persaingan juga ditemukan di sektor ekonomi dan Keamanan siber.
perumusan kerangka arsitektur regional. Perang
dagang AS dan Tiongkok menjadi contoh persaingan Sementara itu, isu lain yang perlu menjadi perhatian
di sektor ekonomi. Selain itu, persaingan juga Indonesia adalah melemahnya multilateralisme
terjadi pada pembangunan infrastuktur kawasan dan populisme. Kedua isu ini berdampak pada
Asia - Afrika. Melalui Belt and Road Initiative (BRI), pelemahan tata kelola global, yang mendorong
Tiongkok telah berinvestasi lebih dari US$ 210 negara-negara cenderung mengeluarkan kebijakan
juta. Di sisi lain, AS juga menginisiasi pendanaan unilateral.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 205


Lingkungan Strategis Nasional

Di tingkat nasional, fokus dan kebijakan


pembangunan Indonesia akan menghadapi
beberapa tantangan , yaitu menguatnya intoleransi,
demokrasi yang prosedural, kesenjangan reformasi
birokrasi, masih adanya perilaku korupsi, dan
Intoleransi Menguat
masih adanya potensi ancaman yang mengganggu
keamanan dan kedaulatan negara.

Intoleransi yang menguat ditandai dengan tren


penolakan pemimpin yang berbeda agama dari
Demokrasi Prosedural
2015-2017 sebesar 58,4%. Selain itu, politik identitas
digunakan oleh calon kepala daerah dalam Pilkada,
seperti di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan
Maluku. Indeks Demokrasi Indonesia menunjukkan
masih adanya kesenjangan demokrasi pada aspek Potensi Ancaman terhadap
Keamanan dan Kedaulatan
Kebebasan Sipil (78,75/100), Hak-Hak Politik Negara
(66.63/100), dan Lembaga Demokrasi (72,49/100).
Adapun angka demonstrasi yang berujung
kekerasan berkategori buruk (29,22/100). Hal ini
memperlihatkan bahwa demokrasi di Indonesia Kualitas Reformasi
masih bersifat prosedural. Birokrasi Tidak Merata

Tantangan lain yang dihadapi adalah tidak meratanya


kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Capaian 1) Masih Adanya Perilaku
Reformasi Birokrasi di tingkat Kabupaten/Kota Koruptif
masih rendah terlihat dari Skor B ke atas Indeks RB 2) Penegakan Hukum yang
baru mencapai 10% sehingga perlu di intervensi. Belum Optimal
Sementara itu, perilaku korupsi masih terjadi. Hal ini
ditandai dengan masih adanya Kepala Daerah yang
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)
terbukti melakukan tindak pidana korupsi.

Kelompok Kriminal Bersenjata yang mengancam


kedaulatan negara, seperti yang ada di Papua,
merupakan isu yang menonjol di tingkat nasional.

Selain itu, peredaran gelap dan penyalahgunaan


narkotika masih menjadi tantangan dalam
mewujudkan keamanan.

206 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Pembangunan Polhukhankam

Koridor Hukum

Pertahanan dan Keamanan

Aspirasi
Masyarakat
Koridor Hukum

Koridor Hukum
Proses Tujuan
Politik Pembangunan

Administrasi
Pembangunan

Demokratis Profesional Aman Adil Sejahtera

Koridor Hukum
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)

Pembangunan bidang Polhukhankam diawali oleh pembangunan sebagai bahan aspirasi pada proses
aspirasi masyarakat melalui proses politik yang politik berikutnya. Siklus tersebut akan berjalan
demokratis. Proses tersebut diharapkan menciptakan apabila didukung oleh situasi yang kondusif. Dalam
penyelenggaraan administrasi pembangunan yang pelaksanaannya dilandasi oleh tata kelola yang baik
profesional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan dibingkai dengan koridor hukum yang berlaku
dan sejahtera. Masyarakat perlu mengawasi proses serta keamanan nasional yang kondusif.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 207


Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

Partisipasi pemilih dalam Pilkada 2018 Status Pers Indonesia tahun 2018
mencapai 74,01% kategori fairly free dengan indeks 69,00

Partisipasi sektor swasta dalam


Ada 75.503 kasus permasalahan KSST; Penciptaan manfaat ekonomi
dari kerjasama pembangunan
terkait WNI yang telah diselesaikan international

Pelaksanaan bantuan hukum untuk Indeks pembangunan hukum


51.471 orang (litigasi) dan 13.600 meningkat dari 0,31 di 2014 menjadi
kegiatan (non-litigasi) 0,6 di 2017

Instansi pemerintah yang bersih dan Instansi pemerintah yang efektif dan
akuntabel dangan opini WTP (91% K/L, efisien dengan skor B keatas indeks RB
97% Prov, 72% Kab, dan 86% Kota). (89% K/L, 68% Prov, & 10% untuk Kab/
Kota)

kontribusi MEF TNI mencapai 60 % Laju prevalensi penyalahgunaan


dari target 62 % narkoba berhasil ditekan sebesar 0.03
(target 0,05)

208 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
pada praktik-praktik oligarki sehingga belum
mampu menjawab kepentingan rakyat. Ada gejala
konsolidasi kekuatan elite politik lama dan munculnya
orang kuat lokal yang berpotensi menyebabkan
arus balik (setback) pada konsolidasi demokrasi.

Peningkatan biaya politik menjadi fenomena yang


perlu diwaspadai. Kondisi ini berkaitan dengan
transparansi dan akuntabilitas partai politik.
Tingginya biaya politik menuntut partai untuk
mendapatkan sumber pendanaan yang sering kali
bersifat ilegal.

Efektivitas proses konsolidasi demokrasi juga


harus didukung oleh kerangka regulasi di bidang
politik yang komprehensif. Penataan peraturan
perundangan terkait partai politik dan tata kelola
kepemiluan menjadi dua aspek penting untuk
Pembangunan Politik Dalam mendorong pemantapan proses konsolidasi
demokrasi. Untuk memperkuat proses tersebut
Negeri diperlukan pula pendidikan politik secara konsisten
Kehidupan demokrasi Indonesia ditandai dengan dan sistematis.
masih lemahnya kinerja lembaga demokrasi seperti
partai politik, lembaga legislatif, dan tingginya Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi
biaya politik. Kondisi ini tergambar dalam capaian dengan tingkat partisipasi yang tinggi, rata-rata di
Indeks Demokrasi Indonesia/IDI (2009-2017) atas 70 persen baik untuk pemilu dan pilkada. IDI
bahwa beberapa variabel memiliki nilai konsisten
rendah, yaitu: peran partai politik, peran DPRD, Gambar 8.1. Partisipasi Pemilih
peran pemerintah daerah, dan partisipasi politik
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.
Peran DPRD untuk melakukan inisiatif penyusunan
Peraturan Daerah yang berpihak kepada
kepentingan rakyat belum optimal. Di sisi lain,
pemerintah daerah secara umum dinilai belum 74,50% 74,01%
cukup mampu untuk menjalankan prinsip tata kelola
pemerintahan yang efektif. 69,20%

Partai politik yang menjadi salah satu aktor kunci


dalam upaya mewujudkan konsolidasi demokrasi
sesuai dengan amanat RPJPN 2005-2025 belum
mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara
optimal. Partai politik belum memiliki konsistensi 2015 2017 2018
peran, dan secara internal, partai politik terjebak (Sumber: Komisi Pemilihan Umum, 2018)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 209


(UKP PIP) yang kemudian secara kelembagaan
berubah menjadi Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) pada tahun 2018. BPIP bersama
kementerian/lembaga terkait akan menyusun
arah kebijakan dan strategi pembinaan ideologi
Pancasila, serta sinkronisasi program/kegiatan
wawasan kebangsaan bagi seluruh warga negara.
Selanjutnya, BPIP serta kementerian/lembaga terkait
menyusun dan melaksanakan program/kegiatan
yang tepat dan efektif sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan dinamika perkembangan zaman.

Demokrasi yang terkonsolidasi mensyaratkan


tersedianya informasi publik yang berkualitas
dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
menunjukkan bahwa variabel Pemilu yang Bebas Inpres No. 9 Tahun 2015 mengamanatkan kepada
dan Adil berada pada skor 95,48, sangat baik Kementerian/Lembaga dan Daerah untuk bersinergi
walaupun belum sempurna. Pelaksanaan pemilu dalam pengelolaan komunikasi publik. Kebijakan
akan lebik baik bila diiringi dengan perayaan Government Public Relation (GPR), yang bertujuan
bernuansa kebudayaan. mengintegrasikan pengelolaan komunikasi publik
di K/L/D, dan menyebarkan informasi pemerintah
Organisasi masyarakat sipil, kelompok agama secara konsisten perlu terus dikuatkan. Dalam
serta media massa berperan dalam menstabilkan peningkatan keterbukaan informasi publik, telah
ketegangan-ketegangan politik, serta memastikan terbentuk Komisi Informasi di 31 Provinsi, dan terus
terjadinya proses-proses politik yang lebih diupayakan untuk segera terbentuk di Papua Barat,
demokratis. Masyarakat sipil perlu mendapatkan Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. Terkait
perhatian lebih baik untuk kemudian berperan bagi penyelesaian sengketa informasi publik, Komisi
penguatan lembaga demokrasi menuju demokrasi Informasi telah melakukan mekanisme VR (Vexatious
yang terkonsolidasi. Request) yang mengurangi jumlah sengketa secara
signifikan. Namun demikian, pelaksanaannya belum
Persoalan kebangsaan merupakan salah satu isu optimal karena kurangnya kesadaran aparatur dan
terkini yang harus diperhatikan dalam kehidupan masyarakat atas manfaatnya.
demokrasi. Namun demikian, rasa dan kondisi
kebangsaan Indonesia semakin terancam ditandai Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia di 34
oleh lunturnya pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai provinsi bernilai 69,00 dengan status agak bebas/
Pancasila serta menguatnya fenomena intoleransi, fairly free, membaik dibandingkan 2017 dengan
eksklusivisme, radikalisme, dan terorisme. indeks 67,92. Kepatuhan lembaga penyiaran
Tahun 2017, Pemerintah telah membentuk Unit terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Program Siaran (P3SPS) meningkat pada tahun

210 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
2017, ditandai dengan menurunnya jumlah sanksi sebagai program anak, variety show, sinetron, dan
yang dikeluarkan KPI pada tahun 2017 yaitu 82, infotainment belum memenuhi standar kualitas KPI.
dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 175. Diperlukan sosialisasi dan literasi agar masyarakat
Peningkatan kualitas siaran TV juga terus dilakukan. paham dan dapat mengambil sikap terhadap
Berdasarkan hasil survei Indeks Kualitas Siaran hasil survey dimaksud. Dengan demikian, upaya
TV oleh KPI pada tahun 2018 menunjukkan dari 8 pembentukan rating nasional dapat mewujudkan
(delapan) kategori program siaran, 4 program siaran peningkatan kualitas program siaran.
yang termasuk kategori wisata budaya, religi, berita,
dan talkshow telah memenuhi standar kualitas KPI,
sedangkan 4 program siaran yang dikategorikan

Tersedianya Informasi Publik Berkualitas


Government Public Relations

01. Pengembangan Tenaga Humas Pemerintah


Integrasi Kanal Media Informasi Publik
Komisi Informasi di 31 Provinsi
Penyelesaian Sengketa Publik

Jaminan Kebebasan Pers

02. Indeks Kemerdekaan Pers di 34 Provinsi


dengan status Agak Bebas/ Fairly Free (2018)

Peningkatan Kualitas Penyiaran:


Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap
03. P3SPS mengalami peningkatan
Survei Indeks Kualitas Siaran TV dan upaya
Pembentukan Rating Nasional

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 211


Pembangunan Politik Luar Negeri

Keamanan

129 Naskah Kesepakatan Perundingan Terbatas


Rp 574 M Hak Finansial WNI/PMI
Pembebasan 315 WNI
181.942 Repatriasi WNI/PMI Bermasalah
75.503 Penyelesaiaan Kasus WNI

Kerjasama Pembangunan
International
193 Program KSST untuk 3.252 peserta dari 66
negara (2014-2017)
Mempromosikan inovasi lokal sebagai
pendorong pembangunan global
(Country-Led Knowledge Sharing)
Penunjukan 22 Center of Exellences
Penyampaian Sustainable Development Goals
Voluntary National Review 2017
Penanganan isu di fora internasional seperti G20,
ASEAN, dan Development cooperation Forum

Sosial Budaya

Bali Democracy Forum (BDF), BDF Chapter Tunis


2017, BDF Chapter Berlin 2018, Bali Democracy
Students Conference 2018.
Penyelenggaraan Trilateral Ulema Conference of
Afghanistan-Indonesia-Pakistan

Tata kelola

Kepemimpinan di Forum Internasional


Kontribusi pada Perdamaian Dunia
Isu Palestina

212 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pembangunan Hukum

Pelaksanaan bantuan
hukum dari tahun
2015-Nov 2018

Litigasi : 51.471 Orang


Non Litigasi: 13.600
Kegiatan

Indeks Pembangunan
Hukum (IPH)*

2014: 0,31
2017: 0,60

Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi:

Perizinan dan Tata


Niaga
Keuangan Negara
Penegakan Hukum
dan Reformasi
Penyelesaian Perkara
Birokrasi
dengan Small Claim
Court (SSC)
Court

2016: 759 Perkara


2018: 6.831 Perkara
Jumlah Anak
Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di LPKA
pasca diberlakukan
diversi

2014: 3.556 Anak


2018: 1.330 Anak

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 213


Pembangunan Aparatur

Sejalan dengan pembangunan aparatur negara Perwujudan birokrasi yang bersih dan akuntabel
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah
Panjang Nasional (RPJPN) dan melanjutkan Grand Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 – 2025, yang memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian
berbagai kebijakan ditujukan untuk mewujudkan (WTP), skor B atas SAKIP, dan persentase
8 area perubahan di dalam Reformasi Birokrasi penerapan pengadaan barang/jasa pemerintah
Nasional, meliputi mental aparatur, kelembagaan, secara elektronik seiring dengan ditetapkannya
tata laksana, SDM aparatur, akuntabilitas, Perpres No.16/2018 tentang Pengadaan Barang
pengawasan, peraturan perundang-undangan, dan Jasa Pemerintah.
serta pelayanan publik. Agenda reformasi birokrasi
menjadi perhatian penting di dalam Rencana Birokrasi yang efektif dan efisien, diwujudkan melalui
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi
tahun 2015 – 2019 yang menekankan birokrasi bersih nasional dalam bentuk Road Map Reformasi Birokrasi
dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki Nasional Tahun 2015 – 2019 dengan visi reformasi
pelayanan publik berkualitas. Beragam kebijakan, birokrasi menuju birokrasi kelas dunia (world class
program, dan kegiatan dalam kerangka reformasi bureaucracy). Perbaikan reformasi birokrasi di level
birokrasi nasional, telah menunjukkan capaian yang instansi juga semakin meningkat yang tercermin
sejalan dengan sasaran pembangunan bidang
aparatur negara.

Birokrasi yang bersih dan akuntabel dengan


meningkatnya capaian opini WTP dan Skor B
atau SAKIP

Opini WTP: Skor B Atas SAKIP:


K/L : 91% K/L : 92,77%
Prov : 97% Prov : 94,12%
Kab. : 72% Kab./Kota: 46,85%
Kota : 86%
Birokrasi yang transparan, efektif dan efisien
dengan meningkatnya capaian indeks RB

Indeks RB:
K/L : 89%
Prov : 68%
Kab./Kota : 10% Birokrasi yang memiliki pelayanan publik
berkualitas dengan membaiknya tingkat
kepatuhan pelayanan publik berdasarkan
UU 25/2009 tentang pelayanan publik
Tingkat Kepatuhan atas UU 25/2009
K : 87,50%%
L : 80,00%
Prov. : 82,35%
Kota : 46,23%
(Sumber: BPK, 2018; KemenPANRB, 2019; Ombudsman RI, 2018)

214 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dari semakin membaiknya nilai Indeks RB yang Hingga triwulan ke IV 2018 capaian MEF TNI
didukung dengan penetapan PP No.11/2017 sudah pada jalur yang benar (on track) yaitu
tentang Manajemen PNS, PP No. 49/2018 tentang sebesar 60 persen dari taget sebesar 62 persen
Manajemen PPPK dan Perpres No. 95/2018 tentang yang diperkirakan akan tercapai pada tahun 2019.
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Selain Sementara itu, kontribusi industri pertahanan
itu dari sisi penataan kelembagaan, birokrasi yang nasional diperkirakan sulit tercapai karena realisasi
efektif dan efisien ditandai dengan 21 Lembaga Non baru sebesar 35,9 persen dari target sebesar 49
Struktural (LNS) dibubarkan, 2 diintegrasikan, serta persen. Selanjutnya, laju prevalensi penyalahgunaan
1 disempurnakan. Dari sisi Manajemen Sumber narkoba yang diprediksi meningkat sebesar 0,05
Daya Manusia Aparatur Sipil Negera (ASN) telah persen berhasil ditekan hingga 0,03 persen.
dikembangkan Talent Management sebagai bagian
dari penguatan kompetensi, profesionalitas, dan
daya saing nasional.

Perbaikan kualitas pelayanan publik terlihat Triwulan ke IV 2018


kontribusi MEF TNI
dengan penerapan digitalisasi pelayanan publik
sebesar 60 % dari target
(e-Services), peningkatan tingkat kepatuhan atas 62 %
standar pelayanan publik sesuai dengan UU No.
25/2009 tentang pelayanan publik, integrasi sistem
pengaduan masyarakat (LAPOR!-SP4N), serta
pelaksanaan evaluasi kinerja pelayanan publik Laju prevalensi
secara berkala. penyalahguna narkoba
berhasil ditekan sebesar
0.03
Pembangunan Pertahanan dan
Keamanan

Pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan Realisasi kontribusi industri


pertahanan pada TW IV
telah berhasil menciptakan Indonesia yang lebih
2018 sebesar 35,9 %
aman dan pertahanan negara yang lebih kuat. Hal
tersebut dapat dilihat dari pencapaian target tiga
sasaran pokok pembangunan bidang pertahanan (Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2018
dan keamanan yaitu pencapaian Minimum Essential
Force (MEF), kontribusi industri dalam negeri
terhadap industri pertahanan, dan laju prevalensi
penyalahgunaan narkoba.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 215


Lingkungan dan Isu Strategis

Konsolidasi Demokrasi

Lembaga Hak-hak Politik


Demokrasi & Kebebasan
Sipil

• Biaya politik tinggi dan rendahnya • Rendahnya kualitas implementasi


akuntabilitas dan transparansi • Tingginya potensi ancaman pada
• Intervensi terhadap penyelenggara kebebasan sipil
pemilu • Belum optimalnya kualitas dan
• Lemahnya peraturan perundangan kuantitas partisipasi
bidang politik

Aktualisasi Komunikasi
Ideologi Publik
Negara

• Pancasila belum menjadi acuan • Paradigma komunikasi publik


utama • Ketergantungan penyiaran terhadap rating
• menguatnya ideologi • Misinformasi dan disinformasi konten
transnasional digital
• Belum terintegrasinya wawasan • Ketimpangan masyarakat memahami
kebangsaan konten media
• lunturnya nilai-nilai pancasila • Akses informasi yang belum merata dan
berkeadilan
• Kualitas pers dan jurnalistik

216 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Aspek Keamanan
Globalisasi membuat pergerakan manusia antar Gambar 8.2 Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar
negara menjadi mudah. Migrasi yang dilakukan Negeri dengan Kasus WNI di Luar Negeri
WNI ke luar negeri pun terus meningkat berpotensi
meningkatkan permasalahan WNI di luar negeri.
Kompleksitas masalah yang dihadapi WNI beragam Tren Jumlah WNI keLN
(juta Jiwa)
sehingga diperlukan upaya intens untuk memberikan
perlindungan kepada WNI di manapun ia berada.
10.6

Selain melindungi warganya, negara juga 7


berkewajiban menjaga kedaulatannya dari berbagai
ancaman. Dalam aspek kewilayahaan, Indonesia 6.6
memiliki sengketa perbatasan dengan sembilan
negara. Pemerintah secara intensif berdiplomasi
untuk menjaga kedaulatan wilayahnya. Indonesia
juga rentan menerima gangguan keamanan 18.45
dari aktor non-pemerintah seperti terorisme, Tren Kasus WNI di LN
penyelundupan narkoba hingga IUU Fishing. (ribu Jiwa)
Pemerintah terus berupaya memerangi ancaman- 12.42
15.45
ancaman tersebut.

2015 2016 2017 2021


Dalam menangani berbagai permasalahan di sektor
keamanan koordinasi antar pemangku kepentingan
mendesak untuk dilakukan. Akan tetapi, aparat
keamanan sering kali beroperasi secara parsial
dalam mengatasi ancaman. Hal ini membuat (Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018)

penanganan masalah sering kali belum memberikan


dampak signifikan.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 217


Aspek Kerjasama Pembangunan
pembangunan internasional, diperlukan
Internasional
pelibatan aktor non-pemerintah, terutama
Prioritas kebijakan bidang kerjasama pembangunan pihak swasta. Program-program kerjasama
internasional saat ini adalah mendukung kerja sama pembangunan internasional dapat membantu
pembangunan internasional dalam peningkatan memperkenalkan produk dan teknologi yang
perdagangan dan investasi untuk mendorong dikembangkan perusahaan swasta, serta
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. meningkatkan citra dan pengakuan terhadap
branding di kawasan.
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, beberapa
isu yang dihadapi antara lain: Aspek Sosial-budaya
• Penguatan pelaksanaan Kerja Sama Selatan-
Selatan dan Triangular (KSST) untuk mendukung Citra positif Indonesia sangat penting dalam
peningkatan perdagangan dan investasi melalui pergaulan Internasional, sehingga Indonesia perlu
pertukaran pengetahuan dan keahlian. melakukan diplomasi publik, termasuk kerja sama
• Dari sisi kelembagaan, diperlukan pembentukan pembangunan internasional. Indonesia telah
mekanisme dan pengelolaan pendanaan memiliki modal dalam melakukan diplomasi publik,
satu pintu agar kerjasama pembangunan yaitu negara demokrasi, masyarakat pluralistik
internasional dapat dilaksanakan secara dan toleran, ekonomi progresif, keanekaragaman
integratif, tepat sasaran, dan memberikan budaya, dan diaspora Indonesia.
manfaat bagi kepentingan nasional
• Dari sisi pendanaan, perlunya pemanfaatan Meskipun demikian, diperlukan penguatan
sumber-sumber dan mekanisme pendanaan koordinasi dalam pelaksanaan diplomasi publik
baru, misalnya skema kredit ekspor melalui mengingat ada banyak aktor yang terlibat. Selain itu,
pelibatan Lembaga Pembiayaan Ekspor perlu ada kesepakatan tentang visi citra Indonesia
Indonesia (LPEI) yang akan ditampilkan kepada publik internasional.
• Dalam upaya penguatan pelaksanaan kerjasama

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018 bdf.kemlu.go.id)

218 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 218
Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Aspek Tata Kelola

Indonesia telah menjadi anggota aktif di 233


organisasi/forum internasional, seperti ASEAN,
G20, dan PBB. Indonesia perlu memanfaatkan
keanggotaannya untuk kepentingan nasional.
Inisiatif dan posisi yang disampaikan Indonesia
di dalam organisasi/forum internasional dapat
meningkatkan pengaruh Indonesia di tatanan
internasional.

Pada tingkat domestik, perlu penataan peran


dan fungsi K/L dalam pelaksanaan kebijakan
luar negeri, khususnya peningkatan koordinasi
antara Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait
agar Indonesia dapat segera menindaklanjuti
kesepakatan atau komitmen di tingkat internasional.
Selain itu, perlu pengaturan kewenangan Kepala
Perwakilan dan pejabat perbantuan di Perwakilan
RI sehingga dapat memperjelas hak dan kewajiban
pejabat perbantuan di Perwakilan RI.

Gedung Perwakilan Republik Indonesia untuk Australia


(Sumber: PPI Australia, 2016 https://www.ppi-australia.org/student-guide/melaporkan-diri-ke-kbri-kjri/)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 219


Gambar 8.3. Isu Strategis Sistem Hukum Nasional yang Mantab

Indikator
Enforcing
Regulasi yang Contracts:
Disharmoni Ease of Doing
Inkonsisten Business (EoDB)
Tumpang Tindih Peringkat 146
Multitafsir dari 190 Negara

Overcrowding
Mencapai
202%
(hingga Januari 2019)
Indeks Perilaku anti Korupsi (IPAK)
Indonesia Tahun 2018 sebesar 3,66
Tahun 2017 Sebesar 3,71

Rendahnya Pengetahuan Hukum Masyarakat

Sistem Hukum Nasional yang kondisi terlalu banyaknya peraturan perundang-


Mantap undangan (hyper regulation), regulasi yang tumpang
Upaya pembangunan hukum di Indonesia selama tindih, inkonsisten, multitafsir, dan disharmoni yang
lima tahun terakhir terus dilakukan. Namun indeks berdampak pada ketidakpastian hukum. Di sisi lain,
Rule of Law Indonesia selama kurun waktu lima pelaksanaan sistem peradilan, baik pidana maupun
tahun terakhir (2013-2018) menunjukkan penurunan. perdata dalam mengawal penegakan hukum masih
Menurut indeks tersebut, dimensi pembangunan belum secara optimal dalam memberikan kepastian
hukum Indonesia masih cenderung lemah, dikaitkan hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
dengan kondisi sistem peradilan (pidana dan Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor
perdata), penegakan peraturan, serta ketiadaan termasuk penegakan hukum, meskipun upaya
praktek korupsi. Permasalahan pembangunan bidang pencegahan dan penindakan sudah konsisten
hukum yang dihadapi saat ini, antara lain adalah dilakukan.

220 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Aparatur negara memiliki peran strategis dalam digital governance, dan open governance, serta
pembangunan nasional dan daerah. Untuk kebutuhan mendukung Sustainable Development
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, Goals (SDGs) pilar tata kelola berimplikasi perlunya
diperlukan ASN yang mampu menjalankan peran desain kelembagaan dan proses bisnis pemerintah
sebagai pelaksana kebijakan dan pelayanan publik, yang lebih sederhana dan adaptif.
serta perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia
dihadapkan dengan pergeseran paradigma
Di tengah tantangan dan persaingan global yang dalam mengelola kebijakan publik, tata kelola
semakin kompetitif, dalam 3 tahun terakhir profil pemerintahan, administrasi pembangunan, agenda
Indonesia mengalami peningkatan dalam tata kelola pembangunan global, dan pelayanan publik yang
pemerintahan, pelayanan publik dan keterbukaan inovatif.
informasi publik. Hal ini tercermin dengan adanya
perbaikan Indeks Persepsi Korupsi, Indeks Daya Perubahan dan pergeseran lingkungan strategis
Saing Global, dan Skor Kemudahan Berusaha. tersebut semakin menuntut hadirnya Aparatur Sipil
Negara yang profesional, berintegritas, netral,
Sejumlah pelajaran terbaik di beberapa negara, kreatif, inovatif, dan berdaya saing, serta didukung
telah menerapkan pendekatan policy networks birokrasi yang lebih sederhana dan membuka ruang
dan whole of government yang dapat membantu peran serta publik dalam pemerintahan.
pengembangan kebijakan, manajemen program,
dan pelaksanaan pelayanan publik yang responsif Sejalan dengan kecenderungan global
dengan dukungan e-Government. Perkembangan yang menerapkan e-Government, Indonesia
paradigma global seperti collaborative governance, terus melanjutkan komitmen global di dalam

Gambar 8.4. Benchmark Posisi Indonesia dalam Pelaksanaan Pemerintahan pada Indeks Global

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


0
20
38 37 36
40 46
34
44 41 45
60 50
80 88 90 91 72
100
100 110 107
118 114 96
120 114 109
115 121 120
140 129 128
Corruption Perception Index Ease of Doing Business Government Competitiveness

Sumber: Bank Dunia, World Economic Forum, Tranparancy International, 2018

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 221


Gambar 8.5 Isu Strategis Reformasi Kelembagaan Birokrasi 2020-2024

02 Kelembagaan dan
proses bisnis yang
lebih sederhana, 04 Pelayanan Publik
yang berkualitas
responsif, adaptif dan dengan berorientasi
membuka ruang pada perbaikan sosial
peran serta publik ekonomi
dalam pemerintah berkelanjutan

01 ASN yang
profesional, 03 Akuntabilitas kinerja
dan pengawasan
berintegrasi, kreatif, yang handal, efektif
inovatif dan netral dan berintegritas

mempromosikan prinsip dan nilai Keterbukaan Setiap organisasi birokrasi pemerintah dituntut
Pemerintah (open government) sebagai strategi memiliki akuntabilitas kinerja yang baik secara
di dalam membangun kepercayaan publik, internal, maupun kepada publik. Kondisi akuntabilitas
meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan kinerja birokrasi pemerintahan saat ini masih sebatas
dan pengawasan pembangunan, serta pada pemenuhan pelaporan sehingga masih jauh
memperdalam kualitas demokrasi di Indonesia. dari kondisi yang diharapkan. Akuntabilitas belum
Salah satu terobosan strategis dalam merespon mampu merepresentasikan kinerja riil institusi
paradigma e-Government, adalah terbitnya birokrasi pemerintah dengan baik dan efektif dalam
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan pelayanan publik. Untuk itu, diperlukan suatu
yang memiliki peran strategis di dalam mengelola sistem manajemen kinerja kelembagaan yang
pemerintahan yang lebih terintegrasi, mendorong efektif, handal, dan didukung dengan implementasi
pelayanan publik lebih inovatif dan kreatif, dan sistem integritas yang mapan sebagai suatu bagian
membuka saluran peran serta publik di dalam prasyarat untuk menuju dynamic government.
proses pembuatan kebijakan publik yang lebih
terbuka, inklusif, dan responsif.

222 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional

Dinamika Ancaman Pertahanan


Infrastruktur Informasi Kritis Nasional (IIKN) dan
Dalam upaya mewujudkan kemampuan pertahanan, Infrastruktur Pemerintah berpotensi menyebabkan
Indonesia dihadapkan pada dinamika lingkungan economic loss, spionase, distrust, dan disruption.
strategis. Tren pertahanan kedepan ditunjukkan
dengan adanya proliferasi persenjataan dan Serangan Siber
eskalasi ancaman perang non konvensional. Di saat Periode Januari - Agustus 2018
yang bersamaan ketegangan antara Tiongkok dan
AS serta negara-negara ASEAN di Laut Tiongkok
Selatan dapat memicu konflik terbuka.
01 Network Trojan
(Pencurian Data)
Sementara di lingkup nasional pertahanan negara
dihadapkan pada ancaman serangan separatisme
31,71%
terutama di Papua dan bencana alam yang menelan
banyak korban jiwa.

02
Accsess Privilege User
Dukungan Industri Pertahanan Belum (Serangan yang ditujukan
untuk mengambil alih
Optimal
sistem)
Beberapa kebutuhan alutsista TNI sudah mampu
dipenuhi oleh industri pertahanan. Namun, untuk 22,91%
beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat
tempur, kapal perusak, roket, rudal, UCAV, dan
radar masih belum mampu didukung oleh industri
pertahanan.
03 Dos Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melumpuhkan
sistem melalui Denial of
Service (DOS))
Permasalahan yang dihadapi diantaranya pada
keterbatasan dalam penguasaan teknologi kunci dan/ 13,98%
atau kemampuan integrasi sistem. Dua hal tersebut,
merupakan syarat agar industri pertahanan dapat
04
Information Leak
meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista (Serangan yang ditujukan
TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna untuk melakukan
menjadi bagian dari global suppy chain. pencurian informasi)
10,79%
Ancaman Siber pada Sektor Industri
Perkembangan penggunaan teknologi dan
peningkatan aksesibilitas terhadap internet yang
signifikan berimplikasi pada adanya potensi
05 Information Leak Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melakukan
ancaman siber. Salah satu bentuk perkembangan pencurian informasi)
teknologi adalah perkembangan teknologi digital
12,62%
yang saat ini dikenal sebagai the new hybrid of
technology. Jumlah ancaman siber pada sektor Sumber: Badan Siber dan Sandi Negara. 2018

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 223


Indonesia Menjadi Negara Tujuan Peredaran
lain. Kondisi geografis Indonesia yang merupakan
Gelap Narkotika
negara kepulauan menyebabkan banyaknya pintu
Struktur ekonomi di Indonesia menarik sindikat masuk baik yang legal maupun ilegal yang marak
perdagangan narkoba internasional. Hal ini menjadi jalur penyelundupan narkotika, baik darat,
ditengarai dengan adanya selisih harga jual yang laut, dan udara. Penyelundupan narkotika tertinggi
cukup signifikan dari produsen narkotika hingga terjadi melalui jalur laut. Tingginya penyelundupan
ke konsumen penyalahguna, sebagai contoh: narkotika melalui jalur laut dikarenakan masih
rata-rata harga jual Shabu di Tiongkok senilai lemahnya pengawasan di wilayah laut Indonesia
20.000/gram, di Iran sebesar 50.000/gram, dan di yang menyebabkan banyak celah masuk melalui
Indonesia sebesar 1,5 juta/gram. Perbedaan harga pelabuhan-pelabuhan ilegal.
yang tinggi dan pangsa pasar yang besar menarik
sindikat narkotika internasional untuk beroperasi Pelanggaran Wilayah dan angka Kejahatan
di Indonesia. Selain itu, peredaran gelap narkotika di Perbatasan
semakin berkembang melalui adanya kemajuan Jumlah kejahatan yang terjadi di perbatasan wilayah
teknologi, sistem telekomunikasi, dan transportasi. Indonesia sangat tinggi, bahkan menempati posisi
Beratnya hukuman bagi penyelundup narkotika kedua tertinggi setelah kejahatan konvensional.
dan maraknya modus penyelundupan narkotika Pada tahun 2017 tercatat terjadi 44.194 kasus
yang melibatkan warga asing berdampak pada kejahatan transnasional, namun jumlah kasus yang
hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara diselesaikan hanya sebanyak 27.027 kasus (sekitar

Gambar 8.6 Wilayah Perbatasan dan Jenis Tindak Pidana


Selat Malaka Sabah & Nunukan
Narkoba Terorisme
Perdagangan Narkoba
Penyelundupan Kep. Natuna Penyelundupan Kawasan Papua
Kep. Sangihe Penyelundupan
Manusia Narkoba Manusia Terorisme
Penyelundupan Narkoba
Penyelundupan Penyelundupan
Hewan Senjata Barang Ilegal
Penyelundupan
Senjata
Penyelundupan
Manusia

Perairan Selatan Jalur Darat Serawak-Kalbar


Indonesia Penyelundupan Kayu Ilegal
Penyelundupan Penyelundupan Barang Kawasan NTT
Manusia Ilegal Penyelundupan
Narkoba Manusia
Sumber, UNODC dan Bareskrim Polri, 2018

224 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Rendahnya Rasa Aman di Lingkungan
61 persen). Beberapa tindak kejahatan tersebut
Masyarakat
antara lain adalah penyelundupan narkotika,
penyelundupan barang, penyelundupan SDA dan Jumlah kejadian kejahatan terhadap nyawa, fisik,
Hayati, perdagangan manusia lintas batas, dan kesusilaan, dan perdagangan manusia rata-rata
penyelundupan manusia lintas batas. masih tinggi di Indonesia. Kejahatan yang paling
Kondisi geografis yang luas menyebabkan sering terjadi adalah terhadap fisik atau kekerasan.
Indonesia memiliki banyak pintu masuk baik legal Kejahatan terhadap fisik atau kekerasan dapat
maupun ilegal. menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik dan
mental sekaligus. Oleh karena itu, bagi korban
Ancaman lainnya yang juga datang adalah konflik kekerasan memerlukan penanganan khusus seperti
di negara lain yang memaksa terjadinya migrasi rehabilitasi.
yang melewati wilayah Indonesia. Banyaknya
konflik yang belum mereda di Timur Tengah dan Kejahatan terhadap perempuan dan anak menjadi
Afrika Utara membuat beberapa migran tersebut perhatian di tiap negara, dan menjadi komitmen
memasuki wilayah Indonesia menggunakan jalur global dalam target sasaran SDGs.
ilegal. Beberapa dari migran tersebut menggunakan
Indonesia sebagai negara transit, yang berujung Berdasarkan data WHO, jumlah korban kejahatan
menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan perempuan dan anak di Asia Tenggara adalah
perlindungan suaka. Hal ini bertentangan dengan yang tertinggi di dunia. Data Susenas menunjukkan
posisi Indonesia yang tidak meratifikasi Konvensi bahwa korban kejahatan pada anak meningkat
dan Protokol PBB (UNHCR) Mengenai Status sebesar 0,63 persen dari semula 6,05 persen di
Pengungsi. tahun 2015 menjadi 6,68 persen di tahun 2016.

Tabel 8.1. Jumlah Kejadian Kejahatan terhadap Nyawa, Fisik, Kesusilaan, dan Perdagangan Manusia
Tahun 2014-2016
Tahun
Jenis Kejahatan
2014 2015 2016
Kejahatan terhadap nyawa
1.277 1.491 1.292
(pembunuhan)*

Kejahatan terhadap fisik atau


46.366 47.128 46.767
kekerasan*

Kejahatan terhadap kesusilaan


5.499 5.051 5.247
(pemerkosaan dan pencabulan)*

Kejahatan Perdagangan Orang


135 107 94
(Human Trafficking)**

Sumber:
(*) Statistik Kriminal Indonesia BPS, 2017
(**) Bareskrim Mabes Polri (2018)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 225


Selain tindakan kekerasan, perempuan dan anak perompakan, penyelundupan, dan pembuangan
juga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan limbah atau minyak kapal.
Orang (TPPO). Hal tersebut menunjukkan bahwa
eksploitasi terhadap manusia tidak mengenal jenis Pada tahun 2017 kasus atau tindak pidana
kelamin dan batasan umur. pelanggaran penangkapan ikan atau perikanan
merupakan tindak pidana yang paling dominan
Tingginya Angka Kejahatan dan terjadi di perairan Indonesia hingga menyebabkan
Pelanggaran Hukum di Laut kerugian negara sebesar lebih dari Rp 260 miliar.
Perkembangan ekonomi dunia menuntut Dua kegiatan utama yang menyumbang kerusakan
pengiriman barang dan jasa yang lebih banyak ekosistem adalah IUU fishing dan pembuangan
kepada produsen dan konsumen di wilayah sampah atau limbah ke laut. Dalam kegiatan IUU
yang berbeda. UNCTAD (2017) mencatat bahwa fishing seringkali ditemukan pelanggaran dalam
jumlah muatan yang diantarkan menggunakan pengambilan ikan yang tidak memperhatikan unsur
jalur transportasi laut semakin meningkat setiap keberlanjutan seperti overfishing dan penggunaan
tahunnya. Selama tahun 2017, jumlah kapal yang alat terlarang seperti pukat, bom atau racun.
melintas di Selat Malaka sebanyak 180.322 kapal Pembuangan sampah atau limbah ke laut sering
dan di dalam perairan Indonesia sebanyak 7.218 terjadi di daerah yang mempunyai kepadatan lalu
kapal. Banyaknya kapal yang melintas tersebut lintas pelayaran dan pabrik-pabrik pengolahan.
berpotensi menjadi objek tindak kejahatan seperti Kedua tindakan tersebut merusak ekosistem yang

Gambar 8.7. Peta Kerawanan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018

226 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dalam jangka panjang dapat mengurangi stok Saat ini penyebaran paham ideologi berbasis
sumber daya laut. kekerasan dan perekrutan gencar dilakukan melalui
media sosial dan pesan instan. Sedangkan lima
Secara umum, perairan Indonesia masih belum alat propaganda yang diidentifikasi paling sering
aman atas ancaman perompakan bersenjata atau digunakan di media sosial yaitu melalui video,
perompakan. Pada tahun 2017 jumlah perompakan forum diskusi (chat rooms), situs web (websites),
di wilayah laut Indonesia sebanyak 43 kejadian gambar (images), dan tautan web, retweets, likes
atau paling tinggi apabila dibandingkan dengan dan hashtags. Pada bulan Juli 2014, melalui media
Malaysia (7 kejadian), Filipina (22 kejadian), dan daring, ISIS meluncurkan video propaganda di
Singapura (4 kejadian). Indonesia yang mengajak umat muslim Indonesia
untuk memberikan kontribusi sumbangan baik fisik
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya ataupun keuangan untuk ISIS. Video propaganda
perompakan kapal menjadi topik yang harus tersebut diunggah, dibagikan, dan tersebar melalui
diperhatikan. Hal ini juga seiring dengan peningkatan media sosial dan pesan instan.
konektivitas maritim di wilayah Indonesia yang
menyebabkan lalu lintas kapal semakin padat. Lalu Menurut perkembangannya, penyebaran paham
lintas yang padat cenderung akan menarik palaku radikal telah menyasar kelompok anak-anak dan
perompakan untuk melakukan tindak kejahatan. perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh sekitar 40
perempuan dan 100 anak Indonesia dibawah umur
Selain itu, tindak pidana terkait sumber daya alam 15 tahun telah menyebrang ke Suriah. Peran utama
juga masih tinggi. Pada tahun 2015 terdapat 60 perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia
kapal ikan yang beroperasi tanpa ijin di indonesia, antara lain membangun aliansi melalui perkawinan,
meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 10 mencetak generasi radikal masa depan,
kapal. Sementara itu, jumlah kapal penangkap menyiapkan anak menjadi generasi radikal melalui
ikan tanpa dokumen yang lengkap di Indonesia home schooling, menanamkan paham radikal pada
dilaporkan sebanyak 31 kapal di tahun 2015. anggota keluarga, mengelola forum percakapan
meningkat dari tahun sebelumnya hanya berjumlah dan pesan daring untuk perekrutan dan pernikahan,
4 kapal. Hal yang menjadi masalah utama dalam mengumpulkan dan mengelola dana baik untuk
pengamanan wilayah laut adalah isu kelembagaan aksi terorisme atau dukungan bagi keluarga teroris,
dan regulasi yang belum optimal mengatur terlibat langsung sebagai kombatan, serta sebagai
tentang tugas dan fungsi kewenangan pemangku kurir atau perbantuan logistik.
kepentingan terkait keamanan laut.
Selain itu, penyebaran paham radikal juga terjadi
Sarana Penyebaran Paham Radikal di dalam lapas dan rumah tahanan. Penyebaran
Semakin Beragam paham radikal di dalam lapas dan rumah tahanan
Secara umum peringkat dan skor Indonesia dalam terjadi karena sistem manajeman lapas dan rumah
Global Terrorism Index (GTI) tahun 2014-2017 terus tahanan yang belum optimal. Hal ini diperparah
membaik seiring dengan upaya pemerintah untuk dengan kondisi lapas dan rumah tahanan yang
mencegah dan menanggulangi terorisme, dari melebihi kapasitas dan tidak adanya pemisahan
yang semula dinilai sebagai negara rawan menjadi antara narapidana terorisme dengan narapidana
kategori sedang yang terdampak aksi terorisme. lainnya.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 227


Sasaran, Target, dan Indikator
Konsolidasi Demokrasi

Terbentuknya lembaga Menguatnya Wawasan


demokrasi yang efektif Kebangsaan

Meningkatnya Skor IDI Aspek Lembaga Indeks Aktualisasi Pancasila


Demokrasi Pemantapan kurikulum
Peningkatan diskursus
Peningkatan kapasitas ASN
Integrasi program Wawasan Kebangsaan

Terpenuhinya hak-hak Terwujudnya komunikasi


VOTE
politik dan terjaminnya publik yang efektif, integratif
kebebasan sipil dan partisipatif

Pemenuhan hak politik dan jaminan Penguatan Tata Kelola Komunikasi dan
kebebasan sipil: Informasi Publik
Skor IDI Aspek Hak Hak Politik Peningkatan kualitas konten
Skor IDI Aspek Kebebasan Sipil Peningkatan Kualitas SDM Bidang
Indeks Kerawanan Pemilu Komunikasi dan Informatika

Terwujudnya demokrasi yang terkonsolidasi,


terpeliharanya kebebasan sipil yang tinggi, diimbangi
menguatnya kinerja lembaga-lembaga demokrasi dan
terjaganya hak-hak politik warga secara optimal

Skor IDI sebesar 78,37

228 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Sasaran pembangunan bidang aparatur mengacu reformasi kelembagaan birokrasi melalui ASN
kepada arah pembangunan bidang aparatur profesional, berintegritas, dan netral; manajemen
negara dalam RPJPN 2005-2025 tahap ke-IV yaitu kinerja yang handal, efektif dan akuntabel; organisasi
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih, dan proses bisnis birokrasi yang responsif dan
dan berwibawa yang berdasarkan hukum serta adaptif; serta pelayanan publik yang berkualitas
birokrasi yang profesional dan netral dalam bentuk dan inovatif

Target Program Prioritas Reformasi Kelembagaan Birokrasi


(Prosentase Indeks RB Komposit K/L:85%; Prov:85%; Kab/Kota:75%)

Terwujudnya Terwujudnya
ASN profesional, pelayanan publik
berintegritas, dan yang berkualitas dan
netral inovatif

• Indeks Sistem Merit: 80% • Indeks Pelayanan Publik: rata-


kategori baik rata 3,25
• Indeks Profesionalitas ASN • Indeks Persepsi Maladministrasi
• K/L : 85 rendah
• Provinsi : 85
• Kabupaten/Kota : 75

Terwujudnya Terwujudnya
manajemen akuntabilitas
institusi pemerintah keuangan dan
berstandar kinerja
internasional
• Instansi • Instansi
• Meningkatnya kualitas
Pemerintah yang Pemerintah
manajemen institusi pemerintah
mendapatkan dengan Skor “B”
Opini WTP: atas SAKIP:
• K/L: 97% • K/L: 100%
• Provinsi : 97% • Provinsi : 90%
• Kabupaten : 85% • Kab/Kota : 80%
• Kota : 90%

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 229


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Terjaganya integritas Menguatnya


wilayah NKRI dan kerjasama
Perlindungan WNI di pembangunan
luar negeri internasional

• Persentase kemajuan • Jumlah program/kegiatan kerja


sama Selatan-selatan dan Triangular
perundingan perbatasan (100%)
(KSST)
• Indeks Pelayanan dan • Jumlah pendanaan kegiatan
Perlindungan WNI/BHI (84.2) kerjasama pembangunan
internasional termasuk KSST
• Persentase program kerjasama
pembangunan internasional yang
mendukung perdagangan dan
investasi

Meningkatnya citra Meningkatnya peran


positif Indonesia di Indonesia di Tingkat
dunia internasional Regional dan Global

• Indeks citra Indonesia di dunia • Indeks pengaruh dan


internasional (4) peran Indonesia di dunia
internasional (95)

230 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sistem Hukum Nasional yang Mantap

Terwujudnya Terwujudnya sistem


regulasi yang anti korupsi yang
berkualitas optimal

Menurunnya persentase Meningkatnya skor Indeks Perilaku


permohonan judicial review yang Anti Korupsi
dikabulkan oleh MK dan MA

Terwujudnya sistem Terwujudnya


peradilan yang Pemenuhan akses
efektif, transparan terhadap keadilan
dan akuntabel

• Meningkatnya peringkat EoDB Meningkatnya indeks akses terhadap


Indonesia untuk aspek penegakan keadilan
kontrak, penyelesaian kepailitan,
dan mendapatkan kredit
• Menurunnya persentase residivis

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 231


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional
Indeks Kekuatan Militer (0,15)
Crime rate (127 orang / 100.000 penduduk)

• Persentase Penurunan
Pelanggaran di
Perbatasan (10,08%)
• Jumlah kejadian
terorisme (menurun)

• Menurunnya
pelanggaran di
perbatasan
• Menurunnya jumlah
• Pemenuhan MEF (≥100%)
kejadian terorisme
• Kontribusi Industri
Pertahanan (>=50%)

• Terpenuhinya kekuatan
pokok Minimum
Essential Force (MEF) dan
meningkatnya kontribusi
• Jumlah Kejahatan di industri pertahanan dalam
Laut yang diselesaikan penyediaan Alpalhankam
(90 kasus)

• Mewujudkan keamanan
laut yang terbebas dari • Laju Prevalensi
kejahatan tradisional Penyalahgunaan Narkoba
dan transnasional (1,7%)
• Clearance Rate (≥ 60%)
• Response Time (16 menit)

• Terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat
dan meningkatnya pelayanan
keamanan
• Skor Global Cyber
Security Index (0.85)

• Menguatnya ketahanan
masyarakat terhadap
serangan siber
• Menguatnya tata kelola
pemangku kepentingan
terkait siber

232 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi:
Konsolidasi Demokrasi

Penataaan Lembaga Demokrasi


1. Menyusun skema bantuan keuangan partai
politik.
2. Mendorong demokrasi internal parpol
3. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas
parpol
4. Memperkuat penyelenggara Pemilu.
5. Menyempurnakan UU Bidang Politik.

Penguatan Hak-Hak Politik dan Kebebasan


Sipil
1. Melakukan Pendidikan Politik dan
Pemilih secara Konsisten;
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas
Peningkatan Kualitas Informasi Publik organisasi masyarakat sipil;
1. Menguatkan dan mengintegrasikan tata 3. Mendorong penyelenggaraan
kelola informasi dan komunikasi publik di kepemiluan yang baik.
K/L/D;
2. Menguatkan media-media lokal dan
alternatif sebagai sumber informasi
masyarakat;
3. Menyediakan konten informasi publik
yang berkualitas, merata, dan berkeadilan,
terutama di wilayah 3T;
4. Meningkatkan kualitas SDM Bidang
Komunikasi dan Informatika; Penguatan Wawasan Kebangsaan
5. Meningkatkan akses komunikasi publik; 1. Mengarustamakan Pancasila dalam
6. Meningkatkan literasi media; kebijakan program pembangunan
7. Standardisasi lembaga pers dan jurnalis; 2. Merevitalisasi pusat pendidikan
8. Meningkatkan kualitas isi atau program kebangsaan dan bela negara
siaran. 3. Meningkatkan kapasitas ASN berbasis
Pancasila
4. Menyusun dan melaksanakan Rencana
Aksi Tim Terpadu tingkat Nasional dan
Daerah
5. Memantapkan dan mengembangkan
sistem deteksi dini
6. Memantapkan program Revolusi Mental
(Gerakan Indonesia Bersatu)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 233


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Memperkuat integritas wilayah NKRI dan


perlindungan WNI di luar negeri
1. Peningkatan dan intensifikasi efektivitas
penyelesaian perbatasan salah satunya Memperkuat Kerjasama Pembangunan
melalui percepatan proses pemetaan batas Internasional:
negara 1. Peningkatan penggunaan sumber-
2. Pembangunan norma dan hukum sumber dan mekanisme pendanaan
internasional dalam melindungi kedaulatan baru
Indonesia 2. Penciptaan lingkungan yang
3. Peningkatan kerja sama internasional mendukung peningkatan partisipasi
dalam pencegahan dan penanganan swasta dalam kerjasama pembangunan
kejahatan trans-nasional internasional
4. Penguatan pelayanan dan perlindungan 3. Penguatan KSST untuk mendukung
WNI dan BHI di tingkat bilateral, regional, perdagangan dan investasi
dan multilateral 4. Pembentukan lembaga pemberi
5. Penguatan peran-serta aktor non- bantuan dan kerjasama pembangunan
pemerintah internasional

Meningkatkan Peran Indonesia di Tingkat


Meningkatkan Citra Positif Indonesia Di Dunia Regional dan Global:
Internasional: 1. Peningkatan Inisiasi/ Posisi Indonesia
1. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik yang diterima di Tingkat Regional dan
Indonesia Global
2. Peningkatan Peran-Serta Aktor Non- 2. Peningkatan Peran Aktif Indonesia
Pemerintah dalam Diplomasi Publik yang dalam Perdamaian Dunia
Inklusif 3. Peningkatan Koordinasi di dalam
Negeri Untuk Melaksanakan Komitmen
Internasional
4. Penataan Peran, Struktur dan Fungsi K/L
dalam Melaksanakan Kebijakan Luar
Negeri Indonesia

234 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sistem Hukum Nasional yang Mantap
Pencapaian sasaran pokok pembangunan bidang hukum ke depan dilaksanakan melalui arah kebijakan
dan strategi sebagai berikut:

Penataan Perbaikan
Regulasi Sistem
Peradilan

Penguatan tata Optimalisasi Sistem


kelola regulasi Perdata
Pembaruan Keadilan Restoratif
Substansi hukum Dukungan TI di bidang
Hukum & Peradilan

Optimalisasi Peningkatan
Upaya Anti Akses Terhadap
Korupsi Keadilan

Penguatan Sistem Pemberdayaan


Anti Korupsi hukum Masyarakat
Penguatan Akses
Layanan Keadilan

1. Penataan regulasi akan diwujudkan melalui


strategi:

a. Penguatan tata kelola peraturan b. Pembaruan substansi hukum, melalui


perundang-undangan, melalui penguatan perubahan KUHP, KUHAP, KUHAPer,
institusi dalam proses pembentukan regulasi terkait badan usaha, jaminan
peraturan perundang-undangan, fidusia, dan kepailitan.
pelembagaan evaluasi regulasi ke dalam
siklus penyusunan peraturan perundang-
undangan; optimalisasi partisipasi publik;
dan dukungan database regulasi berbasis
teknologi informasi.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 235


2. Perbaikan sistem peradilan akan diwujudkan 3. Penguatan sistem anti korupsi akan diwujudkan
melalui strategi: melalui strategi:

a. Optimalisasi sistem perdata, melalui a. Penguatan upaya anti korupsi, melalui


penyusunan regulasi yang mendukung upaya untuk meminimalisir praktik suap
kemudahan berusaha, penguatan di aparatur sipil negara, masyarakat, dan
sistem berbasis TI dalam penyelesaian swasta, serta optimalisasi mekanisme
sengketa, dan penguatan kelembagaan pemulihan dan pengelolaan aset dalam
yang berbasis TI dalam penyelesaian sistem peradilan secara menyeluruh
sengketa, dan penguatan kelembagaan
yang mendukung pelaksanaan eksekusi
putusan pengadilan. 4. Peningkatan akses terhadap keadilan akan
diwujudkan melalui strategi:
b. Penerapan Keadilan Restoratif, melalui a. Penguatan akses layanan keadilan bagi
optimalisasi penggunaan regulasi yang seluruh kelompok masyarakat dalam bentuk
tersedia dalam peraturan perundang- peningkatan ketersediaan dan pelayanan
undangan yang mendukung Keadilan bantuan hukum yang berkualitas,
Restoratif, optimalisasi peran lembaga peningkatan ketersediaan mekanisme
adat dan lembaga yang terkait dengan formal dan informal yang berkualitas,
alternatif penyelesaian sengketa, termasuk serta perluasan keterjangkauan layanan
mengedepankan upaya pemberian keadilan.
rehabilitasi, kompensasi, dan restitusi bagi
korban, termasuk korban pelanggaran hak b. Pemberdayaan hukum masyarakat
asasi manusia. dalam bentuk peningkatan kemampuan
masyarakat dalam memahami hukum dan
c. Dukungan TI di bidang hukum dan mengakses keadilan, serta membangun
peradilan, melalui penyediaan, pengelolaan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif
serta berbagi pakai data antar penegak menggunakan mekanisme dan layanan
hukum, termasuk di dalamnya penguatan dari dan untuk masyarakat dalam upaya
pengelolaan database di internal lembaga memperoleh kepastian hukum.
penegak hukum.

236 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

“Terwujudnya Kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

dan Proses Bisnis


Kelembagaan

Akuntabilitas

Pengawasan
Kinerja dan
Aparatur Sipil

Organisasi
Negara

SISTEM PEMERINTAHAN BEBASIS ELEKTRONIK


DIVERSITY AND DYNAMIC GOVERNANCE

1. Terwujudnya ASN yang profesional, kapasitas pengawasan dan evaluasi


berintegritas dan netral, melalui arah kebijakan penerapan sistem merit;
memperkuat implementasi manajemen ASN
berbasis merit dengan strategi: b. Penguatan kebijakan kesejahteraaan ASN
a. Penerapan manajemen talenta nasional dalam bentuk kebijakan insentif untuk
ASN, dalam bentuk penguatan ASN di daerah 3T, tingkat risiko pekerjaan
perencanaan kebutuhan ASN sesuai tinggi, dan bertalenta (high performance),
prioritas pembangunan nasional, serta kebijakan golden handshake untuk
pengembangan pola karir nasional, penataan PNS.
pelaksanaan talent pool JPT nasional,
implementasi Human Capital Development 2. Terwujudnya manajemen institusi pemerintah
Plan (HCDP) dan Critical Occupation yang berstandar internasional, melalui arah
List (COL) Nasional, serta penguatan kebijakan penataan lembaga dan proses bisnis

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 237


organisasi pemerintah berbasis pada prioritas c. Pengembangan sistem manajemen kinerja
pembangunan nasional, dengan strategi: kelembagaan yang efektif dan handal,
a. Penguatan manajemen institusi melalui penguatan sistem akuntabilitas
pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja instansi pemerintah;
sasaran pembangunan nasional, dalam
bentuk penerapan standar internasional d. Penguatan implementasi Reformasi
dalam mutu layanan publik, manajemen Birokrasi instansional, melalui kebijakan
SDM, tata kelola pemanfaatan TIK untuk Road Map RB Tahun 2020-2024 serta
mendukung proses bisnis organisasi, perluasan dan peningkatan kualitas
serta peningkatan kualitas manajemen pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
kearsipan; daerah.

b. Penataan mekanisme ketatahubungan 4. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas


antarinstansi pemerintah (antarinstansi dan inovatif, dengan arah kebijakan memperluas
pusat, pusat-daerah, daerah-daerah) dan penerapan inovasi dalam pelayanan publik,
intra-institusi pemerintah, dalam bentuk melalui strategi:
pemetaaan mekanisme ketatahubungan a. Pemanfaatan TIK dalam pelayanan publik,
antarintansi pemerintah (Institutional dalam bentuk penguatan penerapan
Mapping) dan penyusunan SOP strategis e-services dan Sistem Informasi Pelayanan
perdimensi pembangunan; Publik;

c. Penerapan SPBE secara terintegrasi b. Penguatan pengawasan kinerja pelayanan


melalui pemanfaatan infrastruktur, proses publik, dalam bentuk integrasi pengaduan
bisnis, data dan informasi, aplikasi, dan masyarakat, perluasan partisipasi
layanan SPBE secara terpadu. masyarakat dalam pengawasan pelayanan
publik, dan pendampingan penerapan
3. Terwujudnya akuntabilitas keuangan dan kinerja standar pelayanan publik untuk daerah
melalui arah kebijakan penguatan akuntabilitas 3T;
kinerja dan pengawasan dengan strategi:
a. Perluasan implementasi sistem integritas, c. Perluasan inovasi pelayanan publik, dalam
melalui penerapan zona integritas menuju bentuk inovasi pelayanan publik yang
WBK/WBBM dan pegembangan dan direplikasi dan akselerasi model/desain
implementasi sistem integritas ASN; inovasi pelayanan publik;

b. Penguatan akuntabilitas pengelolaan d. Penguatan pelayanan terpadu, dalam


keuangan negara, melalui penyempurnaan bentuk integrasi pelayanan.
kebijakan dan implementasi manajemen
risiko, penguatan implementasi SPIP
dan sistem pengadaan barang/jasa
pemerintah;

238 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional

Stabilitas Keamanan Nasional ditandai dengan 4. Peningkatan Keamanan Personal dan


terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Ketertiban Masyarakat yang ditandai dengan
Republik Indonesia, diseganinya kekuatan menurunnya Angka Prevalensi Penyalahgunaan
pertahanan di kawasan, serta meningkatnya rasa Narkotika, membaiknya Indeks WHO QoL
aman. Hal tersebut dicapai melalui: (Indeks Kualitas Hidup), meningkatnya
1. Penguatan Keamanan Dalam Negeri yang clearence rate, meningkatnya respons time,
ditandai dengan menurunnya pelanggaran membaiknya indeks kepuasan layanan
di wilayah perbatasan dan penurunan jumlah kepolisian dan membaiknya indeks kepuasan
kejadian terorisme. Hal ini diwujudkan dengan layanan rehabilitasi. Hal ini diwujudkan dengan
1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan 1) Pemberantasan Narkotika dan Prekursor
Penanganan VEOs dan Terorisme; 2) Narkotika; 2) Peningkatan Akses Rehabilitasi
Peningkatan Penanganan VEOs dan Terorisme; Berbasis Masyarakat; 3) Peningkatan
dan 3) Penguatan Pertahanan dan Keamanan di Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika
Perbatasan dan Pulau Terluar. Berbasis Kekeluargaan dan Keagamaan; 4)
Penanganan Kasus Kejahatan Perempuan,
2. Penguatan Kemampuan Pertahanan yang Anak, dan TPPO; dan 5) Peningkatan Kualitas
ditandai dengan terpenuhinya kekuatan Layanan Kepolisian.
pokok minimum atau Minimum Essential Force
(MEF) dan meningkatnya kontribusi industri 5. Penguatan Keamanan dan Ketahanan Siber
pertahanan dalam penyediaan alpalhankam. yang ditandai dengan meningkatnya skor
Hal ini diwujudkan dengan 1) Pembangunan Indonesia dalam Global Cybersecurity Index.
Kekuatan Pertahanan dan 2) Penguatan Industri Hal ini diwujudkan dengan 1) Pembangunan
Pertahanan. dan Penguatan CERT (Computer Emergency
Response Team); 2) Penguatan pengamanan
3. Penguatan Keamanan Laut yang ditandai Infrastruktur Siber; 3) Penyelesaian Kejahatan
dengan meingkatnya kecepatan relay time Siber, 4) Penguatan Kapasitas SDM seluruh
dari sistem peringatan dini keamanan laut pemangku kepentingan, dan 5) Peningkatan
yang terpadu kepada pemangku kepentingan Kerjasama Internasional Bidang Siber.
keamanan laut, response time dari kehadiran
aparat di lokasi yang dilaporkan, dan penurunan
angka kejahatan di laut. Hal ini diwujudkan
dengan 1) Pembangunan Sistem Peringatan
Dini Keamanan Laut yang terpadu dan Sistem
Penginderaan; 2) Pelaksanaan Operasi
Keamanan Laut; 3) Pelaksanaan Operasi Udara;
dan 4) Penyelesaian Kasus Keamanan Laut.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 239


KAIDAH PELAKSANAAN
Kerangka Regulasi

9
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Pendanaan
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Kerangka Regulasi

Kerangka Regulasi (KR) adalah perencanaan Gambar 9.1 Peran Regulasi Dalam Pembangunan

01
pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara Negara dalam Memberikan kemudahan bagi
aktivitas masyarakat dan mengurangi
rangka mencapai tujuan bernegara. Kerangka beban masyarakat
Regulasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor

02
17 Tahun 2017 merupakan salah satu delivery
mechanism dalam melaksanakan perencanaan
pembangunan selain kerangka pendaanaan dan Mendorong potensi kreatif warga
kerangka kelembagaan. negara lebih mudah dilaksanakan

Proses penyusunan, penetapan hingga

03
pelaksanaan regulasi akan menimbulkan
dampak biaya. Kualitas regulasi yang buruk Mendorong efektivitas dan efisiensi
akan berdampak pada biaya yang lebih besar penyelenggaraan negara dan
dan masyarakat yang akan menanggung beban pembangunan
tersebut. Analisis biaya dan manfaat sebelum

04
penyusunan sebuah regulasi menjadi hal
yang sangat penting untuk dilakukan termasuk
Memiliki nilai tambah atau
pemilihan alternatif kebijakan di luar penyusunan insentif bagi pelaku usaha untuk
regulasi. Dalam hal ini, regulasi merupakan mendukung sasaran
pilihan tindakan terakhir setelah semua tindakan
yang bersifat non-regulasi (kebijakan lain) tidak Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
memungkinkan untuk diimplementasikan.

242 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.2 Alur Pikir Sinergi Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan Regulasi

Pengkajian Evaluasi Undang-Undang

Penelitian 3a Apabila hasil analisis merekomendasikan


Pembahasan
(analisis dan manfaat/CBA) pada perlunya revisi/ pembentukan/
pencabutan undang-undang

Naskah
Alternatif Kebijakan Akademik RUU

Apabila hasil analisis merekomendasikan pada tingkat


Non-Regulatory Policy: 3b peraturan pelaksanaan
Apabila hasil analisis
1. Revisi/pembentukan/pencabutan PP ke bawah
merekomendasikan tindakan
2. Penetapan kebijakan untuk mendukung
yang tidak bersifat pengaturan 3c undang-undang dan peraturan pelaksanaannya

PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang
sudah ada dan/atau terkait

PENELITIAN meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
letersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, SDM pelaksana, dll

Gambar alur pikir diatas merupakan pedoman • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
dalam proses perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
pembentukan peraturan perundang-undangan untuk dilanjutkan dengan Proses penyusunan
(baca: regulasi) bagi setiap perumus kebijakan Naskah Akademik.
dan pembentuk regulasi. Proses evaluasi menjadi • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
titik krusial dalam perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada regulasi di
pembentukan regulasi yang selanjutnya diikuti bawah Undang-undang (peraturan pelaksana
dengan kajian awal mengenai urgensi kebutuhan Undang-undang).
suatu KR dan/atau arah KR. Kajian awal meliputi: • Non-regulatory policy (kebijakan diluar
(1) menemukenali permasalahan mendasar; (2) peraturan): apabila hasil analisis
penetapan tujuan/sasaran; dan (3) identifikasi merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat
regulasi yang sudah ada dan/atau terkait untuk pengaturan.
kemudian ditindaklanjuti dengan Penelitian yang
meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil Alur pikir ini menekankan pada pentingnya proses
pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat evaluasi yang secara tidak langsung dapat
(Cost and Benefit Analysis/CBA) dan/atau analisis memantau keberlakuan dan efektifitas suatu regulasi,
terhadap regulasi yang ada. Hasil penelitian dapat sehingga hasil evaluasi suatu kebijakan dan regulasi
berupa: tidak hanya fokus pada aspek legal formal tetapi

Kaidah Pelaksanaan 243


Gambar 9.3 Jumlah Peraturan Perundang-undangan
juga dapat menyentuh aspek substansi (ekonomi, yang disahkan Tahun 2014-2018
sosial, lingkungan dan sebagainya). Selain itu,
proses evaluasi memberikan umpan balik terhadap 900

aspek kelembagaan dalam perencanaan dan 800 766


pembentukan regulasi yang memang memerlukan 700
pembenahan secara mendasar baik secara fungsi
600
maupun pendekatan.
500 472

Sejak tahun 2014-2018 kuantitas peraturan 400

perundang-undangan mengalami tren fluktuatif 300

sebagaimana digambarkan pada grafik rekapitulasi 200


196 173
124
142 138
produk peraturan diatas. Meski demikian potensi
135 107
104 100
100 42 66 60
tumpang tindih tetap ada sehingga upaya sinergi
14 20 18 13
2 1 1 2 0 6
0
kebijakan perlu terus dilakukan dalam rangka 2014 2015 2016 2017 2018 Total

meningkatkan kualitas regulasi. Pendekatan a Undang-Undang Perpu PP Perpres

whole government approach dalam penyusunan


regulasi penting dilakukan mengingat proses Sumber : peraturan.go.id, diolah Kementerian PPN/Bappenas 2019

pembentukannya yang hampir selalu lintas sektor.


sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024.
Untuk memastikan sinergi antara kebijakan dan Setiap Kerangka Regulasi yang tercantum dalam
regulasi, setiap kebijakan yang menjadi prioritas RPJMN 2020-2024, akan menjadi bahan masukan
pembangunan nasional harus didukung dengan bagi penyusunan Program Legislasi Nasional
regulasi yang sejalan dengan perencanaan (Prolegnas) Pemerintah 2020-2024.

Gambar 9.4 Urgensi dan Landasan Hukum Integrasi Kerangka Regulasi dalam RPJMN 2020-2024
Sinergi proses perencanaan pembentukan regulasi dalam
rangka memfasilitaasi, mendorong, dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional
UU 25/2004 - SPPN Meningkatkan efisiensi
pengalokasian anggaran
untuk keperluan
UU 17/2007 pembentukan regulasi

UU 12/2011
tentang
pembentukan peraturan
perundang-undangan

PP 17/2017 - SP4N Mengarahkan proses Meningkatkan kualitas


perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
regulasi sesuai kebutuhan mendukung pencapaian
pembangunan prioritas pembangunan

Instrumen simplifikasi regulasi


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
Cost and Benefit analysis dan regulatory impact assesment

244 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.5 Prinsip – Prinsip Kerangka Regulasi yang Menjadi Koridor Penyusunan

Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan
masyarakat dan dan manfaat (CBA) pembentukan kepentingan
pembangunan
aparatur regulasi
nasional dan
Visi-Misi Presiden

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2019

Dalam rangka memastikan dukungan kerangka Kebijakan terkait Kerangka Regulasi dalam rangka
regulasi yang baik pada pelaksanaan RPJMN 2020- mendukung pencapaian pembangunan nasional
2024 perlu dilakukan melalui beberapa batu uji juga perlu ditempuh melalui upaya simplifikasi
sebagai kriteria. Adapun batu uji tersebut meliputi: regulasi (pemangkasan, penyerderhanaan,
(a) aspek legalitas, (b) aspek kebutuhan dan (c) deregulasi). Upaya simplifikasi terus didorong oleh
aspek kemanfaatan (memberi manfaat yang besar berbagai intansi dengan koordinasi ditingkat pusat
dan tidak menimbulkan beban yang berlebihan). maupun daerah.
Adapun aspek tersebut diturunkan kedalam
beberapa sub kriteria aspek sebagai berikut.

Gambar 9.6 Batu Uji Pengusulan Kerangka Regulasi (KR)

Aspek Berdasarkan Beban yang


Legalitas Kebutuhan Ditimbulkan

1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018

Kaidah Pelaksanaan 245


Permasalahan dalam sinkronisasi antara kebijakan mekanisme, sistem, dan peningkatan kapasitas
dan regulasi yang ada dan/atau regulasi yang perumus kebijakan dan pembentuk regulasi, akan
akan dibentuk perlu di atasi sejak tahap awal menimbulkan siklus permasalahan yang sama. Selain
perencanaan melalui pendekatan perencanaan itu, penataan kelembagaan perumusan kebijakan
penganggaran berbasis money follow program dan regulasi merupakan hal yang perlu didorong
dan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS). Pemerintah dalam rangka menginternalisasikan
Hal ini merupakan bagian penting langkah-langkah dan mengkonsolidasikan penerapan aspek analisis
percepatan pelaksanaan pencapaian sasaran dampak biaya dan manfaat, partisipasi masyarakat
RPJMN 2020-2024. dengan pendekatan teknologi informasi, dan
evidence based policy (basis data dalam perumusan
Kedepannya peningkatan kualitas regulasi akan kebijakan) sebagai upaya mendukung pencapaian
tetap menjadi perhatian, karena pengurangan prioritas pembangunan nasional.
kuantitas tanpa diikuti dengan perbaikan dari sisi

246 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan (KK) merupakan salah pembangunan. Dengan menekankan nilai structure
satu kaidah pelaksanaan dalam RPJMN 2020 – follow strategy, maka pembentukan organisasi
2024, untuk mendorong efektivitas pelaksanana pemerintah didasarkan pada stategi untuk pencapaian
pembangunan dengan dukungan kelembagaan tujuan pembangunan. Adapun organisasi pemerintah
yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat proses. sesuai dengan peraturan perundangan mencakup:
Dalam konteks delivery mechanism, kelembagaan (a) lembaga negara; (b) kementerian; (c) lembaga
difokuskan pada penataan organisasi pemerintah pemerintah non kementerian; (d) lembaga non
beserta aturan main di dalamnya, baik yang bersifat struktural; (e) pemerintah daerah beserta organisasi
inter maupun antar organisasi, yang berfungsi untuk perangkat daerah; dan (f) lembaga koordinasi
melaksanakan program-program pembangunan. lain seperti badan koordinasi, komite nasional, tim
Adapun fokus kebijakan kerangka kelembagaan nasional dan lain-lain.
dalam RPJMN 2020 – 2024 ditujukan pada organisasi
pemerintah yang mencakup rumusan tugas, fungsi, Dari kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015 - 2019,
kewenangan, peran, dan struktur. telah dilakukan penataan kelembagaan khususnya
Lembaga Non Struktural (LNS). Perkembangan
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran hasil penataan menunjukan bahwa terdapat 13 LNS
dan tepat proses diharapkan akan mendorong yang telah dihapuskan.
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah

Gambar 9.7 Kedudukan Kerangka Kelembagaan dalam Pembangunan

Presiden

Visi & Misi

Program
Pembangunan

Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan Kerangka Pendanaan


(UU, Perpres, Permen, Fungsi dan struktur lembaga tata APBN dan Non APBN
Perka, Perda) kerja inter dan antar lembaga

Kaidah Pelaksanaan 247


Tabel 9.1 Jumlah Lembaga Non Struktural
Adapun urgensi kerangka kelembagaan dalam
Peraturan dokumen perencanaan dimaksudkan untuk:
2015 2016 2017
Perundangan
1. Mengarahkan penataan organisasi pemerintah
Undang-Undang 72 73 73 sejalan dan mendukung pencapaian pembangunan;
2. Mendorong efektivitas kelembagaan melalui
Peraturan Pemerintah 5 5 5 ketepatan struktur organisasi, ketepatan proses
(tata laksana) organisasi, serta pencegahan
Peraturan Presiden/ duplikasi tugas dan fungsi organisasi.
31 29 20
Keputusan Presiden

Jumlah 108 107 98 Pembentukan organisasi/lembaga pemerintah


berdampak pada beberapa aspek termasuk
beban belanja negara, untuk itu inisiatif penataan
Gambar 9.8 Laju Pembubaran Jumlah LNS organisasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
kerangka kelembagaan sebagai berikut:

2015 2016 2017


2 LNS 9 LNS 2 LNS

Gambar 9.9 Prinsip Kerangka Kelembagaan

Sejalan dengan Memperhatikan


Mendukung outcome
kebijakan efisiensi dan efektivitas
pembangunan
Pembangunan nasional anggaran

Sejalan dengan Sejalan dengan mendorong pembatasan


peraturan perkembangan lingkungan pembentukan lembaga
perundangan strategis pembangunan baru

Dilakukan dengan Memperhatikan


Memperhatikan asas pembagian kewenangan/
transparan, partisipatif,
manfaat urusan antara pemerintah
dan akuntabel pusat dan daerah

Mengedepankan
kerjasama multi pihak
yang kolaboratif

248 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Aspek Kelayakan
Untuk memastikan kesesuaian dukungan kerangka
kelembagaan dengan pelaksanaan RPJMN 2020 – • Apakah usulan kerangka kelembagaan tidak
2024, perlu dilakukan beberapa tahapan penilaian tumpang tindih dengan kelembagaan yang ada ?
kelayakan. Adapun tahapan penilaian sebagai • Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
berikut: (a) aspek kesesuaian; (b) aspek urgensi pada efisiensi pelaksanaan pembangunan ?
dan; (c) aspek kelayakan. Adapun penjabaran • Apakah usulan kerangka kelembagaan
ketiga aspek tersebut diturunkan dalam beberapa memperpendek rantai birokrasi dalam pelaksanaan
kebijakan ?
sub kriteria sebagai berikut.
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
Aspek Kesesuaian langsung dan positif terhadap masyarakat ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan seusai dengan • Apakah usulan kerangka kelembagaan realistis
Tujuan/Sasaran pembangunan nasional (RPJMN)? untuk diselesaikan (maksimal 3 tahun pertama
• Apakah usulan kerangka kelembagaan sesuaia RPJMN 2020 - 2024) ?
dengan kebijakan kerangka kelembagaan ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan didukung
dengan kelengkapan dokumen pendukung (hasil
Aspek Urgensi kajian dan cost & benefit analysis)?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
pada pencapaian target pembangunan?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan merupakan
amanat paraturan perundangan?

Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan (bank dan non bank); dan (3) Investor, baik
pemanfaatan sumber-sumber pendanaan perseorangan maupun badan usaha.
pembangunan diperlukan adanya kerangka
pendanaan yang mencakup sumber pendanaan, Sumber-sumber pendanaan tersebut memiliki
arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
pendanaan pembangunan pemanfaatannya perlu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.

Sumber Sumber a) Pajak, merupakan penerimaan negara berasal


Pendanaan dari masyarakat yang diantaranya bersumber
dari pajak penghasilan, pajak pertambahan
nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, pajak
Sumber Pendanaan Pemerintah
perdagangan internasional, dan pajak lainnya.
Pendanaan pemerintah bersumber dari pajak, Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun operasional dan investasi pemerintah.
sumber keuangan lain seperti obligasi, pinjaman dan b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
hibah dari dalam maupun luar negeri yang berasal merupakan penerimaan negara di luar
dari: (1) Lembaga Pembiayaan Pembangunan penerimaan pajak yang antara lain mencakup
Bilateral dan Multilateral; (2) Lembaga Keuangan penerimaan yang berasal dari pemanfaatan

Kaidah Pelaksanaan 249


sumber daya alam, pelayanan yang dilaksanakan Pinjaman Luar Negeri dapat digunakan untuk
pemerintah, pengelolaan kekayaan negara membiayai defisit APBN dan kegiatan prioritas
dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, Kementerian/Lembaga (K/L); mengelola
pengelolaan dana dan hak negara lainnya. portofolio utang; diteruspinjamkan kepada
PNBP digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah Daerah (Pemda) dan BUMN; dan
operasional dan investasi pemerintah. dihibahkan kepada Pemda dengan fokus
c) Hibah, merupakan penerimaan negara dalam pembiayaan pada infrastruktur ekonomi dan
bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, sosial dengan alih teknologi; praktik baik
barang, jasa dan/atau surat berharga yang tidak internasional dan berbagi pengetahuan; proyek
perlu dibayar kembali, yang dapat berasal dari piloting yang dapat dilakukan replikasi dengan
dalam maupun luar negeri. Hibah digunakan pendanaan rupiah; serta memiliki daya ungkit
untuk mendukung program pembangunan yang tinggi.
nasional dan penanggulangan bencana serta e) Pinjaman Dalam Negeri (PDN), adalah setiap
bantuan kemanusiaan pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
d) Pinjaman Luar Negeri (PLN), merupakan pemberi pinjaman dalam negeri yang harus
penerimaan negara yang harus dibayarkan dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
kembali dengan persyaratan tertentu dalam sesuai dengan masa berlakunya. Pinjaman dalam
bentuk utang pemerintah yang diikat oleh suatu negeri utamanya digunakan untuk pengembangan
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat industri dalam negeri dan mendukung pencapaian
berharga negara. Pinjaman luar negeri terdiri sasaran pembangunan nasional;
atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan, yang f) Surat Berharga Negara (SBN), merupakan
bersumber dari kreditor multilateral, kreditor surat berharga berupa pengakuan utang dalam
bilateral, kreditor swasta asing, dan lembaga mata uang Rupiah atau valuta asing yang dijamin
penjamin kredit ekspor. pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara.

250 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penerbitan SBN digunakan untuk membiayai lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
kegiatan operasional dan investasi pemerintah perundang-undangan.
g) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah b) Pendanaan Badan Usaha dalam bentuk
surat berharga negara yang diterbitkan dalam penanaman modal baik dalam negeri maupun
mata uang rupiah maupun valuta asing, yang asing yang berasal dari kekayaan badan usaha
memiliki ciri khas menggunakan prinsip syariah yang bersangkutan maupun yang diperoleh dari
dan memerlukan aset yang dijadikan sebagai pinjaman lembaga keuangan.
jaminan (underlying). SBSN-Project Based c) Pembiayaan Investasi Non Anggaran
Sukuk (SBSN-PBS) pemanfaatannya lebih Pemerintah (PINA) adalah mekanisme fasilitasi
diutamakan untuk pembangunan infrastrukur untuk pendanaan proyek prioritas pembangunan
dan penyediaan sarana pelayanan umum. dengan memanfaatkan dana jangka panjang
yang bersumber dari non-anggaran pemerintah
Sumber Pendanaan Non-Pemerintah dan pelaksanaannya didorong dan difasilitasi
Sumber Pendanaan non-Pemerintah atau swasta oleh pemerintah.
dapat diperoleh dari: Badan Usaha (Swasta dan d) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
BUMN/D) dan masyarakat. (Corporate Social Responsibility - CSR),
merupakan bentuk komitmen perusahaan
Potensi sumber-sumber pendanaan non-pemerintah untuk berkontribusi pada peningkatan kualitas
yang dapat dimanfaatkan beserta karakteristiknya kehidupan komunitas setempat, maupun
diantaranya sebagai berikut: masyarakat pada umumnya. Pendanaan
melalui CSR ini lebih banyak terfokus pada
a) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha pembangunan sarana prasarana sosial,
(KPBU), merupakan kerjasama antara lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
pemerintah dengan badan usaha dalam pemberdayaan masyarakat.
menyediakan sarana dan prasarana layanan e) Filantropi, adalah sebuah aktivitas yang
umum berdasarkan pembagian risiko antara dilakukan oleh sekelompok orang ataupun
pemerintah dan swasta. KPBU dilakukan untuk: (i) yayasan untuk kebaikan (kemaslahatan) publik
menjembatani kesenjangan pembiayaan melalui atau masyarakat dengan semangat kebaikan
investasi swasta,termasuk prakarsa badan usaha bersama melalui dana pribadi maupun
(unsolicited), pada penyediaan sarana dan kelompok yang dihimpun secara sukarela.
prasarana layanan umum; dan (ii) mendapatkan Kegiatan yang dilakukan filantropis dapat
efisiensi sektor swasta dalam penyediaan sarana berupa pembangunan sarana prasarana sosial,
dan prasarana layanan umum. Pengembalian lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
investasi yang dikeluarkan oleh pihak swasta pemberdayaan masyarakat, dan advokasi.
dalam pelaksanaan KPBU dapat berasal dari: f) Dana Keagamaan merupakan dana yang
(i) pembayaran oleh pengguna layanan (User dikumpulkan dari penganut agama tertentu yang
Pay) yang dapat didukung pemerintah melalui berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan
fasilitas Dukungan Kelayakan (Viability Gap pembangunan. Secara umum, dana keagamaan
Fund - VGF) atau dukungan pemerintah melalui terfokus pada proyek/kegiatan/program yang
penyediaan sebagian aset; (ii) pengembalian bersifat sosial dan pengembangan ekonomi
melalui pembayaran secara berkala oleh masyarakat.
Pemerintah berdasarkan prinsip ketersediaan
layanan (Availability Payment); (iii) bentuk-bentuk

Kaidah Pelaksanaan 251


Pengelolaan Pendanaan Implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (medium term expenditure framework)
Pembangunan
dan anggaran berbasis kinerja (performance
based budgeting) dalam perencanaan dan
penganggaran terus dilakukan secara bertahap
I. Pengelolaan Belanja
sesuai kapasitas dan kondisi pelaksanaan.
Pendanaan dari berbagai sumber tersebut dikelola
dengan fokus pada: (a) Pengelolaan Belanja Pusat Langkah pemerintah untuk meningkatkan
dan (b) Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah dan kualitas alokasi pada prioritas harus diawali
Dana Desa. dengan peningkatan kualitas program/kegiatan
dan proyek prioritas pembangunan jangka
a) Pengelolaan Belanja Pusat menengah yang di rencanakan untuk mencapai
Arah Kebijakan pengelolaan belanja pemerintah sasaran pembangunan. Rencana pembangunan
pusat adalah meningkatkan kualitas alokasi tersebut harus fokus serta jelas sasaran yang
pendanaan prioritas pembangunan. Hal ini hendak dituju serta penanggung jawabnya.
menjadi kebijakan dasar perencanaan dan Selanjutnya dilakukan perkuatan pengendalian
penganggaran belanja Kementerian/Lembaga program/kegiatan dan proyek prioritas dan
dan belanja non-Kementerian/Lembaga. perkuatan sinergi pendanaan.
Pengelolaan belanja pemerintah pusat dilakukan
berdasarkan prinsip money follows program Perkuatan pengendalian. Alokasi pada prioritas
dengan pendekatan yang Holistik, Integratif, harus disertai dengan mekanisme pengendalian
Terpadu, dan Spasial (HITS). yang baik sehingga rencana pembangunan

Gambar 9.10 Arah Pengelolaan Belanja Pemerintah

ARAH PENGELOLAAN BELANJA PEMERINTAH

DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT KE DAERAH DAN
DANA DESA

• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas
Pemanfaatan TKDO
• Sinergi Pendanaan • Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDO

252 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang direncanakan dapat dipastikan ketepatan pencapaian prioritas nasional di daerah. Sinergi
pelaksanaannya. Untuk itu pemerintah akan pendanaan juga dilakukan dengan partisipasi
mengendalikan rencana pembangunan dari BUMN maupun masyarakat melalui
hingga tingkat proyek prioritas dimana lokasi mekanisme pendanaan yang ada.
dan penanggung jawab kegiatannya jelas
terukur. Penyempurnaan proyek prioritas juga Untuk mendukung langkah pengendalian
terus diupayakan baik pada kriteria pemilihan dan penguatan sinergi, pemerintah akan
maupun didalam mekanisme pengendalian mengintegrasi sistem dan data pada dokumen
pelaksanaannya. perencanaan, penganggaran, dan evaluasi.
Pengembangan sistem terintegrasi ini juga akan
Disamping itu upaya untuk meningkatkan meningkatkan ketepatan pengambilan kebijakan
efektivitas dan efisiensi program juga dilakukan melalui pemanfaatan basis data yang sama dan
secara berkesinambungan. Untuk itu dilakukan termutakhir. Hal ini sekaligus akan memperkuat
tinjau ulang (review) secara berkala terhadap transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan
program pembangunan. Tinjau ulang dilakukan belanja negara.
dengan mengacu hasil evaluasi terhadap kinerja
pembangunan dan kinerja anggaran. Hasil dari b) Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
tinjau ulang ini kemudian digunakan sebagai Sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan
salah satu pertimbangan dalam pengalokasian desentralisasi fiskal di Indonesia dan dalam
perencanaan pembangunan. Hasil tinjau ulang rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ini juga digunakan sebagai bagian dari perbaikan Pemerintah menganggarkan dana Transfer ke
mekanisme pendanaan dan pelaksanaan Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dana Transfer
program (delivery mechanism). ke Daerah dan Dana Desa terdiri atas 4 (empat)
komponen, yaitu: (1) Dana Perimbangan yang
Perkuatan sinergi pendanaan. Sinergi terbagi menjadi Dana Transfer Umum (DTU)
pendanaan dilakukan meliputi Belanja yang terdiri atas: Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Kementerian/Lembaga (K/L), Non-K/L (antara lain Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Transfer
subsidi/PSO dan hibah), Transfer ke Daerah dan Khusus yang terdiri atas Dana Alokasi Khusus
Dana Desa, pembiayaan dan sumber-sumber (DAK) Fisik dan Non-Fisik; (2) Dana Insentif
pendanaan lainnya. Pemanfaatan sumber Daerah; (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana
pendanaan tersebut dilakukan secara terintegrasi Keistimewaan D.I Yogyakarta; dan (4) Dana
untuk mencapai sasaran pembangunan. Desa.
Integrasi dan sinergi antar sumber pendanaan ini
dilakukan sejak dari penyusunan Rencana Kerja Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan
Pemerintah hingga RAPBN tiap tahunnya. Hal Dana Desa adalah sebagai berikut:
ini didukung oleh berbagai agenda koordinasi 1) Secara bertahap mengintegrasikan
lintas K/L, lintas instansi, dan antar tingkatan perhitungan pemenuhan Standar Pelayanan
pemerintahan dalam penyusunan Rencana Minimal (SPM) dalam perencanaan,
Kerja Pemerintah. Perkuatan sinergi pusat dan penganggaran, serta pemanfaatan TKDD.
daerah juga dilakukan melalui pengembangan Pemenuhan SPM terutama dalam sektor-
dan perluasan mekananisme hibah ke Daerah sektor pelayanan dasar merupakan kewajiban
(output based transfer). Hal ini juga sangat terkait mendasar pemerintah kepada masyarakat.
dengan pengendalian program untuk menjamin 2) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

Kaidah Pelaksanaan 253


dari proses perencanaan, penganggaran Arah Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK)
hingga pemanfaatan dana Transfer ke Daerah sebagai berikut: (1) Mendorong percepatan
dan Dana Desa (TKDD). penyediaan infrastruktur di daerah yang terkait
3) Mendorong peningkatan kualitas dengan pelayanan dasar dan tematik sesuai
pemanfaatan TKDD dan Dana Desa untuk dengan Prioritas Nasional; (2) Refocusing
belanja infrastruktur publik dan dukungan menu dan kegiatan Dana Transfer Khusus
pencapaian prioritas nasional seperti berdasarkan efektivitas menu dan kegiatan
penyelesaian permasalahan urban sector DAK; (3) Mempertajam sinkronisasi dan integrasi
(sanitasi, air minum), dan penyiapan SDM perencanaan dan penganggaran kegiatan
yang siap kerja; Dana Transfer Khusus dengan kegiatan APBN
4) Mendorong kinerja belanja daerah dari TKDD lainnya (seperti belanja K/L) guna pengendalian
yang efektif dan efisien, berprinsip value of pencapaian prioritas nasional di daerah; (4)
money serta sinergi dengan belanja Pusat. Pengalokasian memperhitungkan penyesuaian
unit cost dan kualitas kinerja pelaksanaan tahun-
Arah kebijakan bagi setiap komponen adalah tahun sebelumnya; (5) Penguatan penerapan
sebagai berikut: penyaluran berbasis kinerja dan peningkatan
efektivitas pemantauan; (6) Pemanfaatan
Arah Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) sistem informasi berbasis web dalam proses
sebagai berikut: (1) Meningkatkan transparansi, perencanaan, penganggaran, pelaporan hingga
akuntabilitas dan kinerja pengelolaan DBH; pemantauan dan evaluasi Dana Transfer Khusus;
(2) Menetapkan alokasi DBH tepat waktu dan dan (7) Penguatan sistem dan basis data dan
tepat jumlah melalui komitmen percepatan peran APIP untuk meningkatkan akuntabilitas
penyelesaian kurang bayar/lebih bayar; (3) dan transparansi.
Meningkatkan optimalisasi dan efektivitas
penggunaan DBH. Arah Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)
sebagai berikut: (1) Penguatan peran DID
Arah Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai instrumen insentif dalam TKDD; (2)
sebagai berikut: (1) Menyempurnakan formulasi
DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar
(gaji PNSD) serta kebutuhan dan kapasitas
fiskal daerah; (2) mempertahankan afirmasi
kepada daerah kepulauan dengan tetap
memberikan bobot luas wilayah laut dalam
variabel luas wilayah menjadi 100 persen;
(3) Menyempurnakan formula DAU melalui
perbaikan indeks pemerataan kemampuan fiskal
antar daerah dan proporsi pembagian pagu
alokasi provinsi dan kabupaten/kota; dan (4)
Mengarahkan minimal 25 persen dari DTU (DAU
dan DBH) untuk belanja infrastruktur daerah
yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
perekonomian daerah.

254 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penyederhanaan dan penajaman formula ketepatan penggunaan; dan (2) meningkatkan
pengalokasian DID yang lebih mencerminkan pemantauan dan evaluasi dalam mendukung
prestasi dan kinerja daerah yang dihubungkan efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
dengan penilaian atas inovasi, kreativitas, keistimewaan DIY;
keunggulan spesifik dan output/outcome
yang dihasilkan; (3) Mendorong pemanfaatan Arah Kebijakan Dana Desa sebagai
DID untuk mendukung kegiatan yang sesuai berikut: (1) Menyempurnakan pengalokasian
dengan kebutuhan dan prioritas daerah dalam Dana Desa dengan memperhatikan aspek
mempercepat penyediaan layanan dasar keadilan dan keberpihakan (afirmasi) dan
publik yang langsung menyentuh kebutuhan upaya pemberdayaan masyarakat desa;
masyarakat dan menciptakan komposisi yang (2) Meningkatkan kesiapan dan kapasitas
baik antar daerah.. pemerintah desa dan kelembagaan desa untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan dana desa;
Arah Kebijakan Dana Otonomi Khusus (3) Mendorong transparansi dan akuntabilitas
sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pemanfatan Dana Desa.
perencanaan; (2) Pengalokasian Dana Otsus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; II. Perluasan Kapasitas Pendanaan
(3) Mendorong pengelolaan dan optimalisasi Pengembangan potensi ruang/sumber pendanaan
pemanfaatan Dana Otsus; (4) Mendorong baru dilakukan dengan mengembangkan innovative
pelaporan atas pelaksanaan kegiatan oleh financing. Hal ini dilakukan untuk mendorong
Pemerintah Daerah secara akuntabel dan percepatan pencapaian sasaran pembangunan
transparan; (5) Memperkuat monitoring dan serta memperbesar porsi kerja sama pemerintah dan
evaluasi secara berkelanjutan. badan usaha guna menurunkan beban kontribusi
pendanaan pemerintah. Dari pengembangan
Arah Kebijakan Dana Keistimewaan innovative financing tersebut diharapkan agar
D.I.Yogyakarta sebagai berikut: (1) keahlian dan aset (sumber daya) masing-masing
Meningkatkan kualitas perencanaan dan pihak (pemerintah dan badan usaha) dapat
digunakan secara bersama untuk menyediakan jasa
dan/atau fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat
umum. Disamping itu memberikan keuntungan
bagi masing-masing pihak serta alokasi risiko yang
proporsional.

Selain itu, Pemerintah dapat melakukan eksplorasi dan


memaksimalkan pemanfaatan sumber pendanaan
baru dari sumber pendanaan non-konvensional. Hal
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan perubahan
arsitektur keuangan global untuk menarik investasi
swasta. Secara khusus, Pemerintah perlu mencari
pendanaan sektor swasta untuk beberapa
jenis proyek investasi publik, pemanfaatan dan
sekuritisasi aset Pemerintah, mengundang aktor-
aktor pembangunan lainnya seperti filantropis,

Kaidah Pelaksanaan 255


pemanfaatan peningkatan nilai tanah (land value diarahkan untuk mengurangi beban pinjaman
capturing), skema konsesi terbatas, dan pendanaan Pemerintah. Pinjaman langsung dengan penjaminan
lain yang dapat dikembangkan. pemerintah dapat menekan biaya menjadi lebih
murah dibandingkan dengan pinjaman komersial.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan Selain itu, pinjaman yang bersumber dari luar negeri
berkelanjutan, Pemerintah juga dapat mengandalkan dapat mengoptimalkan keunggulan komparatif
dan mengembangkan pendanaan hijau (green (comparative advantage) dari mitra pembangunan.
funding) di masa depan. Dengan demikian, Pinjaman langsung yang mendapatkan jaminan
diharapkan bahwa banyak investasi publik di masa dapat diperuntukkan untuk membantu permodalan
depan akan didanai dari bauran berbagai sumber BUMN. Namun demikian pemanfaatannya diarahkan
pendanaan (blended finance) untuk kegiatan untuk kegiatan prioritas serta perlu didukung
dengan manfaat publik yang besar, terutama yang oleh evaluasi teknis yang memadai (feasibility
terkait dengan pencapaian Tujuan Pembangunan assessment, engineering designs, analisis ekonomi,
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - keuangan, dan lingkungan).
SDGs).

Untuk mendanai penanganan bencana, Pemerintah


mengembangkan skema asuransi pembiayaan
tanggap darurat dan mempersiapkan skema
pembiayaan bersama melalui pooling of fund untuk
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Untuk pembiayaan program di pusat maupun


di daerah, skema Kerjasama Pemerintah Badan
Usaha/ Public Private Partnership (KPBU/PPP),
peningkatan peran swasta melalui kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR), pinjaman
langsung (direct lending) dari mitra pembangunan
kepada BUMN, dan Municipal Development Fund
(MDF) akan terus dikembangkan.

Pemanfaatan KPBU untuk pembangunan nasional


akan terus diperluas dan dikembangkan untuk sektor
sosial antara lain pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Pengembangan pemanfaatan KPBU di sektor
sosial disertai dengan penyempurnaan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
pemanfaatan CSR diarahkan pada peningkatan
keselarasan kegiatannya dengan program
pemerintah dalam mendukung pembangunan
nasional.

Pemanfaatan pinjaman langsung (direct lending)

256 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pemerintah juga terus mengembangkan dan
Kaidah Pelaksanaan mengimplementasikan proses pengadaan Pemerintah
Pendanaan yang memasukkan kriteria keberlanjutan dengan
pendekatan yang lebih sistematis dan konsisten
Kebutuhan pendanaan pembangunan terus didasarkan pada praktik yang baik (best practice).
meningkat sedangkan sumber dana publik
terbatas. Di sisi lain berbagai sumber dan instrumen Selain efisiensi investasi publik, Pemerintah
pendanaan baru terus berkembang. Untuk itu, juga akan menetapkan syarat dan kondisi serta
diperlukan adanya pendekatan pengelolaan kerangka kerja dimana investasi swasta diharapkan
pendanaan untuk mendorong pertumbuhan dan berperan lebih besar, bahkan melebihi pembiayaan
kinerja investasi publik. Peningkatan efisiensi dan Pemerintah seperti misalnya di sektor energi. Untuk
kinerja investasi publik mensyaratkan adanya itu, dukungan dan kerjasama internasional dalam
perbaikan proses perencanaan investasi disemua hal akses keuangan, akses ke teknologi bersih,
sektor dan tingkat pemerintahan,termasuk dalam peningkatan kapasitas dan tatakelola akan tetap
mengalokasikan investasi Pemerintah untuk sektor diperlukan.
dan proyek yang tepat sehingga memberi daya
ungkit (leverage), melaksanakan proyek tepat waktu Penggunaan pendanaan pembangunan harus
dan tepat biaya serta peningkatan kapasitas dan dapat secara optimal memanfaatkan kapasitas
efisiensi kelembagaan. Upaya tersebut dilakukan pendanaan yang ada dan dilakukan secara lebih
bersamaan dengan pemberian stimulus bagi efektif. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya
pihak swasta dan masyarakat melalui regulasi kaidah-kaidah yang digunakan sebagai pedoman
dan kebijakan yang memberikan insentif dalam pelaksanaan penggunaan pendaaan pembangunan
rangka mengoptimalkan peran pembiayaan non- yaitu:
Pemerintah dalam pembiayaan pembangunan 1. Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada
nasional (investasi publik). Prioritas melalui Proyek Prioritas dan Integrasi
Pendanaan, dilakukan dengan beberapa
Peningkatan kapasitas pembiayaan dan langkah yaitu
kualitas investasi Pemerintah dilakukan dengan a. Mengutamakan alokasi pada prioritas:
memperbaiki perencanaan dan kebijakan investasi Mengalokasikan sumber dana yang terbatas
publik, manajemen, tata kelola dan kebijakan, dengan mendahulukan kegiatan atau proyek
serta pemilihan proyek yang didasarkan pada yang menjadi prioritas nasional. Pendanaan
kriteria keberlanjutan lingkungan dan sosial. Untuk pembangunan harus diarahkan berdasarkan
itu strategi pembangunan nasional, wilayah dan pada strategi pembangunan nasional dimana
sektoral akan diperjelas dengan menyertakan fokus alokasi anggaran adalah pendanaan
rencana investasi untuk memandu investasi publik prioritas pembangunan terutama pada
maupun swasta dalam jangka panjang. Pemerintah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
menyusun strategi dan kebijakan termasuk yang menjadi kewajiban pemerintah untuk
mengembangkan strategi pembangunan rendah masyarakat.
karbon yang diselaraskan dengan komitmen b. Memperkuat sinergi dan integrasi
Perjanjian Paris dan mengintegrasikannya dalam pendanaan pembangunan dengan
rencana ekonomi dan pembangunan nasional. mensinergikan dan mengintegrasikan
pemanfaatan belanja K/L dan Non K/L (antara
Dari sisi mekanisme penyaluran (delivery mechanism), lain Subsidi, Dana Transfer Khusus, dan Dana

Kaidah Pelaksanaan 257


Desa) serta sumber pendanaan lainnya, skema pendanaan kerjasama pembangunan,
baik pusat, daerah maupun swasta untuk serta fasilitas pembiayaan luar negeri lainnya
mendukung pembiayaan prioritas nasional. dengan persyaratan yang menguntungkan.
Dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri
2. Mengidentifikasi proyek yang dapat di lakukan terdapat beberapa hal yang menjadi
pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta dan pertimbangan diantaranya: tingkat bunga,
masyarakat. penyediaan barang tied dan untied, serta
Besarnya skala pembangunan nasional keunggulan komparatif mitra pembangunan.
Indonesia membutuhkan koordinasi, kerjasama
dan pembagian kerja diantara para pemangku Pemerintah akan terus meningkatkan
kepentingan. Untuk itu, dalam pelaksanaan pemanfaatan skema KPBU dengan melakukan
proyek pembangunan diperlukan identifikasi perkuatan pada beberapa aspek yaitu: regulasi;
serta pembagian tugas, kewenangan dan fungsi kantor bersama; peran empat pilar KPBU
tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, (regulator, investee, transaction advisor, dan
Pemerintah Daerah, BUMN, swasta dan investor), serta perencanaan dan penyiapan
masyarakat. Hal ini dimaksudkan juga untuk proyek.
meningkatkan efektifitas pelaksanaan dan
efisensi penggunaan sumber daya nasional Disamping itu, Pemerintah dapat memperbesar
dalam pelaksanaan proyek pembangunan. pemanfaatan skema-skema pembiayaan yang
bersumber dari berbagai skema pembiayaan
3. Menyesuaikan modalitas pendanaan dengan tematik (thematic financing windows) termasuk
sasaran pembangunan serta memastikan didalamnya adalah skema pembiayaan hijau
kesiapan pelaksanaan proyek. (green financing). Selain menjadi sumber, skema-
Agar dapat terjadi kesesuaian perencanaan skema pembiayaan ini juga membantu Pemerintah
pendanaan program/kegiatan/proyek harus untuk memaksimalkan daya ungkit (leverage)
mempertimbangkan: sumber dana publik dan mendatangkan investasi
• Kapasitas dan keberlanjutan pendanaan, swasta dalam pembangunan.
termasuk kebutuhan pembiayaan yang
melampaui satu tahun anggaran; 5. Mendorong inovasi pendanaan pembangunan.
• Kesesuaian dengan karakteristik sumber Kebutuhan pembiayaan pembangunan akan
pendanaan; terus meningkat namun kemampuan Pemerintah
• Mekanisme penyaluran (delivery mechanism) terbatas, sehingga diperlukan upaya untuk
yang tepat dan efisien; dan mengembangkan berbagai sumber, skema,
• Tingkat kesiapan pelaksanaan (implementation dan instrumen pembiayaan, baik dari sisi jumlah
readiness). maupun efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
Dalam rangka mendorong inovasi pendanaan
4. Optimalisasi dan perluasan pemanfaatan pembangunan, maka perlu dilakukan:
sumber pendanaan yang ada. a. Memperkuat koordinasi antar pemangku
Sumber pendanaan pembangunan yang kepentingan dalam pemanfaatan bauran
telah ada dan dimanfaatkan saat ini seperti pembiayaan (blended finance)
dari pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan Untuk mendanai program/proyek/kegiatan
melalui: pemanfaatan pinjaman dari lembaga dengan sumber, skema, dan instrumen
pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan pembiayaan yang berbeda disesuaikan

258 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dengan waktu, tahap, dan jenis kegiatan pendanaan non-Pemerintah;
yang spesifik. Dalam pelaksanaan dan • Mengutamakan penggunaan sumber-
pengembangan bauran pembiayaan sumber pendanaan non-Pemerintah
(blended finance) tersebut diperlukan sesuai dengan kelayakan finansial,
beberapa langkah diantaranya: ekonomi, dan sosialnya;
• Menyediakan dan menyempurnakan b. Mengembangkan Output Based Transfer.
kerangka hukum dan peraturan sebagai Untuk memperkuat pengendalian program
dasar inovasi pendanaan. Sebagai negara serta memperkuat sinergi antara Pemerintah
berpendapatan menengah atas, peluang Pusat dan Daerah dalam pencapaian sasaran
Indonesia mendapatkan pendanaan pembangunan Pemerintah akan melanjutkan
berbiaya lunak dan konvensional pengembangan hibah ke daerah sebagai
diperkirakan makin terbatas. Untuk bentuk mekanisme output based transfer.
mengotimalkan pemanfaatan pendanaan Mekanisme ini khususnya ditujukan untuk
tersebut perlu dukungan kerangka hukum mendukung pendanaan Pelayanan Dasar
yang memadai. kepada Masyarakat ataupun mendukung
• Memposisikan pembiayaan Pemerintah pencapaian target-target pembangunan
sebagai pengungkit (leveraging) dan tertentu.
katalisator untuk mengembangkan sumber

Gambar 9.11 Kaidah Pelaksanaan Pendanaan

Fokus Meningkatkan

01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan

02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas

03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek

04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan

05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan

Kaidah Pelaksanaan 259


Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Landasan hukum evaluasi dan pengendalian data dan informasi untuk menilai pencapaian
pembangunan mencakup: (1) Undang-Undang sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan
No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
Pembangunan Nasional (SPPN), (2) Peraturan tercantum dalam dokumen rencana pembangunan
Pemerintah No.39/2006 tentang Tata Cara (mencakup input, output, result, benefit, dan impact),
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana termasuk didalamnya pencapaian hasil, kemajuan,
Pembangunan, (3) Peraturan Presiden No.2/2015 dan kendala dalam pelaksanaan pembangunan.
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, dan (4) Peraturan Secara garis besar kerangka evaluasi dan
Pemerintah No.17/2017 tentang Sinkronisasi Proses pengendalian pembangunan nasional (termasuk
Perencanaan dan Penganggaran. aspek pemantauan yang melihat progres
pelaksanaan program/kegiatan per triwulan) dapat
Berdasarkan landasan hukum tersebut diatas, digambarkan pada Gambar 9.12 di bawah. Evaluasi
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan mencakup: (1) evaluasi atas proses penyusunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan RPJMN (on-
dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam going dan ex-post); serta (2) evaluasi atas proses
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyusunan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan
penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut RKP (on-going dan ex-post). Sementara itu,
oleh pimpinan kementerian/lembaga (K/L) atau pengendalian mencakup tindakan korektif/akselerasi/
pemerintah daerah, melalui kegiatan pemantauan klarifikasi atas pelaksanaan program dan kegiatan
dan pengawasan. Sementara itu, evaluasi yang dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan
pelaksanaan rencana secara sistematis dilakukan evaluasi. Penjelasan lebih rinci mengenai evaluasi
dengan dengan mengumpulkan dan menganalisis dan pengendalian pada bagian berikut

Gambar 9.12 Kerangka Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Nasional

Pemantauan Evaluasi

Progres Evaluasi RPJMN Evaluasi RKP


pelaksanaan
program/ Ex-ante: Ex-ante:
kegiatan per Quality Assurance Quality Assurance
triwulan Penyusunan RPJMN Penyusunan RKP

On Going: On Going:
Evaluasi paruh waktu Evaluasi RKP:
RPJMN Data TW III
Ex-Post: Ex-Post:
Evaluasi akhir RPJMN Evaluasi akhir RKP:
Evaluasi Dampak-Manfaat Data TW IV

PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program nasional dan kegiatan strategis berdasarkan
hasil pemantauan dan evaluasi

260 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.4.2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

A. Evaluasi 2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian Evaluasi RPJMN 2020-2024 dilakukan minimal
tujuan kebijakan, program, ataupun kegiatan dan dua kali (Gambar 9.13), yaitu :
menganalisis permasalahan yang terjadi dalam a. Evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada
proses implementasi sehingga dapat menjadi umpan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2020-
balik bagi perbaikan kinerja pembangunan. Hasil 2024, yang hasilnya digunakan sebagai
evaluasi seharusnya dapat menyediakan data dan bahan masukan dalam penyusunan RKP
informasi tentang efisiensi, efektifitas, kebutuhan, dan bahan untuk melakukan revisi RPJMN
manfaat dan dampak program atau kegiatan 2020-2024 jika diperlukan. Pada setiap tahun
sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dilakukan evaluasi RKP yang merupakan
masukan dalam perencanaan dan penganggaran bagian tahapan dari pelaksanaan RPJMN.
pada periode selanjutnya. Untuk itu perlu disusun Evaluasi RKP ini menjadi bahan masukan
kerangka evaluasi untuk memastikan bahwa evaluasi untuk perencanaan RKP tahun berikutnya;
berjalan dengan baik dan hasil evaluasi bermanfaat b. Evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada
bagi proses pengambilan kebijakan dan proses tahun terakhir pelaksanaan RPJMN, yang
penyusunan perencanaan dan penganggaran pada hasilnya digunakan sebagai input dalam
periode berikutnya. penyusunan RPJMN periode selanjutnya
1. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi, antara lain: (a) (RPJMN 2025-2029).
Mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, 3. Sumber Data
identifikasi permasalahan dan tindak lanjut a. Sumber data utama yang digunakan dalam
yang direkomendasikan sebagai bahan untuk pelaksanaan evaluasi RPJMN adalah hasil
perumusan dan perbaikan kebijakan/program/ evaluasi Renstra K/L;
kegiatan; dan (b) Membantu penentuan b. Sumber data pendukungnya adalah hasil
penyusunan sasaran dan target kinerja evaluasi RKP, hasil evaluasi Renja K/L, hasil
pembangunan secara tepat.

Gambar 9.13 Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

Kaidah Pelaksanaan 261


evaluasi RPJMD, hasil survei dan penelitian nasional/kegiatan strategis, antara lain:
yang dilaksanakan berbagai lembaga (i) deskripsi proses yang terjadi, review
antara lain Badan Pusat Statistik, lembaga berdasarkan siapa, apa, kapan, dimana,
independen, lembaga internasional, serta bagaimana, dan berapa; (ii) deskripsi
lembaga penelitian dan pengembangan latar belakang program nasional/kegiatan
pada Perguruan Tinggi dan K/L terkait. strategis, serta (iii) deskripsi organisasi
4. Pelaksana dan Penerima Hasil Evaluasi pelaksana dan pihak yang terkait.
Evaluasi RPJMN dilakukan oleh Menteri Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala evaluasi, sehingga bisa digunakan satu jenis
Bappenas berdasarkan laporan evaluasi Renstra atau kombinasi ketiganya secara bersamaan.
seluruh K/L, laporan evaluasi RKP pada periode 6. Mekanisme Evaluasi
RPJMN berjalan, serta data pendukung lainnya Kementerian PPN/Bappenas melakukan evaluasi
dari hasil survei dan penelitian. Hasil evaluasi RPJMN berdasarkan hasil evaluasi Renstra K/L
disampaikan oleh Menteri kepada Presiden dan sumber data lain yang tersedia. Pelaksanaan
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dan evaluasi Renstra K/L dikoordinasikan oleh
digunakan sebagai masukan/feedback dalam Kedeputian yang membidangi Evaluasi dan
rangka pengambilan kebijakan dan proses Pengendalian Pembangunan bersama-sama
perencanaan dan penganggaran selanjutnya. dengan Kedeputian yang membidangi sektor
5. Jenis Evaluasi dan regional.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan Mekanisme evaluasi dilakukan dengan
menggunakan 3 jenis evaluasi, yaitu: menggunakan jenis evaluasi yang sesuai
a. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program dengan tujuan evaluasi (dapat menggunakan
Nasional, dilakukan untuk menunjukkan evaluasi pengukuran kinerja, evaluasi
klarifikasi hubungan sebab-akibat pelaksanaan rencana pembangunan atau
kegagalan atau keberhasilan rencana. evaluasi kebijakan strategis/program nasional).
Evaluasi dilakukan terhadap kebijakan yang Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian
strategis atau program nasional dengan PPN/Bappenas disampaikan kepada Presiden
kriteria memiliki anggaran besar, yang sebagai bentuk pertanggungjawaban dan
berdampak besar terhadap target group/ untuk segera ditindaklanjuti, terutama pada
masyarakat, memiliki pengaruh yang besar kebijakan strategis/program nasional yang masih
terhadap pencapaian agenda pembangunan belum mencapai sasaran/target. Mekanisme
nasional dan pertimbangan penting lainnya. pelaksanaan evaluasi RPJMN tersebut dapat
Evaluasi meliputi keseluruhan aspek, yaitu dilihat pada Gambar 9.14.
relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak, dan 7. Pemanfaatan Hasil Evaluasi
keberlanjutan dari kegiatan/program. Hasil evaluasi RPJMN 2020-2024 digunakan
b. Evaluasi Pengukuran Kinerja, dilakukan sebagai:
dengan membandingkan antara realisasi a. Bahan masukan dalam penyusunan RKP
dengan target yang telah ditetapkan (metode periode selanjutnya dan RPJMN 2025-2029;
gap analysis). b. Dasar untuk melakukan revisi RPJMN 2020-
c. Evaluasi Pelaksanaan Rencana 2024, dengan pertimbangan: (i) Terjadi
Pembangunan, dilakukan untuk menjawab perkembangan permasalahan pokok yang
pertanyaan yang bersifat deskriptif untuk mendasar; dan (ii) Terjadi perubahan arah
menjelaskan situasi pelaksanaan program kebijakan Presiden.

262 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.14. Mekanisme Evaluasi RPJMN

Presiden
Laporan
Evaluasi
RPJMD
Data Men PPN/Kepala
pendukung Bappenas
Survey Lainnya
Penelitian
BPS, K/L, Laporan Evaluasi
& lembaga
Laporan Evaluasi RPJMN Renstra
Lainnya Kementerian/
Lembaga
Data & Laporan Evaluasi
Laporan Evaluasi RKP Renja
Informasi

Evaluasi Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan


Pengukuran Kinerja Rencana Pembangunan Strategis Program besar

Target Kinerja Relevansi Dampak


Deskripsi
Sistem Pelaksanaan Efektivitas Efisiensi
Realisasi Kinerja Pembangunan
Informasi Berkelanjutan
Terintegrasi,
Terpadu, Handal

B. Pengendalian pengendalian pelaksanaan program nasional


Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem dan atau kegiatan strategis.
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), c. Pengendalian tersebut merupakan tugas dan
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan fungsi yang melekat pada masing-masing
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan instansi pemerintah baik di pusat maupun
dan sasaran pembangunan melalui tindakan koreksi di daerah, dan dilakukan oleh pimpinan K/L
dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas
pembangunan. Untuk itu perlu disusun kerangka dan kewenangan masing-masing melalui
pengendalian dengan penjelasan sebagai berikut. kegiatan pemantauan dan pengawasan.
1. Tujuan Pelaksanaan Pengendalian adalah untuk d. Satu hal yang harus dipahami, bahwa
menjamin dan memastikan agar pelaksanaan pengendalian dan pengawasan adalah
program nasional/kegiatan strategis sesuai berbeda karena pengawasan merupakan
dengan rencana dan atau berjalan on-track bagian dari pengendalian.
dengan memperhatikan rekomendasi atau e. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai
temuan atas hasil pemantauan dan evaluasi. tindakan korektif (pelurusan), pada level
2. Ruang Lingkup Pengendalian, mencakup: program nasional dan atau kegiatan strategis
a. Terdapat berbagai jenis pengukuran kinerja pada paruh waktu pelaksanaan RPJMN,
yang dapat dilakukan untuk kepentingan maka pengawasan adalah pemeriksaan
pengendalian, baik dilakukan secara di lapangan yang dilakukan pada periode
bersamaan (komprehensif) atau hanya tertentu secara berulang kali.
masing-masing jenis pengukuran tersendiri. 3. Waktu Pelaksanaan Pengendalian
b. Pengendalian yang dilakukan terdiri atas Pengendalian pelaksanaan pembangunan
dilakukan seperti pada Gambar 9.15, mencakup:

Kaidah Pelaksanaan 263


a. Berdasarkan hasil Evaluasi paruh waktu 4. Mekanisme Pengendalian, antara lain:
RPJMN pada tahun ketiga pelaksanaan a. Pengendalian merupakan langkah tindak
RPJMN 2020-2024, dilakukan tindakan lanjut yang ditempuh untuk menjamin agar
korektif untuk memastikan pelaksanaan pelaksanaan program nasional/kegiatan
program nasional/kegiatan strategis berjalan strategis sesuai dengan rencana, yang
on track sebagaimana tercantum dalam dilakukan dengan:
dokumen RPJMN. Tindakan korektif pada (i) identifikasi penyimpangan yang terjadi
paruh waktu pelaksanaan RPJMN dilakukan dalam pelaksanaan program nasional/
pada program nasional/kegiatan strategis kegiatan strategis,
(dengan besaran anggaran minimal tertentu (ii) koreksi atas penyimpangan yang terjadi
yang ditentukan untuk pemilihan program dalam pelaksanaan program program
nasional/kegiatan strategis), dan/atau yang nasional/kegiatan strategis,
berdampak luas; (iii) klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan
b. Berdasarkan butir a diatas dan atau hasil program nasional/kegiatan strategis,
evaluasi RKP yang dilaksanakan setiap tahun (iv) akselerasi/percepatan atas keterlambatan
dilakukan tindakan korektif pada semester pelaksanaan program nasional/kegiatan
kedua setiap pelaksanaan RKP pada strategis, dan
program nasional/kegiatan strategis (dengan (v) dimungkinkan pula sampai pada
besaran anggaran minimal tertentu yang keputusan untuk menghentikan
ditentukan untuk pemilihan program nasional/ pelaksanaan program nasional/kegiatan
kegiatan strategis strategis), dan/atau yang strategis yang sifatnya penghentian
berdampak luas. sementara ataupun penghentian tetap
apabila diperlukan (suspend/pinalty).

Gambar 9.15. Waktu Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan

264 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
b.
Keputusan untuk melakukan koreksi, (ii) kebijakan reorientasi (peninjauan ulang),
akselerasi, ataupun klarifikasi terhadap dan
progam nasional/kegiatan strategis (iii)
kebijakan restrukturisasi (penataan
ditentukan oleh Kementerian PPN/Bappenas kembali).
yang dilaksanakan oleh K/L dan pemerintah Mekanisme pengendalian pembangunan tersebut
daerah terkait dapat dilaksanakan melalui: dapat dilihat pada Gambar 9.16 berikut.
(i) kebijakan refocusing (pemfokusan kembali),

Gambar 9.16. Mekanisme Pengendalian Pembangunan

Data dari :
1. BPK
2. BPKP Laporan Kinerja K/L Paruh Waktu RPJMN 2020-2024
3. BPS
Laporan Kinerja Tahun Sebelumnya

HASIL ASSESSMENT
Kementerian PPN/Bappenas

ON-TRACK PERLU TINDAKAN

Surat Menteri PPN/


Lanjut 1. Koreksi 1.Refocusing Kepala Bappenas ke
2.Reorientasi Menteri Teknis/
2. Akselerasi Kepala Lembaga Pemerintah
3.Restrukturisasi
3. Klarifikasi Non Kementerian

Dimintakan persetujuan Presiden terkait penghentian


3. Penghentian Prioritas Nasional/Kegiatan Strategis sebelum
dilayangkan surat oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas
ke Menteri Keuangan tentang penghentian pendanaan.

Suspend dalam KRISNA

Kaidah Pelaksanaan 265


2025
MENUJU INDONESIA
2025
Ekonomi

10
Sosial dan Budaya
Lingkungan Hidup
Tata Kelola
Ekonomi
Tahun 2025 merupakan tahun terakhir dari Semakin terbukanya hubungan dunia secara
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka ekonomi (economic interconnectedness) antara
Panjang Indonesia periode 2005-2025. Dalam satu negara dengan negara lainnya membawa
bidang ekonomi, pada tahun 2025 diharapkan implikasi semakin tingginya tingkat persaingan
Indonesia telah mampu mewujudkan perekonomian ekspor dunia. Kinerja perdagangan luar negeri
maju, mandiri, dan mampu secara nyata Indonesia di tahun 2025 juga akan terus ditingkatkan
memperluas peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai kebijakan yang diarahkan untuk
berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi yang memperbaiki infrastruktur pendukung ekspor baik
menjunjung persaingan sehat dan keadilan, serta berupa investasi pada sektor yang berorientasi
berperan aktif dalam perekonomian global dan ekspor maupun penguatan industri yang
regional dengan bertumpu pada kemampuan serta berorientasi ekspor. Pada tahun 2025, posisi
potensi bangsa. Indonesia di pasar internasional akan berada
pada peringkat ke-16 sebagai pemasok ekspor
Pada tahun 2025, diharapkan Indonesia telah barang dan jasa dunia dengan pangsa mencapai
menjadi salah satu negara berpenghasilan 1,5 persen.
menengah-atas dengan PDB perkapita sekitar USD
6.305. Pada tahun 2025, peranan investasi terhadap Di sisi produksi, terus berjalannya reformasi
PDB diharapkan diatas 34 persen dengan peringkat struktural ikut menyumbang perbaikan pada sektor
kemudahan berusaha di Indonesia meningkat manufaktur sehingga pertumbuhannya diharapkan
menjadi peringkat 35 dengan FDI Inflows sekitar 3 melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dan
persen PDB. kontribusi PDB industri diharapkan mencapai

PDB per kapita Peringkat kemudahan Posisi Indonesia dalam


berusaha ekspor barang dan jasa

USD

4.340- 2025
2020
4.390 2020 40
menjadi
diatas

6.885 35
16
USD peringkat
2025 2025 ke-

268 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
21,4 persen pada tahun 2025. Daya saing produk Selain digerakkan oleh kemajuan investasi,
Indonesia juga diharapkan terus meningkat dilandasi perdagangan, industri dan pariwisata,
dengan inovasi dan perkembangan teknologi yang perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2025 juga
mampu memberikan nilai tambah bagi produk dan didukung oleh infrastruktur yang andal, ketahanan
jasa yang dihasilkan. pangan dan energi yang kuat.

Ekonomi kreatif dan digital terus dikembangkan Pasca krisis ekonomi 1997/1998, Indonesia
guna mewujudkan Indonesia yang kreatif dan mengalami defisit pada semua lini infrastruktur:
berpikiran maju. Pada tahun 2025, creative core transportasi, perumahan dan permukiman, air
seperti seni dan budaya Indonesia sebagai minum, pengairan dan irigasi, serta telekomunikasi
substansi dasar pengembangan produk kreatif dan dan informatika. Pembangunan infrastruktur terus
digital diharapkan semakin kuat, serta infrastruktur diupayakan guna mempercepat pertumbuhan
dalam bentuk pusat pertumbuhan industri kreatif, ekonomi nasional melalui perbaikan konektivitas fisik
inkubator, science/technopark, klaster kreatif, dan virtual, mendukung pemerataan pembangunan
listrik dan jaringan pita lebar telah terbangun untuk wilayah, meningkatkan penyediaan prasarana
mendukung pertumbuhan pelaku dan usaha kreatif dasar bagi kesejahteraan rakyat, mendukung
dan digital. Hal ini diwujudkan dengan penyediaan pembangunan perkotaan dan perdesaan, serta
dukungan riset dan akses informasi melalui kerja antisipasi terhadap bencana alam dan perubahan
sama Quadruple Helix (pemerintah, akademisi, iklim.
swasta, dan komunitas) pada sektor ekonomi kreatif
dan digital. Ketahanan pangan terus ditingkatkan guna
mewujudkan sistem ketahanan pangan mandiri,
Sektor pariwisata terus tumbuh dan menjadi salah berdaulat, berkelanjutan dan mensejahterakan.
satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Permasalahan kelaparan (hunger) terus diupayakan
Daya saing pariwisata Indonesia akan terus membaik untuk diatasi sesuai dengan target Tujuan
didukung oleh serangkaian kebijakan perbaikan Pembanguna Berkelanjutan (SDGs).
peringkat daya saing pariwisata Indonesia seperti
peningkatan kualitas infrastruktur yang mendukung Ketahanan energi terus ditingkatkan. Ekonomi yang
pariwisata, serta peningkatan kompetensi SDM terus meningkat serta penduduk yang bertambah
pariwisata. Diharapkan peringkat daya saing meningkatkan permintaan energi di Indonesia.
pariwisata Indonesia akan menjadi 25 dengan jumlah Konsumsi energi primer Indonesia pada tahun 2025
kunjungan wisatawan mencanegara yang mencapai diperkirakan meningkat lebih dari 400 MTOE (million
lebih 31 juta orang pada tahun 2025. ton oil equivalent). Dengan semakin bertambahnya
permintaan terhadap konsumsi energi primer,
Pemerataan pembangunan diharapkan terus kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas
membaik. Tingkat pengangguran, kemiskinan, dan bumi terus ditingkatkan. Selain itu peran energi baru
ketimpangan akan semakin berkurang. Gini rasio dan terbarukan (EBT) juga terus ditingkatkan serta
diharapkan akan terus menurun menuju tingkat rasio elektrifikasi akan terus dijaga pada tingkat 100
idealnya. persen.

Menuju Indonesia 2025 269


Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur akan terus dilaksanakan
% RT yang menempati rumah dan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pemukiman layak
pemenuhan pelayanan dasar, yang akan
dilaksanakan dengan penguatan konetivitas nasional,
diatas
penyediaan akses perumahan, permukiman, air
minum dan sanitasi yang layak, penyediaan air, 2020 39%
energi dan transportasi yang aman dan memadai.
diatas

Elektrifikasi

diatas
2025
52,8 %

2020 98,3%

2025
100 %

Sosial dan Budaya


Struktur penduduk Indonesia di tahun 2025 akan untuk menciptakan penduduk lansia yang sehat
ditandai dengan tingginya proporsi kelompok dan produktif. Salah satu kunci perpanjangan
usia produktif (antara 174 juta - 180 juta jiwa). Hal bonus demografi adalah mewujudkan penduduk
ini menunjukkan momentum untuk meraih bonus tumbuh seimbang dengan angka kelahiran total
demografi. Guna memanfaatkan momentum (Total Fertility Rate/TFR) nasional sebesar 2,1 dan
tersebut, Indonesia harus mampu meningkatkan tingkat produktivitas lansia yang semakin panjang.
produktivitas dan penciptaan nilai tambah melalui Tahun 2025 juga akan ditandai dengan menurunnya
penciptaan angkatan kerja yang kompetitif. Untuk penduduk di kawasan perdesaan hingga di kisaran
memaksimalkan potensi tersebut, penduduk perlu 40 persen serta meningkatnya proporsi penduduk
dijaga agar dapat tumbuh seimbang yang didukung yang tinggal di kawasan Indonesia bagian timur
dengan penyiapan sumber daya manusia yang (sekitar 56,8 juta).
berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan kesejahteraan melalui penyempurnaan
Pada tahun 2025, proporsi penduduk usia 65 tahun sistem jaminan sosial nasional (SJSN) akan terus
ke atas mencapai 8 persen. Hal ini menunjukkan ditingkatkan. Sistem jaminan kesehatan nasional
Indonesia menuju awal penuaan penduduk (ageing diharapkan berkelanjutan dan mencakup seluruh
population). Fenomena ini perlu diantisipasi dengan penduduk. Integrasi seluruh program yang dikelola
penyiapan terkait kelanjutusiaan di berbagai aspek oleh BPJS akan membantu perluasan cakupan

270 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kepesertaan. Tahun 2025 adalah milestone bagi industri, sarana dan prasarana pembelajaran yang
implementasi SJSN yang akan memasuki tahun ke- memadai, penguatan teaching factory/teaching
10. Perkembangan SJSN ditandai terutama pada industry, peningkatan kualitas pendidik/instruktur
meningkatnya kualitas pelayanan dan manfaat vokasi, serta penguatan sertifikasi kompetensi,
program diiringi dengan pemanfaatan teknologi dan diharapkan dapat meningkatkan serapan lulusan
desain program yang sesuai dengan karakteristik pendidikan di pasar kerja.
pesertanya. Pada tahun 2025 juga akan dimulai fase
awal transformasi kelembagaan SJSN untuk jaminan Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan
sosial ketenagakerjaan. beragama, pada tahun 2025, diharapkan dapat
mendorong terciptanya pemahaman, pengamalan
Sistem kesehatan akan tertata dengan baik yang dan penghayatan nilai-nilai agama, peningkatan
dicerminkan melalui penyediaan pelayanan kesehatan kerukunan umat, pencapaian standar pelayanan
berkualitas, merata, dan responsif yang didukung serta pengembangan ekonomi umat. Pembangunan
oleh ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga bidang agama dapat berperan penting dalam
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan yang membangun karakter dan akhlak mulia bangsa
memadai dan merata. Angka kesakitan, kecacatan Indonesia, meningkatkan kerukunan kehidupan
dan kematian akibat penyakit diharapkan menurun beragama, meningkatkan harmoni sosial, serta
secara signifikan termasuk penyakit tropis terabaikan. produktivitas masyarakat.
Ke depan, upaya promotif dan preventif serta
upaya penyelesaian permasalahan gizi masyarakat Pada tahun 2025, diharapkan kualitas hidup
mengalami peningkatan secara progresif. perempuan semakin membaik, diikuti dengan
meningkatnya kesetaraan gender di seluruh
Taraf pendidikan penduduk diharapkan mengalami bidang pembangunan. Pemberdayaan perempuan
perbaikan, dengan layanan pendidikan yang serta pencegahan dan penanganan tindak
semakin merata antarwilayah, serta menjangkau kekerasan termasuk Tindak Pidana Perdagangan
daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Orang (TPPO) memiliki kontribusi penting dalam
Kebijakan afirmatif pendidikan yang diterapkan upaya peningkatan kualitas hidup perempuan.
diharapkan dapat menjangkau anak-anak Selanjutnya, strategi pengarusutamaan gender
dari keluarga kurang mampu, dan anak tidak diharapkan dapat menjamin akses, partisipasi,
sekolah (ATS) sehingga dapat menyelesaikan kontrol, dan manfaat pembangunan bagi seluruh
pendidikan, minimal sampai jenjang pendidikan kelompok, baik laki-laki maupun perempuan.
menengah. Selain itu, upaya penguatan kualitas
pembelajaran dan pengajaran diharapkan dapat Indonesia akan memiliki generasi anak yang
menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi cerdas, ceria, dan berkualitas. Hal ini didukung
(higher order thinking skills) peserta didik, yang dari menguatnya sistem perlindungan anak yang
akan menghasilkan lulusan yang berkualitas, terintegrasi lintas sektor di tingkat pusat dan daerah,
berdaya saing dan berperan penting sebagai sehingga mampu menjamin pemenuhan hak dan
pelaku utama pembangunan nasional dan daerah. melindungi anak dari segala bentuk kekerasan,
Selain itu, penjaminan mutu yang terus dilakukan eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.
diharapkan dapat memastikan adanya pemerataan Upaya pencegahan yang menyeluruh, komitmen yang
kualitas layanan pendidikan antarwilayah dan tinggi dari para pemangku kepentingan, koordinasi
antarsatuan pendidikan. Pendidikan vokasi yang yang kuat antar sektor, dan partisipasi aktif dari
diperkuat dengan peningkatan kerjasama swasta/ seluruh elemen masyarakat menjadi pilar utama dalam

Menuju Indonesia 2025 271


mewujudkan Indonesia yang layak anak. Di samping pendidikan tinggi. Selain itu, pengembangan
itu, keluarga yang berkualitas menjadi bagian penting perguruan tinggi sebagai pusat unggulan melalui riset-
dalam memperkuat karakter bangsa sebagai sarana riset ilmiah bersifat thematic-based yang berorientasi
penyemaian nilai-nilai luhur antar generasi. pada pemecahan masalah dengan pendekatan lintas
disiplin ilmu dan SDM yang berkualitas akan mampu
Budaya dan prestasi olahraga, serta prestasi meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.
Indonesia di multievent olahraga tingkat regional
dan internasional pada Asian Games, Asian Sementara itu, peran kebudayaan dalam pembangunan
Para Games, Olympic Games dan Paralympic terus meningkat untuk memperkuat karakter dan
Games meningkat. Hal tersebut didukung dengan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan
penyediaan prasarana dan sarana olahraga yang kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi arah
sesuai standar internasional, serta penataan perkembangan peradaban dunia. Pembangunan
sistem pembinaan olahraga berbasis cabang kebudayaan juga semakin memperkuat kohesi
olahraga olimpiade. Selain itu, partisipasi pemuda sosial dan membangun harmoni untuk meneguhkan
dalam berbagai sektor pembangunan diharapkan Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk.
meningkat, ditandai dengan sinergitas koordinasi Pembangunan kebudayaan ingin memastikan
lintas sektor pelayanan kepemudaan yang membaik, bahwa setiap penduduk memperoleh pelindungan
serta meningkatnya peran aktif sosial politik dan hak kebudayaan dan kebebasan berekspresi untuk
pencegahan perilaku berisiko pemuda. memperkuat kebudayaan yang inklusif.

Pada tahun 2025 kapabilitas Iptek dan penciptaan


Gini Ratio
inovasi akan semakin meningkat. Indonesia menjadi
research power-house yang menghasilkan beragam
produk litbang berdaya saing tinggi dan berorientasi 2020 0, 389

0,370-
pada pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
didukung oleh meningkatnya proporsi sumber daya
manusia Iptek yang memiliki kualifikasi S3 dan
2024
kualitas infrastruktur litbang. Selain itu, ekosistem
inovasi juga semakin melembaga sehingga terjadi
transformasi pembangunan dari yang berbasis
0,374
sumber daya alam menjadi berbasis pada
pengetahuan dan penciptaan nilai tambah. Proporsi penduduk yang tinggal di
kawasan Indonesia bagian timur
Dalam struktur pasar kerja, proporsi tenaga kerja
berpendidikan menengah dan tinggi juga akan
meningkat dilengkapi dengan pengetahuan, Di
keterampilan teknikal, dan kecakapan hidup yang 2025
mencapai

56,8
memadai. Pengembangan metode penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang berbasis teknologi informasi
dan pengembangan pendidikan tinggi melalui
program diploma (tidak harus S1) berdasarkan
keahlian yang dibutuhkan pasar kerja akan mampu juta jiwa
meningkatkan kesempatan masyarakat menempuh

272 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan Hidup
Pemerintah berkomitmen untuk menjadikan dengan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama (IKLH) nasional mencapai rentang target 74 –
dalam penyusunan program dan target di berbagai 75,25.
sektor pada RPJMN periode 2020-2024. Hal ini • Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
diuraikan pada Bab 1: Batasan Pembangunan mencapai di atas 27 persen dan penurunan
Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup intensitas emisi GRK mencapai 24 persen.
yang merupakan hasil Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS); Bab 7 mengenai pembangunan Guna mendukung terwujudnya profil lingkungan
lingkungan, ketahanan bencana dan perubahan hidup tersebut, beberapa kondisi yang diharapkan
iklim; dan pada bagian pengarusutamaan diuraikan tercapai pada tahun 2025 antara lain
kembali pentingnya penanggulangan perubahan 1) Dipertahankannya tutupan hutan primer seluas
iklim dan antisipasi bencana dengan meningkatkan 43 juta ha serta total tutupan hutan nasional
ketahanan di bidang pembangunan manusia, seluas 94 juta ha;
ekonomi, wilayah, infrastruktur, dan polhukam. 2) Terlaksananya reforestasi seluas 2 juta ha dan
Berdasarkan hal tersebut, profil lingkungan yang restorasi ekosistem gambut seluas 1,5 juta ha;
diharapkan pada tahun 2025 adalah sebagai 3) Timbulan sampah domestik berkurang sebesar
berikut: 30 persen dan tingkat kebocoran sampah ke
• Kualitas lingkungan hidup meningkat sehingga laut berkurang hingga 70%;
optimal untuk mendukung kehidupan serta 4) Meningkatnya pemulihan terhadap lahan
aktivitas sosial ekonomi masyarakat, ditunjukkan pasca tambang, lahan terkontaminasi limbah

Menuju Indonesia 2025 273


B3, lahan kritis, dan daerah aliran sungai (DAS); sanksi administratif, serta penyelesaian
5) Meningkatnya kualitas habitat dan jumlah sengketa di luar pengadilan secara terintegrasi
populasi, terutama untuk spesies kunci, dan sinergis;
dilindungi, dan terancam punah pada setiap 11) Proporsi penggunaan sumber energi baru
wilayah ekoregion; terbarukan mencapai 20 persen dari bauran
6) Meningkatnya luas serta efektifitas pengelolaan energi nasional;
kawasan konservasi darat dan laut; 12) Meningkatnya ketahanan terhadap dampak
7) Keanekaragaman hayati dapat dikelola secara perubahan iklim pada empat sektor prioritas:
terpadu pada seluruh sektor pembangunan; kelautan dan pesisir, air, pertanian, dan
8) Nilai manfaat keanekaragaman hayati terhadap kehutanan;
pertumbuhan ekonomi nasional semakin 13) Terbentuknya sistem mitigasi multi ancaman
bertambah; bencana terpadu, baik yang disebabkan oleh
9) Kepatuhan terhadap aturan Rencana Tata bencana hidrometeorologis (perubahan iklim)
Ruang Wilayah (RTRW), moratorium gambut, maupun yang diakibatkan oleh bencana alam
hutan lindung, dan hutan primer semakin lainnya;
meningkat; 14) Meningkatnya kualitas penanganan darurat
10) Kinerja penegakan hukum untuk mendukung bencana dan pemulihan pasca bencana; serta
pengelolaan lingkungan hidup semakin 15) Berkurangnya rasio kerugian ekonomi akibat
meningkat dalam aspek penanganan dampak bencana dan bahaya perubahan iklim
pengaduan, pengawasan izin; pemberian menjadi sebesar 0,21 persen terhadap PDB.

Emisi gas rumah kaca Total tutupan hutan primer

21-26
2020 %

27
diatas

2024 %

2020 34,8 juta ha

2025 43 juta ha

274 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tata Kelola
Kondisi yang Diharapkan pada
Tahun 2020-2024.
Dari aspek tata kelola pemerintahan yang baik ditingkat pusat, keterhubungan pemerintah pusat
diharapkan menuju pada Pemerintahan yang dengan pemerintah daerah menjadi penting, karena
dinamis (Dynamic Government), yaitu suatu pelaksanaan dari proses bisnis pada tingkat teknis
tata kelola pemerintahan yang responsif atas akan membawa dampak positif baik langsung
aspirasi masyarakat, perubahan lingkungan maupun secara tidak langsung pada pelaksanaan
strategis pembangunan yang cepat tanggap dan program pembangunan dan penyelenggaraan
mampu mengelola perubahan. Selain itu struktur pelayanan publik.
kelembagaan yang lincah (agile), yang mampu
mengindentifikasi masalah dan/atau peluang,
dan langsung mengantisipasi secara cepat dan Indeks pelayanan publik
berkesinambungan, sejalan dengan pembangunan
dan mampu merespon isu sesuai  dengan arah
kebijakan strategis pembangunan. Dari sisi 2025
sumber daya manusia (SDM), perlu membangun
SDM aparatur pembelajar, dengan menanamkan

3,25
konsep pola pikir yang mampu berfikir strategis, diatas
terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai
pelaku pembangunan serta masyarakat, dengan
berdasarkan sistem merit dan talent management.
Dari sisi pelayanan publik, diharapkan akan
terbangun pelayanan publik berkualitas, akuntabel,
dan responsif yang dapat memberikan perubahan
sosial. Hal ini ditandai dengan terpenuhinya standar
pelayanan, terbangunnya portal layanan terpadu Meningkatnya Indeks Citra
baik secara elektronik maupun non elektronik, kanal Indonesia di dunia internasional
pengaduan layanan yang efektif dan perbaikan
layanan berkala bersama stakeholder (masyarakat
dan pelaku usaha). Di
2025

4
Untuk itu tata kelola pemerintahan sangat peringkat
memerlukan prasyarat telah terbangunnya proses
bisnis yang efektif, tidak silo, terbuka untuk
berkolaborasi antar Pemerintah maupun dengan
non Pemerintah. Tata kelola juga akan terus
diperbaiki dan di evaluasi secara berkala didukung
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang
optimal. Selain terkoneksinya antar lembaga

Menuju Indonesia 2025 275


MATRIK MAJOR PROJECT
RPJMN 2020 - 2024

LAMPIRAN-1
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana

278
Nasional Alokasi Pendanaan
1 Memperkuat 1. Penerapan Industri 5 Tahun Rp 61,9 APBN, Swasta, Perluasan adaptasi dan Kemenperin, BKPM,
Ketahanan 4.0 (2020-2024) Triliun BUMN, pemanfaatan industri 4.0 untuk Kemenkominfo
Ekonomi Untuk Perbankan, meningkatkan produktivitas, LIPI, Kemenkes,
Pertumbuhan APBD, KPBU efisiensi, kontribusi nilai tambah, Kemenristekdikti, BPOM,
Yang Berkualitas daya saing dan keberlanjutan Bekraf, BPPT, KKP, BSN
industri nasional.
2. Penyelesaian 5 Tahun Rp 28,6 APBN, Swasta, 1. Peningkatan jumlah wisatawan Kemenpar, KLHK, KKP,
Kawasan Pariwisata: (2020-2024) Triliun BUMN, mancanegara dan nusantara di KemenPUPR, Kemenhub,
Danau Toba, Perbankan, 6 DPP KemenESDM,
Borobudur Dskt, APBD, KPBU 2. Peningkatan pengeluaran rata- KemenATR/BPN,
Lombok, Labuan rata per hari per pengunjung di Kemenko Maritim
Bajo, Bromo- 6 DPP
Tengger-Semeru, dan 3. Jumlah lapangan kerja baru yang
Wakatobi terkait langsung sektor pariwisata
di 6 DPP
4. Peningkatan kualitas hidup
masyarakat yang didukung
perbaikan layanan dasar,
lingkungan, dan keamanan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


5. Peningkatan ekonomi lokal yang
didukung integrasi pariwisata
dengan ekonomi kreatif”

3.Penguatan Jaminan 5 Tahun Rp 260 APBN, Swasta, Penguatan korporasi berbasis Kementan, KKP,

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


Usaha dan Korporasi (2020-2024) Triliun BUMN, 1.029 klaster komoditas (seluas 1,5 KemenKUKM,
Petani dan Nelayan Perbankan, juta ha); peningkatan produktivitas, KemenPUPR,
APBD, KPBU akses ke Lembaga pembiayaan KemenATR/BPN
(akses sektor pertanian ke KUR
20%), skala usaha, keterkaitan hulu-
hilir, nilai tambah pertanian dan
perikanan, kesejahteraan petani
dan nelayan, dan terbentuknya unit
bisnis petani dan nelayan
4. Akselerasi Energi 5 Tahun Rp 80 APBN, Swasta, Peningkatan produktivitas sawit KemenESDM, Kementan,
Terbarukan dan (2020-2024) Triliun BUMN, 10% per tahun, stok bahan bakar KLHK, KemenATR/BPN
Bahan Bakar Nabati Perbankan, nabati untuk kebutuhan Indonesia,
Berbasis Komunitas APBD, KPBU dan nilai tambah hasil perkebunan
sawit rakyat untuk mendukung
ketahanan ketahanan pangan,
ketahanan energi dan industrialisasi
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
5. Indutrialisasi dan 5 Tahun Rp 292,32 APBN, Swasta, 1. Meningkatkan nilai tambah BUMN, Swasta,
Hilirisasi Produk (2020-2024) triliun BUMN, Sumber Daya Alam di luar Pulau Kemenperin,
Sumber Daya Alam Perbankan, Jawa KemenPUPR, Kemenhub,
diluar Pulau Jawa APBD, KPBU 2. Memberi jaminan pasokan bahan KemenESDM,
baku bagi industri manufaktur Kemenkominfo,
3. Meningkatkan kontribusi dalam Kemenko Perekonomian,
peningkatan ekonomi dan Kemenkeu, KemenATR/
pemerataan wilayah BPN, KLHK, BKPM,
Pemda, KKP
2 Mengembangkan 1. Integrasi 5 tahun APBN, Pengembangan Kawasan Kementerian PUPR,
Wilayah Untuk pembangunan (2020-2024) APBD,BUMN, Batam-Bintan bermanfaat dalam Kementerian Pariwisata,
Mengurangi wilayah Batam-Bintan KPBU, PINA mendorong pertumbuhan industri Kementerian LHK,
Kesenjangan dan pariwisata guna meningkatkan Kemenko Maritim,
Dan Menjamin daya saing wilayah. Kementerian
Pemerataan Perindustrian,
Kementerian
Kesehatan, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah, BP
Batam, dan Pelindo I
2. Pengembangan 5 Tahun Rp 24,96 APBN, 1. Pengembangan Wilayah Kementerian PUPR,
Wilayah Metropolitan (2020-2024) triliun APBD,BUMN, Metropolitan Palembang Kementerian
(Palembang, KPBU, PINA sebagai pusat perdagangan Perhubungan,
Banjarmasin, dan jasa skala nasional, serta Kementerian Dalam
Makassar, dan meningkatkan pembangunan di Negeri, Bappenas, BPS
Denpasar) Selatan Sumatera
2. Pengembangan Wilayah
Metropolitan Banjarmasin untuk
mengurangi kesenjangan antara
KBI dan KTI
3. Pengembangan Wilayah
Metropolitan Makassar untuk
memperkuat hub nasional di KTI
4. Pengembangan Wilayah
Metropolitan Denpasar sebagai
pusat pariwista dan untuk
membagi beban Pulau Jawa
sebagai pusat ekonomi nasional

279
Prioritas Perkiraan Sumber

280
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
3. Pengembangan Kota 5 Tahun Rp 712,75 APBN, 1. Pengembangan Kota Baru Sofifi Kementerian ATR,
Baru (Sofifi, Tanjung (2020-2024) Milyar APBD,BUMN, sebagai pusat pemerintahan Kementerian PUPR,
Selor, Maja, dan KPBU, PINA serta mengefektifkan seluruh Kementerian
Sorong) investasi yang sudah Kominfo, Kementerian
dikembangkan dan dibangun di Perindusterian,
Sofifi Bappenas, Kementerian
2. Pengembangan Kota Baru PKW Kominfo, Kementerian
Tanjung Selor sebagai pusat Perhubungan,
pemerintahan dan salah satu Kementerian Lingkungan
pusat pelayanan bagi wilayah Hidup dan Kehutanan,
perbatasan Kementerian PUPR,
3. Pengembangan Kota Baru Maja Bappenas, Kementerian
sebagai salah satu percontohan Desa, Kementerian
PINA terbesar di Indonesia Dalam Negeri,
4. Pengembangan Kota Baru Kementerian Keuangan,
Sorong sebagai penunjang PKSN Provinsi Kalimantan
Raja Ampat dan KI Sorong serta Utara, Kabupaten
pusat pembangunan berbasis Bulungan, Kabupaten
jasa ekosistem Lebak, Kota Tidore

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara, Provinsi
Papua Barat
4. Percepatan 5 Tahun Rp 30 triliun APBN, APBD 1. Meningkatkan pertumbuhan Kementerian PUPR,
Pembangunan (2020-2024) ekonomi, pemerataan Kementerian
Kawasan Tertinggal pembangunan dan kesejahteraan Perhubungan,

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


di Pulau Papua: masyarakat di 10 Kabupaten di Kementerian Kominfo,
Wilayah Adat Laa wilayah Pegunungan Tengah Kemendikbud,
Pago di Provinsi Provinsi Papua, dan 6 Kabupaten Kementerian
Papua dan Wilayah di wilayah Adat Domberay ESDM, Kemristek
Adat Domberay di Provinsi Papua Barat Dikti, Kementerian
Provinsi Papua Barat 2. Meningkatnya aksesibilitas Kesehatan, Kementerian
transportasi dan distribusi Pertanian, Kementerian
komoditas unggulan di wilayah KUKM, Kementerian
Adat La Pago (Pegunungan Perdagangan,
Tengah Papua) dan wilayah Adat Kementerian Pariwisata,
Domberay Provinsi Papua Barat Kementerian
Perindustrian, BNPB
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
5. Rehabilitasi dan 3 Tahun Rp 165 APBN, APBD, 1. Meningkatnya kualitas kehidupan Kementerian PUPR,
Rekonstruksi Daerah (2020-2022) Triliun BUMN, Swasta, masyarakat terdampak bencana Kementerian Tenaga
Terdampak Bencana: Masyarakat melalui kegiatan rehabilitasi dan Kerja, Badan Ekonomi
Pulau Lombok dan rekonstruksi pascabencana. Kreatif, Kementerian
Sekitarnya, Kota Palu 2. Mempercepat pemulihan Perindustrian,
dan Sekitarnya, dan infrastruktur pendukung ekonomi, Kementerian
Kawasan Pesisir Selat peningkatan kondisi ekonomi, Perdagangan,
Sunda serta mendorong peningkatan Kementerian Koperasi
ekonomi lokal masyarakat pada dan UKM, Kementeringan
daerah terdampak bencana. Keuangan, OJK, Bank
Indonesia, BNPB,
Kementerian LHK,
Kementerian ATR/
BPN, Kementerian
Pertanian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Pariwisata,
Badan Koordinasi
Penanaman Modal,
Kemenko Perekonomian,
Bappenas, dan
Pemerintah Daerah
6. Pengembangan 5 Tahun Rp 26 APBN, APBD 1. Sebagai Pusat perkotaan Kementerian PUPR,
Ekonomi Kawasan (2020-2024) Triliun yang berpotensi sebagai pos Kementerian
Perbatasan Negara: pemeriksaan lintas batas dengan Perhubungan,
PKSN Paloh-Aruk di negara tetangga Kementerian Pertanian,
Provinsi Kalimantan 2. Sebagai Pusat perkotaan Kementerian Desa
Barat, PKSN yang berfungsi sebagai pintu PDT, Kementerian
Nunukan di Provinsi gerbang internasional yang Perdagangan,
Kalimantan Utara, menghubungkan dengan negara Kementerian ESDM,
PKSN Atambua dan tetangga Kementerian Kominfo,
PKSN Kefamenanu di 3. Sebagai Pusat perkotaan Kementerian Pariwisata,
Provinsi NTT , PKSN yang merupakan simpul Kementerian Pendidikan,
Jayapura dan PKSN utama transportasi yang Kemeterian Kesehatan,
Merauke di Provinsi menghubungkan wilayah Kementerian Kominfo,
Papua sekitarnya Kementerian Kelautan
4. Sebagai Pusat perkotaan yang dan Perikanan
merupakan pusat pertumbuhan
ekonomi yang dapat mendorong
perkembangan kawasan di

281
sekitarnya
Prioritas Perkiraan Sumber

282
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
7. Pemindahan Ibukota 5 Tahun Rp 83,8 APBN, BUMN, 1. Mengurangi beban Jakarta dan Kementerian PPN/
Negara (2020-2024) Triliun*) Swasta Jabotabek; Bappenas, Kementerian
2. Mendorong pemerataan ATR/BPN, Kementerian
pembangunan ke wilayah PUPR, Kemenko
Indonesia bagian timur; Perekonomian, Kemenko
3. Mengubah mind-set Polhukham, Kementerian
pembangunan dari Jawa Centris Perhubungan,
menjadi Indonesia Centris; Kementerian Lingkungan
4. Memiliki ibukota negara yg Hidup, Kementerian
merepresentasikan identitas PAN/RB, Kementerian
bangsa, kebhinekaan dan Pertahanan dan
penghayatan terhadap Pancasila; Keamanan TNI/Polri.
5. Meningkatkan pengelolaan
pemerintahan pusat yang efisien
dan efektif;
6. Memiliki Ibukota yang
menerapkan konsep smart,
green, and beautiful city untuk
meningkatkan competitiveness
secara regional maupun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


internasional.
3 Meningkatkan 1. Percepatan 5 Tahun Rp 37,8 APBN 1. Meningkatkan derajat kesehatan Kemkes, BKKBN,
SDM Berkualitas Penurunan Kematian (2020-2024) Triliun masyarakat yang ditunjukkan Kemdikbud, KPPPA,
Dan Berdaya Ibu dan Stunting dengan meningkatnya Usia Kemsos, Kominfo,
Saing Harapan Hidup Kemenag, Kementan,

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


2. Meningkatkan daya saing SDM KKP, Kemendes PDTT
Indonesia dan memutus rantai
kemiskinan Catatan:
Perkiraan alokasi
anggaran untuk stunting
tidak termasuk output
K/L yang dimasukkan
dalam perhitungan Major
Project lain
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
2. Pengembangan 5 Tahun Rp 330,1 APBN, BUMN, 1. Peningkatan produktivitas tenaga Kemenko Ekon, Kemenko
Pendidikan dan (2020-2024) Triliun APBD, Swasta, kerja PMK, Kemdikbud,
Pelatihan Vokasi Lain-lain 2. Peningkatan kebekerjaan Kemristekdikti,
untuk Industri 4.0 angkatan kerja Kemnaker, Kemperin,
3. Peningkatan keterampilan, Kemtan, Kem.ESDM,
keahlian, dan daya saing tenaga Kemhub, Kemkes, KKP,
kerja Kempar, Kemen PUPR,
Kemkominfo, KLHK,
Kemendag, Kemkeu,
Bekraf, asosiasi industri,
dan Pemda
3. Pembangunan 5 Tahun Rp 2,8 APBN, SBSN, 1. Wahana komersialisasi hasil riset ITB, UI, UGM, IPB, dan
Science Technopark (2020-2024) Triliun KPBU 2. Menjalankan skema tripple helix Kemenristekdikti
(optimalisasi Triple dengan insentif fasilitas untuk
Helix di 4 major industri masuk ke STP
Universitas)
4. Digitalisasi dan 5 Tahun Rp 496,02 APBN 1. Meningkatkan ketepatan sasaran Kemensos, Kemdikbud,
Integrasi Bantuan (2020-2024) Triliun dan efektivitas program sesuai Kemenag, Kemristekdikti,
Sosial Perpres Nomor 63 Tahun 2017 KemenESDM, dan
tentang Penyaluran Bantuan Pemda
Sosial Non-Tunai
2. Mendorong cakupan
layanankeuangan formal terutama
bagi masyarakat miskin dan
rentan sesuai Perpres Nomor 82
Tahun 2016 tentang SNKI
3. Mensukseskan Gerakan
Nasional Non-Tunai (GNNT) dan
mendukung Industry 4.0
4 Membangun - - - - -
Karakter Bangsa

283
Prioritas Perkiraan Sumber

284
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
5 Memperkuat 1. Pembangunan Tol 5 Tahun Rp 211, 86 Penugasan 1. Menurunkan ongkos angkut Kementerian PUPR
Infrastruktur Trans Sumatera (2020-2024) Triliun BUMN, PINA, dengan pengurangan waktu
Untuk KPBU tempuh Aceh-Lampung dari 48
Mendukung jam menjadi 30 jam
Pengembangan 2. Menjadi enabler bagi
Ekonomi Dan perkembangan 6 Kawasan
Pelayanan Dasar Industri (KI Dumai, KI Jambi
Kemingking, KI Tenayan, KI
Way Pisang, KI Sei Mangkei, KI
Tanjung Api-Api)
3. Terhubungnya wilayah yang
masih tertinggal di pantai
barat Sumatera (Bengkulu dan
Sumatera Barat)
4. Mendukung pertumbuhan PDRB
Sumatera sebesar 5,58% pada
tahun 2024, dan meningkatkan
share PDRB Wilayah Sumatera
menjadi 21,38% pada tahun 2024

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


2. Pembangunan 5 Tahun Rp 132 APBN, KPBU, 1. Mengatasi bencana banjir rob Kementerian PUPR
Tanggul Laut (2020-2024) Triliun BUMN dampak dari penurunan muka
Pantai Utara Jawa tanah di Pantura
Terintegrasi dengan 2. Memenuhi kebutuhan air baku
Pembangunan Jalan untuk megapolitan di Pantura
Tol Semarang Demak 3. Mengatasi pencemaran air sungai

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


dan laut akibat limbah domestik
dan industri secara terpadu
4. Mengatasi permasalahan
transportasi dalam dan antar kota
di Pantura
5. Menyediakan lahan untuk
pengembangan wilayah di
Jabodetabek
3. Pembangunan KA 5 Tahun Rp 107 KPBU 1. Mengurangi waktu tempuh Kementerian
Cepat (Jakarta – (2020-2024) Triliun/ Jakarta – Surabaya dari 14 jam Perhubungan
Surabaya/ Jakarta – Rp 81,95 menjadi 5,5 jam
Bandung) Triliun 2. Mendorong pengembangan
pusat pertumbuhan baru di
Cirebon, Semarang dan Tuban
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
4. Pembangunan KA 5 Tahun Rp 18 KPBU, SBSN 1. Mengurangi beban angkutan Kementerian
Angkutan Barang (KA (2020-2024) Triliun barang di Jalan Nasional Lintas Perhubungan
Sulawesi, Makassar- Barat Sulawesi
Pare Pare) 2. Terintegrasinya Konektivitas
antara Kawasan Industri dengan
Pelabuhan Makassar
5. Pembangunan 5 Tahun Rp 2,8 APBN, KPBU 1. Menurunkan disparitas harga di Kementerian
Jembatan Udara (2020-2024) Triliun daerah yang dilayani Perhubungan
Papua 2. Program ini telah memberikan
dampak signifikan terhadap
penurunan harga rata-rata 5 bahan
pokok sebesar 57,21 persen
3. Dapat menggerakan ekonomi di
daerah karena selain membawa
barang menuju daerah yang jauh
tetapi juga mengangkut kembali
barang yang dihasilkan daerah
tersebut ke daerah lain di pelosok
indonesia.
6. Pengembangan 5 Tahun Rp 210 APBN, KPBU, 1. Penyediaan waduk multiguna Kemen PUPR
Waduk Multiguna dan (2020-2024) Triliun BUMN untuk KEK/KI, perkotaan, dan
Modernisasi Irigasi daerah irigasi premium
2. Peningkatan kapasitas dan fungsi
bendungan eksisting dengan
risk score yang sesuai standar
keamanan
3. Konservasi dan perlindungan
kawasan greenbelt dan
catchment area bendungan serta
penurunan sedimentasi
4. Peningkatan lahan dan
produktivitas daerah irigasi untuk
tanaman pangan dan komoditas
pertanian bernilai ekonomi tinggi
5. Perlindungan dan pemulihan tingkat
produksi pangan di Pulau Jawa
6. Peningkatan standar efisiensi dan
kinerja penggunaan air irigasi
yang didukung oleh pemanfaatan

285
teknologi
Prioritas Perkiraan Sumber

286
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
7. Pembangunan Jalan 2 Tahun Rp 3,8 APBN 1. Mengurangi Biaya Pengiriman/ Kementerian PUPR
Trans Papua (2020-2022) Triliun logistik di Papua dari Rp 13.000/
kg menjadi Rp 7.000/kg.
2. Membuka isolasi daerah
tertinggal dan kawasan
Pegunungan Tengah Papua
8. Pembangunan 5 Tahun Rp 2,9 APBN 1. Meningkatkan konektivitas Kementerian PUPR
Jalan Trans/lingkar (2020-2024) Triliun dan mendorong pertumbuhan
Pulau terluar/ ekonomi daerah, khususnyandi
tertinggal (Nias, Pulau Terluar
Morotai, Sumba, Dan 2. Meningkatkan aksesibilitas
Saumlaki) masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan publik
9. Pengembangan 5 Tahun Rp 14 BUMN 1. Meningkatnya kelancaran Kementerian
Jaringan 7 Pelabuhan (2020-2024) Triliun kegiatan ekspor impor dan Perhubungan
Terpadu distribusi barang
2. Terintegrasinya 7 pelabuhan
utama tol laut dengan kawasan
industri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


3. Mengurangi biaya operasional
pelabuhan sebesar 15%
4. Harmonisasi cargo tracking dan
adanya standarisasi pelayanan
pelabuhan
5. Terwujudnya layanan kapal

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


minimal 3.500 TEUs yang
tetap dan teratur sehingga
membentuk rute pelayaran
nasional yang efisien
10. Pengembangan Multiyears Rp 50 KPBU, APBN, 1. Meningkatnya ketahanan dan Kementerian ESDM
Infrastruktur Gas hingga 2025 Triliun BUMN keberlanjutan akses pemenuhan
Kota energi untuk masyarakat
2. Mengurangi biaya rumah tangga
3. Lebih praktis bersih dan aman
dibandingkan LPG 3 kg
4. Penghematan subsidi LPG
sebesar Rp 1,26 Triliun per tahun
(untuk 1 juta SR)
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
11. Peningkatan akses 5 Tahun Rp 38,776 KPBU, APBN, 1. Mendukung target SDGs Sanitasi Kemen PUPR,
sanitasi (air limbah) (2020-2024) Triliun APBD, DAK, dan SPM Air Limbah Kementerian Kesehatan,
layak dan aman Masyarakat 2. Mengurangi pencemaran air Kementerian Dalam
3. Meningkatkan kesehatan Negeri, Pemerintah
masyarakat Daerah
4. Menurunkan angka stunting
12. Penyediaan 100.000 5 Tahun Rp 20 KPBU, BUMN, 1. Meningkatkan akses perumahan Kemen PUPR, Perumnas,
unit hunian layak (2020-2024) Triliun APBN layak, aman dan terjangkau Pemerintah Daerah
2. Menangani dan mencegah
kawasan kumuh
3. Meningkatkan kapasitas supply
perumahan
4. Memperkuat kemanan
pertanahan (tenure)
5. Memperbaiki kualitas layanan
lingkungan menjadi lebih efisien
melalui pembangunan padat
terkendali dengan tata guna
lahan campuran dan infrastruktur
terpadu
13. Pembangunan 10 5 Tahun Rp 244,57 APBN, APBD, 1. Mendukung target SDGs Akses Kemen PUPR (DJCK,
Juta Sambungan (2020-2024) Triliun KPBU, CSR Universal Air Minum Layak dan Ditjen. SDA, BPPSPAM),
Rumah Aman, dan SPM Air Minum Kementerian Dalam
2. Meningkatkan kesehatan Negeri (Ditjen. Bangda
masyarakat dan Ditjen. Keuda),
3. Meningkatkan kesejahteraan Pemerintah Daerah,
masyarakat untuk bisa memiliki PDAM, Kemenkes (Ditjen.
akses terhadap layanan dasar Kesmas)
4. Menurunkan angka stunting
14. Perluasan distribusi 5 Tahun Rp 42,8 APBN, BUMN, 1. Peningkatan akses air bersih Kemen PUPR
air bersih di seluruh (2020-2024) Triliun Swasta, KPBU layak
wilayah 2. Meningkatkan rasio cakupan
PDAM dan penduduk terlayani
PDAM
3. Meningkatnya kinerja dan
kapasitas penyelenggara PDAM
(penambahan persentasi kondisi
PDAM yang Sehat dan perbaikan

287
tingkat NRW)
Prioritas Perkiraan Sumber

288
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
15.Pengelolaan Citarum 5 Tahun Rp 13,44 APBN, APBD 1. Sistem Pemantauan Kualitas Air: KLHK, Kemenperin,
Harum (2020-2024) Triliun Provinsi/Kab/ • Sistem pemantauan kualitas Kementan, Kemen PUPR,
Kota, BUMN, air yang terintegrasi secara Kementerian Kelautan
Swadaya/ realtime dari hulu ke hilir dan Perikanan
Swasta, Polri 2. Penanganan Limbah Cair dan
Sanitasi-Kualitas air (Klasifaksi
minimal kelas IV):
• Peningkatan pelayanan sanitasi
di DAS Citarum
3. Modernisasi Pengelolaan
Sampah:
• Peningkatan cakupan
pelayanan pengelolaan
sampah
4. Revitalisasi Kawasan Hulu melalui
Penanaman Pohon dan Alih
Profesi:
• Penertiban KJA dan
pengurangan lahan berstatus
sangat kritis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


5. Penyediaan Air Bersih dan
Pengendaluan Debit Sungai:
• Pengendalian debit sungai
melalui konservasi air di daerah
hulu & perawatan saluran,

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


serta penyediaan air bersih
melalui peningkatan kapasitas
penyediaan air baku & jaringan
perpipaan
16. Pengembangan 5 Tahun Rp 180 APBN, APBD, 1. Meningkatkan pangsa angkutan Kementerian
Sistem Angkutan (2020-2024) Triliun KPBU, PINA umum perkotaan mencapai 42% Perhubungan
Umum Masal 2. Mengatasi kemacetan lalu lintas
Perkotaan di 6 Kota di 6 kota metropolitan
Metropolitan 3. Mengurangi kerugian ekonomi
akibat kemacetan
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
17.Proyek Revitalisasi Balikpapan Rp 643 Anggaran 1. Meningkatnya penyediaan minyak Penugasan BUMN
kilang minyak (3 tahun) Triliun Pertamina mentah dan bahan bakar di dengan PT Pertamina
(Balikpapan, Cilacap dengan Indonesia sehingga menurunkan sebagai Penanggung
Cilacap, Balongan, (5 tahun) Penugasan ketergantungan pada impor Jawab Proyek
Dumai) dan Balongan 2. Dapat diproduksinya hasil
pembangunan 2 (3 tahun) turunan kilang lainnya
kilang baru (Tuban Dumai (petrokimia)
dan Bontang) (5 tahun)
Tuban
(6 tahun)
Bontang
(6 tahun)
18. Transformasi Digital 5 Tahun Rp 50 APBN, APBD, 1. Membangun jaringan komunikasi Kemenkominfo,
(2020-2024) Triliun KPBU, BUMN, broadband yang menjangkau KemenPANRB,
swasta seluruh kabupaten/kota termasuk Kemendikbud,
hingga tingkat desa/kelurahan, Kemenkes, Kemendagri,
baik yang berada pada daerah LKPP, Kemendag,
komersil maupun nonkomersil Kemenperin, Kementan,
serta menyediakan jaringan Kemenkeu, Pemda
komunikasi untuk kebutuhan
kawasan industri, kawasan
ekonomi khusus, destinasi
pariwisata.
2. Menyediakan kebutuhan
penyimpanan data untuk
berbagai aplikasi, konten dan
layanan pemerintah, dengan
teknologi yang aman, terintegrasi,
dan dapat diakses setiap saat,
serta mampu untuk melakukan
analisa Big Data dari berbagai
sumber data yang tersedia.
3. Melaksanakan transformasi
digital pada sektor prioritas
(e-pemerintahan, e-pendidikan,
e-kesehatan, e-pengadaan,
e-logistik, e-pertanian, e-sosial)
dan e-commerce, kota cerdas,
industri 4.0, dan diseminasi
informasi

289
Prioritas Perkiraan Sumber

290
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
19. Penyelesaian 5 Tahun Rp 100 APLN 1. Tercapainya target 23% EBT PT PLN
35000 MW [Proyek (2020-2024) Triliun (Anggaran PT di pembangkitan dengan
Peningkatan PLN), APBN, pemanfaatan penggunaan energi
Pembangkit Listrik swasta baru terbarukan
PLTA Pumped 2. Menurunkan Biaya Pokok
Storage (Sustainabilty Produksi (BPP) Pembangkitan
& Security); Proyek saat peak load;
Penerapan “SPM” 3. Sebagai flexible generation
Penyediaan Akses guna mengantisipasi masuknya
Listrik (Access); pembangkit EBT yang bersifat
Proyek Interkoneksi intermittent (PLTS /PLTB)
Kehandalan Sistem 4. Terbangunnya teknologi
(Security)] penyimpanan energi melalui
pembangunan PLTA pumped
storage
5. Meningkatkan kapasitas dan
kehandalan jaringan penyaluran
listrik wilayah di pulau –pulau
besar khususnya Sumatera
Kalimantan, Sulawesi, NTT,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Papua dan Papua Barat
6. Mengurangi biaya produksi antar
wilayah interkoneksi
7. Kapasitas sharing cadangan
antar pulau

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


6 Membangun 1. Penguatan Sistem 5 Tahun Rp 15,79 APBN, APBD, 1. Mengurangi korban jiwa, BMKG, BNPB, LAPAN,
Lingkungan Mitigasi Multi (2020-2024) Triliun Swasta, BUMN kerugian ekonomi, dan kerusakan BIG, LIPI, Kemen PUPR,
Hidup, Ancaman Bencana infrastruktur akibat bencana KLHK, BPPT, Pemda
Meningkatkan Terpadu 2. Meningkatkan efektifitas
Ketahanan penanggulangan bencana
Bencana, Dan
Perubahan Iklim 2. Pembangunan 5 Tahun Rp 13,72 APBN, APBD, 1. Menurunkan risiko bahaya KLHK, Kemenkes,
Instalasi Pengolahan (2020-2024) Triliun swasta (KPBU) paparan limbah B3, limbah KemenPUPR,
Limbah Medis, medis, sampah domestik, Kemenperin,
Limbah B3, Sampah dan sampah plastik terhadap Kemendagri, Pemda,
Domestik, dan kesehatan Swasta
Sampah Plastik 2. Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup dan kesejahteraan
masyarakat
Prioritas Perkiraan Sumber
No Major Project Durasi Manfaat Proyek Pelaksana
Nasional Alokasi Pendanaan
7 Memperkuat 1. Penguatan keamanan 5 Tahun Rp 8,18 APBN 1. Meminimalisasi terjadinya BSSN, BPPT, Kominfo,
Stabilitas siber (2020-2024) Triliiun serangan siber Kemhan, BIN, Polri,
Polhukhankam 2. Integrasi penanggulangan Kemkumham, K/L Teknis,
Dan Transformasi serangan siber PemProv, dan BUMN
Pelayanan Publik 3. Sebagai pusat informasi terpadu
dan menyediakan data real time
kejadian serangan siber

291
PENGARUSUTAMAAN
Gender
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Pembangunan Berkelanjutan
Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim
Modal Sosial dan Budaya
Tranformasi Digital

LAMPIRAN-2
Gender
Pengarustamaan gender (PUG) merupakan strategi Status kesehatan perempuan masih rendah.
untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu
gender dalam pembangunan nasional. Strategi ini 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). Saat
dilakukan dengan cara mengintegrasikan perspektif ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga
gender dalam proses perencanaan, penganggaran, (IRT) meningkat. Jumlah penderita AIDS tertinggi
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas adalah IRT, mencapai 16.405 orang (Kementerian
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Kesehatan, 2018).

Di bidang ketenagakerjaan, tingkat Partisipasi


Capaian
Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih
Capaian utama pembangunan kesetaraan gender rendah. TPAK laki-laki sebesar 82,69 persen
dan pemberdayaan perempuan ditandai dengan sementara TPAK perempuan hanya sebesar 51,88
meningkatnya Indeks Pembangunan Gender persen (Sakernas, Agustus 2018). Rata-rata upah
(IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). buruh perempuan per bulan sebesar 2,4 juta rupiah,
IPG mengalami peningkatan dari 90,82 di tahun lebih rendah dibandingkan dengan upah laki-laki
2016 menjadi 90,99 di tahun 2018. Hal ini berarti sebesar 3,06 juta rupiah (Sakernas, 2018). Sektor
kesenjangan pembangunan antara perempuan kerja formal juga didominasi oleh tenaga kerja
dan laki-laki semakin mengecil di beberapa bidang laki-laki yaitu mencapai 45,66 persen, sementara
pembangunan. Sementara itu, IDG meningkat perempuan 38,63 persen.
dari 71,39 di tahun 2016 menjadi 71,74 di tahun
2017. Peningkatan capaian IDG didukung oleh Dalam hal perlindungan, kekerasan terhadap
meningkatnya jumlah perempuan sebagai tenaga perempuan masih tinggi. Hasil Survei Pengalaman
profesional dan sumbangan pendapatan pekerja Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2016
perempuan. menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun
pernah mengalami kekerasan fisik selama hidupnya.
Lingkungan dan Isu Strategis Kasus perdagangan perempuan masih tinggi dan
kekerasan terhadap perempuan berbasis budaya
Kesenjangan gender di bidang pendidikan masih masih terus berlangsung. Selain itu, kekerasan
terjadi. Rata-rata lama sekolah anak perempuan terhadap anak perempuan meningkat. Kasus
lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, yaitu kekerasan yang terjadi masih dilatarbelakangi oleh
7,65 tahun dan 8,56 tahun (Susenas, 2017). budaya, diantaranya perkawinan anak. Sebanyak
Perempuan yang tidak memiliki ijazah lebih banyak 22,91 persen perempuan usia 20-24 tahun
dibandingkan laki-laki, yaitu 25,62 persen dan 24,04 melakukan perkawinan pertama sebelum usia 18
persen. Anak perempuan yang putus sekolah rentan tahun (BPS, 2017).
mengalami perkawinan anak yang mengakibatkan
tidak terpenuhinya hak-hak anak. Keterwakilan perempuan di bidang politik
masih rendah. Di lembaga legislatif, Persentase

294 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
keterwakilan perempuan di DPR hanya 17,32 persen tanpa melibatkan perempuan adat menyebabkan
(tahun 2014), sementara keterwakilan perempuan terampasnya hak perempuan adat dalam mengelola
di DPD menurun dari 28 persen (tahun 2009) sumber daya alam.
menjadi 25,75 persen (tahun 2014). Di lembaga
eksekutif, proporsi perempuan yang menduduki Kelembagaan dan pelembagaan PUG belum
jabatan struktural Eselon I-V hanya 31,96 persen kuat. Meskipun PUG telah menjadi strategi nasional,
dibandingkan laki-laki 68,03 persen (BKN, 2017).. tujuh Prasyarat PUG yaitu komitmen, kebijakan,
kelembagaan, sumber daya, alat analisis, data
Di bidang ekonomi, perempuan yang mengakses terpilah, dan dukungan publik, belum seluruhnya
kredit masih rendah. Persentase kepala rumah dipenuhi oleh K/L dan pemerintah daerah. Integrasi
tangga perempuan yang mengakses kredit sebesar gender di dalam perencanaan, penganggaran,
1,48 persen dibandingkan laki-laki sebesar 2,38 pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi kebijakan,
persen (Susenas, 2015).. program dan kegiatan pembangunan baik di tingkat
pusat dan daerah masih harus diperkuat.
Di bidang hukum, beberapa kebijakan dan
regulasi masih diskriminatif. Sebanyak 421 Sasaran
kebijakan dan regulasi diskriminatif dikeluarkan
oleh pemerintah daerah antara tahun 2009-2016. Sasaran pengarusutamaan gender adalah
Selain itu, pengetahuan aparat penegak hukum terwujudnya kesetaraan gender dalam
dan para calon aparat hukum terkait isu gender pembangunan, ditandai dengan:
dan pentingnya kesetaraan gender masih kurang.
Hukum perdata terkait isu gender saat ini juga masih
minim perhatian. Target
No Indikator Baseline
2024*

Di bidang infrastruktur, hunian dan sanitasi


yang tidak layak menghambat perempuan dalam Indeks Pembangunan 90,99
melakukan aktivitas. Rumah tangga yang tidak 1. 92,75
Gender (IPG) (2018)
memiliki akses terhadap sanitasi layak dan air
minum layak masing-masing masih 32,11 persen
dan 27,96 persen (Susenas, 2017). Kelangkaan air Indeks Pemberdayaan 71,74
2. 75,59
bersih menyebabkan perempuan sulit mengelola Gender (IDG) (2017)
rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif dan
ekonomis. Hunian sempit dan infrastruktur sanitasi Sumber: BPS
* Catatan: Angka proyeksi sementara Bappenas
yang berlokasi jauh dan gelap menyebabkan
perempuan rentan mengalami kekerasan dan
pelecehan seksual.

Dalam hal akses terhadap sumber daya alam,


partisipasi perempuan dalam pengambilan
keputusan masih rendah. Pembukaan lahan

Lampiran - Pengarusutamaan 295


Arah Kebijakan dan Strategi
Pengarusutamaan gender diarahkan untuk 2. Peningkatan peran dan kualitas hidup
mewujudkan kesetaraan gender di berbagai perempuan di berbagai bidang pembangunan,
bidang pembangunan, melalui: mencakup: a) Peningkatan pemberdayaan
1. Percepatan pelaksanaan pengarusutamaan perempuan; dan b) Peningkatan koordinasi
gender di berbagai bidang pembangunan di dengan stakeholder terkait untuk memastikan
tingkat pusat, daerah, dan desa, mencakup: perempuan mendapatkan akses dan manfaat,
a) Penguatan pemahaman dan komitmen serta berpartisipasi dan memiliki kontrol
pemangku kepentingan; b) Penguatan terhadap pembangunan.
kebijakan dan regulasi yang responsif gender;
c) Penguatan koordinasi dalam pelaksanaan
PUG di semua bidang pembangunan; d)
Peningkatkan kerja sama multipihak untuk
mendukung pelaksanaan PUG; e) Penyediaan
dan pemanfaatan data terpilah; dan f)
Penguatan pelaksanaan Perencanaan dan
Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG)
di semua jenjang pemerintahan, dan;

296 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Tata kelola pemerintahan yang baik sejalan dengan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas
agenda reformasi birokrasi nasional sebagaimana kelembagaan, antara lain melalui perbaikan
diamatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka proses bisnis, implementasi SPBE dan manajemen
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan Grand kearsipan.
Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 – 2025
untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, dan Pelayanan publik yang berorientasi perbaikan
berwibawa yang berdasarkan hukum serta birokrasi sosial ekonomi berkelanjutan dengan penerapan
yang profesional dan netral. Selain itu, sejalan standar pelayanan publik yang menyeluruh.
dengan RPJMN 2020 – 2024 pengarusutamaan Penyelenggaraan pelayanan publik salah satunya
tata kelola pemerintahan yang baik diarahkan ditinjau melalui penerapan standar pelayanan di
untuk mendukung pembangunan nasional. Melalui instansi pemerintah. Data Ombdusman RI (2018)
kebijakan pengarusutamaan, diharapkan seluruh menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2015
instansi pemerintah dapat meningkatkan kualitas s/d 2018 (Kementerian dari 27,27 persen menjadi
tata kelola dan kinerja. 55,56 persen; Lembaga dari 20 persen menjadi
25 persen; provinsi 9,09 persen menjadi 62,5
Lingkungan dan Isu Strategis persen; dan kab/kota dari 5,26 persen menjadi 31,6
persen). Capaian tersebut menunjukkan bahwa
ASN yang profesional, berintegritas, kreatif, masih diperlukan percepatan penerapan standar
inovatif, dan netral. Terwujudnya ASN yang pelayanan publik di seluruh instansi pemerintah.
profesional merupakan salah satu prasyarat untuk Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dapat mewujudkan birokrasi yang berkinerja publik di diperlukan pengembangan inovasi
tinggi. Untuk itu diperlukan penguatan manajemen pelayanan publik dan percepatan penyelesaian
ASN yang profesional berbasis sistem merit. Data pengaduan pelayanan.
KASN (2018) menunjukkan bahwa dari 74 instansi
pemerintah diketahui bahwa hanya terdapat enam Akuntabilitas kinerja dan pengawasan
kementerian yang telah memililki sistem merit yang handal dan efektif serta birokasi yang
“Sangat Baik”. Hal ini disebabkan masih lemahnya beintegritas. Akuntabilitas kinerja instansi ditinjau
manajemen ASN di instansi pemerintah khususnya dari opini BPK atas laporan keuangan instansi
pada pembinaan karier dan manajemen kinerja. dan nilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Data BPK (2018) menunjukan adanya peningkatan
Kelembagaan dan proses bisnis yang sederhana, persentase instansi pemerintah yang mendapatkan
responsif, adaptif dan membuka ruang peran Opini WTP atas laporan kuangan dari tahun 2015
serta publik dalam pemerintahan. Perkembangan s/d 2017 (Kementerian/Lembaga dari 65 persen
pembangunan kelembagaan salah satunya menjadi 55,56 persen; Provinsi dari 85 persen
ditandai dengan capaian indeks kelembagaan, menjadi 97 persen; Kabupaten dari 54 persen
data KemenPANRB (2018) menunjukkan bahwa 47 menjadi 72 persen; dan Kota dari 65 persen
K/L, 10 provinsi, 64 kab/kota mendapatkan indeks menjadi 86 persen). Selain itu, data KemenPANRB
kelembagaan cukup efektif. Hal ini menunjukkan RB (2018) menunjukan bahwa persentase instansi
bahwa masih diperlukan perbaikan secara pemerintah yang nilai akuntabilitas kinerjanya

Lampiran - Pengarusutamaan 297


“Baik” ke atas cenderung meningkat dari tahun
Arah Kebijakan dan Strategi
2015 s/d 2018 (Kementerian/Lembaga dari 76,62 Untuk mencapai sasaran pengarusutamaan tata
persen menjadi 92,77 persen; Provinsi dari 50 kelola pemerintahan yang baik tersebut, ditetapkan
persen menjadi 94,12 persen; dan Kabupaten/kota arah kebijakan dan strategi sebagai berikut:
dari 8,60 persen menjadi 46,85 persen). Namun 1. Peningkatan kualitas manajemen ASN melalui : (a)
demikian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Rencana kebutuhan riil ASN jangka menengah;
perlu terus ditingkatkan untuk mewujudkan instansi (b) Rencana pengembangan kompetensi ASN;
pemerintah yang transparan, bersih dan akuntabel. dan (c) Penyusunan pola karir instansional.
2. Peningkatan efektivitas tata kelola instansi
Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik pemerintah melalui: (a) Penerapan proses
secara konsisten diharapkan dapat meningkatkan bisnis instansi; (b) implementasi arsitektur SPBE
kualitas manajemen ASN, efektivitas tata laksana, instansi; dan (c) Penerapan e-Arsip terintegrasi.
peningkatan kualitas pelayanan publik, serta 3. Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi
meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi seluruh pemerintah melalui: (a) Penerapan manajemen
instansi pemerintah. risiko dalam pengelolaan kinerja instansi; (b)
Penerapan Zona Integritas untuk birokrasi yang
Sasaran bersih dan akuntabel; dan (c) Pemenuhan Unit
Kerja Pengadaan Barang/Jasa instansional.
Sasaran pengarusutamaan tata kelola pemerintahan 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui:
yang baik untuk lima tahun kedepan adalah: (1) (a) Penerapan (menyusun, menetepkan, dan
Terwujudnya ASN yang profesional; (2) Terwujudnya mempublikasikan) Standar Pelayanan di Unit
tata kelola instansi pemerintah yang efektif dan Pelayanan Publik (UPP) tertentu; (b) Percepatan
efisien; (3) Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi penyelesaian pengaduan pelayanan publik; (c)
pemerintah; dan (4) Terwujudnya pelayanan publik Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat di UPP
yang berkualitas. tertentu; (d) Pelaksanaan FKP dalam penetapan

Gambar. Sasaran Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Terwujudnya Terwujudnya tata Terwujudnya Terwujudnya


ASN yang kelola instansi Akuntabilitas Pelayanan
profesional pemerintah yang Kinerja Instansi Publik yang
efektif dan efisien Pemerintah berkualitas

298 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
standar pelayanan publik; (e) Pemutakhiran Publik (SIPP); dan (f) Integrasi penyelenggaraan
informasi pada Sistem Informasi Pelayanan pelayanan pusat, daerah, dan BUMN/D.

Tabel. Indikator dan Target Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Indikator Satuan Baseline Target 2024
Peningkatan kualitas manajemen ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 100
rencana kebutuhan ASN jangka menengah
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 70
rencana pengembangan kompetensi ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun pola
% N.A 96
karir instansi
Peningkatan efektivitas tata kelola instansi pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang telah menyusun
% N.A 100
proses bisnis instansi yang berkualitas dan terintegrasi
Jumlah instansi pemerintah yang telah menyusunan Instansi
N.A 200
arsitektur SPBE instansi Pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
% N.A 100
e-Arsip terintegrasi
Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja
% 0,16 (2019) 38
instansi
Penerapan Zona Integritas untuk birokrasi yang bersih
% 5 (2018) 40
dan akuntabel
Persentase Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)
% N.A 77
instansional dengan maturitas level III
Peningkatan kualitas pelayanan publik
Jumlah IP dengan UPP Tertentu yang menerapkan
Unit Pelayanan
(menyusun, menetepkan, dan mempublikasikan) 375 (2019) 675
Publik
Standar Pelayanan
Jumlah IP yang menyelesaikan pengaduan pelayanan Instansi
N.A 300
publik ≥ 50% Pemerintah
Jumlah UPP Tertentu yang melakukan survei kepuasan Unit Pelayanan Seluruh
1516 (2018)
masyarakat atas pelayanan publik Publik K/L/D
Jumlah instansi pemerintah yang melaksanakan FKP Instansi Seluruh
N.A
dalam penetapan standar pelayanan publik Pemerintah K/L/D
Instansi
Jumlah IP yang memutakhirkan informasi dalam SIPP N.A 300
Pemerintah
Jumlah Pemda yang mengintegrasikan
Mal Pelayanan
penyelenggaraan pelayanan pusat, daerah, dan 9 45
Publik
BUMN/D (MPP)

Lampiran - Pengarusutamaan 299


Pembangunan TPB/SDGs memiliki 5 (lima) prinsip dasar, meliputi: (1)
people (manusia), yaitu menetapkan mengentaskan
Berkelanjutan kemiskinan dan kelaparan dalam
dimensinya, dan menjamin bahwa semua warga
seluruh

dunia bisa memenuhi potensi harkat dan kesetaraan


Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma dan lingkungan yang sehat; (2) planet (bumi), yaitu
pembangunan masa depan yang diharapkan menetapkan perlindungan planet dari degradasi,
oleh bangsa-bangsa di dunia untuk mewujudkan termasuk melalui produksi dan konsumsi yang
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. berkelanjutan, pengelolaan secara berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan memuat 3 (tiga) isu sumber daya alam dan mengambil tindakan
utama, yaitu: (1) Ekonomi hijau dalam konteks perubahan iklim, sehingga dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kebutuhan generasi sekarang dan masa depan;
kemiskinan, (2) Pengembangan kerangka (3) prosperity (kesejahteraan), menjamin seluruh
kelembagaan pembangunan berkelanjutan, serta umat manusia dapat menikmati dan memenuhi
(3) Kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan hidup yang sejahtera dan kemajuan ekonomi, sosial
pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi dan teknologi berjalan selaras dengan alam; (4)
tersebut memuat penyusunan Tujuan Pembangunan peace (perdamaian), yaitu mendorong perwujudan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals masyarakat yang damai, baik dan inklusif yang
(TPB/SDGs). terbebas dari ketakutan dan kekerasan; serta
(5) partnership (kemitraan), yaitu merevitalisasi
Secara konkrit, TPB/SDGs merupakan komitmen kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan
bersama yang disepakati oleh 193 negara pada berdasarkan pada semangat memperkuat solidaritas
tanggal 25 September 2015. TPB/SDGs merupakan global, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau non
dokumen yang memuat tujuan untuk menjaga pemerintah, khususnya sektor pelaku usaha.
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan TPB/SDGs mencakup 17 Tujuan/Goal, 169 target,
kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas dan 241 indikator. Dalam melaksanakan TPB/SDGs,
lingkungan hidup, serta pembangunan yang inklusif diperlukan keterkaitan antardimensi pembangunan
dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga yang saling berpengaruh. Dimensi pembangunan
peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi yang dimaksud meliputi dimensi sosial, ekonomi,
ke generasi berikutnya. dan lingkungan, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan. Adanya keterkaitan
Sebagai salah satu negara yang berkomitmen antardimensi dalam pembangunan ini dapat
dalam pencapaian pelaksanaan TPB/SDGs, menjaga keberlanjutan kehidupan ekonomi dan
pemerintah Indonesia memandang TPB/SDGs sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan
sebagai aksi konkrit untuk mencapai pembangunan hidup, serta meningkatkan pembangunan yang
berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah melakukan inklusif dan pelaksanaan tata kelola yang mampu
penyelarasan tujuan dan target untuk pencapaian menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu
pelaksanaan TPB/SDGs dengan agenda generasi ke generasi berikutnya. Hal ini merupakan
pembangunan nasional, baik dalam Rencana satu “sisi positif” TPB/SDGs, yang dapat mendobrak
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) kebekuan egosektoralisme (silos), mendorong kerja
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah sama, kesalingterkaitan (interconnectedness), dan
Nasional (RPJMN). mengunci melalui indikator yang terukur.

300 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pencapaian pelaksanaan TPB/SDGs Indonesia
dapat dilihat dari SDG Index 2018. Dalam index
tersebut Indonesia mencapai skor sebesar 62.8,
atau posisi Indonesia menduduki peringkat ke – 99
dari 156 negara, dan dapat dikategorikan sebagai
negara cukup baik dalam pencapaian TPB/SDGs.
Dari 17 tujuan, terdapat 5 (lima) tujuan yang memiliki
kinerja baik dan hanya ada satu tujuan yang
mengalami penurunan yaitu Tujuan 15: Ekosistem
Daratan. Untuk tujuan lainnya, kinerja Indonesia
relatif tidak berubah besar.

Capaian
Perkembangan pencapaian menuju pembangunan
berkelanjutan dapat dilihat dari pertumbuhan
sosial, ekonomi, lingkungan, dan juga hukum dan
tata kelola pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2017 berhasil tumbuh 5,07 ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun kemiskinan, serta memobilisasi dan mengelola
2016 yang tercatat sebesar 5,03 persen. Demikian sumber daya guna menghasilkan perbaikan yang
pula dengan indeks pembangunan manusia (IPM). berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup
Pada tahun 2017, IPM Indonesia mencapai 70,81, untuk mencapai keadilan sosial.
atau meningkat 1,91 persen dibandingkan dengan
tahun 2014. Sementara, indeks kualitas lingkungan Pembangunan Ekonomi
hidup (IKLH) cenderung stagnan. Pada tahun 2017 Keterbatasan sumber daya alam serta penurunan
nilai IKLH Indonesia mencapai 66,46 atau sedikit kualitas lingkungan hidup berpotensi menghambat
meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih
65,73. Dalam hal tata kelola, indeks perilaku anti bertumpu pada sektor komoditas dan sumber
korupsi (IPAK) Indonesia pada tahun 2018 sebesar daya alam. Pembangunan ekonomi yang berbasis
3,66, lebih rendah dibandingkan capaian pada pada sumber daya alam yang tidak memperhatikan
tahun 2017 sebesar 3,71. aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya
akan berdampak pada kerusakan dan penuruan
Lingkungan dan Isu Strategis kualitas lingkungan, karena sumber daya alam dan
lingkungan memiliki kapasitas daya dukung dan
Pembangunan Sosial daya tampung yang terbatas.
Pembangunan sosial sebagai proses dinamis
terencana, dirancang untuk meningkatkan Lingkungan Hidup
kualitas dan taraf hidup masyarakat selaras Pembangunan berwawasan lingkungan hidup
dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi dan dilakukan untuk mendukung pertumbuhan
pelestarian lingkungan hidup. Pembangunan sosial ekonomi yang berkualitas dan meningkatkan
bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat, kualitas hidup manusia. Untuk menjaga kelestarian
yang mencakup pendidikan, kesehatan, lingkungan agar kualitas lingkungan hiudp tetap

Lampiran - Pengarusutamaan 301


terjaga, pemanfaatan sumber daya alam harus Upaya menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
dilakukan secara bijaksana, adil, efisien, dan masyarakat, dilakukan melalui: (i) meningkatkan
bertanggungjawab. ketahanan masyarakat miskin dan rentan terhadap
kejadian ekstrim terkait dengan iklim dan bencana,
Tata Kelola serta guncangan ekonomi, sosial, dan lingkungan
Tata kelola dalam konteks pembangunan lainnya; (ii) meningkatkan ketahanan pangan
berkelanjutan dilihat sebagai upaya sinergis yang termasuk stabilisasi harga pangan yang mampu
memadukan pembangunan manusia, ekonomi dan menjaga tingkat inflasi; (iii) mengembangkan usaha
lingkungan. Pembangunan tata kelola dilakukan ekonomi berkelanjutan serta akses pembiayaan
dengan mengedepankan prinsip partisipasi, dan pasar yang dapat menciptakan lapangan kerja
supremasi hukum, adil dan inklusif, efektif dan yang ramah lingkungan; (iv) meningkatkan akses
efisien, responsif, transparansi, berorientasi UKM yang menerapkan teknologi ramah lingkungan
konsensus, akuntabel, dan transparansi. dan inovasi untuk mendorong usaha produktif
masyarakat; (v) meningkatkan keterjangkauan
Sasaran layanan dan akses pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih dan sanitasi masyarakat;
Sasaran pengarusutamaan pembangunan (vi) meningkatkan pemahaman dan kapasitas
berkelanjutan untuk lima tahun ke depan adalah masyarakat terhadap jenis-jenis pelanggaran hukum
menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi lingkungan; (vii) meningkatkan kapasitas aparat
masyarakat secara berkesinambungan, menjaga penegak hukum terhadap jenis-jenis pelanggaran
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga hukum lingkungan; dan (viii) meningkatkan
kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan kesetaraan gender untuk memperoleh kesempatan
yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang akses/kesempatan pendidikan, kegiatan ekonomi
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dan sosial.
dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang
ditandai dengan indikator sebagaiaman ditampilkan Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
pada Tabel 9.2.1. yang memperhatikan kapasitas daya dukung
sumber daya alam dan daya tampung lingkungan
Arah Kebijakan dan Strategi
Tabel 9.2.1 Sasaran Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan 2020-2024
TARGET
PILAR INDIKATOR
BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan
Ekonomi Target pertumbuhan PDB (%) 5,1 – 5,6* 5,3-5,5 5,4-5,7 5,4-5,9 5,5-6,2 5,5-6,5
Berkelanjutan
Pembangunan
Indeks Pembangunan Manusia 71,98* 72,51 73,26 74,01 74,77 75,54
Sosial
Pembangunan 69,25- 70,25- 71,25- 72,25 - 73,25-
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 70,25*
Lingkungan HIdup 71,25 72,25 73,25 74,25 75,25
Indeks Perilaku Anti Korupsi 4,00* 4,00 4,03 4,06 4,09 4,14
Tingkat kepatuhan pelayanan
Pembangunan publik K/L berdasarkan UU 25/2009 100* 100 100 100 100 100
Tata Kelola tentang pelayanan publik (%)
Persentase K/L dengan SKOR “B”
85* 94 96 97 100 100
atas SAKIP (%)

302 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
hidup, dilakukan melalui strategi: (i) mendorong sampah dan limbah B3 yang terintegrasi; (viii)
peningkatan tingkat pendapatan per kapita yang mendorong pola produksi dan konsumsi yang
disertai pengurangan kesenjangan pendapatan berkelanjutan masyarakat dalam kehidupan sehari-
antar kelompok; (ii) meningkatkan ketahanan hari; (ix) membangun infrastruktur sesuai dengan
masyarakat miskin dan rentan terhadap guncangan tata ruang dan mempertimbangkan daya dukung
ekonomi (iii) meningkatkan lapangan pekerjaan dan daya tampung lingkungan; (x) pemanfaatan
layak sehingga dapat menurunkan tingkat kearifan lokal untuk pengelolaan sumber daya
pengangguran; (iv) meningkatkan pemerataan alam dan lingkungan; (xi) pembentukan sistem
pembangunan dan pengurangan kesenjangan pengawasan dan pencegahan pelanggaran dan
antar wilayah; (v) mendorong pengembangan kejahatan sumber daya alam dan lingkungan hidup
infrastruktur yang berkualitas, berkelanjutan dan (SDALH) terintegrasi; (xii) meningkatkan penegakan
tangguh bencana; (vi) mendorong pengembangan hukum lingkungan dan tata ruang secara tegas; dan
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan; (vii) (xiii) mempercepat penyelesaian hukum pidana dan
menerapkan teknologi yang ramah lingkungan perdata terhadap kejahatan lingkungan hidup dan
dan rendah karbon; (viii) menerapkan prinsip 5R perusakan sumber daya alam.
(reuse, reform, recycle, refuse, reduce) dalam
proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya; (ix) Pembangunan yang inklusif dan terlaksananya
meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana tata kelola yang mampu menjaga peningkatan
dan prasarana dasar; (x) mobilisasi sumber daya kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
domestik dan internasional untuk mendukung berikutnya, dilakukan melalui: (i) meningkatkan tata
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kelola pembangunan yang transparan, partisipatif,
inklusif; dan (xi) menyempurnakan perundangan dan inklusif; (ii) meningkatkan kapasitas sumber
dan kebijakan yang dapat mendorong investasi. daya manusia dalam penanganan pelanggaran
dan kejahatan SDALH; (iii) meningkatkan peran
Upaya menjaga kualitas lingkungan hidup agar serta masyarakat dalam pengelolaan SDA dan
dapat menopang pelaksanaan pembangunan, pengawasan kualitas LH; (iv) meningkatkan
dilakukan melalui: (i) meningkatkan kualitas pengelolaan pemanfaatan SDALH yang efesien dan
lingkungan hidup yang tercermin dari kualitas efektif; (v) meningkatkan implementasi instrumen
air, udara dan tutupan lahan; (ii) menerapkan penegakan hukum bagi pelanggaran dan kejahatan
kebijakan pembangunan rendah karbon sebagai SDALH; (vi) meningkatkan penanganan pelanggaran
upaya untuk menurunkan emisi GRK dan intensitas dan kejahatan SDALH; (vii) meningkatkan standar
emisi GRK; (iii) mempromosikan permukiman dan pelayanan minimum di semua bidang dan wilayah
perkotaan yang inklusif, berketahanan iklim dan untuk mendukung terlaksananya pembangunan
berkelanjutan; (iv) meningkatkan perlindungan dan berkelanjutan di berbagai bidang; (viii)
restorasi ekosistem yang terkait dengan sumber meningkatkan kapasitas sarana-prasarana dalam
daya air; (v) meningkatkan konservasi ekosistem penanganan pelanggaran dan kejahatan SDALH;
dan keanekaragaman hayati, baik di ekosistem (ix) memperkuat jejaring koordinasi antarlembaga
daratan maupun lautan di Jawa, Bali dan Nusa (pemerintah dan non-pemerintah) serta kerjasama
Tenggara; (vi) pengendalian pencemaran pesisir, dalam penanganan pelanggaran dan kejahatan
laut, pesisir, sungai, dan danau; (vii) mengurangi SDALH; dan (x) meningkatkan penegakan hukum di
timbulan sampah, limbah dan bahan berbahaya dan bidang SDALH
beracun (B3), serta mendorong upaya pengelolaan

Lampiran - Pengarusutamaan 303


Kerentanan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-

Bencana dan tanggap terhadap dampak bahaya. Kerentanan


(vulnerability) diamati berdasarkan parameter
Perubahan Iklim sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Dari
ketiga komponen penyusun indeks risiko bencana
(Hazard, Vulnerability, dan Capacity), komponen
Pengarusutamaan Kerentanan Bencana dan bahaya merupakan komponen yang sangat kecil
Perubahan Iklim dalam RPJMN 2020-2024 kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko
menitikberatkan pada upaya penanganan dan bencana dapat diturunkan dengan cara menurunkan
pengurangan kerentanan bencana, peningkatan tingkat kerentanan (komponen kerentanan)
ketahanan iklim serta upaya peningkatan mitigasi melalui peningkatan tingkat kapasitas (komponen
perubahan iklim melalui pelaksanaan pembangunan kapasitas). Sehingga strategi penurunan indeks
rendah karbon. risiko bencana adalah dengan peningkatan kapasitas
penanggulangan bencana di daerah (Kabupaten
Capaian dan Kota) oleh berbagai pihak, baik pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/
Dari sisi kebencanaan, indeks risiko bencana kota dan masyarakat serta lembaga usaha.
Indonesia (IRBI) pada tahun 2017 mencapai 143.
Kondisi ini menurun dibandingkan dengan tahun Ketahanan Perubahan Iklim
2016 sebesar 149. Dalam rangka peningkatan Ketahanan iklim merupakan upaya mengurangi
ketahanan iklim, telah dilakukan uji coba potensi dampak perubahan iklim melalui aksi
implementasi rencana adaptasi perubahan iklim adaptasi pada sektor dan wilayah yang rentan
pada 15 daerah percontohan serta didukung dan beresiko terhadap perubahan iklim. Upaya
dengan terlaksananya kaji ulang Rencana Aksi tersebut bertujuan untuk menjaga target-target
Nasional – Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) pembangunan dan meningkatkan ketahanan
melalui kajian bahaya perubahan iklim pada sektor- melalui strategi dan kebijakan adaptasi perubahan
sektor prioritas (kelautan dan pesisir; air; pertanian; iklim pada beberapa sektor pembangunan dan
dan kesehatan). Selanjutnya, capaian penurunan kewilayahan yang mempertimbangkan sumber
emisi GRK yang sudah berhasil dicapai sampai daya yang tersedia. Pembangunan ketahanan iklim
dengan tahun 2018 adalah 21,5 persen dari target diprioritaskan kepada sektor rentan dan berisiko
penurunan emisi sebesar 26 persen di tahun 2020. dengan tetap mengedepankan profil risiko iklim pada
setiap wilayahnya. Pembangunan ketahanan iklim
Lingkungan dan Isu Strategis diharapkan juga dapat mengurangi risiko bencana
hidrometeorologi dan dapat mendukung pencapaian
Kerentanan Bencana target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Kerentanan bencana adalah rangkaian kondisi Mitigasi Perubahan Iklim melalui


yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya Pembangunan Rendah Karbon
alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan Upaya ketahanan Iklim juga dilakukan melalui
dapat menimbulkan bencana (disaster) atau pembangunan rendah karbon (PRK). PRK merupakan
tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa sinergitas aksi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi dengan tetap menjaga keseimbangan pertumbuhan
kemampuan masyarakat dalam melakukan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Dengan

304 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tabel 1. Sasaran Pengarusutamaan Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim 2020-2024

Target
Sasaran Indikator
Baseline 2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya Indeks Persentase peningkatan Indeks
0,5 5% 5% 5% 5% 5%
Ketahanan Bencana Daerah Ketahanan Bencana Daerah
Menurunnya potensi Persentase penurunan potensi
kehilangan PDB pada sektor kehilangan PDB akibat dampak N/A 0,13% 0,12% 0,12% 0,11% 0,11%
terdampak perubahan iklim perubahan iklim
Persentase penurunan emisi
Menurunnya emisi GRK 23,5% 26,0% 26,3% 26,7% 27,0% 27,3%
GRK
Menurunnya Intensitas Emisi Persentase penurunan
12,6% 15,2% 18,8% 21,3% 22,8% 24,0%
GRK intensitas emisi GRK

pembangunan rendah karbon, strategi dan kebijakan berbasis energi (energi, industri, dan transportasi),
yang diambil dalam pembangunan sektoral dan bidang limbah dan bidang kelautan dan pesisir.
kewilayahan dalam rangka mitigasi perubahan iklim Indikator dan target untuk keseluruhan sasaran
dilaksanakan melalui analisis berbasis ilmiah dan tersebut ditampilkan pada Tabel 1.
bukti yang kuat agar tetap mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia dan tetap mendukung Arah Kebijakan dan Strategi
pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Peningkatan ketahanan masyarakat dan wilayah
Mitigasi perubahan iklim melalui penerapan terhadap risiko kebencanaan, dilakukan melalui: (i)
kebijakan pembangunan rendah karbon diarahkan membangun budaya kesadaran dan kesiapsiagaan
untuk melanjutkan upaya pencapaian target menghadapi bencana; (ii) meningkatkan kapasitas
penurunan emisi GRK 26 persen pada tahun masyarakat untuk kesiapsiagaan menghadapi
2020 dan 29 persen pada tahun 2030 di bawah bencana; (iii) pemerataan pembangunan ekonomi
baseline. Pembangunan rendah karbon juga berkelanjutan dengan memperhatikan kondisi
merupakan bagian dari pencapaian target Tujuan kebencanaan; (iv) mitigasi kerugian ekonomi dan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable perlindungan keuangan akibat penanggulangan
Development Goals (SDGs) ke 13 dan mendukung bencana; (v) melakukan upaya preventif bencana
pencapaian goal lainnya yang terkait. dengan mempertimbangkan karakteristik
kebencanaan secara lebih luas, tidak hanya bencana
Sasaran alam konvensional, namun juga bencana non-alam
(man-made disaster) dan bencana kegagalan
Sasaran pengarusutamaan Kerentanan Bencana teknologi; (vi) kebijakan pembangunan kewilayahan
dan Perubahan Iklim untuk lima tahun ke depan yang menyesuaikan dengan karakterikstik wilayah
adalah meningkatkan ketahanan suatu daerah dan risiko bencana di masing-masing wilayah; (vii)
yang diukur untuk menghadapi kejadian bencana; pembangunan infrastruktur harus memperhatikan
menurunkan potensi dampak kerugian yang RTRW dan kerentanan wilayah terhadap bahaya
ditimbulkan oleh perubahan iklim pada sektor- bencana; (vii) pembangunan infrastruktur yang
sektor prioritas; serta menurunkan emisi GRK dan tangguh; (viii) relokasi, rehabilitasi dan rekonstruksi
intensitas emisi (tingkat emisi per satuan PDB) pada kawasan hunian di daerah rawan bencana; (ix)
bidang-bidang utama, yakni bidang berbasis lahan membangun ketahanan terhadap ancaman
(kehutanan lahan gambut dan pertanian), bidang bencana, kemandirian dalam penanganan

Lampiran - Pengarusutamaan 305


bencana; (x) memantapkan pemenuhan kebutuhan
layanan penanggulangan bencana bagi seluruh
Modal Sosial
warga negara, yang disertai dengan peningkatan Budaya
kapasitas dan kemampuan yang memadai dalam
menghadapi bencana; dan (xi) penegakan hukum
yang diikuti dengan upaya harmonisasi regulasi Modal sosial budaya merupakan seperangkat nilai,
menjadi one gate policy penanggulangan bencana. norma, institusi dan jejaring sosial, dan sumber daya
kebudayaan lainnya yang tumbuh dan berkembang
Upaya peningkatan ketahanan iklim dilakukan di tengah masyarakat. Modal sosial budaya tersebut
melalui: (i) diseminasi dan peningkatan kesadaran jika dikelola dan dikembangkan dengan baik dapat
masyarakat terkait ketahanan iklim dan potensi memperkuat kohesi sosial, kerukunan, toleransi,
bencana akibat perubahan iklim; (ii) melindungi gotong-royong, dan kerja sama antarwarga.
sektor-sektor ekonomi strategis yang rentan dan Pengarusutamaan modal sosial budaya dimaksudkan
beresiko terdampak perubahan iklim, antara lain sebagai strategi untuk meningkatkan peran nilai dan
kelautan dan pesisir, ketahanan air, pertanian, kekayaan budaya sebagai kekuatan penggerak dan
dan kesehatan; (iii) mengintegrasikan ketahanan modal dasar pembangunan. Strategi ini menempatkan
iklim melalui penguatan dan pengintegrasian kebudayaan sebagai ruh dalam pembangunan dan
strategi, program, dan kegiatan dan aksi adaptasi nafas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
perubahan iklim pada tingkat nasional dan daerah; Pengarusutamaan modal sosial budaya dilakukan
(iv) Memperkuat implementasi perangkat hukum dan dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai luhur
kebijakan terkait pada sektor dan wilayah terdampak budaya bangsa dan mendayagunakan kekayaan
perubahan iklim; dan (v) Melaksanakan upaya budaya untuk mewujudkan bangsa yang maju, mandiri,
peningkatan tingkat ketahanan melalui implementasi dan adil.
aksi adaptasi berbasis ekosistem/ bentang alam
(landscape) dan masyarakat; rekayasa teknik;
peningkatan kapasitas pelayanan pada sektor dan
wilayah terdampak; penyediaan serta penguatan
koordinasi sistem peringatan dini single dan multi-
hazard; pengembangan teknologi dan inovasi
adaptasi perubahan iklim; mekanisme transfer risiko;
dan penguatan implementasi perangkat hukum dan
kebijakan terkait pada sektor dan wilayah terdampak.

Upaya mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan


pembangunan rendah karbon, dilakukan dengan:
(i) diseminasi dan peningkatan kesadaran
masyarakat terkait pengembangan pembangunan
rendah karbon; (ii) melaksanakan upaya penurunan
emisi GRK melalui kegiatan yang bersifat co-
benefit untuk peningkatan perekonomian dan
pengentasan kemiskinan; dan (iii) mengintegrasikan
upaya pembangunan rendah karbon ke dalam
perencanaan pembangunan nasional dan daerah.

306 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis sumber daya hayati maupun pengetahuan dan
Belum terselenggaranya pembangunan inklusif budaya lokal. Masyarakat memiliki nilai tradisi
dan berwawasan budaya. Pembangunan dan etika kolektif dalam melestarikan lingkungan.
merupakan upaya untuk mewujudkan kemajuan, Nilai tradisi dan etika kolektif tersebut merupakan
kemandirian, dan keadilan bagi seluruh anak modal sosial budaya dalam pengelolaan sumber
bangsa. Untuk itu pembangunan harus mampu daya alam agar tetap terkendali dan lestari. Namun
mewujudkan masyarakat beradab, mengakui hak nilai tradisi dan etika kolektif tersebut terancam
dasar warga negara, dan bersifat inklusif dengan punah oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif
tetap memperhatikan nilai-nilai luhur budaya dan ekstraktif, serta cenderung hanya mengejar
bangsa. Namun dalam praktiknya, pembangunan pertumbuhan semata dengan mengambil kekayaan
yang tidak berwawasan budaya telah menyebabkan dan sumber daya alam sebanyak-banyaknya tanpa
masyarakat tercerabut dari akar kebudayaan memperhatikan aspek keberlanjutan. Hal ini dapat
dan identitas sosial, serta menggerus hak-hak terlihat dari tingginya laju deforestasi yang mencapai
kebudayaannya. Bahkan pembangunan juga rata-rata 1 juta hektar per tahun selama periode
menyebabkan sebagian warga mengalami eksklusi 1990-2017. Selain itu, pola pembangunan yang
sosial sebagaimana dialami masyarakat adat hanya fokus pada beberapa prioritas pembangunan
yang terpinggirkan oleh pengembangan usaha tertentu juga menyebabkan monokulturisme
perkebunan dan pertambangan. Masyarakat adat dalam budidaya dan pemanfaatan sumber daya
kehilangan hak penguasaan atas tanah ulayat dan alam hayati. Pembangunan yang eksploitatif
terusir dari tanah kelahirannya, seolah pembangunan dan ekstraktif ini berdampak pada pencemaran
hanya diperuntukkan bagi masyarakat kota. dan kerusakan lingkungan, meningkatnya laju
kepunahan keanekaragaman hayati, penurunan
Hilangnya nilai tradisi dan etika kolektif dalam fungsi ekosistem, dan peningkatan emisi gas rumah
pelestarian lingkungan. Kekayaan sumber daya kaca, sehingga menyebabkan semakin banyaknya
alam Indonesia melahirkan ragam keunikan baik bencana ekologis.

Belum optimalnya pengembangan dan


pemanfaatan sumber daya kebudayaan untuk
kesejahteraan rakyat. Potensi sumber daya
kebudayaan Indonesia sangat besar setidaknya
terdapat 1.519 adat istiadat dan tradisi, 2.010
kemahiran dan kerajinan tradisional, 785
pengetahuan lokal, 1.370 seni pertunjukan, 1.554
tradisi dan ekspresi lisan, dan 998 cagar budaya
(Statistik Kebudayaan, 2017). Namun kekayaan
budaya tersebut belum dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan
rakyat. Kontribusi ekonomi budaya terhadap PDB
masih rendah yaitu sebesar 7,44 persen, dan
ekspor ekonomi budaya baru mencapai 13,77
persen terhadap total ekspor pada tahun 2016. Di
tingkat global, upaya perlindungan pengetahuan
tradisional telah dilakukan melalui mekanisme

Lampiran - Pengarusutamaan 307


WIPO dan di tingkat nasional melalui UU No. 11 dan berwawasan budaya, mencakup:
Tahun 2013 tentang Pengesahan Protokol Nagoya (a) pelaksanaan pembangunan yang
yang juga telah diadposi di dalam the Convention mengindahkan nilai budaya dan kearifan lokal;
on Biological Diversity. Sejak 2007, baru sebanyak (b) pelindungan hak kebudayaan masyarakat
59 produk kekayaan khas daerah yang telah dalam pelaksanaan pembangunan; (c)
mendapatkan sertifikasi indikasi geografis (IG) pengembangan dan penguatan budaya bahari
yang diakui secara internasional dan memberikan dan literasi bahari; dan (d) pelaksanaan jaminan
manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui perlindungan hak asasi manusia dan pemenuhan
pembagian manfaat. keadilan dalam proses pembangunan.
2. Peningkatan peran modal sosial budaya dalam
Masih rendahnya partisipasi masyarakat pelestarian lingkungan hidup, mencakup:
dalam proses pengambilan kebijakan dan (a) pelaksanaan pembangunan yang
pemanfaatan sumber daya publik. Modal sosial mempertimbangkan keragaman sumber daya
budaya membawa dampak pada tingginya alam hayati, pengelolaan dan pemanfaatannya
partisipasi masyarakat dalam pengambilan melalui pengetahuan tradisional; (b) internalisasi
keputusan kebijakan dan pemanfaatan aset publik. nilai-nilai tradisi dan etika kolektif dalam upaya
Kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada pelestarian lingkungan hidup; (c) penetapan
pemerintah, dan terbukanya saluran komunikasi dan pengakuan wilayah adat dan kantung
antara pemerintah dan masyarakat akan mendorong kebudayaan serta indikasi geografis pengetahuan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan. tradisional sebagai pusat pelestarian budaya
Partisipasi masyarakat ini akan mampu mendorong dan lingkungan; (d) penyelesaian konflik
akuntabilitas dan transparansi publik sehingga tenurial kawasan hutan dan peningkatan akses
memperkuat legitimasi politik pemerintah. Namun masyarakat terhadap kawasan hutan berbasis
berdasarkan data Susenas 2015, partisipasi desa; dan (e) peningkatan peran serta swasta
masyarakat dalam pengambilan keputusan masih dan masyarakat dalam pengelolaan sumber
rendah, yaitu sebesar 27,37 persen. daya alam dan lingkungan hidup.
3. Peningkatan pengembangan ekonomi
Sasaran budaya untuk kesejahteraan, mencakup: (a)
pengembangan produk dan jasa berbasis
Sasaran pengarusutamaan modal sosial budaya budaya; (b) pengembangan mentalitas maju,
yang akan dicapai selama lima tahun ke depan etos kerja, daya juang, kewirausahaan; (c)
adalah meningkatnya peran nilai budaya dan peningkatan pemasyarakatan budaya produksi
kekayaan budaya sebagai kekuatan penggerak dan dan cinta produk dalam negeri; dan (d) tata kelola
modal dasar pembangunan. sertifikasi produk budaya lokal yang menjamin
kualitas dan nilai tambah bagi masyarakat.
Arah kebijakan dan strategi 4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan kebijakan dan pemanfaatan
Pengarusutamaan modal sosial budaya diarahkan sumber daya publik untuk pembangunan,
untuk menginternalisasikan nilai-nilai luhur budaya mencakup: (a) penyediaan ruang publik
bangsa dan mendayagunakan kekayaan budaya sebagai penyaluran aspirasi dan ekspresi
guna mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan budaya; (b) penguatan gerakan filantropi dan
adil, melalui: kesukarelawanan; dan (c) pelibatan masyarakat
1. Peningkatan pembangunan inklusif dalam proses perencanaan pembangunan.

308 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Transformasi Digital
Perkembangan Transformasi
Digital secara Global dan di
Indonesia World VS Indonesia
Untuk data global, perkembangan e-commerce 7,655 Miliar 261,9 juta
POPULATION
selama bulan Oktober 2018, tercatat dari 4,176 Pertumbuhan Pertumbuhan
(sejak 2017) (sejak 2017)
milyar jiwa pengguna internet, sebesar 83 persen
4,176 Miliar 143,26 juta
melakukan pencarian secara online, 91 persen Penetration Penetration
+7% +7,9%
melihat toko retail online, dan 74 persen melakukan 55% INTERNET USER 54,7%
(284 juta) (10,6 juta)
pembelian secara online.
3,397 Miliar 130 juta
Penetration ACTIVE SOCMED
Konsumsi data untuk online juga meningkat tajam,
Penetration
+10% 44% USER 49,6% +23%
dimana untuk tahun 2013 hanya menggunakan rata- (320 juta) (10,6 juta)
rata 2 miliar gigabyte per bulan meningkat menjadi
lebih dari 16 miliar gigabyte per bulan pada tahun +1%
5,118
Penetration
177,9 juta
+1%
Penetration
2018, yaitu pertumbuhan sebanyak 8 kali lipat (38 juta)
67% UNIQUE MOBILE
USER 67,9% (10,6 juta)
selama 5 tahun.

Security and Privacy Time has been spent for it The Speed
8h 51m
Indonesian believe Each day to access internet World Average Indonesia
that protection and
World and nations internet Download speed
79% privacy is very
important
Speedtest Global Index
December 2018 Upload speed

Internet user
who believe that 3h 23m 54,33 Mbps 15,52 Mbps
Each day in social media
49%
their data is 94th world rank
26,8 Mbps
being misused 2h 45m 9,16 Mbps
Internet user who Each day
vidio viewing 10,53 Mbps
delete cookies from 25,08 Mbps
108th world rank
57% browser to protect
their privacy 9,79 Mbps 8,14 Mbps

Data ini memperlihatkan betapa penduduk Indonesia tajam di Indonesia, waktu yang dibutuhkan akan
banyak menghabiskan waktunya dalam mengakses lebih banyak lagi untuk menikmati layanan digital.
internet yang hampir 9 jam, terbesar di antaranya
adalah bermedia sosial dan menonton video. Indonesia berada pada posisi utama tren
perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara
Walaupun kecepatan masih jauh di bawah rata-rata yang diprediksi tumbuh 3 kali lipat mencapai USD
dunia, penduduk Indonesia tetap menghabiskan 240 miliar di tahun 2025. Indonesia telah dan akan
waktunya hampir 9 jam di internet. Dengan tetap menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia
perkembangan kecepatan internet yang meningkat Tenggara (40 persen transaksi) dengan potensi

Lampiran - Pengarusutamaan 309


pertumbuhan sebesar 4 kali lipat; diikuti juga menelpon dan mengirim sms, sekarang selain
dengan Vietnam yang juga tumbuh hampir 4 kali bisa berkomunikasi, kita sudah bisa bersosialisasi,
lipat sampai dengan 2025. berdagang, melakukan pembelian, melakukan
transaksi perbankan, memesan makanan, dll, itu
Perubahan atau transformasi dalam dunia digital hanya berlangsung dalam kurun waktu lebih kurang
ini tidak bisa dihindari, berlangsung cepat dan 15 tahun. Kemampuan perhitungan komputer,
naik dengan kecepatan eksponential. Penggunaan kecepatan komunikasi, kapasitas penyimpanan
telepon genggam awalnya hanya bisa untuk data tumbuh secara eksponensial.

Kemampuan Komputasi Kecepatan Internet Kapasitas Penyimpanan

1980s 1990 2003 2009 2020 Structure data Unstructure data


45.000

1G 2G 3G 4G 5G 40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
2,4 64 2 100 >1
kb/s kb/s Mb/s Mb/s Gb/s 15.000
10.000
5.000
70
74
79

83
88

97

01

06
10

15
19
92

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
19
19
19

19
19

19

20

20
20

20
20
19

Trend Transformasi Digital Masa Depan

Kehidupan yang saling terhubung satu sama lain Trend tersebut akan meningkatkan kemampuan
(connecting living), mulai dari pribadi, rumah, kognitif dan artificial intelligence alat komputasi
lingkungan, kota dan negara terhubung satu sama dalam menganalisa Big Data yang hasilnya akan
lain dengan berbagai alat atau sensor canggih yang digunakan oleh semua pemangku kepentingan.
dilengkapi dengan kemampuan untuk mengumpulkan
dan menganalisa semua informasi yang ada.

Connected Living Business


• ICT Infrastructure
• ICT Industry
• Human Capital
• R&D
Cognitive Era • Regulation
Big Data Analytics Digital
Artificial Intelegence & Collaboration
Government
(AI)

Sensory Trackings
Indonesia harus menguasai Mega tren ini Acamedics
Internet of Things untuk bisa bertahan dalam Industry 4.0
(IoT)

310 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pentingnya Transformasi Digital
Transformasi Digital mempunyai berbagai bentuk di kita menganalisa, cara kita berpemerintahan,
berbagai belahan dunia. Di Jepang dinamai sebagai bahkan cara kita melakukan prakiraan dan cara
“Society 5.0,” di Eropa dikenal dengan “Industrial kita melakukan perencanaan akan berubah secara
Revolution 4.0,” di China disebut “Made in China fundamental. Cara berbisnis juga sudah pasti akan
2025,” di Amerika dicanangkan dengan “Industrial bertransformasi menjadi personal targets sesuai
Internet,” dan di Asia dinamai “Smart Cities.” dengan kebutuhan spesifik pelanggan dan dalam
Transformasi Digital sudah dan akan terus mengubah skala yang lebih luas tanpa adanya sekat-sekat
segala sesuatu secara mendasar. Fundamentally ruang. Dan ini akan berubah dalam 5, 10, dan sudah
change our ways of life. Cara kita berpikir, cara pasti dalam 20 tahun yang akan datang.
kita bersosialisasi, cara kita berkomunikasi, cara

The Digitalization of industrial and social infrastructures is accelerating throughout the world.
Digital transformation becomes a pillar of industrial policy

Europe
Industry 4.0 China Japan
North America Made in China 2025 Society 5.0
Industrial Internet
Asia
Smart Cities

Transformasi Digital akan berdampak pada:

• Inovasi • Inklusivitas
• Akselerasi • Kolaborasi
Transformasi digital akan memudahkan pemerintah • Efisiensi • Akuntabilitas
dan swasta dalam memenuhi kebutuhan setiap orang • Produktivitas
sejak dari lahir sampai meninggal

Transformasi Digital di semua sektor pembangunan

01 Pembangunan
Manusia 02 Pembangunan
Ekonomi

03 Pembangunan
Kewilayahan 04 Pembangunan
Infrastruktur

05 Pembangunan Politi, Hukum, pertahanan


& keamanan

Lampiran - Pengarusutamaan 311


Pengumpulan dan Pemanfaatan
Big Data.
Salah satu keberhasilan institusi baik swasta maupun Era masa depan adalah era dimana pengumpulan
pemerintah dalam melaksanakan Transformasi dan analisa Big Data akan menjadi dasar dalam
Digital adalah bagaimana kemampuan suatu institusi pengambilan keputusan baik di level pemerintah
dalam mengumpulkan Big Data dan sekaligus bisa maupun di swasta.
menganalisa dan memanfaatkannya.

Swasta - Bisnis

Big Data

Swasta atau bisnis menyediakan layanan (sebagian besar gratis) yang diperlukan
masyarakat-imbalannya adalah mereka mendapatkan Big Data. Dengan pola yang sama Pemerintah
bisa mendapatkan Big Data
Pemerintah

• Dukcapil • Perindustrian
• Kesehatan • BKPM Semua layanan
• Pendidikan • BPS masyarakat yang
• Sosial • Pertanian, dll disediakan K/L atau
• Pajak Dinas merupakan
• Perdagangan sumber Big Data

Big Data

312 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran dan Arah Kebijakan

Indonesia Digital Pemerintah Digital

• Indonesia yang maju, mandiri, adil, dan makmur • Penggunaan teknologi digital untuk
dengan bantuan teknologi digital memberikan kebijakan yang lebih
• 5 fokus pembangunan yaitu manusia, ekonomi, responsif dan layanan yang lebih baik
wilayah, infrastruktur, dan polhukhanham • Bagi masyarakat dan bisnis, ini berarti
Sasaran
• Antara lain pada layanan kesehatan dan fleksibilitas yang lebih besar (tidak
Transformasi pendidikan, layanan keuangan (fintech), kaku), cara yang lebih sederhana bila
Digital layanan pemerintah (digital government), berurusan dengan pemerintah.
layanan mobilitas, pembangunan rendah • layanan tidak hanya sekedar
karbon, infrastruktur generasi digital, kerjasama tersedia online, tetapi sesuai dengan
pemerintah dan badan usaha, smart city, smart kebutuhan masyarakat dan bisnis
agriculture (berdasarkan Big Data). Layanan lebih
• Lingkungan yang cocok untuk mengembangkan bersifat pribadi, terfokus.
bisnis dan R&D

• Meengembangkan kondisi yang mendorong pengembangan penyediaan layanan digital


seperti pengembangan kapasitas SDM, teknologi, R&D, infrastruktur dan menetapkan
peraturan dan lembaga yang mendukung.
Arah • Mengidentifikasi pemenuhan layanan digital dan mengintegrasi sistem transfomasi digital
Kebijakan secara nasional
• Mengembangkan kemampuan dalam pengelolaan Big Data
• memperkuat kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat

Strategi

Penyiapan Layanan Digital


Pemenuhan Layanan Digital Pengelolaan Big Data
(Enabling Environment)

• Menyiapkan aturan • Menerapkan aturan • Meneliti sumber-sumber Big


perundangan tentang Sistem Pemerintahan Data baik yang disediakan
Transformasi Digital Berbasis Elektronik oleh layanan pemerintah
• Menyiapkan Lembaga yang (SPBE) maupun swasta
khusus mengkoordinasikan • Inventarisasi layanan • Membangun sumber-
Pelaksanaan Transformasi pemerintah untuk sumber Big Data
Strategi Digital yaitu Dewan pengembangan layanan • Mengembangkan
Transformasi Transformasi Digital digital kemampuan Analisa Big
• Membangun jaringan dan • Integrasi semua sistem Data
Digital infrastruktur pendukung digital yang ada di • Mengembangkan sistem
• Membangun sistem pemeerintahan ke dalam pembuatan keputusan di
pendidikan melek digital satu sistem berbagai level birokrasi
• Menigkatkan kapasitas • Melakukan kerjasama • Menjamin kemanan dan
SDM dalam keahlian digital dengan semua pihak kerahasiaan data pribadi
• Melakukan kerjasama dalam pemenuhan dan badan usaha
dengan semua pihak dalam layanan digital
penyediaan layanan digital

Lampiran - Pengarusutamaan 313


Pengarusutamaan Transformasi Digital di semua sektor pembangunan.

Pembangunan
Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan politik, Hukum,
Manusia Ekonomi Wilayah Infrastruktur Pertahanan
dan Keamanan
• Layanan kesehatan • Penerapan • Smart Cities • Pembangunan • Keamanan
• Integrasi layanan industry 4.0 jaringan 5G siber
kesehatan dan • Fintech • Memanfaatkan • e-voting
penyimpanan pertumbuhan Big Data • Penggunaan
rekaman data e-coomerce dalam efisiensi AI
Pengarusu-
pasien dengan • Cashless transportasi
tamaan menggunakan Big payment • Memanfaatkan
Transformasi Data • Penggunaan energi baru
Digital • Telemedicine Big Data terbarukan
• Layanan Personal • Cloud dengan
• Layanan Pendidikan Computing teknologi
• e-learning • Smart digital
substansi ajar, Agriculture
seperti Virtual • Kewirausahaan
Reality berbasis
• Distant learning teknologi
• Vokasi Digital digital
• Melek digital
• Layanan Personal

Tujuan 1&2 Tujuan 3,4, & 5 Tujuan 7, 8, 9, dan 11

Tujuan 1: Tanpa Tujuan 3: Kehidupan sehat Tujuan 7: Energi Bersih dan


Kemiskinan dan sejahtera terjangkau
• Meningkatkan akses ke • Mengembangkan sistem • Mengelola pasokan dan
informasi tentang harga, peringatan dini untuk permintaan tenaga listrik
cuaca pencegahan penyakit secara berkelanjutan dengan
• Meningkatkan menular dengan membangun smart grid
Pengarusu- pembelajaran melalui menggabungkan berbagai system
tamaan e-learning jenis data pemantauan Tujuan 8: Pekerjaan layak dan
Transformasi • Meningkatkan Tujuan 4: Pendidikan pertumbuhan ekonomi
pembelajaran terhadap Berkualitas • Menerapkan kebijakan
Digital e-commerce • Menjadikan pendidikan Revolusi Industri 4.0
Berdasarkan • Meningkatkan akses ke berkualitas tinggi terjangkau Tujuan 9: Membangun
SDGs pembiayaan melalui TIK bagi semua dengan infrastruktur
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan sistem e-learning yang • Membangun
• Meningkatkan produksi memanfaatkan teknologi infrastruktur tangguh
pangan melalui precision canggih dan mempromosikan
and smart agriculture Tujuan 5: Kesetaraan Gender industrialisasi berkelanjutan
• Meningkatkan kandungan • Memberdayakan perempuan dengan menggunakan
gizi dengan smart food dengan akses ke pendidikan i-construction
yang diproduksi oleh dan informasi melalui internet Tujuan 11: Kota dan
bioteknologi mutakhir • Memberi perempuan peluang pemukiman yang berkelanjutan
untuk memulai dengan • Membuat Smart Cities yang
memanfaatkan TIK berkelanjutan

314 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Regulasi dan Kerangka
Kelembagaan Secara kelembagaan kita belum mempunyai
Regulasi dan Lembaga yang menaungi kebijakan lembaga yang secara utuh melakukan perumusan
transformasi digital di Indonesia, belum ada. kebijakan umum dan strategi; melakukan koordinasi
Kita sudah punya regulasi mengenai Undang- secara nasional; melakukan pengkajian dan
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi evaluasi; serta melakukan persetujuan terhadap
dan Transaksi Elektronik. Secara umum, materi pengembangan transformasi digital di Indonesia.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Untuk itu, pembentukan Dewan Transformasi
(UU ITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Digital yang menangani secara menyeluruh
pengaturan mengenai informasi dan transaksi transformasi digital di Indonesia mendesak untuk
elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan
yang dilarang. Pengaturan mengenai informasi teknologi itu sendiri dan juga banyaknya negara
dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa yang sudah ambil bagian dalam perubahan tsb.
instrumen internasional. Hal ini dimaksudkan
untuk mengakomodir kebutuhan para pelaku Dewan Transformasi Digital akan melakukan tugas
bisnis di internet dan masyarakat umumnya guna hal perumusan kebijakan umum dan strategi;
mendapatkan kepastian hukum dalam melakukan melakukan koordinasi secara nasional; melakukan
transaksi elektronik. pengkajian dan evaluasi; serta melakukan
persetujuan terhadap pengembangan transformasi
Kita juga sudah punya Peraturan Presiden Nomor digital di Indonesia untuk menetapkan arah
95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan kebijakan dan strategi transformasi digital dalam
Berbasis Elektronik untuk mewujudkan tata kelola dukungan layanan (enabling environment) untuk
pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan penyediaan layanan digital, permintaan layanan
akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas digital, pengumpulan dan analisis Big Data, dan
dan terpercaya. Perpres ini hanya mengatur tata kerjasama antar pemangku kepentingan.
kelola di lingkup lembaga pemerintah.

Yang dibutuhkan adalah aturan perundangan yang


mengatur secara menyeluruh tentang bagaimana
Indonesia siap untuk melakukan transformasi digital
seperti negara-negara lain di dunia. Aturan yang akan
mengatur transformasi digital secara menyeluruh
dalam kehidupan berbangsa. Peran semua
pemangku pembangunan harus dipertimbangkan
dalam transformasi digital bangsa ini. Strategi
penyediaan layanan digital, strategi permintaan
layanan digital, dan strategi pengelolaan Big Data,
serta bagaimana interaksi antara pemerintah,
swasta, akademisi, dan masyarakat termasuk
juga bagaimana keamanan dan kerahasiaan data
terutama data individu dilindung secara maksimal,
diatur dalam satu aturan.

Lampiran - Pengarusutamaan 315

Anda mungkin juga menyukai