Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aplikasi Teknologi yang semakin modern terlihat dari bertambahnya
penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang di
gerakkan oleh motor penggerak. Mesin-mesin tersebut merupakan salah satu
faktor penunjang utama pada proses produksi. Sangat banyak peralatan
mekanis dan mesin yang digunakan dalam berbagai industri antara lain industri
logam, industri kayu, pertambangan, pertanian, industri bangunan dan industri
angkutan. Paparan getaran terhadap pekerja dalam berbagai sektor industri
merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan
berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja.
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 ditetapkan
tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam
kategori mengganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Baku tingkat getaran
mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik
yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan ganggguan pada kenyamanan, kesehatan serta keutuhan
bangunan.
Pada banyak kasus getaran tidak diingnkan karena dapat membuang
energi, menimbulkan ketidaknymanan, menghasilkan bunyi atau bising dan
bahkan dapat menyebabkan kerusakan. Selain dapat terjadi pada sistem
mekanik dan elektrik yang pada dasarnya berskala kecil, getaran juga dapat
terjadi pada struktur dengan skala yang sangat besar, seperti jembatan suspensi,
gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini
pembangunan struktur berskala besar dengan bobot kecil menjadi tren baru
karena dapat mengurangi biaya dan energi . Akan tetapi efek terhadap
kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
Tenaga Kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan

1
2

gangguan tingkat produktivitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat


timbul akibat pekerjaannya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan
ukuran struktur tersebut akan mengakibatkan struktur lebih lentur sehingga
menjadi sangat sensitif terhadap masalah getaran . Maka dari itu perlu
diketahui pula cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat
getaran , agar produktivitas kerja tetap meningkat.

B. Tujuan
1. Mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Dapat mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Dapat mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Dapat mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Dapat mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Getaran Mekanis
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.( PER.13/MEN/X/2011).
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003). Vibrasi adalah
getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis,
misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran ialah gerakan osilasi
disekitar sebuah titik (J.M.Harrington, 1996). Getaran merupakan efek suatu
sumber yang memakai satuan hertz (Depkes, 2003). Getaran mekanis adalah
salah satu faktor berbahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan
atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker, 1996). Getaran (vibrasi)
adalah suatu faktor fisik yang menjalar ketubuh manusia, mulai dari tangan
samapi keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan
mekanis yang digunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002)
2. Jenis Getaran Mekanis
Getaran mekanis dikelompokkan kembali menjadi 2 yaitu :
a. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
Getaran seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu
terjadinya getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau
sedang berdiri dimana landasannya yang menimbulkan getaran..
Biasanya frekuensi getaranini adalah sebesar 5-20 Hz (Emil Salim,
2002).
Getaran seluruh badan terutama pada alat angkut dalam kegiatan
industri, traktor pertanian dan perlengkapan lainya untuk mengerjakan
tanah. Selain getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut,
seseluruhan badan dapat ikut bergetar oleh beroprasinya alat-alat berat
yang memindahkan getaran mekanis dari alat berat dimaksud ke

3
4

suluruh badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki.


Percepatan getaran mekanis pada alat angkutan, biasanya berfrekuensi
1-20 Hz, walaupun kadang-kadamg frekuensinya dapat meningkat
menjadi beberapa ratus Hz, berkisarantara 0,1 – 0,3 g (g=9,81
meter/detik2), sedangkan pada getaran mekanis pekerjaan konstruksi
bangunan dan juga pada traktor pertanian percepatannya sering
melebihi 1 g. Getaran mekanis demikian jauh dari bentuk senusoid,
melainkan terdiri dari komponen tidak teratur dengan puncak
percepatan maksimumnya, (Suma’mur, 2014).
b. Getaran lengan tangan (hans arm vibration)
Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan
akibat pemakaian peralatatan yang bergetar, frekuensinya biasanya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128
Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini
berbahaya pada pekerjaan seperti: Supir bajarj, operator gergaji rantai,
tukang potong rumput, gerinda, penempa palu dsb.(Emil Salim, 2002)
Berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur, perkebunan,
kehutanan, konstruksi dan pertambagan secara terus menerus
menggunakan mesi atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan alat
demikian adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor; yang
dinegara maju telah diganti deng mesin. Di pengeboran dan pengecoran
logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan
menggerinda dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis
sering diganti dengan mesin kempa, yang beroprasi secara otomatis.
Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan
getaran-getaran tangan kepada operatornya. Demiklian pula mesin
pengeras jalan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan
pemeliharaan jalan.(Suma’mur, 2014)
3. Sumber Getaran Mekanis
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalm industri
logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan dan
5

pekrjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor


pneumartik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanis dengan ciri fisik
dan efek merugikan yang berbeda. (C.Wijaya, 1995).
Pada perum perhutani sumber getaran yag ada pada peralatan seperti band
resaw, cross cut, low band saw, planer, band saw, double cross cut dan
spindle moulder.
4. Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis
Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka
perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui
nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian
dibandingkan dengan NAB yang diizinkan.
Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107
Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor
yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah melampaui
130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu dilakukan
pengcekan. Dan jika getaran yang ditimbilkan telah melampaui 135 dB
atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus diperbarui. Saat ini
Indonesia dipakai nilai ambang batas getran berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011.
Berikut ini NAB getaran berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.13/MEN/X/2011 mengenai Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan
Tangan

Nilai percepatan pada frekuensi dominan


Jumlah waktu pemajanan
Per hari kerja Gram (1 gram :
(m/det2)
9,81 m/det2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
Catatan:
6

1 Gravitasi = 9,81 m/det2


Selain itu, disebutkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
danTransmigrasi bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat kerja
yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga
kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). Sedangkan
NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh
tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2)

Nilai ambang batas Whole Body Vibration dihitung berdasarkan


bagian penopang tubuh tebaga kerja, Apabila tenaga kerja duduk maka
yang diukur adalah getaran dari alas duduk dan sandarannya. Dan apabila
pekerja berdiri maka yang diukur adalah getaran pada lantai atau
penopang kaki.
Peraturan ISO terhadap getaran mekanis lebih menekankan pada
kenyamanan dan keamanan pekerja di tempat kerja. Tenaga kerja yang
terpajan getaran melampaui nilai ambang batas (NAB) secara kontinyu
akan merasakan kelelahan (fatique) sehingga mempengaruhi
produktivitas kerja, Aturan ISO memberikan hubungan antara frekuensi
dan besarnya amplitudo getaran yang diijinkan untuk lama pemaparan 8
jam dalam satu hari kerja.
Menurut ISO tubuh akan merasa sangat tidak nyaman ketika
NAB getaran mekanis diatas 0,8m/det2 .
Tabel 2.2. Tabel mengenai level kenyamanan tubuh ketika terpapar
getaran mekanis menurut ISO 2631-1 (1997)
Skala Nilai Percepatan (m/dt2)
Sangat tidak nyaman ekstrim Lebih dari 2,0
Sangat tidak nyaman 1,6 – 2,0
Tidak ny 1,0 – 1,6
Agak tidak nyaman 0,63 – 1,0
Sedikit kurang nyman 0,315 – 0,63
Nyaman Kurang dari 0,315
bersambung

5. Baku Tingkat Getaran Mekanis


Batas maksimum tingkat getaran Mekanik yang diizinkan dari
satuatu kegiantan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan
kenyamanan dan keutuhan bangunan. Berikut merupakan baku tingkat
getaran yang diperkenenkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
Tabel 2.3. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
Nilai Tingkat getaran, dalam mikron (10 - 6 meter)
Frekuensi
Tidak Tidak
(Hz) Mengganggu Menyakitkan
Mengganggu Nyaman
4 < 100 100 – 500 > 500 – 1000 > 1000
5 < 80 80 – 350 > 350 – 1000 > 1000
6,3 < 70 70 – 275 > 275 – 1000 > 1000
8 < 50 50 – 160 > 160 – 500 > 500
10 < 37 37 – 120 > 120 – 300 > 300
12,5 < 32 32 – 90 > 90 – 220 > 220
16 < 25 25 – 60 > 60 – 120 > 120
20 < 20 20 – 40 > 40 – 85 > 85
25 < 17 17 – 30 > 30 – 50 > 50
31,5 < 12 12 – 20 > 20 – 30 > 30
40 <9 9 – 15 > 15 – 20 > 20
50 <8 8 – 12 > 12 – 15 > 15
Konversi :
Percepatan = (2πf)2 x simpangan
Kecepatan = 2πf x simpangan
π = 3.14
6. Efek Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat menyebabkan beberapa efek terhadap manusia,
anatara lain:
a. Efek mekanis terhadap jaringan.
b. Rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan.
Pada gangguan mekanik sel-sel jaringan rusak atau metabolismenya
terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui
syaraf sentral atau langsung pada syaraf autonom. Kedua mekanisme ini
terjadi secara bersama-sama. Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat
efek getaran mekanik adalah sebagai berikut :
8

a. Gangguan kenikmatan kerja, dalam hal ini efek getaran hanya terbatas
pada terganggunya nikmat kerja.
b. Terganggunya tugas yang terjadi bersama-sama dengan cepatnya
kelelahan.
c. Bahaya terhadap kesehatan.
Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada
frekuensi sampai 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran antara
kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak dapat
mengikuti lagi. Maka pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu.
Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan
dan menurunnya ketajaman penglihatan.
Getaran mekanik dapat ditimbulkan oleh banyak sekali faktor,
antara lain:
a. Peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan.
b. Peralatan atau mesin yang tidak bergerak.
Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat
pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk
pemaparan dapat dibagi dalam 2 katagori sebagai berikut :
a. Pemaparan seluruh tubuh (Whole body vibration) 
Getaran seluruh tubuh terutama terjadi pada alat pengangkut,
misalnya truk, alat - alat berat dapat pula dipindahkan ke seluruh tubuh
lewat getaran lantai melalui kaki. Getaran yang penting adalah getaran
dari tempat duduk dan topangan kaki, karena diteruskan ke tubuh.
Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh dapat dianggap satu kesatuan
massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang berbeda-beda dengan
arah getaran, penghantaran getaran dapat berbeda-beda. Isi perut pada
segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai satu kesatuan terhadap getaran
sampai dengan 9 Hz. Namun pada frekuensi yang lebih besar, alat-alat
yang ada akan mengikuti getarannya sendiri-sendiri.
Efek getaran dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini
didapatkan pada frekuensi alami, yaitu 3-9 Hz untuk kesatuan getaran
9

pada bagian tubuh seperti dada dan perut. Frekuensi lebih tinggi dapat
mempengaruhi alat-alat dengan frekeunsi alami yang lebih tinggi pula.
Leher, kepala, dan pinggul, beresonansi baik terhadap getaran pada
frekuensi 10 Hz. Getaran-getaran kuat dapat menyebabkan rasa nyeri
yang luar biasa.
Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada
frekuensi samapi 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran
antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah
tidak dapat mengikuti lagi. Pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat
terganggu. Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan
menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman penglihatan (Anies,
2005).
Pada pemaparan jangka pendek atau akut menyebabkan :
1) Motion sickness/mabuk perjalanan (mual dan lelah)
2) Pandangan kabur
3) Pusing
4) Tidak nyaman
5) Nyeri dada
6) Hilang keseimbangan
7) Perubahan suara
8) Nafas pendek
9) Tidak bisa bekerja secara presisi
Pada pemaparan jangka panjang atau kronis dapat menyebabkan :
1) Kerusakan permanen pada tulang dan persendian.
2) Gangguan pencernaan.
3) Efek pada tekanan darah yang dapat menimbulkan masalah pada
jantung dan pembuluh darah.
4) Efek pada system syaraf, misal : sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah dan lesu.
5) Ganggun fungsi reproduksi wanita.
6) Hernia
10

b. Hand Arm Vibration


Ada pekerjaan – pekerjaan dalam industri, pertambangan maupun
kehutanan, yang menggunakan alat-alat bergetar secara terus menerus.
Misalnya pengebor kempa di pertambangan, gerinda pada pabrik baju,
atau gergaji listrik pada pekerjaan di kehutanan, dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan akibat getaran mekanis pada lengan.
Gangguan-gangguan tersebut antara lain kelainan dalam
peredaran darah dan persarafan, serta kerusakan pada persendian dan
tulang. Gejala kelainan pada peredaran darah dan persarafan sangat mirip
dengan fenomena Raynaud. Gejala-gejala awal adalah pucat dan
kekakuan pada ujung-ujung jari yang terjadi berulang secara tidak
teratur. Mula-mula pada sebelah tangan kemudian dapat meluas pada
kedua tangan secara asimetris. Serangan berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam, dengan tingkatan yang berbeda dalam hal
intensitas nyeri, kehilangan daya pegang dan pengendalian otot (Anies,
2005).
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih
memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun
pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas
kerja terganggudan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari
sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya di banding dengan
hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai
semestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan
yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang berputar.
Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-
otot interossea, dan fleksin dari jari-jari (Suma’mur, 2014).
7. Pengukuran Getaran Mekanis
Komponen-komponen dari suatu sistem pengukuran getaran terdiri
dari elemen elemen mekanik, atau kombinasi elemen mekanik, elektrik
dan optik. Sistem yang biasa dipergunakan memakai vibration pick-up
11

untuk mentransformasikan gerakan mekanik menjadi suatu signal elektrik,


kemudian signal tersebut diperkuat menggunakan amplifier dan untuk
menseleksi dan mengukur getaran dalam spesifik range-frekwensi
mempergunakan vibration record (matering) (Depkes, 1991).
Metoda Pengukuran dan Analisis Tingkat Getaran menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
49/Menlh/Ii/1996 adalah sebagai berikut:
a. Peralatan
Pedoman yang dipakai ialah :
1) Alat penangkap getaran (Accelerometer atau seismometer.)
2) Alat ukur atau alat analisis getaran (Vibration meter atau vibration
analyzer)
3) Tapis pita 1/3 oktaf atau pita sempit (Filter 1/3 oktaf atau Narrow
Band)
4) Pencatat tingkat getaran (Level atau X - Y recorder)
5) Alat analisis pengukur tingkat getaran (FTT- Analyzer)
b. Cara Pengukuran
Getaran untuk Kenyaman dan Kesehatan
1) Alat penangkap getaran diletakkan
pada lantai atau permukaan yang bergetar, dan disambungkan ke alat
ukur getaran yang dilengkapi dengan filter
2) Alat ukut dipasang pada besar:an
simpangan. Dalam hal alat tidak dilengkapi dengan fasilitas itu,
dapat digunakan konversi besaran
3) Pembacaaan dan pencatatan dilakukan
untuk setiap frekwensi 4 - 63 Hz atau dengan sapuan oleh alat
pencatat getaran
4) Hasil pengukuran sebanyak 13 data
digambarkan pada grafik Lampiran1.2. dalam Kep-49/Menlh/Ii/1996
c. Cara Evaluasi
12

Ke 13 data yang digambarkan pada grafik Lampiran I.2


dan/atau II.2 dibandingkan terhadap batas-batas baku tingkat getaran.
Getaran disebut melampaui baku tingkat getaran apabila getaran pada
salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran yang
ditetapkan. Baku tingkat Getaran dibagi dalam 4 kelas, yaitu a, b, c dan
d dengan batas mseperti pada Grafik II.2 dalam Kep-49/Menlh/Ii/1996.
8. Jenis Pengukuran Getaran
a. Pengujian
Getaran Mekanis di Tempat Kerja
1) Segmental Vibration atau biasanya Hand Arm Vibration (HAV)
Satuan : Accelerasi (m/s2)
Yang diukur : Handle mesin atau bagian mesin yang sering
bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh
pada bagian tubuh tenaga kerja.
Standar : Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/10/2011
tentang NAB faktor fisika dan kimia di tempat
kerja.
2) Whole Body Virbraion (WBV)
Satuan : Accelerasi (m/s2)
Yang diukur : Bagian yang menopang tubuh tenaga kerja. Bila
tenaga kerja duduk pada alas duduknya dan
sandarannya, bila tenaga kerja berdiri pada
lantainya.
Standar : Berdasarkan ISO 2631, dibagi menjadi 3 kategori:
a) Mengganggu kenyamanan
b) Meningkatkan kelelahan
c) Mengganggu kesehatan (batas paparan)
3) Getaran Mesin
Satuan : Accelerasi (mm/s2)
Yang diukur : Pada dasar mesin
Standar : Berdasarkan ISO 2372 dibagi menjadi 4 kategori:
13

a) Baik (Good)
b) Dapat di terapkan (Acceptable)
c) Masih dijinkan (Still Permissible)
d) Berbahaya (Dangerous)
Mesin dikategorikan menjadi 4 kelompok:
a) Group K (Small Machines)
b) Group M (Medium Machines)
c) Group G (Large Machines)
d) Group T (Largest Machines)
Tabel 2.4. Standar Getaran Mekanis
Kecepatan Getaran (mm/s)
Kategori
Group K Group M Group G Group T
s/d 0.71 s/d 1.12 s/d 1.80 s/d 2.80 Baik (Good)
0.72 - 1.80 1.13 – 1.81 – 2.81 – Dapat di
2.80 4.50 7.10 terapkan
(Acceptable)
1.81 – 2.81 – 7.1 4.51 – 7.11 – Masih
4.50 11.2 18.0 dijinkan (Still
Permissible)
> 4.5 > 7.1 > 11.2 > 18.0 Berbahaya
(Dangerous)
Sumber : ISO 2732 dan VDI 2056

9. Pengendalian Getaran Mekanis


a. Pengendalian secara umum
Internasional Organization For Standarization Mengeluarkan
(ISO 2631- 1974) Pedoman Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk Pengurangan Pemaparan Terhadap Getaran Kerja.
5) Isolasi sumber getar
6) Isolasi pekerja atau operator dengan
penagturan istirahat dan shift
7) Mengurangi waktu pemaparan
14

8) Bila mungkin dilakukan dengan


remote control.
9) Memperbaiki desain ergonomis
10) Melangkapi perawtan yang dapat
menahan atau menyerap getaran
11) Merawat mesin sebaik-baiknya
12) Pemeriksaan kesehatan awal
13) Pemeriksaan kesehatan berkala.
Secara garis besar ada 3 pendekatan yang digunakan untuk
mengendalikan getaran, yaitu:
1) Mencegah atau
mengurangi pemaparan getaran sesuai dengan nilai ambang batas
NAB, misalnya dengan memperbaiki desain dari sistem suspensi
kendaraan/ mesin/ peralatan dan melakukan perawatan
mesin/peralatan secara teratur.
2) Isolasi terhadap
getaran, misalnya menjauhkan tenaga kerja dari sumber getaran
mekanis, menggunakan penyekat atau bantalan peredam,
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan.
3) Mengurangi
waktu pemaparan dengan rotasi kerja, istirahat kerja 10-15 menit
tiap 1 jam kerja)
Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pemaparan getaran mekanis yang melebihi NAB adalah :
1) Mengisolasi sumber getaran dan pekerja dari sumber getaran.
2) Mengurangi pemaparan terhadap getaran.
3) Melengkapi peralatan mekanis dengan penahan atau penyerap
getaran.
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala.
5) Para pekerja dianjurkan untuk memakai peralatan yang cukup untuk
mempertahankan suhu badan dan memakai sarung tangan.
15

6) Sebelum bekerja harus diadakan pemanasan, tidak memegang


peralatan yang bergetar terlalu erat serta mengoperasikan alat yang
bergetar tidak sampai kapasitas penuh.
7) Jika pekerja merasakan tanda tanda kesemutan, kaku, jari-jari
memutih atau membiru harus segera memeriksakan ke dokter.
b. Pengendalian Getaran pada Industri
Pengendalian getaran pada industri ada beberapa cara, di
antaranya adalah sebagai berikut :
2) Pengendalian Teknis
a) Memakai peralatan kerja yang rendah
intensitas getarannya (dilengkapi dengan peredam).
b) Menambah peredam di antara tangan dan
alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
c) Merawat peralatan dengan teratur dengan
mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
d) Meletakkan peralatan dengan teratur alat
yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat
menimbulkan getaran di sekelilingnya.
e) Menggunakan remote control, tenaga kerja
tidak terkena paparan getaran karena dikendalikan dari jauh.
3) Pengendalian Administrasi
a) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu
pada NAB yang ada, paparangetaran tidak sepenuhnya
mengenai salah seorang tetapi bergantian, dari A, B, dan C.
b) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai
dengan NAB yang berlaku.
4) Pengendalian Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5
tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval
yang diambil adalah 2 – 3 tahun sekali.
16

5) Pemakaian Alat Pelindung Diri


Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar
(busa). Pada kebanyakan tenaga kerja masih dapat bekerja dengan
alat-alat yang menimbulkan getaran. Namun, bila penyakit semakin
memburuk, kapasitas kerja akan terganggu sekali. Serangan akan
hilang jika peredaran darah kembali normal. Maka beberapa upaya
yang dapat dilakukan antara lain :
a) Pemanasan tangan ke dalam air panas.
b) Pemijatan sebaiknya dilakukan secara lembut, untuk
memperlancar peredaran darah.
c) Meniupkan udara panas ke tangan serta menggerakkan tangan
secara berputar.
c. Pengendalian getaran pada sepeda motor
Kita juga dapat mengukur getaran pada sepeda motor.
Keadaan motor yang dalam keadaan baik salah satu cirinya yaitu saat
menaiki motor tidak merasakan getaran. Apabila motor bergetar saat
digunakan, paling sering terjadi pada mesinnya hal ini bersumber dari
putaran kruk as yang tidak balance. Cara mengatasinya tidak ada cara
lain selain membalancing ulang crankshaft (kruk as) ke tukang bubut.
Namun sebelum menuding kruk as sebagai biang keladinya, ada cara
lain yang perlu diselidiki terlebih dahulu, yaitu :

1) Sebaiknya periksa terlebih dulu beberapa bagian motor. Karena bisa


saja penyebabnya bukan kruk as dan membalancing ulang kruk as,
pastinya membelah mesin terlebih dulu yang membutuhkan dana
tidak sedikit.
2) Memeriksa dulu baut-baut pegangan mesinnya yang kemungkinan
mesin tersebut bautnya kendur atau tidak kencang hal ini
menyebabkan sasis tidak dapat meredam getaran mesin dengan baik.
17

Jika ternyata itu penyebabnya, segera kencangkan baut-baut


pegangan mesin tersebut.
3) Memeriksa juga baut-baut bodi, poros lengan ayun, as roda, mur
komstir, dan sebagainya.
Bila semuanya baik-baik saja, namun permasalahan belum
juga hilang, maka perlu memeriksa putaran kedua roda. Pelek yang
tidak presisi juga dapat menyebabkan sepeda motor bergetar. Cara
mengetahuinya :
1) Sepeda motor diparkir menggunakan standar tengah. Posisikan roda
yang hendak diperiksa pada keadaan mengambang (depan maupun
belakang). Kemudian roda tersebut diputar. Perhatikan apakah
putarannya center (lurus) atau speleng (bergoyang).
2) Jika memang putarannya tidak presisi akibat pelek bengkok, segera
setel ulang jari-jarinya. Apabila kerusakan peleknya parah, pres
ulang atau ganti dengan yang baru.
3) Begitu pula untuk pelek model racing. Jika ternyata putaran rodanya
bagus, baut pegangan mesin, bodi, lengan ayun serta as roda juga
mantaf, namun getaran mesin tidak lenyap juga, baru bisa dipastikan
akibat putaran kruk as tidak balance.
Maka dari itu getaran mekanis yang berlebih harus dicegah atau
dikurangi agar tidak mempengaruhi kesehatan tenaga kerja yang dapat
menurunkan produktivitas kerja.

B. Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang Kesehatan Kerja.
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat
1 huruf (g), yang berbunyi “Mencegah dan mengendalikan timbul dan
menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, sinar
dan radiasi, suara dan getaran.”
3. Undang-undang No. 13 tahun 2003 Pasal 86.
18

4. Perlindungan terhadap getaran mekanis, ISO 2631 – 1974 yang dipakai


sebagai pedoman dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Keputusan Menteri No. 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Getaran.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/Men/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tenaga Kerja.
19

BAB III
HASIL
A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran.
1. Gambar Alat
a. Nama alat : Vibration Meter.
Merk : Rion.
Model : Riovibro VM-63.
Buatan : Jepang.

Keterrangan dan Fungsi Vibration Meter:


1) Display
Menunjukan nilai pengukuran, mode pengukuran, rentang frekuensi
getaran, dan indikator penggantian baterai.
2) Vibration Detector Attachment
Tekan bagian ini terhadap objek pengukuran
3) MEANS button
Tekan tombol MEANS untuk melakukan pengukuran
4) Frequency Range
Untuk menentukan besarnya frekuensi yang akan diukur apakah “Low”
(10Hz-1000Hz) ataukah “High”( 1KHz – 15KHz).
5) Velocity/Acceleration/Deplacement Selector
20

Digunakan untuk memilih mode pengukuran


Acceleration : mengukur percepatan getaran dengan satuan m/det2
Velocity : mengukur percepatan getarandengan satuan cm/det2
19
Deplacement : mengukur perpindahan getaran dengan satuan mm
6) Display Low Batt Mark
Jika tanda tersebut tampil pada display maka kapasitas baterai sangat
rendah dan secepat mungkin diisi ulang.
2. Cara Kerja Alat
a. Vibration Meter
1) Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul
titik dobel pada display berarti baterai harus diganti.
2) Tekan MEAS atau power on kurang lebih 10 detik. Pilih skala
pengukuran yang sesuai. Alat siap untuk pengukuran.
3) Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan tahan.
Ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak
lurus. Nilai getaran mekanik ditunjukkan pada display. Setelah itu,
alat dapat dilepas dari objek. Baca dan catat angka pada display.
4) Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu
menit setelah tombol MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis.
b. Sepeda Motor
1) Nyalakan sepeda motor kemudian motor digas secara ritmis.
2) Kemudian alat Vibration Meter didekatkan pada tempat yang akan
diukur pada sepeda motor (stang kanan dan jok depan).
3) Setelah pengukuran selesai motor dimatikan.
3. Prosedur Pengukuran
a. Pengukuran Getaran Mesin
1) Hidupkan mesin motor dengan menekan start.
2) Biarkan motor tanpa gas selama pengukuran berlangsung.
3) Tentukan 3 titik pengukuran yaitu stang kanan tanpa digas, dan jok
depan tanpa digas.
4) Nyalakan Vibration Meter.
21

5) Alat Vibration Meter ditempelkan pada titik yang akan diukur


dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur.
6) Untuk mengukur acceleration arahkan range ke acceleration dan
untuk mengukur velocity arahkan range ke velocity.
7) Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran.
8) Pada satu titik diukur acceleration dan velocity.
9) Catat hasil pengukuran.
b.Pengukuran Getaran Mekanis (Hand Arm Vibration)
1) Hidupkan mesin motor dengan menekan start
2) Gas motor secara ritmis
3) Tangan probandus menggenggam stang motor
4) Nyalakan Vibration Meter
5) Alat Vibration Meter ditempelkan pada pergelangan tangan atas
dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur.
6) Untuk mengukur acceleration arahkan range ke acceleration dan
untuk mengukur velocity arahkan range ke velocity.
7) Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran.
8) Pada satu titik diukur acceleration dan velocity.
9) Catat hasil pengukuran.

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan.


1. Hasil Pengukuran Getaran Mesin
Berdasarkan pengukuran getaran mekanis dengan Vibration Meter
yang dilakukan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Oktober 2015
Waktu : 15.00 – 15.30 WIB
Tempat : Halaman parkir D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Alat : Vibraton Meter, Rion tipe Riovibro VM-63.
Obyek : Motor Honda Beat Pop (110cc)
Motor Honda Supra X (125 cc)
22

Tabe.3.1 Hasil Pengukuran Getaran pada Mesin.


Mesin
Daya Titik Velocity Katgori
No Lokasi Sampe Ket
Mesin Pengukuran (mm/s) Getaran *)
l
1 Halaman Honda 110cc Tempat 0,62
0,95
Parkir Beat Duduk /
0,67
Kampus Pop Jok Depan
Tirtomoyo
0,74 Baik
Rata-rata
(Good)
2 Halaman Honda 110cc Stang 0,90
1,20
Parkir Beat Motor
1,19
Kampus Pop
Tirtomoyo
1,09 Baik
Rata-rata
(Good)
3 Halaman Honda 125cc Tempat 0,53
0,48
Parkir Supra Duduk/ Jok
0,54
Kampus X Depan
Tirtomoyo
0,52 Baik
Rata-rata
(Good)
4 Halaman Honda 125cc Stang 2,66
1,21
Parkir Supra Motor
2,08
Kampus X
Tirtomoyo
1,98 Dapat
Rata-rata diterapkan
(Acceptable)

2. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis (Hand Arm Vibration)


23

Berdasarkan pengukuran getaran mekanis dengan Vibration Meter


yang dilakukan pada :
Hari,Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2015
Waktu : 15.30 – 15.60 WIB
Tempat : Halaman parkir D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Alat : Vibraton Meter, Rion tipe Riovibro VM-63.
Obyek Ukur : Motor Honda Beat Pop (110cc)
Motor Honda Supra X (125 cc)
Probandus :Semua Angota Kelompok 5
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis Hand Arm Vibration
Nama Sumber Titik Acceleration
No Lokasi NAB Ket
Probandus Getaran Pengukuran (m/s2)
1 Rizqi 20,2
2 Dian Honda 20,6
3 Parkiran Novita 21,0
4 Zulfa Supra Stang 12,7
Kampus 12 >NAB
5 Fania X 125 Motor 15,7
6 Tirtomoyo Cristyana 12,7
7 Salahudin cc 16,3
8 Anisa 16,6
1 Rizqi 8,4
2 Dian 8,1
3 Parkiran Novita Honda 8,7
4 Zulfa Stang 8
Kampus Beat 12 <NAB
5 Fania Motor 7,6
6 Tirtomoyo Cristyana Pop 7,5
7 Salahudin 5,8
8 Anisa 8,2

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengukuran dilakukan di area parkir kampus Tirtomoyo, Program D4


Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jebres, Surakarta. Sumber getaran diambil
dari kendaraan bermotor yaitu beasal dari sepeda motor. Dimana sepeda motor
adalah salah satu mesin yang dijalankan dengan tenaga motor sehingga
24

menimbulkan getaran mekanis. Faktor bahaya fisik tersebut dapat terpapar


kepada para pengendara motor dan dapat mempercepat kerusakan pada sepeda
motor bila nilai ambang getaran mekanis melibihi ambang batas yang
ditentukan.
Untuk mengethui apakah intensias getaran mekanis disuatu mesin atau
alat mekanik tertentu melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau tidak, maka
harus dilakukan pengukuran dan perhitungan tingkat getaran mekanis rata-rata
yang diterima oleh pekerja. Dalam praktikum yang kami lakukan Kelompok
Lima mengukur Hand Arm Vibration (HAV) dan Getaran pada Mesin. Untuk
Hand Arm Vibration (HAV) digunakan standar Nilai Ambang Batas (NAB)
oleh Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/10/2011 tentang NAB faktor fisika
dan kimia di tempat kerja. Dan pada Getaran Mesin digunakan standard baku
tingkat oleh International Organization for Standardization (ISO) 2372 atau
VDI 2056 Standards.
Dalam kegiatan praktikum pertama kami menggunakan dua sepeda
motor untuk diukur getaran mekanis pada mesin. Pengukuran pertama
menggunkanan Sepede motor jenis bebek Honda Supra X, daya mesin 125 cc
dan Sepeda motor jenis matic Honda Beat Pop dengan daya 110cc titik
pengukuran pada keduanya adalah di tempat duduk atau jok depan dan pada
stang sepeda motor. Pengukuran getaran menggunakan alat Vibrtion Meter.
Hasil rata-rata yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Honda Supra X 125cc mengasilkan rerata getaran pada jok depan sebesar
0,74 mm/s dan pada stang motor sebesar 1,096 mm/s. Dari hasil tersebut
menurut ISO 2372 mesin motor termasuk pada mesin Group M (Medium
Machines) dan getaran yang dihasilkan dikategorikan pada katgori Baik
(Good) dengan batas getaran sampai dengan 1,12 mm/s.
2. Honda Beat Pop X 110cc mengasilkan 24 rerata getaran pada jok depan
sebesar 0,52 mm/s dan pada stang motor sebesar 1,98 mm/s. Dari hasil
tersebut menurut ISO 2372 mesin motor termasuk pada mesin Group M
(Medium Machines) dan getaran pada jok depan yang dihasilkan
dikategorikan pada katgori Baik (Good) dengan batas getaran sampai
25

dengan 1,12 mm/s sedangkan getaran pada stang sepeda motor


dikategorikan pada kategori Dapat diterpakan (Acceptable) dengan
kecepatan getaran antara 1.13- 2.80 mm/s
Dikegiatan praktikum kedua Kelompok Lima melakukan pengukuran
getaran Hand Arm Vibration (HAV) diukur dengan menggunakan alat Vibration
Meter. Alat tersebut ditempelkan pada lengan tangan atas probandus yang sedang
menggenggam stang sepeda motor dalam keadaan mesin dihidupkan dan digas secara
rirmis. Dalam kegiatan kali ini kelompok Lima menggunakan dua motor yang sama
seperti kegiatan praktikum pertama. Probandus adalah seluruh anggota Kelompok
Lima. Dari praktikum ini di dapatkan hasil sebagai berikut:
1. Honda Supra X 125 cc didapatkan hasil rerata hand arm vibration oleh probandus
Rizqi 20,2 m/s2 , Dian 20,6 m/s 2 , Novita 21,0 m/s 2 , Zulfa 12,7 m/s 2, Fania 15,6
m/s2 , Cristyana 12,7 m/s2 , Shalahudin 16,3 m/s2 dan Anisa 16,6 m/s2. Dari hasil
tersebut menurut Permenakakertas RI No.Per 13/MEN/10/2011 telah melebihi
NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 12 m/s2 dengan waktu pemaparan
kurang dari 1 jam. Maka dari itu perlu adanya pengendalian yang dilakukan untuk
menurunkan kecepatan getaran pada mesin dan atau dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai.
2. Honda Beat Pop 110cc didapatkan hasil rerata rerata hand arm vibration oleh
probandus Rizqi 8,40 m/s2 , Dian 8,10 m/s2 , Novita 8,70 m/s2 , Zulfa 8,00 m/s2,
Fania 7,60 m/s2 , Cristyana 7,50 m/s2 , Shalahudin 5,80 m/s2 dan Anisa 8,20 m/s2.
Dari hasil tersebut menurut Permenakakertas RI No.Per 13/MEN/10/2011
masih dibawah NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 12 m/s2 dengan waktu
pemaparan kurang dari 1 jam.

Dari hasil yang kita dapat dan dari hasil perbandingan dengan NAB
yang sudah ditentukan menunjukan bahwa untuk nilai abang batas yang di
perkenankan adalah senilai 12 m/s2 .Apabila lebih dari 12 m/s2 maka harus
dilakukan pengendalian. Sementara pengukuran hand arm vibration yang di
lakukan pada Honda Beat Pop 110cc rata-rata tidak melebihi ambang batas,
namun pada Honda Supra X 125cc telah melebihi NAB, hal ini berkaitan
dengan jenis motor yang digunakan, atau penegasan agak lebih kencang
alhasil nilai pada data lebih tinggi.
26

Dari hasil pengkuran hand arm vibration pada pengukuran Honda


Supra X di dapatkan hasil rata-rata yang melibihi NAB sehingga perlu
adanya pengendalian yang dilakuan antara lain dengan:
1. Untuk meredam getaran di tangan, dapat mengaplikasikan Stabilizer atau
Dumper stang kemudi.
2. Memasang atau mengganti karet grip stang yang lebih tebal dan lebih baik
menyerap getaran pada stang motor
3. Memasang Jalu atau sering disebut juga End Grip yaitu logam yang
menoncol di ujung stang yang tidak hanya berfungsi sebagai aksesoris tapi
juga sebagai peredam getaran dan menambah kenyamanan saat
berkendara. Pilih Jalu yang berat agar lebih efektif menyerap getaran.
4. Mengisi lubang pada stang motor dengan mengunakan kain atau busa
secara penuh dan padat untuk menggurangi getaran yang pada stang.
5. Mengurangi getaran pada mesin motor dengan Insulation.
6. Pemeriksaan dan pengencangan baut-baut, kendurnya baut merupakan
salah satu penyebab utama getaran pada stang.
7. Melakukan perawatan atau service sepeda motor secara rutin.
8. Menggunakan sarung tangan saat mengendari sepeda motor.
Dalam pengukuran intensitas getaran dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
1. Jenis motor yang digunakan berbeda, antara jenis motor satu dengan
yang lain akan beda getaran yang dihasilkan. Juga dipengarui oleh jenis
daya mesin.
2. Pada saat pengegasan motor dilakukan kurang ritmis atau tidak konstan
sehingga getaran yang dihasilkan tidak tetap.
3. Kurang telitinya praktikan dalam membaca hasil pengukuran.
4. Praktikan yang kurang sungguh-sungguh pada saat melakukan
pengukuran.
5. Kemungkinan praktikan yang kurang tepat dalam penempatan alat,
misalnya alat yang ditempelkan pada tempat yang diukur kurang tegak
lurus dan terlalu ditekan sehingga mempengaruhi pengukuran.
27

6. Keterbatasan waktu saat pengukuran sehingga terkesan terburu-buru saat


pengukuran.
Setelah dilakukan pengukuran getaran pada mesin ternyata ada yang
melebihi ambang batas atau termasuk dalam kategori kurang Baik (Good)
sampai kategori Berbahaya (Dangerous) maka peru diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Memeriksakan atau service mesin sepeda motor
secara rutin.
2. Memeriksa baut-baut pegangan mesinnya yang
kemungkinan mesin tersebut bautnya kendur atau tidak kencang hal ini
menyebabkan tidak dapat meredam getaran mesin dengan baik.
3. Memeriksa juga baut-baut bodi, poros lengan
ayun, as roda, mur komstir dan sebagainya.
4. Memeriksa putaran kedua roda. Velg yang tidak
presisi juga dapat menyebabkan sepeda motor bergetar.

BAB V
SIMPULAN SARAN

A. Simpulan
1. Getaran mekanis adalah salah satu faktor berbahaya di tempat kerja yang
disebabkan oleh peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker,
1996)
28

2. Jenis getaran mekanis dibedakan menjadi dua, yaitu getaran seluruh badan
(Whole body vibration) dan Getaran pada lengan (Hand arm vibration)
3. Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat getaran mekanis tergantung dari
jenis getaran yang diukur serta berbeda-beda standar ambang batas yang
digunkan:
a. Whole body vibration menggunakan standar ambang batas dari ISO 2631
b. Hand Arm Vibration menggunakan standar nilai ambang batas dari
Permenaker RI No.PER/13/MEN/X/2011
c. Getaran Mesin menggunkan standar kategori getaran berdasarkan ISO 2372
dan VDI 2056.
4. Efek Getaran mekanis dapat berakibat, efek pada jaringan dan terganggunya
rangangan reseptor syaraf dalam jaringan. Tiga tingkat efek getaran
mekanis:
a. Gangguan kenikmatan dalamn bekerja
b. Terganggunya tugas dan menjadi cepat lelah
c. Bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Metoda Pengukuran dan Analisis Tingkat Getaran tercantum dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
49/Menlh/Ii/1996. Pengkuran getaran mekanis menggunakan alat Vibration
meter diukur dengan ditempelkan pada media atau btdang yang bergetar
secara tegak lurus. Baca hasil pada display ulangi 3 kali untuk mendapatkan
nilai rata. Catat hasil dan kemudian bandingkan dan analisis data dengan
standar yang ada.
6. Pengndalian getaran mekanik secara umum dapat dilakukan dengan 3
pendekatan:
28
a. Mencegah atau mengurangi pemaparan getaran sesuai dengan nilai
ambang batas NAB, dengan memperbaiki desain dari sistem suspensi
mesin dan melakukan perawatan mesin secara teratur.
b. Isolasi terhadap getaran, misal menjauhkan tenaga kerja dari sumber
getaran mekanis, menggunakan penyekat atau bantalan peredam,
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan.
29

c. Mengurangi waktu pemaparan dengan rotasi kerja, istirahat kerja 10-15


menit tiap 1 jam kerja

B. Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami dan mengetahui
dengan benar dalam menggunakan alat ukur Vibration Meter sebelum
praktikum dimulai.
2. Sebaiknya prakikan memahami prosedur dan cara
kerja pengukuran dengan benar sebelum praktikum dimulai.
3. Sebaiknya pada saat melakukan alat yang digunakan
sudah dipastikan dalam kondisi baik dan tidak rusak sehingga
mendapatkan hasil yang valid.
4. Pada saat pengukuran hendaknya tidak terlalu
menekan Vibration Meter karena dapat mempengarui hasil pengukuran.
5. Menambah alat ukur yang tersedia sehingga semua
kelompok dapat melaksanakan praktikum dengan efektif, efisien dan tiak
membuang-buang waktu.
6. Sebaiknya dilakukan perawatan secara rutin seperti
pengecekan baterai dan mengkalibrasi alat sehingga alat tetap dalam
keadaan baik saat digunakan sewaktu-waktu.

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono Z, dkk, 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan


Ergonomi (HIPERKES) dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit
Universitas diponegoro.
30

Permana, Budi. Pebruari 2007. Inspeksi Kecelakaan Kerja. Majalah Hiperkes


XII/2007. Surakarta : CV. Maju Mundur.
Suma’mur, 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Gunung Agung.
Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung
Seto.
Sumardiyono, S.Km, M.Kes. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester
III.Surakarta : UNS.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tim Penyusun.2013. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program
D.IV Kesehatan Kerja FK UNS.
Tim penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta :
Program D.IV Kesehatan Kerja.
31

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai