Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II oleh dosen Eka juwita H, M.Kep

:Disusun Oleh
1. Aan Nurfauziyah (R.19.01.001)
2. Egi Aulia Septianugrah (R.19.01.018)
3. Iman Sobirin (R.19.01.031)
4. M. Eris Kurniadi (R.19.01.045)
5. Nada Aisyah Humairoh (R.19.01.048)
6. Sabila Vica (R.19.01.067)
7. Soffani Nur Maydah (R.19.01.073)

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
)STIKes Indramayu(
Jl.Wirapati Telp.(0234)27202 Fax. (0234)2720558
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan kasih – Nyahlah sehingga kami dapat menyusun MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN THYPOID ini yang telah ditentukan. Makalah ini di ajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Pada kesempatan ini, kami berterima kasih atas bimbingandan masukkan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langgsung kami
menyadari isi makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi kalimat, isi
maupun penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Indramayu, 13 April 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................4
PENDAHULUAN .........................................................................................................4
Latar Belakang ................................................................................................................4
Tujuan .......................................................................................................................5
BAB II ..................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................6
Definisi .................................................................................................................6
Etiologi ................................................................................................................6
Manisfestasi klinis ................................................................................................6
Etiologi ..................................................................................................................7
Patofisiologis .........................................................................................................8
Komplikasi ............................................................................................................8
Pemeriksaan penunjang .................................... ....................................................9
BAB III ......................................................................................................................15
PENUTUPAN ................................................................................................................15
Kesimpulan .....................................................................................................................15
Saran ................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat
endemis dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-
negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia. Data secara epidemiologi
setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil laporannya dari
diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang benar-benar dapat
menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah didapatkan. Hal ini
disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam thypoid menyerupai penyakit
infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium tidak selalu dapat dikerjakan pada
semua daerah.
Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub
Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit ini menunjukkan
angka yang terus meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun
1990,1991,1992,1993,1994 berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per 10.000
penduduk. Sementara data penyakit demam thypoid dari Rumah Sakit dan Pusat
Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada
tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam thypoid di beberapa
daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan
sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya. Kecenderungan meningkatnya
angka kejadian demam thypoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara
lain urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi dan
keterlambatan diagnosis. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit
demam thypoid antara lain disebabkan oleh masa tunas penyakit yang dapat
berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat lebih panjang sampai 30 hari) dan metode
pemeriksaan yang dilakukan.
Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam thypoid yang makin
meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut maka di
diagnosis dini demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena itu
pemeriksaan baku atau rutin secara serologi yang sampai saat ini masih dikerjakan
hampir pada semua pasien yang dirawat dengan demam di RS yaitu uji Widal,
perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh serologi lainnya dengan
menggunakan antigen yang lebih spesifik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan pemaparan makalah ini diharapkan adanya suatu pemahaman yang
lebih mendalam khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid, maupun dalam
memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan khususnya bagi mahasiswa
keperawatan mampu:
a. Memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan,
perawatan/penatalaksanaan pada pasien demam thypoid
b. Mengaplikasi konsep asuhan kepeawatan pada pasien
dengan
demam thypoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna dan gangguan kesadaran (Manjoer Arief, 2000).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,
1997).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara
klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan
pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai
tingkat (Rampengan, 1992).
Jadi, demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan
saluran pencernaan serta gangguan kesadaran.

2. Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-
kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi,
dan protein membran hialin (Manjoer Arief, 2000 & Ngastiyah, 1997).

3. Manifestasi Klinis
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus
berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun
dan normal kembali pada akhir minggu kedua.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga
dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik
kemurahan karena amboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia
dan epistaksis pada anak besar.

4. Patofisiologi
Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran
cerna. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di ileum
terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella thypis kemudian
menembus kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesentirial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-
kelenjar limfe ini Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi
portal dari usus Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan
bagian-bagian lain sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan
gejala-gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala
toksemia pada demam thypoid, karena membantu terjadinya proses
inflamasi lokal pada jaringan tempat S. thypii berkembangbiak. Demam
pada thypoid disebabkan karena S. typii dan endotoksinnya merangsang
sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).

5. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
a. Komplikasi intestinal / pada usus halus
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Peritonitis
b. Komplikasi ekstra intestinal / komplikasi di luar usus
1) Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitis)
2) Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau disseminated
intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistisis.
5) Komplikasi ginjal
Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis.
6) Komplikasi tulang
Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis.
7) Komplikasi neuronsikratrik
Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom guili aim, barre,
psikosis dan sindrom katatonia.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan leukosit
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Biakan darah
- Teknik pemeriksaan laboratorium
- Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
- Pengobatan dengan obat antimikroba
- Vaksinasi dimasa lampau
e. Uji widal
f. Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba

7. Penatalaksanaan
a. Medik
1) Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta
2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat
sakit yang lama, lemah, anoreksia, dll
3) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak
panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan
4) Diet
5) Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi
dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol
6) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya
bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara
intravena, dsb
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit
a) Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk
di cincing (hati daging) : sayuran labu siyem / wortel yang
dimasak lunak sekali
b) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan
cair personde, kalori sesuai dengan kebutuhannya
c) Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang
infus dengan cairan glukosa dan NaCl
2) Gangguan suhu tubuh
a) Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat
secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun
diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi bertahap
b) Ruangan diatur agar cukup ventilasi
c) Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar
penguapan suhu lebih lancar
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream)
sering-sering dan sering diberikan minum untuk meningkatkan
nafsu makan
b) Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak
komunikasi
4) Resiko terjadinya komplikasi
a) Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x /
hari
b) Istirahat
c) Pengawasan komplikasi
d) Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin
ibunya menemani tetapi tidak tidur bersama
b) Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih
dilanjutkan selama 2 minggu
c) Pemberian obat
d) Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang
WC dan disiram air sampai sebanya-banyaknya

8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat kesehatan
b) Pengkajian fisik
c) Pengkajian pola fungsi kesehatan (Gordon)
d) Pengkajian pertumbuhan
e) Pengkajian perkembangan

2. Analisa Data

3. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan
makanan dan cairan
c) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Fokus Intervensi
a) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)
 Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
 Kriteria Hasil :
- Klien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan
- BB klien stabil
 Intervensi
- Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi
harian.
- Rasional :
Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif /
pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
- Gunakan pendekatan konsistensi, duduk dengan pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan atau
komentar, tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.
Rasional : Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi
terhadap tekanan komentar apapun yang dapat
dilihat sebagai paksaan memberikan fokus pada
makanan.
- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian
makanan terlalu cepat setelah periode puasa.
- Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin
Rasional : Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan
merasa mengontrol lingkungan lebih suka
menyediakan makanan untuk makan.

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan


makanan dan cairan
 Tujuan : Kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi
 Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda adanya dehidrasi
 Intervensi
- Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler, status membran
mukosa, turgor baik
Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi hipotensi
octostatik dapat terjadi dengan resiko jatuh / cedera
segera setelah perubahan posisi.
- Awasi jumlah dan tipe masukan
Rasional : Pasien tidak mengkonsumsi cairan yang dapat
mengakibatkan dehidrasi / mengganti cairan untuk
memasukkan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit.
- Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan
penggunaan laksatif / diuretik
Rasional : Membantu pasien menerima perasaan bahwa
akibat menggunakan laksatif / diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut.
- Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan
cairan optimal
Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana untuk
memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki
kesempatan untuk berhasil.

c) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


 Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, suhu tubuh normal (36-
37 oC)
 Kriteria Hasil : Mempertahankan suhu tubuh normal
 Intervensi
- Monitor TTV
Rasional : melanjutkan tindakan seterusnya
- Beri kompres hangat di kepala, ketiak dan lipatan paha
- Anjurkan pasien untuk minum banyak
Rasional :
untuk menurunkan suhu tubuh dan memenuhi cairan elektrolit
- Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
Rasional : untuk mengurangi panas dan menyerap keringat
- Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan parenteral dan anti
piratik
Rasional : mempercepat untuk menurunkan panas.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dalam masalah status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2010).

6. Evaluasi
Menurut (Craven & Hirnle, 2007), evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan Antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang
ditunjukkan klien.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik,
bersifat endemis dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada
negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia. Data secara
epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil
laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang
benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah
didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam
thypoid menyerupai penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium
tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah.

B. Saran
Pembuatan makalah ini dapat di gunakan sebagai bahan pengajran,
menambah wawasan masyarakat serta pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1410/3/BAB%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1410/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai