Anda di halaman 1dari 11

Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK


Leny Nofianti

Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau


Email: lenynofianti@yahoo.com

Abstract:The productive role that is often referred to the role of the public sector by women are in formal or
informal sectors. Women working in the public sector generally have an education that tend to be high.
Women want to realize the education she receives in terms of work. Women apply that knowledge in work.
Work is an achievement to be able to improve the lives of humans. This paper analyzes how the role of women
working in the public sector and the problems they face with multiple roles. Gender issues that arise in the
formal sector is that most women are in the lower position rather than men.

Kata Kunci: Perempuan, Sektor Publik, Gender

PENDAHULUAN perempuan dan semakintingginya tingkat


pendidikan perempuan. Faktor ini yang
Keterlibatan perempuan berperan
membuat peningkatan pada perempuan
pada sector produktif sepertinya bukan hal
untuk bekerja.
baru untuk diperbincangkan. Peran
produktif adalah peran yang dilakukan oleh Komposisi perempuan yang bekerja di
seseorang menyangkut pekerjaan yang sektor publik dapat dilihat dari Tingkat
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK
dikonsumsi maupun untuk adalah proporsi penduduk usia kerja yang
diperdagangkan1. Peran yang sering pula sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan
disebut dengan peran disektor publik. terhadap penduduk usia kerja yaitu 15 tahun
Sektor publik lebih identik dengan ke atas. TPAK dapat menjadi indikator
karakter maskulin yang tegas, berani, cekatan sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam
dan cepat dalam mengambil keputusan, memberikan ruang bagi partisipasi
sehingga dikatakan bahwa sektor publik kesetaraan gender dan peluang kerja bagi
merupakan domain laki-laki. Kekuasaan perempuan khususnya pendidikan dan
publik identik dengan persaingan dan pekerjaan di sektor formal.
konflik dalam penyelesaian masalah, Berdasarkanjumlah angkatan kerja
sedangkan karakteristik unggul dari (penduduk usia produktif yaitu umur 15
feminitas berupa kesabaran, kejujuran dan sampai dengan 65 tahun) pada Provinsi Riau
kesetiaan dianggap tidak perlu dan tidak tahun 2015, terdapat jumlah tenaga kerja
memiliki karakteristik unggul. sebesar 3.886.365, terdiri dari 1.996.078 laki-
laki dan 1.890.287 perempuan. Dari jumlah
Meskipun jumlah komposisi
angkatan kerja tersebut jumlah angkatan
perempuan yang bekerja di sektor publik
kerja yang bekerja sebesar 1.873.927 terdiri
masih rendah dibandingkan jumlah laki-laki
dari tenaga kerja laki-laki 1.529.938 dan
yang bekerja di sektor publik, tetapi jumlah
perempuan 343.9892.
perempuan yang bekerja di sektor publik
dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini Dari data tersebut tampak bahwa hanya
disebabkan selain kebutuhan ekonomi yang 18,36% perempuan yang bekerja di sektor
semakin meningkat, juga karena adanya public di Provinsi Riau 2015, dibandingkan
permintaan penerimaan tenaga kerja
51
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

jumlah laki-laki sebesar 81,64% yang bekerja Beberapa teori yang berkaitan dengan
disektor publik. Hal ini bisa saja disebabkan peran ganda perempuan di sektor domestik
karena implikasi paham ideologis, baik yang dan publik yaitu:
dibentuk oleh kultur budaya, ras, dan politik a. Teori Nature (dalam Budiman6)
terhadap perempuan, misalnya perempuan menjelaskan tentang adanya
tidak dibenarkan masuk ranah publik karena perbedaan perempuan dan laki-laki
akan mengakibatkan kekacauan. Kekacauan adalah kodrat sehingga tidak dapat
masyarakat dilekatkan sebagai kesalahan berubah dan bersifat universal.
perempuan. Selain itu, perempuan menuntut Perbedaan biologis ini memberikan
keadilan dan kesetaraan gender dalam indikasi dan implikasi bahwa
semua aturan, kebijakan, program, dan diantara kedua jenis tersebut memiliki
kegiatan publik. Ditambah lagi, peran publik peran dan tugas yang berbeda.
jadi beban berat untuk perempuan dan kalau Manusia, baik perempuan maupun
ada masalah di ranah domestik dianggap laki- laki, memiliki perbedaan kodrat
kesalahan perempuan. sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
Tulisan ini menganalisis tentang b. Teori Peran oleh Antropolog Robert
bagaimana peran perempuan yang bekerja di Linton (dalam Budiman)7
sektor publik dan permasalahan yang menjelaskan tentang interaksi social
dihadapinya dengan peran ganda yang dalam terminology aktor-aktor yang
dimilikinya. bermain sesuai dengan apa-apa yang
ditetapkan oleh budaya. Sesuai
dengan teori ini, harapan-harapan
Kajian Teori
peran merupakan pemahaman
Peran bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-
Peran (role) adalah hak-hak dan hari. Menurut teori ini, seseorang
kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan yang mempunyai peran tertentu
seseorang karena status atau kedudukannya. misalnya peran sebagai orangtua,
Sedangkan tugas merupakan kegiatan- peran sebagai wanita, peran sebagai
kegiatan yang harus dijalankan untuk pekerja,dll.
memenuhi hak-hak dan kewajiban-kewajiban c. Teori Hull (dalamAsfar)8 menyatakan
(melaksanakan peran)3. bahwa suami menyerahkan tugas
Sedangkan Biddle and Thomas4 domestik kepada istri. Suami
mendefenisikan peran sebagai “it is a set of merupakan kepala keluarga
prescription that define the desired behavior of sedangkan istri merupakan kepala
apposition occupant”. Jadi peran adalah satu rumah tangga yang memiliki
set preskripsi yang mengandung harapan- kekuatan.
harapan dalam bentuk tingkah laku dari d. Freiden (dalam L.Moore)9
suatu posisi yang diduduki. Perilaku dalam menyatakan bahwa wanita usahanya
peran yang berkaitan dengan peran menurut keras untuk menyerupai pria. Namun
Biddle dan Thomas5 yaitu: 1). Harapan peran wanita tidak perlu mengorbankan
dan norma; 2)Penampilan peran; 3)evaluasi perkawinannya dan peran mereka
dan sanksi. sebagai ibu hanya untuk karier.
Betapapun tinggi karier yang sudah

52
Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

diraih dan dicapai oleh seorang bekerja perempuan harus keluar rumah,
wanita. Freiden mengajak wanita keluar kota bahkan ke luar negeri. Peran
berperan dalam dunia public tanpa ganda perempuan yaitu sebagai ibu rumah
mengajak lelaki ikut berperan dalam tangga dan sebagai perempuan bekerja mulai
dunia rumah tangga. menimbulkan masalah.
e. Hariet Taylor (dalam Darwin)10
Beberapa alasan yang mendorong
mengatakan bahwa wanita diberi
kesempatan dalam hal ekonomi, sipil perempuan memasuki „dunia kerja‟ adalah:
yang sudah sama namun dalam hal- a. „Kondisi luar‟ yang memungkinkan dan
hal domestik masih berbeda. Urusan menarik perempuan untuk bekerja.
domestik tetap merupakan urusan Kondisi atau situasi saat ini membuat
seorang istri. pekerjaan rumah tangga tidak terlalu
repot lagi. Hal tersebut dapat
Ada beberapa keadaan perempuan, yaitu;
disebabkan karena adanya pembatasan
1) sudah mandiri dan bekerja kelahiran, kecanggihan alat-alat rumah
2) Semata-mata sebagai nyonya rumah tangga, adanya cleaning service, tempat-
3) Sebagai mitra, setiap pasangan suami tempat penitipan anak dan sebagainya.
istri tentu mempunyai pola sendiri Semua itu membuat ibu rumah tangga
bagaimana menjalankan kemitraan memiliki waktu luang lebih banyak.
tersebut. b. Motif ekonomi, mendorong perempuan
untuk bekerja karena kepentingan
Peran „ibu rumah tangga‟ dan peran
ekonomi keluarga. Kebanyakan dari
„perempuan bekerja‟ sebenarnya bukan baru
mereka bekerja karena rendahnya
muncul saat sekarang ini. Sejak zaman
penghasilan suami atau karena ingin
dahulu sudah banyak perempuan yang
meningkatkan taraf kehidupan.
disamping melaksanakan tugas-tugas rumah
c. Motif psikologis, disini perempuan
tangga tetapi juga bekerja dalam rangka
terdorong untuk bekerja karena
menunjang ekonomi keluarga. Banyak
kesenangan, menghilangkan
pekerjaan-pekerjaan seperti bercocok tanam
kesepian/kejenuhan dirumah,
di halaman, beternak, memintal benang atau
menghilangkan rasa terisolir secara
menenun, menjahit, menjual kue dan
social dan (terutama bagi mereka yang
sebagainya. Namun semua itu dilaksanakan
sudah berpendidikan tinggi), bekerja
di rumah, sehingga tidak menimbulkan
adalah sebagai kebutuhan aktualisasi
masalah. Pelaksanaan kerja tersebut dapat
diri.
sejalan dengan penyelesaian tugas-tugas
d. Adanya rasa tanggung jawab social,
rumah tangga.
karena telah mengambil fasilitas untuk
Di zaman modern ini semua telah belajar di universitas dan sekarang
berubah. Pekerjaan-pekerjaan seperti saatnya untuk mengamalkan ilmu yang
memintal benang atau menenun, menjahit, telah di dapatkan di masyarakat.
membuat kue sudah „dipabrikkan‟. Di
Menurut Coontz (dalam Suadirman)11
samping itu jangkauan kerja perempuan
Perempuan yang bekerja juga didorong
sudah lebih luas lagi. Perempuan bisa
faktor tingkat kebosanan yang tinggi jika
menjadi dokter, insinyur, diplomat,
harus dirumah sajadan perempuan merasa
pengusaha dan sebagainya yang semuanya
mendapatkan kepuasan tersendiri saat
itu tidak dapat dikerjakan di rumah. Untuk
bekerja di luar rumah.
53
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

Konflik Peran laki tersebut mengarah kepada ketidakadilan


gender sekaligus perubahan social.
Ada begitu banyak defenisi dari
Sejarah perbedaan gender (gender
konflik. Meskipun ada makna-makna yang
differences) antara jenis perempuan dan laki-
saling menyimpang. Konflik harus dirasakan
laki terjadi melalui proses panjang.
oleh pihak-pihak yang terkait, ada tidaknya
Terbentuknya perbedaan gender
konflik merupakan masalah persepsi. Jika
dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya
tidak seorangpun sadar akan adanya suatu
dibentuk, disosialisasikan, bahkan
konflik, maka umumnya disepakati bahwa
dikonstruksikan secara social atau kultural,
tisak ada konflik. Jadi dapat didefenisikan
melalui ajaran keagamaan maupun Negara
pertentangan atau konflik adalah suatu
(hukum)13. Melalui proses panjang sosialisasi
proses yang mulai bila satu pihak merasakan
gender tersebut akhirnya dianggap menjadi
bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara
ketentuan Tuhan. Seolah-olah bersifat
negative, atau akan segera mempengaruhi
biologis dan tidak bisa diubah lagi sehingga
secara negatif, sesuatu yang menjadi
perbedaan gender dianggap dan dipahami
perhatian pihak pertama12.
sebagai kodrat perempuan dan kodrat laki-
Perempuan yang bekerja disektor
laki.
public dan berkeluarga bisa mengalami
Sebaliknya konstruksi social gender
konflik peran, yang dinamakan intra-role-
yang terisolasikan secara evolusional dan
conflict atau konflik antar peran.Adapun
perlahan-lahan mempengaruhi biologis
sebabnya karena perempuan tersebut
masing-masing jenis kelamin. Misalnya
memegang dua posisi peran sekaligus,
karena konstruksi social gender, kaum laki-
sementara tuntutan keduanya bisa tidak
laki bersifat kuat, agresif, maka kaum laki-
selaras bahkan kadang-kadang bertentangan.
laki kemudian terlatih dan terisolasikan serta
Disini muncul kebingungan pada
termotivasi untuk menjadi atau menuju
perempuan, pertanyaan-pertanyaan seperti
kepada sifat gender yang ditentukan oleh
„siapa saya‟ dan „bagaimana saya
suatu masyarakat tersebut; yakni secara fisik
seharusnya?‟, menimbulkan kesulitan
lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya karena
terutama menurut teori peran
kaum perempuan harus lemah lembut, maka
mengakibatkan ketegangan pikiran dan
sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak
ketidakstabilan emosi.
saja berpengaruh kepada perkembangan
Konsep Kesetaraan Gender emosi dan visi serta ideology kaum
perempuan, tetapi juga mempengaruhi
Gender adalah kebudayaan yang perkembangan fisik dan biologis selanjutnya.
mengatur hubungan antara permpuan dan Kerena proses sosialisasi dan
laki-laki dalam keluarga dan masyarakat. rekonstruksi berlangsung secara mapan dan
Relasi gender ini misalnya dalam bentuk lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan
pembagian peran, kedudukan, hak dan apakah sifat-sifat gender itu, seperti kaum
kewajiban serta tanggung jawab. Pola relasi perempuan lemah lembut dan laki-laki kuat
ini berubah dari waktu ke waktu dan perkasa, dikontruksikan oleh masyakat atau
berbeda antar budaya yang berbentuk kodrat biologis yang ditentukan oleh Tuhan.
melalui proses sosialisasi. Kaitannya dengan Perbedaan gender selanjut nya
isu kesetaraan gender adalah dimana budaya melahirkan peran gender. Adapun peran
yang mengatur relasi perempuan dan laki- gender sesungguhnya tidaklah menjadi
masalah sepanjang tidak melahirkan

54
Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

ketidakadilan gender. Namun yang menjadi beroperasi ewat ideology yang dengan
isu atau masalah, ternyata perbedaan gender gagahnya mempertahankan ketimpangan
telah melahirkan berbagai ketidakadilan atau relasi gender. Ideology tersebut adalah
ketimpangan baik bagi laki-laki terutama ideology gender yang patriarikis.
terhadap perempuan (gender gap). Ideology gender sendiri dapat
Ketimpangan gender merupakan system dan beroperasi dalam waktu lama dalam
struktur dimana kaum perempuan menjadi masyarakat Karen didukung dengan system
korban dari system tersebut. kepercayaab gender (gender believe system).
Ketimpangan gender berdampak Kepercayaan gender ini mengacu pada
negative terhadap perempuan dan rangkaian kepercayaan dan pendapat
dimanifestasikan dalan berbagai bentuk tentang perempuan dan laki-laki, dan
seperti marginalisasi, subordinasi, stereotype, tentang kualitas maskulin dan feminitas.
kekerasan dan beban kerja ganda. Hal Dengan kata lain, system kepercayaan
tersebut telah mempromosikan perempuan gender mencakup elemen dekriptif dan
sebagai the second sex. preskriptif yaitu kepercayaan bagaimana
Akhirnya kita harus mengakui bahwa seharusnya perempuan dan laki-laki itu.
posisi perempuan dalam kebudayaan Ideologi gender mengakibatkan
tidaklah sebaik posisi laki-laki. Menurut ketidaksetaraan peran pada titik lemah.
Priyo Soemandoyo, hamper dalam semua Jadi dalam pandangan feminis yang
kebudayaan dunia perempuan menempati memperjuangkan kesetaraan gender,
posisi dibelakang. Dikotomi pembagian adanyan ketimpangan yang mengakibatkan
peran/kerja perempuan diwilayah domsetik diskriminasi, marginalisasi, subordinasi,
dan laki-laki di wilayah public secara empiric stereotype, kekerasan dan beban ganda
menenggelamkan perempuan kedalam terhadap perempuan adalah akibat
urusan dometik.Padahal justru peran di konstruksi budaya patriarkis.
sektor public memungkinkan perempuan
Metode Penelitian
bisa berkembang lebih luas
lagi. Sebagaimana
14 dimaklumi, bidang Penelitian ini merupakan penelitian
domsetik sering kali tidak memperoleh kualitatif yang didasarkan pada upaya
penghargaan public meskipun itu dilakukan membangun pandangan yang diteliti secara
oleh laki-laki sekalipun.Sikap seksis dan rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran
diskriminatif sangat transparan dalam holistic (menyeluruh). Penelitian kualitatif
hubungannya dengan penilaian atas peran merupakan penelitian yang menghasilkan
perempuan (dan juga laki-laki) di bidang prosedur analisis yang tidak menggunakan
domestic. prosedur analisis statistic dan kuantitatif
Diskriminatif gender hampir selalu lainnya. Penelitian ini akan mengumpulkan
terjadi karena perempuan ditempatkan data kualitatif untuk menjawab persoalan
dalam kutub pelengkap (hal-hal yang tidak dari permasalahan penelitian.
dimiliki laki-laki sehingga dapat dilengkapi
perempuan) atau negative (lawan dari Untuk memperoleh data-data yang
karakteristik positif yang dilekatkan pada dibutuhkan, penelitiakan menggunakan
laki-laki). teknik pengumpulan data berupa
Dominasi terbentuk, dirembesi dan dokumentasi, berasal dari data sekunder,
dipertahankan melalui pelbagai institusi dan observasi (pengamatan) serta melakukan
nilai-nilai dalam masyarakat.Dominasi wawancara dengan beberapa informan.

55
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif sebagai perempuan bekerja atau perempuan
kualitatif. berkarya15
Perempuan bekerja di sektor publik
PEMBAHASAN
umumnya sudah memperoleh pendidikan
Peran perempuan bekerja di sektor public yang cenderung tinggi. Perempuan ingin
merealisasikan pendidikan yang diterimanya
Peran produktif yang sering disebut dalam hal bekerja.Dalam masa pendidikan
dengan peran disektor public yang perempuan memperoleh ilmu dari
dilakukan perempuan terdapat di sektor pendidikan yang dijalaninya. Perempuan
formal atau informal. Sektor formal adalah mengaplikasikan ilmu tersebut dengan
sektor dimana pekerjaan didasarkan atas bekerja. Bekerja merupakan sebuah
kontrak kerja yang jelas dan pengupahan pencapaian untuk dapat meningkatkan taraf
diberikan secara tetap atau kurang lebih hidup manusia.
permanen. Pekerja sector formal dapat Masalah gender yang timbul pada
digolongkan terampil dan berpendidikan, sector formal adalah bahwa kebanyakan
sedangkan sector informal tidak terampil dan jabatan perempuan berada dilapisan bawah
tidak berpendidikan. atau lebih rendah disbanding jabatan laki-
Pada masyarakat perkotaan, peran laki. Hal ini terkait dengan stereotype yang
perempuan mengalami perubahan sebagai terjadi di tempat kerja yang menganggap
reaksi atas perubahan struktur bahwa perempuan lebih memiliki tingkat
perekonomian diperkotaan yang mengarah emosional yang tinggi sehingga tidak cocok
pada proses industrialisasi. Perempuan yang bila dipekerjakan sebagai pimpinan. Masalah
bekerja dis ektorformal cenderung memiliki rendahnya jabatan tadi berimplikasi pada
tingkat pendidikan dan ketrampilan, akses rendahnya tingkat pendapatan. Akar dari
kelembaga keuangan, produktivitas tingkat pendapatan sebenarnya adalah
tenagakerja serta tingkat upah yang juga tingkat pendidikan16. Pada sisi lain terdapat
relative lebih tinggi dibandingkan dengan kenyataan bahwa pendidikan tinggi
perempuan yang bekerja disektor informal. merupakan suatu hal yang langka bagi
Hal ini membuktikan bahwa tingkat kebanyakan perempuan dinegara-negara
intelektualitas perempuan di sektor formal berkembang17.
dituntut lebih karena pada dasarnya Berdasarkan penelitian yang
pekerjaan di sektor formal menuntut para dilakukan di Provinsi Riau tahun 201318,
pekerjanya untuk taat pada peraturan yang bahwa dari 57 SKPD yang menjadi sampel,
biasanya tertulis, pemberian sanksi apabila jumlah SKPD yang dikepalai oleh
terjadi pelanggaran aturan, ada cuti yang perempuan hanya sebanyak 6 (enam) orang
dapat diambil, jam kerja yang jelas serta upah atau 10,53% dan sebanyak 51 (lima puluh
yang cenderung stabil atau diperoleh secara satu) orang atau 89,47% SKPD dikepalai oleh
berkala (perbulan). Beberapa perempuan laki-laki.
yang bekerja di sektor formal dapat disebut Pada tahun 2015 kepala SKPD yang
juga dengan istilah perempuan karier karena dikepalai oleh perempuan di Provinsi Riau
istilah perempuan karier adalah perempuan hanya 4 orang, dan tahun 2016 hanya 5
yang berpendidikan tinggi dan mempunyai orang. Hal ini menunjukkan bahwa
status tinggi dalam pekerjaannya yang komposisi perempuan yang menduduki
berhasil dalam berkarya yang dikenal posisi jabatan tertinggi pada suatu SKPD di
Provinsi Riau masih tergolong rendah.

56
Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

Perempuan banyak menduduki posisi pada perempuan dalam memimpin ternyata lebih
jabatan staf yang tidak memiliki wewenang unggul dibanding laki-laki dalam semua
dalam pengambilan kebijakan, sehingga kecuali satu dari 16 kompetensi, dan di 12
kebijakan yang diambil kadang kala tidak dari 16, para perempuan lebih baik men-drive
responsif gender. margin bagi organisasi yang signifikan.
Pada penelitian yang dilakukan Zenger dan Folkman21 menyebut, “dua ciri-
Nofianti19 menunjukkan bahwa nilai ciri di mana perempuan memperoleh nilai
akuntabilitas kinerja paling tinggi terdapat tinggi bahwa perempuan cendrung
pada SKPD yang dikepalai oleh seorang mengambil inisiatif dan driving for result, dan
perempuan. Akuntabilitas kinerja tersebut ini telah lama dianggap sebagai kekuatan
diukur dengan mengunakan indikator dari perempuan dibanding laki-laki.”
Laporan Hasil Evaluasi (LHE) Akuntabilitas Erika Enderson22, partner of Proteus
Kinerja SKPD yang dikeluarkan oleh International, the author of Growing Great
Inspektorat Propinsi Riau. Evaluasi Employees and Being Strategic, mengatakan
akuntabilitas kinerja SKPD, terdiri atas perempuan adalah salah satu pemimpin
evaluasi penerapan komponen manajemen yang paling berbakat dan dihormati dalam
kinerja (Sistem AKIP) yang meliputi: organisasi. Dia sering menemukan bahwa
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, para perempuan di tingkat 2 atau 3 dari atas
pelaporan kinerja, monitoring dan evaluasi dalam sebuah organisasi, khususnya, lebih
kinerja dan pencapaian kinerja yang meliputi mengesankan daripada rekan-rekan pria
pencapaian sasaran organisasi. mereka. Mereka membangun tim yang lebih
Hal ini menunjukkan asumsi bahwa baik, mereka akan lebih disukai dan
perempuan tidak bisa bekerja dengan dihormati sebagai manajer, mereka
cekatan, berani, tegas dan cepat dalam cenderung dapat menggabungkan intuitif
mengambil keputusan dapat terbantahkan. dan logis pemikiran yang lebih mulus,
Bahkan perempuan dengan sifat feminisnya mereka sudah lebih sadar akan implikasi dari
bisa mengendalikan suatu organisasi dengan mereka sendiri dan tindakan orang lain, dan
lebih baik, ini dapat terjadi apabila mereka berpikir lebih akurat tentang sumber
perempuan tersebut memiliki pengetahuan daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang baik, pendidikan yang tinggi, serta yang diberikan.
keseimbangan antara pengetahuan dunia dan Erika23 juga menyebutkan bahwa
pengetahuan akhirat (agama). mengapa perempuan masih kurang
terwakili, terutama di tingkat paling senior
Hal ini juga berarti bahwa walaupun
disebabkan oleh dua elemen yang memiliki
komposisi perempuan yang menduduki
dampak besar, yaitu: 1) Perempuan tidak
posisi strategis di suatu SKPD masih
mempromosikan diri. Dari 16 kompetensi
tergolong sedikit, tetapi data di lapangan
kepemimpinan yang dinilai oleh Zenger dan
menunjukkan bahwa SKPD terbaik terdapat
Folkman, satu-satunya di mana pria memiliki
pada SKPD yang dipimpin oleh
poin tinggi ketimbang perempuan adalah
perempuan.Dengan kata lain bahwa
“mengembangkan perspektif strategis.”Erika
perempuan di posisi strategispun bisa
menyebut bahwa perempuan „kurang‟
memberikan kemampuan terbaik, sehingga
mengembangkan pandangan strategis untuk
diperoleh hasil penilaian kinerja yang baik di
kemajuan karier mereka sendiri. Dia melihat
SKPD yang dipimpinnya.
bahwa banyak laki-laki dibanding
Zenger dan Folkman20 juga
perempuan lebih fokus pada hal yang akan
melakukan penelitian dengan hasil bahwa
57
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

melejitkan karir mereka, dan secara teratur Pengaruh tingkat modernisasi dan
menggunakan beberapa bagian dari waktu globalisasi informasi serta keberhasilan
mereka untuk mengembangkan hubungan gerakan emansipasi wanita dan feminisme,
yang akan mendukung keberhasilan mereka, wanita semakin terlibat dalam berbagai
dan mereka menawarkan diri untuk itu. kegiatan. Muhammad Asfar24 menyatakan
2)Senior pria masih banyak mempekerjakan bahwa perempuan tidak lagi hanya berperan
pria lain. Tidak disangkal, perempuan dalam sebagai Ibu rumah tangga yang menjalankan
bisnis hampir secara eksklusif menduduki fungsi reproduksi, mengurus anak dan suami
posisi sekretaris dan operator telepon, dan atau pekerjaan domestik lainnya, tetapi
umumnya mereka bertahan hanya sampai sudah aktif berperan di berbagai bidang
mereka menikah. Pada pertengahan 1960-an, kehidupan baik sosial, ekonomi, maupun
hanya sekitar 35% perempuan bekerja, dan politik.
hanya 1 dari 50 perempuan bekerja di posisi Perempuan mengatur waktu
pekerjaan manajerial atau profesional. sedemikian rupa sehingga semua peran yang
Di sektor publik tepatnya pemerintah disandangnya dapat dilaksanakan dengan
daerah, masih kurangnya keterwakilan seimbang. Meski demikian pasti ada kendala
perempuan pada posisi strategis menurut yang akan dialami dalam melaksanakan
peneliti lebih ditentukan oleh cara pandang peran ganda tersebut, salah satu masalah
pemimpin daerah tersebut, disamping penting jika wanita memasuki sector public
dikarenakan perempuan yang tidak atau bekerja diluar rumah tangga adalah
mempromosikan dirinya sendiri. Alasan lain pembinaan keluarga cenderung akan
juga dikarenakan masih sedikitnya terbengkalai dan terabaikan. Karenaitu,
perempuan yang memiliki pendidikan yang meskipun wanita diperbolehkan untuk
tinggi dan ahli di bidang-bidangnya. bekerja disektor publik, dia tidak juga
meninggalkan sektor domestik seperti
A. Permasalahan yang dihadapi pengasuhan anak- anaknya, sebab anak-anak
perempuan bekerja ini adalah tanggung jawab suami dan istri.
Bagi perempuan yang bekerja dan
Dengan kemajuan zaman banyak memiliki anak, persepsi diri untuk menjadi
sekali perubahan yang terjadi dalam seorang ibu yang baik dan juga sukses di
kehidupan perempuan. Pada saat yang karirnya menjadi suatu polemik yang harus
bersamaan perempuan yang menjadi istri dihadapi. Tantangan perempuan dalam
dituntut untuk mengimbangi kemajuan dan melakukan tugasnya banyak yang bersumber
kedudukan suami.Ini berarti tuntutan suami dari dirinya sendiri, antara lain:
terhadap istri yang bisa mengatur rumah 1. Rasa rendah diri yang mendalam
tangga, mengasuh, merawat anak sekaligus membawa bermacam-macam akibat.
bisa mendampingi suami sebagai mitranya. a. Ketidakberanian mengambil
Peran ganda tersebut menimbulkan keputusan, nerimo, pasrah, tidak
permasalahan bagi perempuan, yaitu rasional, cendrung percaya
bagaimana bisa mnjaga keseimbangan dan takhyul, apatis dan masih banyak
memecahkan permasalahan yang timbul di lagi sikap hidup merugi lainnya.
rumah tangga serta permasalahan yang b. Rasa rendah diri yang mendalam
timbul pada pekerjaannya sebagai ini dapat berbalik menjadi „rasa
perempuan bekerja. percaya diri yang berlebihan‟,
sehingga menjadi perempuan

58
Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

yang sepertinya sombong, Pribadi yang mantap antara lain oleh:


membual,bicaranya selalu
1. Melakukan tugas dalam rumah
tinggi,primadona syndrome.
tangga sebaik mungkin
Selalu mesti menjadi pusat
2. Mengembangkan kemampuan dalam
perhatian, dan apabila ia
mengatasi „kelemahan yang membuat
mempunyai uang, seakan semua
perempuan menjadi malas‟, tidak
dapat didapatkannya dengan
bertanggung jawab, „dengki‟, tamak
uang. Cenderung agresif, dan
dan sifat buruk lainnya.
merasa selalu benar.
3. Berbuat baik terhadap sesama
c. Selalu mengalah, selalu siap
manusia
melakukan apa saja, berkorban
4. Tuluslah dalam bersahabat antar
tidak dapat menolak.
sesama perempuan
2. Sebaliknya perempuan juga dapat
5. Terimalah keadaan diri kita apa
mengembangkan sumber yang ada
adanya, sementara itu terus
pada dirinya sendiri.Antara lain
meningkatkan kualitas diri
„kesabaran‟ dalam melakukan
6. Sebagaimana kita juga menerima
pekerjaan yang paling rumit
orang lain sebagaimana mereka
sekalipun jua.‟ketelitian‟ yang dapat
7. Carilah pengetahuan, kembangkan
dikembangkan sehingga perempuan
kebiasaan gemar membaca, yang
dapat menghasilkan karya-karya
membuat perempuan menjadi insan
yang baik kalau bukan sempurna.
berwawasan dan bijaksana
Dari berbagai penelitian,ternyata
8. Carilah kegembiraan, kesenangan
perempuan lebih „tahan uji‟.
dari hal-hal sederhana, misalnya
Perempuan mempunyai „rasa ingin
berkebun, memasak, mengatur
tahu‟ yang dapat dikembangkan
rumah. Yang disukai melakukannya
menjadi sumber „kreativitas‟.Dan
bukan sebagai pekerjaan melainkan
masih banyak lagi kualitas baik
„karena anda menyukainya‟
lainnya yang dapat terus
9. Hindarilah, atau sedikitnya kurangi
dikembangkan.
kebiasaan „mendengar ikut
Apabila perempuan dapat membicarakan orang lain terlebih
memanfaatkan apa-apa yang berpotensi pada yang aib‟
dirinya, maka ia sebenarnya berkemampuan 10. Terapkan gaya hidup „harga diri‟
mengatasi berbagai benturan ataupun bukan „harga perhiasan atau mobil,
kendala,ia akan menjadi pribadi yang tas, sepatu dan barang-barang lainnya
mantap dalm melangkah dimedan laga yang dapat dibeli dengan uang‟
kehidupan. 11. Latihlah diri sehingga „dapat
menunda keinginan‟ karenanya tidak
Dalam membina diri untuk menjadi
mempunyai banyak hutang.
pribadi yang mantap, bukan berarti
perempuan tidak akan pernah lagi salah Karena itu perempuan bekerja yang
langkah ataupun menjadi serba sempurna. bekeluarga dan mempunyai anak dalam
Yang perlu diterapkan adalah supaya persepsi dirinya untuk menjadi perempuan
menjadi pribadi „tidak teledor‟, yang mantap dirumah tangga dan tempat
„sembarangan‟, „tidak bertanggung jawab‟, kerja perlu mempertimbangkan secara
„bekerja asal jadi‟. matang tindakan-tindakan yang akan

59
marwah,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

dilakukannya sehubungan untuk menjaga peraturan yang diberikan oleh


keseimbangan keduanya. perusahaan tersebut. Didalam sebuah
perusahaan terdapat budaya organisasiyang
Konflik peran yang dialami
merupakan kekuatan sosial yang tidak
perempuan bekerja, berkeluarga dan
tampak. Didalam perusahaan terdapat
mempunyai anak terjadi disebabkan karena
dimensi budaya yang menggambarkan
perempuan tersebut memegang dua posisi
bagaimana individu- individu dalam
peran sekaligus, sementara tuntutan kedua
organisasi memandang kekuasaan, dan
peran tersebut bisa tidak selaras bahkan
konsekuensinya dalam memandang
kadang-kadang bertentangan. Bahkan
perannyadalam mengambil keputusan, serta
menimbulkan kebingungan pada perempuan
mempertanyakan keputusan atau perintah
bagaimana seharusnya melakukan kedua
yang tidak melibatkan masukan dari mereka,
peran tersebut dengan sebaik mungkin agar
karyawan ataupun bawahan tidak mencari
keduanya seimbang dan harmonis. Hal ini
peran dalam pengambilan keputusan.
menimbulkan kesulitan bagi perempuan
Mereka menerima keputusan bosnya sebab
bekerja, berkeluarga dan mempunyai anak,
bos yang sudah seharusnya memberi
bahkan mengakibatkan ketegangan pikiran
perintah.
dan ketidakstabilan emosi.
PENUTUP
Konflik juga dihadapi oleh
perempuan dalam hal menjaga anak, Perempuan dapat menjalani kedua
memberikan perhatian, mengasuh dan peran tersebut dengan baik, dimulai dari
merawat anak. Di masyarakat, rumah tangga dengan melakukan
perempuan bekerja, berkeluarga dan komunikasi yang baik antara suami dan istri,
mempunyai anak dituntut untuk bisa bahwa anak dan keharmonisan rumah
bersosialisasi di lingkungannya.Bagaimana tangga menjadi tanggung jawab bersama,
mereka membagi waktu, bertingkah sopan, bukan hanya tanggung jawab perempuan
tidak sombong, disenangi keluarga dan saja. Tindakan saling membantu, berbagi dan
masyarakat menjadi tantangan yang harus mencari solusi bersama dalam setiap
dihadapi perempuan bekerja tersebut. permasalahan yang dihadapi di rumah
tangga merupakan cara terbaik yang dapat
Perempuan yang bekerja pada sector dilakukan untuk mencapai keharmonisan di
public tidak memiliki waktu yang banyak rumah tangga. Perempuan akan sukses
untuk mengurus suami dan anak. Wanita dalam bekerja apabila urusan rumah
biasanya mempunyai strategi tersendiri tangganya dapat teratasi dengan baik.
menanggulangi hal tersebut. Seperti Kesadaran dan pengetahuan yang tinggi
contohnya wanita pekerja menggunakan jasa terhadap agama juga sangat menentukan
pembantu rumah tangga untuk membantu keberhasilan perempuan itu, baik untuk
perannya di rumah. Selain itu ada juga yang kehidupan di dunia maupun di akhirat.
melibatkan keluarga luas seperti nenek untuk
mengurus anak. Endnotes:

Setiap orang yang bekerja diharapkan 1 Sudarta ,2008


2BPS, 2015
memiliki profesionalisme terhadap pekerjaan
3Djohani , 1996
yang dijalankannya. Tidak terkecuali 4 Biddlle and Thomas ,1986
perempuan, sebagai perempuan juga 5 Ibid
6 Budiman, 1981
diharapkan dapat mematuhi segala
60
Leny Nofianti, Perempuan di Sektor Publik

7 Ibid Partini S, Siti 1985 “Pola kerja perempuan


8 Asfar ,1996 setelah kawin”: Tesis, Fakultas
9 L.Moore ,1998
Pascasarjana, UGM, Yogyakarta
10 Darwin ,2001
11 Sudirman, 2001
Robbin, Stephen P. 2002, “Perilaku
12 Robbin, 2002
Organisasi” Alih bahasa Hadyana
13 Mansur Faqih, 1993 dkk, edisi kesepuluh, PT.
14 Priyo Soemandono, 1999 Prenhallindo, Jakarta
15Mudzhardkk,2001 Suadirman, Siti Partini 2001 Perempuan
16Kebayantini,2008 Kepala Rumah Tangga. Yogyakarta:
17Boserup,1984 Jendela
18 Nofianti, 2012
Sudarta, Wayan. 2008. Peranan Wanita dalam
19 Ibid
Pembangunan Berwawasan
20Zenger dan Folkman, 2011
Gender.http://ejournal.unud.ac.id/
21 Ibid
22Erika Enderson , 2012
?module=detailpenelitian&idf=14&i
23 Ibid
dj=13 &idv=112&idi=105&idr=626.
24 Asfar, 1996 (diakses tanggal 24 April 2009,
pukul 14:10 WIB).
Zenger, Jack and Folkman, Joseph (2011),
DAFTAR PUSTAKA leadership, Harvard Business
Review, http://www.portalhr.com/
Asfar, Muhammad 1996 Wanita dan Politik: business-verview/leadership/hasil-
Antara Karir Pribadi dan Jabatan studi-perempuan-lebih-baik-dalam-
Suami dalam Prisma Edisi 5 Mei memimpin/Leadership, diakses 11-
1996 1-2014
BPS, 2015
Biddle and Thomas, 1986, Women Society
and Change, New York; Mc Graw
Hill Book Company
Budiman, Arief 1981 Pembagian kerja secara
seksual, sebuah perusahaan secara
sosiologis tentang peran perempuan
di masyarakat. Jakarta: Gramedia
Darwin, Mujahit & Tukirn 2001 Menggugat
Budaya Patriaki. Yogyakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan UGM
Djohani R.1996. Dimensi Gender dalam
Pengembangan
secaraPartisipatif.Bandung: Studio
Driya Media Bandung

L. Moore 1988 Feminism and anthropology.


Minneapolis: University of
Minnesota Press
Mansur Faqih, 1994, “Menggeser Konsep
Gender dan Transformasi Sosial”
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Nofianti, 2012, Kompetensi Aparatur
Pemerintah Daerah Dalam
Meningkatkan Akuntabilitas Kinerja,
Jurnal Puanri

61

Anda mungkin juga menyukai