Anda di halaman 1dari 22

Haztry Hakkinia Dewi 230110190044

Jasmine Priyanka Budiono 230110190045


Rifki Wahyudi 230110190046
Aqsha Lazuardi Surya 230110190054
Arkan Naufal Rasyiq 230110190063
Diplozoon Handiyono 230110190066

paradoxum &
Valenda Pringgandani AMP 230110190079

Diplectanum sp. Kelompok 1 Perikanan B


FPIK
Universitas Padjadjaran

Parasit dan
Penyakit Ikan
Diplozoon paradoxum Diplectanum sp.

Klasifikasi Klasifikasi

Morfologi Morfologi

Siklus Hidup Siklus Hidup

Gejala Klinis Gejala Klinis


Cara Cara
Penanggulangan Penanggulangan
Diplozoon
paradoxum
Klasifikasi
Klasifikasi Diplozoon berdasarkan Von Nordman(1832) adalah :

• Kingdom : Animalia

• Filum : Platyhelminthes

• Kelas : Monogenea

• Famili : Diplozoidae

• Genus : Diplozoon

• Spesies : Diplozoon paradoxum


Morfologi
• Fase dewasa pada parasit merupakan dua individu yang terfusi bersama
dan bersatu sedemikian rupa hingga membentuk huruf H / X.
• Individu dewasa memiliki panjang 8-10 mm.
• Larva atau diporpa memiliki panjang sebesar 0,23 mm.
• Bentuk tubuh simetri bilateral.
• Lapisan luar berupa syncytium (massa uniseluler yang terbentuk dari fusi
sel atau pembelahan nuklei) dengan tebal 2 sampai dengan 6 µm.
• Setiap individu dari pasangan ini memiliki organ pelekat yang terletak
pada bagian anterior. Organ ini terdiri dari dua buccal sucker yang lateral
dengan mulut.
• Mulut terletak pada permukaan ventral anterior. Di belakangnya,
terdapat rongga buccal. Pada rongga ini, terdapat faring dari parasit.
• Parasit ini juga dicirikan dengan organ haptor yang berfungsi sebagai
organ pelekat.
• Organ haptor terdiri dari empat pasang penjepit yang tersusun
menjadi baris paralel lateral. Setiap organ penjepit dapat
mencengkram satu atau dua lamella insang.
• Pada fase oncomiridum (larva bersilia), hanya terdapat dua pasang
organ penjepit pada bagian belakang, dilengkapi dengan dua kait
berukuran besar yang membantu dalam pergerakan dan pelekatan
Siklus Hidup
• Siklus hidup dari Diplozoon
paradoxum berbeda dengan
organisme lain. Organisme ini
mengalami pendewasaan
setelah berkonjugasi dengan
individu lain secara permanen.
• Siklus hidup Diplozoon
paradoxum terdiri dari fase telur,
fase oncomiracidium / larva
bersilia, larva diporpa, dan fase
dewasa.
Fase Telur
• Telur berbentuk oval dengan cangkang tebal
dan filamen melingkar pada ujungnya.
• Di dalamnya, terdapat kuning telur yang
dikelilingi zigot. Zigot ini dilapisi dengan
membran perivitelline yang kemudian dilapisi
oleh cangkang.
• Ukuran telur bervariasi dari dari 0,27 - 0,29 mm
x 0,07 - 0,09 mm (panjang x lebar).
• Penetasan terjadi 10-14 hari setelah telur
didepositkan.
• Intensitas cahaya dan turbulensi pada air dapat
menstimulasikan proses penetasan.
Larva Oncomiracidium
• Telur yang baru menetas akan menghasilkan
larva oncomiracidium.
• Larva ini dicirikan dengan dua mata (berupa
titik berpigmentasi), saluran makanan, dan
epidermis bersilia.
• Saluran makanan terdiri dari mulut, faring,
dan kantung intestinal.
• Pada bagian anterior larva, hanya terdapat
dua organ penjepit.
• Fase ini bertahan selama kurang lebih 10 jam
sebelum larva akhirnya melekatkan dirinya
kepada inang.
Larva Diporpa
• Terdapat dua pendapat mengenai kapan larva
melekatkan dirinya pada inang:
• Pendapat pertama menyatakan bahwa larva
melekatkan dirinya terlebih dahulu kemudian
mencapai fase diporpa.
• Pendapat kedua menyatakan bahwa pelekatan
terjadi ketika larva oncomiracidium telah menjadi
diporpa.
• Silia pada tubuh rontok pada fase ini.
• Larva diporpa menggunakan nutrisi dari tubuh
inang untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
• Pada fase ini, akan tumbuh dua pasang organ
penjepit baru
• Diporpa muda bisa hidup dalam rentang waktu
beberapa bulan, tapi bila tidak bertemu dan bersatu
dengan diporpa lain, individu tersebut akan mati.
Konjugasi dan Pendewasaan
• Ketika terjadi perkawinan antara dua
diporpa, kedua individu tersebut
menempelkan pengisap terhadap
papila satu dengan yang lainnya.
• Fusi ini akan mengakibatkan bentuk
tubuh seperti H / X.
• Setelah perkawinan, pertumbuhan
berakselerasi, dimana kedua individu
akhirnya mencapai maturasi.
• Pasangan individu dapat bertahan
hidup selama beberapa tahun.
Gejala Klinis
1. Perubahan Pola Berenang
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh
Diplozoon pada perubahan pola berenang
ikan adalah ikan akan berenang dengan
miring dan gasping. 2. Perubahan Anatomi Organ Luar dan
Organ Dalam
Gejala klinis yang ditumbulkan adalah berupa ada
luka dibagian operculum, kemerahan, beberapa atau
keseluruhan sisik lepas, dan tak jarang muncul luka
yang melebar di bagian punggung.
Cara Penanggulangan

1. Perendaman dengan air tawar selama 15 menit, kemudian untuk


mengantisipasi adanya infeksi sekunder direndam Acriflavin 10 ppm selama
1 jam (Zafran et al. 2000)
2. Penyebab parasit ini adalah akibat dari buruknya kolam pemeliharaan
oleh karena itu kebersihan bak dan pengelolaan kualitas air yang baik
dengan sistem filtrasi mekanik, biologi serta kimiawi yang dilengkapi
dengan perlakuan UV ultraviolet dan ozon dapat mengurangi kemungkinan
keberadaan parasit didalam media pemeliharaan
Diplectanum sp.
Klasifikasi
Phylum : Platyhelminthes
Class : Monogenea
Sub Class : Polyonchoirnea
Ordo : Dactylogyridea
Family : Diplectenidae
Genus : Diplectanum
Spesies : Diplectanum sp.
Morfologi
• Diplectanum sp memiliki struktur
tubuh umum pipih dorsoventral
• Memiliki ukuran sebesar 0,5 – 1,0 mm
• Tubuhnya simetris bilateral
• Dikenal sebagai monogenetik
trematoda insang
• Secara umum tubuhnya mempunyai
bentuk memanjang, atau tanpa lobus
kepala
• Opisthaptor berbentuk oval dengan 14
kait tepi, dua pasang anchor (jangkar)
dan 3 batang penghubung
Ciri Khusus
Mempunyai squamodisc (satu di ventral dan
satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang
terletak berjauhan (Chong & Chao 1986
dalam Johnny dkk 2002).
SIKLUS HIDUP
Diplectanum sp memiliki siklus hidup langsung, artinya
tidak melibatkan inang antara. Siklus hidupnya dimulai
dari telur yang dilepaskan diperairan, lalu 23 hari akan
membentuk larva bersilisa (oncomirasidium).
Oncomirasidium bergerak bebas di alam (perairan)
selama 6-8 jam maksimal 24 jam, kemudian mencari
inang yang tepat. Oncomirasidium akan menempel
pada insang dan berkembang menjadi dewasa (Grabda
1991).
Gejala Klinis

• Gangguan pernapasan
• Tutup insang tidak tertutup sempurna
• Warna tubuh dan insang berwarna pucat
• Produksi lendir berlebih
• Nafsu makan berkurang
• Tingkah laku abnormal pada permukaan air
Cara penanggulangan
• Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman dengan
formalin 250 ppm selama 1 jam atau perendaman dalam air laut bersalinitas
tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Koesharyani et al., 2001)
• formalin pada konsentrasi 125 mg/L selama satu jam atau 30 mg/L selama 24
jam, atau perlakuan dengan air laut dengan salinitas 60 ppt selama l5 menit
(Zafran et al. 1997)
• Mengatur kepadatan ikan dan penggunaan jaring yang bersih
• Pakan dicampur dengan multivitamin
• Pencucian ikan dengan air tawar selama 5-10 menit
THANK YOU!

ANY QUESTIONS?

*Jangan bertanya

Anda mungkin juga menyukai