Anda di halaman 1dari 95

Chrisophyta

Ainun Nikmati Laily, M.Si


“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup.”
(Qs. Al-Anbiyya’ ; 30)
Ciri umum
• Biasa disebut sebagai 'ganggang emas‘.
• Mempunyai pigmen yang terletak dalam kromatofora:
hijau kekuningan sampai coklat keemasan.
• Warna coklat keemasan karena keberadaan
fukoxanthin.
• Klorofil-a dan c
• Cadangan makanan: leukosin dan karbohidrat.
• Dinding sel tersusun dua bagian yang over lapping dan
mengandung silika.
• Susunan sel: soliter atau koloni, ada yang berflagel
(heterokont)dan ada yang absen.
HABITAT DAN DISTRIBUSI

• Terdiri dari 200 genera dan 1000 spesies.


• Hadir terutama di air tawar meskipun beberapa
dapat ditemukan di payau, dan air garam.
• Terdapat di danau oligotropik (produktivitas
rendah) dengan derajat keasaman (pH) 5-7,5.
lebih suka pada suhu dingin sehingga banyak
ditemukan di artic.
• Menjadi mangsa utama dari zooplankton
seperti Daphnia dan Bosmina.
Reproduksi
• Aseksual: spora berflagel atau tidak
berflagel (satospora).
• Seksual: isogamous, anisogamous atau
oogamous.
KLASIFIKASI

Tiga kelas:
– Xantophyceae
– Crysophyceae
– Bacillariophyceae
Susunan Tubuh
• Sel tunggal: Choloromeson.
• Amoeboid: menghasilkan pseudopodia.
Rhozochloris.
• Cocoid: Chloridella, Botrydiopsis dan
Characiopsis.
• Palmelloid: Gloeochloris.
• Filamen:Tribonema, Heterodendron.
• Sifoneus: Botrydium dan Vaucheria.
Keragaman spesies
• Sel tunggal berflagel: Chryamoeba
• Koloni berflagel: Uroglena
• Ameboid: Rhizochrysis, Chrysarachnion
• Palmeloid: Chrysocapsa, Hydrurus.
• Coccoid: Chrysosphaerella longispina dan
Chrysosphaerella
• Filamen: Lagynion, Dinobryon cylindricum
• Thalloid: Thallochrysis.
Range of Body Structure and
Form in Chrysophytes
Chrysophyte Species as Bioindicators
Centric and Pennate Diatoms
Diatom
An example of diatom diversity.
More diatoms.
A “golden
algal species.
Pyrrophyta/Dinoflagellata
*Ainun Nikmati Laily, M. Si
Pyrrophyta

• Dinos = berputar (Yunani)


• Dino = dua
• Pergerakan 2 flagella menghasilkan gerakan berputar
• 2 flagella tidak sama panjang : 1 seperti ikat pinggang (spiral),1
seperti ekor
• Uniseluler, beberapa berkoloni
• Bentuk tubuh bervariasi
• Dinding sel selulosa (lempeng tebal)
• di laut, air tawar
• Terdapat butir-butir kromatin yang berupa
untaian. Kromosom tetap memadat pada
semua stadia sehingga dikenal dengan
sifat mesokariotik.
• Banyak yang fotosintetik, beberapa
heterotrof
• Warna : kuning kehijauan, merah
kecoklatan
• Beberapa bioluminesens, menyebabkan
laut bercahaya pada malam hari
• Cadangan makanan: tepung atau minyak
Habitat
Struktur Tubuh dan
Susunan Sel
Struktur Tubuh dan
Susunan Sel

Peridinium sp.
Berbentuk Sel Tunggal, contoh :
Peridinium dan Ceratium.
Berbentuk Filamen yang bercabang,
contoh : Dinotrix
• Flagellum transversal menyebabkan
pergerakan rotasi dan pergerakan
kedepan, sedangkan flagellum
longitudinal mengendalikan air ke Gymnodinium sp.
arah posterior.
• Sel Dinoflagellata terbagai secara
transversal oleh cingulum menjadi
epiteka dan hipoteka.
• Mempunyai bintik mata (stigma) Ceratium sp.
Pigmen
• Klorofil a, c
• Tidak memiliki klorofil b
• Xantofil yang khas:
Peridinin
Neoperidinin
Dinoxanthin
Neodinoxanthin
• ß Karoten (pemberi warna coklat atau
coklat keemasan)
Bioluminesens
Beracun
• Spesies yang sering meracuni manusia:
 Gonyaulax polyedra (daerah selatan)
 Alexandraium spp. (daerah utara)

Spesies dari Dinoflagellata


membentuk campuran racun yang
berbeda, racun yang utamanya
adalah:
• saxitoxin dihasilkan oleh
Alexandrium sp.
• brevetoxin dihasilkan oleh
Ptychodiscus sp.
• ciguatoxin dihasilkan oleh
Gambierdiscus sp.
Red tide (gelombang
merah)
• Populasi ini umumnya berwarna
merah kecoklatan
• Organisme laut terutama kerang-
kerangan tidak dapat dikonsumsi
• Sering terjadi di Malaysia, Filiphina,
Venezuela, Indonesia
Reproduksi
• Kebanyakan memperlihatkan reproduksi
aseksual atau pembelahan sel mitosis
• Organisme terbagi menjadi kembaran
identik, theca kemungkinan pecah, terbagi,
maka tiap kembaran menerima separuh
dan meregenerasi separuhnya.
• Beberapa Genera tumbuh sebagai filamen
ketika sel tidak terpisah selama
pembelahan
Reproduksi
• Vegetatif:
– Pembelahan sel dengan sel anak dan mendapat sebagian
dinding sel induk (Ceratium) atau membentuk dinding baru
(Peridinium)
– -fragmentasi (pada bentuk filamen:Dinothrix)
• Sporik
– Zoospora
– Aplanospora
– Autospora
• Gametik
– Konjugasi
– Isogami dengan zoogamet
– Dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat
mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain.
Siklus hidup dinoflagellata
Bioluminesens
• Noctiluca
• Gonyaulax
• Pyrrocystis
• Pyrodinium
• Peridinium
Keragaman
A. Druggidium sp. B, Rhynchodiniopsis cladophora, C. Batiacasphaera micropapillata, D. Spiniferites ellipsoideus,
E. Cordosphaeridium funicunatum, F. Kiokansium williamsii, G. Systematophora placacantha, H. Thalassiphora
patina, I. Gardodinium trabeculosum, J. Chatangiella verrucosa, K. Rhombodinium porosum, L. Areosphaeridium
diktyoplokus, M. Chichaouadinium vestitum, N. Trithyrodinium sp., O. Xenascus sp., P. Odontochitina porifera, Q.
Palaeocystodnnium golzowense, R. Batioladinium longicornutum, S. Triblastula utinensis, T. Halvaeodinium
lineatum. Stover et al., 1996.
A. Katodinium. B. Cochlodinium. C. Balechina coerulea. D. Pyrodinium bahamense. E. Cladopyxis caryophyllum.
F. Brachydinium capitatum. G. Ceratium cornutum. H. Heterodinium extremum. I. Blepharocysta splendor-maris. J.
Histioneis dolon. K. Haplozoon. L. Prorocentrum. M. Dinothrix. N. Cystodinium cornifax. P. Protoodinium chattonii.
O. Noctiluca. R. Kofoidinium pavillardii. S. Amphisolenia thrinax. T. Cymbodinium elegans. U. Leptodiscus
(Fensom et al., 1993).
1 — Peridinium bipes; 2 — Polykrikos schwartzii; 3 —
Pyrocystis lunula; 4 — Dinothrix paradoxa;
5 — Cryptomonas sp.
 Komposisi jenis dan variasi
musiman bentuk ini di air tawar
atau air laut tergantung pada
interaksi antara faktor fisik dan
kimia.
 Oleh karena itu, spesies
fitoplankton terutama pada
ganggang api kepadatannya
berubah-ubah menurut musim.
HASIL
• Di musim panas, konsentrasi oksigen terlarut
menurun karena suhu tinggi.
• Sebaliknya, oksigen terlarut meningkat di
musim dingin karena lebih rendah suhunya.
Perubahan konsentrai soksigen terlarut
dapat dikaitkan dengan fluktuasi suhu.
• Menurut hasil penelitian, Ceratium hanya
diamati pada bulan Juni 2001, meskipun
Peridinium ditemukan selama jangka periode
.
• Spesies ini biasanya lebih suka danau
eutrofik , tapi di sisi lain mereka juga bisa
eksis dalam danau mesotrophik. Keragaman
terendah ditemukan pada bulan Januari 2002,
diikuti oleh Mei, April dan November tahun
2001.
Identifikasi Fitoplankton di Bendungan
Sutami, Kecamatan Sumberpucung
Kabupaten Malang Jawa Timur

ABSTRAK

• Identifikasi fitoplankton di Bendungan Sutami yang terletak di Desa


Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Identifikasi dilakukan pada bulan September 2015. Tujuannya
untuk mengidentifikasi fitoplankton di Bendungan Sutami. Metode
yang digunakan adalah dengan penyaringan air waduk. Pengambilan
sampel dilakukan sebanyak satu kali di tiga stasiun. Diamati dengan
mikroskop binokuler di Laboratorium Optik. Temperatur air yang
diamati sebesar 280C dengan intensitas cahaya sebesar 65534 lux,
air berwarna biru kehijauan dan pH sebesar 7. Dari hasil
pengamatan diperoleh 4 spesies yaitu Ceratium furca, Pediastrum
duplex, Dictyosphaerium pulchellum, dan Straurastum.
• Kata kunci : fitoplankton, bendungan sutami, kualitas air
Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 di bendungan
Sutami, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Pengamatan
pada sampelnya dilakukan di Laboratorium optik, jurusan biologi fakultas
sains dan teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.

Langkah Kerja
Pengambilan sampel dilakukan 1 kali pada 3 stasiun. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode penyaringan melalui
plankton net. Sampel air diambil mulai pukul 10.00 WIB sampai selesai.
Pengambilan sampel dilakukan di pinggiran bendungan sutami yang
dibuat menjadi 2 stasiun dan di tengah-tengah waduk ada 1 sampel.
Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel air
menggunakan botol bekas yang telah di bersihkan.

Gambar 1: Peta lokasi pengambilan sampel air

Sampel 1 diambil pada daerah yang sedikit adanya rerimbunan


pohon pada tepi bendungan. Kemudian sampel ke 2 diambil
pada daerah yang memiliki banyak rerimbunan pohon di sekitar
bendungan. Sampel ke 3 diambil pada daerah tengah-tengah
air atau lebih tepatnya di antara perahu-perahu yang bersandar.
pEMBAHASAN
Alga ini termasuk dalam
filum Phyrophyta.
Ceratium furca berwarna
kuning kecoklatan.
Panjangnya 150-230 nm,
dan lebarnya 30-35nm.
Memiliki tanduk apical dan
memiliki dua tanduk
posterior yang tidak sama
panjang. Tanduk kanan
Kingdom : Protozoa
lebih pendek dari kiri dan
Filum : Dinoflagelata
ada batang tipis yang
Kelas : Dinophyceae
menghubungkan antara
Ordo : Gonyaualcales
dua tanduk. Habitat
Family : Ceritiaceae
utamanya di pantai tetapi
Genus : Ceratium
juga dapat ditemukan di
Spesies : Ceratium
lautan terbuka dan di
furca
muara
BIODIVERSITAS FITOPLANKTON DI
WADUK KARANGKATES DESA
KARANGKATES KECAMATAN
SUMBERPUCUNG KABUPATEN
MALANG JAWA TIMUR

Ceratium hirudinella
Prosedur penelitian
• Sampel air diambil mulai pukul 11.00 WIB – sampai
selesai. Pengambilan sampel stasiun 1 dilakukan di
sekitar perahu yang ada di tepi waduk karangkates,
stasiun 2 dilakukan di tepi waduk disekitar
rerumputan, stasiun 3 dilakukan di bawah tempat
pemancingan ikan sekitar tengah waduk, dan stasiun
4 ditengah waduk. Sampel diambil sebanyak 1 kali,
semua sampel diambil dengan plankton net.
Parameter pendukung fisika adalah suhu air dan suhu
udara, intensitas cahaya, dan pH. Hasil pengukuran
suhu di udara adalah 21oC, dengan suhu waduk air
25oC. dengan Intensitas cahaya dan nilai pH adalah
8.
Denah stasiun
pengambilan fitoplankton
Hasil dan pembahasan
• Suhu di Waduk Karangkates
Suhu berkisar antara 21-25o C.

• Warna Perairan hijau dan coklat


Warna
Perairan
keruh

• Waduk Karangkates mempunyai


pH kisaran pH yaitu 8
• Waktu dan tempat
 Pengambilan sampel pada hari Minggu, 13
September 2015 pukul 15.15-16.30 WIB
 Pengamatan dengan mikroskop dilakukan pada
hari Senin, 14 September 2015 pukul 10.00-
11.30 WIB di Laboratorium Optik Jurusan Biologi
Fakultas Sains Dan Teknologi Maulana Malik
Ibrahim Malang
Ceratium sp.

Gambar pengamatan Gambar literatur


dengan mikroskop
perbesaran 100x
• Reproduksi
- Vegetatif : pembelahan sel (mendapat
sebagian dinding dari sel induk) (mitosis)
- Generatif : anisogami, zoogami

• Siklus hidup
- Pergiliran keturunan secara seksual dan
aseksual. Seksual dengan adanya ceratium
jantan dan betina. Aseksual dengan
pembelahan mitosis dari sel induk.
DISTRIBUSI DINOFLAGELATA
TOKSIK PADA LAMUN Enhalus
acoroides DI PERAIRAN PULAU
PARI, KEPULAUAN SERIBU

Riani Widiarti dan Fitrian Anggraini


Laboratorium Biologi Kelautan, Departemen Biologi FMIPA-Universitas Indonesia
e-mail: rianiwid@sci.ui.ac.id
ABSTRAK
Dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP),
selain ditemukan menempel pada makroalga juga ditemukan menempel
pada daun lamun. Penelitian mengenai kelimpahan dan sebaran
dinoflagellata bentik pada daun lamun di perairan Pulau Pari, Kepulauan
Seribu, telah dilakukan pada bulan April 2012. Penelitian dilakukan dengan
mengoleksi daun lamun Enhalus acoroides dari rataan terumbu pada
setiap lokasi, untuk kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik berisi
air laut. Setelah itu, untuk melepaskan dinoflagellata bentik dari daun
lamun, dilakukan proses pengocokan dan penyaringan dengan saringan
bertingkat (125μm dan 20μm). Sampel yang telah disaring kemudian
diamati dengan Sedgewick rafter cell di bawah mikroskop. Pada penelitian
ini ditemukan 8 (delapan) jenis dinoflagellata bentik, dimana 5 (lima) di
antaranya merupakan jenis dinoflagelata yang berpotensi toksik yaitu
Prorocentrum concavum, P. lima, P. rhathymum, Ostreopsis lenticularis,
dan O. siamensis. Kelimpahan tertinggi terdapat dirataan terumbu karang
di sisi selatan pulau (652 sel/cm2 permukaan daun lamun). Penelitian
menunjukkan bahwa kelimpahan dan sebaran jenis dinoflagellata toksik
pada daun lamun di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu lebih
dipengaruhi oleh faktor arus setempat.
Kata kunci: Ciguatera Fish Poisoning, lamun, dinoflagellata bentik, Pulau
• Dinophyta mencakup semua dinoflagellata,
suatu kelompok besar fitoplankton perairan
berflagella. Kebanyakan dinoflagellata
menghuni lautan, walaupun juga ada yang
menempati perairan tawar. Populasi mereka
terbagi bergantung pada suhu, kadar garam
dan kedalaman laut.
• Dinoflagellata bertanggung jawab atas gejala
“pasang merah", peristiwa memerahnya
perairan laut karena ledakan populasi
plankton ini yang berakibat kematian massal
penghuni laut lainnya karena mengalami
keracunan.
• Ganggang api disebut juga
dinoflagellata. Umumnya bersel satu,
dapat bergerak aktif, dan dapat
berfotosintesis karena mempunyai
pigmen klorofil dan coklat kekuning-
kuningan. Pada tahap tertentu dalam
siklus hidupnya bersifat parasit.
• Habitatnya di laut, bersifat fosforesensi
(memancarkan cahaya), sehingga
lautan akan terlihat bercahaya pada
malam hari jika terdapat organisme ini.
PENDAHULUAN
Ciguatera Fish Poisoning (CFP)
adalah peristiwa keracunan yang
dialami oleh manusia dan mamalia lain,
setelah mengkonsumsi berbagai ikan
laut yang telah terkontaminasi toksin
yang berasal dari mikroalga toksik
(Anderson et al., 2001; deSylva, 1994;
Randall, 1958).
Menurut Steidinger and Baden
(1984), dinoflagellata toksik yang
bersifat bentik dapat ditemukan pula
menempel pada debris karang atau
sedimen, tapi belum banyak dilaporkan
sebagai komponen dominan dari
komunitas epifit pada lamun (Mallin et
al., 1992).
Padang lamun Lamun Enhalus
acoroides Lamun Enhalus acoroides
Struktur tubuh lamun
Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui sebaran dinoflagellata
toksik yang bersifat bentik pada
lamun Enhalus acoroides, dengan
melihat secara deskriptif
keterkaitannya dengan faktor
lingkungan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Di areal padang lamun perairan Pulau Pari,
Kepulauan Seribu. Lokasi penelitian dibagi menjadi
Lokasi
4 stasiun penelitian, yaitu dua stasiun di
sebelah selatan dan dua stasiun di sebelah
utara pulau.

Waktu
penelitian
Pengambilan sampel dilakukan
pada bulan April 2012.
Lokasi pengambilan sampel
3

4
1
Pengambilan Sampel

Daun lamun diambil Daun lamun di


dengan cara masukkan dalam
snorkeling kantung plastik

Setelah pengocokan
sampel diberi formalin Dikocok dengan kuat
40% hingga konsentrasi untuk menghilangkan
terakhir menjadi 4% dinoflagellata
untuk mengawetkan
dinoflagellata dan lamun
epibentik dari lamun
Pengukuran Parameter
Lingkungan
• Suhu
• Salinitas
• pH perairan
• Kedalaman
• Kecepatan arus
• Oksigen terlarut
• Tipe substrat tempat lamun melekat
Pencacahan Sampel
Sampel air disaring menggunakan saringan
bertingkat dengan mesh size 125 dan 20 μm. Saringan
berukuran 125 μm digunakan untuk menyaring detritus
maupun butiran pasir. Residu yang tertahan pada
saringan berukuran 20 μm, kemudian dibilas dengan air
laut. Sampel air kemudian diambil dengan pipet tetes
dan diteteskan ke dalam Sedgewick-Rafter cell
sebanyak 1 ml. Pencacahan dilakukan di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10x10. Sampel
dinoflagellata bentik kemudian dinyatakan dalam
sel/cm2 luas permukaan daun lamun. Identifikasi
dilakukan berdasarkan buku identifikasi Smith (1977),
Fukuyo (1981), Richard (1987), Fukuyo and Borja
(1991), Taylor et al. (1995), dan Tomas (1997) untuk
identifikasi Dinoflagellata.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, spesies lamun yang
diambil sebagai substrat tempat
dinoflagellata bentik menempel adalah
Enhalus acoroides, yang merupakan
spesies lamun yang paling umum
ditemukan pada daerah rataan terumbu.
Selain itu, lamun dengan tipe daun yang
besar lebih disukai daripada lamun dengan
tipe daun yang kecil, karena lamun
dengan morfologi yang lebih besar akan
mempunyai kondisi substrat yang lebih
stabil (Wenno, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
delapan spesies dinoflagellata bentik yang
menempel pada daun lamun Enhalus
acoroides yaitu Ostreopsis lenticularis, O.
ovate, O. siamensis, Prorocentrum
concavum, P. emarginatum, P. lima, P.
Rhathymum, dan Synophysis microcephalus,
dimana lima diantaranya merupakan
spesies toksik yang berpotensi
menimbulkan CFP (Fukuyo, 1981;
Steideinger and Baden, 1984) yaitu
Ostreopsis lenticularis, O. siamensis,
Prorocentrum concavum, P. lima, dan P.
rhathymum.
Gambar Dinoflagellata yang ditemukan di area padang lamun
perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu

Ostreopsis lenticularis*
Ostreopsis
ovata
Ostreopsis
siamensis*
Prorocentrum concavum*
Prorocentrum emarginatum
Prorocentrum
lima*
Prorocentrum lima*
Figs. 1-3. SEM. Fig. 1. Right valve.
Cells oblong to ovate with narrowed
anterior. Marginal pores and
scattered surface pores present;
valve center devoid of pores.
Intercalary band smooth and wide.
Fig. 2. Left valve; bacteria
attached (arrows). Fig. 3.
Periflagellar area: shallow, broad,
V-shaped depression on right valve.
Flared periflagellar collar encircles
auxiliary (a) pore (arrow); larger
flagellar pore (f) adjacent (after
Faust 1991). Figs. 4-7. LM. Fig. 4.
Thecal pore arrangement. Fig. 5.
Right valve with central pyrenoid
(arrow). Fig. 6. Left valve and
posterior nucleus (n). Fig. 7. Triple-
layered resting cyst. (Figs. 1,2,4-7
after Faust 1993c)
Tabel 1. Distribusi spesies dinoflagellata
bentik di keempat stasiun penelitian
NAMA SPESIES STASIUN STASIUN STASIUN STASIUN
1 2 3 4

Ostreopsis lenticularis* + + + -
Ostreopsis ovate - - + -
Ostreopsis siamensis* - + + +
Prorocentrum concavum* + + + +
Prorocentrum emarginatum + + + +
Prorocentrum lima* + + + +
Prorocentrum rhatymum* - + + +
Synophysis microcephalus - + + +

Keterangan : + ada, - tidak ada,* jenis yang berpotensi menyebabkan CFP


Tabel 2. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis
dinoflagellata bentik di keempat stasiun.
NAMA SPESIES STASIUN STASIUN STASIUN STASIUN
1 2 3 4

Ostreopsis lenticularis* 78 (12%) 27 (8%) 16 (10%) 0 (0%)

Ostreopsis ovate 125 (19%) 0 (0%) 4 (3%) 0 (0%)

Ostreopsis siamensis* 0 (0%) 21 (6%) 2 (1%) 4 (6%)

Prorocentrum concavum* 32 (5%) 143 (42%) 38 (23%) 21 (31%)

Prorocentrum emarginatum 5 (1%) 56 (17%) 13 (8%) 5 (8%)

Prorocentrum lima* 413 (63%) 40 (12%) 71 (43%) 21 (31%)

Prorocentrum rhatymum* 0 (0%) 37 (11%) 14 (9%) 12 (19%)

Synophysis microcephalus 0 (0%) 12 (4%) 4 (3%) 4 (5%)

Jumlah total 652 336 162 66

Keanekaragaman Jenis (H’) 0,623 1,286 2,016 2,914


Tabel 3. Data pengukuran parameter lingkungan di lokasi
penelitian

Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4


Suhu (C) 29,7 29,3 32,2 29,2
Salinitas 25 29 30 30
(%)
DO (ppm) 10,2 7,9 11 5,9
Kedalaman 42,5 75,5 33,5 59,5
(m)
Kecepatan 0,5 0,5 0,2 0,02
arus (m/s)
pH 6 7 6 6,1
Nitrat 0,067 0,060 0,090 0,025
(mg/L)
Fosfat 0,04 0,04 3,144 0,04
(mg/L)
• Penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan dan
sebaran jenis dinoflagellata toksik pada daun
lamun di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu
lebih dipengaruhi oleh faktor arus setempat.
• Tinggi rendahnya kelimpahan sel dinoflagellata
bentik di setiap stasiun tampaknya tidak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai
nutrien, yaitu nitrat dan fosfat
• Komunitas dinoflagellata bentik juga
tergantung pada karakteristik dari
mikroorgaanisme itu sendiri, serta kondisi
spesifik substrat yaitu dalam hal ini daun
lamun Enhalus acoroides
Kesimpulan
Telah ditemukan delapan spesies
dinoflagellata bentik yang enempel pada daun
lamun Enhalus acoroides, dimana lima diantaranya
merupakan spesies toksik yang berpotensi
menimbulkan CFD yaitu, Ostreopsis lenticularis, O.
Siamensis, Prorocentrum concavum, P. Lima, dan P.
Rhathymum. Tingginya kelimpaha sel dinoflagellata
bentik pada daun lamun Enhalus acoroides,
terutama di sebelah selatan pulau, lebih
dipengaruhi oleh kecepatan arus setempat.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup.”(Qs. Al-Anbiyya’ ; 30)
Thank You!
W a s s a l a m … .

Anda mungkin juga menyukai