SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh :
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan petunjuk
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini
telah memperoleh dukungan secara moral, ide, dan saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulusnya kepada:
ii
Penulis
iii
Halaman
Halaman Pengesahan ................................................................................ i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Daftar Gambar ........................................................................................... vi
Daftar Tabel .............................................................................................. vii
Daftar Singkatan........................................................................................ viii
Daftar Lampiran ........................................................................................ ix
Abstrak ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 4
1.4. Manfaat ................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa .............................................. 5
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ................................ 5
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti .................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
2.1 Pengetahuan ......................................................................... 6
2.2 Sikap .................................................................................... 7
2.3 Lensa ................................................................................... 9
2.4 Katarak ................................................................................ 10
2.4.1 Definisi........................................................................ 10
2.4.2 Etiologi........................................................................ 10
2.4.3 Klasifikasi .................................................................. 11
2.4.4 Manifestasi Klinis ....................................................... 13
2.4.5 Diagnosis..................................................................... 14
2.4.6 Tatalaksana ................................................................. 15
a. Pembedahan ........................................................... 15
b. Indikasi Pembedahan .............................................. 18
c Komplikasi Pembedahan ......................................... 18
2.5 Kerangka Teori Penelitian .................................................... 20
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 22
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 22
iv
vi
vii
viii
ix
Latar belakang: Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi akibat adanya perubahan lensa
yang jernih sehingga menjadi keruh. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia.
Prevalensi katarak di Indonesia menurut hasil pemeriksaan petugas enumerator dalam Riskesdas
2013 adalah sebesar 1,8%, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 3,7% dan terendah di
DKI Jakarta sebesar 0,9%. Sedangkan prevalensi katarak di provinsi Sumatera Utara 1,4%.
Katarak hanya dapat disembuhkan dengan tindakan operasi, namun sebagian besar penduduk
dengan katarak di Indonesia belum menjalani operasi katarak karena faktor ketidaktahuan
penderita mengenai penyakit katarak yang dideritanya dan mereka tidak tahu bahwa buta katarak
bisa dioperasi/ direhabilitasi. Alasan kedua terbanyak penderita katarak belum dioperasi adalah
karena tidak dapat membiayai operasinya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan sikap pasien katarak katarak dan operasi katarak di Rumah Sakit Mata
Prima Vision. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik coonsecutive sampling, dihitung menggunakan rumus
dan dipilih secara acak sebanyak 46 sampel. Hasil: Dari jumlah responden sebanyak 46 orang
diperoleh tingkat pengetahuan terhadap katarak dan operasi katarak baik sebanyak 56,5% dan
tingkat sikap terhadap katarak dan operasi katarak baik sebanyak 69,6%. Kesimpulan: Didapati
tingkat pengetahuan dan sikap terhadap katarak dan operasi katarak termasuk kategori baik.
Background: Cataracts are eye disorders that occur due to changes in clear lenses that become
cloudy. Cataract is one of the causes of blindness in the world. The prevalence of cataracts in
Indonesia according to the results of examination of enumerator officers in Riskesdas 2013 was
1.8%, the highest in North Sulawesi Province at 3.7% and the lowest in DKI Jakarta at 0.9%.
While the prevalence of cataracts in North Sumatra province is 1.4%.Cataracts can only be cured
by surgery, but most of the population with cataracts in Indonesia have not yet undergone cataract
surgery because of the ignorance of the sufferers regarding cataracts and they do not know that
cataract blindness can be operated / rehabilitated. The second biggest reason for cataract patients
who have not been operated on is because they cannot finance their operations. Objectives: This
study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes toward cataract surgery
in cataract patients at Rumah Sakit Mata Prima Vision. Method: This research was descriptive
with cross sectional design. The sample in this study was taken by consecutive sampling technique,
calculated using a formula and randomly selected as many as 46 samples. Result: From the
number of respondents as many as 46 people obtained a level of knowledge of cataracts and good
cataract surgery as much as 56.5% and the level of attitudes towards cataracts and good cataract
surgery were 69.6%. Conclusion: It was found that the level of knowledge and attitudes towards
cataracts and cataract surgery included good categories.
xi
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
2. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti serta dapat
dijadikan sumber informasi dan rujukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Manfaat bagi Responden
Meningkatkan pengetahuan yang benar mengenai masalah katarak
serta penatalaksanaan katarak.
4. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan dan menambah informasi yang bermanfaat bagi
Rumah Sakit Mata Prima Vision.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
6
Universitas Sumatera Utara
7
2.2 Sikap
Sikap Dalam kamus besar bahasa Indonesia sikap berarti perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu:
1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding) artinya memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang
menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing) adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible) artinya bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, secara garis besar dapat
dibedakan yaitu secara langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat
2.3 Lensa
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris
dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di sebut
fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang
memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2007).
Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa
dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan
badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari epitel siliar, adalah serat kaya
fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).
2.4 Katarak
2.4.1 Definisi
Katarak berasal dari bahasa yunani Katarrhakies, bahasa latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa ataupun akibat kedua duanya (Ilyas, 2010).
2.4.2 Etiologi
secara oblik dan pemeriksaan refleks merah dengan pupil dilatasi. Bila sudah
lanjut, nukleus berwarna coklat (cataract brunescent) dan konsistensinya keras.
2. Katarak kortikal
Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada
serabut lensa menyebabkan kekeruhan kortikal. Gejala katarak kortikal yang
sering dijumpai adalah silau akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu mobil.
Monocular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katarak
kortikal terlihat dengan slitlamp sebagai vakuola dan celah air (water clefts) di
korteks anterior atau posterior.
3. Katarak Posterior Subkapsular
Katarak posterior subkapsular (Posterior subcapsular cataract = PSCs) sering
dijumpai pada pasien yang lebihmuda daripada katarak nuklear atau kortikal.
PSCs berlokasin di lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial (Vaughan,
2000).
Indikasi pertama pembentukan PSCs adalah kilauan warna yang samar (subtle
iridescent sheen) pada lapisan kortikal posterioryang terlihat dengan slit-lamp.
Pasien sering mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang
karena PSCs menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang, akomodasi atau
miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh. Beberapa
pasien juga mengalami monokular diplopia.
Tabel 2.1 Stadium Katarak Senilis (Ilmu Penyakit Mata FK UI Edisi kelima).
Insipien Immatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Katarak senil biasa timbul sesudah usia 50 tahun, namun juga dapat terjadi
pada umur kurang dari 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua mata walaupun
yang satu dapat lebih besar dari yang lain. Kekeruhan dapat pada korteks atau
sekitar nukleus. Katarak senilis merupakan katarak yang paling sering ditemukan.
Katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu : stadium insipien, stadium
immatur, stadium matur dan stadium hipermatur.
b. Katarak Radiasi
Jenis katarak ini mempunyai perkembangan yang lambat, mulai pada bagian
posterior korteks kira-kira 2 tahun sesudah eksposure dengan sinar radium atau
rontgen.
c.Katarak komplikata
Katarak yang berhubungan dengan penyakit mata lainnya seperti iridosiklitis,
koroiditis, uveitis, ulkus kornea, glaukoma, ablasio retina, dan tumor intra okular.
d.Katarak yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik (Asosiasi)
Diabetes melitus merupakan predisposisi untuk berkembang menjadi katarak
senilis. Selain itu, katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya
adalah katarak galaktosemik, katarak hipokalsemik (tetanik), katarak defisiensi
gizi, katarak aminoasiduria, penyakit wilson dan katarak yang berhubungan
dengan penyakit metabolik lain (Barnard, 2003).
e. Katarak Toksik
Pembentukan katarak yang berhubungan dengan keracunan bisa disebabkan
oleh kortikosteroid sistemik atau topikal.
f. Katarak Traumatika
Katarak yang disebabkan oleh trauma pada lensa mata, dapat berupa trauma
tumpul atau trauma tajam, adanya benda asing pada intraokuler, X-Ray yang
berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatik
bervariasi dari jam sampai tahun (Ocampo, 2009).
2.4.5 Diagnosis
2.4.6 Tatalaksana
a. Pembedahan Katarak
operasi sangat besar. Lebih sering terjadi kompikasi terhadap iol, khususnya
dalam jangka waktu lama (Skuta, 2010).
Pada teknik small incision cataract surgery insisi dilakukan di skleral sekitar
5.5 mm – 7.0 mm, mengeluarkan lensa keruh dan memasangkan lensa intraocular
buatan. Keuntungan teknik ini adalah insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan
lebih posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah (Soekardi I. et al. 2005).
4. Phacoemulsification
c. Komplikasi pembedahan
Komplikasi awal pembedahan adalah setiap kejadian klinis yang terjadi baik
selama operasi maupun 48 jam setelah operasi. Komplikasi lanjut adalah setiap
kejadian klinis yang terjadi dalam 4-6 minggu setelah operasi. Komplikasi intra
operasi yaitu prolap korpus vitreus, iridodialisis, hifema dan perdarahan ekspulsif.
Sedangkan komplikasi setelah operasi adalah edema kornea, kekeruhan kapsul
posterior, residual lens material, prolap iris, hifema, glaukoma skunder,
iridosiklitis, endophtalmitis, abrasi retina dan astigmatisma (Skuta et al., 2010).
1. Menerima
2. Merespon Tatalaksana: Pembedahan Katarak
3. Menghargai
- Intra Capsular Cataract
4. Bertanggung jawab Extraction
- Extra Capsular Cataract
Extraction
- Small Incision Cataract Surgery
- Phacoemulsification
Keterangan:
: Berhubungan
: Berpengaruh
: Tidak diteliti
: Diteliti
Keterangan:
: Berhubungan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mata Prima Vision. Jalan Pabrik
Tenun no. 51-53 Medan Petisah. Pemilihan lokasi penelitian ini karena Rumah
Sakit Mata Prima Vision merupakan salah satu rumah sakit mata yang banyak
dikunjungi oleh penderita katarak untuk melakukan operasi katarak.
20
Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2013), sampel adalah bagian (subset) dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili
populasinya. Berdasarkan Dahlan (2011) besar sampel dalam penelitian ini
adalah:
Z∝ PQ
n=
(1.96) (0.86)(0.14)
n=
(0.10)
= 46
Keterangan:
n = besar sampel minimum
∝ = defiat baku alfa (Z∝ dua arah = 1,96)
(Sopiyudin, 2010)
P = proporsi kategori variabel yang diteliti : 0.86
(Aminatul,2015)
Q = 1-P
d = presisi : 10% (0,10)
(Sopiyudin, 2010)
Pada penelitian ini data yang terkumpul diolah secara komputerisasi, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Proses editing
editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap atau ada kesalahan, data dilengkapi dengan
melakukan pengumpulan data ulang.
2. Proses coding
data yang telah terkumpul atau dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.
3. Proses entri
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer.
4. Proses cleaning data
pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Proses saving
penyimpanan data untuk siap dianalisis
6. Analisi Data (Wahyuni dan Azhar, 2011).
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Metode angket, menjawab a. Baik jika total Ordinal
Tentang yang diketahui kuesioner yang terdiri dari 11 nilai ≥75%
Katarak dan responden pertanyaan. Responden diberi (total skor >8),
Operasi mengenai katarak skor 1 untuk setiap pilihan b. Sedang jika
katarak dan operasi jawaban yang benar, dan total nilai
katarak diberi skor 0 untuk jawaban 56-74% (total
yang salah atau tidak tahu. skor 6-7),
Total skor pengetahuan adalah c. Kurang jika
11 total nilai <55%
(total Skor <5).
2. Sikap Pernyataan atau Kuesioner Metode angket, menjawab a. Baik jika total Ordinal
Tentang pendapat kuesioner yang terdiri dari 9 nilai ≥75%
Katarak dan responden pertanyaan. untuk pertanyaan (total skor >8),
Operasi mengenai katarak favorable (pertanyaan positif): b. Sedang jika
katarak dan operasi sangat setuju (skor 4), setuju total nilai
katarak (Skor 3), tidak setuju (Skor 2), 56-74% (total
sangat tidak setuju (1), skor 6-7),
sedangkan untuk pertanyaan c. Kurang jika
unfavorable (pertanyaan total nilai
negatif): pertanyaan no .sangat <55% (total
tidak setuju (skor 4), tidak skor <5).
setuju (Skor 3), setuju (Skor
2), sangat setuju (1)
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mata Prima Vision.
Jalan Pabrik Tenun no. 51-53 Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2018 hingga 13 November
2018. Rumah Sakit Mata Prima Vision merupakan salah satu rumah sakit mata
yang banyak di kunjungi oleh masyarakat baik dari dalam kota medan maupun
dari luar kota medan, untuk berkonsultasi tentang kesehatan mata.
Responden dalam penelitian ini adalah pasien katarak yang akan melakukan
operasi katarak di Rumah Sakit Mata Prima Vision Medan yang berjumlah 46
Orang. Data lengkap Mengenai karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada laki laki. Dimana perempuan berjumlah 25
orang (54,3%) sedangkan laki-laki berjumlah 21 orang (45,7%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2007) di Unit Rawat Jalan SMF
Mata RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan jumlah responden dengan jenis
kelamin perempuan 22 orang (44%), sedangkan laki-laki 28 orang (56%),
penelitian yang dilakukan oleh Aminatul (2015) di RS Mata Undaan Surabaya
didapatkan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan 32 orang (53,3%),
sedangkan responden laki-laki 28 (46,7%).
25
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan usia >60 tahun
lebih banyak dari pada usia 40-60 tahun. Dimana usia >60 tahun berjumlah 25
orang (54,3%), sedangkan usia 40-60 tahun berjumlah 21 orang (45,7%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2007) di Unit Rawat Jalan SMF
Mata RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan jumlah responden dengan usia >60
tahun berjumlah 33 orang (66%), sedangkan usia 40-60 tahun berjumlah 17 orang
(34%), penelitian yang dilakukan oleh Aminatul (2015) di RS Mata Undaan
Surabaya didapatkan jumlah responden dengan usia >60 tahun berjumlah 39
orang (65%), sedangkan usia 40-60 tahun berjumlah 21 (35%).
Orang-orang yang berusia 50 tahun dan lebih merupakan kelompok usia di
mana gangguan penglihatan dan kebutaan banyak terjadi. Sekitar 65% dari
penderita gangguan penglihatan, dan 82% orang-orang buta terjadi pada orang-
orang usia 50 tahun dan lebih, walaupun jumlah kelompok usia ini hanya 20%
dari populasi dunia (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden dengan status pekerjaan
bekerja berjumlah 26 orang (56,5%) dan tidak bekerja 20 orang (43,4%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2007) di Unit Rawat Jalan SMF
Mata RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan jumlah responden dengan status
pekerjaan bekerja berjumlah 18 orang (36%) dan tidak bekerja 32 orang (64%).
Berdasarkan tabel 4,7 dapat dilihat bahwa responden dengan status pekerjaan
bekerja terdapat 26 orang, dimana 14 orang (30,4%) dengan pengetahuan baik, 12
orang (26,1%) dengan pengetahuan sedang. Responden dengan status pekerjaan
tidak bekerja terdapat 20 orang, dimana 12 orang (26,1%) dengan pengetahuan
baik, 6 orang (13,0%) dengan pengetahuan sedang, 2 orang (4,3%) dengan
pengetahuan kurang.
Berdasarkan tabel 4,8 dapat dilihat bahwa responden dengan status pekerjaan
bekerja terdapat 26 orang, dimana 18 orang (39,2%) dengan sikap baik, 8 orang
(17,4%) dengan sikap sedang. Responden dengan status pekerjaan tidak bekerja
terdapat 20 orang, dimana 14 orang (30,4%) dengan sikap baik, 6 orang (13,0%)
dengan sikap sedang.
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden dengan sikap baik
berjumlah 32 orang (69,6%), sikap sedang berjumlah 14 orang (30,4%), dan
tingkat sikap kurang berjumlah 0 orang (0%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2007) di Unit Rawat Jalan SMF
Mata RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan jumlah responden dengan tingkat
sikap baik berjumlah 16 orang (32%), tingkat sikap sedang berjumlah 19 orang
(38%), dan tingkat sikap kurang berjumlah 15 orang (30%), penelitian yang
dilakukan oleh Aminatul (2015) di RS Mata Undaan Surabaya didapatkan jumlah
responden dengan tingkat sikap baik berjumlah 55 orang (91,6%) dan tingkat
sikap kurang berjumlah 5 orang (8,3%).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu umur,
pendidikan, paparan media massa, sosial ekonomi (pendapatan), hubungan sosial,
dan pengalaman. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang dimana seseorang akan lebih mudah menerima
ide-ide dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik
kualitas hidupnya (Notoadmodjo,2005).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang dalam berperilaku. Sikap didefenisikan sebagai reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu objek. Dimana sikap terdiri
dari komponen kognitif (kepercayaan), afektif (emosional), dan konatif
(kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo,2005).
Pada Penelitian ini didapatkan, tingkat pengetahuan responden terhadap
katarak dan operasi katarak adalah tingkat pengetahuan baik (56,5%), yang
artinya bahwa mayoritas responden yang akan melaksanakan operasi katarak
sudah mendapatkan banyak informasi mengenai katarak dan operasi katarak.
Proporsi sikap responden terhadap katarak dan operasi katarak yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah sikap baik (69,6%), dapat diartikan bahwa
responden mempunyai sikap positif terhadap pertanyaan yang diberikan.
Tabel 4.11 Hasil analisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap katarak dan operasi katarak.
5.1 Kesimpulan
34
11.2 Saran
Rumah Sakit Mata Mata Prima Vision dapat memberikan informasi kepada
pasien yang bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien mengenai penyakit
katarak dan operasi katarak. Dan bagi masyarakat agar dapat mencari informasi
sebaik mungkin tentang katarak dan operasi katarak. Sehingga dengan adanya
pengetahuan dan sikap yang baik terhadap katarak dan operasi katarak,
masyarakat menjadi lebih waspada yang akhirnya dapat membantu mengurangi
angka kebutaan yang disebabkan oleh katarak.
36
LAMPIRAN A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al – Azhar Medan (2003 – 2004)
2. SD Al – Azhar Medan (2004 – 2010)
3. SMP Al – Azhar Medan (2010 – 2013)
4. SMA Plus Al – Azhar Medan (2013 – 2015)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2015 - sekarang)
Riwayat Organisasi :
-
Riwayat Kepanitiaan :
-
LAMPIRAN B
Dengan Hormat,
Saya, Nia Nanda Rangkuti, mahasiswi semester VII Fakultas kedokteran
Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul
“Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Katarak Terhadap Katarak dan Operasi
Katarak di Rumah Sakit Mata Prima Vision”.
Pada penelitian ini, saya akan memberikan kuesioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan tentang katarak dan operasi katarak. Saya mengharapkan
keikutsertaan dan kerjasama dari anda untuk memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk
maksud-maksud lain. Identitas Responden akan tetap dirahasiakan dan tidak akan
dipublikasikan.
Keikutsertaan para penderita katarak di Rumah Sakit Mata Prima Vision
dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi Responden bersifat bebas
dan tanpa ada paksaan.
Atas partisipasi dan kesediaan bapak/ibu, saya ucapkan terima kasih.
Medan,..................................2018
Lampiran C
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian ini yang berjudul
“Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Katarak Terhadap Katarak dan Operasi
Katarak di Rumah Sakit Mata Prima Vision” dan telah memahaminya, maka
dengan ini saya secara sadar, sukarela, dan tanpa paksaan menyatakan bersedia
untuk ikut serta dalam penelitian tersebut.
Medan 2018
(………………….………..)
Lampiran D
KUESIONER PENELITIAN
A. PETUNJUK
1. Silahkan Bapak/Ibu jawab pertanyaan dengan jujur
2. Jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk penelitian.
B.IDENTITAS PRIBADI
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan*
4. Pendidikan Terakhir :
5. Status Pekerjaan : Tidak Bekerja/Bekerja
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
6. Apakah pertambahan usia merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya katarak?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
7. Apakah radiasi ultra violet merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya katarak?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
8. Apakah katarak merupakan penyakit menular?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
9. Apakah orang yang merokok beresiko terkena katarak?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
10. Apakah Operasi Katarak hanya mengambil bagian lensa mata yang keruh?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
11. Apakah penderita katarak yang telah menjalani operasi katarak dapat
mengalami katarak kembali?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Operasi katarak merupakan tindakan yang
sebaiknya dilakukan oleh setiap penderita
katarak
2 Operasi katarak tidak banyak membantu
penglihatan mata
3 Operasi katarak justru akan menambah mata
menjadi semakin sulit untuk melihat benda
dengan jelas
4 Penderita Katarak Tidak perlu melakukan
operasi katarak karena akan sembuh sendiri
5 Adanya Pengobatan Alternatif menjadikan
saya tidak mau melakukan operasi katarak
6 Katarak dapat sembuh hanya menggunakan
obat tetes mata tanpa dilakukan operasi
7 Semakin maju dunia kesehatan, operasi
katarak menjadi lebih cepat selesainya
8 Setelah menjalani operasi katarak tidak perlu
Kontrol kesehatan mata kembali
9 Faktor biaya membuat saya
mempertimbangkan untuk melakukan operasi
katarak
*Kuesioner dibuat oleh saya sendiri, dimana sebelumnya sudah diperiksa oleh
dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, M.Ked (Oph), Sp.M selaku dosen pembimbing
dan dilakukan uji validitas & reabilitas menggunakan sistem computer oleh saya
sendiri menggunakan metode pearson correlation.
LAMPIRAN E
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9
** * **
p1 Pearson 1 ,681 ,357 ,500 ,612 ,102 ,201 -,201 ,105
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,122 ,025 ,004 ,669 ,395 ,395 ,660
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* **
p2 Pearson ,681 1 ,043 ,524 ,685 ,043 ,242 -,032 -,121
**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,858 ,018 ,001 ,858 ,303 ,895 ,612
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
p3 Pearson ,357 ,043 1 ,612 ,167 ,583 ,123 ,287 ,599
Correlation
Sig. (2-tailed) ,122 ,858 ,004 ,482 ,007 ,605 ,220 ,005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* ** ** ** *
p4 Pearson ,500 ,524 ,612 1 ,612 ,612 ,302 ,503 ,314
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,025 ,018 ,004 ,004 ,004 ,196 ,024 ,177
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** **
p5 Pearson ,612 ,685 ,167 ,612 1 ,375 ,328 ,082 ,171
**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,004 ,001 ,482 ,004 ,103 ,158 ,731 ,471
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** **
p6 Pearson ,102 ,043 ,583 ,612 ,375 1 ,328 ,287 ,385
Correlation
Sig. (2-tailed) ,669 ,858 ,007 ,004 ,103 ,158 ,220 ,094
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearson ,201 ,242 ,123 ,302 ,328 ,328 1 ,010 ,390
Correlation
Sig. (2-tailed) ,395 ,303 ,605 ,196 ,158 ,158 ,966 ,089
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* *
p8 Pearson - -,032 ,287 ,503 ,082 ,287 ,010 1 ,453
Correlation ,201
Sig. (2-tailed) ,395 ,895 ,220 ,024 ,731 ,220 ,966 ,045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** *
p9 Pearson ,105 -,121 ,599 ,314 ,171 ,385 ,390 ,453 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,660 ,612 ,005 ,177 ,471 ,094 ,089 ,045
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* **
p10 Pearson - ,121 -,171 ,314 ,043 ,043 ,453 ,601 ,099
Correlation ,105
Sig. (2-tailed) ,660 ,612 ,471 ,177 ,858 ,858 ,045 ,005 ,678
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
p11 Pearson ,491 ,663 -,089 ,436 ,579 ,134 ,592 ,066 ,023
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,028 ,001 ,709 ,054 ,007 ,574 ,006 ,783 ,924
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** * ** ** ** ** * *
ptotal Pearson ,552 ,579 ,515 ,883 ,708 ,612 ,587 ,491 ,513
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,012 ,008 ,020 ,000 ,000 ,004 ,007 ,028 ,021
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Correlations
p10 p11 ptotal
* *
p1 Pearson Correlation -,105 ,491 ,552
Sig. (2-tailed) ,660 ,028 ,012
N 20 20 20
** **
p2 Pearson Correlation ,121 ,663 ,579
Sig. (2-tailed) ,612 ,001 ,008
N 20 20 20
*
p3 Pearson Correlation -,171 -,089 ,515
Sig. (2-tailed) ,471 ,709 ,020
N 20 20 20
**
p4 Pearson Correlation ,314 ,436 ,883
Sig. (2-tailed) ,177 ,054 ,000
N 20 20 20
** **
p5 Pearson Correlation ,043 ,579 ,708
Sig. (2-tailed) ,858 ,007 ,000
N 20 20 20
**
p6 Pearson Correlation ,043 ,134 ,612
Sig. (2-tailed) ,858 ,574 ,004
N 20 20 20
* ** **
p7 Pearson Correlation ,453 ,592 ,587
Sig. (2-tailed) ,045 ,006 ,007
N 20 20 20
** *
p8 Pearson Correlation ,601 ,066 ,491
Sig. (2-tailed) ,005 ,783 ,028
N 20 20 20
*
p9 Pearson Correlation ,099 ,023 ,513
Sig. (2-tailed) ,678 ,924 ,021
N 20 20 20
*
p10 Pearson Correlation 1 ,435 ,446
Sig. (2-tailed) ,055 ,048
N 20 20 20
**
p11 Pearson Correlation ,435 1 ,654
Sig. (2-tailed) ,055 ,002
N 20 20 20
* **
ptotal Pearson Correlation ,446 ,654 1
Sig. (2-tailed) ,048 ,002
N 20 20 20
Reliability
LAMPIRAN F
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7
* * * **
p1 Pearson 1 ,195 ,487 ,522 ,511 ,401 ,696
Correlation
Sig. (2-tailed) ,410 ,030 ,018 ,021 ,080 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20
*
p2 Pearson ,195 1 -,008 ,482 ,219 ,414 ,136
Correlation
Sig. (2-tailed) ,410 ,973 ,031 ,353 ,070 ,568
N 20 20 20 20 20 20 20
*
p3 Pearson ,487 -,008 1 ,012 ,213 ,433 ,435
Correlation
Sig. (2-tailed) ,030 ,973 ,960 ,367 ,056 ,055
N 20 20 20 20 20 20 20
* * **
p4 Pearson ,522 ,482 ,012 1 ,563 ,336 ,363
Correlation
Sig. (2-tailed) ,018 ,031 ,960 ,010 ,147 ,115
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** *
p5 Pearson ,511 ,219 ,213 ,563 1 -,130 ,474
Correlation
Sig. (2-tailed) ,021 ,353 ,367 ,010 ,584 ,035
N 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearson ,401 ,414 ,433 ,336 -,130 1 ,279
Correlation
Sig. (2-tailed) ,080 ,070 ,056 ,147 ,584 ,234
N 20 20 20 20 20 20 20
** *
p7 Pearson ,696 ,136 ,435 ,363 ,474 ,279 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,568 ,055 ,115 ,035 ,234
N 20 20 20 20 20 20 20
*
p8 Pearson ,475 ,005 ,279 ,218 ,309 ,297 ,330
Correlation
Sig. (2-tailed) ,034 ,983 ,234 ,356 ,186 ,203 ,155
N 20 20 20 20 20 20 20
*
p9 Pearson ,367 ,300 ,359 ,191 ,490 ,225 ,412
Correlation
Correlations
p8 p9 ptotal
* **
p1 Pearson Correlation ,475 ,367 ,747
Sig. (2-tailed) ,034 ,112 ,000
N 20 20 20
*
p2 Pearson Correlation ,005 ,300 ,509
Sig. (2-tailed) ,983 ,198 ,022
N 20 20 20
**
p3 Pearson Correlation ,279 ,359 ,580
Sig. (2-tailed) ,234 ,120 ,007
N 20 20 20
**
p4 Pearson Correlation ,218 ,191 ,594
Sig. (2-tailed) ,356 ,419 ,006
N 20 20 20
* **
p5 Pearson Correlation ,309 ,490 ,669
Sig. (2-tailed) ,186 ,028 ,001
N 20 20 20
*
p6 Pearson Correlation ,297 ,225 ,524
Sig. (2-tailed) ,203 ,340 ,018
N 20 20 20
**
p7 Pearson Correlation ,330 ,412 ,659
Sig. (2-tailed) ,155 ,071 ,002
N 20 20 20
*
p8 Pearson Correlation 1 ,398 ,561
Sig. (2-tailed) ,082 ,010
N 20 20 20
**
p9 Pearson Correlation ,398 1 ,746
Sig. (2-tailed) ,082 ,000
N 20 20 20
* **
ptotal Pearson Correlation ,561 ,746 1
Sig. (2-tailed) ,010 ,000
N 20 20 20
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,787 9
LAMPIRAN G
DATA INDUK
Nama Usia Jenis Kelamin Tingkat Status Pekerjaan Total skor Total skor
Pendidikan pengetahuan sikap
LTH 67 Laki-Laki SMA Bekerja 9 26
TCK 58 Laki-Laki SMA Bekerja 7 27
HW 59 Laki-Laki Sarjana Bekerja 8 30
RH 56 Perempuan SMA Bekerja 10 33
J 65 Perempuan SMA Tidak Bekerja 6 33
QL 63 Perempuan SMA Bekerja 8 31
HJL 66 Perempuan SD Tidak Bekerja 7 26
YL 63 Perempuan SMA Tidak Bekerja 9 35
TH 63 Laki-Laki SMA Bekerja 9 33
C 57 Laki-Laki SMA Bekerja 7 25
JT 58 Laki-Laki SMA Bekerja 7 33
YTW 66 Laki-Laki SMA Bekerja 9 31
O 53 Laki-Laki Sarjana Bekerja 7 25
ET 59 Perempuan SMA Bekerja 8 32
M 58 Perempuan SMA Tidak Bekerja 8 27
CT 68 Perempuan SMP Bekerja 7 23
CL 57 Perempuan SMA Tidak Bekerja 10 30
JGC 66 Perempuan SMP Tidak Bekerja 9 32
AJ 72 Perempuan SMA Tidak Bekerja 9 30
C 67 Laki-Laki SMA Tidak Bekerja 6 25
CH 58 Perempuan SMA Tidak Bekerja 8 33
CT 61 Laki-Laki Diploma Bekerja 10 30
DTS 59 Laki-Laki Diploma Bekerja 7 26
CM 56 Laki-Laki SMA Bekerja 7 34
EM 62 Perempuan SMA Tidak Bekerja 8 30
CS 67 Laki-Laki Diploma Bekerja 7 30
MR 65 Perempuan Sarjana Bekerja 8 34
D 68 Laki-Laki SD Bekerja 7 26
AH 58 Laki-Laki Sarjana Bekerja 8 33
A 61 Laki-Laki SMA Bekerja 6 26
HT 66 Laki-Laki SMA Tidak Bekerja 10 25
JW 57 Perempuan SMA Tidak Bekerja 5 26
Y 55 Perempuan SMA Bekerja 7 33
AA 58 Perempuan SMA Bekerja 8 32
DX 67 Laki-Laki SMA Tidak Bekerja 10 32
B 62 Perempuan SMP Tidak Bekerja 7 33
HT 54 Laki-Laki SMA Bekerja 9 30
CS 60 Perempuan SMA Tidak Bekerja 7 32
ST 59 Laki-Laki Sarjana Bekerja 9 32
LAMPIRAN H
Frekuensi
Statistics
Usia Jenis Tingka Status pengetahuan Sikap
Kelamin tPendidikan Pekerjaan
N Valid 46 46 46 46 46 46
Missing 0 0 0 0 0 0
Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Usia 40-60 21 45,7 45,7 45,7
Tahun
Usia >60 Tahun 25 54,3 54,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Laki-Laki 21 45,7 45,7 45,7
Perempuan 25 54,3 54,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
TingkatPendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid SD 4 8,7 8,7 8,7
SMP 5 10,9 10,9 19,6
SMA 29 63,0 63,0 82,6
Diploma 3 6,5 6,5 89,1
Sarjana 5 10,9 10,9 100,0
Total 46 100,0 100,0
StatusPekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Bekerja 25 54,3 54,3 54,3
Tidak 20 43,5 43,5 97,8
Bekerja
Bekerja 1 2,2 2,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
pengetahuan
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Valid Pengetahuan Baik 26 56,5 56,5 56,5
Pengetahuan 18 39,1 39,1 95,7
Sedang
Pengetahuan Kurang 2 4,3 4,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Sikap
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Sikap Baik 32 69,6 69,6 69,6
Sikap 14 30,4 30,4 100,0
Sedang
Total 46 100,0 100,0
Crosstabs
TingkatPendidikan * pengetahuan
Crosstab
Count
pengetahuan Total
Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
Baik Sedang Kurang
TingkatPendidikan SD 0 2 2 4
SMP 3 2 0 5
SMA 18 11 0 29
Diploma 1 2 0 3
Sarjana 4 1 0 5
Total 26 18 2 46
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance (2-
sided)
a
Pearson Chi- 25,384 8 ,001
Square
Likelihood Ratio 16,394 8 ,037
N of Valid 46
Cases
a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,13.
TingkatPendidikan * Sikap
Crosstab
Count
Sikap Total
Sikap Baik Sikap Sedang
TingkatPendidikan SD 0 4 4
SMP 3 2 5
SMA 23 6 29
Diploma 2 1 3
Sarjana 4 1 5
Total 32 14 46
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 10,929 4 ,027
Likelihood Ratio 11,412 4 ,022
N of Valid Cases 46
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,91.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TingkatPendidikan * 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
pengetahuan
TingkatPendidikan * Sikap 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
StatusPekerjaan * 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
pengetahuan
StatusPekerjaan * Sikap 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
StatusPekerjaan * pengetahuan
Crosstab
Count
pengetahuan Total
Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
Baik Sedang Kurang
StatusPekerjaan Bekerja 13 12 0 25
Tidak Bekerja 12 6 2 20
Bekerja 1 0 0 1
Total 26 18 2 46
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 4,388 4 ,356
Likelihood Ratio 5,453 4 ,244
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,04.
StatusPekerjaan * Sikap
Crosstab
Count
Sikap Total
Sikap Sikap
Baik Sedang
StatusPekerja Bekerja 17 8 25
an Tidak 14 6 20
Bekerja
Bekerja 1 0 1
Total 32 14 46
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square ,468 2 ,791
Likelihood Ratio ,756 2 ,685
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,30.
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance
(2-sided)
a
Pearson Chi-Square 12,211 2 ,002
Likelihood Ratio 12,984 2 ,002
Linear-by-Linear 11,865 1 ,001
Association
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,61.
LAMPIRAN I
LAMPIRAN J
LAMPIRAN K