Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

TEORI-TEORI DAN TAHAP PERENCANAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi

Dosen Pengampu : Rahmita Yanti,M.Kes

Oleh Kelompok 1

ZASMA JUITA

ANIDAR

HERNIDA YENTI

ASNANI

ILENDRA YENTI

ICE ANDRIANI

YULIA FITRIANI

RIDHA JANNAH

NUR ASNI

HENNY DESLIA

JALUR KHUSUS SARJANA GIZI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya
akhirnya penyusunan makalah “Teori-Teori dan Tahap Perencanaan” ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, namun kami
mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan
sebagai bahan pembelajaran bagi kami begitu juga bagi pihak yang membutuhkannya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan pendapat yang konstruktif dari berbagai
pihak kami perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, sehingga apa yang menjadi tujuan
pembelajaraan mata kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi menjadi lebih baik dan sesuai dengan
yang diharapkan. Demikianlah makalah ini kami susun agar dapat dipedomani bersama .

Padang, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………3
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………..3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori-teori Perencanaan ………………………………………………………. 4
2.2 Langkah-langkah perencanaan ……………………………………………….. 12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan non-kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan. Dengan kata lain manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam
sistem pelayanan kesehatan sehingga menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem
pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu dari berbagai
elemen (sub-sistem) yang saling menghubungkan dalam suatu proses atau struktur dalam upaya
menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Perencanaan merupakan kegiatan inti manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur
dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan para
pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil
guna dan berdaya guna. Di bidang kesehatan, proses perencanaan ini pada umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).
Untuk memahai perencanaan kesehatan maka pada makalah ini kami membahas teori-teori
perencanaan dan bagaimana langkah-langkah dalam perencanaan suatu kegiapan kesehata,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka diketahui rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa saja teori-teori dalam perencanaan?

1.2.2 Bagaimana langkah-langkah dalam perencanaan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasrkan rumusan masalah maka diperoleh tujuan sengai berikut :

1.2.1 Memahami teori-teori dalam perencanaan kesehatan.

1.3.2 Mengetahui langkah-langkah dalam perencanan kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Perencanaan Kesehatan

1. Health Beliefe Models


Health Belief Model (HBM) adalah suatu teori yang menjelaskan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior). Health Belief Model merupakan suatu
konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku
sehat (Janz & Becker, 1984). Health Belief Model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk
teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005). Dapat
disimpulkan bahwa Health Belief Model adalah suatu model yang digunakan untuk
menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan
melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan.
HBM dikembangkan pertama kali pada tahun 1950-an oleh ahli-ahli psikologi sosial
Hochbaum, Rosenstock, dan Kegels yang bekerja di Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika
Serikat. Pada tahun 1966 Rosenstock mengembangkan teori ini dengan menjelaskan usaha
preventif yang berhubungan dengan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan dan imunisasi
(Rosenstock, 1974).
Berdasarkan teori HBM ini maka ada beberapa pertimbangan yang dapat menentukan
perubahan perilaku kesehatan seseorang diantaranya :
 Perceived susceptibility (kerentanan) : anggapan akan adanya ancaman penyakit yang
bisa menimpa seseorang.
 Perceived severity : pertimbangan terhadap tingkat keseriusan suatu ancaman, apabila
makin serius suatu ancaman penyakit maka makin kuat dorongan seseorang untuk
bertindak menghindarinya.
 Perceived benefits : pertimbangan keuntungan yang selalu menjadi salah satu
pertimbangan utama dalam mengambil suatu tindakan. Jika tindakan atau perubahan
perilaku yang dianjurkan dipandang menguntungkan maka seseorang cenderung akan
bertindak atau berubah perilakunya.
 Perceived barriers : pertimbangan hambatan yang mungkin akan dihadapi dalam
mengambil suatu tindakan atau perubahan perilaku.
 Health motivation : motivasi individu untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol
terhadap kondisi kesehatannya serta health value (Conner, 2005)
 Cues to action : suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat bagi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. (Becker dkk, 1997 dalam
Conner & Norman, 2003). Isyarat untuk bertindak adalah peristiwa, orang, atau hal-hal
yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka. Isyarat-isyarat yang berupa
faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat
atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosio demografis misalnya tingkat
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan
dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu
keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau
menampilkan suatu perilaku tertentu (Bandura, 1977).
HBM dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Faktor Demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003) : kelas social
ekonomi
 Karakteristik Psikologis (Conner & Norman, 2003)
 Structural Variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Sarafino, 1994)

2. Theory of Reason Action


Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tentang perilaku yang berubah
berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh norma sosial dan sikap
individu terhadap perilaku (Eagle, Dahl, Hill, Bird, Spotswood, & Tapp, 2013, hal. 123).

Beberapa komponen dalam Theory of Reasoned Action :


1. Behavior Belief
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini seseorang akan
mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), disamping
itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu
bila ia melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome)
2. Normative Belief
Mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak dari norma-norma
subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan
apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan
motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran
atau anjuran dari orang lain)
3. Attitude towards the behavior
Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif,
persepsi terhadap konsekuensi seuatu perilaku dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap
juga berarti perasaan umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang
terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan poin penentu
perubahan perilaku yang ditujukan oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu.
4. Importance Norms
Norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat, adalah pengaruh faktor
sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Unsur-unsur sosial budaya
yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau
meninggalkan sebuah perilaku.
5. Subjective Norms
Norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga. Dorongan anggota keluarga,
termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu,
yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau kerabat.
6. Behavioral Intention
Niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen
pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untuk
rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan
pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding og
the outcome).
7. Behavior
Perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan berdasarkan atas
niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action atau
tindakan. 

3. Health Field Concept


La Framboise, kemudian diadaptasi oleh Blum mengemukakan sebuah teori yang
menyatakan bahwa tingkat kesehatan di dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor :
Genetic, Perilaku kesehatan, Pelayanan kedokteran/kesehatan, dan Lingkungan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesehatan suatu masyarakat adalah
faktor perilaku. Apabila perilaku masyarakat dapat diarahkan menjadi perilaku yang sehat,
tingkat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, demikian pula sebaliknya, apabila perilaku
kesehatan di masyarakat kurang baik, tingkat kesehatan masyarakat juga dapat menjadi buruk.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari
bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kita tidak sempat memikirkan penyebab
seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu sangat penting bagi seorang pelaku Public
health untuk dapat menelaah alasan di balik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah
perilaku tersebut.

4. Model Precede-Procede
Model Precede-Proceed adalah suatu konsep yang dibuat oleh Lawrence W. Green pada
tahun 1974, yang dapat membantu perencanaan suatu program kesehatan, pembuat kebijakan
dan evaluator untuk menganalisis situasi dan program kesehatan yang efektif dan efesien. Model
Proceed memberikan desain yang lengkap untuk menilai kesehatan dan kebutuhan hidup serta
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program promosi kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Model Precede-Proceed dikemas dalam dua bagian:
a. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological,
Diagnosis, Evaluation) yang berfokus pada perencanaan program.
b. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational,
Enviromental, Development) yang berfokus pada implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan teori Precede-Proceed, perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
 Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
seseorang, diantaranya pendidikan, pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, sistem,
keyakinan, nilai-nilai serta norma yang berlaku di masyarakat dan persepsi
 Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau mendukung
perubahan perilaku diantaranya lingkungan fisik, fasilitas dan sarana prasarana yang
mendukung perubahan perilaku, sumber daya manusia, serta akses atau keterjangkauan
terhadap fasilitas dan sarana prasarana tersebut
 Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat terjadinya perubahan perilaku kesehatan diantaranya sikap dan perilaku
petugas kesehatan, dukungan (teman sebaya, guru, orang tua dan keluarga), dukungan
tokoh masyarakat, dukungan program, dukungan kebijakan yang berlaku di daerah
tersebut serta komitmen pemangku kepentingan dan mitra kerja.

PRECEDE terdiri dari 5 fase :


1. Fase 1 (diagnose social/social diagnosis)
Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya
dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan
telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat
dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan,
kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase
ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan.
Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah
kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media massa),
group method. Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial,
intervensi pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a.       Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah kesehatan
mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi dan mampu mengatasi
berbagai masalah kesehatan.
b.      Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas hidup
dipengaruhi oleh masalah kesehatan.
2. Fase 2 (diagnose epidemiologi/epidemiological diagnosis)
Merupakan study tentang distribusi dan determinan penyakit. Untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan, dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya:
a. Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari
kehilangan kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain.
b. Apakah kelompok ibu dan anak-anak yang mempunyai resiko.
c. Masalah kesehatan yang paling rentan untuk intervensi.
d. Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status kesehatan,
economic savings.
e. Masalah yang belum pernah disentuh atau di intervensi.
f. Apakah merupakan prioritas daerah/ nasional.
3.      Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan/ behavioral and environmental diagnosis)
Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain:
a.       Memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah kesehatan.
b.      Mengembangkan penyebab perilaku : preventive behavior dan treatment behaviour
c.       Melihat important perilaku : frekuensi terjadinya perilaku, terlihat hubungan yang nyata
dengan masalah kesehatan
d.      Melihat changebility perilaku
e. Memilih target perilaku
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan, digunakan
indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi), upaya pencegahan
(prevention action), pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan (compliance),
upaya pemeliharaan sendiri (self care). Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap,
yaitu: membedakan penyebab perilaku dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku
yang tidak bisa diubah; melihat important faktor lingkungan, melihat changeability faktor
lingkungan, memilih target lingkungan.
4.      Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi/educational and organizational
diagnosis )
Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau
kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Ada 3 kelompok masalah
yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu:
a.       Faktor predisposisi (predisposing factor)
b.      Faktor penguat (reinforcing factor)
c.      Faktor pemungkin (enabling factor)
Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:
a.       Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori : predisposing, enabling,
reinforcing factors. Metode:
1)  Formal : literature, checklist dan kuesioner
2)   Informal : brainstorming, normal group process (NGP)
b.      Menetapkan prioritas antara kategori
c.       Menetapkan prioritas dalam kategori, berdasarkan pertimbangan:
 Important : prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis, pengalaman, data dan teori
 Immediacy: seberapa penting
 Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan lingkungan
dan perilaku yang terjadi
 Changeability: mudah untuk diubah
5.      Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan/ administrative and policy diagnosis)
a.       Administrative diagnosis
1)      Memperkirakan atau menilai resorces/ sumber daya yang dibutuhkan program
2)      Menilai resorces yang ada didalam organisasi atau masyarakat
3)      Mengidentifikasi faktor penghambat dalam mengimplementasi program
Tahap diagnosa administrasi, antara lain:
o Menilai kebutuhan sumber daya : time, personal, budget
o Menilai ketersediaan sumber daya : personel, budgetary contraints (keterbatasan budget)
o Menilai penghambat implementasi : Staff commitment and attitude, Goal conflict, Rate
of change, Familiarity, Complexity, Space, Community barriers
b.      Policy diagnosis
1)      Menilai dukungan politik
2)      Dukungan regulasi atau peraturan
3)      Dukungan sistem didalam organisasi
4)      Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
5)      Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program
Tahapan diagnosa kebijakan, antara lain:
o Menilai kebijakan, regulasi dan organisasi : Issue of loyality, Consistency, Flexibility,
Administrative of professional direction
o Menilai kekuatan politik : Level of analysis, The zero-sum game, System approach,
Exchange theory, Power equalization approach, Power educative approach, Conflict
approach, Advocacy and education and community development

PROCEED terdiri dari 4 fase :


1. Fase 6 (Implementasi/ implementation). Kunci keberhasilan implementasi:
o Pengalaman
o Sensitif terhadap kebutuhan
o Fleksibel dalm situasi kondisi
o Fokus pada tujuan
o Sense of humor
2. Fase 7 (Proses Evaluasi/ Process Evaluation) : evaluasi dari program kesehatan yang
dilaksanakan
3. Fase 8 (Impact Evaluation) : Menilai efek langsung dari program pada target perilaku
(predisposing, enabling, reinforcing factors) dan lingkungan
4. Fase 9 (Outcome Evaluation) : Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada proses awal
perencanaan akan diperbaiki: satus kesehatan dan quality of life.

5. Model Perencanaan Promosi Kesehatan


Perencanaan Promosi Kesehatan sebagai suatu proses. Proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
Oleh sebab itu dalam membuat perencanaan promosi kesehatan harus terdiri dari masyarakat,
profesional kesehatan dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus bekerjasama dalam proses
perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam biaya
(cost effective) dan berkesinambungan. Perencanaan sebagai bagian dari siklus administrasi
terdiri dari tiga fase yaitu:
1) Perencanaan : fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang muncul
2) Implementasi : suatu waktu dimana perencanaan dilaksanakan. Kesalahan pada perencanaan
akan terlihat selama proses implementasi, begitu juga dengan kelebihan dan kelemahan.
3) Evaluasi : masa dimana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari promosi kesehatan. Pada
fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan dapat
dilnajutkan. Selain itu, evaluasi diperlukan untuk memantau efficacy dari promosi kesehatan
dan sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.
Langkah-langkah dalam perencanaan promosi kesehatan :
1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan :
a. Diagnosis masalah : menggunakan model PRECEDE-PROCEED
Sumber data : dokumen yang ada, masyarakat langsung, petugas kesehatan di lapangan,
tokoh masyarakat
Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:
 Key informant approach : Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui
wawancara mendalam/ focus group discussion (FGD)
 Commmunity forum approach : health promotor bersama-sama masyarakat
mendiskusikan masalah yang ada
 Sample survey approach : wawancara dan observasi. Cara ini yang paling valid dan
akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi
b. Menetapkan prioritas masalah
 Menentukan status kesehatan masyarakat
 Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
 Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan
dimasyarakat.
 Menentukan determinent masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan/prilaku dan keperacayaan yang
dianut)
Dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beratnya masalah
dan akibat yang ditimbulkannya, pertimbangan politis, sumberdaya yang ada di masyarakat

2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan


a. Menentukan tujuan promosi kesehatan (Green, 1990) :
 Tujuan Program (Program Objective) : tujuan jangka panjang
Merupakan pernyataan tentang apa yang berhubungan dengan status kesehatan. Bila
ditinjau dari kerangka PRECEDE—PROCEED tujuan program merupakan refleksi dari fase
sosial dan epidemiologi. Contoh: Mortalitas akibat komplikasi persalinan menurun 50% setelah
promosi kesehatan berjalan 5 tahun.
 Tujuan Pendidikan (Educational Abjective) : tujuan jangka menengah
Merupakan diskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang
ada. Contoh: Cakupan ANC meningkat 75 % setelah promosi kesehatan berjalan 3 tahun.
 Tujuan Perilaku (Behaviour Objective) : tujuan jangka pendek
Merupakan pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Oleh
sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap. Contoh: pengetahuan
masyarakat tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan dan persalinan meningkat 60 % setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan.
b. Menentukan sasaran promosi kesehatan : individu, kelompok, maupun keduanya
c. Menentukan isi promosi kesehatan : harus sederhana agar mudah dipahami
d. Menentukan metode yang akan digunakan
 Metode Promosi Individual (Perorangan) : bimbingan dan penyuluhan, wawancara
 Metode Promosi Kelompok :
1. Besar (lebih dari 15 orang) : ceramah, seminar
2. Kecil (kurang dari 15 orang) : diskusi kelompok, curah pendapat (brin storming), bola
salju (snow bowling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), role play (memainkan
peran), permainan simulasi (simulation game)
 Metode Promosi Kesehatan Massa : ceramah umum (public speaking), pidato/ diskusi
tentang kesehatan melalui media elektronik, simulasi, tulisan di majalah atau koran,
billboard atau spanduk/ poster
e. Menentukan media yang akan digunakan
Tujuan media promosi kesehatan :
 Media dapat mempermudah penyampaian informasi
 Media dapat menghindari kesalahan persepsi
 Dapat memperjelas informasi
 Media dapat mempermudah pengertian
 Mengurangi komunikasi yang verbalistik
 Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
 Memperlancar komunikasi, dan lain-lain
Penggolongan media promosi kesehatan :
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaanya
- Bahan bacaan : modul, buku rujukan/ bacaan, folder, leaflet, majalah, bulletin
- Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film
2) Berdasarkan cara produksi
- Media cetak : poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker,
pamphlet
- Media elektronik : TV, radio, film, video film, kaset, CD, VCD
- Media luar ruang : papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar
f. Menyusun rencana evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
g. Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksaaan yang biasanya disajikan dalam
bentuk gan chart

2.2 Langkah-Langkah Perencanaan Gizi dan Kesehatan


Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah
praktisuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan
fakta-fakta. Fakta-fakta diungkapkan dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencnaan juga merupakan proses pemilihan alternatif tindakan yang terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan
sesuatu di masa yang akan datang yaitu suatu tindakan yang akan di proyeksikan di masa yang
akan datang. Salah satu tugas manajer yang paling penting adalah menetapkan tujuan jangka
panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi diluar (eksternal)dan didalam
(internal) organisasi.
Macam –macam perencanaan
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
 Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10-25 tahun.

 Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7 tahun.

 Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya berlaku hanya untuk 1 tahun.

2. Dilihat dari tingkatannya


 Rencana induk (masterplan), lebih menitik beratkan uraian kebijakan organisasi.

 Rencana operasional (opertional planning), lebih menitik beratkan pada pedoman atau
petunjuk dalam melaksanakan suatu program.

 Rencana harian (day to day planning), adalah rencana harian yang bersifat umum.

 Ditinjau dari ruang lingkupnya


 Rencana strategi (strategic planning), beriikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka
panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini sulit untuk dirubah.

 Rencana taktis (tactical planning), rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka
pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

 Rencana menyeluruh (comprehensive planning), rencana yang mengandung uraian secara


menyeluruh dan lengkap.

 Rencana terintegrasi (intergrated planning), rencana yang mengandung uraian, yang


menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain diluar kesehatan.
Ciri-ciri suatu perencanaan kesehatan
1. Bagian dari sistem administrasi.
2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.
3. Berorientasi pada masa depan.
4. Mampu menyelesaikan masalah.
5. Mempunyai tujuan.
6. Bersifat mampu kelola.
Manfaat sebuah perencanaan
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh staf dan pimpinan jika organisasi memiliki
sebuah perencanaan. Mereka akan mengetahui :
1. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya
2. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan
3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan

Selain itu, dengan perencanaan akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:


 Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas orgnisasi untuk mencapai
tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur

 Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif

 Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena
dalam perencanaan ditetapkan berbagai standar.

 Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama


untuk fungsi pengawasan.

Sebaliknya, pimpinan dan staf organisasi juga perlu memahami bahwa perencanaan juga
memiliki kelemahan yaitu:
 Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-fakta dimasa yang
akan datang dengan tepat.

 Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.

 Perencanaan mempunyai hambatan psikologis dari pimpinan dan staf karena harus
menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.

 Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan


perubahan harus ditunda ampai tahap perencanaan berikutnya.

 Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh staf.

Langkah-langkah perencanaan kesehatan


1. Analisis situasi
Langkah analisis situasi dimulai dengan menganalisis data laporan yang telah dimiliki oleh
organisasi (data  primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya
dibutuhkan, observasi dan wawancara. Langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan
jenis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dijadikan dasar penyusunan
perencanaan. Data yang diperlukan terdiri dari:
a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess).
b. Data kependudukan.
c. Data potensi organisasi kesehatan.
d. Keadaan lingkungan dan geografi.
e. Data sarana dan prasarana.

Proses pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan dengn cara:
 Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung kelapangan.

 Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang


dikembangkan bersama tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat setempat.

 Membahas program kesehatan masyarakat dilapangan bersama petugas lapangan


kesehatan, petugas sektor lain, atau bersama dukun bersalin yang ada diwilayah kerja
puekesmas.

 Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat0pusat pelayanan kesehatan di


suatu wilayah.

 Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik kependudukan, laporan khusus,


hasil survei, petunjuk pelaksanaan (jutlak) program kesehatan, dan laporan tahunan
2. Identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain:
a. Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.
b. Survailance epidemilogi atau pemantauan penyebaran penyakit
c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan.
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.

3. Menetapkan prioritas masalah


Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah kesehatan yang menunggu untuk
ditangani. Karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga dan teknologi, maka tidak semua
masalah tersebut dapat dipecahkansekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk itu maka
harus dipilih masalah yang mana yang ‘feasible’ untuk dipecahkan. Proses pemilihan prioritas
masalah dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:

a. Melalui teknik skoring, yakni memberikan nilai (scor) terhadp masalah tersebut dengan
menggunakan ukuran (parameter) antara lain:
 Prevelensi penyakit (prevelence) atau besarnya masalah.

 Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity).

 Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of umeet need).

 Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit).

 Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility).

 Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (reseources
availability).
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila masalahnya besar
diberi 5 paling tinggi, dan bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut
dijumlahkan. Masalah yang mempunyai nilai tertinggi (terbesar) adalah yang di prioritaskan,
masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua dan selanjutnya.

b. Melalui teknik non skoring


Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu, juga
disebut nominal group technique (NGT). Ada dua NGT, yakni:
 Delphi technique: yaitu masala-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas
masalah yang disepakati bersama.

 Delbeg technique: menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah juga
melalui dikusi kelompok, namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama
keahliannya, maka sebelumnya dijelaskan dulu, sehingga mereka mempunyai persepsi
yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.

4. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu
yang ingin dicapai oeh perencanaan tersebut. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan maka
akan semakin mudah menentukan tujuan. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secar
kongkret dan dapat diukur.

Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat SMART: spesific (jelas
sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana), measurable (dapat diukur kemajuannya),
appropriate (sesuai dengan strategi nasional, tujuan program dan visi/misi institusi, dan
sebagainya), realistic (dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang
ada), time bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk
mencapai tujuan program seuai dengan target waktu yang telah ditetapkan).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan program:


 Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.

 Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai dengan kemampuan
organisasi, dan dapat diukur.

 Tujuan operasional basanya ditetapkan dengan batas waktu (batas pencapaiannya) dan
hasil akhir yang ingi dicapai pada akhir kegiatan program (dead line).

 Berbagai macam kegiatan altrnatif dipilih untuk mencapai tujuan.

 Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang telah dan akan mungkin
terjadi dimsa depan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan hierarkinya adalah sebagai berikut:
 Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak, dan tidak
terpengaruh oleh perubahan situasi.

 Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari goal, sasaran populasinya belum ada.
Tujuan ini sudah bersifat spesifik karena bersifat sektoral dan ditujukan untuk masyarakat
di desa.

 Tujuan program: target populasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi dampak khusus
yang dapat diukur jika tujuan program tercapai.

 Tujuan pelayanan: tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau spesialisasi jenis dan tingkat
pelayanan yang perlu dilaksanakan.

 Tujuan sumber: tujuan di sini memerlukan identifikasi masukan spesifik (input atau
sumber daya tertentu) untuk mencapai tujuan pelayanan.

 Tujuan implementasi: tujuan di sini menjelaskan produk spesifik yang ingin di capai dan
juga dapat di ukur.

Pada umumnya tujuan dibagi menjadi dua, yakni:


 Tujuan umum : suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat di jabarkan ke dalam
tujuan-tujua khusus, dan umumnya masih abstrak.

 Tujuan khusus : tujuan-tujuan yng di jabarkan dari tujuan umum.

5. Mengkaji hambatan dan kelemahan program


Jenis hambatan atau kelemahan dapat di kategorikan ke dalam:
a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
 Motivasi kerja staf rendah.
 Pengetahuan dan keterampilan kurang.
 Arus informasi tentang pelaksaaan program lamban.
 Peralatan belum tersedia.
 Laporan kegiatan tidak di manfaatkan untuk menyusun rencana kegiatan.
 Jumlah dana operasional kurang.
 Waktu yang tersedia tidak digunakan untuk menyuun rencana kerja.
b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan
 Hambatan geografi (jalan rusak).
 Iklim atau musim hujan.
 Tingkat penddikan masyarakat rendah.
 Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif.
 Prilaku masyarakat yang kurang partisipatif.

6. Menyusun rencana kegiatan


Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 kegiatan pokok, yakni:
 Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang di lakukan sebelum
kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya: perizinan, rapat koordinasi.

 Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program yang bersangkutan.

 Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dalam
rangka pencapaian program tersebut.
Langkah-langkah sebelum menetapkan rencana kegiatan:
a. Alasan utama disusun rencana kegiatan.
b. Tujuan yang ingin dicapai.
c. Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya).
d. Pelaksana dan sasarannya (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatan).
e. Sumber daya pendukung.
f. Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan).
g. Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dikerjakan).

7. Menetapkan sasaran (target group).


Sasaran (target group) adalah kelopmpok mayarakat tertentu yang akan digarap oleh program
yang direncanakan tersebut. Sasaran progrm kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:
a.   Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh program.
b. Sasaran tidak langsung, yakni kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut,
namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung.

8. Menyusun jadwal pelaksanaan


Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan jenis perencanaan
yang dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan.

9. Organisasi dan staf (pelaksana kegiatan)


Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi dan sekaligus staf yang akan
melaksanakan kegiatan atau program tersebut. Dismping itu juga diuraikan tugas (job
description) masing-masing staf pelaksana tersebut.

10. Rencana anggaran


Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari
persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokan menjadi:
a. Biaya personalia
b. Biaya operasianal
c. Biaya sarana dan fasilitas
d. Biaya penilaian

11. Pelaksanaan
Melaksanakan semua kegiatan yang sudah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati.

12. Evaluasi
Rencana evalusi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh
mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah dicapai.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Teori perencanaan


1. Health Belief Model (HBM) adalah suatu teori yang menjelaskan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior). Health Belief Model merupakan
suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau
melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984). Health Belief Model juga dapat diartikan
sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat
(Conner, 2005).
2. Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tentang perilaku yang berubah berdasarkan
hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh norma sosial dan sikap individu
terhadap perilaku (Eagle, Dahl, Hill, Bird, Spotswood, & Tapp, 2013, hal. 123).
3. Health Field Concept, La Framboise, kemudian diadaptasi oleh Blum mengemukakan
sebuah teori yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan di dalam suatu masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor : Genetic, Perilaku kesehatan, Pelayanan kedokteran/kesehatan,
dan Lingkungan
4. Model Precede-Proceed adalah suatu konsep yang dibuat oleh Lawrence W. Green pada
tahun 1974, yang dapat membantu perencanaan suatu program kesehatan, pembuat
kebijakan dan evaluator untuk menganalisis situasi dan program kesehatan yang efektif dan
efesien.
5. Model Perencanaan Promosi Kesehatan, Perencanaan Promosi Kesehatan sebagai suatu
proses. Proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber
daya yang ada untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu dalam membuat perencanaan promosi
kesehatan harus terdiri dari masyarakat,
3.1.2 Langkah perencanaan

1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah
3. Menetapkan prioritas masalah
4. Menentukan tujuan
5. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
6. Menyusun rencana kegiatan
7. Menetapkan sasaran (target group).
8. Menyusun jadwal pelaksanaan
9. Organisasi dan staf (Pelaksana kegiatan)
10. Rencana anggaran
11. Pelaksanaan
12. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Desak Putu Yuli Kurniati, Bahan Ajar Perencanaan Dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan :
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2016

http://adhkediri.ac.id/media/file/1923230476PERENCANAAN_PROMOSI_KESEHATAN.pdf
http://adhkediri.ac.id/media/file/28974944213EVALUASI_PROMOSI_KESEHATAN.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/13200/5/Bab%202.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2194/3/BAB%20II.pdf
http://ilmukesehatanreproduksi.blogspot.com/2014/09/teori-precede-and-proceed.html
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/karyadosen/MODUL_MANAJEMEN_PROMKES.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/karyadosen/MODUL_MANAJEMEN_PROMKES.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13449/5/BAB%20II.pdf
http://www.repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/00000000000000087363/2017_T
A_MJ_022080231_Bab-2.pdf
https://bbs.binus.ac.id/gbm/2017/07/07/teori-yang-biasa-digunakan-untuk-mengukur-perilaku-
konsumen-theory-of-reasoned-action/
https://kuliahmarket.wordpress.com/2017/01/29/teori-tindakan-beralasan-theory-of-reasoned-
action/
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7a6d058259637c5aa6c706abbaca7d71.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7a6d058259637c5aa6c706abbaca7d71.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/9cf2088cde778cde6c0faf56641e067f.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/dabffac42c366039cd454bc9efd3fbba.pdf
https://slideplayer.com/slide/2781877/
https://smartsholehah93.wordpress.com/2012/12/25/mengembangkan-gaya-hidup-sehat-dengan-
pendekatan-health-belief-model/
https://www.academia.edu/5637029/6_Promosi_Kesehatan
https://www.neliti.com/publications/244719/theory-of-reasoned-action-dan-theory-of-planned-
behavior-sebuah-kajian-historis
https://www.slideshare.net/DraculaDeath/model-perencanaan-program-promosi-kesehatan

Muninjaya, Gde. 2004.Manajemen Kesehatan : Edisi 2.jakarta. EGC


Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni.Jakarta. PT Rineka Cipta.
Yunisusilo Rahmawat, Bahan ajar PPT : Model dalam promosi kesehatan

Anda mungkin juga menyukai