Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : 100

Nama Mata Pelatihan : Manajemen ASN

Nama Peserta : dr. Puspita Dewi Kusuma

Nomor Daftar Hadir : 30

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : LPMP Sumatera Utara

A. Pokok pikiran

Aparatur Sipil Negara atau yang biasa disingkat ASN merupakan keseluruhan pejabat
negara yang telah memenuhi syarat tertentu, diserahi tugas serta diberi gaji yang bekerja
untuk kepentingan negara. Pengaturan aparatur sipil negara ini dimuat dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (selanjutnya disebut
dengan UU ASN) yang telah beberapa kali dilakukan perubahan diantaranya Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Manajemen ASN merupakan dasar pengelolaan ASN dalam rangka menghasilkan ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari  intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan menekankan penataan profesi pegawai
sehingga diharapkan tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. ASN berfungsi sebagai Pelaksana kebijakan public, Pelayan public,
dan Perekat dan pemersatu bangsa. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Dalam UU ASN mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme ASN.


Jabatan dalam UU ASN terdiri dari jabatan fungsional, jabatan administratif serta jabatan
pimpinan tinggi, istilah PNS diganti menjadi ASN, dan ada perubahan batas usia pensiun
yang semula 56 tahun diperpanjang menjadi 58 tahun sementara pejabat pimpinan tinggi
(eselon I dan II) 60 tahun. Perubahan-perubahan tersebut didasarkan pada sistem merit, yang
lebih menekankan profesionalisme, kualitas, kompetensi, kinerja, obyektivitas, transparansi
serta bebas dari intervensi politik dan praktik KKN untuk pengisian jabatan.

Sistem merit diterapkan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga
keadilan. sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana
kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja. Bagi
organisasi sistem merit mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang saat ini menjadi
tuntutan dalam sektor publik. Sedangkan bagi pegawai, sistem ini menjamin keadilan yang
akan meningkatkan motivasi kinerja pegawai dan juga menyediakan ruang keterbukaan
dalam perjalanan karir seorang pegawai.

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Perbedaan antara
keduanya terdapat pada PPPK tidak meliputi pangkat dan jabatan, pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, dan jaminan pensisun dan hari tua. Pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan madya dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam
jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina
Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. Pegawai ASN dari
PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya
administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.

Contoh Best Practice

LIPI Masuk Kategori “Baik” untuk Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen ASN 

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan aktor utama penggerak birokrasi pemerintah
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Untuk
menciptakan ASN yang profesional, berintegritas, netral dan berkinerja tinggi, Pemerintah
telah menetapkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk
mentransformasi birokrasi Pemerintah Indonesia dari rule-based bureaucracy menuju ke
dynamic governance, dan manajemen ASN dari administrasi kepegawaian menuju ke
pembangunan Human Capital.

Sesuai dengan kewenangannya, pada tahun 2018 Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
melakukan pemetaan penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di Pemerintah Pusat
(Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK) dan Pemerintah Provinsi,
berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No. 40 Tahun 2018 dan Peraturan KASN No. 5 Tahun 2017. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tingkat penerapan sistem merit di masing-masing instansi pemerintah dan sejauh
mana kesiapan instansi tersebut untuk menerapkan sistem merit sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dalam hasil “Pemetaan Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen ASN” yang
dikeluarkan oleh KASN, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dinilai masuk ke
Kategori III – BAIK. “Instansi dalam kategori ini masih perlu menyempurnakan berbagai
persyaratan penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di instansinya, tetapi sudah
dapat menerapkan seleksi terbatas dari talent pool dengan pengawasan KASN serta
dievaluasi setiap tahun”, jelas Nuraida Mokhsen, Komisioner KASN Bidang Pengkajian dan
Pengembangan Sistem.
Penerapan sistem merit dalam manajemen ASN merupakan amanat utama dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014. Penerapan sistem merit bertujuan untuk memastikan
jabatan yang ada di birokrasi pemerintah diduduki pegawai yang memenuhi persyaratan
kualifikasi dan kompetensi. Artinya, pengangkatan pegawai, mutasi, promosi, penggajian,
penghargaan dan pengembangan karier pegawai didasarkan pada kualifikasi, kompetensi
dan kinerja pegawai. Tidak hanya menimbulkan rasa keadilan di kalangan pegawai, tujuan
untuk mewujudkan pegawai ASN yang profesional, berintegritas, netral dan berkinerja tinggi
dapat diwujudkan.

B. Penerapan
Penerapan manajemen ASN sebagai dokter harus mengacu pada UU ASN yang
mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme ASN. Untuk itu sebagai dokter,
harus selesai melaksanakan pendidikan s.ked dan profesi dokter, kompetensi, sertifikat
tenaga kesehatan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
indonesia sehat.
Dalu-dalu, 26 Oktober 2020

dr. Puspita Dewi Kusuma


NIP.198908252019032011

Anda mungkin juga menyukai