Anda di halaman 1dari 98

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI DAN PENGGUNAAN BUKU KIA
UNTUK MENDUKUNG PENCEGAHAN KEMATIAN 6
BAB III KONSEP DASAR MTBS 10
BAB IV ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN PNEUMONIA DAN TB 44
BAB V ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN DIARE 48
BAB VI ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN MASALAH GIZI 54
BAB VII PENGENALAN KEGAWATDARURATAN BAYI DAN ANAK 57
BAB VIII MENGENALI DAN MENANGANI KEGAWATDARUTAN BAYI DI FKTP:
PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE (PAT) 58
BAB IX MENGENALI DAN MENANGANI KEGAWATDARUTAN BAYI DI FKTP:
BANTUAN HIDUP DASAR 59
BAB X PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS 61

LOGBOOK OJT 76

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masalah kesehatan bayi masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional
bidang kesehatan. Hasil SDKI tahun 2017 menyatakan bahwa Angka Kematian Bayi
24/1.000 KH. Target RPJMN tahun 2024 adalah 16/1.000 KH dan target SDGs 12/1.000
KH untuk tahun 2030. Berdasarkan data hasil SKRT 2001, Studi Mortalitas 2005,
Riskesdas 2007, Laporan Studi COD Badan Litbangkes 2013, dan sumber SRS 2016
maupun 2018 diperoleh informasi bahwa penyebab kematian bayi akibat Pneumonia dan
Diare masih mendominasi. Kombinasi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan
kematian bayi seringkali dilatarbelakangi oleh masalah gizi.
Untuk mencegah penyebab utama kematian bayi dan balita, WHO dan UNICEF
mengembangkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pendekatan MTBS pada
tatalaksana balita sakit telah memberikan kontribusi yang bermakna pada penurunan
kematian balita global dari 15,6 juta tahun 1990 menjadi 6,6 juta tahun 2012. Di Indonesia,
pelayanan kesehatan bayi dan balita sakit harus dilakukan a.l melalui MTBS. Hal ini
sejalan dengan Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak dan
Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Dengan menerapkan MTBS
diharapkan terjadi peningkatan penemuan kasus sehingga makin banyak bayi yang dapat
dicegah dari kematian.
Kegiatan orientasi ini dilakukan dalam rangka percepatan penurunan angka kematian bayi
dengan fokus pada tatalaksana kasus penyebab kematian terbanyak bayi melalui
pendekatan MTBS.

2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan petugas pemberi pelayanan kesehatan anak dalam
melaksanakan pelayanan MTBS.

2.2 Tujuan Khusus


Setelah mengikuti kegiatan orientasi ini, peserta mampu :
a. Mengenali penyebab terbanyak kematian bayi
b. Mengupayakan pelaksanaan intervensi pencegahan kematian bayi
c. Memahami konsep dasar MTBS
d. Menerapkan algoritma MTBS dalam pelayanan bayi muda dan balita
e. Mengenali dan memberi penanganan awal kegawatdaruratan bayi.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 3
f. Melakukan kolaborasi lintas profesi dalam pelaksanaan MTBS
3. Sasaran
Peserta orientasi adalah Perawat, dan Bidan, Dokter yang bertugas memberikan
pelayanan kesehatan anak di Puskesmas.

4. Metode
Kegiatan orientasi ini dilaksanakan dengan menggunakan metode blended learning, yaitu
campuran antara :
a. Metode pembelajaran jarak jauh (distance learning full online) yang dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi aplikasi video conference/
b. Metode pembelajaran tatap muka atau klasikal melalui on the job training (OJT) untuk
mencapai kompetensi teknis (skill).

5. Langkah Pembelajaran
5.1 Pembelajaran jarak jauh (online)
Langkah-langkah penyampaian materi secara online adalah sebagai berikut :
a. Menggali pemahaman peserta terhadap materi yang akan dsampaikan.
b. Menyampaikan materi dengan menggunakan bahan tayang.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait materi yang
disampaikan, bisa secara langsung maupun melalui chatt box
d. Memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk menaggapi pertanyaan yang
diajukan.
e. Melakukan klarifikasi pembulatan terhadap semua tanggapan peserta.
f. Melakukan evaluasi terhadap peserta dengan memberikan pertanyaan kepada
beberapa peserta secara acak.
g. Merangkum materi yang disampaikan.

5.2 Pembelajaran tatap muka (on the job training)


Pembelajaran on the job training dilengkapi dengan log book yang harus diisi oleh
peserta dan fasilitator. Penting diperhatikan untuk patuh menerapkan protokol
pencegahan penularan Covid 19 yaitu memakai masker, menjaga jarak, sering
mencuci tangan, dan menjalankan etika batuk/bersin.
Langkah-langkah pembelajaran OJT adalah sebagai berikut :
a. Mengecek semua alat dan bahan untuk keperluan memeriksa bayi.
b. Mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan dan/atau memberikan
tindakan pra rujukan.
c. Memilih bayi yang akan diperiksa oleh peserta orientasi.
d. Mengamati selama peserta praktik dan memberi arahan jika diperlukan.
e. Mencatat hasil pengamatan dan memberikan umpan balik kepada peserta.
f. Memberi kesempatan peserta bertanya.dan/atau memandu diskusi terkait kasus
yang ada.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 4
g. Memberikan pujian kepada peserta untuk hal-hal yang telah dilakukan dengan
benar.
6. Media dan Alat Bantu
Untuk proses pembelajaran secara online dan klasikal diperlukan media dan alat bantu :
a. Bahan tayang materi / power point
b. Laptop
c. Buku bagan MTBS
d. Formulir pencatatan bayi muda < 2 bl dan balita sakit 2 bl – 5 th
e. Register rawat jalan bayi muda < 2 bl dan balita sakit 2 bl – 5 th
f. Formulir pengamatan langsung tatalaksana kasus bayi < 2 bl dan balita 2 bl-5 th
g. Buku KIA
h. Buku Pedoman Pelaksanaan Kalakarya MTBS di Puskesmas
i. Buku Modul Kalakarya MTBS di Puskesmas.
j. Log Book
k. Peralatan medis dan bahan habis pakai untuk OJT, antara lain:
1) Timbangan
2) alat ukur panjang badan dan tinggi badan
3) pita LiLA
4) thermometer
5) pulse oximeter
6) ARI timer
7) pen light
8) spatula lidah disposibel
9) tensimeter dengan manset anak
10) stetoscope.

7. Pokok Bahasan
Dalam panduan ini akan disajikan beberapa pokok bahasan, yaitu :
a. Penyebab Terbanyak Kematian Bayi Dan Penggunaan Buku KIA Untuk Mendukung
Pencegahan Kematian
b. Konsep Dasar MTBS
c. Algoritma MTBS, Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi Pra Rujukan
Pneumonia dan TB

d. Algoritma MTBS, Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi Pra Rujukan Diare
e. Algoritma MTBS, Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi Pra Rujukan Masalah
Gizi
f. Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Pediatric Assessment
Triangle (PAT)
g. Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Bantuan Hidup Dasar
h. Penerapan MTBS di Puskesmas
i. Monitoring dan Evaluasi MTBS

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 5
BAB II
Penyebab Terbanyak Kematian Bayi Dan Penggunaan Buku KIA Untuk
Mendukung Pencegahan Kematian

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 6
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 7
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 8
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 9
BAB III
KONSEP DASAR MTBS

Penyampaian materi diawali curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan


tentang MTBS, misalnya pengertian, latar belakang, tujuan atau sasaran MTBS, kemudian
merangkum semua jawaban dan menyimpulkan dengan memaparkan materi atau bahan
tayang “Konsep Dasar MTBS”.

A. PENJELASAN UMUM MTBS


1. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat dasar, seperti
puskesmas, puskesmas pembantu, atau polindes. Jadi MTBS bukanlah program vertikal.
Pada umumnya, seorang petugas kesehatan mengikuti banyak sekali pelatihan yang
diselenggarakan oleh program vertikal secara terpisah-pisah menurut jenis penyakit. Hal
ini seringkali menyulitkan petugas ketika menjumpai seorang anak yang memiliki
overlapping gejala. Tatalaksana MTBS dengan keterpaduan pedoman klinis memudahkan
penanganan balita sakit yang pada umumnya mempunyai lebih dari satu gejala.

Keterpaduan dalam penatalaksanaan balita sakit lebih memudahkan petugas kesehatan


dalam memberikan pelayanan sesuai standar dan dengan pengobatan rasional yang pada
akhirnya dapat berdampak pada penghematan biaya. Hal ini telah terbukti dari laporan
World Bank yang menyatakan bahwa MTBS termasuk kedalam 10 besar intervensi yang
cost-effective, baik di negara dengan penghasilan rendah maupun menengah.

2. Latar Belakang
Pada tahun 2003 WHO menyatakan bahwa MTBS merupakan pendekatan terbaik dalam
menurunkan angka kematian balita. Ini terbukti dari penurunan kematian balita yang
sangat bermakna di negara-negara yang menerapkan MTBS. Demikian juga di Indonesia
terjadi penurunan angka kematian neonatus, bayi maupun balita, namun kita masih harus
terus mengupayakan penurunan angka kematian ini untuk mencapai target RPJMN tahun
2024 dan SDGs tahun 2030. Kita harus dapat memastikan bahwa MTBS tetap
dilaksanakan secara benar di setiap FKTP.

Data SDKI 2017 menyatakan bahwa 75% kematian balita terjadi sebelum ulang tahunnya
yang pertama dan 63% kematian bayi terjadi pada bulan pertama setelah lahir. Penyebab
kematian balita terbanyak adalah karena Diare, Pneumonia, DBD, Campak, Malaria
(Riskesdas 2007), dan dari hasil survei lainya tercatat kematian bayi maupun balita
didominasi akibat Pneumonia dan Diare yang sering disertai dengan Masalah Gizi.
Mayoritas ibu membawa balitanya ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan karena
ISPA (92%), demam (90%), diare (80%), dan sering ditemukan overlapping gejala
sehingga diagnosis tunggal tidak tepat.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 10
MTBS memberikan solusi penanganan penyakit pada balita yang dilaksanakan secara
terpadu dan fokus pada kasus penyakit yang menjadi penyebab utama kematian bayi dan
balita.

3. Tujuan
MTBS bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan fasilitas kesehatan tingkat pertama, serta memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak

4. Sasaran
Tatalaksana balita sakit dengan pendekatan MTBS ditujukan untuk 2 golongan umur, yaitu
a) Bayi umur kurang dari 2 bulan (disebut Bayi Muda), baik yang sakit maupun sehat.
b) Balita umur 2 bulan sampai 5 tahun, hanya yang sakit. (disebut Balita Sakit)

5. Strategi
a) Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus.
b) Memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif.
c) Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan pola
pencarian pertolongan.

6. Manfaat
MTBS bermanfaat bagi program dalam hal :
a) Keterpaduan tatalaksana kasus (program ISPA, Diare, Malaria, dll.)
b) Mengurangi missed opportunities (program Imunisasi).
c) Memperbaiki penanganan malaria pada balita (program Malaria)
d) Deteksi dini berbagai penyakit (program TB, HIV, dll.)
e) Memberi konseling pemberian makan dan ASI (program Gizi)
f) Pedoman tatalaksana kasus dan pengobatan yang baku (program Pengobatan
dan Peningkatan Mutu)
g) Mencari pertolongan kesehatan secara tepat (program Promkes)

7. Keuntungan
Penerapan MTBS sesuai standar dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a) Menghemat biaya
b) Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan
c) Rasionalisasi penggunaan obat
d) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam perawatan anak di rumah.
e) Mengoptimalkan pendayagunaan tenaga Kesehatan
f) Meningkatkan rujukan kasus tepat waktu
g) Memperbaiki perencanaan dan manajemen kesehatan.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 11
B. PENGGUNAAN BAGAN DAN FORMULIR PENCATATAN
Buku Bagan MTBS adalah acuan bagi petugas pemberi layanan MTBS, dan Formulir
Pencatatan adalah lembar catatan kondisi anak yang ditulis berdasarkan hasil
pemeriksaan dan harus diisi lengkap oleh petugas sesuai ketentuan. Terdapat 2 jenis
bagan MTBS dan 2 jenis Formulir Pencatatan, masing-masing untuk anak umur 2 bulan
sampai 5 tahun (balita sakit) dan untuk umur kurang dari 2 bulan (bayi muda, sakit maupun
sehat).

Bayi yang berumur tepat 2 bulan termasuk dalam kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Pengertian “sampai” umur 5 tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang
kelima. Bagan MTBS memiliki 3 kolom, yaitu Penilaian (pemeriksaan dengan cara
bertanya, melihat, mendengar, meraba), Klasifikasi (bukan diagnosa) dan Tindakan /
Pengobatan.

PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN

Warna warni pada bagan MTBS mempunyai arti sebagai berikut :


a) Merah muda, berarti anak mempunyai penyakit berat dan butuh penanganan
segera atau rujukan.
b) Kuning, berarti anak membutuhkan pengobatan spesifik seperti antibiotik yang
sesuai, obat oral anti malaria atau pengobatan lainnya.
c) Hijau, berarti anak tidak perlu pengobatan spesifik, petugas kesehatan mengajari
ibu cara merawat anak di rumah.

Seperti halnya dengan bagan MTBS, formulir pencatatan bayi muda maupun formulir
pencatatan balita sakit juga memiliki 3 kolom, yaitu PENILAIAN, KLASIFIKASI, dan
TINDAKAN / PENGOBATAN.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 12
Cara pengisiannya mudah, hanya dengan :
a) menulis informasi singkat
b) memberi tanda ceklis (√)
c) melingkari kata atau kalimat dari setiap tanda/gejala yang ditemukan.

Formulir pencatatan harus diisi lengkap sesuai ketentuan. Gunakan pola pengisian “kiri
kanan atas bawah” agar tidak ada bagian yang terlewatkan. Apabila penilaian tidak
dilakukan, kosongkan kolom klasifikasi maupun kolom tindakan, jangan memberi tanda
apapun. Jika penilaian dilakukan tetapi tidak ada klasifikasi yang tertera pada bagan
MTBS, berilah tanda strip (-) dalam kolom klasifikasi formulir pencatatan.

C. PENATALAKSANAAN BALITA
Langkah awal penatalaksanaan balita sakit maupun bayi muda adalah dengan melakukan
pengukuran berat badan, tinggi atau panjang badan dan suhu, serta mencatat secara
lengkap identitas anak. Kemudian tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya dan
tentukan apakah kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
Kunjungan pertama adalah jika anak datang pertama kali untuk penyakitnya, sedangkan
kunjungan ulang jika anak sudah diperiksa beberapa hari yang lalu untuk penyakit atau
masalah yang sama.

Langkah selanjutnya melakukan penilaian dan klasifikasi hingga selesai seluruhnya,


barulah kemudian menentukan tindakan atau pengobatan.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 13
PENILAIAN dilakukan dengan menggunakan formulir pencatatan. Petugas kesehatan
bertanya dan memeriksa anak sesuai dengan apa yang tertulis dalam kolom penilaian
pada formulir pencatatan. Dari hasil penilaian akan diperoleh kumpulan gejala-gejala yang
dimiliki anak sebagai dasar penetapan klasifikasi.
Menentukan KLASIFIKASI dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Buka buku bagan MTBS pada halaman yang sesuai.
2) Baca tanda-tanda yang tertulis dalam kolom gejala dari atas ke bawah.
3) Tentukan klasifikasi berdasarkan gejala yang ditemukan dari hasil penilaian dan
berada pada lajur warna yang sama.
4) Tuliskan klasifikasi tersebut pada formulir pencatatan di kolom klasifikasi.
TINDAKAN atau PENGOBATAN diberikan berdasarkan klasifikasi yang sudah ditentukan
atau sesuai dengan tindakan/pengobatan yang berada pada lajur warna yang sama. Tulis
pada formulir pencatatan hanya tindakan yang relevan dengan kondisi anak.

1. PENILAIAN DAN KLASIFIKASI PADA BALITA SAKIT


a. Penilaian dan Klasifikasi Tanda Bahaya Umum
Semua balita sakit harus diperiksa untuk tanda bahaya umum, meliputi :
Tidak bisa minum atau menyusu
Anak terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap/menelan bila diberi
minum atau disusui. Jika petugas ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu
memberi minum air matang kepada anak atau menyusuinya.

Memuntahkan semuanya
Anak tidak dapat menelan apapun. Semua makanan atau minuman yang tertelan
akan dimuntahkan kembali. Anak yang muntah beberapa kali namun masih dapat
menelan sedikit cairan, tidak menunjukkan tanda bahaya umum.

Kejang
Kejang adalah suatu kondisi dimana otot-otot berkontraksi, sehingga lengan, kaki
atau tubuh anak menjadi kaku. Kejang tidak harus berupa gerakan berulang, tapi
dapat berupa kekakuan otot menyeluruh.

Gelisah, letargis atau tidak sadar


Perhatikan dan tanyakan pendapat ibu apakah anak gelisah saat ini. Anak yang
letargis sulit dibangunkan, tampak mengantuk dan tidak punya perhatian terhadap
hal yang terjadi di sekelilingnya. Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan
dan tidak bereaksi ketika disentuh, digoyang atau diajak bicara.

Stridor
Stridor adalah bunyi kasar yang terdengar pada saat anak menarik napas. Anak
yang menderita stridor pada saat tenang, menunjukkan suatu keadaan yang
berbahaya.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 14
Biru atau Sianosis
Sianosis adalah perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir.
Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak dapat mengikat oksigen
lebih dari 5g/dl. Hemoglobin bertugas mengangkut oksigen dalam darah.
Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen atau kadar oksigen dalam darah
disebut ‘saturasi oksigen’.

Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin


Salah satu tanda syok adalah ujung tangan dan kaki pucat dan dingin. Hal ini
terjadi akibat tidak adekuatnya sirkulasi darah dan atau konsentrasi oksigen untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Tanda adanya hipoperfusi
(kurangnya asupan nutrisi) dalam jaringan antara lain: ekstremitas dingin, napas
cepat, nadi cepat dan tekanan nadi kecil sampai tidak teraba.

Klasifikasi ditentukan dengan melihat Buku Bagan MTBS pada


halaman ”Memeriksa Tanda Bahaya Umum” Jika ditemukan salah 1 tanda saja
yang terdapat dalam kolom gejala, anak diklasifikasikan sebagai PENYAKIT
SANGAT BERAT dan harus dirujuk segera. Selesaikan dulu penilaian dan
klasifikasi lainnya secara cepat, lakukan penanganan pra rujukan segera sehingga
rujukan tidak tertunda.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 15
Jika tidak ditemukan gejala apapun, tuliskanlah tanda strip (-) pada kolom
klasifikasi di formulir pencatatan. Hal ini penting untuk membuktikan bahwa
penilaian sudah dilakukan.
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, setiap balita sakit harus ditanya 4
keluhan utama, yaitu: batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah
telinga. Jika ada keluhan, maka balita tersebut harus diperiksa, diklasifikasikan dan
diberi tindakan/pengobatan terkait dengan keluhannya.

b. Penilaian dan Klasifikasi Batuk atau Sukar Bernapas


Anak dengan batuk dan atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau
infeksi saluran pernapasan berat lainnya, tetapi sebagian besar anak datang ke
puskesmas dengan batuk atau infeksi saluran pernapasan yang ringan. Anak yang
menderita Pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh bereaksi
dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia. Apabila Pneumonia bertambah
parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada ke dalam. Anak
dengan Pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis.

Anak yang batuk dan atau sukar bernapas dinilai dalam hal :

Berapa lama menderita batuk atau sukar bernapas


Jika lebih dari 14 hari, rujuk untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain seperti:
TB, asma, batuk rejan atau penyakit lain. Jika anak dicurigai menderita
tuberkulosis, rujuk anak ke poli DOTS. Dokter akan melakukan diagnosis dengan
sistem skoring. Apabila di fasilitas pelayanan kesehatan tidak tersedia dokter,
pelimpahan kewenangan terbatas dapat diberikan pada petugas kesehatan terlatih
strategi DOTS. Penegakan diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis mengacu pada
pedoman nasional.

Napas cepat
Anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan bernapas cepat jika frekuensi
napasnya 50 kali per menit atau lebih. Sedangkan anak umur 1 sampai 5 tahun
dikatakan bernapas cepat jika frekuensi napasnya 40 kali per menit atau lebih.
Menghitung frekuensi napas harus dalam waktu 1 menit penuh dengan
mengamati gerakan napas pada dada atau perut anak. Gunakan ARI timer atau
jam tangan dengan jarum detik atau jam digital. Jika tidak yakin akan hitungan
napas dalam 1 menit (misalnya jika anak terus bergerak dan sulit untuk
memperhatikan dadanya atau jika anak menangis), ulangi penghitungan.

Tarikan dinding dada ke dalam


Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut
bergerak keluar ketika anak menarik napas. Anak dikatakan mempunyai tarikan

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 16
dinding dada ke dalam jika dinding dada bagian bawah masuk ke dalam ketika
anak menarik napas. Perhatikan dada bagian bawah (rusuk terbawah).

Jika tidak yakin ada tarikan dinding dada ke dalam, periksa lagi, posisikan anak
agar berbaring lurus dan tidak tertekuk di bagian pinggangnya. Apabila masih tetap
tidak terlihat dinding dada bagian bawah masuk ke dalam pada saat anak menarik
napas, dapat disimpulkan tidak ada tarikan dinding dada ke dalam pada anak.

Tarikan dinding dada ke dalam dikatakan ada jika benar-benar terlihat dengan
jelas dan berlangsung setiap waktu atau terus menerus. Jika dinding dada anak
tertarik ke dalam hanya pada saat anak menangis atau menyusu, berarti tidak
terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda
pneumonia berat. Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko
kematian akibat pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat
dan tidak mempunyai tarikan dinding dada ke dalam.

Wheezing
Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak mengeluarkan
napas. Ketika menghitung napas, memeriksa tarikan dinding dada ke dalam, dan
mendengar wheezing, anak harus dalam keadaan tenang, tidak sedang menangis
atau menyusu.

Saturasi Oksigen
Periksa nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada).
Apabila anak tidak mengalami batuk atau sukar bernapas, penilaian ini dapat
dilewatkan. Saturasi oksigen normal jika > 90%
Setelah melakukan penilaian untuk batuk dan atau sukar bernapas, klasifikasikan
penyakit anak dengan membuka Buku Bagan MTBS.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 17
Jika ditemukan salah satu tanda yang termasuk dalam lajur merah muda, tentukan
klasifikasi PNEUMONIA BERAT. Jika anak tidak termasuk klasifikasi berat pada
lajur merah muda, tetapi bernapas cepat, klasifikasikan sebagai PNEUMONIA.

Jika anak tidak termasuk klasifikasi pada lajur merah muda maupun kuning, pilih
klasifikasi hijau yaitu BATUK BUKAN PNEUMONIA

Jika ditemukan tanda-tanda yang ada pada lebih dari satu lajur warna, pilih selalu
klasifikasi yang lebih berat. Contohnya ditemukan tarikan dinding dada kedalam
disertai napas cepat, tentukan klasifikasi PNEUMONIA BERAT.

c. Penilaian dan Klasifikasi Diare


Diare terjadi apabila tinja mengandung air yang lebih banyak dari normal. Diare
juga disebut berak encer atau cair. Sering berak tapi tinjanya normal bukanlah
diare. Frekuensi berak yang normal dalam satu hari beragam tergantung pada diet
dan umur anak. Bayi yang mendapat ASI eksklusif seringkali beraknya lembek; ini
bukan diare. Ibu yang menyusui bayinya dapat mengenal diare karena konsistensi
dan frekuensi berak anaknya tidak normal.

Jika diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN.
Sekitar 20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali
menyebabkan kurang gizi dan kematian.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 18
Diare disertai darah dalam tinja, dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTRI.
Pada umumnya disentri disebabkan oleh Shigela. Disentri amuba biasanya tidak
terjadi pada anak kecil. Seorang anak bisa saja sekaligus menderita diare cair dan
disentri.

Anak yang menderita diare dinilai dalam hal :

Lama diare dan darah dalam tinja


Catat lamanya diare pada formulir pencatatan kolom penilaian dan tanyakan
apakah ibu pernah melihat darah dalam tinja anaknya selama episode diare ini.
Jika pernah, lingkari “darah dalam tinja” pada formulir pencatatan kolom penilaian.

Letargis atau tidak sadar


Anak yang letargis sulit dibangunkan, kelihatan mengantuk, atau tatapannya
hampa dan tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya. Anak yang tidak sadar
tidak bereaksi ketika disentuh, digoyang atau dibangunkan.

Rewel atau mudah marah.


Anak dengan dehidrasi, pada mulanya tampak gelisah atau rewel, jika berlanjut,
menjadi letargis atau tidak sadar. Anak menunjukkan tanda gelisah atau rewel jika
selalu gelisah atau rewel setiap kali disentuh.

Mata cekung
Mata cekung dapat menjadi pertanda bahwa tubuh kehilangan cairan. Apabila ragu,
tanyakan kepada ibu apakah menurut ibu mata anak kelihatan lain dari biasanya.
Pendapat ibu dapat membantu memastikan bahwa mata anak cekung.

Haus, malas minum atau tidak bisa minum


Anak harus diberi minum (jangan hanya bertanya kepada ibu). Perhatikan anak
ketika minum, apakah tidak bisa minum (tidak dapat mengisap atau memasukkan
cairan ke dalam mulut dan menelannya), malas minum (lemah dan tidak bisa
minum tanpa dibantu), atau haus, minum dengan lahap (anak berusaha meraih
cangkir atau sendok dan minum dengan rakus).

Cubitan kulit perut kembali lambat atau sangat lambat.


Untuk menilai derajat dehidrasi, cubit kulit perut dengan cara memposisikan anak
telentang dengan lengan tidak di atas kepalanya dan kaki lurus. Cari daerah pada
perut anak di tengah antara pusar dan sisi perut. Cubit kulit perut dengan ibu jari
dan jari telunjuk. Lipatan kulit yang dicubit harus sejajar dengan tubuh (garis bekas
cubitan vertikal). Angkat semua lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dengan
mantap, kemudian lepaskan. Dalam kondisi tidak ada dehidrasi, kulit akan kembali
dengan segera. Jika kulit yang terangkat baru kembali dalam waktu lebih dari 2

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 19
detik setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit perut kembali sangat lambat, jika
kembalinya kurang dari 2 detik atau masih sempat terlihat lipatan kulit setelah
dilepaskan, berarti cubitan kulit perut kembali dengan lambat.

Setelah selesai melakukan penilaian, tentukan klasifikasi dengan membuka Buku


Bagan MTBS.

Semua anak dengan diare diklasifikasikan menurut derajat dehidrasinya Untuk


mengklasifikasikan derajat dehidrasi anak, mulailah dengan lajur merah muda.
Jika ada dua atau lebih tanda pada lajur merah muda, klasifikasikan anak sebagai
DIARE DEHIDRASI BERAT. Jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur merah
muda, lihat lajur kuning. Jika ada dua atau lebih tanda pada lajur kuning ini,
klasifikasikan anak sebagai DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG. Jika tidak
ada dua atau lebih tanda pada lajur kuning, klasifikasikan anak sebagai DIARE
TANPA DEHIDRASI.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 20
Untuk klasifikasi diare persisten, jika anak menderita diare selama 14 hari atau
lebih dan juga menderita dehidrasi berat atau ringan/sedang, klasifikasikan
sebagai DIARE PERSISTEN BERAT. Jika menderita diare selama 14 hari atau
lebih dan tidak menunjukkan tanda dehidrasi, klasifikasikan sebagai DIARE
PERSISTEN. Seorang anak dengan diare dan ada darah dalam tinjanya,
diklasifikasikan DISENTRI.

Dengan demikian anak yang menderita diare dimungkinkan memiliki 1 klasifikasi


(terkait dengan derajat dehidrasinya), 2 klasifikasi, atau 3 klasifikasi.

d. Penilaian dan Klasifikasi Demam


Anak dengan demam mungkin menderita Malaria, Campak, DBD atau penyakit
berat lainnya. Demam juga bisa timbul hanya karena menderita batuk pilek saja
atau infeksi virus lain.
Seorang anak mempunyai gejala utama demam jika memiliki riwayat demam,
ATAU teraba panas, ATAU suhu ≥ 37.5 0C. Jika ibu mengatakan anak demam,
meskipun suhu badannya tidak mencapai 37.5 0C atau tidak teraba panas, lakukan
penilaian demam. Riwayat demam sudah cukup untuk menilai anak dan
menentukan klasifikasinya.

1) Malaria
Semua anak demam harus dinilai dan di klasifikasikan untuk kemungkinan
malaria. Tentukan daerah risiko malaria, apakah anak tinggal di daerah
endemis atau non endemis. Jika non endemis, tanyakan riwayat bepergian
dalam 2 minggu terakhir dan tentukan bepergian ke daerah endemis atau non
endemis. Daftar daerah endemis malaria ada pada buku bagan.

Pemeriksaan darah untuk tes malaria secara mikroskopik dilakukan pada


semua kasus demam di daerah endemis malaria tinggi atau jika tidak
ditemukan penyebab pasti demam di daerah endemis malaria rendah, kecuali
apabila di daerah tersebut tidak ada fasilitas pemeriksaan mikroskopik, dapat
dilakukan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test).

2) Campak
Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh disertai salah satu tanda:
batuk, pilek atau mata merah merupakan tanda anak menderita campak. Jika
seorang anak menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, periksa
kemungkinan adanya gejala komplikasi campak, yaitu luka di mulut, nanah
pada mata dan kekeruhan pada kornea.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 21
3) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam tinggi dan perdarahan merupakan gejala utama DBD. Ciri-cirinya
adalah demam akut 2 sampai dengan 7 hari, lemah, gelisah, sering muntah,
nyeri ulu hati, diikuti dengan gejala perdarahan dan kecenderungan syok yang
fatal (Dengue Shock Syndrome). Perdarahan biasanya dapat berupa bintik
perdarahan di kulit (petekie) dan atau perdarahan gusi, hidung dan saluran
pencernaan.

Setelah melakukan penilaian untuk anak dengan keluhan demam,


klasifikasikan sesuai langkah-langkah menentukan klasifikasi. Penting diingat
bahwa :

 Semua anak demam harus dinilai dan diklasifikasikan untuk malaria.


 Penilaian dan klasifikasi untuk kemungkinan adanya komplikasi campak
dilakukan hanya jika anak menderita campak saat ini ATAU dalam 3 bulan
terakhir.
 Penilaian dan klasifikasi untuk kemungkinan adanya DBD dilakukan hanya
jika anak demam selama 2 hari sampai dengan 7 hari.

e. Penilaian dan Klasifikasi Masalah Telinga


Salah satu masalah telinga pada anak adalah infeksi telinga. Jika seorang anak
menderita infeksi telinga, nanah terkumpul di belakang gendang telinga yang
menyebabkan nyeri dan seringkali demam. Jika infeksi tidak diobati, gendang
telinga mungkin pecah, nanah keluar dan nyeri berkurang tetapi pendengaran
berkurang karena gendang telinga berlubang. Terkadang nanah terus keluar,
gendang telinga tidak sembuh dan anak menjadi tuli, atau infeksi menyebar ke
tulang mastoid menyebabkan mastoiditis, menyebar ke otak menyebabkan
meningitis.

Seperti halnya batuk atau sukar bernapas, diare dan demam, masalah telinga
adalah keluhan utama yang harus ditanyakan. Jika ada masalah pada telinga anak,
lakukan penilaian dan tentukan klasifikasi sesuai bagan MTBS, tetapi jika tidak ada
masalah pada telinga, petugas kesehatan tidak perlu melakukan penilaian maupun
menentukan klasifikasi.

f. Penilaian dan Klasifikasi Gizi


Semua balita sakit harus diperiksa status gizinya. Mengenali dan menangani anak
kurang gizi akan membantu mencegah berbagai penyakit berat dan kematian.
Anak yang menderita kurang gizi cenderung menderita kekurangan vitamin A
akibat asupan makanannya. Jika kekurangan Vit A ini berlanjut, akan timbul
xerophthalmia. dan mempunyai risiko untuk menjadi buta. Gejala tersebut akan

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 22
lebih cepat timbul jika anak menderita penyakit campak, diare, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut dan penyakit infeksi lainnya.

Untuk menentukan status gizi anak, lakukan beberapa penilaian di bawah ini :

Apakah anak tampak sangat kurus.


Sangat kurus dapat ditentukan dengan melihat tubuh anak dari depan, samping
dan belakang. Dari depan tampak pinggul dan kaki jauh lebih kecil dibanding
dengan perutnya, dari samping terlihat hilangnya lemak bokong/pantat, dari
belakang tampak lipatan kulit yang menyerupai celana begi (baggy pant).

Edema
Anak dengan pembengkakan pada kedua punggung kaki (edema) mungkin
menderita Kwashiorkor, salah satu tipe dari gizi buruk. Tekan kedua punggung kaki
beberapa detik, dikatakan ada edema jika terdapat lekukan ketika ibu jari diangkat.

Jika edema pada kedua punggung kaki tidak disertai masalah gizi, maka gejala ini
dimasukan kedalam Masalah Lain.
Tanda-tanda lain yang biasa dijumpai pada kwashiorkor adalah kurus, rambut
jarang dan tipis serta mudah rontok; kulit kering dan bersisik terutama pada lengan
dan tungkai; wajah bengkak seperti bulan purnama (moon face).

Berat badan berdasarkan tinggi/panjang badan


Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi / panjang badan secara benar sesuai
dengan pedoman pemantauan pertumbuhan, mengacu pada PMK nomor 2 tahun
2020 tentang Standar Antropometri Anak.Pengukuran tinggi atau panjang badan
tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Untuk anak yang
berumur < 2 tahun, dilakukan pengukuran panjang badan (telentang), sedangkan
untuk anak usia 2 tahun atau lebih dan sudah mampu berdiri, dilakukan
pengukuran tinggi badan (berdiri tegak). Untuk melakukan plotting, gunakan buku
bagan MTBS pada halaman grafik pertumbuhan yang sesuai umur dan jenis
kelamin anak.

Lingkar Lengan Atas ( LiLA)


Pengukuran dilakukan pada lengan yang tidak dominan. Lengan harus bebas
(tanpa lengan baju), tidak tegang atau kencang, dan pita LiLA tidak kusut.

Cara mengukur LiLA :


 Lengan ditekuk 90.
 Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon),

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 23
 Tentukan titik tengah lengan antara bahu - siku, dan lingkarkan pita LiLA
tepat pada titik tengah lengan. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu
longgar
 Baca skala yang tertera pada pita dalam cm.
Penentuan klasifikasi dengan menggunakan buku bagan MTBS pada halaman
yang sesuai menggunakan langkah baku cara menentukan klasifikasi.
Perhatikan perbedaan gejala pada klasifikasi Gizi Buruk Dengan Komplikasi dan
Gizi buruk Tanpa Komplikasi.

Anak diklasifikasikan GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI jika tampak sangat kurus
atau BB/PB (TB) dibawah garis -3SD atau bengkak pada kedua punggung kaki
atau LiLA kurang dari 11,5 cm, sedangkan klasifikasi GIZI BURUK DENGAN
KOMPLIKASI ditentukan jika terdapat tanda-tanda tersebut, disertai dengan salah
satu dari: tanda bahaya umum atau klasifikasi berat atau masalah pemberian ASI
pada umur < 6 bl.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 24
Klasifikasi GIZI KURANG ditentukan jika hasil pengukuran BB berdasarkan PB/TB
anak tepat pada garis -3SD atau ada di área garis -3SD sampai -2SD atau LiLA
11,5 sampai 12,5 cm.
Klasifikasi GIZI BAIK ditentukan jika hasil pengukuran BB berdasarkan PB/TB
anak tepat atau diatas garis -2SD atau LiLA 12.5 cm atau lebih.

g. Penilaian dan Klasifikasi Anemia


Penilaian dan klasifikasi untuk anemia harus dilakukan pada semua balita sakit
yang datang ke Puskesmas. Anemia dapat disebabkan karena kekurangan zat
besi pada makanan, sebagai akibat dari malaria yang menghancurkan sel darah
merah dengan cepat, atau akibat dari parasit seperti cacing tambang atau cacing
cambuk yang dapat mengakibatkan kehilangan darah dari usus.

Kemungkinan adanya anemia ditentukan dengan memeriksa telapak tangan.


Deteksi kepucatan pada telapak tangan anak merupakan indikator yang lebih baik
dan lebih mudah dilakukan dibanding dengan deteksi melalui konjungtiva. Buka
telapak tangan anak perlahan dan jangan menarik jari-jarinya ke belakang karena
tangan akan terlihat lebih pucat akibat terhalangnya aliran darah. Bandingkan
warna telapak tangan anak dengan telapak tangan pemeriksa, ibu balita atau anak
yang lain. Jika kulit telapak tangan anak tampak pucat, berarti agak pucat,
klasifikasikan sebagai ANEMIA. Jika kulit telapak tangan anak pucat sekali
sehingga kelihatan putih, berarti sangat pucat, klasifikasikan sebagai ANEMIA
BERAT. Dan jika telapak tangan tidak pucat, klasifikasikan sebagai TIDAK
ANEMIA.

h. Penilaian dan Klasifikasi HIV


Memeriksa HIV dilakukan pada balita sakit umur 2 bl - 5 th hanya jika anak
menderita pneumonia berulang, atau diare persisten, atau diare berulang, atau gizi
buruk, atau anemia berat. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka penilaian tidak
dilakukan dan kolom klasifikasi maupun tindakan dibiarkan kosong.
Dikatakan ’berulang’ jika anak diklasifikasikan sebagai pneumonia atau diare
sebanyak 2 kali atau lebih diselingi periode sembuh, dalam rentang waktu 1 tahun
untuk pneumonia dan 48 jam untuk diare.

Gunakan formulir pencatatan untuk melakukan penilaian dan kemudian tentukan


klasifikasi menggunakan buku bagan MTBS dengan mengikuti langkah-langkah
cara menentukan klasifikasi. Apabila ibu belum tes HIV, maka klasifikasi belum
dapat ditentukan, berilah tanda strip (-) pada kolom klasifikasi dan anjurkan ibu
untuk tes. Jika ibu bersedia dites HIV, catat dalam formulir pencatatan di kolom
tindakan “tes HIV dalam proses”. Jika ibu menolak dites, catat dalam kolom
tindakan “ibu menolak tes HIV”.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 25
i. Penilaian Status Imunisasi, Vitamin A, dan Masalah atau Keluhan Lain
Nilai status pemberian imunisasi pada semua balita sakit. Jadwal imunisasi
disesuaikan dengan kebijakan program imunisasi terkini. Sebelum memberikan
imunisasi, pastikan tidak ada kontra indikasi dan anak tidak akan dirujuk segera.
Lakukan penilaian pemberian vitamin A suplementasi. Usahakan setiap balita
memperoleh suplemen vitamin A mulai umur 6 bulan, dua kali dalam setahun pada
bulan Februari dan Agustus.

Sangat penting menanyakan kepada ibu tentang masalah atau keluhan lain yang
mungkin ada pada anak tetapi tidak dapat diklasifikasikan dengan menggunakan
bagan dari 4 keluhan utama, misalnya: kencing berdarah, hernia, gatal-gatal, sukar
berak, infeksi kulit, dan lain-lain. Jika sudah ditanyakan, tetapi tidak ada masalah
atau keluhan lain, beri tanda strip (-) pada kolom klasifikasi di Formulir Pencatatan
untuk membuktikan bahwa penilaian sudah dilakukan. Periksa dan tangani
masalah lain sesuai pengetahuan dan pengalaman serta kebijaksanaan setempat,
atau rujuk anak ke dokter jika perlu.

2. PENILAIAN DAN KLASIFIKASI PADA BAYI MUDA


Penatalaksanaan bayi muda dengan pendekatan MTBS ditujukan untuk bayi muda
yang sakit maupun sehat. Pemeriksaan dilakukan untuk semua tanda atau gejala,
kecuali diare dilakukan penilaian dan klasifikasi hanya jika bayi diare.

a. Penilaian dan Klasifikasi Kemungkinan Penyakit Sangat Berat dan Infeksi


Bakteri.
Semua bayi muda harus diperiksa untuk kemungkinan adanya penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri, meliputi :

Tidak bisa minum atau memuntahkan semua.


Bayi menunjukkan tanda ”tidak bisa minum atau menyusu” jika bayi terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila diberi minum atau
disusui. Bayi mempunyai tanda ”memuntahkan semuanya” jika bayi sama sekali tidak
dapat menelan apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk akan keluar lagi.

Kejang
Tanyakan kepada ibu apakah ada riwayat kejang pada episode sakit ini. Pikirkan
kemungkinan kejang jika bayi melakukan gerakan-gerakan yang tidak biasa secara
berulang-ulang dan periodik, misalnya pada mulut, mata atau anggota gerak.
Tremor atau gemetar yang disertai kesadaran menurun menunjukkan kemungkinan
bayi kejang. Tremor tanpa kesadaran menurun biasanya disebabkan oleh turunnya
kadar gula darah.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 26
Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda khas pada tetanus neonatorum.
Kejang pada bayi dengan tetanus adalah kejang tonik dimana seluruh tubuh kaku jika
ada rangsangan sentuhan, cahaya atau suara, disertai fase lemas yang bergantian.

Gejala gangguan napas


Bayi menunjukkan ada gangguan napas jika frekuensi napas cepat (≥ 60x /menit)
atau lambat (< 40x/menit) dan menetap. Biasanya disertai tanda/gejala sianosis, ada
tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat, pernapasan cuping hidung dan
terdengar suara merintih. Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus
yang terdengar saat bayi menghembuskan napas.
Menghitung napas bayi harus 1 menit penuh. Ulangi menghitung jika cepat karena
pernapasan bayi muda seringkali tidak teratur, kadang-kadang berhenti bernapas
beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat. Hasil hitungan
yang kedua merupakan frekuensi napas bayi untuk menentukan cepat atau lambat.
Adanya sedikit tarikan dinding dada kedalam pada bayi muda adalah normal karena
dinding dada bayi masih lunak. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat, mudah terlihat dan menetap, berarti ada gangguan napas.

Hipotermia
Bayi demam jika suhu badannya 37,5°C atau lebih, dan hipotermia jika suhu kurang
dari 36,5°C. Suhu bayi pada hari-hari pertama kehidupan mudah turun terutama
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), lahir kurang bulan dan bayi yang
mengalami asfiksia

Infeksi bakteri lokal


Periksa seluruh badan bayi apakah ada tanda/gejala bercak merah atau benjolan
berisi nanah di kulit (pustul).
Mata bayi baru lahir yang bernanah merupakan tanda infeksi mata. Jika mata bayi
bengkak dan bernanah banyak, berarti bayi menderita infeksi bakteri berat.
Lihat apakah pusar kemerahan atau bernanah. Pusar yang infeksi, di daerah pangkal
tali pusat bayi biasanya kemerahan, mengeluarkan nanah atau berbau. Jika pusar
bernanah atau warna kemerahan meluas ke kulit dinding perut, berarti bayi
mengalami infeksi bakteri berat.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 27
Cara pengisian formulir pencatatan maupun penetapan klasifikasi pada bayi muda
menggunakan prinsip yang sama dengan balita sakit.

Bayi diklasifikasikan sebagai PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI


BERAT jika ditemukan 1 gejala atau lebih pada lajur merah, diklasifikasikan sebagai
INFEKSI BAKTERI LOKAL jika ditemukan 1 gejala atau lebih pada lajur kuning, dan
diklasifikasikan sebagai. MUNGKIN BUKAN INFEKSI jika tidak terdapat satupun
gejala pada lajur merah dan kuning. Jika ditemukan gejala pada lajur yang berbeda
warna, tentukan klasifikasi yang lebih berat.

b. Penilaian dan Klasifikasi Ikterus


Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan.
Sebagian besar (80%) ikterus merupakan akibat penumpukan bilirubin (merupakan
hasil pemecahan sel darah merah), sebagian lainnya karena ketidak-cocokan
golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebih atau ada gangguan pengeluarannya.
Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir, terutama
pada bayi yang lahir kurang bulan.
Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul dan sampai bagian tubuh mana
kuning terlihat, untuk mengklasifikasikan ikterus secara benar. Digunakan cara
sederhana untuk menilai derajat kekuningan pada kulit bayi, yaitu metode ”Kramer”.
.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 28
Derajat ikterus menurut “Kramer”
 Kramer 1 : Kuning pada kepala dan leher.
 Kramer 2 : Kuning sampai badan bagian
atas (dari pusar ke atas)
 Kramer 3 : Kuning sampai badan bagian
Bawah hingga lutut atau siku.
 Kramer 4 : Kuning sampai pergelangan
tangan dan kaki.
 Kramer 5 : Kuning sampai tangan dan kaki.

Klasifikasi ikterus ditentukan berdasarkan hasil penilaian terhadap bayi serta


mengikuti bagan algoritma MTBS untuk ikterus.

c. Penilaian dan Klasifikasi Diare


Bayi yang mendapat ASI eksklusif seringkali beraknya lembek; ini bukan diare. Ibu
mudah mengenali bayi yang diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti
biasanya dan frekuensi berak lebih sering dibanding biasanya.
Menilai dan mengklasifikasikan diare dilakukan hanya jika bayi diare. Cara
memeriksa bayi diare sama dengan balita sakit, hanya saja bayi muda tidak diberi
minum.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 29
Klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT ditentukan jika ditemukan 2 atau lebih
tanda/gejala yang terdapat pada lajur merah muda. Jika tidak ada tanda/gejala
sebagaimana tercantum pada lajur merah muda, lihat lajur kuning, apabila ditemukan
dua atau lebih tanda/gejala pada lajur kuning, klasifikasikan sebagai DIARE
DEHIDRASI RINGAN /SEDANG. Dan jika tidak cukup tanda/gejala untuk dehidrasi
berat atau ringan/sedang, klasifikasikan sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI.

d. Penilaian dan Klasifikasi HIV


Berbeda dengan balita sakit, pada bayi muda penilaian dan klasifikasi HIV wajib
dilakukan. Tanyakan apakah ibu dan bayi pernah tes HIV.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan formulir pencatatan hingga diperoleh
kumpulan gejala-gejala untuk dijadikan dasar dalam menentukan klasifikasi HIV
sesuai bagan MTBS.

e. Penilaian dan Klasifikasi Kemungkinan Berat Badan Rendah dan Masalah


Pemberian ASI.
Pemberian ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi pada umur
6 bulan pertama kehidupannya. Jika ada masalah pemberian ASI pada masa ini, bayi
dapat kekurangan gizi dan mudah terserang penyakit. Keadaan ini akan berdampak
pada tumbuh kembang anak di kemudian hari bahkan dapat berakhir dengan
kematian.
Untuk menilai kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI,
tanyakan dan periksa sesuai tanda-tanda yang tertulis pada formulir pencatatan
kolom penilaian.
Bayi dengan berat badan rendah adalah bayi muda yang memiliki berat badan
menurut umur tepat atau dibawah garis -2SD menurut standar WHO 2005. Jika berat
badan menurut umurnya diatas garis -2SD maka berat badan bayi tidak rendah.
Menilai cara pemberian ASI dilakukan hanya jika bayi tidak ada indikasi dirujuk, yaitu
dengan memperhatikan :
4 tanda posisi benar
1) Seluruh badan bayi tersangga dengan baik
2) Kepala dan tubuh bayi lurus
3) Badan bayi menghadap ke dada ibu
4) Badan bayi dekat atau menempel ke badan ibu
Jika ke-4 tanda tersebut ditemukan, maka POSISI BENAR.
Jika salah satu tanda tidak ada, maka POSISI SALAH.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 30
4 tanda perlekatan yang baik
1) Dagu bayi menempel payudara ibu.
2) Mulut bayi terbuka lebar.
3) Bibir bawah bayi membuka keluar.
4) Areola bagian atas tampak lebih banyak.

Jika ke-4 tanda melekat ada, maka bayi MELEKAT DENGAN BAIK.
Jika 1, 2 atau 3 tanda tidak ada maka bayi TIDAK MELEKAT DENGAN BAIK. Jika
ke-4 tanda tersebut tidak ada, maka bayi TIDAK MELEKAT SAMA SEKALI.

Isapan bayi
MENGISAP DENGAN EFEKTIF jika bayi mengisap ASI secara dalam, teratur,
diselingi istirahat dan hanya terdengar suara menelan.
TIDAK MENGISAP DENGAN EFEKTIF jika bayi mengisap ASI secara cepat dan
dangkal. Mungkin tampak lekukan kedalam pada pipi bayi dan tidak mendengar
bunyi/suara bayi menelan, yang terdengar adalah suara isapan.
TIDAK MENGISAP SAMA SEKALI berarti bayi tidak dapat mengisap ASI ke dalam
mulutnya dan tidak dapat menelan.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 31
Untuk menentukan klasifikasi, lihat tanda dan gejala yang ada pada bagan. Jika
terdapat 1 atau lebih tanda/gejala pada lajur kuning, klasifikasikan sebagai BERAT
BADAN RENDAH MENURUT UMUR; atau MASALAH PEMBERIAN ASI; atau
BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN MASALAH PEMBERIAN ASI;
sesuai dengan gejala yang ditemukan pada bayi.
Jika tidak ditemukan tanda/gejala pada lajur kuning, klasifikasikan sebagai BERAT
BADAN TIDAK RENDAH MENURUT UMUR DAN TIDAK ADA MASALAH
PEMBERIAN ASI.

f. Penilaian status vitamin K1, Imunisasi, dan masalah atau keluhan lain pada
Bayi maupun Ibu
Untuk mencegah perdarahan (HDN = Haemorrhagic Disease of the Newborn), maka
pada semua bayi baru lahir, apalagi Berat Badan Lahir Rendah diberikan suntikan
vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri.
Jadi periksalah status vitamin K1 bayi muda, apakah sudah mendapat vitamin K1
yang harus diberikan segera setelah lahir, setelah proses Inisiasi Menyusu Dini dan
sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B (di paha kanan).

Periksa status imunisasi bayi muda, ikuti jadwal pemberian imunisasi terkini. Selain
Imunisasi HB-0 (di paha kanan), bayi muda juga harus mendapat imunisasi BCG (di
lengan kanan), dan imunisasi Polio1 (2 tetes di mulut). Masalah atau keluhan lain
pada bayi muda dapat berupa kelainan bawaan (kongenital), seperti bibir atau langit-
langit sumbing, talipes equinovarus (kaki pengkor), trauma lahir, atau perdarahan tali
pusat.
Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu
kontak dengan bayi muda untuk memberi pelayanan kesehatan kepada ibu.
Tanyakan kepada ibu kemungkinan adanya masalah pasca persalinan (perdarahan,
demam, sakit kepala, pusing, stres atau depresi), kemungkinan adanya masalah
dengan waktu istirahat, pola tidur, pola makan dan minum, kebiasaan buang air kecil
atau buang air besar, masalah produksi ASI atau kondisi payudara dan puting,
masalah kesulitan merawat bayi, dll.

3. TINDAKAN ATAU PENGOBATAN


Tindakan atau pengobatan diberikan kepada balita sakit maupun bayi muda sesuai
dengan klasifikasinya. Klasifikasi merah muda pada umumnya memerlukan rujukan
segera. Jika harus dirujuk segera, rujuk terlebih dahulu ke dokter setempat, dokter
akan menentukan apakah anak dapat ditangani di puskesmas atau harus dirujuk ke
rumah sakit. JIka rujukan ke rumah sakit benar-benar tidak bisa dilakukan, dokter
dapat melakukan tindakan berdasarkan kemampuan sesuai standar dan sarana yang
ada.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 32
Tentukan dan berikan tindakan pra rujukan sebelum merujuk anak ke tempat lain.
Jangan melakukan tindakan yang akan menghambat rujukan, seperti mengajari ibu
cara mengeringkan telinga, menilai cara menyusui, memberikan imunisasi, dll.
Tindakan pra rujukan adalah tindakan yang tercetak tebal pada bagan MTBS.
Tuliskan hanya tindakan pra rujukan dalam formulir pencatatan jika anak akan dirujuk
segera.

Beberapa tindakan atau pengobatan pra rujukan pada balita sakit umur 2 bl – 5 th
dapat dilihat pada buku bagan, yaitu:
a) Memberi dosis pertama antibiotik.
b) Memberi obat untuk malaria berat.
c) Memberi parasetamol untuk demam tinggi.
d) Mencegah agar gula darah tidak turun.
e) Memberi vitamin A pengobatan.
f) Memberi tindakan pada penderita DBD.

Beberapa tindakan atau pengobatan pra rujukan yang harus dilakukan sebelum
merujuk bayi muda dengan klasifikasi merah, dapat dilihat pada buku bagan, yaitu:
a) Menangani gangguan napas pada Penyakit Sangat Berat / Infeksi Bakteri
Berat
b) Menangani kejang dengan obat anti kejang.
c) Mencegah agar gula darah tidak turun.
d) Memberi cairan intravena untuk Rencana Terapi C
e) Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular.
f) Menghangatkan tubuh bayi segera.
g) Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
Khusus untuk bayi muda yang akan dirujuk, harus diperhatikan syarat rujukan
sebelum bayi diberangkatkan, yaitu: suhu ≥ 36,5 oC, denyut jantung ≥ 100x/menit,
dan tidak ada tanda dehidrasi berat.

Jika anak tidak memerlukan rujukan tetapi membutuhkan pengobatan, berilah obat
secara rasional sesuai pengobatan yang tertulis dalam Buku Bagan MTBS. Ikuti
petunjuk pemberian obat seperti tercantum dalam setiap tabel dosis obat di Buku
Bagan MTBS, kemudian tuliskan jenis dan dosis obat yang sesuai pada formulir
pencatatan.
Pemberian obat dikemas sesuai ketentuan disertai penjelasan aturan pakainya.
Pastikan bahwa ibu paham tentang cara dan dosis pemberian obat. Ajari ibu untuk
memberikan obat oral maupun obat lokal secara baik di rumah, dan nasihati ibu untuk
meningkatkan pemberian cairan selama sakit.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 33
4. KONSELING BAGI IBU
Ketika berkomunikasi dengan ibu balita, khususnya saat memberi informasi
penggunaan obat, nasihat pemberian makan, menasihati kunjungan ulang dan kapan
kembali segera, gunakanlah teknik komunikasi yang baik, yaitu:
o Tanya dan dengarkan
o Puji jika telah bertindak benar
o Nasihati sesuai kebutuhan
o Cek pemahaman ibu
Mengecek pemahaman ibu dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka,
yaitu pertanyaan yang disampaikan sedemikian rupa sehingga jawabannya tidak
hanya ‘ya’ atau ‘tidak’.

a. Konseling Pemberian Makan dan Cara Menyusui


Lakukan penilaian pemberian makan pada balita sakit yang berumur kurang dari
2 tahun ATAU gizi kurang ATAU anemia, DAN tidak akan dirujuk segera. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada ibu sebagaimana tercantum pada kolom
penilaian paling bawah Formulir Pencatatan. Berdasarkan jawaban ibu,
bandingkan dengan Anjuran Pemberian Makan Untuk Anak Sehat Maupun Sakit,
dan tentukan masalah pemberian makan. Jika tidak ada masalah pemberian
makan, puji ibu karena telah memberi anak makan dengan baik, beri dorongan
agar ibu tetap memberi makan seperti yang telah dilakukannya selama anak sakit
dan sehat.

Jika ada masalah pemberian makan, nasehati ibu dengan menjelaskan ”Anjuran
Makan Untuk Anak Sehat Maupun Sakit” yang sesuai kelompok umur anak dan
minta ibu untuk membawa anaknya kembali (kunjungan ulang) setelah 7 hari.
Selama sakit, biasanya anak tidak mau atau sulit makan, namun mereka tetap
harus diberi makanan sesuai umur dan frekuensi yang dianjurkan, walaupun
setiap kali makan anak tidak menghabiskan porsinya. Setelah sembuh, makanan
yang baik akan membantu pemulihan kehilangan berat badan dan mencegah
kurang gizi.
Pada Bayi Muda, lakukan penilaian cara menyusui jika bayi tidak akan dirujuk
segera. Biarkan ibu menyusui bayi seperti biasanya, perhatikan bagaimana posisi,
perlekatan dan isapan bayi ketika menyusu kemudian catat dalam formulir
pencatatan. Jika tidak ada masalah dengan cara menyusui, puji ibu dan beri
dorongan untuk terus memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Jika
ditemukan masalah cara menyusui, ajari ibu tanda-tanda posisi yang benar,
perlekatan yang baik dan isapan yang efektif.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 34
b. Nasihat Kunjungan Ulang dan Kapan Kembali Segera
Pada setiap akhir pelayanan, jelaskan kapan ibu harus kembali membawa anak
untuk kunjungan ulang. Kadang-kadang seorang anak membutuhkan pelayanan
tindak lanjut untuk lebih dari satu masalah. Pada kasus seperti ini, beritahu ibu
kapan waktu yang terpendek dan pasti ibu harus kembali untuk kunjungan ulang.

Waktu kunjungan ulang untuk setiap klasifikasi hendaknya ditulis dalam formulir
pencatatan kolom tindakan. Jika terdapat beberapa macam waktu untuk
kunjungan ulang, pilih waktu yang terpendek dan pasti. Waktu yang pasti adalah
yang tidak diikuti dengan kata “bila” atau “jika” . Waktu terpendek yang pasti untuk
kunjungan ulang dicatat pada tempat yang disediakan di bagian akhir atau kanan
bawah Formulir Pencatatan. Waktu inilah yang perlu diberitahukan kepada ibu.
Apabila dari berbagai waktu untuk kunjungan ulang tidak ada yang pastti atau
anak akan dirujuk, beri tanda strip (- ) pada tempat yang disediakan di bagian
akhir kanan bawah formulir pencatatan.

Dalam Formulir Pencatatan di bagian akhir, tercantum “Nasihati kapan kembali


segera”. Jadi tidak perlu menulis ulang kalimat tersebut di kolom
Tindakan/Pengobatan. Petugas kesehatan akan mengajari ibu tentang tanda-
tanda kapan ibu kembali segera ke puskesmas jika keadaan anak bertambah
parah. Pada Balita Sakit, disamping menasihati untuk kunjungan ulang, beri ibu
nasihat agar kembali segera jika ditemukan tanda-tanda sebagai berikut :

Setiap anak sakit  Tidak bisa minum atau menyusu.


 Bertambah parah.
 Timbul demam.
Anak dengan Batuk : Bukan  Napas cepat
Pneumonia, juga kembali jika :  Sukar bernapas
Jika anak DIARE,  Berak campur darah
juga kembali jika :  Malas minum
Jika anak : Mungkin DBD atau  Ada tanda-tanda perdarahan
Demam: Mungkin bukan DBD,  Ujung ekstremitas dingin
juga kembali jika:  Nyeri ulu hati atau gelisah.
 Sering muntah
 Pada hari ke 3-5 suhu turun dan anak lemas

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 35
Pada Bayi Muda, nasihat ibu agar kembali segera jika bayi menunjukan salah satu
gejala berikut ini :

 Bayi lemas atau gerakan berkurang


 Napas cepat ≥ 60x / menit
 Suara napas merintih
 Sesak napas / sukar bernapas / henti napas
 Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning,
pucat)
 Malas atau tidak bisa menyusu/minum
 Badan teraba dingin ( suhu < 36,5 0C )
 Badan teraba demam ( suhu ≥ 37 0C )
 Telapak kaki dan tangan terlihat kuning
 Bertambah parah
Ketika petugas kesehatan memberi nasihat kapan kembali segera, berilah tanda
ceklis (v) pada akhir kalimat ”nasihati kapan kembali segera” yang ada pada bagian
akhir formulir pencatatan.

5. PELAYANAN TINDAK LANJUT


Memberi pelayanan tindak lanjut berarti melayani anak pada saat datang kembali
untuk kunjungan ulang yang sudah ‘dijadwalkan’ atau lazimnya disebut kontrol. Pada
waktu kunjungan ulang, petugas kesehatan dapat menilai kondisi anak apakah
membaik, tetap sama atau mungkin bertambah parah. Tatalaksana pelayanan tindak
lanjut menggunakan petunjuk yang ada dalam kotak yang sesuai dengan klasifikasi
sebelumnya pada Buku Bagan MTBS tentang “Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut”.

Pada Balita Sakit, dilakukan penilaian ulang lengkap (dari awal sampai masalah lain
seperti saat kunjungan pertama) jika ada masalah atau keluhan baru, sedangkan pada
Bayi Muda yang datang untuk kontrol selalu dinilai ulang lengkap tanpa
mempertimbangkan ada tidaknya masalah atau keluhan baru. Tindakan yang
diberikan kepada bayi maupun balita sesuai dengan klasifikasi yang ditemukan, Jika
klasifikasinya terkait masalah/keluhan lama, beri tindakan sesuai dengan petunjuk
yang ada dalam kotak Pelayanan Tindak Lanjut. Jika klasifikasinya terkait dengan
masalah/keluhan baru, maka tindakan atau pengobatan diberikan seperti pada
kunjungan pertama.

Untuk semua klasifikasi, apabila pada kunjungan ulang yang kedua masih tetap, harus
di RUJUK SEGERA. Dan jika anak datang untuk kunjungan ulang, namun ternyata
bertambah parah, atau obat pilihan kedua tidak tersedia, atau petugas khawatir
dengan anak tersebut, atau tidak tahu harus berbuat apa, maka anak harus DIRUJUK
ke dokter.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 36
Beberapa anak mungkin datang lagi setelah kunjungan ulang dengan masalah kronis
yang tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan di puskesmas, maka anak
tersebut harus DIRUJUK ke rumah sakit.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 37
STUDI KASUS

Kasus Balita Sakit

Kasus 1
Kalisa anak perempuan dari ibu Rina. Umur 11 bulan , berat badan 8 kg , panjang badan 79
cm. Lila 12,5 cm . Suhu 37 0 C. Tinggal di Jl.Rajawali No.29 Kelurahan Kertak Hanyar.
Ibunya berkata bahwa Kalisa batuk kering selama 3 minggu terakhir. Kalisa tidak
mempunyai satupun tanda bahaya umum. Petugas kesehatan menilai batuknya.Dia batuk
selama 21 hari .Hitungan napasnya 41 kali per menit.Petugas tidak melihat ada tarikan
dinding dada. Tidak ada stridor ketika anak tenang.

Kalisa tidak diare .Dia tidak demam selama sakit ini. Dia tidak mempunyai masalah
telinga.Petugas memeriksa Kalisa untuk status gizi dan anemia. Telapak tangannya sangat
pucat. Tidak ada pembengkakan pada kedua punggung kaki.

Lakukan penilaian dan klasifikasi pada formulir pencatatan Kalisa.

Kasus 2
Rita umur 3 tahun. Berat badan 13 kg , tinggi badan 100 cm, LiLa 14 cm dan suhu badan
38 o C Rumahnya di desa Sei Malang RT 01/ RW 03. Ibu Merry membawa Rita ke klinik hari
ini karena Rita teraba panas selama 3 hari. Dia menangis tadi malam dan mengeluh
telinganya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak menemukan adanya tanda bahaya
umum.

Rita tidak batuk atau sukar bernapas .Dia tidak diare .Risiko malaria di daerahnya tinggi.
Pemeriksaan RDT negatip. Tidak ada kaku kuduk. Tidak ada tanda- tanda yang mengarah ke
campak maupun DBD .Selanjutnya petugas menanyakan masalah telinga. Ibunya merasa
yakin bahwa Rita sakit telinga . Anak ini menangis hampir sepanjang malam karena nyeri
telinga. Ada cairan keluar dari telinga Rita yang kadang sembuh selama 1 tahun.,kata ibu
Merry. Petugas tidak melihat nanah dari telinga Rita. Dia meraba bagian belakang telinga dan
merasakan ada pembengkakan yang nyeri di belakang telinga kiri. Tidak ada pembengkakan
pada kedua punggung kaki Rita.

Telapak tangan Rita tidak pucat. Rita sudah mendapatkan Imunisasi lengkap dan 2 bulan lalu
dia juga sudah mendapatkan suplemen Vitamin A di posyadu. Keluhan lain tidak ditemukan.

Lakukan penilaian dan klasifikasi pada formulir pencatatan Rita.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 38
Kasus 3
Winda umur 10 bulan ,anak ibu Yenny. Berat badan 6 kg,panjang badan 67 cm, LiLa 12 cm.
Suhu badan 39 o C. Tempat tinggalnya di Kelurahan Manggis RT 02/ RW 03 yang termasuk
daerah risiko non endemis malaria.Ayahnya mengatakan pada petugas kesehatan , “ Winda
batuk dan demam sudah 3 hari. Ia sukar bernapas dan lemah “. Petugas berkata, “ Bagus
sekali bapak sudah membawa Winda kemari pagi ini . Saya akan memeriksanya sekarang “.

Petugas memeriksa tanda bahaya umum. Ibunya berkata , “ Winda tidak mau menyusu. Dia
sama sekali tidak mau minum minuman lain. Winda tidak memuntahkan semuanya dan tidak
kejang. Winda letargis, dia tidak melihat ke petugas maupun ke orang tuanya ketika mereka
berbicara. Petugas menghitung frekwensi napas Winda ,ternyata 55 kali per menit.Petugas
melihat ada tarikan dinding dada dan mendengar ada stridor karena terdengar suara kasar
saat Winda menarik napas. Tidak dilakukan pemeriksaan pulse oximeter karena alatnya
belum ada.Winda tidak diare .Winda tidak pernah pergi kemana-mana dalam 2 bulan terakhir
ini.Tidak ada kaku kuduk dan dan tidak ada tanda tanda yang mengarah ke campak.Tidak
ditemukan tanda yang mengarah ke DBD. Tidak ada sakit telinga.Petugas melihat tidak ada
pembengkakan pada kedua punggung kaki dan telapak tangan Winda tidak pucat. Winda
sudah mendapatkan imunisasi kecuali campak. Suplemen vitamin A juga belum
diperolehnya.Tidak ada keluhan lain.

Lakukakan penilaian dan klasifikasi pada formulir pencatatan Winda.

Kasus 4
Kardi berumur 5 bulan.Berat badan 5,2 kg,panjang badan 55 cm. Suhu aksilar 37,5 o C.
Alamat rumah Jl.Padang no.40 desa Sumber Waras. Ibu Rita berkata bahwa Kardi sulit makan
dan teraba panas.

Kardi bisa minum , tidak muntah, tidak kejang, sadar dan tidak letargis. Kardi tidak batuk dan
tidak diare.Berhubung suhu badan Kardi 37,5 o C dan teraba panas ,petugas menilai Kardi
lebih lanjut untuk tanda yang berhubungan dengan demam. Kardi tinggal di daerah risiko
malaria tinggi dan belum pernah mendapatkan obat anti malaria. Kardi demam sudah 2
hari.Pemeriksaan RDT positif Falcifarum. Tidak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir,tidak ada kaku kuduk,tidak pilek. Kardi juga tidak mempunyai tanda yang mengarah
ke DBD. Kardi tidak sakit telinga.

Tampak telapak tangan Kardi agak pucat. Kardi sudah mendapatkan imunisasi
HB0,BCG,Polio 1,Penta1,Polio2,dan Penta2. Keluhan lain tidak ditemukan.
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Kardi.
b. Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Kardi.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 39
Kasus 5
Dina anak perempuan dari ibu Agnes yang berumur 18 bulan. Berat badan 7 kg, panjang
badan 76 cm dan LiLa 11 ,5 cm. Suhu badan 38,5 o C. Ibunya membawa dia ke klinik hari ini
karena Dina teraba panas dan mempunyai ruam. Tempat tinggal di Jl.Manggis No.105
Kelurahan Cempaka Putih. Petugas kesehatan melihat bahwa Dina terlihat seperti tulang
berbalut kulit. Petugas kesehatan memeriksa tanda bahaya umum. Dina bisa minum,tidak
muntah,tidak kejang, sadar dan tidak letargis. Ia tidak batuk atau sukar bernapas dan tidak
diare.

Petugas kesehatan menilai untuk demamnya.Dina tinggal di daerah risiko tinggi malaria.Hasil
pemeriksaan RDT positip Falcifarum.Demam berlangsung selama 5 hari , ada ruam
kemerahan yang menyeluruh dan matanya merah,tidak kaku kuduk dan tidak ada pilek.
Petugas kesehatan kemudian menilai tanda untuk komplikasi campak : tidak ada luka di
mulut,mata tidak bernanah,tidak ada kekeruhan kornea,.Dina tidak mempunyai masalah
telinga dan tidak ada tanda yang mengarah ke DBD.

Hasil pemeriksaan status gizi tidak ada edema pada kedua punggung kaki. Tampak telapak
tangan agak pucat. Dina belum pernah di test HIV.Ibu Agnes pernah di test HIV dengan hasil
negatif. Saudara kandungnya tidak ada yang terdiagnosis HIV atau meninggal karena
penyebab terduga HIV.Ibu Agnes sudah 6 bulan lalu tidak memberi Dina ASI. Dina telah
memperoleh imunisasi HB0,BCG,Polio1,Penta1, Polio2, Penta2 serta suplemen vitamin A
sekitar 2 bulan lalu. Tidak ada keluhan lain.
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Dina .
b. Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Dina.

Kasus 6
Narti anak ibu Maya berada di klinik hari ini karena mencret selama 4 hari.Narti berumur 25
bulan, berat badan 9 kg,panjang badan 84 cm dan LiLa 13 cm.Suhu badan 37 o C. Narti tinggal
di desa Sumber Rejo RT 02/ RW 04. Narti tidak mempunyai tanda bahaya umum. Dia tidak
batuk atau sukar bernapas .

Petugas kesehatan menanyakan kepada ibu Maya : “ Ketika Narti mencret,apakah ada darah
dalam tinjanya ? “. Ibu Maya menjawab : “ Ya ada “. Petugas kesehatan memeriksa tanda
dehidrasi : sadar dan tidak letargis,tidak rewel /mudah marah, matanya cekung, minum
dengan lahap ketika diberi minum dan cubitan kulit perut kembali dengan segera.

Narti tidak demam dan tidak sakit telinga. Tidak ada pembengkakan pada kedua punggung
kaki dan telapak tangan tidak pucat. Narti sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan
6 bulan lalu sudah mendapatkan suplementasi vitamin A. Keluhan lainnya tidak ditemukan.
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi umtuk Narti.
b. Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Narti.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 40
Kasus Bayi Muda

Kasus 1
Sasha bayi ibu Mardiah berumur 5 minggu ,berat badan 4000 gr, panjang badan 50 cm. Suhu
aksilar 37 o C. Tinggal di desa Margasari RT 05/ RW 01. Ibu Mardiah membawa Sasha ke
klinik karena ia mempunyai bercak kemerahan.

Petugas kesehatan menilai tanda untuk Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri. Ibu mengatakan bahwa tidak ada kejang .Frekwensi napas Sasha 55 kali per
menit.Tidak ditemukan tarikan dinding dada kedalam. Tali pusat normal. Petugas kesehatan
memeriksa keseluruhan tubuhnya dan menemukan bercak kemerahan dengan sedikit pustul
di dearah pantat.Sasha sadar dan gerakannya normal. Sasha tidak ada ikterus dan tidak
diare. Ibu Mardiah sudah pernah di test HIV dengan hasil negatif.

Ibu Mardiah memberi Sasha ASI 9 kali sehari dan tidak memberi makanan dan minuman
lain.Petugas kesehatan menilai cara menyusui ditemukan posisi benar,melekat dengan baik
dan mengisap efektif. Sasha tidak mempunyai celah bibir dan thrush di mulut.

Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Sasha dengan menggunakan formulir pencatatan bayi
muda.

Kasus 2
Henri bayi muda laki- laki berumur 3 minggu, berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm dan
suhu aksilar 36,5 o C. Alamat di Jl.Garuda No.16 Kelurahan Sidomulyo. Dia dibawa ibu Karla
ke klinik pagi ini karena sukar bernapas.

Petugas kesehatan pertama tama memeriksa tanda Kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bakteri. Ibu Karla mengatakan bahwa Henri tidak kejang. Petugas kesehatan
menghitung frekwensi napas Hendri 74 kali per menit. Dia melakukan perhitungan ulang dan
mendapatkan hasil 70 kali per menit. Ia juga menemukan bahwa Hendri mempunyai tarikan
dinding dada kedalam yang ringan. Tali pusat normal dan tidak ada pustul di kulit. Henri
tampak tenang ,sadar, dan gerakannya normal. Hendri tidak ikterus dan tidak diare.

Ibu Karla mengatakan bahwa ia pernah ditest HIV dengan hasil negatif. Ibu Karla menyusui
Henri lebil dari 8 kali selama 24 jam.Henri tidak diberi minumam atau makanan lain. Tidak ada
celah bibir dan tidak ditemukan thrush di mulut Henri.
Beberapa saat setelah lahir, Henri telah mendapatkan suntikan vitamin K1 dan Imunisasi HB0.
Henri tidak mempunyai keluhan lain, begitupun ibu Karla tidak ada keluhan .
Lakukan penilaian dan klasifikasi Henri dengan menggunakan formulir pencatatan bayi muda.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 41
Kasus 3
Samira bayi perempuan ibu Susi berumur 6 hari. Berat badan 2600 gr, panjang badan 48
cm. Suhu aksilar 37 oC. Alamat rumah di Jl.Ray I No,8 Kelurahan Gambut . Ibu Susi
membawa Samira ke klinik karena mukanya kuning.
Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan : pada hitungan frekwensi napas 54 kali per
menit, ada terlihat tarikan dinding dada yang ringan, tali pusar normal dan tidak ada pustul di
kulit.

Ibu Susi mengatakan kunimg terlihat sehari yang lalu. Petugas kesehatan menemukan kuning
hanya di daerah sekitar dahi dan pipi saja . Samira tidak diare. Ibu Susi belum pernah ditest
HIV.

Petugas kesehatan melakukan pemerikaan untuk kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI : ibu Susi mengatakn bahwa Samira menyusu ASI 3 kali sehari .Ia
juga minum susu formula dengan menggunakan botol 3 kali sehari.Petugas kesehatan melihat
ke dalam mulutnya dan tidak terlihat thrush maupun celah bibir/langit- langit.

Karena Samira tidak mempunyai indikasi untuk dirujuk segera,petugas kesehatan


memutuskan untuk menilai cara menyusui. Samira belum minum selama beberapa jam. Ibu
Susi setuju untuk menyusuinya sekarang. Petugas kesehatan melihat seluruh badan Samira
tidak tersangah dengan baik,badan bayi tidak dekat ke ibu . Dagu tidak menempel pada
payudara ibu,mulut tidak terbuka lebar dan bibir bawahnya tertarik kedalam. Areola bagian
atas dan bawah terlihat sama. Samira mengisap putting susu ibunya terus menerus tanpa
istirahat. Waktu lahir Samira telah mendapat suntikan di paha kiri dan kanan. Samira maupun
ibu Susi tidak mempunyai keluhan lain.
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Samira.
b. Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Samira.

Kasus 4
Asti bayi perempuan umur 7 minggu, berat badan 3600 gr, panjang badan 50 cm. Suhu
aksilar 36,8 o C. Bertempat tinggal di Jl.Sumatera No.37 desa Tanah Habang. Ibu Siti
membawa Asti ke klinik karena menderita mencret selama 2 hari. Petugas kesehatan
pertama- tama memeriksa untuk tanda kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri. Ibu Siti mengatakan bahwa Asti tidak memiliki kesulitan minum dan ia tidak pernah
kejang.Frekwensi napas Asti adalah 58 kali per menit. Dia tidur di gendongan ibunya tetapi
terbangun ketika ibunya melepaskannya.Asti mempunyai tarikan dinding dada ringan.Tali
pusar tidak berwarna kemerahan dan tidak ditemukan nanah. Mata Asti terlihat cekung dan
cubitan kulit perut kembali lambat.Ada kemerahan pada area popoknya dan sedikit pustul
kulit. Asti menangis dan menggerak gerakan tangan dan kakinya. Asti tidak ikterus. Pada
waktu mengandung Asti ,ibu Siti pernah di test HIV dengan hasil negatif.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 42
Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa masalah kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian minum. Ibu Siti mengatakan bahwa Asti diberi ASI 4 kali sehari ditambah
susu formula 3 kali sehari dengan menggunakan botol. Asti tidak ada celah bibir dan tidak ada
thrush di mulut. Petugas kesehatan memeriksa cara menyusui, tampak posisi benar,bibir
bawah tertarik kedalam dan Asti tidak mengisap efektif.

Pada waktu lahir Asti telah mendapatkan suntikan vitamin K1. Imunisasi HB0 belum
diperolehnya. Asti tidak mempunyai keluhan lain begitu pula dengan ibu Siti tidak ada keluhan.
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Asti.
b. Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Asti.

Kasus 5
Ruben bayi laki- laki ibu Erma berumur 6 minggu, berat badan 4200 gr, panjang badan 49
cm. Suhu aksilar 36,5 o C .Alamat rumah di desa Kusambi RT 01/ RW 02. Ibu Erma membawa
Ruben ke klinik karena mencret dan terlihat sangat parah. Ibu Erma mengatakan Ruben tidak
minum dengan baik sejak kemarin. Petugas kesehatan menanyakan apakah Ruben pernah
kejang, ibunya menjawab tidak.Petugas kesehatan menghitung napas Ruben 50 kali per
menit. Ruben mempunyai tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.Tali pusar tidak
merah atau bernanah ,tidak ada pustul kulit di badannya. Ruben tidak bergerak ketika
diperiksa dan hanya bergerak sedikit ketika dirangsang.

Ruben tidak ikterus. Mencretnya selama 3 hari, mata cekung, petugas kesehatan mencubit
kulit perut kembalinya sangat lambat. Ibu Erma belum pernah di test HIV.

Sejak lahir Ruben tidak mendapat ASI. Ibu Erma memberinya susu formula dengan
menggunakan botol sebanyak 6 kali sehari. Tidak ditemukan celah bibir dan thrush di
mulutnya. Pada waktu lahir Ruben sudah mendapatkan suntikan sebanyak 2 kali di paha kiri
dan kanan. Ruben tidak mempunyai keluhan lain. Selama ini Ibu Erma tidak ada keluhan .
a. Lakukan penilaian dan klasifikasi untuk Ruben.
b. .Lakukan tindakan dan pengobatan untuk Ruben.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 43
BAB IV
ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN PNEUMONIA DAN TB

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 44
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 45
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 46
STUDI KASUS

Kasus 1
Adi, anak laki-laki dari ibu Rini, berumur 3 tahun. Berat badan 14 kg. Panjang badan 95 cm.
Suhu badan 37°C. Anak dibawa ke puskesmas karena batuk selama 3 hari.
Petugas memeriksa tanda bahaya umum. Adi bisa minum, tidak muntah dan tidak kejang.
Anak tenang dan masih dapat bermain, tidak ada suara stridor, tidak tampak kebiruan, ujung
tangan dan kakinya tidak pucat dan tidak dingin.
Petugas kesehatan menghitung nafas 46 x/menit.Tidak ada tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam dan terdengar wheezing. Saturasi oksigen tidak diperiksa karena puskesmas
tidak memiliki pulse oxymeter.
Ketika petugas bertanya apakah anak diare, ibu menjawab bahwa Erna tidak diare.
 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.
 Tentukan KLASIFIKASI sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan
MTBS.

Kasus 2
Dita, bayi perempuan dari Ibu Santi, berusia 7 bulan. Berat badan 7,5 kg, panjang badan 68
cm. Suhu badan 38.6°C. Dita dibawa oleh ibunya ke Puskesmas Puri karena sesak napas
yang terjadi 1 hari terakhir, didahului batuk dan panas selama 3 hari tidak terlalu tinggi.
Petugas memeriksa tanda bahaya umum dan didapatkan bahwa Dita masih bisa minum, tidak
memuntahkan semua dan tidak kejang. Tidak ada diare dan keluhan pada telinga. Pasien
tdiak tinggal di daerah endemia.
Petugas kesehatan menghitung nafas dan didapatkan 58 x/menit. Nampak adanya tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Petugas mendengarkan suara napas dan tidak
mendengar adanya suara stridor ataupun wheezing. Tidak terlihat adanya ruam, mata tidak
merah, dan mulut tidak ada luka.
Karena Puskesmas memiliki pulse oksimetri, petugas melakukan pemeriksaan saturasi
oksigen dan mendapatkan hasil saturasi Oksigen 89%.
 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 47
BAB V
ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN DIARE

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 48
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 49
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 50
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 51
STUDI KASUS

Kasus 1
Anak laki-laki umur 18 bulan datang dengan keluhan diare cair. Diare sejak 3 hari ini, disertai
dengan demam dan batuk pilek, namun tidak sesak. Diare cair dialami antara 20 kali dalam
sehari ini. Tidak ada darah lendir

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 10 kg (sebelum sakit BB 12 kg)


Anak tertidur terus dan lemas, mata cekung, anak tidak bisa minum. Cubitan kulit kembali
sangat lambat ( > 2 detik ).

 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

Kasus 2
Anak umur 13 bulan datang dengan keluhan diare cair. Diare sejak 2 hari ini, disertai dengan
demam. Diare cair dialami antara 7 kali dalam sehari ini. Tidak ada darah dan lender. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 10 kg (pernafasan normal, anak rewel, mata
cekung, anak tampak kehausan. Cubitan kulit kembali lambat ( > 2 detik )
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

Kasus 3
Anak umur 7 bulan datang dengan keluhan diare cair. Diare sejak 2 hari ini, tidak disertai
dengan demam. Diare cair dialami antara 3 kali dalam sehari ini. Tidak ada darah lender.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 8 kg (riwayat BB lahir 3200 gram,
pernafasan normal, anak tampak rewel, mata tidak cekung, anak minum biasa. Cubitan kulit
kembali normal
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

Kasus 4
Anak umur 3 bulan datang dengan keluhan diare cair. Diare sudah berlangsung 20 hari,
disertai dengan demam dan batuk pilek, namun tidak sesak. Tidak ada darah dan lendir
Diare cair dialami antara 5-10 kali dalam sehari ini. Selama diare anak sudah mendapatkan
oralit, namun diare tetap terjadi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 4 kg (sebelum sakit BB bayi 5 kg, dengan
riwayat BB lahir 3100 gram, pernafasan normal, anak tampak lemah, mata cekung, anak tidak
bisa minum. Cubitan kulit kembali sangat lambat ( > 2 detik )
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 52
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

Kasus 5
Anak umur 7 bulan datang dengan keluhan diare cair.
Diare sejak 15 hari ini, tidak disertai dengan demam. Diare cair dialami antara 2-3 kali dalam
sehari ini. Selama diare, anak sudah diberi oralit. Tidak ada darah lendir pada feses
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 7 kg (riwayat BB lahir 3200 gram,
pernafasan normal, anak tampak rewel, mata tidak cekung, anak minum biasa. Cubitan kulit
kembali normal
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

Kasus 6
Anak umur 12 bulan datang dengan keluhan diare cair dan dijumpai DARAH di kotorannya.
Diare sejak 3 hari ini, disertai dengan demam dan batuk pilek, namun tidak sesak. Diare cair
dialami antara 3-5 kali dalam sehari ini. Selama sakit, anak sudah diberi oralit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB saat datang 10 kg , pernafasan normal, anak tampak
biasa, mata tidak cowong, turgor kembali cepat.
 Tentukan Klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan MTBS.
 Tentukan tindakan/pengobatan yang diberikan

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 53
BAB VI
ALGORITMA MTBS, DETEKSI DINI, TATA LAKSANA, DAN STABILISASI PRA
RUJUKAN MASALAH GIZI

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 54
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 55
STUDI KASUS

Dandi, laki-laki, usia 11 bulan. BB 6,1 kg dan PB 66 cm. Suhu badan 37°C. Dandi dibawa
oleh ibu ke Puskesmas karena sudah beberapa hari ini tidak mau minum, memuntahkan
semua minuman/makanan yang diberikan dan tampak melemah. Selain itu, Ibu juga
mengeluhkan bahwa sudah lebih dari 2 bulan BAB Dandi selalu mencret.

Petugas melakukan pemeriksaan tanda bahaya umum dan mendapatkan Dandi dalam
keadaan Lemah, dan memuntahkan semua minuman yang coba diberikan petugas.
Dandi tidak mengalami batuk ataupun kesukaran bernapas.

Mata Dandi tampak cekung dan saat dicoba untuk memberikan minum, Dandi tidak bisa
minum karena selalu muntah. Cubitan perut kembali sangat lambat. Tidak ada demam.
Dandi nampak sangat kurus dan tampak adanya pembengkakan pada kedua punggung
kaki. Hasil pengukuran LILA didapatkan 10,2 cm. Telapak tangan Dandi nampak sangat
pucat.

Petugas juga menanyakan kepada ibu, apakah ibu pernah diperiksa HIV, dan ibu
menjawab pernah. Hasil tes HIVnya negative.
 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.
 Tentukan klasifikasi sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku Bagan
MTBS.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 56
BAB VII
PENGENALAN KEGAWATDARURATAN BAYI DAN ANAK

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 57
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 58
BAB VIII
MENGENALI DAN MENANGANI KEGAWATDARURATAN BAYI DI FKTP:
PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE (PAT)

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 59
BAB IX
MENGENALI DAN MENANGANI KEGAWATDARURATAN BAYI DI FKTP:
BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 60
BAB X
PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

Berdasarkan sumber data Rifaskes 2011 dan SDKI 2012 terbukti adanya korelasi negatif
antara persentase puskesmas melaksanakan MTBS dengan kematian neonatal, bayi, dan
balita. Semakin besar persentase puskesmas melaksanakan MTBS, semakin rendah
angka kematian neonatal, bayi, dan balita. Penerapan pelayanan kesehatan anak sesuai
standar MTBS sejalan dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Permenkes No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/ Kota.

Hasil beberapa survei menunjukan salah satu kendala utama penerapan MTBS adalah
lemahnya manajemen penerapan MTBS di Puskesmas dan kurangnya supervisi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Sebetulnya penerapan MTBS perlu diawali dengan
komitmen Kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas untuk memberikan pelayanan
kesehatan anak sesuai standar sehingga seluruh petugas kesehatan khususnya perawat
bidan dapat dimotivasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan dimonitor untuk
dapat melayani balita sakit dan bayi muda dengan pendekatan MTBS secara benar..

A. PERSIAPAN
Persiapan yang perlu dilakukan untuk penerapan MTBS di puskesmas meliputi diseminasi
informasi MTBS kepada seluruh petugas puskesmas, persiapan logistik dan penyesuaian
alur pelayanan.
1. Diseminasi Informasi
Kegiatan diseminasi informasi MTBS di Puskesmas dilaksanakan oleh petugas terlatih
MTBS dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas, meliputi: perawat,
bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP3, pengelola
program P2M, petugas loket dan lain-lain. Bila perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Informasi yang harus disampaikan adalah Penjelasan Umum MTBS, serta peran dan
tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS.

Diskusikan rencana penerapan MTBS di Puskesmas yang meliputi persiapan logistik,


penyesuaian alur pelayanan, pelaksanaan penerapan MTBS di puskesmas dan
jaringannya, serta pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan MTBS.

2. Penyiapan Logistik

Sebelum menerapkan MTBS di Puskesmas, perlu disiapkan kebutuhan logistik seperti


obat, alat, formulir pencatatan, register rawat jalan dan buku KIA. Penyiapan logistik

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 61
ini perlu direncanakan dan disiapkan dengan baik agar tidak mengganggu kelancaran
penerapan MTBS.

2.1 Penyiapan Obat dan Alat Kesehatan

Secara umum, obat yang digunakan dalam penerapan MTBS sudah tercantum
dalam Formularium Nasional yang digunakan di Puskesmas, namun demikian
perlu dinilai ketersediaannya, termasuk ketersediaan alat di Puskesmas. Dalam
menentukan ketersediaan obat dan alat, dapat dilakukan penilaian berdasarkan
pemakaian dan kebutuhan 6 bulan sebelumnya dengan menggunakan LPLPO.

Setelah diketahui kondisi ketersediaan obat dan alat, dalam mengajukan


permintaan bulan berikutnya, tambahkan yang masih kurang dan usulkan yang
belum tersedia. Jika obat yang dibutuhkan belum ada dalam LPLPO, amati dahulu
pola penyakit melalui Laporan Bulanan LB1.

Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan dibuat berdasarkan data


kebutuhan tahun sebelumnya, pola penyakit (epidemiologi) serta rencana
pengembengan atau intervensi program dengan mempertimbangkan sisa stok.

Alat pendukung pelayanan yang sangat perlu diupayakan adalah timer yang biasa
digunakan oleh program ISPA (ARI timer). Sementara belum ada, dapat
digunakan arloji yang mempunyai jarum detik, dan segera ajukan permintaan ke
dinas kesehatan setempat atau pengadaan sendiri (jika mungkin).

Obat-obat yang diperlukan dalam penanganan balita sakit adalah :

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 62
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 63
Peralatan dan Bahan habis pakai yang digunakan dalam penerapan MTBS :

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 64
2.2 Penyiapan Formulir Pencatatan, Buku Register, Buku KIA dan Bagan MTBS
Perlu dipikirkan sumber dana dan cara pengadaan formulir pencatatan, register
rawat jalan dan buku bagan MTBS. Bicarakan rencana pengadaannya dengan
Kepala Puskesmas. Kebutuhan lembar Formulir Pencatatan Balita Sakit Umur 2
bl - 5 th di Puskesmas dan jaringannya disesuaikan dengan jumlah kunjungan
balita sakit pada tahun sebelumnya ditambah dengan bufferstok, sedangkan
kebutuhan Formulir Pencatatan Bayi Muda Umur < 2 bl sesuai dengan sasaran
bayi lahir dikali 3 (sesuai dengan kunjungan neonatal) ditambah dengan jumlah
kasus bayi muda sakit tahun sebelumnya dan bufferstock.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 65
Kebutuhan Buku Register Rawat Jalan Balita Sakit dan Register Rawat Jalan Bayi
Muda dihitung berdasarkan jumlah Pustu ditambah Puskesmas, atau dapat
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Dinas Kesehatan setempat. Begitu juga
dengan Buku KIA.
Ketersediaan Buku Bagan MTBS disesuaikan dengan proposi jumlah tenaga
medis yang ada di Puskesmas dan jaringannya (jika mungkin), agar seluruh
pemberi layanan balita sakit dapat mempelajari dengan leluasa dan
menggunakannya.

3. Penyiapan Ruangan
Pelayanan MTBS sebaiknya dilakukan di ruangan tersendiri mengingat membutuhkan
waktu pemeriksaan yang cukup lama, termasuk konseling yang disampaikan kepada
ibu atau pengasuh bayi maupun balita sakit. Namun jika tidak memungkinkan, dapat
digunakan ruangan yang dimanfaatkan bersama.
Untuk pelayanan bayi muda sehat yang berkunjung ke Puskesmas dapat
menggunakan ruangan Kesehatan lbu dan Anak.

4. Penyesuaian Alur Pelayanan


Memeriksa bayi muda maupun balita sakit dengan pendekatan MTBS harus teliti dan
menyeluruh sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Semua petugas yang terlibat
dalam alur pelayanan MTBS hendaknya ikut berperan dalam mendukung pelayanan
MTBS yang optimal.

Untuk memperlancar pelayanan MTBS dan mengurangi waktu tunggu perlu dilakukan
penyesuaian alur pelayanan yang dipahami dan mudah diakses oleh pengunjung,
meliputi: Pendaftaran, Pemeriksaan, KIE, Pemberian tindakan yang diperlukan,
Pemberian obat, atau Rujukan jika diperlukan. Penyesuaian alur pelayanan MTBS
dapat dilaksanakan mengikuti bagan berikut:

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 66
Pasien
Datang

Pendaftaran
• Tanyakan identitas
pasien
• Pasien diminta

rekam medis diserahkan oleh petugas


pendaftaran ke ruang MTBS/KIA

Ruang MTBS
• Lakukan penilaian Laboratorium
Ruju • Menentukan Ruang Imunisasi/KIA
k Klasifikasi Ruang Gizi
• Menentukan Layanan Rehidrasi
tindakan/

Ruang Obat
• Pemberian Obat
• Konseling pemakaian
dan dosis obat

Pulang

Selama ini jangkauan pelayanan bayi muda sangat rendah, karena budaya
masyarakat yang melarang bayi muda keluar rumah sebelum umur 40 hari, apalagi
tidak semua persalinan dilakukan oleh petugas kesehatan. Oleh karena itu perlu
pendekatan lebih aktif yaitu dimulai sejak pelayanan antenatal yang diikuti sampai
masa nifas. Alat Bantu yang bisa digunakan adalah register kohort ibu hamil dan
kantong taksiran persalinan, sehingga sebagian besar bayi baru lahir dapat diketahui
oleh petugas kesehatan setempat. Dengan memanfaatkan kantong persalinan,
petugas dapat merencanakan kunjungan neonatal berdasar Hari Taksiran Persalinan
(HTP). Pada saat kunjungan neonatal, petugas kesehatan harus memeriksa bayi
dengan menggunakan Formulir Pencatatan Bayi Muda.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 67
Untuk bayi muda yang sakit, diperlukan kontak dengan petugas kesehatan yang lebih
sering sesuai kondisi bayi.

B. PELAKSANAAN

Penerapan MTBS menekankan pada tiga komponen yakni memperkuat sistem pelayanan
kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif, meningkatkan kualitas pelayanan
balita sakit, serta meningkatkan peran keluarga dan masyarakat dalam hal perawatan
balita sakit, deteksi dini dan pola pencarian pertolongan segera ke tenaga kesehatan.

1. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Anak

Seluruh balita sakit dan bayi muda harus dilayani dengan pendekatan MTBS.
Kesinambungan pelayanan dengan pendekatan MTBS didukung oleh kebijakan dari
Kepala Puskesmas yang mengusahakan tersedia SDM pelaksana yang patuh
terhadap standar, ketersediaan faktor pendukung pelayanan, biaya operasional,
supervisi berjenjang, penguatan sistem rujukan serta evaluasi berkala penerapan
MTBS.

Semua kegiatan penatalaksanaan balita sakit dan bayi muda dicatat dalam buku
Register Rawat Jalan, serta pelaporan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Pada
kasus tertentu yang membutuhkan koordinasi lintas program, petugas puskesmas
diharapkan melakukan kunjungan lapangan dengan memanfaatkan dana operasional
Puskesmas, BOK dan atau dana Kapitasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Agar terlaksana kesinambungan pelayanan balita sakit, pemerintah Kabupaten/Kota


juga memperkuat kualitas pelayanan anak di fasilitas rujukan, melakukan berbagai
upaya untuk mempermudah akses pelayanan serta peningkatan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat terkait kesehatan anak.

2. Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan serta Kepatuhan Terhadap Standar.

MTBS dilaksanakan oleh perawat, bidan dan dokter (sebagai penerima rujukan dan
supervisor) serta petugas lain yang terkait dengan kompetensi dan wewenangnya.
Kepala Puskesmas dan Dokter perlu memastikan bahwa semua petugas yang terlibat
dalam pelayanan MTBS selalu terupdate pengetahuan dan kompetensinya.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat melalui pelatihan MTBS, refreshing,
maupun on the job training atau kalakarya.

Untuk memastikan kesinambungan pengetahuan dan ketrampilan serta kepatuhan


petugas dalam penerapan MTBS, Kepala Puskesmas dan Dokter harus
melaksanakan :

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 68
 On the job training atau kalakarya bertahap bagi petugas yang belum terlatih
 Refreshing MTBS
 Supervisi fasilitatif,
 Kaderisasi fasilitator internal di Puskesmas dengan metode pendampingan
 Monitoring berkala penerapan MTBS di Puskesmas dan jaringannya
 Pembahasan berkala kasus balita sakit, bayi muda dan hasil kunjungan
neonatal
 Tindaklanjut kendala di lapangan atau jika SDM tidak patuh terhadap standar.

3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dan pengasuh


Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua maupun pengasuh dalam
perawatan balita sakit dan bayi muda dilaksanakan melalui KIE secara terus menerus,
baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas, terintegrasi dengan kegiatan
lainnya seperi Posyandu, dll. Kegiatan KIE ini juga dilaksanakan pada setiap
kunjungan balita baik dengan memberikan contoh langsung atau menggunakan Buku
KIA, lembar balik, leaflet, dan video.
Dalam berkomunikasi hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami. Sediakan waktu untuk mengklarifikasi pemahaman orang tua/ pengasuh
agar tidak terjadi salah pengertian..
KIE yang disampaikan dalam pelayanan MTBS, antara lain:
 cara memberikan obat oral di rumah.
 cara mengobati infeksi lokal di rumah.
 cara memberikan cairan di rumah.
 masalah pemberian ASI dan makanan pada anak.
 kapan harus kembali untuk kunjungan ulang
 manfaat kunjungan ulang dan alasan mengapa perlu kunjungan ulang
 kapan atau kondisi bagaimana harus segera membawa anak ke puskesmas
 pencegahan cidera pada anak.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan
puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang
digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah
konversi klasifikasi ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD-10 sebelum masuk ke
dalam sistim pelaporan.
Di tingkat keluarga, selain mencatat hasil pelayanan pada formulir pencatatan bayi muda,
petugas juga mencatatnya pada buku KIA, agar ibu dan keluarga dapat mengetahui

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 69
keadaan bayi muda dan dapat memberikan asuhan bayi muda di rumah serta mengenali
tanda-tanda bahaya.
Seluruh hasil pelayanan yang sudah tertulis dalam Formulir Pencatatan, dicatat atau
dipindahkan datanya setiap hari ke dalam buku register rawat jalan sesuai umur anak,
a) Register Rawat Jalan Balita Sakit Umur 2 bl – 5 th.
b) Register Rawat Jalan Bayi Muda Umur kurang dari 2 bl.
Hasil pencatatan harian dalam register rawat jalan dapat direkapitulasi setiap bulan untuk
memudahkan pemantauan dan pembinaan, Register rawat jalan apat digunakan sebagai
sumber data berbagai laporan bulanan program.
Konversi klasifikasi MTBS pada balita sakit ke dalam kode diagnosis (ICD-10)

ICD – 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS
I TANDA BAHAYA UMUM
R Penetapan
Penyakit Sangat Berat Kejang Demam
56.0 diagnosa
A 35 Tetanus disesuaikan
G Meningitis, tidak dengan tanda
03.9 spesifik atau gejala dan
G 04 Ensefalitis pemeriksaan
A 36.9 Diphteri fisik
BATUK ATAU SUKAR
II
BERNAPAS
Pneumonia, tidak
1. Pneumonia Berat J 18.9
spesifik
Pneumonia, tidak
2. Pneumonia J 18.9
spesifik
3. Batuk Bukan Pneumonia J 06.9 ISPA, tidak spesifik
III DIARE
Gastroenteritis dan
1. Diare Dehidrasi Berat A 09
Kolitis, tidak spesifik

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 70
2. Diare Dehidrasi Gastroenteritis dan
A 09
Ringan/Sedang Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09
Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
4. Diare Persisten Berat A 09
Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
5. Diare Persisten A 09
Kolitis, tidak spesifik
6. Disentri A 06 Amubiasis
IV DEMAM
1. Penyakit Berat Dengan
B 50 Malaria falciparum Jika hasil
Demam
pemeriksaan
B 51 Malaria vivax
darah, positif
B 52 Malaria malariae
malaria
B 53 Malaria ovale
Jika negatif,
atau tidak
B 54 Malaria, tidak spesifik
dilakukan
pemeriksaan
2. Malaria B 50 Malaria falciparum
B 51 Malaria vivax
B 52 Malaria malariae
B 53 Malaria ovale
Jika ditemukan
penyebab lain
dari demam,
Demam yang tidak
3. Demam Bukan Malaria R 50 tentukan
diketahui penyebabnya
diagnosa
ICD10 yg
sesuai

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 71
4. Campak Dengan Campak dengan
B 05.1
Komplikasi Berat Meningitis
Campak dengan
B 05.2
Pneumonia
5. Campak Dengan Campak dengan
Komplikasi Mata atau B 05.8 komplikasi mata atau
Mulut mulut
Campak tanpa
6. Campak B 05.9
komplikasi
Jika ada
Riwayat penyakit riwayat campak
Z 86
infeksi dan parasit dalam 3 bulan
terakhir
7. Demam Berdarah Demam Berdarah
A 91
Dengue (DBD) Dengue
8. Mungkin DBD A 90 Demam Dengue
9. Demam Mungkin Bukan Demam yang tidak Jika ditemukan
R 50
DBD diketahui penyebabnya penyebab lain
dari demam,
tentukan
Demam Tifoid dan
A 01 diagnosa
Paratifoid
ICD10 yang
sesuai
V MASALAH TELINGA
1. Mastoiditis H 70 Mastoiditis
2. Infeksi Telinga Akut H 60 Otitis Eksterna
H Otitis Media Akut
65.0 Serosa
H Otitis Media Akut
66.0 Supuratifa

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 72
H Otitis Media Supuratif
3. Infeksi Telinga Kronis
66.3 Kronik, tidak spesifik
4. Tidak Ada Infeksi Telinga -- --
VI STATUS GIZI
1. Sangat kurus Dengan
E 40 Kwashiorkor
Komplikasi
Khusus kondisi
E 42 Marasmus
stunting dengan
2. Sangat kurus Tanpa Sangat kurus Tanpa
E 43 Kode E 45
Komplikasi Komplikasi
3. Kurus E 63.9 Kurus, tidak spesifik
4. Normal -- --
VII ANEMIA
D
1. Anemia Berat Anemia tidak spesifik
64.9
D
2. Anemia Anemia tidak spesifik
64.9
D Anemia defisiensi besi,
50.9 tidak spesifik
3. Tidak Anemia -- --
VIII STATUS HIV
1. Infeksi HIV terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
Ada gejala, diperlukan
2. Diduga terinfeksi HIV Z 11.4
penapisan HIV
Kontak dan suspek
3. Terpajan HIV Z 20.6
terinfeksi HIV
4. Kemungkinan bukan
-- --
infeksi HIV

Konversi klasifikasi MTBS pada bayi muda ke dalam kode diagnosis (ICD-10)
ICD – 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 73
KEMUNGKINAN
PENYAKIT SANGAT
I
BERAT ATAU INFEKSI
BAKTERI
1. Penyakit Sangat Berat R
Kejang Demam Penetapan
atau Infeksi Bakteri 56.0
A 33 Tetanus Neonatorum diagnosa
disesuaikan
G Meningitis, tidak
dengan tanda
03.9 spesifik
atau gejala dan
A 36.9 Diphteri pemeriksaan
Pneumonia, tidak fisik
J 18.9
spesifik
Penyakit bakteri lain
2. Infeksi Bakteri Lokal A 48
yang tidak terklasifikasi
3. Mungkin Bukan
-- --
Infeksi
II IKTERUS
Ikterus bayi baru lahir,
1. Ikterus Berat P 59.9
tidak spesifik
Ikterus bayi baru lahir,
2. Ikterus P 59.9
tidak spesifik
3. Tidak Ada Ikterus -- --
III DIARE
1. Diare Dehidrasi Berat A 09 Gastroenteritis dan
Kolitis, tidak spesifik
2. Diare Dehidrasi Ringan / A 09 Gastroenteritis dan
Sedang Kolitis, tidak spesifik
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09 Gastroenteritis dan
Kolitis, tidak spesifik
IV STATUS HIV
1. Infeksi HIV Terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
2. Terpajan HIV Kontak dan suspek
Z 20.6
terinfeksi HIV
3. Mungkin Bukan Infeksi -- --
HIV

D. PEMANTAUAN DAN PEMBINAAN


Pemantauan dapat dilaksanakan secara tidak langsung dari pencatatan pelaporan atau
secara langsung a.l melalui supervisi fasilitatif, kemudian dilakukan analisis masalah yang

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 74
ditindaklanjuti dengan pembinaan yang menekankan upaya perbaikan. Supervisi fasilitatif
mengamati seluruh proses pelaksanaan MTBS mulai dari persiapan, pelaksanaan
penerapan serta hasil penerapan MTBS. Hal ini dilakukan untuk memastikan
terlaksananya seluruh rangkaian penerapan MTBS, dan secara khusus dapat
menghasilkan tatalaksana kasus lebih efektif, rasiona, aman dan berkesinambungan.

Selain supervisi fasilitatif, dilakukan juga monitoring dan evaluasi. Monitoring bisa
dilakukan secara internal oleh Kepala Puskesmas, dokter dan bidan koordinator, atau
secara eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Provinsi. Monitoring juga
seyogyanya dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota melalui supervisi fasilitatif
setiap 6 bulan, kemudian melaporkan secara berjenjang ke dinas kesehatan provinsi
untuk dapat dipastikan terlaksanakanya rangkaian penerapan MTBS.

Dalam monitoring dilakukan penilaian terkait dengan permasalahan yang timbul dalam
menerapkan MTBS di Puskesmas, perencanaan dan output dari penerapan MTBS,
sedangkan evaluasi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang :
 Relevansi penerapan MTBS dengan peningkatan penemuan kasus.
 Kesesuaian antara jenis dan jumlah kasus dengan perencanaan, pengadaan dan
penggunaan logistic.
 Kualitas pelayanan MTBS
 Optimalisasi penggunaan dana operasional puskesmas
 Perilaku pencarian pertolongan kesehatan
 Penurunan kesakitan dan kematian.

Evaluasi hasil penerapan MTBS di Puskesmas dapat dilakukan dalam forum lokakakarya
mini Puskesmas atau Pertemuan evaluasi khusus setiap 6 bulan atau sedikitnya sekali
setahun. Evaluasi ini bertujuan untuk dapat memperoleh gambaran tentang
a. Peningkatan jumlah penemuan kasus melalui MTBS
b. Ketersediaan logistic sesuai jenis dan jumlah kasus yang ditangani dengan MTBS
c. Kualitas pelayanan MTBS
d. Penurunan kesakitan dan kematian neonatus, bayi dan balita

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 75
LOG BOOK PESERTA

ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB


TERBANYAK KEMATIAN BAYI
BAGI PETUGAS MTBS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
2021

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 76
DATA PESERTA ORIENTASI

NAMA
ASAL
PUSKESMAS

PUSKESMAS
OJT

TELP/HP

Tempel Foto Berwarna 4x6

TANGGAL PENGISIAN:

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 77
LEMBAR STUDI KASUS
TATALAKSANA BALITA SAKIT
UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 78
Lembar Studi Kasus
PENGAMATAN LANGSUNG TATALAKSANA KASUS BALITA SAKIT 2 BL – 5 TH
Concurrent assessment; kasusnya ada, diskusi bedside

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda ( √ ) jika dikerjakan dengan benar.
2. Beri tanda ( x ) jika dikerjakan salah atau mengerjakan yang seharusnya tidak perlu
dikerjakan.
3. Beri tanda ( - ) jika tidak mengerjakan yang seharusnya dikerjakan.
4. Beri tanda segitiga (Δ) jika tidak berlaku untuk kasus tersebut.

No Variabel HASIL Penjelasan Hasil Diskusi

Kasus

Initial Balita sakit

1 Umur Balita Sakit ( Tahun Bulan)

2 Cara menimbang Berat badan

3 Cara mengukur Panjang atau tinggi badan

4 Cara mengukur suhu badan

5 Melakukan Anamnesa

6 TANDA Memeriksa stridor

7 BAHAYA Memeriksa ujung tangan dan

UMUM kaki

8 Menentukan klasifikasi

9 Melakukan Anamnesa

10 BATUK DAN Memeriksa tarikan dinding

ATAU SUKAR dada ke dalam

11 BERNAFAS Menghitung nafas

12 Menentukan klasifikasi

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 79
13 Melakukan Anamnesa

14 Memeriksa Mata cekung

15 DIARE Memberi anak minum

16 Mencubit kulit perut

17 Menentukan klasifikasi

18 Melakukan Anamnesa

19 Memeriksa kaku kuduk

20 Memeriksa penyebab lain

DEMAM dari demam

21 Memeriksa ruam dan mata

merah

22 Menenukan KLASIFIKASI

untuk MALARIA

23 Memeriksa mulut dan mata

24 Menentukan Klasifikasi untuk

Campak*

25 Melakukan anamnesa untuk

kearah DBD*

26 Memeriksa tanda-tanda syok*

27 Memeriksa tanda-tanda

perdarahan*

28 Melakukan Uji Torniket*

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 80
29 Menentukan Klasifikasi untuk

DBD*

30 Melakukan anmnesa

31 MASALAH Memeriksa kedua telinga

32 TELINGA Meraba pembengkakan

dibelakang telinga

33 Menentukan KLASIFIKASI

34 Memeriksa apakah anak “

sangat Kurus”

35 Memeriksa Kedua punggung

kaki

36 STATUS GIZI MenentukanBB/PB (TB)

dengan grafik

37 Mengukur Lingkar lengan

atas

38 Menentukan klasifikasi

39 ANEMIA Memeriksa kepucatan pada

telapak tangan

40 Menentukan Klasifikasi

41 Melakukan Anamnesa*

42 Memeriksa bercak putih di

STATUS HIV mulut*

43 Menganjurkan test HIV*

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 81
44 Menentukan KLASIFIKASI*

45 IMUNISASI, VIT Menanyakan/Mencatat status

A, MASALAH imunisasi

46 LAIN Menanyakan / mencatata

pemberian vitA

47 Menanyakan masalah atau

keluhan lain

48 Jika dirujuk segera, hanya

pra rujukan

49 Mencatat tindakan yang

relevan

50 TINDAKAN Menentukan dosis obat

51 ATAU Menulis kunjungan ulang

52 PENGOBATAN Tidak menulis “Nasihati

kembali segera”

53 Menilai Pemberian makan*

54 Menentukan masalah

pemberian makan*

55 Nasihat Pemberian Makan*

56 KONSELING Kunjungan ulang

57 (TPNC) Kapan kembali segera

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 82
Total (√ + Δ )

SKOR

Nama dan tandatangan Mentor

(……………………………………………..)

Keterangan : * jika dilakukan sesuai ketentuan

Kolom SKOR (%) diisi dengan rumus : SKOR = Total ( √ ) + ( Δ ) x 100 %


Σ variabel

Jumlah Variabel = 57

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 83
LEMBAR STUDI KASUS
PEMANTAUAN PENGISIAN FORMULIR PENCATATAN MTBS
PADA BALITA SAKIT 2 BL – 5 TH
Retrospective assessment; tidak ada kasus, diskusi berdasarkan form pencatatan MTBS

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda ( √ ) jika dikerjakan dengan benar.
2. Beri tanda ( x ) jika dikerjakan salah atau mengerjakan yang seharusnya tidak perlu
dikerjakan.
3. Beri tanda ( - ) jika tidak mengerjakan yang seharusnya dikerjakan.
4. Beri tanda segitiga (Δ) jika tidak berlaku untuk kasus tersebut.

No Variabel Kasus Penjelasan

1 2 Hasil diskusi

1 Identitas dan masalah balita ditulis lengkap

2 Gejala yang ditemukan dilingkari

3 TANDA BAHAYA Klasifikasi ditulis lengkap atau diberi

UMUM tanda (-)

4 Tindakan/Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

5 Gejala yang ditemukan dilingkari dan

BATUK DAN ditulis

6 ATAU SUKAR Hasil Perhitungan Frekwensi nafas

BERNAFAS dicatat

7 Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan

benar

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 84
8 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

9 Gejala yang ditemukan dilingkari dan

DIARE ditulis

10 Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan

benar

11 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

12 Gejala yang ditemui dilingkari dan

DEMAM ditulis

13 Klasifikasi ditulis denan lengkap dan

benar

14 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

15 Gejala yang ditemui dilingkari dan

MASALAH ditulis

16 TELINGA Klasifikasi ditulis denan lengkap dan

benar

17 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

18 STATUS GIZI Gejala yang ditemui dilingkari dan

ditulis

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 85
19 Klasifikasi ditulis denan lengkap dan

benar

20 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

21 Gejala yang ditemui dilingkari dan

ANEMIA ditulis

22 Klasifikasi ditulis denan lengkap dan

benar

23 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

24 Gejala yang ditemui dilingkari dan

STATUS HIV ditulis

25 Klasifikasi ditulis denan lengkap dan

benar

26 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap

dan benar

27 Imunisasi yang sudah didapat diberi

STATUS tanda ( )

28 IMUNISASI Imunisasi yang dibutuhkan hari ini

dilingkari

29 Imunisasi yang diberikan hari ini ditulis

30 VITAMIN A Kebutuhan Vitamin A , diberi tanda ()

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 86
31 Pemberian Vitamin A hari ini diberi

tanda ()

32 MASALAH LAIN Masalah lain, ditulis atau diberi tanda (-

33 Tindakan yang dilakukan ditulis

34 PEMBERIAN Penilaian pemberian makan diisi

MAKAN lengkap

35 Masalah pemberian makan, ditulis

36 Nasihat pemberian makan , ditulis

37 Kunjungan ulang terpendek dan pasti,

KUNJUNGAN ditulis

38 ULANG Nasihati kapan kembali segera , diberi

tanda ()

Total (√ + Δ )

SKOR

Kolom SKOR (%) diisi dengan rumus : SKOR = Total ( √ ) + ( Δ ) x 100 %


Σ variabel x 2

Jumlah Variabel = 38

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 87
LEMBAR STUDI KASUS
TATALAKSANA BAYI MUDA
UMUR KURANG DARI 2 BULAN

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 88
LEMBAR STUDI KASUS
PENGAMATAN LANGSUNG TATALAKSANA KASUS BAYI MUDA < 2 BL
Concurrent assessment; kasusnya ada, diskusi bedside

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda ( √ ) jika dikerjakan dengan benar.
2. Beri tanda ( x ) jika dikerjakan salah atau mengerjakan yang seharusnya tidak perlu
dikerjakan.
3. Beri tanda ( - ) jika tidak mengerjakan yang seharusnya dikerjakan.
4. Beri tanda segitiga (Δ) jika tidak berlaku untuk kasus tersebut.

No Variabel HASIL Penjelasan Hasil Diskusi

Kasus

Initial Bayi Muda

1 Umur Bayi Muda ( Hari )

2 Cara menimbang Berat badan

3 Cara mengukur Panjang badan

4 Cara mengukur suhu badan

5 Melakukan Anamnesa

6 Memeriksa pergerakan

7 KEMUNGKINAN Menghitung nafas

8 PENYAKIT Memeriksa tarikan dinding

SANGAT BERAT dada ke dalam

9 ATAU INFEKSI Memeriksa nanah pada mata

10 BERAT Memeriksa pusar

11 Memeriksa pustul di kulit

12 Menentukan KLASIFIKASI

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 89
13 Melakukan anamnesa

14 IKTERUS Memeriksa kuning pada mata

atau kulit

15 Memeriksa telapak tangan

dan kaki

16 Menentukan KLASIFIKASI

17 Melakukan anamnesa*

18 Memeriksa mata cekung

19 DIARE Mencubit kulit perut

20 Menentukan KLASIFIKASI

21 Melakukan Anamnesa*

22 STATUS HIV Menganjurkan test HIV*

23 Menentukan KLASIFIKASI

24 KEMUNGKINAN Melakukan Anamnesa

25 BERAT BADAN Menentukan BB menurut

RENDAH DAN / Umur

26 ATAU MASALAH Memeriksa mulut ( Trush dan

PEMBERIAN ASI celah)

27 Menilai cara menyusui*

28 Menentukan KLASIFIKASI

29 IMUNISASI, Menanyakan/mencatat status

PEMBERIAN VIT imunisasi

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 90
30 K1, MASALAH Menanyakan / mencatata

LAIN pemberian Vit. K1

31 Menanyakan masalah lain

pada bayi

32 Menanyakan masalah lain

pada ibu

33 Jika dirujuk segera, hanya pra

rujukan

34 TINDAKAN ATAU Mencatat tindakan yang

PENGOBATAN relevan

35 Menentukan dosis obat

36 Menulis kunjungan ulang

37 Tidak menulis “Nasihati

kembali segera”

38 Kunjungan ulang

39 Kapan kembali segera

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 91
KONSELING

(TPNC)

Total (√ + Δ )

SKOR

Nama dan tandatangan Mentor

(……………………………………………..)

Keterangan : * jika dilakukan sesuai ketentuan

Kolom SKOR (%) diisi dengan rumus : SKOR = Total ( √ ) + ( Δ ) x 100 %


Σ variabel

Jumlah Variabel = 39

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 92
LEMBAR STUDI KASUS
PEMANTAUAN PENGISIAN FORMULIR PENCATATAN MTBS
PADA BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN
Retrospective assessment; tidak ada kasus, diskusi berdasarkan form pencatatan MTBS

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda ( √ ) jika dikerjakan dengan benar.
2. Beri tanda ( x ) jika dikerjakan salah atau mengerjakan yang seharusnya tidak perlu
dikerjakan.
3. Beri tanda ( - ) jika tidak mengerjakan yang seharusnya dikerjakan.
4. Beri tanda segitiga (Δ) jika tidak berlaku untuk kasus tersebut.

No Variabel Kasu Penjelasan


s
1 2 Hasil Diskusi
1 Identitas dan masalah bayi ditulis lengkap
2 Gejala yang ditemukan dilingkari dan
KEMUNGKINA ditulis
3 N PENYAKIT Hasil perhitungan frekwensi nafas dicatat
4 SANGAT Klasifikasi ditulis lengkap atau diberi
BERAT ATAU tanda (-)
5 INFEKSI Tindakan/Pengobatan ditulis lengkap
BAKTERI dan benar
6 Gejala yang ditemukan dilingkari dan
IKTERUS ditulis
7 Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan
benar
8 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap
dan benar
9 Gejala yang ditemukan dilingkari dan
ditulis
10 DIARE Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan
benar

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 93
11 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap
dan benar
12 Gejala yang ditemukan dilingkari dan
STATUS HIV ditulis
13 Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan
benar
14 Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap
dan benar
15 KEMUNGKIN Gejala yang ditemukan dilingkari dan
AN BBR dan ditulis
16 MASALAH Klasifikasi ditulis dengan lengkap dan
PEMBERIAN benar
17 ASI Tindakan / Pengobatan ditulis lengkap
dan benar
18 VITAMIN K1 Pemberian vit. K1 pasca lahir, diberi
tanda ( )
19 Pemberian Vit.K1 hari ini , diberi tanda (
)
20 Imunisasi yang didapat hari ini diberi
IMUNISASI tanda( )
21 Imunisasi yang dibutuhkan hari ini ,
dilingkari
22 Imunisasi yang dibutuhkan hari ini ditulis
23 MASALAH Masalah lain, ditulis dan diberi tanda(-)
24 LAIN PADA Tindakan yang dilakukan , ditulis
BAYI
25 MASALAH Masalah lain, ditulis dan diberi tanda(-)
26 LAIN PADA Tindakan yang dilakukan , ditulis
IBU
27 Kunjungan ulang terpendek dan pasti,
ditulis

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 94
28 KUNJUNGAN Nasihati kapan kembali segera , diberi
ULANG tanda ()
Total (√ + Δ )
SKOR

Kolom SKOR (%) diisi dengan rumus : SKOR = Total ( √ ) + ( Δ ) x 100 %


Σ variabel x 2
Jumlah Variabel = 28

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 95
Lembar Penilaian
Orientasi Tatalaksana Penyebab Terbanyak Kematian Bayi
Metode Blanded Learning

Nama :
Asal institusi :
Kab/Kota :
Gelombang :
Penilaian Bobot Nilai Total Nilai
Persentase
Tingkat kehadiran sesi OJT 25%
Tugas Pembelajaran Mandiri 25%
Case-based discussion 50%
1. Pengamatan Langsung ( @ 1
kasus)
2. Pemantauan Formulir
Pencatatan ( @ 2 kasus)

Nilai akhir

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 96
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 97
98

Anda mungkin juga menyukai