T it ik A Tit ik B
UA
m v A2 + q
pena m ba ha n UB
2 g c pa na s
p a d a f lu id a m v B2
m g zA
2 g c
g c Z2
p om pa m g zB
p A VA
- W g c
k e r ja d a r i p o m p a p B VB
D a tu m Z1 p a d a f lu id a
Gambar 3.1
Sistem aliran Fluida di Dalam Pipa4)
Dari gambar 3-1, dengan menganggap sistim adalah steady state, maka
kesetimbangan energi dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
m v1 m g z1 m v2 m g z 2
U1 p1 V1 q w U 2 p2 V2 ………….
2gc gc 2gc gc
…….. (3-1)
dimana :
3. Lw, adalah kerja yang hilang sebagai akibat proses irreversible, misalnya
gesejan antara fluida dengan dinding pipa, slippage, gesekan antar fasa,
pengaruh viskositas, pengaruh tegangan permukan, dan sebagainya.
Selanjutnya persamaan aliran fluida dalam dikembangkan dari hokum
konversi energi dengan menggunakan konsep – konsep thermodinamika, dengan
cara sebagai berikut :
1. Persamaan (3-1) dapat dituliskan dalam bentuk diferensial sebagai
berikut :
2
m v1 m g z1
dU d ( ) d( ) d ( pV ) W q 0 …...…….. (3-8)
2 gc gc
2. Substitusi persamaan (3-7) kedalam persamaan (3-8) dan mengubah d(pV)
dalam bentuk integral, maka diperoleh persamaan berikut :
U =
s2 v2 m v2 m g z v2 p2
s1
T .ds
v1
p.( dv) d (
2gc
) d(
gc
) p.dV V .dp W q
v1 p1
…….. (3-9)
3. Apabila entropy diganti dengan persamaan (3-5), maka persamaan (3-9)
dapat disederhanakan sebagai berikut :
m v2 m g z
v2
………………….. (3-
v1
p.dV d (
2g
c
) d(
g
) W Lw
c
10)
4. Untuk setiap 1 lb-mass persamaan (3-10) dapat dituliskan sebagai berikut :
v2 gz
v2
………………..…….. (3-
v1
p.dV d (
2 gc
) d(
gc
) W Lw
11)
dimana setiap suku dalam persamaan (3-11) mempunyai satuan
(ft-lbf/lbm).
5. Dalam bentuk diferensial, persamaan (3-11) dapat dituliskan sebagai
berikut :
g g v.dv
144 V .dp dz dW dLw 0 ...…….. (3-12)
gc gc gc
7. Apabila dianggap tidak ada kerja yang dilakukan oleh fluida atau terhadap
fluida, maka persamaan (3-13) dapat disederhanakan menjadi :
dp g v.dv
dz dLw 0 ………………...…….. (3-14)
gc gc
dimana f adalah factor gesekan, yang merupakan fungsi dari bilangan Reynolds
(Nre) dan kekasaran pipa.
Harga Nre dihitung dengan menggunakan persamaan :
vd
Nre = 1488
…………………………..….. (3-21)
Penentuan factor gesekan untuk aliran fluida satu fasa tergantung pada jenis
alirannya (laminar atau turbulen).
1. untuk aliran satu fasa laminer, factor gesekan ditentukan berdasarkan
persamaan Hegen – Poiseuille :
d 2 gc dP
v ……………………………………...…….. (3-25)
32 dL f
Gambar 3.2
Grafik Factor Gesekan dari Moody4)
Gambar 3.3
Grafik Kekasaran Relative Pipa dari Moody4)
Perubahan factor gesekan untuk aliran satu fasa terhadap bilangan Reynold
dan kekasaran relatif, diperlihatkan secara grafis dalam gambar 3-2. sedangkan
hubungan factor gesekan dengan kekasaran pipa, diperlihatkan dalam gambar 3-3.
(3-31)
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk aliran yang
hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran yang hanya terdiri dari
cairan). Bagian pipa yang tidak terisi oleh cairan, berarti berisi gas. Maka
didefinisikan Gas Hold Up, yaitu perbandingan antara volume pipa yang berisi
gas dengan volume pipa keseluruhan. Dengan demikian :
Hg= 1 – HL ……………………………………………….. (3-32)
Dimana :
HL = Liquid Hold Up
Hg = Gas Hold Up
No-slip Liquid Hold Up atau disebut juga dengan input liquid content,
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan yang mengisi pipa
dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan cairan bergerak dengan
kecepatan yang sama (untuk liquid hold up kecepatan gas dan cairan berbeda).
Harga no-slip liquid hold up (λL) ini, dapat dihitung langsung dari harga laju aliran
gas dan cairan, yaitu :
qL
L ……………………………………………….. (3-33)
qL q g
Dimana qL dan qg masing – masing adalah laju aliran cairan dan gas yang
diamati. Sedangkan no slip gas hold up adalah :
λg = 1 - λL ……………………………………………………………………… (3-34)
Berdasarkan kedua parameter diatas, maka dapat dilakukan penggabungan
sifat – sifat daripada fasa yang mengalir bersama – sama dalam pipa.
2
k L L / H L g g / H g
2
…………………………….…….. (3-37)
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka density
cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan densitas air, yaitu :
L o fo w f w …………………………………………….. (3-38)
dimana :
qo qo Bo
fo ………………………….…….. (3-39)
qo qw q B q B
o o w w
1
fo
1 WOR Bw Bo
…………………………………...…….. (3-
40)
f w 1 fo …………………………………………….…….. (3-41)
3.2.4. Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan aliran,
terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk menentukan gradien
tekanan dari komponen gesekan. Viskositas campuran air dengan minyak,
ditentukan dengan :
L o fo w f w ………………………………………..…….. (3-49)
Sedangkan viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai dengan
adanya slip atau tidak, yaitu :
n L L g g ……………………………………………….. (3-50)
dimana :
μn = no – slip viscosity
μs = slip viscosity
s L H L g H g ……………………………………….…….. (3-51)
2. Komponen Percepatan :
( )vdv
(dp / dz ) acc ..................................................................................(3-
g c dz
56)
3. Komponen Gesekan :
d ( Lw)
(dp / dz ) f ( ) ..............................................................................(3-57)
dz
f ( )v 2
(dp / dz ) f ..................................................................................(3-58)
2 gcd
59)
sedangkan harga f ditentukan dengan menggunakan Diagram Moody atau
beberapa persamaan empiris.
Persamaan dasar untuk pengembangan metode adalah persamaan (3-53),
dan dalam metode ini diturunkan persamaan empiris untuk menentukan densitas
campuran serta faktor gesekan.
..(3-66)
Berdasarkan harga XX dan gambar 3-6, dapat ditentukan harga HL/psi.
5. Hitung HL berdasarkan hasil di langkah (2) dan (4), sebagai berikut :
HL = psi (HL/psi)..................................................................................(3-67)
Densitas campuran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3-60) dan
gradien tekanan aliran sebagai akibat perbedaan elevasi dapat ditentukan sebagai
berikut:
dp g
[( )LHL+ ( )g (1-HL)] ..................................................(3-69)
dz gc
Gambar 3-4
Korelasi untuk Faktor Koreksi Sekunder14)
Gambar 3-5
Korelasi untuk Koefisien Bilangan Viskositas, CNL14)
Gambar 3.6
Korelasi Faktor Hold-Up, HL 14)
B. Faktor Gesekan
Faktor gesekan aliran dua fasa diperkirakan dengan diagram Moody,
gambar 3-2 dengan menggunakan bilangan Reynold untuk kondisi dua fasa,
sebagai berikut:
( ) n vm d
N Re 1488 ........................................................................
s
..(3-70)
dimana :
vm = vsL + vsg
s = slip viscosity, cp
= (L)HL (g)Hg ..........................................................................(3-71)
()n = 'no-slip' densitas, lbm/cuft
= ( )L (L)L + ()g (1 - LL) ........................................................(3 -72)
d = diameter, ft
dimana :
( )n 2
( )f =
( )s
..........................................................................(3-74)
( )n = dihitung dengan menggunakan persamaan (3-72)
()s = 'slip-density', lbm/cuft
= ( )LHL + ()g (1-HL) ..................................................(3-75)
Apabila gradien tekanan sebagai akibat akselerasi diabaikan, maka gradien
tekanan aliran total dapat ditentukan dengan menjumlahkan persamaan (3-69) dan
(3-73).
Dimana :
HL (0) = liquid hold-up pada pipa horizontal, yang ditentukan dengan persamaan
berikut:
a(y L ) b
HL (0) =
( N FR ) c
Dimana konstanta a, b dan c tergantung pada pola aliran, yang mana besarnya
dapat dilihat pada tabel 3-1.
dimana fn adalah faktor gesekan 'no slip' yang dapat ditentukan dengan
menggunakan Diagram Moody untuk 'smooth' pipe atau dengan menggunakan
persamaan :
N Re n 2
f n [2 log ] ....................................
4.5223 log ( N Re n ) 3.8215
..(3-79)
Bilangan Reynold no-slip, dihitung dengan persamaan :
n vm d
NRen = 1488
n
n = L yL + g yg
dimana :
ln ( y)
S
0.0523 3.182 ln( y) 0.8725 (ln ( y)) 2 0.01853 (ln ( y)) 4
yL
y=
[H L ( )]2
S = ln (2.2 y - 1.2)
81)
Harga n = L yL +g yg
Tabel III-1
Konstanta a, b dan c untuk Setiap Pola Aliran
Pola aliran a b c
Segregated 0.9800 0.4846 0.0868
Intermediated 0.8450 0.5351 0.0173
Distributed 1.0650 0.5824 0.0609
Tabel III-2
Konstanta d, e, f dan g untuk Setiap Pola Aliran
Pola aliran d e f g
Segregated Uphill 0.011 -3.768 3.539 -1.6140
Intermittent Uphill 2.960 0.305 -0.4473 0.0978
Distributed Uphill Tidak perlu dikoreksi, C = 0
Semua Pola 4.700 -0.3692 0.1244 -0.5056
Aliran Downhill
Ngv = Vsg r ………………………………………….......(3-83)
2. Liquid Velocity Number :
1
L
4
NLv = VLv r ……………………………………...…….(3-84)
3. Diameter Number :
1
L 2
Nd = d r ………………………………………………..(3-85)
4. liquid Viscosity Number :
1
1
4
NL = L L .r
3
..…………………………………………..(3-86)
dimana :
d = diameter dalam dari tubing, ft
L = densitas cairan, lbm/cuft
VsL = superfacial liquid velocity, ft/det
L = viscositas cairan , cp
r = tegangan permukaan, dyne/cam
Dengan menggunakan kelompok tak berdimensi tersebut membuat korelasi
untuk menentukan slip velocity “S” dan bentuk tak berdimensi. Setiap harga S
tersebut tergantung pada pola aliran yang terjadi dan apabila harga S = berarti
hold up sama dengan nol dan ini terjadi pada pola aliran mist. Sedangkan korelasi
untuk menentukan gesekan juga tergantung pada pola alirannya.
Dimana HL adalah Liquid hold up. Gradien umumnya diabaikan dengan demikian.
dP
= HL. L.g +(1-HL) g.g + (gradien gesekan) ……….....…..(3-
dh
88)
apabila gradien tekanan dp/dh dinyatakan dalam fraksi dari gradien hidrostatik
cairan, Lg , maka persamaan menjadi :
1 dP g
G = = HL + (1-HL) + (gradien gesekan) ….(3-
LG
dh L
89)
dimana :
G adalah gradien tekanan tidak berdimensi
Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh dapat ditunjukkan bahwa
laju aliran yang rendah gradien tekanan tidak tergantung pada laju aliran gas, akan
tetapi pada laju aliran tinggi gradien tekanan sangat dipengaruhi oleh laju aliran
gas. Pol aliran yang terjadi, selama pengamatan yang dilakukan oleh Ros dibagi
dalam tiga pola aliran utama tergantung pada jumlah gas yang mengalir yaitu :
Daerah I : Fasa cair kontinyu dan pola aliran dapat merupakan bubble flow, plug
flow dan sebagian merupakan froth flow.
Daerah II : pada daerah ini fasa cair dan gas berseling-seling. Pola aliran yang
tercakup dalam daerah ini adalah plug flow dan sebagian dari froth
flow (sisa dari daerah I)
Daerah III : Gas merupakan fasa yang kontinyu dan pola aliran yang terjadi di
daerah ini adalah mist flow.
Ketiga daerah aliran tersebut, membedakan korelasi yang digunakan untuk
menentukan slip velocity maupun hup serta faktor gesekan. Penentuan daerah
aliran berdasarkan parameter-parameter NLV, Ngv, L2, dan Nd. Oleh daerah aliran
tersebut digambarkan dalam suatu peta pola aliran seperti yang diperlihatkan pada
gambar dibawah ini. Peta pola aliran gambar 3-7 tersebut merupakan fondasi dari
NLV dan Ngv oleh karena kedua parameter tersebut mempunyai kaitan langsung
dengan laju aliran cairan dan gas. Dalam bentuk matematis daerah aliran tersebut
dapat pula diperkirakan berdasarkan batasan-batasan sebagai berikut :
Daerah I : 0 < Bgv < (L1 + L2 Ngv)
Daerah II : (L1 + L2 NLv) < Ngv < (50 + 36 NLv)
Daerah III : Ngv > (75 + 84 NLv.0.75)
L1 dan L2 merupakan fungsi dari Nd dan hubungan tersebut dapat dilihat pada
gambar 3-8.
Gambar 3.7
Daerah Aliran dari Korelasi Duns dan Ros4)
Gambar 3-8
Hubungan antara faktor L dengan Diameter Number Nd 4)
Liquid hold up yang terjadi juga mempunyai kaitan slip velocity, V s, yaitu
sebagai berikut :
Vsg VsL
Vs = ……………………………………………..(3-
1 HL HL
90)
Slip velocity apabila dinyatakan dalam bentuk tak berdimensi adalah sebagai
berikut :
S = Vs (L/gr) ¼ ...…………………………………..….….(3-91)
Dengan demikian apabila S dapat ditentukan maka Vs, H L akhirnya gradien
tekanan dp/dh dapat diturunkan. Pesamaan yang dipergunakan untuk menentukan
harga berbeda-beda tergantung pada daerah alirannya yaitu :
Untuk daerah I
2
N gv
S = F1 + F2 . NLV + F3 …………………...…(3-92)
1 N Lv
dimana :
F4
F3 = F3 -
Nd
Untuk daerah II :
N 0,982 F
gv 6
S = (1+F5) …..……………………..……. (3-
1 F7 N Lv 2
93)
dimana :
F6 = 0.029 Nd + F6
Untuk daerah III :
VsL
S = 0 dengan demikian HL
VsL Vsg
dP 4 f w L VsL
2
Vsg
f 1 ..…………………...…..(3-
dh 2d VsL
94)
berdasarkan data percobaan untuk menentukan harga gesekan maka Duns dan Ros
membuat persamaan-persamaan sebagai berikut :
f 1 .f 2
fw = ……………………………………………………(3-
f3
95)
harga f1 dientukan dengan menggunakan gambar dibawah ini dimana harga f 1
merupakan fungsi dari bilangan Reynold.
Gambar 3-9.
Hubungan antara F1, F2, F3, F4, dengan Viscosity Number NL 4)
Gambar 3-10.
Hubungan antara F5, F6, F7, dengan Viscosity Number NL 4)
Gambar 3-11.
Grafik Koreksi Gesekan Gelembung4)
Harga F 2 merupakan koreksi adanya gas liquid ratio dan ditentukan dengan
gambar 3-11 yang mana harga f2 tersebut meerupakan fungsi dari f1 RNd2/3.
R adalah gas liquid ratio. Harga f3 meruakan faktor koreksi tambahan terhadap
vicositas dan GRL dan ditentukan dengan persamaan :
Untuk daerah III, gradien tekanan akibat gesekan dihitung dengan persamaan :
2
dP 4 f w L VsL
f ………………………………….…..(3-96)
dh 2d
oleh karena merupakan aliran gas, maka tidak terjadi slip dan faktor gesekan (fw)
ditentukan dengan mengggunakan diagram Moody, tetapi merupakan fungsi :
d
g Vsg
NRe =
g
Prosedur perhitungan gradien tekanan dengn metode Duns dan Ros adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan specific gravity dari minyak (o)
2. Tentukan massa fluida yang berasosiasi dengan 1 STB cairan,
1 WOR
m = o (350) w +(0,0764) (GRL) g
1 WOR 1 WOR
3. Tentukan density fasa cair
1 WOR
L = 62,4 [ w ]
1 WOR 1 WOR
4. Tentukan tekanan rata-rata,
p1 p 2
P +14,7
2
5. Tentukan temperatur rata-rata,
T
T1 T2
2
6. Tentukan harga faktor kompresibilitas Z
7. Tentukan density fas gas rata-rata
p 520 1
g = g (0,0764) 14,7 T Z
HL
Vs Vsg VsL Vs Vsg 4 Vs VsL
2
1
2
2 Vs
25. Tentukan gradien tekanan akibat gesekan sesuai dengan aliran yang
terjadi, yaitu persamaan (3-88) dan persamaan (3-87) untuk daerah III.
Sebagai tambahan untuk daerah III, dalam menghitung gradien tekanan
akibat gesekan perlu diperhatikan mengenai harga kekasaran pipa.
Apabila E > 0,05 d, harga f1 ( = fw) ditentukan dengan persamaan :
1
f1 = 0,067 ( / d )1, 73
4 long (0,027 / d ) 2
dP G .
fr fr L
dh 144
P
dP G. L
total h = P
dh 144 h total
dimana :
vb = c1 c2 (g.d)0.5
c1 dan c2 ditentukan secara grafis dengan menggunakan gambar 3-12 dan
3-13, dimana masing-masing sebagai fungsi dari NReb dan NReL, dimana :
NReb = 1488 (L vb d/L)
NReL = 1488 (L vm d/L)
13.59 L 0.5
vb = 0.5 ( + (2 + )) ....................................(3-107)
L / d
4. Bandingkan harga vb hasil perhitungan dengan harga vb anggapan. Apabila
lebih besar dari toleransi yang diberikan ulangi perhitungan, kembali ke
langkah 2 dengan menggunakan vb hasil perhitungan sebagai anggapan
berikutnya. Jika perbedaannya lebih kecil dari toleransi maka vb hasil
perhitungan adalah vb yang dicari.
Harga pada persamaan (3-103) tergantung dari fasa cair (minyak atau air) yang
kontinyu serta harga vm. Secara umum harga dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
A log ( L B)
+ D + E log (vm) + F log (d) + X ....................................(3-108)
dC
Harga A, B, C, D, E dan F ditentukan dari tabel 3-4.
Tabel III-3
Konstanta A, B, C, D, E Dan F
Untuk Menghitung Harga
Fasa vm A B C D E F
cair
kontiny
u
Air < 10 0.013 0.0 1.380 -0.681 0.232 -0.423
Air > 10 0.045 0.0 0.799 -0.709 -0.162 -0.888
Minyak < 10 0.0127 1.0 1.415 -0.284 0.167 0.112
Minyak > 10 0.0274 1.0 1.371 0.161 0.000 0.565
Gambar 3-12.
Griffith & Wallis C1vs NReb 4)
Gambar 3-13
Griffith & Wallis C2 vs NRe4)
Harga X di persamaan 3 - 108 sama dengan nol untuk fasa kontinyu air dan fasa
kontinu minyak dengan vm <10. Sedangkan untuk fasa kontinu minyak dengan
vm > 10, harga X ditentukan dengan persamaan :
0.01 log ( L 1)
X = - log (vm) + 0.397 + 0.63 log (d) ............(3-109)
d1.571
Harga mempunyai batasan sebagai berikut :
a. Apabila vm < 10, maka :
- 0.065 vm
b. Apabila vm > 10, maka :
vb
(1-s /L)
vm vb
Gambar 3.14
Pola Aliaran Dalam Sumur Minyak Vertical14).
Pada laju alir gas yang rendah, fasa gas cenderung bergerak ke atas
melalui cairan dalam bentuk gelembung kecil yang dikenal sebagai aliran bubbly.
Laju alir gas bertambah, gelembung yang berukuran kecil mulai bergabung dan
membentuk gelembung besar dan pada laju alir gas yang cukup tinggi
berkumpulnya gelembung menjadi cukup besar yang menempati hamper semua
bagian pipa. Gelembung yang besar ini dikenal sebagai “Taylor Bubbles” yang
memisahkan cairan slug diantaranya. Pada laju aliran tertinggi, shear stress antara
taylor bubble dan liquid film bertambah dan akhirnya menyebabkan pecahnya
liquid film dan gelembung, pola aliran ini dinamakan annular.
v gs 0,429v Ls 0,546 g L g / L
2 0 , 25
…..………………(3-115)
Dengan persamaan (3-115) diprediksi bahwa aliran slug akan terjadi pada
kecepatan superficial gas melebihi 0,29 ft/sec atau 0,088 m/s.
Aspek transisi antara aliran bubbly dan aliran slug mempengaruhi diameter
pipa. Kenaikan gelembung dengan ukuran terkecil tergantung jenis fluida tetapi
tidak tergantung diameter pipa. Kenaikan kecepatan “Taylor Bubble” dapat
dituliskan :
v 0,35 gd L g / L 0,35 gd ……………………….(3-116)
dan tergantung diameter pipa, ketika :
v > v , gelembung taylor terkecil paling ujung
vM
1,12
4,68(d )0, 48 g L g /
0, 5
L
0,6
M L
0 , 08
………(3-
117)
C. Slug/Churn-Aliran Transisi
Dalam aliran slug, tipe gelembung Taylor dibentuk oleh kumpulan
gelembung dengan ukuran kecil yang menempati hampir semua bagian pipa.
Gelembung Taylor akan dipisahkan oleh cairan slug yang berakibat gelembung
dengan ukuran kecil tersebut tersebar. Cairan yang dihasilkan oleh gelembung
Taylor dan aliran dinding tubing di sekitar gelembung disebut falling film. Di
bagian atas aliran slug terjaadi ketika interaksi menjadi cukup tinggi sampai
memecahkan rantai gelembung, yang berakibat aliran transisi menjadi aliran
churn.
Dari persamaan (3-117) dengan menggunakan hubungan antara
gelembung Taylor dan kenaikan kecepatan v menjadi mixture velocity, vM :
vM 0,3v L g 0,103 gd ( L g ) / g ……………….(3-118)
Pemetaan kurva slug/churn-transition dapat diperkirakan dengan persamaan :
2
g v gs 0,00673 L v Ls
2 1, 7
…………………………….(3-119)
dan
120)
apabila 50 < L vLs < 3300
2
L vLs > 3300 lbm/ft-sec2 (4911 kg/m.s2) pola alirannya adalah dispersed bubbly
2
atau annular.
1 2 Cd d d 2 2
3
4 g vg d d 6 g L g …………………(3-121)
atau
vg 2 3 g L g g
2 0, 5
……………………..(3-122)
Untuk diameter droplet, dd, Taitel memakai korelasi yang diperbaiki oleh Hinze
untuk ukuran droplet yang stabil :
d d N wec g 2
g vg …………………………………..(3-123)
vd N wec 3Cd
0 , 25
g L g g
2 0 , 25
………………………..(3-
124)
vgs 3,1 g L g g
2 0 , 25
……………………………………(3-125)
1 gC M g 2 f M vM M / d M vM dvM dz
2
Untuk produksi minyak, bentuk akselerasi sangat kecil dan biasanya diabaikan.
f g vgs 1,2vM 1,50 g L g L
2 0 , 25
……………(3-130)
d P 2 f M vM 2 M g dv
M M vM M ………..(3-132)
g d
Z gc d
d c Z
dimana :
M g f g L 1 f g ……………………………………..(3-133)
dan
vgs
fg
g L g
0 , 25
dt ………..(3-134)
1,2 0,371 vM 1,5 2
dc L
berikut :
gd L g
0,5
v C2 ………………………………..(3-136)
L
dimana :
0,01N f 3,37 N Eo
C2 0,3451 exp 1 exp …………(3-
0,345 m
137)
Nf
d g
3
L g L 0,5
………………………………….(3-138)
L
gd 2 L g
N Eo ………………………………………..(3-139)
m = 10 untuk Nf > 250 …………………………………..(3-140)
m = 69 Nf 0,35 , untuk 18 < Nf < 250 …………………..(3-141)
m = 25, untuk Nf < 18 ……………………………………(3-142)
Untuk nilai Nf yang besar (>300) dan NEo (>100), persamaan 3-137
disederhanakan menjadi :
C2 = 0,345 …………………………………………………(3-143)
g
dt
L g
dan d dc ……………..(3-146)
v 0,30 0,22 t
d c L
Sedangkan gradient tekanan total :
d P 2 f M vM 2 M g dv
M M vM M ………..(3-147)
g d
d Z gc d c Z
C. Churn Flow
Pola aliran churn agak sulit dianalisis dan tidak banyak yang melakukan
penelitian. Persamaan yang dikembangkan untuk aliran slug 3-144 untuk
memprediksi void fraction dan 3-147 untuk memprediksi pressure drops dipakai
untuk pola aliran churn.
D. Annular Flow
Pada aliran annular, aliran gas melalui pusat tubing sedangkan aliran
cairan melalui dinding tubing sebagai film. Apabila diasumsikan aliran annular
ideal, liquid yang terbawa sebagai droplet dalam fasa gas dan permukaan
gas/liquid licin, masalah tersebut dapat mengurangi perkiraan pressure drop dalam
aliran single-phase gas. Dalam kasus ini tidak diperlukan perkiraan void fraction.
Ketebalan liquid film kurang dari 5 % diameter tubing, sehingga perhitungan
diameter tubing diabaikan. Sehingga total gradient tekanan selama aliran annular
dapat ditulis :
dp 1 2 f C C vg 2 2 C vg dvg
g ………….(3-148)
dz gC
C
d dz
Masalah ini akan mengurangi perkiraan perhitungan densitas fluid dalam core (ρc)
dan friction factor (fc), untuk aliran gas yang melalui pipa kasar. Dengan memakai
hukum gas, persamaan 3-148 dapat dituliskan dalam bentuk dp/dz :
dp 1 gC 2 f C C vg d 2
2
dz gC 1 C vg gC ……………(3-149)
Perkiraan Entertainment
Untuk menentukan densitas fluida yang mengalir melalui core, diperlukan
perkiraan fraksi liquid total (E) yang masuk di dalam gas core. Steen dan Wallis
menemukan bahwa ketika liquid film semuanya turbulen (dρMvM(1-x) ρL< 3000),
masuknya liquid (fraksi E) secara cepat dalam vapour core merupakan fungsi
kecepatan kritik uap, (vgs)C , didefinisikan sebagai :
vgs g g L
0,5
v
gs C
……………………………………(3-150)
g
M vM
L g
Korelasi Steen dan Wallis untuk E dengan kecepatan kritik uap terlihat
pada gambar berikut :
Gambar 3.15
Entrainment sebagai Fungsi Kecepatan Gas14)
E 0,0055 v gs C 10 4 2 , 86
, jika v gs C 10 < 4
4
………….(3-
151)
dan
E 0,857 log10 vgs C 104 0,20 , jika v gs C 10 4 > 4 ……..(3-
152)
Untuk aliiran turbulen kedua fasa gas dan liquid, X dapat ditulis dalam bentuk
fraksi masa gas (x), sebagaimana dalam hubungan :
0 ,1
1 x g L
0,9
X ……………………………….(3-157)
x L g