FAKULTAS FARMASI
PROGRAM DIPLOMA TIGA
KAPITA SELEKTA
OLEH:
JAKARTA
2020
ABSTRAK
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Mutu obat harus dibentuk ke dalam produk tersebut sejak awal mulai dari
dari penanganan bahan baku, proses produksi (pengolahan dan
pengemasan), penyimpanan hingga distribusi obat dan hendaklah dibuat
dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Mutu produk
sangat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi
dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil
yang terlibat. Agar produk obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan
mutu, khasiat dan keamanan maka industri farmasi harus memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Tujuan pembuatan
makalah ini untuk mengetahui peran tenaga teknis kefarmasian di bagian
Quality Control di bidang industry farmasi
i
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................ 12
Daftar Pustaka ............................................................................................. 13
ii
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila yang telah memberikan ijin penyusunan makalah
Kapita Selekta
2. apt, Yuslia Noviani, M.Farm. selaku dosen pembimbing akademik
selama ini
3. Orang Tua tercinta yang telah memberikan do’a, kasih sayang,
kesabaran serta segala yang telah di berikan
4. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, terima kasih
atas ilmu dan didikannya selama ini
5. Mahasiswa Akademi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang
tidak bisa kusebut satu persatu, sukses selalu untuk kita semua
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Makalah Kapita Selekta.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi, pengendalian perubahan,
penolakan dan penggunaan ulang bahan.
Peran dan tanggung jawab tenaga teknis kefarmasian dalam industri
farmasi meliputi pengemasan, pengadaan, administrasi, Quality Control,
Quality Assurance dan sales/marketing di industri farmasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut tenaga teknis kefarmasian dituntut memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Mengapa di industri farmasi bagian produksi memerlukan Quality
Control?
2. Apakah peran tenaga teknis kefarmasian dalam Quality Control di
Industri Farmasi
C. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk Memahami Fungsi Serta Tanggung Jawab Peran Tenaga
Teknis Kefarmasian Di Quality Control
2. Untuk Memahani Peran Tenaga Teknis Kefarmasian Di Quality Control
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Farmasi
1. Pengertian Industri Farmasi
Industri farmasi adalah industri yang meliputi industri farmasi jadi
dan industri farmasi bahan baku. Industri obat jadi merupakan industri
yang menghasilkan produk yang telah melalui semua tahapan proses
pembuatannya, sedangkan industri obat curah merupakan industri
yang menghasilkan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi obat jadi. Proses pembuatan adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan produksi obat, termasuk produksi dan pengendalian mutu
mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, pengemasan hingga
pendistribusian obat jadi.
Industri farmasi memiliki dua bentuk yaitu industri primer dan
industri sekunder. Industri primer berfokus pada penemuan bahan
baku baru (zat minuman baru), sedangkan industri sekunder berfokus
pada pengelolaan bahan baku menjadi produk jadi. Saat ini sebagian
besar industri farmasi di Indonesia merupakan industri sekunder. Ini
memiliki nilai investasi yang tinggi dalam hal biaya, fasilitas dan waktu,
tetapi kedua industri tersebut bertanggung jawab atas kualitas,
keamanan dan kemanjuran obat yang diproduksi. Hal ini terkait
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur industri
farmasi untuk melindungi konsumen melalui upaya pembelian obat
yang bermutu, aman dan efektif sesuai dengan standar yang berlaku.
3
2. Persyaratan Industri Farmasi
Semua industri farmasi wajib memiliki izin untuk usaha, izin tersebut
diperoleh dari Menteri Kesehatan melalui Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM). Berdasarkan SK Menkes RI
No.1191/Menkes/SK/IX/2002. Persyaratan yang harus dipenuhi
industri farmasi untuk medapatkan izin usaha, yaitu:
a. Dilakukan oleh perusahaan umum, badan hukum berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi
b. Memiliki Rencana Investasi
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Industri Farmasi Obat Jadi dan Bahan Baku Obat wajib memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
e. Industri Farmasi Obat Jadi dan Bahan Baku Obat wajib
mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
Apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai
penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan
mutu sesuai dengan persyaratan CPOB
f. Obat Jadi yang diproduksi oleh Perusahaan Industri Farmasi hanya
dapat diedarkan setelah memperoleh persetujuan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4
d. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku,
proses, hasil produksi, pengangkutan dan keselamatan kerja
e. Melakukan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
5
b) Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan dan penyaluran obat)
c) Membuat dan memperbaharui SOP di industri farmasi
d) Harus memenuhi cara distribusi obat yang baik.
2. Dalam hal darurat dapat menggantikan tugas APA dan APING apabila
APA berhalangan hadir, yaitu dalam hal penerimaan resep dan
pemberian obat, memberikan layanan informasi, konseling, edukasi
dan monitoring obat.
Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggungjawab kepada APA
sesuai dengan tugas yang diselesaikannya, tidak boleh adanya
kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan. Tenaga
Teknis Kefarmasian memiliki wewenang untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk/instruksi dari APA atau
PSA dan semua Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
6
2. Personalia
3. Bangunan – fasilitas
4. Peralatan
5. Produksi
6. Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri, audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok
9. Keluhan dan penarikan produk
10. Dokumentasi
11. Kegiatan alih daya
12. Kualifikasi dan validasi
1. Produksi
Produksi harus mengikuti prosedur yang ditetapkan dan
mematuhi peraturan CPOB, yang menjamin bahwa produk yang
memenuhi persyaratan kualitas dan memenuhi persyaratan izin edar
(registrasi). Selain itu, produksi harus dilakukan di bawah bimbingan
pengawas. Mutu obat tidak hanya bergantung pada hasil analisis
produk akhir, tetapi juga mutu yang ditetapkan selama proses
produksi mulai dari pemilihan bahan baku, penimbangan, proses
produksi, personel, gedung, peralatan, kebersihan dan sanitasi hingga
pengemasan.
Prinsip utama produksi adalah:
a. Satu jenis, Konsistensi atau homogenitas antar bets
b. Proses produksi dan pengemasan selalu menghasilkan produk
yang sama mungkin (dalam lingkup persyaratan mutu) untuk bets
yang telah diproduksi dan bets yang akan diproduksi.
2. Quality Control
Quality Control adalah semua upaya pengawasan terencana
dan terpadu yang dilakukan mulai dari awal sampai obat jadi dan
7
dirancang untuk menjamin keseragaman produk obat yang memenuhi
spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang
telah ditetapkan atau disyaratkan.
a. Tugas utama Quality Control:
1) Memastikan bahan awal untuk produksi obat memenuhi
spesifikasi
2) Memastikan bahwa tahapan proses produksi obat telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
3) Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan
pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah
dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan sebelum didistribusikan
4) Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama
waktu peredaran yang telah ditetapkan.
8
d. Peran tenaga teknis kefarmasian di pengawasan mutu:
1) Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang
obsolete dan pemusnahannya
2) Memeriksa kualitas bahan pengemas
3) Melaksanakan pemantauan kondisi lingkungan laboratorium
dibawah supervise apoteker
4) Melaksanakan prosedur uji keseragaman sediaan, ukuran,
kekerasan, waktu hancur, disolusi, kerapuhan dan volume
terpindahkan
5) Melaksanakan prosedur sampling dalam proses pemeriksaan
produk jadi yang beredar di pasaran.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Mutu obat harus dibentuk ke dalam produk tersebut sejak awal mulai dari
penanganan bahan baku, proses produksi (pengolahan dan
pengemasan), penyimpanan hingga distribusi obat hendaklah dibuat
dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Industri
farmasi memiliki dua bentuk yaitu industri primer dan industri sekunder.
Industry primer berfokus pada penemuan bahan baku (zat minuman baru),
sedangkan industry sekunder berfokus pada pengelolaan bahan baku
menjadi produk jadi.
Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB,
adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu
obat yang dihasilkan sesuai dengan 2 persyaratan dan tujuan
penggunaan. Aspek dalam CPOB 2018 meliputi:
1. System mutu industry farmasi
2. Personalia
3. Bangunan-fasilitas
4. Peralatan
5. Produksi
6. Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri, audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok
9. Keluhan dan penarikan produk
10. Dokumentasi
11. Kegiatan alih daya
12. Kualifikasi dan validasi
10
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggung
jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang diselesaikannya, tidak
boleh adanya kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan
kerusakan. Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki wewenang untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk/instruksi
dari APA atau PSA dan semua Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku.
B. Saran
Dalam produktivitas, perusahaan harus meningkatkan lagi
pengendalian mutu sesuai standard an memperketat proses produksi agar
bias menurunkan tingkat produk reject. Pengendalian mutu memiliki
pengaruh yang sedang terhadap produktivitas. Untuk meningkatkan
produktivitasnya perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan
pengendalian mutu perusahaan serta factor-faktor lain yang berpengaruh.
11
DAFTAR PUSTAKA
12