Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Populasi Terlantar, Miskin, Dan Tunawisma
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Populasi Terlantar, Miskin, Dan Tunawisma
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Populasi Terlantar, Miskin, Dan Tunawisma
Oleh :
Afrilliviana
Brigita Juliana
Elni Sonda
Firsty Adelia
Friskila Massora
Sisilia Edriana
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Komunitas pada Populasi Terlantar, Miskin, dan
Tunawisma” dengan tepat waktu. Dalam pembuatan makalah ini tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu yaitu dosen
dan teman-teman lainnya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan, karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menulis makalah
yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 31
B. Saran ....................................................................................................... 31
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
plastik, selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda. Dan inilah yang
disebut tunawisma atau homeless atau gelandangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui defnisi populasi terlantar, miskin dan tunawisma?
2. Mengetahui prevalensi populasi terlantar, miskin dan tunawisma?
3. Mengetahui karakteristik demografi populasi terlantar, miskin dan
tunawisma?
4. Mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap populasi terlantar,
miskin dan tunawisma?
5. Mengetahui status kesehatan populasi terlantar dan tunawisma?
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada tunawisma?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keterlantaran
Anak jalanan merupakan gejala sosial yang muncul akibat krisis pada
berbagai bidang dan menjadi salah satu contoh nyata dari sekian banyak
populasi terlantar yang ada di Indonesia. Mereka anak-anak dibawah umur
16 tahun yang sebagian besar hidupnya di jalanan untuk mencari uang.
2. Kemiskinan
6
c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa diplester
f. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/
air hujan
7
3. Ketunawismaan
8
penentuan tingkat ketunawismaan, penyusunan kebijakan dan mengevaluasi
intevensi (European Federation Of Organisations Working With The
Homeless 2011).
9
berisiko menjadi tunawisma tinggal di kediaman yang mereka miliki atau
sewa, tetapi mereka hidup dalam ancaman pengusiran.
10
B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP
POPULASI TERLANTAR, MISKIN, DAN TUNAWISMA
11
Keseluruhan, persentase orang yang hidup dibawah garis kemiskinan
sebesar 15,0%. Rerata kemiskinan pada tahun 2011 diantara anak-anak usia
kurang dari 18 tahun sebesar 21,9%. Selanjutnya pada tahun 2011 diantara
yang miskin, sebanyak 44,08% mempunyai pendapatan dibawah separuh
ambang kemiskinan mereka; Biro sensus AS menimbang rata-rata ambang
kemiskinan untuk keluarga yang terdiri atas empat orang adalah sebesar
$23.021 (sekitar 32 juta rupiah).
12
bahwa bukti yang ada tidak mencukupi untuk menyebutkan sebagai
penyebab. Kami juga menhadapi situasi diskusi dalam kelompok dan
profesinal dengan peserta yang menyatakan bahwa sebagian orang memilih
menjadi tunawisma. Analisis yang lebih seksama tentang pernyataan
tersebut menunjukan bawha seseorang sebagai agens aktif yang membuat
keputusan yang mengakibatkan ketuawismaan. Namun keputusan tersebut
dibuat dalam kondisi yang sangat kontekstual seperti ketik terjadi adiksi
terhadap alkohol dan penyalahgunaan zat (Nichols, 2009; parsell dan
parsell, 2012). Entah benar atau tidak, kondisi adiksi ini merupakan pilihan
bebas yang menimbulkan isu filosofis atau tidak, di luar cukupan bab ini.
13
D. STATUS KESEHATAN POPULASI TERLANTAR DAN TUNAWISMA
1. Dewasa
14
menanyakan apakah saat penelitian dilakukan mereka mempunyai tempat
untuk tinggal: seperti rumah, apertemen, atau kamar kos. Jika jawabanya
“ya”, mereka diklasifikasikan sebagai bukan tunawisma. Para pasien yang
menyatakan bahwa mereka tinggal ditempat bernaung atau kamar
hotel/motel dikategorikan sebagai tunawisma. Selain status tempat tinggal,
pewawancara memperoleh informasi mengenai karateristik demografi
sosial, Kondisi medis, akses ke layanan kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan.
15
kesehatan mental, dan masalah penggunaan narkoba dibandingkan pasien
non-tunawisma. Kesimpulan ini mendukung penelitian sebelumnya tentang
status kesehatan sebagian besar populasi tunawisma-dewasa. Dalam
populasi tunawisma yang dimaksud oleh kelompok kerja Lebrun-Harris,
terdapat subpolulasi yang walaupun mempunyai masalah mortalitas yang
hampir sama, tetapi juga mempunyai karakteristik dan keadaan yang
menyebabkan status kesehatan yang berbeda.
2. Wanita
16
meliputi riwayat penyakit mental, penggunaan/penyalahgunaan zat
terlarang, dan melakukan cara untuk bertahan hidup seperti menjual diri dan
narkoba (Nyamathi, Leake, & Gelberg, 2000; Wenzel et al, 2000).
3. Keluarga
17
McCoy-Roth.Mackintosh & Murphey, 2012; National Center on Family
Homelessness, 2011: Zlotnick, Tam, & Zerger,2012).
4. Remaja
18
kepribadian, atau pikiran juga terjadi lebih tinggi diantara remaja
tunawisma. Gangguan keluarga, kegagalan disekolah, prostitusi atau
“penjaja seks” dan keterlibatan dengan sistema hukum mengindikasikan
bahwa masalah kesehatan social remaja sangat beresiko (Burt, 20117;
Busen& Engerbretson, 2008, Eddin et al, 2012; Kennedy et al,2012ª;
Lwrence et al, 2009; Nyamathi et al, 2012; Raw et al, 2008a; Rew. ROchlen
& Murphey, 2008, Tevendale, Lightfoot, & Slocum, 2009; Toro et al, 2007;
Trucker et al, 2012)
19
mengidentifikasikan dirinya sebagai gay atau biseksual. Sebagian besar dari
remaja tersebut verada di jalanan karena pengaruh homofobia dan prasangka
buruk. Selain menghadapi masalah yang sama dengan remaja tunawisma
lainnya, remja yang terindentifikasi sebagai gay juga menghadapi
serangkaian masalah lainnya akibat penolakan orang lain karena orientasi
seksual mereka (Lawrence et al, 2009).
5. Tunawisma Kronik
20
Pada tahun 2011, sekitar 63% tunawisma kronik tidak mempunyai
tempat berteduh dimana mereka tidur dijalanan atau di tempat yang bukan
untuk tempat tinggal manusia.
• Lebih dari tiga Kali hospitalisasi atau masuk ruang emergensi dalam satu
tahun.
• Lebih dari tiga Kali masuk ruang emergensi dalam tiga bulan terakhir
• HIV/AIDS
21
ringan, arthritis, dan kadang-kadang kebingungan setelah ibu Dina mengalami
serangan stroke ringan (TIA).
1. Pengkajian
Dengan memandang bahwa ibu Dina sebagai suatu sistem, atau sebagai
fokus perencanaan, perawat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
subsistem bio-psiko-sosialnya dan mencari hubungan aktual atau potensial
bagi keluarga dan suprasistem komunitasnya. Dengan mempertimbangkan
teori penuaan, perawat yakin bahwa ibu Dina saat ini telah putus hubungan
dan sosial dengan lingkungannya dan berpendapat bahwa proses ini
kemungknan kembali jika kesehatan ibu Dina dipertahankan dan dipelihara
serta menjalin hubungan dengan komunitas di lingkungannya. Pada tingkat
yang praktis, perawat juga melakukan pengecekan dengan dokter di Pusat
22
Kesehatan Masyarakat, mengenai resep dan mengidentifikasi pilihan obat
obatan yang sesuai dengan kondisi ibu Dina.
Ketidakadekuatan nutrisi
Kebingungan dengan medikasi dan penggunaan laksatif yang tidak sesuai
Keadaan rumah yang tidak mendukung kesehatan
Ancaman kekerasan di lingkungan dan kemungkinan ancaman atas uang
jaminan sosialnya.
Gangguan fisik akibat penuaan dan penyakit
Tidak ada anak atau kerabat lain yang tinggal berdekatan
Kemungkinan mengalami kebingungan yang berlanjut
Kemungkinan stroke mayor di rumah ketika tidak ditemani.
2. Diagnosis
Diagnosis dan tujuan jangka pendek dan panjang terkait disesuaikan
dengan situasi ibu Dina. Perawat menuliskan perencanaan pada tiga tingkat
pencegahan untuk diagnosis dan meliputi saran intervensi bersama keluarga.
Individual
23
Keluarga
Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan
yang memuaskan
Komunitas
Kurang program dukungan untuk konsistensi medikasi berhubungan
dengan kebutuhan yang tidak dikenali.
3. Perencanaan
Individual
Tujuan jangka panjang
Ibu Dina akan mempertahankan nutrisi yang adekuat melalui perawatan
diri sendiri dan penggunaan program komunitas yang ditandai dengan
berat badan yang stabil dan hasil normal pada uji status nutrisi pada saat
pemeriksaan fisik.
Ibu Dina akan menghindari ketidakkonsistenan dalam pengobatannya
terkait dengan kondisi pelupa dan kebingungan ringan
Ibu Dina akan meneruskan meminum obatnya sebagaimana dianjurkan,
yang ditandai dengan stabilisasi proses penyakit dan tunjukkan secara
intermiten kepada perawat.
Ibu Dina akan meninjau rumah panti untuk lansia serta melanjutkan
kontak dengan perawat kesehatan komunitas dan teman di
lingkungannya.
Tujuan jangka pendek
Ibu Dina akan meningkatkan dietnya dengan makan sejumlah nutrisi
harian yang direkomendasikan, meliputi serat dan cairan, yang ditndai
dengan mengingat tentang diet, dan melaporkan kebiasaan buang air
besar rutin tanpa penggunaan laksatif
Ibu Dina akan menggunakan bantuan pengingat untuk minum obatnya
secara konsisten.
24
Ibu Dina akan mengidentifikasi pengobatan dan mengetahui waktu
meminumnya, yang ditandai dengan menunjukkan perilakunya kepada
perawat.
Ibu Dina akan memperbaiki rumahnya sebagai tempat tinggal yang sehat,
menghindari kemungkinan kejahatan dengan mengubah rutinitasnya dan
menggunakan pelayanan perbankan, meluaskab jejaring sosialnya, dan
mempertahankan jadwal pelayanan kesehatan.
Keluarga
Tujuan jangka panjang
Ibu Dina akan mempertahankan kontak dengan keluarga melalui surat,
telepon, atau kemungkinan kunjungan.
Komunitas
Tujuan jangka panjang
Tingkatkan kampanye publikasi untuk mengiklankan pelayanan nutrisi
untuk lansia di komunitas
Dukung apoteker yang bekerja untuk komunitas dalam kampanye untuk
meningkatkan keasadaran publik tentang kebutuhan meminum obat
sebagaimana diresepkan
Identifikasi dan dukung program yang akan membantu memahami
pembuat resep obat (dokter) bagi orang yang mempunyai kesulitan
mendapatkan resep karena kekurangan asuransi, uang transportasi, atau
masalah lainnya
Buat kelompok komunitas bekerja sama untuk memaksimalkan
penggunaan sumber-sumber.
25
Tujuan jangka pendek
Identifikasi program yang ada bagi lansia dalam komunitas.
4. Intervensi
Individual
Ketika perawat mendiskusikan diagnosis keperawatan dan
perencanaan bersama ibu Dina, dia menyetujui tujuan jangka pendek, tetapi
dia tidak yakin bahwa dia mau meninggalkan rumahnya ke rumah panti lain
atau bertemu orang lain melalui aktivitas di komunitas. Namun dia
menyetujui untuk mencobanya. Selama kegiatan pada beberapa kunjungan
berikutnya, perawat menjelaskan prinsip dasar nutrisi dan membantu
membuat daftar belanja dan menu untuk 1 minggu. Bersama-sama, mereka
membuat rencana yang membantu penjadwalan pengobatan.
Perawat mendorong ibu Dina untuk membicarakan kehidupannya
yang dulu selama kunjungan perawat. Dia menjanda segera setelah
pernikahannya, ketika suaminya terbunuh dalam tugas ketentaraan di daerah
konflik, dan dia tidak pernah menikah lagi. Dia tinggal di lingkungan tempat
dia dibesarkan, walaupun semakin menurun setelah bertahun-tahun. Dia
pernah bekerja sebagai sekretaris sampai pensiun dan tidak mempunyai
perencanaan bagaimana hidupnya setelah pensiun.
Keluarga
Karena keluarga ibu Dina tidak tinggal berdekatan, perawat
merancang rencana untuk meningkatkan kontak sosial ibu Dina dengan
mengenalkannya kepada kelompok yang sering bertemu dan menawarkan
beberapa aktivitas yang mungkin disukai. Jika dia tidak hadir, kelompok
tersebut akan mengunjunginya. Tetangga mengundangnya ke pusat lansia,
tempat dia terlibat dalam kelompok bermain kartu. Ibu Dina mengizinkan
namanya dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk mendapatkan rumah
susun bagi lansia dengan perubahan lainnya, rumah susun tidak lagi menjadi
prioritas, dan ibu Dina dapat membuat keputusan ketika rumah susunnya
sudah tersedia.
26
Komunitas
Rujuk diawali oleh perawat yang mengakibatkan perubahan besar
dalam situasi tempat tinggal. Perawat dari Puskesmas mendorong ibu Dina
untuk membuka rekening bank untuk tabungan langsung uang jaminan
sosialnya dan menunjukkan cara menggunakannya. Bantuan kesehatan
rumah dari program lansia di dinas sosial datang selama setengah hari setiap
minggunya untuk membantu belanja dan membersihkan rumah. Bagian
sanitasi dari dinas kesehatan memberantas tikus, petugas lansia wilayah
memperbaiki atap, dan kelompok rumah dan membersihkan halaman.
5. Evaluasi
Individual
Dengan perawat sebagai mediator dan koordinator pelayanan komunitas, ibu
Dina dengn mudah menerima bantuan tentang penyelesaian masalah terkait
dengan keamanan. Ketika perbaikan rumahnya selesai, ibu Dina mampu
mempertahankan dirinya untuk menjadi lebih nyaman dengan bantuan dari
kunjungan mingguan dari bantuan kesehatan rumah.
Keluarga
Dalam hal tidak adanya dukungan keluarga, penentuan rutinitas lansia, dari
sisi pemenuhan nutrisi, dan pengaturan keuangan yang lebih aman
meningkatkan perasaan kepemilikan dan harga diri ibu Dina. Perawat
mengurangi kunjungan rumahnya tetapi mempertahankan kontak dengan
ibu Dina selaam kunjungannya ke klinik kesehatan untuk memeriksakan
tekanan darah dan pelayanan kesehatan pencegahan untuk mendukung
pelayanan medisnya.
Komunitas
Diskusi dengan pelaku rawat (care giver) di rumah menginformasikan
kepada perawat tentang pemotongan pendanaan pada pelayanan pendukung
kepada program lansia, yang akan mengakibatkan penurunan pelayanan.
27
Perawat bicara kepada pihak yang berkepentingan agar pendanaan untuk
bantuan kepada lansia diberikan sesuai dengan aturan yang berlaku.
6. Tingkat Pencegahan
Pencegahan primer
Tujuan : Meningkatkan nutrisi yang baik
Individual
Beri petunjuk tentang kebutuhan nutrisi
Rencanakan daftar belanja dan menu yang sesuai dengan diet yang
dianjurkan untuk masalah kesehatan
Pencegahan Primer
Tujuan : Meningkatkan keamanan dan pencegahan cidera.
Individual
Berikan imunisasi yang sesuai
Sediakan pelayanan komunitas untuk membantu mempertahankan
properti dan mencegah penurunan.
Dorong jejaring pertemanan dan anggota keluarga.
Keluarga
Berikan pelayanan dari perawat kesehatan komunitas atau manajer kasus
Berikan konseling
Berikn asuhan yang mendukung istirahat
Komunitas
Sediakan program edukasi komunitas untuk lansia
Menyadarkan tentang potensi bahaya bagi lansia dan menyediakan
intervensi sebagaimana diperlukan
Pencegahan Sekunder
Tujuan: Kaji dan tangani terkait masalah nutrisi
Individual
Sediakan rujukan untuk pengkajian kemungkinan masalah terkait nutrisi
28
Sediakan hospitalisasi atau suplemen nutrisi yang diresepkan untuk
penyakit akibat ketidakadekuatan nutrisi
Keluarga
Sediakan rujukan untuk pengkajian dan konseling nutrisi
Komunitas
Dorong persediaan makanan untuk keadaan darurat
Pencegahan Sekunder
Tujuan: Tentukan diagnosis dan tangani cidera terkait medikasi
Individual
Sediakan rujukan untuk gejala kelebihan obat obatan atau kekurangan
obat
Tentukan diagnosis dan tangani reaksi obat atau makanan.
Keluarga
Kaji ulang pemahaman klien tentang pengobatan
Komunitas
Sediakan kontak darurat keracunan yang dapat dihubungi selama 24 jam
Sediakan unit layanan kedarurat 24 jam
Sediakan pelayanan medis
Pencegahan Tersier
Tujuan: pertahankan peningkatan/ penambahan nutrisi
Individual
Dorong penggunaan pelayanan komunitas
Keluarga
Dorong penukaran resep keluarga
Komunitas
Sediakan kampanye tentang kesadaran nutrisi dan makan yang sehat
Dorong penyediaan makan kudapan sehat
Dorong penggunaan dana pelayanan makanan di komunitas untuk
dikumpulkan atau untuk kondisi darurat
Dorong penggunaan pelayanan yang menyediakan akses ke makanan
29
Dorong penggunaan transportasi ke toko tempat belanja atau pelayanan
nutrisi
Pencegahan Tersier
Tujuan: Tetap konsisten dengan pengobatan yang diresepkan dan cegah
kesalahan pengobatan
Individual
Ketika pengobatan diberikan, sediakan instruksi tertulis dan lisan dengan
tingkat pemahaman dan bahasa yang sesuai dengan klien
Minta klien mengulangi instruksi kepada penyedia layanan kesehatan
Keluarga
Minta klien mengulangi instruksi kepada anggota keluarga
Komunitas
Sediakan program edukasi komunitas tentang pemahaman pengobatan.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah ini semoga dapat diambil manfaat untuk penulis dan
pembaca. Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal yang penting dalam
makalah ini seperti lebih memahami definisi dari populasi terlantar, miskin
dan tunawisa, mengetahui prevalensinya, mengetahui faktor yang berkontirbusi
terhadap populasi terlantar, miskin dan tunawsima, serta mengetahui status
kesehatan mereka dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar.
Dari makalah ini pula penulis mengalami banyak kendala. Maka banyak
kesalahan yang dibuat oleh penulis. Oleh karena itu penulis membutuhkan
saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
32