Laporan Pemicu 1 Blok 9 Fix
Laporan Pemicu 1 Blok 9 Fix
BLOK 9
PEMICU 1
BAHAYA RADIASI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
2011
Disusun Oleh :
Anggota :
3. Khairullah 100600030
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya,kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi
tentang laporan hasil diskusi yang berjudul ‘Bahaya Radiasi’.
Laporan ini berisi tentang hal-hal yang harus diperhatikan oleh kita yang akan menjadi
seorang dokter gigi agar mengerti secara teori bagaimana bahaya radiasi sangat penting dalam
melaksanakannya praktik kedepannya. Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen
pembimbing dan begitu pula dengan fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi dan
memberikan kami masukan-masukan yang berarti.
Untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, saran dan pendapat yang
konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
selaku peserta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiannya,kami ucapkan terima kasih.
Medan, 10 September 2011
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario : Seorang operator radiologi dental sering tidak menjaga keselamatan kerja
saat melakukan pekerjaan dilintasan radiasi. Setelah lebih dari 10 tahun
bekerja sebagai operator radiografi terjadi keluhan mual, lemas, pusing.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan dokter ternyata
operator Radiologi dental tersebut menderita Leukimia.
BAB II
PEMBAHASAN
Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada atau
tidaknya dalam sumsum tulang. Hal ini memerlukan anestesi lokal untuk membantu mengurangi
rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang
besar, ada dua cara yang dilakukan :
1. Aspirasi sumsum tulang yaitu, menggunakan jarum berongga tebal yang diambil hanya
sumsum tulang.
2. Biopsi sumsum tulang yaitu, sangat tebal untuk mengangkat sepotong kecil tulang dan
sumsum tulang.
Dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah yaitu, laboratorium akan melakukan hitungan
darah lengkap untuk memeriksa jumlah sel darah putih, sel darah merah dan platelet. Leukimia
menyebabkan jumlah sel darah putih sangat tinggi. Juga sering kali ditemukan rendahnya tingkat
trombosit dan hemoglobin dalam sel darah merah.
Mengumpulkan darah, memasukan obat, memulai infus IV, atau menginjeksikan bahan
kontras untuk pemeriksaan sinar X dari bagian atau sistem tubuh atau menginjeksikan substansi
untuk uji nuklir.
Cara melakukan pengambilan darah dari vena punksi adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan darah dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi pada jam 09.00-
12.00.
2. Bersihkan kulit diatas lokasi tusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering.
3. Lokasi penusukan harus bersih dari luka.
4. Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipatan siku.
5. Pasang ikatan pembendungan (tourniquet) pada lengan atas dan responden diminta
untuk menggempalkan dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas
terlihat.
6. Lokasi penusukan didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan car berputar dari
dalam keluar.
7. Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.
8. Setelah vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45˚ dan jarum menghadap ke
atas.
9. Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum kemudian jarum diputar menghadap
kebawah, agar aliran bebas responden diminta untuk membuka kepalan tangannya,
kemudian darah dihisap sebanyak 10 ml.
10. Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan
dengan kapas alkohol agar tidak sakit.
11. Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah
lagi.
12. Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.
1. Sitogenetik yaitu, laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel darah, sumsum
tulang atau kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal (kromosom
Philadelphia) ditemukan pada tes akan menunjukkan jenis leukimianya.
2. Spinal tap yaitu, Dokter mengambil beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang
mengisi ruang di dalam dan sekitar otak dan sumsum belakang) dengan menggunakan
jarum panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dan memakan waktu sekitar 30 menit,
setelah itu laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel
leukemia.
3. X-ray dada yaitu, dapat menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening atau
tanda-tanda dari penyakit di dalam dada.
2.2.1 Sinar x
Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang
listrik, radio, infra merah panas, cahaya, sinar gamma, sinar kosmik dan sinar ultraviolet
tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Panjang gelombang sinar X yaitu, 10-
0,01 nm dan energinya 120 ev sampai 120 kev.
Sifat-sifat sinar X :
• Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat
besar seperti tulang dan gigi.
• Pertebaran
Berkas sinar x yang melalui suatu bahan atau zat, maka berkas sinar akan menimbulkan
radiasi sekunder.
• Penyerapan
Sinar x akan diserap oleh bahan atau zat yang sesuai dengan berat atom atau kepadatan
bahan atau zat tersebut. Sebagai contoh, penyerapan sinar x dalam photo rontgen. Karna
tubuh manusia terdiri bentuk atas unsur yang sangat kompleks sehingga penyerapan
unsure x pada setiap bagian tubuh tidak sama. Tulang akan lebih banyak menyerap sinar
x karena lebih padat dari pada lemak dan otot. Jadi pada saat bagian otot, daging atau
otot yang sakit menebal, maka semakin banyak sinar x yang diserapnya.
• Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
memendarkan cahaya.
• Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan
ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
• Efek biologi
Sinar x dapat menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Dosis Radiasi adalah jumlah energi yang dipindahkan dengan jalan ionisasi kepada suatu
volume tertentu atau kepada seluruh tubuh, yaitu biasanya disamakan dengan jumlah energi
yang diserap oleh jaringan atau zat lainnya tiap satuan massa pada tempat pengukuran,
sedangkan satuannya ialah rad, ekuivalen dengan jumlah energi yang diserap sebesar 100
erg tiap gram zat yang terkena radiasi itu.
b. Nilai Batas yang Diizinkan adalah dosis radiasi yang masih dapat diterima oleh seseorang
tanpa menimbulkan kelainan-kelainan genetik atau somatik yang berarti menurut tingkat
kemajuan/pengetahuan pada dewasa ini, tidak termasuk untuk tujuan kedokteran.
c. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Penguasa Instalasi Atom dan
oleh Instansi yang berwenang dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan persoalan proteksi radiasi.
d. Ahli Proteksi Radiasi adalah seorang yang telah mendapat pendidikan khusus dalam
kesehatan
e. kerja terhadap radiasi yang menurut penilaian Instansi yang berwenang dianggap
mempunyai cukup keahlian dan kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan proteksi radiasi dan diangkat oleh Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi sebagai Ahli Keselamatan Kerja atas usul Instansi yang
berwenang.
f. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang karena jabatannya atau tugasnya selalu
berhubungan dengan medan radiasi dan oleh Instansi yang Berwenang senantiasa
memperoleh pengamatan tentang dosisdosis radiasi yang diterimanya.
g. Penguasa Instalasi Atom adalah Kepala/Direktur Instalasi Atom atau orang lain yang
ditunjuk untuk mewakilinya.
h. Kecelakaan adalah suatu kejadian di luar dugaan yang memungkinkan timbulnya bahaya
radiasi, dan kontaminasi, baik bagi pekerja radiasi maupun bukan pekerja radiasi.
i. Sampah Radioaktif adalah zat-zat radioaktif dan bahan-bahan serta peralatan yang telah
terkena zat-zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena operasi-operasi nuklir dan tidak
dapat dipergunakan lagi.
Pasal 4
Setiap Instalasi Atom harus mempunyai sekurang-kurangnya seorang Petugas Proteksi Radiasi.
Pasal 5
(1) Setiap Penguasa Instalasi Atom, dengan persetujuan Instansi Yang Berwenang, diwajibkan
menunjuk dirinya sendiri atau orang lain dibawahnya selaku Petugas Proteksi Radiasi.
(2) Petugas Proteksi Radiasi bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan
keselamatan setiap orang dalam lingkungan kekuasaannya kepada Penguasa Instalasi Atom.
Pasal 6
Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban menyusun Pedoman Kerja, Instruksi dan lain-lain yang
berlaku dalam lingkungan Instalasi atom yang bersangkutan.
Pasal 7
(3) Untuk mengawasi ditaatinya peraturan-peraturan keselamatan kerja terhadap radiasi, perlu
ditunjuk Ahli Proteksi Radiasi oleh Instansi Yang Berwenang.
(4) Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberikan laporan kepada Instansi Yang Berwenang dan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi secara berkala.
Ketentuan umum
Pasal 1
1. Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion yang selanjutnya disebut
keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang
sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan lingkungan hidup tidak
melampaui nilai batas yang ditentukan.
2. Tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses
transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.
3. Instalasi adalah instalasi zat radioaktif dan atau instalasi sumber radiasipengion.
4. Radiasi pengion adalah gelombang elektromagnetik dan partikel yang karena energi yang
dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya.
5. Nilai batas dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh Badan Pengawas yang dapat
diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
6. Dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi
radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.
7. Catatan dosis adalah catatan tentang nilai dosis yang diterima oleh pekerja radiasi selama
bekerja di medan radiasi.
8. Pengusaha instalasi adalah pimpinan instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk
mewakilinya dan bertanggung jawab pada instalasinya.
9. Petugas proteksi radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi dan oleh
Badan Pengawas dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
proteksi radiasi.
10. Pekerja radiasi adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi
pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi dosis untuk masyarakat
umum.
11. Kecelakaan radiasi adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan operasi,
kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat atau kejadian lain yang menjurus timbulnya dampak
radiasi, kondisi paparan radiasi dan atau kontaminasi yang melampaui batas keselamatan.
12. Badan Pelaksana adalah badan yang bertugas melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir.
13. Badan Pengawas adalah badan yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala
kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.
Bagian Pertama
Umum
Pasal 7
Pengusaha instalasi harus menerapkan sistem manajemen keselamatan radiasi, yang meliputi
organisasi proteksi radiasi, pemantauan dosis radiasi dan radioaktivitas, peralatan proteksi
radiasi, pemeriksaan kesehatan, penyimpanan dokumen, dan jaminan kualitas, serta pendidikan
dan pelatihan.
Bagian Kedua
Pasal 8
Pengusaha instalasi harus memiliki organisasi proteksi radiasi yang sekurang-kurangnya terdiri
atas unsur pengusaha instalasi, petugas proteksi radiasi dan pekerja radiasi.
Pasal 9
(1) Setiap pengusaha instalasi yang memanfaatkan tenaga nuklir harus mempunyai sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang petugas proteksi radiasi.
(2) Pengusaha instalasi wajib menunjuk orang lain atau dirinya sendiri sebagai petugas proteksi
radiasi.
(3) Persyaratan petugas proteksi radiasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas.
Bagian Keenam
Penyimpanan Dokumentasi
Pasal 25
Pengusaha instalasi harus tetap menyimpan dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil
pemantauan daerah kerja, hasil pemantauan lingkungan dan kartu kesehatan pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 22 selama 30 (tiga puluh)
tahun terhitung sejak pekerja radiasi berhenti bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya radiasi yang terjadi pada pasien di kasus skenario akibat terjadinya kesalahan
dalam proses keselamatan yang masih diperlukannya proteksi yang lengkap dan
penyuluhan yang lebih tepat lagi. Apabila kita memiliki profesi sebagai operator pada
bagian radiologi diharapkan perlunya pengecekkan berkala tentang kesehatan yang
berkala. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendiagnosis adalah dari
laboratorium patalogi anatomi dengan melakukan biopsi pada sumsum tulang belakang
pasien yaitu dengan Fine Needle Biopsy Aspiraton (FNAB) dan patologi klinis dengan
memeriksa darah lengkap pasien. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan
dilakukannya khemoterapi untuk menghilangkan dampak radiasi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Trelia B. Dental Rdiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU press, 2010: 3-5.
2. Cancer help. Gejala Kanker Darah. www.cancerhelps.com/gejala-kanker-darah.htm-
indonesia. (10 September 2011).
3. Evawan A. Teknik Pengambilan Darah.
www.damandiri.or.id/file/evawanaritonagipblampiran.pdf (10 September 2011).
4. Ni Putu P D. Biopsi Sumsum Tulang. www.scribd.com/doc/26152606/Biopsi-Sumsum-
Tulang (10 September 2011).
5. Pamungkas R. Sifat Sinar Gamma.
http://pamungkasrestu420.blogspot.com/2011/05/sifat-sinar-gamma.html. (16 September
2011).
6. Produk Hukum. http://storange.jak.stik.ac.id/ProdukHukum/Ristek/PP%2063-
2000%20rADIASI-1.PDF (16 September 2011).