Anda di halaman 1dari 228

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA

PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

MEITAMA ARIEF BUDHIMAN

NIM: 1111101000079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2015 M

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

Jakarta, 14 November 2015

Meitama Arief Budhiman


NIM : 1111101000079

ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079


ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA
PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK
TAHUN 2015

xxii + 210 halaman + 78 tabel + 29 gambar

ABSTRAK
Postur janggal merupakan salah satu risiko ergonomi yang terdapat pada
pekerja, hal ini dapat ditemui pada pekerja konstruksi dengan tahapan pekerjaan
pada pekerjaan kayu, besi dan pengecoran. Postur janggal yang dilakukan oleh
pekerja ini dapat menyebabkan stres pada kondisi fisik pekerja yang berdampak
pada timbulnya cidera pada pekerja. Untuk mencegah terjadinya cidera perlu
dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek Ruko
Graha Depok.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
kasus, melalui observasi langsung terhadap seluruh tahapan kegiatan pada
pekerja kayu, pekerja besi dan pekerja pengecoran. Penilaian tingkat risiko
ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako
Working Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC).
Penelitian ini berlangsung dari periode Mei - Desember 2015. Pengamatan
dilakukan pada perwakilan satu pekerja dari masing – masing tahapan kerja
dengan rata – rata tinggi badan yang sama, kecuali pada pekerja tahapan
memotong kayu dilakukan pada dua pekerja dikarenakan mengalami perbedaan
tinggi badan yang jauh berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan kegiatan pekerjaan
kayu memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali pada tahapan mengambil kayu.
Sementara pada tahapan kegiatan pekerja besi juga memiliki risiko ergonomi
tinggi kecuali tahapan membawa besi, membentuk rangka besi dan membetulna
rangkaian besi. Risiko tinggi ergonomi juga dijumpai pada tahapan kegiatan
meratakan semen cor.
Untuk mereduksi tingkat risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan
terhadap tindakan dan pergerakan pekerja, penyediaan alat bantu kerja serta
perubahan pada desain kerja pekerja.

Kata Kunci : tingkat risiko ergonomi, REBA OWAS, QEC, Pekerja Konstruksi
Bahan Bacaan : 40 (1981 – 2013)

iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Jakarta, Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079


ANALYSIS OF RISK ASSESSMENT ON ERGONOMIC
CONSTRUCTION PROJECT WORKER SHOP GRAHA DEPOK ON 2015
xxii + 210 pages + 78 tables + 29 images

ABSTRACT
Awkward posture is one of the ergonomic risk contained in the workers, it
can be found on construction workers with carpentry, iron and foundry stages.
Awkward postures performed by these workers can cause stress on physical
conditions of workers who have an impact on the incidence of injury to workers.
To prevent injury, it is necessary to conduct evaluation of ergonomic risk level in
project construction workers Graha Depok.
This research is a quantitative research with case study design, through
direct observation of all stages of the wood workers, iron workers and foundry
workers. The assessment of ergonomic risk level uses Rapid Entire Body
Assessment (REBA) methods, Ovako Working Assessment System (OWAS) and
Quick Exposure Checklist (QEC). This research held on May to December 2015.
Observations were made on the representatives of the workers of each stages who
have same height, except on chopping wood workers, those observations are held
to two workers because they have different height.
The results of research showed that at this stage of the work activities of
wood has a high ergonomic risk except on took the wood stage. While in the
stages of iron workers also have high ergonomic risk except the carrying iron,
forming iron frame and fixing iron circuit stages. High risk ergonomics are also
found on the leveling cement cast stage.
To reduce ergonomic risk level is necessary to change the action and the
movement of workers, the provision of working tools and changes in the design of
workers.

Keywords : Ergonomic Risk Assessment, REBA, OWAS, QEC, Construction


Workers
Bibliography : 40 (1981 – 2013)

iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Meitama Arief Budhiman

Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 8 Mei 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Berat/tinggi badan : 57 kg/168 cm

Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No.5 RT 05/08 Kelurahan


Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pabcoran Mas,
Kota Depok. 16434.

Telp : 021-7791134 / 085285444100

Email : meitama.arief@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998 – 1999 : TK Aisyiyah 5


2. 1999 – 2005 : SD Muhammadiyah 2 Depok
3. 2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Depok
4. 2008 – 2011 : SMA Sejahtera Satu Depok
5. 2011 – Sekarang : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii
PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. Pelatihan dan workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012
(2014)

2. Pelatihan Fire Fighting, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (2013)

3. Peserta Workshop management fire & explotion (2014), Perusahaan Jasa


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

4. Peserta Workshop Risk Management (2014), Perusahaan Jasa


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

5. Peserta Workshop Ergonomy (2013), Perusahaan Jasa Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

6. Peserta Workshop Accident Investigation (2013), Perusahaan Jasa


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Rohani Islam (ROHIS) SMP Negeri 2 Depok 2006 – 2007

2. Staff Palang Merah Remaja (PMR) 2008 – 2011

3. Staff Divisi Pengembangan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa


(BEM) 2011-2012

4. Staff Divisi Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)


2012-2013

5. Staff Public Relationship, Forum Study Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2012 – 2014

6. Bendahara Persatuan Remaja Blok Menteng Rawa denok, Depok. 2012 -


2013

viii
KEPANITIAAN

1. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan


Masyarakat UIN 2012

2. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan


Masyarakat UIN 2013

3. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan


Masyarakat UIN 2014

4. Panitia Seminar Profesi K3 “Jalur perlintasan kereta api” 2014

ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO
ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA
DEPOK TAHUN 2015”.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan
perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat
ini.
2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu DR. Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen peminatan K3 serta
selaku dosen pembimbing.
5. Ibu DR. Ela Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing.
6. Segenap Bapak/Ibu dosen program studi Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.
7. Seluruh teman – teman program studi Kesehatan Masyarakat 2011
khususnya peminatan K3, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
8. Seluruh adik kelas peminatan K3, terima kasih atas kerjasamanya selama
ini.
9. Anissa Florensia, selaku orang terdekat saya yang selalu memberikan
dukungan semangat dan mental dalam penulisan skripsi ini.

x
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penulis. Agar penulis dapat berkembang menjadi lebih baik
dikemudian hari, selain itu penulis pun berharap semoga proposal ini dapat
memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Jakarta, Maret 2015


Penulis,

Meitama Arief Budhiman

xi
DAFTAR ISI

JUDUL……………………….…………………………………………….…….. i
LEMBAR PERNYATAAN….............................................................................. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………… iii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..………. v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………….………… vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….…….……. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN…………………………………………………… xx
DAFTAR ISTILAH………………………………………………………………. xxi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………..….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 5
C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 6
D. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8
1. Tujuan Umum…………………………………………….. 8
2. Tujuan Khusus………………………………………..…… 8
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9
1. Bagi Perusahaan………………..…………………………. 9
2. Bagi Pekerja……………..………………………………... 10
3. Bagi Penelitian……………………………………………. 10
F. Ruang Lingkup Penelitian….………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….………………………………………. 12
A. Ergonomi………………………………………………………. 12
1. Definisi Ergonomi………………………………………… 12
2. Prinsip Ergonomi…………………………………………. 13
B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi.………………………….. 16
1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi……………………… 16
2. Penilaian Risiko Postur Kerja……………………………. 18
C. Kerangka Teori………………………………………………… 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 36
A. Kerangka Konsep …………………….……………………….. 36

xii
B. Definisi Operasional…………………………………………… 38
BAB IV METODE PENELITIAN……………….……….…………………. 51
A. Desain Penelitian………………………………………............. 51
B. Waktu dan Lokasi Penelitian………..……………………….… 51
C. Objek Penelitian……………….………………………………. 51
D. Subjek Penelitian………………………………………………. 52
E. Besar Sampel…………………………………………………... 52
F. Teknik Pengambilan Sampel…………………………………. 52
G. Alat/Instrumen penelitian........................................................... 53
H. Metode pengambilan Data…..………………………………. 55
I. Teknik dan Analisis Data……………………………………… 80
BAB V HASIL……………………………………………………………...... 82
A. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu……. 82
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 83
2. Memotong Kayu………………………………………….. 89
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 103
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 110
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi……. 118
1. Mengambil Besi…………………………………………. 118
2. Membawa Besi……………………………………………. 124
3. Memotong Besi…………………………………………… 131
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 137
5. Merangkai Besi…………………………………………… 144
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 150
C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran………………. 158
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….. 165
A. Keterbatasan Penelitian............................................................. 165
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu.......... 165
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 166
2. Memotong Kayu………………………………………….. 167
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 170
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 172
C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi............ 175
1. Mengambil Besi…………………………………………... 175
2. Membawa Besi…………………………………………. 177

xiii
3. Memotong Besi…………………………………………… 179
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 181
5. Merangkai Besi…………………………………………… 182
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 185
D Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja 187
Pengecoran................................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 190
A. Simpulan.................................................................................... 190
B. Saran........................................................................................... 191
1. Manajemen.......................................................................... 191
2. Pekerja Besi......................................................................... 192
3. Pekerja Pengecoran............................................................. 193
DAFTAR PUSTAKA…………………….………………………………………. 194

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interaksi Dasar dan Evaluasinya Dalam Sistem Kerja……… 14


Tabel 2.2 Grand Score REBA………..….…………………………….. 20
Tabel 2.3 Grand Score RULA…………………………………………. 23
Tabel 2.4 Grand Score OWAS ……………..………………..……… 27
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko
30
Ergonomi…………………………………………………….
Tabel 3.1 Definisi Operasional ….…………………………………….. 38
Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A ..…………………..…………….…. 66
Tabel 4.2 Tabel Penilaian Skor B ….……………..………………........ 67
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C ….…..…….……………………… 68
Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA……… 69
Tabel 4.5 Tabel Frekuenksi Relatif OWAS ..…………………………. 74
Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur Kerja OWAS………………. 76
Tabel 4.7 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………..………………. 77
Tabel 4.8 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………………………… 78
Tabel 4.9 Tabel Action Level QEC …..….……………………………. 79
Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Pengambilan Kayu Pada
85
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015……..
Tabel 5.2 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada
86
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….
Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja
87
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………….
Tabel 5.4 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada
88
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……..
Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 89
2015….....................................................................................
Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode REBA Tahun 92
2015………………………………………………………….
Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode OWAS Tahun 93
2015………………………………………………………….
Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja
94
Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…..
Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada 95
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun

xv
2015………………………………………………..…….…
Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode 96
Tahun 2015……………….............................................…….
Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode REBA 99
Tahun 2015…………………………….……..……………..
Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode OWAS 101
Tahun 2015……………………………..……………………
Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada pekerja
101
Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….
Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 102
2015………………………………………………………….
Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga Metode 103
Tahun 2015….....................………………………………….
Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 106
2015………………………………………………………….
Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 107
2015…..……………………………….……………………..
Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja
108
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………….
Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
109
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…
Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membuat
Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 110
2015….....................................................................................
Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 113
2015………………………………………………………….
Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 114
2015……….…………………………………………….…..
Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja
115
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………….
Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 116
2015………………………………….………………………

xvi
Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 116
2015…………………………………………………...……..
Tabel 5.26 Rekapan Hasil Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
Pada Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu 117
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….
Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
121
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…..…
Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
122
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada Pekerja
122
Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………
Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
123
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………..
Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 124
2015………………………………………………………….
Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
127
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015..……
Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
128
pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada Pekerja Besi
128
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……..…….…………
Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
130
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….……
Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membawa
130
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……………….
Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
133
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015……
Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
134
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015..……
Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada Pekerja Besi
135
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……………………
Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
136
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..………
Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
137
Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……
Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 140
2015…………………………….………………………..…
Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka 141
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun

xvii
2015………………………………………………………….
Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi Pada
142
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…….….
Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 143
2015………………………………………………………….
Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 143
2015………………………………………………………….
Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
146
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…...…
Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
147
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……..
Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi
148
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……………………
Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
149
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………..
Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Merangkai
150
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………..
Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 153
REBA Tahun 2015…………………………..………………
Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 154
OWAS Tahun 2015…………………………..……………
Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi
155
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….
Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode 156
QEC Tahun 2015…………………………..…………….…..
Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode 156
Tahun 2015…………………………………………………..
Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi 157
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………………
Tabel 5.58 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode REBA Tahun 160
2015……………………….…………………………………
Tabel 5.59 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS 161
Tahun

xviii
2015……………………………………………………
Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada
162
Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..
Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 163
2015………………………………………………………….
Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Meratakan
Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode Tahun 163
2015……………………………………...…………………..
Tabel 5.63 Rekapan Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 164
2015…………………………………….……………………

xix
DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama……………………………………… 17


Gambar 2.2 Kerangka Teori ……………….…………………………… 35
Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………..…………………………… 37
Gambar 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian...…………….…………… 52
Gambar 4.2 Kamera Digital....………………………………………….. 54
Gambar 4.3 Stopwatch....…………………………………………….…. 54
Gambar 4.4 Handscale....………………………………………….......... 55
Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu…..…….……………………….. 56
Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi ………………………………….. 56
Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran..…………………………. 57
Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung.…………………………………. 59
Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher………………………………………. 60
Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki…….…………………………………. 61
Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas….……………………………. 63
Gambar 4.12 Gambar Posisi Lengan Bawah……………………………. 64
Gambar 4.13 Gambar Posisi Pergelangan Tangan………………………. 65
Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS……….………………………. 72
Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu ………………….………….. 83
Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I……………..……….. 90
Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II……………………… 97
Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting………………………………. 104
Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting…………………………….. 111
Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi………………….……………… 119
Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi…………………..………………. 125
Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi…………………..………………. 131
Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi…………………..…….. 138
Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi…………………..………………. 144
Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi………………….... 151
Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor………………………….... 158

xx
DAFTAR ISTILAH

Pekerja : Pegawai yang bekerja di CV. Kemiri Muka

MSDs : Musculoskeletal Disorders

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

REBA : Rapid Entire Body Assesment

OWAS : Ovako Working Posture Analysis System

QEC : Quick Exposure Checklist

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan faktor terpenting di dalam sistem kerja, manusia

akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan maksimal karena kondisi

fisik yang baik (Rachman, 2008). Namun dalam kenyataannya, banyak

perusahan ataupun majikan yang masih kurang memperhatikan kondisi fisik

yang baik pada saat merancang sistem kerjanya, serta masih kurang

memperhatikan prinsip – prinsip ergonomi di dalamnya yang menyebabkan

para pekerja tidak dapat bekerja secara optimal (Lianatika, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh OSHA pada tahun 2010,

sekitar 35,4% dari pekerja Eropa menganggap bahwa pekerjaan mereka

mempengaruhi kesehatan mereka. Sekitar 24,7% dari mereka dilaporkan

menderita sakit punggung, bagian sektor pekerjaan tersebut tersebar pada

pekerja dalam konstruksi (36,5%); transportasi, penyimpanan dan

komunikasi (28,4%); diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan

bidang lainnya (8,8%) (OSHA, 2010).

Di Indonesia berdasarkan hasil suvey Departemen Kesehatan RI

dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar

40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya,

gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan

terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa

gangguan muskuloskeletal (16%). Hasil dari Pusat Studi Kesehatan dan

1
2

Ergonomi ITB tahun 2006-2007 diperoleh data sebanyak 40% - 80%

pekerja melaporkan keluhan setelah bekerja (Yassierli, 2008).

Setelah melihat data diatas dapat diketahui bahwa pekerja konstruksi

memiliki risiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat

dikonstruksi adalah bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi yang sering

dilakukan adalah manual handling, pekerjaan manual handling akan dapat

menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja yang dapat mengakibatkan

terjadinya cidera (Tarwaka, 2011). Lebih seperempat dari total kecelakaan

kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (HSE, 2007).

Pekerja kosntruksi di Ruko Graha Depok melakukan pelaksanaan

proses kerja secara manual seperti, memotong besi, memotong kayu,

pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Proses

tersebut dapat menimbulkan risiko ergonomi, dikarenakan bekerja dalam

bentuk postur janggal seperti membungkuk, berjongkok, dan memiringkan

badan. Risiko ergonomi lainnya yaitu melakukan gerakan repetitif seperti

menggergaji kayu, memaku kayu, memotong besi dan memikul beban berat

sepeti mengangkat besi dan kayu. Pekerjaan – pekerjaan itu dilakukan dalam

frekuensi yang sering dan dilakukan setiap harinya.

Pekerja konstruksi Ruko Graha Depok merupakan pekerja CV.

Kemiri Muka yang merupakan kontraktor jasa pembangunan gedung yang

dalam menerapkan program K3 diperusahaannya masih belum berjalan

dengan baik. Selain itu CV. Kemiri Muka masih baru dalam melaksanakan

SMK3 dalam setahun terakhir, padahal perusahaan tersebut terbentuk dari

tahun 2001. Sehingga menurut peneliti perlu dilakukan penelitian terkait


3

risiko ergonomi ditempat kerja, agar dapat melakukan pencegahan dan

membantu manajemen dalam memberikan keputusan terkait risiko

ergonomi.

Pemilihan proyek ini dilakukan karena proyek Ruko Graha Depok

baru berlangsung dibandingkan proyek lain yang belum dan sudah lama

berlangsung. Karena penelitian ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit,

sehingga dimungkinkan untuk melakukan penelitian ini pada proyek Ruko

Graha Depok ini. Oleh karena itu masalah ergonomi di tempat kerja masih

belum diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Para pekerja dalam

melaksanakan pekerjaannya pun masih banyak yang melakukan postur

janggal yang berbahaya bagi tubuh.

Menurut Tompkins (2003), penanganan proses kerja secara manual

adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan proses kerja yang

dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Ergonomi merupakan

penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk

mencapai penyesuaian yang menguntungkan antara pekerja dengan

pekerjaannya secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi

dan kesejahteraan (ILO, 2013).

Maka dari itu untuk menyelaraskan antara pekerja dengan

pekerjaannya agar tidak menimbulkan suatu risiko perlu adanya penilaian.

Penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi gangguan otot

rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual

(Martaleo, 2012).
4

Metode penilaian risiko yang telah diperkenalkan para ahli dalam

mengevaluasi ergonomi untuk menilai risiko ergononi di tempat kerja ada

banyak dengan alat ukur yang bervariasi. Metode - metode tersebut misalnya

seperti REBA, OWAS dan QEC mempunyai perbedaan dalam cara ataupun

bagian yang diamati oleh metode tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan

memakai metode REBA sebagai metode utama, namun karena pada metode

REBA masih terdapat kelemahan dalam metodenya sehingga peneliti

menambahkan dua metode untuk menambahkan informasi yang tidak dapat

didapatkan lebih oleh metode REBA, yaitu metode OWAS dan QEC.

Metode REBA dibuat untuk menilai postur tubuh pekerja secara

cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan selanjutnya dilakukan

penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,

dan pergelangan tangan (McAtamney dan Hignett, 1995). Metode REBA

memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal

pembagian tubuh yang lebih spesifik seperti adanya leher, pergelangan

tangan serta lengan yang terbagi atas dua bagian, yaitu atas dan bawah.

Metode OWAS adalah metode analisis sikap kerja yang

mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan

beban berat yang diangkat. Metode ini digunakan untuk menganalisis

sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh yaitu

punggung, lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing- masing

anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja (Astuti dan

Suhardi, 2007). Metode OWAS memiliki kelebihan dibandingkan metode

lain dalam hal pembagian skor postur kaki yang dibagi dalam 7 jenis postur
5

kaki. Namun metode OWAS tidak lebih spesifik dalam melakukan

analisis pada sudut bagian tubuh yang akan dinilai sperti hal metode

REBA. (Enggaela dkk, 2013).

QEC merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat kerja

yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999

(Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-

related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang dialami oleh pekerja

dengan penanganan material secara manual. Lembar penilaian terdiri dari

empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan,

pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Pada metode QEC, memiliki

kelebihan dalam halmelibakan pekerja secara langsung dalam pengisian

kertas penilaian (score sheet) dengan tujuan untuk memudahkan pengamat

dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera.

(Martaleo, 2012). Namun pada metode ini memiliki kekurangan yang hanya

melihat bagian tubuh atas saja, tidak mengamati sampai bagian bawah.

Besarnya tingkat risiko yang diperoleh dari ketiga metode tersebut

dapat digunakan untuk membantu peneliti dalam menemukan adanya tingkat

risiko ergonomi yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian

ketiga metode tersebut memiliki manfaat untuk dapat merekomendasikan

tindakan preventif untuk permasalahan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pekerja

kontruksi proyek ruko, terdapat sebelas jenis pekerjaan yang menggunakan


6

Manual handling. Pekerjaan – pekerjaan tersebut seperti pemotongan besi,

pemotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja

lainnya. Dari studi pendahuluan pun didapatkan bahwa masih banyak para

pekerja yang dalam melakukan pekerjaannya dilakukan dengan postur yang

janggal atau tidak baik. Postur – postur ini seperti membungkuk, berjongkok,

dan memiringkan badan, adapula yang melakukan gerakan repetisi seperti

memotong kayu, memaku kayu, memotong besi dan adanya pegangkutan

beban secara manual. Hal ini dapat menjadi risiko terjadinya penyakit akiba

kerja yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam bekerja, waktu

kerja yang hilang, penanganan yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi

dan meningkatkan risiko kecelakaan dalam bekerja. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai

analisis penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi.

C. Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

2 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

3 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?


7

4 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang bekisting proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?

5 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

6 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

7 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

8 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

9 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

10 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan rangkaian besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

11 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?


8

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Umum

Diketahuinya analisis tingkat risiko ergonomi pada pekerja

konstruksi proyek ruko Graha Depok Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

b Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

c Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

d Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang

bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

e Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

f Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.


9

g Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

h Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka

besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

i Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

j Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan

rangkaian besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

k Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen

cor proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Bagi Perusahaan

a. Memperoleh informasi mengenai potensi dan tingkat risiko

ergonomi pekerjaan terhadap pekerja.

b. Dapat melakukan upaya – upaya perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja pada pekerja agar terhindar dari risko yang


10

mungkin terjadi, sehingga dapat meminimalisir kerugian yang

terjadi.

c. Sebagai masukan terhadap perusahaan untuk mengambil suatu

tindakan agar mengurangi risko ergonomi pada pekerja.

2. Bagi Pekerja

a. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai risiko

dan bahaya di tempat kerja, sehingga pekerja terhindar dari

penyakit akibat kerja.

b. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika mereka bekerja

dengan posisi janggal.

c. Memberi masukan dan motivasi untuk pekerja dalam melakukan

pekerjaan kearah yang lebih baik lagi.

3. Bagi Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian

selanjutnya dan diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran postur janggal,

pengamatan sikap, dan analisis risiko ergonomi. Jenis penelitian yang

dilakukan adalah observasional, desain studi kasus, dengan menggunakan

metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai

September 2015, data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran

dan kuesioner serta analisis yang digunakan berupa analisis univariat.

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat risiko ergonominya


11

menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), metode

OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan QEC (Quick

Exposure Checklist) yang ketiganya dibuat dalam bentuk form dan

kuesioner. alat ukur atau instrument lain yang digunakan adalah kamera

untuk mendokumentasikan postur kerja, software MB ruler yang digunakan

untuk mengukur sudut dari postur kerja, serta timbangan yang digunakan

untuk mengukur beban yang dipakai pekerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi

ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan

seperti berikut ini :

1. Definisi Ergonomi

Kata ”Ergonomi” yang telah kita ketahui berasal dari bahasa

Yunani, ”Ergon” (kerja) dan ”Nomos” (hukum) atau dapat diartikan

ilmu yang mempelajari tentang hukum –hukum kerja (Priastika, 2012).

Dengan demikian, ergonomi merupakan suatu sistem yang beorientasi

pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau

kegiatan manusia.

Selanjutnya untuk lebih memahami pengertian mengenai

ergonomi, maka penulis akan menjabarkan beberapa definisi ergonomi

dari beberapa literatur, antara lain:

a. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas

yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat

dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan

manusia baik secara fisik maupun mental, sehingga dicapai

12
13

suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang akan lebih baik

(Tarwaka, 2011).

b. Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar suatu

studi dan hubungan antara manusia dengan mesin untuk

mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan prestasi

atau performa kerja (ACGIH, 2007).

c. Sedangkan menurut ILO (2013) ergonomi didefinisikan

sebagai penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan

ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian yang

menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara

optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan

kesejahteraan.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa ilmu ergonomi merupakan suatu bidang keilmuan tentang ilmu,

seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara manusia

dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya agar tercipta keadaan yang

menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dan

untuk mencegah timbulnya cidera atau gangguan kesehatan dengan

tujuan meningkatkan produktivitas kerja.

2. Prinsip Ergonomi

Secara prinsip ilmu Ergonomi berfokus pada desain dari suatu

sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem kerja tersebut terdiri atas

komponen manusia, komponen mesin dan lingkungan yang saling


14

berinteraksi antara satu dengan lainnya. Fungsi dasar dari ilmu

Ergonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan desain

kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi manusia

yang bekerja di dalamnya.

Menurut Bridger (2003) terdapat enam kategori interaksi antara

manusia, mesin dan lingkungannya, interaksi dasar dari enam kategori

tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interaksi dasar dan evaluasinya dalam sistem kerja

Interaksi Evaluasi
Manusia > Mesin : Tindakan Anatomi : Postur tubuh,
pengendalian dasar yang dilakukan pergerakan, besaran kekuatan,
manusia dalam menggunakan mesin. durasi dan frekuensi pergerakan,
Aplikasinya berupa penggunaan kelelahan otot.
kekuatan yang besar, penanganan Fisiologi : Work rate (konsumsi
material, perawatan dan lainnya. oksokan dan detak jantung),
kebugaran dan kelelahan fisiologi.
Psikososial : Persyaratan
kemampuan, beban mental, proses
informasi yang
paralel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari Fisik: Pengukuran objektif dari
manusia terhadap lingkungan. Manusia lingkungan kerja, implikasinya
mengeluarkan karbondioksida, berupa pemenuhan standar yang
kebisingan, panas, dan lainya. berlaku.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan Anatomi : Desain dari kendali dan
display informasi. Mesin dapat alat
memberikan efek tekanan terhadap Fisik : Pengukuran objektif dari
manusia berupa getaran, percepatan, efek tekanan yang tedapat pada
dan lainnya. Beban mesin yang berat mesin terhadap manusia.
yang harus di angkat juga dapat Fisiologi : Aplikasi dari prinsip
mengancam kesehatan manusia pengelompokkan desain dari
faceplates, panel dan display
grafik.
Mesin > Lingkungan : Mesin dapat Umumnya ditangani oleh teknisi
mengubah lingkungan kerja dengan lapangan dan industrial hygienist.
mengeluarkan kebisingan, panas, dan
buangan gas.
Lingkungan > Manusia : Lingkungan Fisik-Fisiologi : Kebisingan,
dapat mempengaruhi fungsi dari mesin pencahayaan, dan temperature.
dengan menimbulkan pemanasan atau
pembekuan komponen mesin.
15

Tabel 2.1 (Lanjutan)


Interaksi Evaluasi
Lingkungan > Mesin : Lingkungan Ditangani oleh teknisi lapangan,
dapat mempengaruhi fungsi dari mesin personil perawatan, fasilitator
dengan menimbulkan pemanasan atau manajemen dan lainnya.
pembekuan komponen mesin.
* ( > Causal Direction)
Sumber : Bridger, 2003.

Dalam suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi yang

produktif, aman dan nyaman bagi pekerja, maka diperlukan interaksi

yang baik antara ketiga komponen yaitu, manusia, mesin dan

lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen

paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang

dimiliki. Oleh karena itu biasanya dalam suatu pekerjaan hal yang akan

diperbaiki adalah desain mesin atau alat yang digunakan agar

menyesuaikan pekerjanya (Bridger, 2003).

Sebagai contoh digunakannya penggunaan alat bantu seperti

forklift trye handler, hand pallet, dan penyediaan portable ramp untuk

meminimalisasi aktivitas manual handling yaitu mengangkat, menarik

dan mendorong (Priastika, 2012). Menggunakan alat bantu gerobak

dalam membantu meminiminalisasi aktivitas manual mengangkut

barang, sehingga dapat mengurangi beban yang diterima oleh tubuh dan

dapat mengurangi risiko timbulnya MSDs (Maria, 2012). Adapun

contoh lainnya mengenai perubahan desain kerja seperti perubahan,

pengaturan dan kontrol display untuk menghindari ketidaknyamanan

dalam pemakaian komputer dalam bekerja (Pujadi, 2009).


16

B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi

Metode penilaian yang telah diperkenalkan para ahli dalam

mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja

ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari

berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan

keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif

memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan. sebagai berikut :

1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi

Penilaian subjektif tentang keparahan pada sistem muskuloskeletal

dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map (NBM) dan checklist.

Namun Nordic Body Map (NBM) adalah salah satu cara evaluasi ergonomi

terhadap keluhan muskuloskeletal (Nurliah, 2012).

Nordic Body Map (NBM) merupakan salah satu metode

pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja.

Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan penelitian oleh The

National Institute for Occupational Safety and Health (1997) yang

menyatakan bahwa keluhan subjektif menjadi pilihan yang baik untuk

melihat keluhan work-related muskuloskeletal disorder.


17

Dalam nordic terdapat bagian tubuh utama yaitu :

a. Leher f. Siku

b. Bahu g. Pinggang

c. Punggung bagian atas h. Lutut

d. Pergelangan tangan/tangan i. Tumit/kaki

e. Punggung bagian bawah

Gambar 2.1 bagian tubuh utama

Kuesioner nordic body map memiliki 28 titik atau pertanyaan

dimulai dari 0 hingga 27 titik nomor yang dinilai dengan menggunakan

skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb (bahu, siku,

tangan, dan pergelangan tangan), lower limb (pinggul, paha, lutut,

pergelangan kaki, dan kaki) dan low back (punggung atas dan bawah)

(Andersson dkk, 2007).


18

2. Penilaian Risiko Postur Kerja

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan

metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire

Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment (RULA), Quick

Exposure Checklist (QEC), Ovako Working Posture Analysis System

(OWAS), dll. beberapa metode penilaian ergonomi tersebut dijabarkan

seperti di bawah ini :

a. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

1) Definisi

REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) adalah

sebuah metode yang dilakukan untuk mengetahui faktor –

faktor risiko terkait dengan postur pada saat bekerja.

REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja (postur

statis atau dinamis), berbagai metode kajian, berdasarkan

kategori metode checklist, manual material handling,

kombinasi seluruh tubuh dan computer based.

2) Pengukuran

Metode REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)

dapat digunakan bila :

a) Seluruh tubuh yang sedang digunakan

b) Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan,

atau postur yang tidak stabil


19

c) Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan

seberapa sering frekuensinya

d) Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan

atau perilaku pekerja.

Penilaian REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)

dilakukan melalui enam tahapan, tahapan – tahapan

tersebut adalah :

a) Observasi pekerjaan, yang meliputi :

(1) Identifikasi faktor risiko ergonomi

(2) Desain tempat kerja

(3) Lingkungan kerja

(4) Penggunaan peralatan kerja

(5) Perilaku atau sikap bekerja

b) Memilih postur yang akan dikaji, yang meliputi :

(1) Postur yang sering dilakukan

(2) Postur dimana pekerja lama dengan posisi

tersebut

(3) Postur yang membutuhkan banyak tenaga

atau aktivis otot

(4) Postur yang menyebabkan tidak nyaman

(5) Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabil

(khususnya yang menggunakan kekuatan)


20

(6) Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh

intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya

c) Penilaian postur, dengan menggunakan kertas

penilaian dan menghitung skor postur

d) Penilaian menggunakan tabel

e) Perhitungan nilai REBA

f) Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk

melakukan pengkajian lanjutan. Penentuan

tingkatan aktivitas berdasarkan kriteria Tabel 2.3

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Grand Score REBA

Skor Action Level


1 Risiko dapat ditiadakan
2-3 Risiko rendah, perubahan mungkin
dibutuhkan
4-7 Risiko menegah, investigasi lebih lanjut,
perubahan segera
8-10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan
perubahan
11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan
Sumber : Hignett and Mc. Atamney, 2000

b. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

1) Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur,

gaya dan garakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan

dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).


21

Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko

kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam

melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota

tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan

tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap

faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor

risiko yang diselidiki dalam ini adalah yang telah di

deskripsikan oleh Mc Pheasant dalam santon (2005) sebagai

faktor beban eksternal yang meliputi:

a) Jumlah gerakan

b) Kerja otot statis

c) Gaya

d) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan

perabotan

e) Waktu kerja tanpa istirahat

2) Pengukuran

a) Tahap 1

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang

cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-

segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu

grup A dan B. grup A meliputi bagian lengan atas dan


22

bawah serta pergelangan tangan. Sementara gurp B

meliputi leher, punggung, dan kaki.

Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur

tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atas atau

batas postur oleh kaki, punggung atau leher yang

mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh

bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

b) Tahap 2

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A

dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur

dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan

kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang

dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan

atas, lengan bawahm pergelangan tangan dan putaran

pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk

masing masing postur. Kemudian skor tersebut

dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

c) Tahap 3

Berdasarkan tabel grand score, tindakan yang

akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level,

seperti berikut ini:


23

Tabel 2.3 Grand Score RULA


Level Skor Action Level
Low 1-2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau
berulang untuk waktu yang lama.
Medium 3-4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan
mungkin saja perubahan diperlukan.
High 5-6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera
Very >7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan
High sesegera mungkin (mendesak).
Sumber : Handbook of Human Faktor and Ergonomics
Methods. Santon dkk 2005

c. Quick Exposure Checklist (QEC)

1) Definisi

QEC adalah metode yang secara cepat menilai

pajanan risiko dari Muskuloskeletal Disorders (WMSDs).

QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi

serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat

diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan

waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi

secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan (Li dan

Buckle, 1999).

2) Pengukuran

Metode quick exposure checklist (QEC) ini memiliki

beberapa tahapan, tahapan dalam penggunaan QEC adalah

sebagai berikut :
24

a) Pengukuran oleh peneliti (Observer’s Assessment)

Penelitii memiliki form isian tersendiri yang

dapat diisi melalu pengamatan kerja dilapangan.

Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch

guna menghitung durasi dan frekuensi kerja.

b) Pengukuran oleh pekerja (Worker’s Assessment)

Seperti halnya peneliti, pekerja pun memiliki

form isian tersendiri, yang berisi pertanyaan

seputar pekerjaan yang dilakukan.

c) Mengkalkulasi skor pajanan

Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua

cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor

pada lembar isian), ataupun dengan program

computer.

QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat

pajanan dari punggung, bahu/lengan, tangan, pergelangan

tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga

merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk

mengurangi tingkat pajanan. Metode QEC memilki kelebihan

dan kekurangan, yakni sebagai berikut:


25

3) Kelebihan Metode QEC

a) Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs

b) Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat

digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman

c) Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai

macam faktor risiko di tempat kerja

d) Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang

baik

e) Mudah dipelajari dan cepat digunakan

4) Kekurangan Metode QEC

a) Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat

kerja

b) Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action

level membutuhkan validasi.

c) Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh

pengguna yang belum berpengalaman untuk

pengembangan reabilitas pengukuran.

d. Ovako Working Posture Analysis Sistem (OWAS)

1) Definisi

OWAS merupakan sebuah prosedur untuk menilai

kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan


26

kekuatan. OWAS mengidentifikasi postur, kekuatan,

siklus kerja dan postur kerja dimana postur kekuatan

meningkatkan risiko injuri (Tarwaka, 2011).

2) Pengukuran

Metode OWAS dalam melakukan penilaian terhadap

postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,

seperti :

a) Tulang belakang (4 Postur)

(1) Punggung lurus

(2) Punggung membungkuk

(3) Punggung memuntir

(4) Punggung ditekuk memutar

b) Lengan (3 Postur), dan

(1) Kedua lengan di bawah bahu

(2) Satu lengah di bawah dan satu lengan diatas

bahu

(3) Kedua lengan diatas bahu

c) Kaki (7 Postur)

(1) Posisi duduk

(2) Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan berat

badan seimbang antara dua kaki


27

(3) Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki

lainnya menekuk dengan berat badan

seimbang antara kedua kaki

(4) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki agak

ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki

(5) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki

ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki

(6) Kaki dengan posisi berlutut

(7) Berjalan

Metode OWAS pun memperhitungkan juga berat

beban yang ditangani oleh pekerja yang dibagi menjadi 3

kategori, yaitu kurang dari 10 Kg, antara 10-20 Kg dan

lebih dari 20 Kg. Hasil pengamatan melalui metode

OWAS dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu :

Tabel 2.4 Grand Score OWAS

Kategori Action Level


1 Tidak perlu perbaikan
2 Tindakan koreksi dalam waktu
dekat
3 Tindakan koreksi sesegera
mungkin
4 Segera lakukan tindakan
perbaikan
Sumber : Tarwaka, 2011
28

e. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

1) Definisi

BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan

struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk

mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu

pekerjaan (Humantech, 1989).

2) Pengukuran

Metode BRIEF dalam melakukan penilaian terhadap

postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,

seperti :

a) Tangan dan pergelangan tangan kiri

b) Siku kiri

c) Bahu kiri

d) Leher

e) Punggung

f) Tangan dan pergelangan tangan kanan

g) Siku kanan

h) Bahu kanan

i) Kaki

Metode BRIEF pun melakukan penilaian pekerjaan

menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara


29

mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah

dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling

penting yang paling memberikan beban paling berat

(Humantech, 1995).
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan


1. Rapid Entire Body a. Merupakan metode yang cepat untuk a. Hanya menilai aspek postur dari
Assesment (REBA) menganalisa postur kerja yang pekerja
menyebabkan risiko ergonomi b. Tidak mempertimbangkan
b. Dapat mengidentifikasi faktor – faktor kondisi yang dialami oleh
risiko dalam pekerjaan pekerja terutama yang berkaitan
c. Dapat digunakan untuk postur tubuh dengan faktor psikososial
yang stabil maupun tidak stabil c. Tidak menilai kondisi
d. Skor akhir dapat digunakan untuk lingkungan kerja terutama yang
menyelesaikan masalah, menentukan berkaitan dengan vibrasi,
priotitas dan perubahan yang dilakukan temperatur dan jarak pandang
2. Rapid Upper Limb a. Menilai sebuah angka perbedaan a. Hanya untuk pekerjaan dengan
Assesment (RULA) postur selama putaran dalam bekerja postur statis atau duduk atau
untuk menyiapkan sebuah profil dari berdiri terus menerus, kurang
beban otot. cocok untuk pekerjaan dengan
gerakan dinamis

30
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan
b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut b. Tidak ada tinjauan rekam medis
dari investigasi dan tindakan c. Metode ini tidak bisa mengukur
perbaikan. gerakan tangan menggenggam,
c. Pemberian skor pada RULA lebih meluruskan, memutar dan
rinci memerlukan tekanan pada
d. Mudah digunakan, cepat dam praktis telapak tangan, dan
d. Metode ini tidak bisa mengukur
antropometri tempat kerja yang
dapat menyebabkan terjadinya
postur janggal
3. Quick Exposure a. Mencakup beberapa faktor risiko a. Metode hanya berfokus pada
Checklist (QEC) terbesar terkait MSDs faktor fisik di tempat kerja
b. Mempertimbangkan kebutuhan
b. Hipotesis skor pajanan yang
pengguna dan dapat digunakan oleh
disarankan pada action level
peneliti yang belum berpengalaman
membutuhkan validasi.

31
Tabel 2.5 (Lanjutan)

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan


c. Mempertimbangkan kombinasi dan c. Pelatihan dan praktek tambahan
interaksi berbagai macam faktor risiko diperlukan oleh pengguna yang
di tempat kerja belum berpengalaman untuk
d. Menyediakan tingkat sensitivitas dan pengembangan reabilitas
kegunaan yang baik pengukuran.
e. Mudah dipelajari dan cepat digunakan
4. Ovako Working a. Mudah digunakan a. Tidak adanya informasi
Posture Analysis b. Hasil observasi bisa dibandingkan mengenai durasi waktu kerja dari
System (OWAS) dengan benchmarks untuk postur kombinasi
menentukan prioritas intervensi b. Tidak ada perbedaan klasifikasi
c. Angka pada tiap bagian tubuh bisa antara lengan kiri dan kanan
digunakan untuk perbandingan c. Tidak memperhitungkan
sebelum dan sesudah intervensi untuk mengenai posisi siku,
mengevaluasi keefektifitasnya pergelangan tangan atau tangan
d. Angka pada tiap bagian tubuh bisa
digunakan untuk studi epidemiologi

32
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Metode penilaian Kelebihan Kekurangan
5. Baseline Risk a. Dapat mengkaji hampir seluruh a. Tidak dapat mengetahui total
Identifiation of bagian tubuh (sembilan bagian) skor secara menyeluruh dari
Ergonomics b. Dapat menentukan bagian mana yang suatu pekerjaan
Factors memiliki beban paling berat b. Banyak faktor yang harus
c. Dapat mengidentifikasi penyebab diuji
awal MSDs c. Membutuhkan waktu
d. Tidak membutuhkan seorang ahli pengamatan yang lebih lama
ergonomi untuk melakukan penilaian d. Tidak dapat digunakan untuk
pekerjaan menggunakan BRIEF manual handling
6. Nordic Body Map a. Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi a. Hanya melihat keluhan
kedalam sembilan bagian tubuh. secara subyektif
b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi b. Tidak dapat mengetahui total
keluhan MSDs skor secara menyeluruh dari
c. Menggunakan 28 titik atau pertanyaan suatu pekerjaan
bagian tubuh c. Tidak terlalu milhat faktor
fisik di tempat kerja

33
34

C. Kerangka Teori

Manajemen risiko adalah suatu istilah yang digunakan dalam melakukan

penilaian risiko yang dilakukan secara logis dan sistematis. Proses penilaian ini

meliputi metode tahap penentuan konteks/kriteria risiko, identifikasi risiko,

analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko serta komunikasi dan

pemantauan risiko yang terkait dengan kegiatan – kegiatan, fungsi atau proses

dengan cara yang memungkinkan organisasi untuk meminimalkan kerugian dan

memaksimalkan peluang. Manajemen risiko mengidentifikasi kesempatan

sebagai mitigasi atau menghindari kerugian (AS/NZS 4360:1999). Maka

didapatkan skema kerangka teori sebagai berikut:


35

Menentukan Konteks/KriteriaRisiko

Identifikasi Risiko

Komunikasi Analisis Risiko Pemantauan


dan dan Tinjau
Konsultasi Ulang

Evaluasi Risiko

Penilaian Risiko

Pengendalian Risiko

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber : AZ/NZS 4360:1999
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dibuat penulis mengacu kepada kerangka teori

pada bab sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko

ergonomi berdasarkan metode penilaian risiko ergonomi yaitu REBA, OWAS

dan QEC pada pekerja konstruksi proyek ruko graha depok. Alasan penulis

mengunakan metode REBA, OWAS dan QEC di dalam penelitian ini

dikarenakan metode ini dapat menilai risiko pada beberapa bagian tubuh yang

penting dan juga menilai postur kerja secara dinamis dan juga statis. Validitas

dan realibilitas metode REBA, OWAS dan QEC juga telah diuji, sehingga

penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak

membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengukurannya dan mudah

digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,

namun mungkin lebih sesuai dengan penelitian ini.

Penilaian ini diawali dengan menentukan Kriteria Risiko, melakukan

identifikasi risiko, melakukan analisis risiko berdasarkan metode REBA, OWAS

dan QEC, lalu didapatkan skor akhir dari masing – masing metode penilaian

risiko ergonomi tersebut yang merupakan indikator tingkat risiko ergonomi yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko serta melakukan pengendalian risiko

pada pekerja. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

36
37

Menentukan Kriteria Risiko

Menentukan Risiko (Ergonomi) Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko


Graha Depok

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko Postur Kerja Yang Dilakukan


Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko Graha Depok

Analisis Risiko

Melakukan Penilaian risiko postur kerja berdasarkan


metode penilaian ergonomi, yaitu metode REBA, OWAS
dan QEC

Evaluasi Risiko

Mengevaluasi risiko ergonomi pekerjaan tersebut


berdasarkan metode penilaian ergonomic yang dipakai
yaitu, metode REBA, OWAS dan QEC.

Pengendalian Risiko

Mengendalian risiko ergonomi pekerjaan tersebut dengan


memberikan saran.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel – variabel yang menjadi unsur – unsur dalam melakukan

penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas mengenai pengertian dari setiap variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar

pembaca dapat mengerti dan lebih mengetahui maksud dari peneliti (Nurliah, 2012). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa variabel

tersebut dalam tabel 3.1, seperti :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Identifikasi Melakukan pengambilan Kamera Observasi Langkah kerja masing – masing Ratio
Proses gambar berbentuk video digital dan jenis pekerjaan per satu siklus kerja
Pekerjaan postur kerja masing – wawancara
masing tahap kerja per
satu siklus kerja.
2. Penilaian Pemberian angka untuk Kamera Observasi REBA : Ordinal
Postur kerja postur tubuh pekerja digital, , a. skor 1 (Risiko dapat
berdasarkan kriteria stopwatch ditiadakan)
metode penilaian dan form b. skor 2-3 (Rendah,
ergonomi. penilaian perubahan mungkin
dibutuhkan)

38
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful) =
posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal, tindakan
perbaikan mungkin
diperlukan.

39
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)

40
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)

a. Postur Gerakan menunduk, Kamera observasi REBA : Ordinal


Leher menengadah, miring digital, 1) Skor 1 : 0o - 20o flexion
dan rotasi leher yang stopwatch sampai extension
terjadi pada saat pekerja dan form 2) Skor 2 : >20o flexion atau
bekerja. penilaian extension
3) Skor +1 jika leher memutar
ke kanan atau ke kiri
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)

41
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)

b. Postur Gerakan fleksi atau Kamera observasi REBA : Ordinal


Punggung rotasi punggung yang digital, 1) Skor 1 : Lurus / tegak
terjadi pada saat pekerja stopwatch alamiah Skor 2 : 0o - 20o
bekerja. dan form flexion sampai extension
penilaian 2) Skor 3 : 20o - 60o flexion
3) Skor 4 : > 60o flexion
4) Skor +1 : jika
memutar/miring kesamping
OWAS : Ordinal
1) Skor 1 = posisi punggung
lurus tegak (<20o)

42
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2) Skor 2 = posisi
punggung bungkuk ke
dapan (>20o)
3) Skor 3 = posisi
punggung miring ke
samping (>20o)
4) Skor 4 = posisi
punggung bungkuk ke
depan sekaligus miring
kesamping (>20o)

QEC : Ordinal
1) ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
2) 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
3) 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)

43
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
c. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi OWAS : Ordinal
Lengan abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 = posisi kedua
pada lengan pekerja stopwatch lengan berada di bawah
yang terjadi pada dan form bahu
pekerja saat bekerja. penilaian 2) Skor 2 = posisi pada salah
satu lengan berada diatas
bahu
3) Skor 3 = posisi kedua
lengan berada diatas bahu
d. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi REBA :
Lengan atas abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 : 0o - 20o flexion
pada lengan atas pekerja stopwatch sampai extension
yang terjadi pada dan form 2) Skor 2 : > 20o extension
pekerja saat bekerja. penilaian 20o - 45o flexion
3) Skor 3 : 45o - 90o
flexion
4) Skor 4 : > 90o flexion

44
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
5) Skor +1 : jika posisi
lengan adducted atau
rotated
6) Skor +1 : jika bahu
ditinggikan
7) Skor -1 : jika bersandar,
bobot lengan ditopang
atau sesuai gravitasi
e. Postur Gerakan aduksi, Kamera Observasi REBA :
Lengan abduksi, fleksi, ekstensi digital, 1) Skor 1 : 60o - 100o
bawah pada lengan bawah stopwatch flexion sampai extension
pekerja yang terjadi 2) Skor 2 : <20o flexion
pada pekerja saat atau >100o flexion
bekerja.
f. Postur Gerakan fleksi atau Kamera Observasi REBA :
Pergelangan ekstensi pada digital, 1) Skor 1 : 0o - 15o
tangan pergelangan lengan stopwatch flexion sampai extension
pekerja yang terjadi dan form 2) Skor 2 : >15o flexion
atau extension
pada pekerja saat penilaian
3) Skor +1 jika tangan
bekerja. memutar ke kanan atau
kiri

45
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
>70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
g. Postur Kaki Gerakan postur kaki Kamera Observasi REBA : Kaki
pekerja yang stabil, digital, 1) Skor 1 : kaki tertopang,
tidak stabil dan fleksi stopwatch bobot tersebar merata
yang terjadi pada saat dan form jalan atau duduk
bekerja. penilaian 2) Skor 2 : kaki tidak
tertopang, bobot tersebar
merata/postur tidak stabil
3) Skor +1 : jika lutut antara
30o - 60o flexion

46
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) Skor +2 : Jika lutut >60o
flexion tidak ketika
duduk
OWAS :
a. Skor 1 = posisi duduk
b. Skor 2 = posisi berdiri
dengan kedua kaki lurus
c. Skor 3 = posisi berdiri
dengan bertumpu pada
satu kaki lurus dan satu
kaki lainnya berbentuk
sudut >150o
d. Skor 4 =
berdiri/jongkok dengan
kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Skor 5 = berdiri atau
jongkok satu lutut
dengan sudut ≤150o

47
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
f. Skor 6 = berlutut satu
atau dua lutut yang
berada ditanah/lantai
skor 7 = berjalan atau
bergerak
3. Tingkat Risiko Level atau tingkatan Lembar Kalkulasi REBA : Ordinal
risiko MSDs yang kerja form dan a. skor 1 (Risiko dapat
diterima oleh pekerja metode Skoring ditiadakan)
berdasarkan metode penilaian b. skor 2-3 (Rendah,
penilaian risiko risiko perubahan mungkin
ergonomi ergonomi dibutuhkan)
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)

48
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful)
= posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sedang), tindakan perbaikan
mungkin diperlukan.
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.

49
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)

50
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

kasus observasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung

terhadap proses pekerjaan serta menilai tingkat risiko ergonomi dengan

menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako Working

Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Peneliti

melakukan observasi pada setiap proses pekerjaan yang dilakukan pekerja di

proyek Ruko Graha Depok di Depok Timur.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Depok timur, pada proyek Ruko Graha

Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan

Desember 2015.

C. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah seluruh proses kerja yang dilakukan

oleh perusahaan konstruksi CV. Kemiri Muka di proyek Ruko Graha

Depok. Karakteristik pekerja yang diteliti adalah pekerja yang memiliki

tinggi badan rata - rata 168 cm dan pekerja yang memiliki tinggi badan jauh

diatas rata – rata (outlier). Sehingga pekerja yang diteliti dapat mewakili

51
52

pekerja lain yang tidak diteliti namun pekerjaannya sama. Kedua hal

tersebut dijelaskan dalam bentuk gambar di bawah ini:

: total pekerja konstruksi di proyek Ruko Graha Depok

: pekerja konstruksi yang diteliti

Gambar 4.1 Objek Penelitian

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengambil 12

sampel (postur kerja) dari 11 proses kerja yang dilakukan dengan cara

mengambil video pekerja pada saat bekerja.

E. Besar Sampel

Sampel yang diambil peneliti berjumlah 12 sampel yang teridiri dari

11 sampel pekerja yang mewakili rata – rata pekerja dan 1 pekerja yang

mewakili tinggi badan yang jauh diatas rata – rata pekerja (outlier). Semua

sampel diambil masing – masing satu dari 11 pekerjaan yang ada di proyek

Ruko Graha Depok.

F. Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini

adalah simple random sampling, dimana setiap satu sampel diambil acak dari

beberapa pekerja yang mengerjakan suatu pekerjaan.


53

G. Alat/Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

sebagai berikut ini:

1. Form Rapid Entire Body Assesment, Ovako Working Posture

Analysis Siste ,dan Quick Exposure Checklist (REBA, OWAS

dan QEC)

Form REBA, OWAS dan QEC merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat postur tubuh atau posisi

pekerja konstruksi proyek ruko graha pada saat bekerja. Metode

REBA yang digunakan adalah metode yang digunakan oleh

Hignett dan McAtamney (2000) sebagai sarana untuk menilai

postur untuk risiko work-related musculoskeletal disorders

(WRMSDs) terdapat dalam Lampiran 7. Metode OWAS yang

digunakan adalah metode yang digunakan oleh Karhu dkk

(1981) dalam sebagai sarana untuk menilai postur untuk risiko

work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs) terdapat

dalam lampiran 8. Metode QEC yang digunakan adalah metode

yang digunakan oleh Li dan Bukle (1999) untuk menilai postur

risiko work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs)

terdapat dalam lampiran 9.

2. Software MB Ruler

Software MB Ruler yang digunakan adalah MB Ruler

versi 5.3, software tersebut digunakan untuk mengukur postur


54

dengan ketelitian millimeter, untuk menghitung besar sudut dari

setiap posisi atau postur tubuh saat pekerja bekerja.

3. Kamera Digital

Kamera digunakan untuk mendokumentasikan

posisi/postur pada saat bekerja. Kamera yang digunakan adalah

kamera digital Canon Power Shot S110 Optical Zoom Lens 5X

IS 5.2 -26.0 mm.

Gambar 4.2 Kamera Digital

4. Stopwatch

Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch Accusplit

warna hitam Pro Survivor 601X untuk menghitung waktu/durasi

pada saat bekerja.

Gambar 4.3 Stopwatch

5. Timbangan

Timbangan yang digunakan adalah timbangan

Handscale bermerek Scale and length tape measure untuk

menghitung berat beban pada saat bekerja


55

Gambar 4.4 HandScale

H. Metode pengambilan Data

Metode pengambilan data terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Pengambilan Data Primer

Pengambilan data mengenai postur kerja dengan cara

mengobservasi langsung dan didokumentasikan menggunakan kamera

digital, menghitung durasi faktor risiko tersebut serta mengukur besar

sudut menggunakan mistar dan busur. Total waktu observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada satu siklus tahapan

per pekerjaan.

Setelah menentukan total waktu pengamatan dalam satu siklus,

lalu melakukan pengukuran postur dan penilaian dari postur yang

telah diukur. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai

pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus :

a. Pekerja Kayu

Pada pekerja kayu proses pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat bekisting untuk pengecoran. Pengambilan

rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan bekisting


56

dimulai ketika pekerja mengambil kayu dan membuat

bekisting untuk melakukan pengecoran seperti pada gambar

4.5 di bawah ini:

Mengambil Memotong Memaku Memasang


kayu kayu kayu bekisting
(bekisting)

Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu

b. Pekerja Besi

Pada pekerja besi proses pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat rangka besi untuk bangunan seperti lantai,

tiang atau pondasi. Pengambilan rekaman gambar diambil

selama satu kali pembuatan rangka besi dimulai ketika pekerja

memotong besi hingga merangkai besi sampai rangka

bangunan terbentuk seperti pada gambar 4.6 di bawah ini

Mengambil Membawa Memotong Membuat


besi besi besi rangka besi

Membetulkan Merangkai
rangkaian besi besi

Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi


57

c. Pekerja Pengecoran

Pada pekerja pengecoran pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat bahan cor untuk mengecor rangka bangunan

seperti lantai, tiang, dan tangga. Pengambilan gambar diambil

selama satu kali pengerjaan pengecoran dimulai pekerja

membuat bahan pengecoran dan melakukan pengecoran

bangunan seperti pada gambar 4.7 di bawah ini:

Membuat Menaruh Meratakan semen


semen coran semen coran yang ada di
pada bekisting
bekisting

Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran

2. Pengukuran dan Penilaian faktor risiko

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pengukuran faktor risiko menggunakan lembar penilaian

Rapid Entire Body Assesment (REBA) yang digunakan oleh

Hignett dan McAtamney (2000). Lembar pengukuran diisi dengan

memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid

Entire Body Assesment (REBA). Penilaian skor metode ini dibagi

menjadi tiga bagian yaitu skor A (punggung, leher, kaki, dan

beban), skor B (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

pegangan) dan skor C (skor A + Skor B + Activity score). Berikut


58

akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode Rapid

Entire Body Assesment (REBA) :

1) Skor A

Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu :

a) Posisi punggung

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.8). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu

lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau

kode posisi punggung.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) Skor 1 : Lurus / tegak alamiah

(2) Skor 2 : 0 o - 20o flexion sampai extension

(3) Skor 3 : 20o - 60o flexion

(4) Skor 4 : > 60o flexion

(5) Skor +1 : jika memutar/miring kesamping


59

Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung

b) Posisi leher
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja

pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler

(Gambar 4.9). Setelah mendapatkan besarnya sudut

yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode posisi leher.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher

sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 20o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : >20o flexion atau extension

(3) Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke

kiri
60

Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher

c) Posisi Kaki

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan

tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.10). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

pergelangan tangan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata

jalan atau duduk

(2) Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar

merata/postur tidak stabil

(3) Skor +1 : jika lutut antara 30o - 60o flexion


61

(4) Skor +2 : Jika lutut >60o flexion tidak ketika

duduk

Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki

d) Beban

Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan

cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat

atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu

lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau

kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban

sebagai berikut :

(1) Skor 0 : beban <5 Kg

(2) Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg

(3) Skor 2 : beban >10 Kg

(4) Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara

tiba – tiba
62

2) Skor B

Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a) Lengan atas

Pengukuran dilakukan dengan merekam

gambar selama proses kerja berlangsung, lalu

menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi lengan atas pekerja pada saat bekerja dengan

bantuan software MB ruler (Gambar 4.11). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor atau kode posisi lengan atas.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan

atas sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 20o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : > 20o extension

20o - 45o flexion

(3) Skor 3 : 45o - 90o flexion

(4) Skor 4 : > 90o flexion

(5) Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau

rotated

(6) Skor +1 : jika bahu ditinggikan


63

(7) Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan

ditopang atau sesuai gravitasi

Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas

b) Posisi lengan bawah

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan

bawah pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.12). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi lengan bawah.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan

bawah sebagai berikut:


64

(1) Skor 1 : 60o - 100o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : <20o flexion atau >100o flexion

Gambar 4.12 Posisi Lengan Bawah

c) Pergelangan tangan

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan

tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.13). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

pergelangan tangan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 15o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : >15o flexion atau extension


65

(3) Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau

kiri

Gambar 4.13 Posisi Pergelangan Tangan

d) Pegangan

Pengukuran mengenai pegangan pada objek

dilakukan dengan cara menentukan kenyamanan dalam

memegang objek yang dipakai oleh pekerja pada

saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor atau kode pegangan. Hasil skor

pengukuran terhadap beban sebagai berikut :

(1) Skor 0 (Good) : pegangan pas dan tepat

ditengah, genggaman kuat

(2) Skor 1 (Fair) : pegangan tangan bisa diterima

tapi tidak ideal

(3) Skor 2 (Poor) : pegangan tangan tidak bias

diterima walau memungkinkan

(4) Skor 3 (Unacceptable) : dipaksakan pegangan

yang tidak aman


66

Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja

pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur

kerja pekerja tersebut berdasarkan tabel penilaian metode REBA.

Penilaian metode REBA dibagi menjadi empat tahap tahap, keempat

tahapan tersebut dijelaskan di bawah ini, yaitu :

1) Tabel skor A

Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A

yaitu, postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban.

Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel

penilaian skor A (Tabel 4.1) , pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada

tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel

penilaian skor A :

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A

Leher
Punggung
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan
beban secara
tiba – tiba
67

2) Tabel skor B

Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B

yaitu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

pegangan. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan

tabel penilaian skor B (Tabel 4.2), pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada

tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel

penilaian skor B :

Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B

Lengan bawah
1 2
Lengan atas
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas pegangan tangan pegangan tangan dipaksakan
dan tepat bisa diterima tidak bias pegangan yang
ditengah, tapi tidak ideal diterima walau tidak aman
genggaman kuat memungkinkan

3) Tabel skor C

Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan

hasil penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C (Tabel

4.3), lalu lakukan penilaian terhadap Activity score, setelah


68

itu lakukan penjumlahan antara hasil penilaian skor C dengan

nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan menghasilkan

satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap

setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian

skor C :

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C

Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
Skor B
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity score
+1 = jika 1 atau lebih +1 = jika ada +1 = jika gerakan
bagian tubuh statis, pengulangan gerakan menyebabkan
ditahan lebih dari 1 dalam rentang waktu perubahan atau
menit singkat, diulang lebih pergeseran postur
dari 4 kali per menit yang cepat dari posisi
(tidak termasuk awal
berjalan)

4) Tabel level risiko dan tindakan

Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari

keseluruhan tahap yang telah dilewati dengan tabel level

risiko dan tindakan (Tabel 4.4). Berikut di bawah ini

merupakan tabel level risiko dan tindakan :


69

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA

Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan


Perbaikan
0 1 Bisa Tidak perlu
diabaikan
1 2-3 Rendah Mungkin
perlu
2 4-7 Sedang Perlu
3 8-10 Tinggi Perlu segera
4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini
juga

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pengukuran metode penilaian Ovako Working Posture

Analysis System (OWAS) meliputi 2 faktor yaitu, postur kerja dan

beban. Untuk postur kerja terbagi menjadi 3 bagian, yaitu

punggung, lengan/bahu dan kaki. Berikut akan dijabarkan proses

pengukuran dan penilaian metode penilaian risiko OWAS, yaitu

(Karhu dkk, 1977) :

1) Postur kerja

Metode OWAS pada pengukuran postur kerja terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu :

a) Punggung

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung


70

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan

penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi

punggung.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)

(2) Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

(3) Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

(4) Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke

samping miring & bungkuk >20o (Grzybowska,

2010)

b) Lengan/Bahu

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan/bahu

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi lengan, lalu lakukan

penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi

lengan.
71

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu

(2) posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu

(3) posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

c) Kaki

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

bagaimana posisi kaki pekerja pada saat bekerja dengan

observasi (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan

bagaimana posisi kaki pekerja, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode posisi kaki.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki

sebagai berikut:

(1) posisi 1 : Duduk

(2) posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus

dengan sudut lutut >150o

(3) posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu

kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya >150o

(4) posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua

lutut dengan sudut ≤150o

(5) posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan

sudut ≤150o
72

(6) posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang

berada di tanah / lantai

(7) posisi 7 : Berjalan atau bergerak

Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS


73

2) Beban

Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara

menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau

angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode beban.

Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai

berikut :

a) Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)

b) Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)

c) Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja

pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur

kerja pekerja tersebut dengan mengkalkulasikan masing-masing

posisi punggung, lengan, kaki dan beban, berdasarkan tabel

penilaian metode risiko OWAS.

Cara penilaian berdasarkan tabel metode risiko OWAS

terbagi menjadi 2 bagian, yaitu berdasarkan tabel 4.5 kombinasi

posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan

perbaikan. Selanjutnya, agar lebih jelas akan dijabarkan sebagai

berikut :
74

Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS

Punggung
Punggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lurus/tegak
Punggung 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
membungkuk
Punggung 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
memuntir
Punggung 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
membungkuk &
memuntir
Lengan
Kedua lengan di 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bawah bahu
Satu lengan 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
diatas bahu
Kedua lengan 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
diatas bahu
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
kaki lurus
Berdiri dengan 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
satu kaki
ditekuk
Berdiri atau 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok dengan
kedua lutut
Berdiri atau 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok dengan
satu lutut
Berlutut dengan 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
satu atau dua
lutut menyentuh
lantai
Berjalan/bergera 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
k
Frekuensi Relatif ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% % % % % % % % % %

Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam

gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan

perekaman, lakukan perhitungan terhadap jumlah repetitive dari

setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki
75

dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu

pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah

terakhir dari metode ini, adalah menentukan kategori risiko yang

mencakup setiap posisi.

Hasil penilaian tabel frekuensi relatif adalah sebagai berikut

ini :

1) Skor 1 (Normal Postur) : Posisi normal tanpa efek

yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal

(risiko rendah) - tidak diperlukan tindakan perbaikan.

2) Skor 2 (Slightly Harmful) : Posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal

(risiko sedang) - Tindakan perbaikan mungkin

diperlukan.

3) Skor 3 (Distincly Harmful) : Posisi dengan efek

berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi) -

Tindakan korektif diperlukan segera.

4) Skor 4 (Extremely Harmful) : Posisi dengan efek

sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko

sangat tinggi) - Tindakan korektif diperlukan

sesegera mungkin.
76

Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur kerja

Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur

postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur

kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur

kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4,

yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem muskuloskeletal

(sikap kerja ini mengakibatkan risiko yang jelas). Perlu

perbaikan secara langsung/saat ini.

Hal tersebut dapat diketahui setelah melihat tabel 4.7

tingkat risiko dan tindakan perbaikan, berdasarkan contoh dapat

diketahui bahwa perlu adanya perbaikan secara langsung yang

dilakukan terhadap postur kerja tersebut.


77

Tabel 4.7 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS

Kategori Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan


Risiko
Skor 1 Posisi normal tanpa efek yang Tidak diperlukan
(Normal dapat mengganggu sistem perbaikan
Posture) musculoskeletal (risiko rendah)
Skor 2 Posisi yang berpotensi Tindakan perbaikan
(Slightly menyebabkan kerusakan pada mungkin diperlukan
Harmful) sistem musculoskeletal (risiko
sedang)
Skor 3 Posisi dengan efek berbahaya pada Tindakan korektif
(Distincly sistem musculoskeletal (risiko diperlukan segera
Harmful) tinggi)
Skor 4 Posisi dengan efek sangat Tindakan korektif
(Extremely berbahaya pada sistem diperlukan sesegera
Harmful) musculoskeletal (risiko sangat mungkin
tinggi)

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Pengukuran metode penilaian Quick Exposure Chechklist

(QEC) merupakan metode penilaian risiko yang menilai tingkat

risiko dengan 3 tahapan, yaitu pengamatan oleh peneliti, pengisian

kuesioner oleh pekerja itu sendiri dan kalkulasi skor pajanan.

Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Pengamatan oleh peneliti

Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti yang

dilakukan dengan observasi pekerja dengan mengamati

postur dan mencocokkan dengan form pengamatan.

2) Pengisian kuesioner pekerja

Pengisian kuesioner pekerja ini dilakukan untuk

melakukan penilaian yang memerlukan pekerja untuk


78

menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner

pekerja.

3) Kalkulasi Skor Pajanan

Pengkalkulasian skor pajanan ini dengan

membandingkan hasil kuesioner yang telah diisi dengan

tabel kalkulasi skor pajanan. Cara mengkalkulasikannya

adalah dengan membandingkan hasil jawaban hasil jawaban

dengan lembar skor QEC. Lembar skor QEC ini dapat

dilihat pada lampiran.

Setelah itu membandingkan hasil olahan kuesioner

dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per

bagian tubuh tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Tabel Skor Per-bagian Tubuh

Tahap terakhir yaitu dengan menghitung exposure

yang didapat dan dibandingkan dengan tingkat risiko yang


79

diterima pekerja tersebut. Cara menghitung exposure

tersebut dengan menggunakan rumus di bawah ini :

X = Total skor yang didapat untuk paparan

risiko cedera untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan

tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan

kuesioner.

Xmax = Total maksimum skor untuk paparan

yang mungkin terjadi untuk punggung, bahu/lengan,

pergelangan tangan, dan leher.

Tahap terakhir adalah melihat rekapitulasi untuk

Action level setiap posisi kerja beserta tindakannya.

Rekapitulasi action level dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Tabel Action level QEC

Total Exposure Action


Level
<40% Aman

40 - 49% Perlu penelitian lebih lanjut

50 – 69% Perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan

>69 % Dilakukan penelitian dan tindakan secepatnya

Sumber : Ilman dkk, 2013


80

F. Teknik dan Analisis Data

Hasil data pengukuran postur atau posisi kerja yang dilakukan dengan

menggunakan alat penilaian postur kerja metode REBA, OWAS dan QEC.

Cara penilaian metode REBA yaitu dengan cara memberi nilai untuk masing-

masing penilaian skor A yaitu punggung, leher, kaki, beban dan skor B

yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan, serta pegangan. Semua skor

dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama

proses kerja, sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.4)

yang menggambarkan level risiko ergonomi serta tingkat perlu atau tidaknya

suatu tahap kerja diubah. Untuk hasil data frekuensi dan durasi dari postur

kerja dinilai pada tabel penilaian Skor C (Tabel 4.3), sedangkan untuk

penilaian beban dinilai berdasarkan tabel penilaian Skor A (Tabel 4.1).

Cara penilaian metode OWAS yaitu dengan cara memberi nilai untuk

masing-masing postur punggung, lengan, kaki, dan frekuensi relatif

berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama proses

kerja, dan beban objek yang didapat berdasarkan telaah dokumen spesifikasi,

sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.7).

Cara penilaian metode QEC yaitu dengan cara memberi nilai untuk

masing masing postur berdasarkan observasi yang dilakukan dengan

merekam gambar selama proses kerja dan hasil kueisoner pekerja untuk

didapatkan nilai kategori total tingkat risiko dan tindakan perbaikannya

(Tabel 4.9).

Sedangkan untuk cara membandingkan penilaian metode dapat

dilakukan dengan cara membandingkan per postur tubuh dari jenis pekerjaan
81

sehingga diketahui bagaimana perbedaan antara metode satu dengan lainnya,

dapat juga dengan melihat tingkat risiko yang dihasilkan berdasarkan

metode satu dengan lainnya.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini ada beberpa tahapan yang akan dinilai yang terbagi

kedalam tiga kelompok pekerja yaitu, pekerja kayu, pekerja besi, dan pekerja

pengecoran. Pada pekerja kayu terdapat empat tahapan yaitu, mengambil kayu,

memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Pada pekerja besi

terdapat enam tahapan yaitu, mengambil besi, membawa besi, memotong besi,

membentuk rangka besi, merangkai besi, dan membetulkan rangkaian besi. Pada

pekerja pengecoran hanya ada satu tahapan yang dinilai, yaitu meratakan semen

cor. Semua tahapan yang ini dinilai menggunakan tiga metode analisis ergonomi,

yaitu metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), metode Ovako Working

Posture Analysis Sistem (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Di

bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko semua tahapan diatas berdasarkan tiga

metode tersebut, sebagai berikut :

A. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Kayu

Pekerja kayu pada proyek Ruko Graha Depok ini memiliki beberapa

jenis aktivitas. Beberapa jenis aktivitas tersebut seperti mengambil kayu,

memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Berikut ini

akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing – masing aktivitas pekerja

kayu, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah sebagai berikut:

82
83

1. Mengambil kayu

Tahapan pengambilan kayu dilakukan secara manual tanpa

menggunakan alat apapun yang dilakukan oleh salah satu pekerja

kayu. Gerakan yang dilakukan adalah memilih, mengangkat dan

memisahkan kayu untuk digunakan pekerja lainnya. Kegiatan ini

dilakukan terus menerus hingga kayu yang dibutuhkan tersedia.

Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan

pengambilan kayu berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :
84

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,

posisi punggung pekerja lurus, sehingga mendapatkan skor 1.

Posisi leher pekerja lurus namun agak memutar kearah kiri

pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2, untuk posisi kaki

pekerja tertopang secara baik sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah itu seluruh skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel skor

A. Didapatkan skor 2 yang kemudian akan ditambahkan dengan

skor beban. Beban yang ditangani oleh pekerja lebih dari 10 Kg,

yaitu antara 10,5 sampai 15 Kg, maka beban mendapatkan skor

2. Setelah dijumlahkan dengan skor dari tabel A, maka

keseluruhan untuk skor A mendapatkan nilai 3.

Posisi lengan atas pekerja bagian kanan mengalami

bagian kiri mengalami fleksi 32o dari garis normal tubuh

manusia, mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja bagian

kanan mengalami fleksi 60o , sehingga lengan mendapatkan skor

1 untuk bagian kanan dan skor 2 untuk bagian kiri. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B untuk bagian kanan dan kiri

yaitu mendapatkan skor 1. Hasil tersebut akan dijumlahkan

dengan skor pegangan. Pegangan pada objek benda tidak

memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa diterima,


85

sehingga mendapatkan skor 2. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 3.

Pada tahapan ini pekerja kayu tidak melakukan aktivitas

yang dapat menambah skor. Sehingga untuk skor aktivitas

mendapatkan skor 0. Sehingga jika dikombinasikan skor A dan

skor B pada tabel C. maka akan didapatkan skor, yaitu

mendapatkan skor 3. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 3. Di bawah ini akan di jabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 1 Punggung lurus
Lurus dan memutar
2 Leher 2
kearah kiri
Lurus tertopang
3 Kaki 1
dengan baik
4 Beban 2 10 Kg - 15 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 32o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 60o
7 Pergelangan 1 Feksi < 15o
tangan
8 Pegangan 2 Tidak pas
9 Jenis aktivitas 0 Tidak ada
Skor akhir REBA 3 Rendah
86

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,

posisi punggung pekerja lurus dan membentuk sudut kurang dari

20o sehingga mendapatkan skor 1. Posisi tangan pekerja

keduanya berada di bawah bahu sehingga pekerja mendapatkan

skor 1, untuk posisi kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus

dengan sudut lutut > 150o sehingga mendapatkan skor 2. Beban

yang ditangani oleh pekerja mempunyai rentang antara 10,5

sampai 15 Kg sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan

tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor

postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan

ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2 Hasil Nilai skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 1 Lurus
Kedua lengan di
2 Lengan 1
bawah
Lurus dengan sudut
3 Kaki 2
lutut > 150o
4 Beban 2 10 – 15 Kg
Skor akhir OWAS 1 Normal Posture
87

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A1 Hampir netral
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C1 Berada di pinggang
Pergerakan D2 Sering
3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G1 Tidak tertekuk
5 Beban H3 Berat (11 Kg – 20 Kg)
Kecepatan (2 – 4 jam)
6 I2
bekerja
Tingkat Sedang
7 J2
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak ada
12 Stress O1 Tidak stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 22, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor


88

sebesar 4, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga

total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di bawah ini

akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel

5.4 sebagai berikut :

Tabel 5.4 Hasil nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 22 Hampir netral
2 Lengan 22 Berada di
pinggang
3 Pergelangan 16 Hampir lurus
tangan
4 Leher 4 Tidak tertekuk
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan 1 (2 – 4 jam)
bekerja
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 38% Aman

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.5,

sebagai berikut :
89

Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan


REBA 3 Rendah Tidak perlu
OWAS 1 Normal Tidak diperlukan
Posture perbaikan
QEC 38 % - Aman

Berdasarkan tabel 5.49 diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas mengambil kayu mempunyai level risiko

ergonomi yang rendah dengan tidak perlu adanya tindakan

perbaikan.

2. Memotong kayu

Pada tahapan memotong kayu ini peneliti mengamati dua

sampel, pengamatan dua sampel dikarenakan adanya sampel yang

diluar tinggi rata - rata (outlier), sehingga pengamatan sampel diambil

dari kedua group, sampel outlier dan sampel rata – rata pekerja. Di

bawah ini akan jelaskan penilaian pada kedua sampel tersebut, sebagai

berikut :

a. Sampel I

Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual

dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah

satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan

memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan

untuk membuat bekisting.


90

Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I (Outlier)

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko

ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :

1) Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 31o, sehingga

mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu ekstensi sebesar 28o sehingga mendapat

skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang

dengan baik namun memiliki sudut fleksi >60o


91

sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan

didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor

beban yang akan menjadi skor akhir group A. berat

beban yang digunakan oleh pekerja masih di bawah

5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga mendapatkan skor 0.

Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir

group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi

27o dari garis normal tubuh manusia, sehingga

mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja

mengalami fleksi membentuk sudut >100o, sehingga

lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan

skor 2. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor

pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki

pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 3.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan

aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan


92

adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 18

kali gerakan per menit, sehingga untuk skor aktivitas

mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan

maka akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka

total skor yang didapatkan yaitu 8. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu

tabel 5.6 sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong


Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan
Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 3 Fleksi 31o
2 Leher 2 Ekstensi 28o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 27o
6 Lengan bawah 2 Fleksi >100o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 8 Tinggi

2) Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan

kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak

lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan


93

kurang dari 60o yaitu 31o, sehingga mendapatkan skor

2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di

bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,

yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang

membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih

< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor

tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi

posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan

tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini

memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.7 sebagai

berikut :

Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong


Kayu (Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan
Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 31o
Kedua lengan di
2 Lengan 1
bawah bahu
Berjongkok dengan
kedua kaki yang
3 Kaki 4
membentuk sudut
<150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
94

3) Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan

hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel

5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu


(Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode Keterangan
jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D2 Sering
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3 11 kali sampai 20 kali
Repetitif F2
permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10
Kg)
6 Kecepatan I2 (2 – 4 jam)
bekerja
7 Tingkat J2 Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K2 Tinggi
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ada, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui

bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan

skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu

punggung mendapatkan skor sebesar 28, lengan


95

mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan

mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor

sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan

dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat

didapatkan serta dikali dengan 100% untuk

mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 69%. Di bawah

ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.9 sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan

Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 28 Terlalu membungkuk
2 Lengan 30 Berada di dada
3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk
4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu Penelitian lebih
Skor akhir QEC 68% lanjut dan tindakan
perbaikan
96

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis

tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan

mengenai hasil penilaian dari ketiga metode tersebut

pada sampel I dalam bentuk tabel 5.10, sebagai berikut :

Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas


Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan


REBA 8 Tinggi Perlu segera
Distincly Tindakan korektif diperlukan
OWAS 3
Harmful segera
perlu penelitian lebih lanjut
QEC 68% -
dan tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko

yang sama, yaitu aktivitas memotong kayu mempunyai

level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera

dilakukan tindakan perbaikan.

b. Sampel II

Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual

dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah

satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan

memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan

untuk membuat bekisting.


97

Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko

ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :

1) Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 32o, sehingga mendapatkan skor 3. Posisi

leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi sebesar 25o

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat

bekerja tertopang dengan baik namun memiliki sudut

fleksi >60o sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu


98

skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A

dan didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A.

kemudian skor postur tubuh A akan dijumlahkan

dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja

masih di bawah 5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga

mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan

skor A maka skor akhir group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi

32o dari garis normal tubuh manusia, sehingga

mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja

mengalami fleksi membentuk sudut 40o, sehingga

lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 61o, sehingga

mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan

skor 3. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor

pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki

pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan

aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan

adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 4 kali


99

per menit, sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan

skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan skor A dan

skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 7.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah

kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.11 sebagai

berikut :

Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan

Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 3 Fleksi 32o
2 Leher 2 Fleksi 25o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 < 5 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 32o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 40o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 9 Tinggi

2) Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan

kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak

lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan


100

kurang dari 60o yaitu 32o, sehingga mendapatkan skor

2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di

bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,

yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang

membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih

< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor

tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi

posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan

tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini

memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.12 sebagai

berikut :

Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong


Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 32o
Kedua lengan di bawah
2 Lengan 1
bahu
Berjongkok dengan kedua
3 Kaki 4 kaki yang membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
101

3) Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan

hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel

5.13 di bawah ini.

Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu


Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode Keterangan
jawaban
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F3 > 20 kali permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan I2 (2 – 4 jam)
bekerja
7 Tingkat J2 Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K2 Tinggi
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ada, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui

bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan

skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu

punggung mendapatkan skor sebesar 24, lengan

mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan

mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor

sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran


102

mendapatkan skor 4, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan

dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat

didapatkan serta dikali dengan 100% untuk

mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 68 %. Di bawah

ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.14 sebagai berikut :

Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong


Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor keterangan
1 Punggung 24 Agak membungkuk
2 Lengan 30 Berada di dada
3 Pergelangan 34 Tertekuk
tangan
4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 4 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu Penelitian lebih
Skor akhir QEC 68% lanjut dan tindakan
perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis

tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan

dijelaskan kembali mengenai hasil penilaian dari

ketiga metode pada sampel II dalam bentuk tabel

5.15, sebagai berikut :


103

Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada


Aktivitas Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 9 Tinggi Perlu segera
Distincly Tindakan korektif
OWAS 3
Harmful diperlukan segera
Perlu penelitian lebih
QEC 68 % - lanjut dan tindakan
perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil

perhitungan tersebut jika dilihat hasilnya

menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas

memotong kayu (sampel II) mempunyai level risiko

ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan perbaikan.

3. Membuat bekisting

Tahapan membuat bekisting dilakukan secara manual dengan

menggunakan alat palu yang dilakukan oleh salah satu pekerja kayu.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan memaku paku dengan

menggunakan palu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan untuk

membuat bekisting.
104

Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membuat bekisting posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 38o, sehingga

mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja

yaitu 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat

bekerja tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi

>60o sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang


105

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan

skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A

akan dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor

akhir group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja

masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan

skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir

group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 61o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

68o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan

skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 3.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 7. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan


106

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.16 sebagai

berikut:

Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 3 Fleksi 38o
2 Leher 1 Fleksi 15o
Tidak tertopang dengan
3 Kaki 4 baik dan memiliki sudut
fleksi >60o
4 Beban 0 < 5 Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 61o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 68o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 9 Tinggi

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 38o,

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua

tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja

mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara

baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk

sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban


107

yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga

mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.17 sebagai

berikut :

Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 38o
Kedua lengan berada di
2 Lengan 1
bawah bahu
tidak tertopang secara
3 Kaki 5 baik, dan membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.18 di bawah ini.


108

Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F3 > 20 kali permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan I2 (2 – 4 jam)
bekerja
7 Tingkat J2 Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak pernah
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 28, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor

sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 65%. Di


109

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.19 sebagai berikut :

Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 28 Terlalu membungkuk
2 Lengan 26 Berada di dada
3 Pergelangan tangan 34 Tertekuk
4 Leher 12 Tertekuk (Terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 1 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu penelitian lebih
Skor akhir QEC 65% lanjut dan tindakan
perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.20,

sebagai berikut :

Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membuat Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan


REBA 9 Tinggi Perlu segera
Distincly Tindakan korektif diperlukan
OWAS 3
Harmful segera
perlu penelitian lebih lanjut
QEC 65 % -
dan tindakan perbaikan
110

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat

risiko yang sama, yaitu aktivitas membuat bekisting

mempunyai level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu

segera dilakukan tindakan perbaikan.

4. Memasang bekisting

Tahapan memasang bekisting dilakukan secara manual dengan

memaku bekisting sehingga terbentuk pinggiran/alas untuk

pengecoran agar membentuk dinding beton atau lantai. Gerakan yang

dilakukan adalah dengan memaku bekisting dengan palu agar sesuai

dengan kontruksi bangunan yang akan dibentuk.

Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting


111

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan memasang bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memasang bekisting posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih

dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 30o, sehingga mendapatkan

skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi 26o

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja

tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o

sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor

7 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja masih di

bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 48o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

91o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi sebesar 13o dan memutar ke kanan sehingga

mendapatkan skor 2.
112

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang pas

namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.21 sebagai berikut :

Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang


Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 30o
2 Leher 2 Fleksi 26o
Tidak tertopang dengan
3 Kaki 4
baik dan fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 48o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 91o
Fleksi 13o dan memutar ke
7 Pergelangan tangan 2
kanan
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi
113

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 30o,

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua

tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja

mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara

baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk

sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban

yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga

mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.22 sebagai

berikut :
114

Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang


Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS
Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 30o
Kedua lengan berada di
2 Lengan 1
bawah bahu
Tidak tertopang secara
3 Kaki 5 baik, dan membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.23 di bawah ini.

Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada


Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode Keterangan
jawaban
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
3
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan I1 < 2 jam
bekerja
7 Tingkat J1 Rendah
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Tidak stress
115

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 16, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 8, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga

total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di bawah ini

akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel

5.24 sebagai berikut :

Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting


Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 20 Agak membungkuk
2 Lengan 16 Berada di sekitar pinggang
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 8 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 41% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil


116

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.25,

sebagai berikut :

Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan


REBA 11 Sangat tinggi Perlu saat ini juga
Distincly Tindakan korektif diperlukan
OWAS 3
Harmful segera
QEC 41 % - perlu penelitian lebih lanjut

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut

jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda diantara ketiganya. Metode REBA menunjukkan tingkat

risiko yang sangat tinggi dengan saran perlu saat ini juga

dilakukan tindakan perbaikan, metode OWAS menunjukkan

tingkat risiko yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan korektif dan metode QEC menunjukkan tingkat risiko

yang sedang dengan perlu adanya penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan

dijabarkan hasil rekapan analisis tingkat risiko ergonomi pada masing –

masing proses tahapan kerja pekerja kayu berdasarkan tiga metode analisis

tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.26 sebagai berikut :


117

Tabel 5.26 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada


Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan

1. Mengambil Kayu X X X Sama

2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Sama

b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Sama

3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Sama

4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda

Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 80% penilaian tingkat

risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang sama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan kayu ini sebagian besar

proses tahapan kerja pekerja kayu dapat dinilai secara sama menurut tiga

metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.

B. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Besi

Pekerja besi pada proyek Ruko Graha Depok beberapa jenis aktivitas.

Berikut ini merupakan jenis aktivitas yang dilakukan oleh pekerja besi di

proyek Ruko Graha Depok :

1. Mengambil Besi

Tahapan mengambil besi dilakukan secara manual dengan

mengambil besi yang ada pada tumpukkan yang dilakukan oleh salah

ke satu pekerja besi. Gerakan yang dilakukan adalah dengan


118

membungkuk dan mengambil besi dengan kedua tangan lalu

membawanya untuk dipotong atau dibentuk.

Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan mengambil besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan mengambil besi posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari

60o yaitu 90o, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher

pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi lebih besar dari 20o,

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja

tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi 30o - 60o

sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor yang


119

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor

6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai

5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah

dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 91o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 5o, sehingga lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 5.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

menyebabkan perubahan psotur yang cepat dari posisi awal,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,

jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka

akan didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka

akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
120

didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.27 sebagai berikut :

Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 4 Fleksi 90o
2 Leher 2 Fleksi > 20o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60o
4 Beban 1 7 Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 91o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 5o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan yang cepat
Skor akhir REBA 10 Tinggi

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan mengambil besi ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi sebesar 90o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi

tangan pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri dengan berdiri atau jongkok dengan sudut <150o

sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang ditangani

oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan


121

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.28 sebagai

berikut :

Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 90o
Kedua tangan berada di
2 Lengan 3
atas bahu
Berdiri atau jongkok
3 Kaki 4
dengan sudut <150o
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.29 di bawah ini.

Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D2 Sering
Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
3
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
122

Tabel 5.29 (Lanjutan)


No. Variabel Kode Keterangan
jawaban
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
I1 < 2 jam
bekerja
7 Tingkat J2
Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Tidak stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 44%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.30 sebagai berikut :


123

Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 24 Terlalu membungkuk
2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 6 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 44% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.31,

sebagai berikut :

Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan


REBA 10 Tinggi Perlu segera
Distincly Tindakan korektif diperlukan
OWAS 3
Harmful segera
QEC 44% - Perlu penelitian lebih lanjut

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS

menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan QEC

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.


124

2. Membawa Besi

Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan

membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak

dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap

selanjutnya.

Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membawa besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membawa besi posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus tetapi mengalami ekstensi sebesar 11o,


125

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu ekstensi sebesar 19o, sehingga mendapat skor 1.

Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan

memiliki sudut fleksi 30o - 60o sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel

A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian skor

postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 4.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 28o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 2.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 98o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan

skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 1.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 2.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit, sehingga untuk skor


126

aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 4.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 5.

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.32 sebagai berikut :

Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Ekstensi 11o
2 Leher 1 Ekstensi 19o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60o
4 Beban 1 Berat 7 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 28o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 98o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 1 statis
Skor akhir REBA 5 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja lurus, sehingga mendapatkan skor

1. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah

bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki

pekerja yaitu bergerak atau berjalan sehingga mendapatkan

skor 7. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10

Kg, sehingga mendapatkan skor 1.


127

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.33 sebagai

berikut :

Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 1 Punggung lurus (<20o)
Kedua tangan berada di
2 Lengan 2
bawah bahu
3 Kaki 7 Berjalan
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 1 Normal posture

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.34 di bawah ini.


128

Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A1 Hampir netral
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3 10 kali permenit/
Repetitif F1
kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J2
Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 10, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di


129

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.35 sebagai berikut :

Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 24 Hampir netral
2 Lengan 10 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 16 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 1 Cukup stress
Skor akhir QEC 38% Aman

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.36,

sebagai berikut :

Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membawa Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 5 Sedang Perlu segera

Normal Tidak diperlukan perbaikan


OWAS 1
Posture
QEC 38% - Aman
130

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC

menunjukkan tingkat risiko rendah, sedangkan REBA

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

3. Memotong Besi

Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan

membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak

dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap

selanjutnya.

Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi


131

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan memotong besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong besi posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari

20o dan kurang dari 60o yaitu 51o dan memiringkan badannya,

sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu mengalami fleksi sebesar 23o, sehingga mendapat

skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tidak tertopang dengan

baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga mendapatkan

skor 4. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam

tabel A dan didapatkan skor 8 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga

mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 8.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 52o dari

garis normal tubuh manusia sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

96o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o dan memutar,

sehingga mendapatkan skor 2.


132

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan

bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitif yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.37 sebagai berikut :

Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 4 Fleksi 51o
2 Leher 2 Fleksi 23o
Tidak tertopang dengan baik
3 Kaki 4
dan fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 52o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 96o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi < 15o
8 Pegangan 0 Pegangan yang pas
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi
133

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan besi ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60o yaitu 51o dan

memiringkan tubuhnya, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi

tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak

tertopang secara baik, yaitu pekerja jongkok dengan kedua

kaki yang membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,

sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 4. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.38 sebagai

berikut :
134

Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 4 Fleksi 51o
Kedua lengan berada di
2 Lengan 1
bawah bahu
Berjongkok dengan kedua
3 Kaki 4 kaki yang membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 4 Extremely Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.39 di bawah ini.

Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang
Pergerakan D2 Sering
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J2
Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
135

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 20, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 55%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.40 sebagai berikut :

Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 24 Terlalu membungkuk
2 Lengan 20 Berada di sekitar
pinggang
3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu penelitian lebih
Skor akhir QEC 55% lanjut dan tindakan
perbaikan
136

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.41,

sebagai berikut :

Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 11 Sangat tinggi Perlu segera

Extremely Tindakan korektif diperlukan


OWAS 4
Harmful sesegera mungkin
Perlu penelitian lebih lanjut dan
QEC 55% -
tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS

menunjukkan tingkat risiko sangat tinggi, sedangkan QEC

menunjukkan tingkat risiko yang tinggi.

4. Membentuk Rangka Besi

Tahapan membuat rangka besi dilakukan secara manual

dengan membentuk/membengkokan besi untuk dibentuk oleh pekerja

besi sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Gerakan yang dilakukan

adalah dengan menarik atau mendorong kunci besi pada besi agar

dapat membentuk besi sesuai dengan yang diperlukan pekerja.


137

Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat rangka besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut:

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membentuk rangka besi posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga mendapatkan

skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi

kurang dari 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada

saat bekerja tertopang dengan baik sehingga mendapatkan skor


138

1. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam

tabel A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai berat kurang dari 5Kg, yaitu 4,5 Kg

sehingga mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan

skor A maka skor akhir group A yaitu 3.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 65o dari

garis normal tubuh manusia dan menjauhi badan, sehingga

mendapatkan skor 4. Lengan bawah pekerja tangan mengalami

fleksi membentuk sudut 30o, sehingga lengan mendapatkan

skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar 45o,

sehingga mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 6.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan

bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

membuat posturnya berubah dengan cepat dari postur awal

sehingga mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 5.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 6.


139

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.42 sebagai berikut :

Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


Fleksi 43o dan memutar
1 Punggung 4
ke kanan
2 Leher 1 Fleksi <15o
3 Kaki 1 Lurus
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 65o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 30o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 45o
8 Pegangan 0 Pegangan pas
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 6 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga

mendapatkan skor 4. Posisi tangan pekerja kedua tangannya

berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri dengan kedua kaki

lurus dengan sudut >150o, sehingga mendapatkan skor 2.

Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,

sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja


140

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 2. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.43 sebagai

berikut :

Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


Fleksi 43o dan memutar ke
1 Punggung 4
kanan
Kedua lengan berada di
2 Lengan 1
bawah bahu
Kedua kaki lurus dengan
3 Kaki 2
sudut >150o
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.44 di bawah ini.


141

Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J2
Sedang
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 18, lengan mendapat skor sebesar 18, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 20, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di


142

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.45 sebagai berikut :

Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 18 Terlalu membungkuk
2 Lengan 18 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 20 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu penelitian lebih
Skor akhir QEC 41%
lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.46,

sebagai berikut :

Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 6 Sedang Perlu

Slightly Tindakan perbaikan mungkin


OWAS 2
Harmful diperlukan
QEC 41% - Perlu penelitian lebih lanjut
143

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level

risiko ergonomi yang sedang dengan perlu adanya tindakan

perbaikan.

5. Merangkai Besi

Tahapan merangkai besi dilakukan secara manual dengan

merangkai besi untuk dibuat tiang atau penyangga oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan melilitkan kawat besi pada

cincin besi dan besi yang lurus untuk dirangkai menjadi tiang ataupun

penyangga.

Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi


144

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan merangkai besi posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 30o,

sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja membentuk sudut ekstensi sebesar 18o, sehingga

mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang

dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga

mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang didapatkan di

masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 5 untuk

postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai

kurang dari 5Kg yaitu 2Kg sehingga mendapatkan skor 0.

Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A

yaitu 5.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 50o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 66o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi 16o, sehingga mendapatkan skor 2.


145

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor B yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetititf yang diulang lebih dari 4 kali, sehingga untuk skor

aktivitas mendapatkan skor 2. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 6.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 8.

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.47 sebagai berikut :

Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 3 Fleksi 30o
2 Leher 1 Ekstensi 18o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 50o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 66o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 16o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 8 Tinggi
146

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan merangkai besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 30o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan

pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut

<150o, sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang

ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan

skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.48 sebagai

berikut :

Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 30o
Kedua lengan berada di
2 Lengan 1
bawah bahu
Berdiri atau jongkok
3 Kaki 4 dengan kedua kaki
membentuk sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
147

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.49 di bawah ini.

Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di sekitar dada
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
3
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J1
Rendah
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak pernah
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress


148

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 51%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.50 sebagai berikut :

Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 22 Agak membungkuk
2 Lengan 26 Berada di sekitar dada
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 12 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 1 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu penelitian lebih lanjut
Skor akhir QEC 51%
dan tindakan perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.51,

sebagai berikut :
149

Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Merangkai Besi Berdasarkan Tiga Metode

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 8 Tinggi Perlu segera

Distincly Tindakan korektif diperlukan


OWAS 3
Harmful segera
Perlu penelitian lebih lanjut dan
QEC 51% -
tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level

risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan perbaikan.

6. Membetulkan Rangkaian Besi

Tahapan membetulkan rangkaian besi dilakukan secara manual

dengan menarik besi panjang untuk membetulkan besi yang turun

pada rangkaian besi yang dibentuk oleh pekerja besi. Gerakan yang

dilakukan adalah dengan menarik turun besi lurus pengunci rangkaian

sehingga rangkaian yang turun terangkat agar bentuk atau

rangkaiannya kembali pada bentuk semula.


150

Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat rangkaian besi berdasarkan metode REBA, OWAS

dan QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membetulkan rangkaian besi posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 45o sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher

pekerja pada saat bekerja yaitu lurus sehingga mendapat skor

1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan

memiliki sudut fleksi 30o - 60o sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel

A dan didapatkan skor 4 untuk postur tubuh A. kemudian skor


151

postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 6 Kg sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 5.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 85o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 97o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,

jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka

akan didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan maka

akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 7. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.52 sebagai berikut :


152

Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 3 Fleksi 45o
2 Leher 1 Lurus
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60o
4 Beban 1 5Kg – 10Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 85o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 97o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 7 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 45o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan

pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja sehingga

pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri

atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut kurang dari

150o sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang

ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan

skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,


153

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.53 Sebagai

berikut :

Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 45o
3 Kedua lengan berada
2 Lengan
diatas bahu
berdiri atau jongkok
3 Kaki 4 dengan kedua kaki
membentuk sudut < 150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.54 di bawah ini.


154

Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J3
Tinggi
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 26, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 49%. Di


155

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.55 sebagai berikut :

Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan


Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC
Tahun 2015
No. Variabel Skor Ketarangan
1 Punggung 20 Terlalu membungkuk
2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 26 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 49% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.56,

sebagai berikut :

Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 7 Sedang Perlu

Distincly Tindakan korektif diperlukan


OWAS 3
Harmful segera
QEC 49% - Perlu penelitian lebih lanjut
156

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat

risiko yang berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC

menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan REBA

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan

dijabarkan hasil rekapan penilaian analisis tingkat risiko ergonomi pada

masing – masing proses tahapan kerja pekerja besi berdasarkan tiga metode

analisis tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.57 sebagai berikut :

Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada


Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan
1. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda
2. Membawa Besi XX X X Berbeda
3. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda
4. Membentuk Rangka XX XX XX Sama
Besi
5. Merangkai Besi XXX XXX XXX Sama
6. Membetulkan XX XXX XX Berbeda
Rangkaian Besi
Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 67% penilaian tingkat

risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang berbeda.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan besi ini sebagian besar
157

proses tahapan kerja pekerja besi tidak dapat dinilai secara sama menurut tiga

metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.

C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran

Pekerja pengecoran pada proyek Ruko Graha Depok memiliki

aktivitas pengecoran dengan menggunakan alat. Tahapannya dengan

mengaliri bekisting dengan mesin cor, lalu meratakannya dengan

menggunakan alat secara manual oleh pekerja. Oleh karena itu untuk

penilaian postur hanya akan dilakukan pada saat tahapan meratakan semen

cor. Gerakan yang dilakukan adalah dengan menarik atau mendorong alat

untuk meratakan semen coran agar rata.

Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor


158

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan

meratakan semen coran pada lantai berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

1. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan meratakan semen cor posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 72o, sehingga

mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja tidak lurus

dan membentuk sudut ekstensi sebesar 23o sehingga mendapat skor 2.

Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan memiliki

sudut fleksi 30o - 60o sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor

yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 6

untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir group

A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg

yaitu 8,8 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan

dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi sebesar 115o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4. Lengan

bawah pekerja mengalami fleksi sebesar 18o, sehingga lengan

mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar

14o, sehingga mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4, hasil

tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan. Pegangan pada

objek benda tidak memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa
159

diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka

skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja pengecoran melakukan aktivitas yang

merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, mendapatkan skor 9.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan dengan skor

aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.58 sebagai

berikut :

Tabel 5.58 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Berdasarkan

Pada Pekerja Pengecoran Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 4 Fleksi 72o
2 Leher 2 Ekstensi 23o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60o
4 Beban 1 5Kg – 10Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 115o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 18o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi sebesar 14o
Tidak pas namun bisa
8 Pegangan 1
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 10 Tinggi

2. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 72o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja satu

tangannya berada di bawah bahu pekerja dan satu tangan berada diatas
160

bahu, sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri dengan kedua kaki membentuk sudut lebih dari 150o sehingga

mendapatkan skor 2. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja

masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut akan

dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan tabel

tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini memiliki nilai

2. Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.59 sebagai berikut :

Tabel 5.59 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 2 Fleksi 72o
Lengan berada diatas dan di
2 Lengan 2
bawah bahu
Berdiri dengan kedua kaki
3 Kaki 2
membentuk sudut > 150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful

3. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang dijelaskan

dalam bentuk tabel 5.60 di bawah ini.


161

Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode Keterangan


jawaban
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B4 Sering
2 Lengan C2 Berada di sekitar dada
Pergerakan D2 sering
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
3
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
I2 2 - 4 jam
bekerja
7 Tingkat J3
Tinggi
kekuatan
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa data

tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil analisis dan

skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan skor sebesar 34,

lengan mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan mendapatkan

skor sebesar 32, leher mendapat skor sebesar 12, mengemudi

mendapatkan skor 1, getaran mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja

4, dan stress mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan

dibagi dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 67%. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.61 sebagai

berikut :
162

Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan


1 Punggung 34 Terlalu membungkuk
2 Lengan 30 Berada di sekitar dada
3 Pergelangan tangan 32 Tertekuk
4 Leher 12 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Perlu penelitian lebih
Skor akhir QEC 67% lanjut dan tindakan
perbaikan

Penilaian aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai

hasil penilaian aktivitas pengecoran dari ketiga metode tersebut dalam

bentuk tabel 5.62, sebagai berikut :

Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Meratakan Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode

Metode Skor Tingkat Tindakan Kode Keterangan


risiko Perbaikan
REBA 10 Tinggi Perlu segera XXX
Tindakan
Slightly perbaikan
OWAS 2 XX Berbeda
Harmful mungkin
diperlukan
Perlu penelitian
QEC 67% - lebih lanjut dan XXX
tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut jika

dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, pada


163

dua metode yaitu REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko tinggi,

sedangkan OWAS menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hasil dari seluruh proses yang

dilakukan di Proyek Ruko Graha Depok, dapat dilihat bahwa sebagian besar

proses kerja yang dilakukan pekerja memiliki tingkat risiko yang sama setelah

dilakukan penilaian menggunakan tiga metode, yaitu metode REBA, OWAS dan

QEC. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.63, sebagai berikut :

Tabel 5.63 Rekapan Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Kesimpulan


1. Mengambil Kayu X X X Risiko rendah
2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Risiko tinggi
b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Risiko tinggi
3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Risiko tinggi
4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda
5. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda
6. Membawa Besi XX X X Berbeda
7. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda
8. Membentuk Rangka XX XX XX Risiko sedang
Besi
9. Merangkai Besi XXX XXX XXX Risiko tinggi
10. Membetulkan XX XXX XX Berbeda
Rangkaian Besi
11. Meratakan Semen Cor XXX XX XXX Berbeda
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap proses aktivitas proyek Ruko

Graha Depok ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan penelitian tersebut

yaitu pada saat pengambilan data ada hambatan yang didapat peneliti seperti

proses kerja yang tidak dapat diambil videonya secara berulang dikarenkan

sedang tidak ada kegiatan pada proses itu atau terhambatnya melakukan

proses kerja tersebut karena bahan – bahan untuk melakukan proses tersebut

belum tersedia dengan baik.

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu

Pada pekerja kayu di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa

aktivitas kerja yang dilakukan seperti, mengambil kayu, memotong kayu,

membuat bekisting dan memasang bekisting. Dari setiap aktivitas tersebut

diambil satu sampel yang dapat mewakili keseluruhan pekerja tiap aktivitas

tersebut, namun pada aktivitas memotong kayu diambil tambahan sampel

dikarenakan adanya perbedaan tinggi badan pada pekerja. Di bawah ini akan

dijabarkan pembahasan mengenai penilaian dari keempat aktivitas tersebut

dengan ketiga metode penilaian risiko REBA, OWAS dan QEC.

164
165

1. Mengambil Kayu

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya

rendah maka tidak perlu ada tindakan perbaikan yang dilakukan.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah atau

Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya

rendah, maka tidak diperlukan tindakan perbaikan pada postur

tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure < 40%. Sehingga menurut Li dan Bukle (1999) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat

risikonya rendah maka dikatakan aman.


166

Adanya persamaan hasil dari ketiga metode tersebut

diakibatkan adanya hasil penilaian yang serupa pada beberapa

postur. Pada postur lengan metode REBA, OWAS, dan QEC

sama – sama mendapatkan nilai risiko yang rendah. Pada postur

punggung hanya metode REBA dan OWAS yang mendapatkan

skor 1. Pada postur pergelangan tangan metode REBA

mendapatkan skor 1 dan pada metode QEC postur pergelangan

tangan mendapatkan skor yang berada dalam kategori rendah.

Adanya persamaan penilaian ini yang mengakibatkan ketiga

metode tersebut memiliki skor akhir yang sama yaitu memiliki

tingkat risiko yang rendah.

Penilaian tingkat risiko postur mengambil kayu ini ketiga

metode menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu tingkat

risikonya rendah. Sehingga tidak diperlukan lagi tindakan

perbaikan pada postur aktivitas tersebut.

2. Memotong Kayu

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan untuk sampel I

dan total skor sembilan untuk sampel II. Hal ini menunjukkan

bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan oleh pekerja kayu

ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut

McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur)


167

mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka perlu segera

dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga untuk sampel I dan II.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977)

jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas memotong

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 69 % untuk sampel I dan II, sehingga menurut Li dan

Bukle (1999) aktivitas tersebut dikatakan perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan perbaikan.

Pada sampel I dan II hasil penilaian metode OWAS hanya

postur kaki yang mendapatkan skor tinggi, dan pada metode

QEC kedua sampel mendapatkan hasil penilaian dan tingkat

risiko yang sama akan tetapi terdapat perbedaan skor yang didapat

pada bagian pergelangan tangan. Pada sampel I skor yang

didapatkan yaitu dalam katagori sedang, sedangkan pada sampel

II skor yang didapat yaitu dalam kategori tinggi.


168

Pada sampel I dan II terdapat perbedaan skor akhir yang

dinilai berdasarkan metode REBA, yaitu sampel I mendapatkan

skor akhir delapan dan sampel II mendapatkan skor akhir

sembilan. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan terdapat

penilaian yang berbeda pada postur pergelangan tangan, yaitu

sampel I mendapatkan skor satu dan sampel II mendapatkan skor

dua. Perbedaan skor penilaian pada pergelangan tangan ini

diakibatkan dari adanya perbedaan sudut ekstensi postur yang

berbeda.

Adanya perbedaan penilaian sudut ekstensi postur

pergelangan tangan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan

skor. Karena semakin ekstensi (>15o) pergelangan tangan

semakin tinggi nilai yang didapat. Jika dilihat dari observasi,

pergelangan tangan yang menekuk ini diakibatkan karena tubuh

yang membungkuk ke depan. Pekerja kayu dalam menjalankan

aktivitas memotong kayu ini, dilakukan dengan berjongkok dari

awal kerja sampai akhir kerja. Landasan kerja yang tidak sesuai

membuat pekerja harus berjongkok dan membungkukan

badannya.

Sehingga saran dari peneliti yaitu dengan menstabilkan

kayu supaya tidak bergerak dan memotong kayu dengan

menggunakan alat bantu gergaji kayu listrik yang dapat

mempermudah dan lebih efisien dibandingkan dengan gergaji

kayu manual. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat


169

mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan

pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).

3. Membuat Bekisting

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas membuat bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

perlu segera dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas

tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membuat bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membuat

bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 66 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur


170

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan

perbaikan.

Persamaan hasil skor akhir pada ketiga metode tersebut

diakibatkan karena adanya penilaian yang sama diantara ketiga

metode pada beberapa postur bagian tubuh. Seperti postur

punggung yang ketiga metode tersebut sama – sama memiliki nilai

skor yang tinggi. Pada postur lengan hanya metode REBA dan

QEC saja yang mendapatkan skor tinggi, karena pengukuran

metode OWAS pada postur lengan hanya terpaut pada posisi

lengan berada di bawah atau diatas serta jumlah yang berada

diposisi tersebut (salah satu atau keduanya). Pada postur kaki hanya

metode REBA dan OWAS saja yang mendapatkan skor tinggi,

dikarenakan pada metode QEC tidak melihat postur kaki.

Aktivitas membuat bekisting ini dilakukan dengan

berjongkok lalu membungkuk selama bekerja, menurut Tarwaka

(2011) aktivitas membungkukkan badan sambil memegang objek

akan dapat meningkatkan stress pada pinggang. Untuk itu menurut

peneliti merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan

landasan kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang

tingginya 10 – 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri

sehingga terhindar dari postur janggal.

Karena menurut Grandjean (1993) untuk pekerjaan yang

memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah

10 -15 cm di bawah tinggi siku berdiri. Sehingga dengan


171

melakukan perubahan cara bekerja ini dihrapkan akan terhindar

dari postur janggal membungkuk dan berjongkok.

4. Memasang Bekisting

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memasang bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat

tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan

postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memasang bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada


172

level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Pada metode QEC, metode tersebut memiliki skor yang

paling kecil dibanding dengan metode yang lain. Hal ini

dikarenakan hasil penilaian beberapa postur tubuh metode QEC

memiliki nilai yang kecil seperti pada postur lengan dan

pergelangan tangan yang seharusnya kedua bagian tersebut

memiliki andil yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir.

Pada metode REBA dan OWAS postur kaki memiliki nilai

skor yang sangat tinggi, sehingga memiliki andil yang besar

dalam mempengaruhi skor akhir kedua metode tersebut. Tetapi

pada metode penilaian risiko QEC, metode tersebut tidak

melihat/menilai postur kaki yang pada metode lainnya memiliki

risiko yang tinggi. Namun pada Metode REBA punggung, lengan,

leher dan pergelangan tangan memiliki nilai skor yang cukup

mempenggaruhi nilai skor akhir. Diantara bagian tubuh tersebut

hanya leher dan pergelangan tangan yang tidak dilihat oleh

metode OWAS yang seharusnya kedua bagian itu memiliki andil

yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir REBA.

Metode REBA pada dasarnya memiliki kelebihan dalam

menilai postur lengan secara spesifik, dan hal tersebut tidak

dimiliki oleh metode OWAS dan QEC. Pada tahapan memasang

bekisting postur lengan sangat mempengaruhi pekerjaannya,


173

sehingga hanya metode REBA yang sangat sensitif dapat melihat

postur lengan dengan baik.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

ketiga metode ini memiliki karakteristik penilaian bagian tubuh

yang berbeda pada umumnya dan bagian tersebut memiliki

potensi tersendiri dalam mempengaruhi nilai skor akhir. Sehingga

apabila bagian tubuh tertentu memiliki potensi tinggi

mempengaruhi nilai skor akhir suatu metode dan bagian tersebut

tidak ada pada salah satu atau kedua metode lainnya, hal tersebut

akan menyebabkan nilai skor akhir yang berbeda.

Aktivitas memasang bekisting ini dilakukan dengan

postur janggal berjongkok dengan membungkukkan badan.

Semua sikap tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan,

biasanya dilakukan perubahan pada postur tubuh untuk

menghindari sikap tubuh yang tidak alami. Karena menurut Anies

(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap

duduk atau sikap berdiri secara bergantian. Namun untuk

tindakan perbaikan pada aktivitas kali ini tidak dapat merubah

desain kerja karena tempat dan objek yang tidak dapat

dipindahkan.

Oleh karena itu saran dari peneliti adalah dengan

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan


174

kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi

Pada pekerja besi di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa

aktivitas kerja yang dilakukan seperti mengambil besi, membawa besi,

memotong besi, membentuk rangka besi, merangkai besi dan membetulkan

rangkaian besi. Berikut ini akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing

– masing aktivitas pekerja besi, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Mengambil Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil besi,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 10. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil besi,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
175

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 44%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat

risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal

ini dikarenakan pada metode QEC hanya pada postur punggung

saja yang memiliki nilai skor yang tidak tinggi namun cukup

mempengaruhi nilai skor akhir QEC. Pada metode REBA postur

punggung, lengan dan kaki memiliki nilai yang tinggi sehingga

memiliki potensi yang cukup besar mempengaruhi skor akhir.

Sedangkan pada metode OWAS postur lengan dan kaki yang

memiliki nilai yang tinggi, postur punggung walaupun tidak

mendapatkan skor yang begitu tinggi namun skor tersebut cukup

mempengaruhi nilai skor akhir OWAS sehingga metode OWAS

dan REBA sama – sama mendapatkan nilai tingkat risiko yang

sama, yaitu tinggi.

Untuk aktivitas mengambil besi, pekerja melakukan

aktivitas tersebut dengan adanya pergerakan dan bagian

punggung yang menjadi tumpuan titik beban. Saran dari peneliti


176

untuk tindakan perbaikannya adalah merubah tindakan dan

pergerakan pekerja, yaitu cara mengambil besi yang sebelumnya

membungkuk menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan

menjadi berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.

Hal tersebut dilakukan dengan berjongkok di dekat objek

lalu ambil objek dan gunakan kaki untuk mendorong ke atas.

Karena menurut Tarwaka (2011) jika terus menerus melakukan

pengambilan besi dengan menggunakan tulang belakang sebagai

tumpuan maka akan mengalami gangguan berupa kenyerian pada

tulang belakang.

2. Membawa Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas membawa besi, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor lima. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang, maka

perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membawa besi didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah


177

atau Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang rendah,

maka tidak diperlukan tindakan korektif pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membawa

besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 38%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan aman

Pada aktivitas ini metode QEC dan OWAS mempunyai

nilai tingkat risiko yang sama, yaitu rendah. Hal ini dapat terjadi

karena pada metode QEC rata – rata variabel yang dinilai

sebagian besar mendapatkan nilai yang rendah sehingga

menyebabkan nilai skor akhir rendah. Sedangkan pada metode

OWAS punggung, lengan dan beban mendapatkan nilai yang

rendah sehingga kedua metode mendapatkan nilai skor akhir

yang sama.

Pada metode REBA punggung, kaki, lengan mendapatkan

nilai skor dua, nilai tersebut cukup mempengaruhi nilai skor

akhir memiliki tingkat risiko yang sedang. Untuk tindakan

perbaikan, saran dari peneliti adalah dengan menggunakan alat

bantu trolley untuk mempermudah mengangkut besi.

Karena Menurut Tarwaka (2011) beban maksimal yang

dapat diangkat oleh laki – laki diatas bahu adalah 10 Kg, lebih

dari itu akan menyebabkan kelelahan dan penekanan yang


178

berlebihan pada tulang belakang dan ditambah stress pada

pinggang akibat membungkukkan badan sambal memegang

objek.

3. Memotong Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat

tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan

pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor empat. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

sangat tinggi atau Extremely Harmful. Sehingga menurut Karhu

dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat

risiko yang sangat tinggi, maka tindakan korektif diperlukan

segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil


179

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 58 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan

yang mendapatkan skor yang tinggi, sehingga mempengaruhi

hasil penilaian skor akhir metode REBA. Sedangkan pada

metode OWAS postur punggung dan kaki mendapatkan nilai

skor yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian

skor akhir metode OWAS.

Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat

risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal

ini dikarenakan hanya postur punggung saja yang mendapatkan

nilai tinggi, postur lengan dan leher mendapatkan nilai skor yang

rendah. Pada metode QEC postur kaki tidak dilihat/dinilai,

namun bagian kaki ini pada dua metode lainnya mempunyai skor

yang tinggi dan mempengaruhi nilai akhir skor kedua metode

tersebut.

Untuk tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, saran dari

peneliti adalah dengan menggunakan alat mesin gergaji besi,

karena menggunakan alat bantu mesin gergajji besi ini dapat

mempermudah pekerjaan pekerja dan lebih mempercepat proses

pekerjaan. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat


180

mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan

pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).

4. Membentuk Rangka Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor enam. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

sedang Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,

maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor dua. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang

atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,

maka tindakan korektif mungkin diperlukan pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.


181

Pada aktivitas kali ini ketiga metode mendapatkan

penilaian tingkat risiko yang sama, yaitu sedang. Pada metode

REBA postur punggung dan lengan yang memiliki nilai skor

yang tinggi. Pada metode OWAS hanya postur punggung yang

memiliki nilai risiko yang tinggi. Sedangkan pada metode QEC

penilaian postur tubuh hanya mendapatkan nilai yang rendah

tetapi pada variabel kecepatan bekerja dan stress memiliki nilai

yang tinggi sehingga membuat nilai skor akhir dari metode QEC

menjadi tingkat risiko sedang.

Pada aktivitas membentuk rangka besi ini terdapat postur

janggal membungkuk dalam pengerjaannya. Menurut Anies

(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap

duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap yang

tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga saran dari peneliti

adalah dengan meninggikan landasan kerja menjadi 10 – 15 cm di

bawah di bawah tinggi siku pada saat berdiri, sehingga terhindar

dari postur janggal membungkuk. Karena menurut Grandjean

(1993) untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan

kuat, tinggi landasan kerja adalah 10 -15 cm di bawah tinggi siku

berdiri.

5. Merangkai Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan.


182

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur

tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 51 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada aktivitas merangkai besi ini, jika dibandingkan

analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai

menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas

merangkai besi memiliki tingkat risiko yang tinggi.


183

Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan

yang mendapatkan skor tiga. Skor tersebut cukup

mempengaruhi nilai skor akhir REBA menjadi tingkat risiko

tinggi. Pada metode OWAS postur kaki dan punggung yang

memiliki skor yang tinggi. Walaupun skor lengan pada metode

OWAS tidak tinggi namun tidak terlalu mempengaruhi nilai

skor akhir OWAS. Sedangkan Pada metode QEC postur leher

dan variabel stress yang mendapatkan skor yang tinggi serta

postur punggung dan lengan mendapatkan skor yang sedang.

Walaupun skor punggung dan kaki di metode QEC tidak

mendapatkan skor yang tinggi dan di dua metode lainnya

medapatkan skor yang tinggi, hal tersebut tidak mempengaruhi

nilai skor akhir metode QEC.

Aktivitas merangkai besi ini dilakukan dengan berjongkok

dan membungkukan badan, menurut Anies (2005) semua

pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau

sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap yang tidak alami

seharusnya dihindarkan, sehingga saran dari peneliti adalah

adalah merubah stasiun kerja yang sebelumnya dilakukan dengan

berjongkok dirubah menjadi berdiri. Hal tersebut dilakukan

dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja sedikit

lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga pekerjaan dapat

dikerjakan secara leluasa dan nyaman. Karena menurut

Grandjean (1993) selama kerja manual dengan tidak ada


184

penekanan dan ketelitian tinggi landasan kerja sedikit lebih

rendah dari tinggi siku berdiri.

6. Membetulkan Rangkaian Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian

besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya

ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan

Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat

risiko yang tinggi, maka perlu segera dilakukan tindakan

perbaikan postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membetulkan rangkaian

besi didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian

besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya

ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut

Karhu dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan

tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan

segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membetulkan

rangkaian besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada


185

pada level exposure 49%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada aktivitas membetulkan rangkaian besi ini, jika

dibandingkan analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang

dipakai menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, yaitu pada

metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko sedang,

sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko tinggi.

Adanya perbedaan ini dikarenakan hasil skor yang

didapatkan oleh metode QEC dan REBA tidak dapat melihat dan

menilai secara sensitif bagian postur yang menurut metode

OWAS memiliki nilai yang tinggi sehingga mempengaruhi nilai

skor akhir OWAS. Postur itu adalah bagian kaki, karena pada

metode REBA bagian kaki memiliki nilai skor dua dan pada

metode QEC postur kaki tidak dilihat. Sedangkan menurut

metode OWAS postur kaki mendapatkan nilai yang tinggi, hal

tersebut dapat terjadi karena metode OWAS dapat secara sensitif

menilai postur kaki. Adanya perbedaan dalam penilaian skor

postur kaki ini berakibat pada hasil skor yang didapatkan masing

– masing metode.

Pada aktivitas ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan

tindakan perbaikan dengan segera, tindakan perbaikan yang

dilakukan adalah tidak melakukan postur janggal seperti

membungkuk dan menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta


186

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan

kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

D. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran

Pekerja pengecoran di Proyek Ruko Graha Depok hanya melakukan

satu aktivitas, yaitu meratakan semen cor yang daliri oleh mesin cor. Hasil

Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA

pada aktivitas pengecoran, didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total

skor 10. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu aktivitas

(postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya tinggi maka perlu

segera ada tindakan perbaikan yang dilakukan.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian

risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu, didapatkan penilaian tingkat

risiko dengan total skor dua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

pengecoran yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi

yang sedang atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya sedang,

maka mungkin diperlukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko QEC pada aktivitas pengecoran, didapatkan bahwa tingkat


187

risiko ergonomi berada pada level exposure 61%. Sehingga menurut Li dan

Bukle (1999) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat

risikonya tinggi maka perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.

Pada aktivitas meratakan semen cor ini, jika dibandingkan analisis

tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai menunjukkan tingkat risiko

yang berbeda, yaitu pada metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko

tinggi, sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko sedang.

Adanya perbedaan ini dikarenakan pada metode OWAS postur

punggung yang dinilai mempunyai skor yang kecil, padahal pada kedua

metode lain bagian punggung mendapatkan skor yang tinggi. Perbedaan

penilaian ini dikarenakan adanya pandangan yang berbeda dalam menilai

risiko dari masing - masing metode. Pada metode OWAS tidak melihat

semakin membungkuk maka risiko yang diterima semakin besar, sehingga

membuat penilaian yang berbeda yang berujung pada hasil skor yang

berbeda. Sedangkan pada metode REBA dan QEC keduanya mempunyai

prinsip yang serupa, semakin membungkuk postur punggung maka akan

semakin berisiko dan semakin besar mendapatkan nilai skor pada postur. Jika

dilihat dari aktivitas pada tahapan meratakan semen cor ini postur punggung

memiliki sikap janggal yang terlalu jauh dari postur tubuh normal, sehingga

metode REBA dan QEC yang memang lebih sensitif menilai postur

punggung dibandingkan metode OWAS akan memberikan nilai skor yang

berbeda.

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika dilihat dari ketiga metode

yang dipakai, seluruh metode memberikan saran tindakan untuk melakukan


188

tindakan perbaikan terhadap postur tersebut. Maka pada aktivitas ini tindakan

perbaikan yang dilakukan adalah merubah tindakan atau pergerakan pekerja

yang tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah sehingga

menjadi tidak membungkuk. Karena menurut Anies (2005) semua sikap

tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga sosialisasi training

dan pelatihan mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja diperlukan agar

dapat menghindari postur janggal tersebut. Karena menurut Cascio (2006)

training adalah program terencana yang didesain untuk meningkatkan

kemampuan individu, grup, maupun suatu lingkaran organisasi. Training

dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan pembelajaran

terhadap pekerja.

Rekomendasi training diharapkan agar pekerja dapat meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang dapat membantu pekerja dalam

melakukan aktivitasnya. Rekomendasi ini akan diberikan kepada tim manajer

dan tim pengawas yang ada di Proyek Ruko Graha Depok.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan mengambil kayu memiliki tingkat risiko yang

rendah.

2. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan memotong kayu memiliki tingkat risiko yang

tinggi.

3. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan membuat bekisting memiliki tingkat risiko

yang tinggi.

4. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

memasang bekisting berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki risiko yang

tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki risiko yang sedang. Pada

tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko sangat tinggi.

5. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

mengambil besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang

tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

189
190

sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

tinggi.

6. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

membawa besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko yang

sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang

rendah dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

rendah. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

sedang.

7. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

memotong besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat

risiko yang tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan

berdasarkan risiko sangat tinggi.

8. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan membentuk rangka besi memiliki tingkat risiko

yang sedang.

9. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan merangkai besi memiliki tingkat risiko yang

tinggi.

10. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

membetulkan rangkaian besi berdasarkan metode REBA memiliki

tingkat risiko yang sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki

tingkat risiko yang tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki


191

tingkat risiko yang sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan

berdasarkan risiko tinggi.

11. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

meratakan semen cor berdasarkan metode REBA memiliki tingkat

risiko yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko

yang sedang dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasa, maka peneliti akan memberikan

saran tindakan perbaikan untuk Proyek Ruko Graha Depok yang diharapkan

dapat menyelesaikan masalah, yaitu :

1. Manajemen

a. Menyediakan mesin gergaji kayu pada pekerja kayu sehingga

memudahkan pekerjaan pekerja kayu agar lebih efisien.

b. Merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan landasan

kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10

– 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri sehingga

terhindar dari postur janggal.

c. Menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang karena dapat mencegah paparan yang berlebihan

terhadap sumber bahaya.


192

d. Menyediakan trolley untuk pekerja besi agar dapat

memindahkan besi dengan mudah dan cepat sehingga pekerja

terhindar dari membawa objek yang berat.

e. Menyediakan alat mesin gergaji besi pada pekerja besi agar

pekerja besi lebih mudah dalam memotong besi, sehingga

pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih cepat.

f. Memberikan sosialisasi dan training kepada pekerja

mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja, agar pekerja

dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan perilaku

yang dapat membantu pekerja dalam melakukan aktivitasnya.

d. Merubah desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok

menjadi berdiri, dengan meninggikan landasan kerja

pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10 – 15

cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri.

2. Pekerja Besi

a. Merubah sebelumnya membungkuk menggunakan tulang

belakang sebagai tumpuan menjadi berjongkok menggunakan

tumpuan pada kaki.

b. Merubah tindakan dan pergerakan pekerja, yaitu cara

mengambil besi yang sebelumnya membungkuk

menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan menjadi

berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.

c. Tidak melakukan postur janggal seperti membungkuk dan

menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta merubah


193

desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok menjadi berdiri,

dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja

sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga

pekerjaan dapat dikerjakan secara leluasa dan nyaman.

3. Pekerja Pengecoran

Merubah tindakan atau pergerakan pekerja yang

tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah

sehingga menjadi tidak membungkuk. Karena sikap tubuh yang

tidak alami seharusnya dihindarkan.


DAFTAR PUSTAKA

Accident Facts, National Safety Council. 1990, National Safety


Council. Chicago, IL.
ACGIH. 2007. Threeshold Llimit Values. TLVs® and BEIs ® Book.
Available:
www.washingtonsafepatienthandling.org/images/acgih_lifit
ng_tlv.pdf
American Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee.
Ergonomic Assessment Toolkit,[Online], Diakses dari:
http://www.aiha.org/insideaiha/volunteergroups/Ergonomi
cs/Documents/ECToolkit.pdf
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta
Astuti, R.D Dan Suhardi, B. 2007. Analisis Postur Kerja Manual
Material Handling Menggunakan Metode OWAS (Ovako
Work Postur Analysis System). Jurnal Gema Teknik. 10
(01): 67-75.
AZ/NZS 4360:1999. 1999. The Australian Standard/New Zealand
4360:1999. Risk Management Guidlines. Sydney. Australia
Bridger, R.S. 2003. Indtroduction to Ergonomics 2nd Edition. London
and New york : Taylor&Francis.
Andersson Dkk. 2007. Musculoskeletal Disorders In The Workplace:
Principles And Practice. Epidemiology of the Lower
Extremity. Chapter 7a. ISBN-13: 978-0-323-02622-2
Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources. Colorado: Mc
Graw –Hill.
Curtiol, Marc. 2010. The Natural Health benefit of Napping. 23 Mei
2015.http://www.natural-health-journals.com/908/the-
natural-health-benefits-of-napping#more-908
Depkes RI, Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan
Indonesia 2005.Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2005.
Elza, Delti Selvina. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi dan
Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders Pada
Pengrajin Songket Tradisional Silungkang. Skripsi. Depok
: Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Enggaela, D, dkk. 2013. Analisis Postur Kerja Tenaga Kerja
Pengangkutan Gula Di Gudang Penyimpanan Dengan
Metode Ovako Work Posture Analysis System. Jurnal
Teknik. (online). Diakses dari :
http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2015/03/9.-JURNAL-
Dyah-Intani-Enggaela.pdf
Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man. A Textbook of
Occupational Ergonomics, 4th Ed. London :
Taylor&Francis.
Gallasch, Cristiane H. 2007. THE MEASUREMENT OF
MUSCULOSKELETAL PAIN INTENSITY: a comparison of

194
four methods. Revista Gaúcha de Enfermagem. 28(2):260-
5. Artigo Ordinal
Grzybowska, K. 2010. An OWAS-Based Analysis of Storekepeer
Workloads. Logistics and Transport.
HSE, Health Safety Executive. 2007. Understanding ergonomics at
work – Reduce accidents and ill health and increase
productivity by fitting the task to the worker – Health And
Safety Executive.
ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases [Online].
Available:
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf
John. 2007. Application of Ergonomic at Workplace. Dari :
(http://www.safetyinfo.com/guests/Ergonomic%20and%20MS
D%20Fact%20Sheet.html.) Diunggah pada tanggal 15 Mei
2015
Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981.
Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Application. Applied Ergonomics. 12. Page 13-17. Manual
Guidelines of OWAS available at http://turva.me.tut.fi/owas
Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan
Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal
Pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di Depatemen PPC PT
Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun
2009. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Lianatika. 2007. Analisis Dan Evaluasi Kerja Manual Dengan
Menggunakan Metode Niosh 1991 Dan Reba (Studi Kasus di
Bagian Produksi PT. Progressio Indonesia). Skripsi. Teknik
Industri. JBPTUNPASPP / 2015-02-23 21:19:49. Diunduh dari
http://digilib.unpas.ac.id/ 10 maret 20:43
Li, G. dan BUCKLE, P. 1999. A Practical Method For The
Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risks – Quick
Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human
Factorsand Ergonomics Society 42nd Annual Meeting, October
5-9. Chicago.
Luttmann, Alwin, dkk. 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders
In The Workplaces. WHO (online).
(http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehm
sd3.pdf) diakses pada 27 Juli 2015.
Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja
Assembling PT X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Maria, Steffi. 2012. Evaluasi Pekerjaan Manual Handling Pada Kuli
Panggul di Toko X dan Pedagang Roti Pikul di Agen Roti Y
Kelapa Dua Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

195
Martaleo, M. 2012. Perbandingan Penilaian Risiko Ergonomi Dengan
Metode Reba Dan Qec (Studi Kasus Pada Kuli Angkut
Terigu). Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. ISSN :
1412-9612
Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear
(ed)
NIOSH, National Institute For Occupational Safety And Health. 2007.
Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. 4676
Columbia Parkway Cincinnati.
Nurliah, Aah. 2012. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDS) Pada Operator Forklift di PT. LLI Tahun 2012. Tesis.
Universitas Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Priastika, A. T. 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Manual Handling di PT Ceva Logistik Indonesia Site Michelin
Pondok ungu Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pujadi, Tri, Harisno Dan Erik Sugiarto .2009. Aplikasi Sistem
Informasi K3 dengan Metode RULA NIOSH. Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, ISSN: 1907-
5022.
Rachman. 2008. Analisis Perbandingan Keluhan Pengayuh Becak
Menggunakan Kuesioner Nordic. Thesis. Universitas
Gundarma. Depok
Riyadina, Woro. 2008. Musculoskeletal Pain among Industrial
Workers in Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta. Ikatan
Dokter Indonesia
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan
Lingkungan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Cetakan
Keempat. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.
Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri, Dasar – Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasidi Tempat Kerja Ed 1, Cet. 2. Surakarta
: Harapan Press.
Yassierli. 2008. Ergonomics Solutions for More Effective Safety and
Health Management. Diakses dari (http:// www.
filebox.vt.edu/users/yayassie/Booklet Ergonomics
Solution.pdf), pada tanggal 24 September 2015.
WHO, World Health Organization. 2005. Risk Factor. Available
from :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_r
isk_factors.pdf. Accesed 10 Mei 2015.
http://www.safework.sa.gov.au/uploaded_files/CoPHazardousManual
Tasks.pdf (diakses pada 10 Maret 2015 jam 20:13)

196
LAMPIRAN

197
LEMBAR PENGUKURAN REBA

B. Postur Kerja

Grup A

B.1. postur bagian punggung _______________°

B.1. Postur bagian Lurus atau Ekstension/ 20°-60° >60° nilai


punggung tegak flexion dari flexion flexion
alamiah 0°-20°
Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )
B.1
B.1.1 Memutar / miring (+1) ya Tidak )0( ( )
. B.1.1

B.2. postur bagian leher_______________°

B.2 Postur bagian leher 0°-20° flexion/ >20° flexion/ nilai


extension extension
Penilaian +1 +2 ( )
B.2
B 2.1 memutar ke kanan atau ke (+1) ya Tidak )1( ( )
kiri B 2.1

198
B.3. postur kaki______________°

B.3 Postur kaki kaki tertopang, kaki tidak tertopang, Nilai


bobot tersebar bobot tersebar
merata jalan merata/postur tidak
atau duduk stabil
Penilaian +1 +2 ( ) B.3
B.3.1 jika lutut antara 30o - (+1) ya tidak )0( ( )
60o flexion B.3.1
B.3.2 Jika lutut >60o (+2) ya tidak )0( ( )
flexion tidak ketika B.3.2
duduk

B.4. Beban________

B.4 Beban beban beban beban >10 Nilai


<5 Kg antara 5 – Kg
10 Kg
Penilaian 0 +1 +2 ( ) B.4
B.4.1 Jika ada (+1) ya tidak )0( ( )
penambahan beban B.4.1
secara tiba - tiba

Grup B

B.5. postur lengan atas____________°

B.5 Postur lengan 0-20° flexion/ > 20° extension 45-90° >90° Nilai
atas extension 20-45° flexion flexion flexion
Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )B.5
B.5.1 Lengan adducted
(+1) ya Tidak ( )B.5.1
atau rotated

199
B.5.2 Bahu
(+1) ya Tidak ( )B.5.1
ditinggikan
B.5.3 Bersandar bobot
lengan ditopang (-1) ya Tidak ( )B.5.1
sesuai gravitasi

B.6. postur lengan bawah____________°

B.6 Postur lengan bawah <20° flexion atau Nilai


60°-100° flexion >100° extension
atau extension
Penilaian +1 +2 ( )B.6

B.7. postur pergelangan tangan_____________°

B.7 Postur 0°-15° flexion atau >15° flexion atau Nilai


pergelangan extension extension
tangan
Penilaian +1 +2 ( )B.7
B 7.1 jika tangan memutar ( )
ke kanan atau kiri (+1) ya Tidak B7.1

200
B.8. Pegangan________

B.8 Pegangan Pegangan Pegangan Pegangan Dipaksakan Nilai


pas dapat tangan pegangan
diterima tidak bias yang tidak
tidak ideal diterima aman
walau
mungkin
Penilaian 0 +1 +2 +3 ( )
B.4

Leher
Punggung
1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan


beban secara
tiba – tiba

201
Lengan bawah
1 2
Lengan atas
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas dan pegangan tangan pegangan tangan dipaksakan
tepat ditengah, bisa diterima tapi tidak bias diterima pegangan yang
genggaman kuat tidak ideal walau tidak aman
memungkinkan

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
Skor B
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih +1 = jika ada pengulangan +1 = jika gerakan


bagian tubuh statis, gerakan dalam rentang waktu menyebabkan perubahan
ditahan lebih dari 1 menit singkat, diulang lebih dari 4 atau pergeseran postur
kali per menit (tidak termasuk yang cepat dari posisi awal
berjalan)

202
LEMBAR PENGUKURAN OWAS

Postur Kerja :
1. Punggung

a. Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)


Posisi
b. Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)
c. Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)
d. Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping miring &
bungkuk >20o

2. Lengan

a. Posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu


b. Posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu Posisi
c. Posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

3. Kaki
a. Posisi 1 : Duduk
b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut
>150o
c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut
satu kaki lainnya >150o
Posisi
d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o
f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /
lantai
g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak

4. Beban

a. Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg) Skor


b. Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)
c. Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

203
Punggung
Punggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lurus/tegak
Punggung 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
membungkuk
Punggung 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
memuntir
Punggung 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
membungkuk
& memuntir
Lengan
Kedua lengan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
di bawah bahu
Satu lengan 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
diatas bahu
Kedua lengan 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
diatas bahu
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
kaki lurus
Berdiri dengan 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
satu kaki
ditekuk
Berdiri atau 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok
dengan kedua
lutut
Berdiri atau 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
jongkok
dengan satu
lutut
Berlutut 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
dengan satu
atau dua lutut
menyentuh
lantai
Berjalan/berger 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
ak
Frekuensi Relatif ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% % % % % % % % % %

204
Back Arm 1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1
3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Kategori Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan


Risiko
Skor 1 Posisi normal tanpa efek yang Tidak diperlukan
(Normal dapat mengganggu sistem perbaikan
Posture) musculoskeletal (risiko rendah)
Skor 2 Posisi yang berpotensi menyebabkan Tindakan perbaikan
(Slightly kerusakan pada sistem mungkin diperlukan
Harmful) musculoskeletal (risiko sedang)
Skor 3 Posisi dengan efek berbahaya pada Tindakan korektif
(Distincly sistem musculoskeletal (risiko tinggi) diperlukan segera
Harmful)
Skor 4 Posisi dengan efek sangat Tindakan korektif
(Extremely berbahaya pada sistem diperlukan sesegera
Harmful) musculoskeletal (risiko sangat mungkin
tinggi)

205
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :

Kuesioner Operator
A. Apakah berat maksimal yang diangkat secara manual oleh anda pada
pekerjaan ini
H1. Ringan (sekitar 5Kg atau kurang)
H2. Cukup (6Kg – 10Kg)
H3. Berat (11Kg – 20Kg)
H4. Sangat berat (Lebih dari 20 Kg)

B. Berapa lama rata – rata anda untuk menyelesaikan pekerjaan dalam


sehari
I1. Kurang dari 2 jam
I2. 2 sampai 4 jam
I3. Lebih dari 4 jam

C. Ketika melakukan pekerjaan ini berapa tingkat kekuatan yang


digunakan oleh satu tangan
J1. Rendah (kurang dari 1 kg)
J2. Sedang (1 sampai 4 Kg)
J3. Tinggi (lebih dari 4 Kg)

D. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang


K1. Rendah (hamper tidak memerlukan penglihatan secara detail)
K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail)

E. Ketika bekerja apakah anda menggunakan kendaraan yang


L1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah
L2. Antara 1 hingga 4 jam sehari
L3. Lebih dari 4 jam sehari

F. Ketika bekerja apakah anda menggunakan alat yang menghasilkan


getaran selama
M1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah
M2. Antara 1 hingga 4 jam sehari
M3. Lebih dari 4 jam sehari

G. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan ini


G1. Tidak pernah
G2. Ya, terkadang
G3. Ya sering

H. Pada umumnya bagaimana anda mengalami pekerjaan ini


O1. Sama sekali tidak stress
O2. Cukup stress
O3. Stress
O4. Sangat stress

206
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :

Kuesioner Pengamat
Punggung
I. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk)
A1. Hampie neutral
A2. Agak memutar atau membungkuk
A3. Terlalu memutar atau membungkuk
J. Pilih satu dari dua pilihan pekerjaan
Apakah
Untuk pekerjaan duduk atau berdiri secara statis. Apakah punggung
berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama
B1. Tidak
B2. Ya
Atau
Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah ada
pergerakan pada punggung
B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit/ kurang)
B4. Sering (sekitar 8 kali per menit)
B5. Sangat Sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih)

Bahu/ Lengan
K. Ketika pekerjaan dilakukan apakah tangan (pilih situasi terburuk)
C1. Berada disekitar pinggang atau lebih rendah
C2. Berada di sekitar dada
C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi
L. Apakah pergerakan bahu/lengan
D1. Jarang (sebentar – sebentar)
D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/ istirahat)
D3. Sangat sering (pergerakan yang hamper kontinyu)

Pergerakan tangan / tangan


M. Apakah pekerjaan dilakukan dengan (pilih situasi terburuk)
E1. Pergelangan tangan yang hamper lurus
E2. Pergelangan tangan yang tertekuk
N. Apakah gerakan pekerjaan diulang
F1. 10 kali per menit atau kurang
F2. 11 hingga 20 kali per menit
F3. Lebih dari 20 kali permenit

Leher
O. Ketika melakukan pekerjaan apakah leher kepala tertekuk/berputar
G1. Tidak
G2. Ya, terkadang
G3. Ya secara terus menerus

207

Anda mungkin juga menyukai