Anda di halaman 1dari 9

Islam di Minangkabau|1

MAKALAH
GERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU AKHIR ABAD KE 18
(PEMBAHARUAN AWAL)

“Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Islam di
Minangkabau”

Kelompok 4

Sri Rahmadani Pasaribu : 4518.025

Yeye Putri Susanti : 4518.018

Dosen Pengampu:

Nelmaya M.Ag

JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2020/2021
Islam di Minangkabau|2

A. Pendahuluan

Agama Islam jelas merupakan bagian tak terpisah dari keberadaan dan

perkembangan masyarakat Minangkabau. Islamisasi Minangkabau yang terus

berlanjut, yang memberi dampak bagi perkembangan Islam masa berikutnya.

Islam di Minangkabau masih berbau sinkretik, dengan menjalankan praktek-

praktik tradisional lama yang mengandung unsur tahkyul, bid’ah dan khurafat.

Praktek-praktek adat masih sangat banyak yang tidak sesuai dengan doktrin

Islam.1

Minangkabau sudah menjadi pusat pembaharuan agama, sosial dan

politik sejak akhir abad ke 18 M, suatu fenomena yang harus dihadapi

kolonialisme Belanda ketika pertama kali memasuki daerah Minangkabau di

awal abad ke 19 M. Pada akhir abad ke 18 M, di Minangkabau timbul suatu

gerakan reformasi Islam, seperti golongan paderi, yang memperoleh ilham

dari kaum pembaharu Wahabi di Negara Arab. 2

B. Gerakan Pemikiran Islam di Minangkabau Akhir Abad ke 18


1
Rosihan Anwar, Napak Tilas ke Belanda, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2010), hlm. 185
2
Zulfikri Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta,
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 55
Islam di Minangkabau|3

Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau merupakan bagian dari

gerakan pembaharuan di Indonesia. Ide pembaharuan pemikiran Islam timbul

di abad ke 18 M, yang sering disebut awal kebangkitan umat Islam. Pada abad

ini muncullah gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau dalam bentuk

reformisme.3 Kondisi masyarakat Minangkabau di akhir abad ke 18, masih

adanya kecenderungan yang makin menjadi-jadi pada kaum adat, seperti

perjudian, sabung ayam, dan minum-minuman keras. Kebiasaan seperti ini

bahkan mendapat dukungan dari golongan raja, para bangsawan, dan para

penghulu. Dengan demikian adat sudah meninggalkan syara’, sehingga terjadi

keprihatinan para ulama. Di Minangkabau corak Islam menjadi sumber

konflik yang serius pada awal abad 19.4

Gerakan pembaharuan tahap awal ini dilakukan di Surau Kota Tua di

daerah Agam, yang dipimpin oleh Tuanku Nan Tuo, pada dasarnya gerakan

ini adalah usaha kembali ke syariat Islam (pemurnian). Sejak akhir abad ke 18

tanda-tanda pertama pembaharuan Islam muncul di tengah masyarakat

Minangkabau. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mewujudkan gerakan

pembahruan antara lain dengan menekankan pentingnya pelajaran Fiqh, al-

Qur`an dan Hadits dalam pendidikan surau. 5

3
Fachari Syamsuddin, Disertasi Pembaharuan Islam Di Minangkabau Awal Abad
XX, (Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga, 2014), hlm. 4
4
Asroruddin, & M. Amin, “Gerakan Paderi Dan Munculnya Modernisasi
Pemikiran Islam Di Indonesia”, Jurnal El-Huda, Vol. 11, No. 2, 2020. Hlm. 82
5
Ahmat Adam, Suara Minangkabau, (Kuala Lumpur: Um Kuala Lumpur, 2012),
hlm. 16
Islam di Minangkabau|4

Titik fokus gerakan pembaharuan Tuanku Nan Tuo diarahkan kepada

murid-muridnya dan juga masyarakat Minangkabau untuk mengikuti ajaran

Islam. Tuaku Nan Tuo, menekankan kepada murid-muridnya tentang

pentingnya bagi penduduk Minangkabau untuk bersatu menjadi sebuah

komunitas yang mendasarkan perbuatan mereka pada kehendak Tuhan, patuh

kepada perintah al-Quran dan ketentuan syariat. Pada saat itu masyrakata

Minangkabau tidak memperdulikan kewajiban-kewajiban Islam, tetapi bahkan

melakukan perbuatan-perbuatan haram, seperti pemerkosaan, pembunuhan,

perampokan, penjualan anggota keluarga demi kepentingan hawa nafsu

keduniaan.6

Dalam konteks ini, Tuanku Nan Tou fokus untuk memberikan

pengajarannya dalam rangka mengevaluasi kembali praktik yang Islami dan

tidak Islami di kalangan penduduk Minangkabau, dengan cara menjelaskan

secara terperinci syariat Islam. Sejak sekitar 1784, hukum Islam menjadi

sebuah bidang pengajaran penting di surau-surau Minangkabau. Implikasi dari

semua itu sejak kedatangan Islam, situasi Minangkabau menjadi berubah dan

lebih matang bagi gerakan kembali kepada syariat. Hal ini dibuktikan dan

ditandai dengan hadirnya tarekat-tarekat yang tidak saja berorientasi spiritual

semata, tetapi juga terlihat adanya kecenderungan yang meningkat di antara

murid-murid itu sendiri mempelajari hukum Islam, dan guru-gurulah yang

6
Ihsan Sanusi, “Sejarah Konflik Kebangkitan Islam Di Minangkabau: Sebuah
Tinjauan Awal Terhadap Proses Kemunculannya”, Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam,
Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018. Hlm. 40
Islam di Minangkabau|5

mempunyai peranan utama dalam mendorong murid-muridnya agar terus

menekankan peranan syariat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.7

Dalam melakukan pembaharuan, Tuanku Nan Tuo menggunakan

pendekatan dengan cara-cara yang sangat halus dan persuasive, sehingga

gerakan pembaharuan yang dilakukan tidak memunculkan terlalu besar

konflik sosial-keagamaan. Langkah ini kemudian ditransformasikan kepada

murid-murid terbaik Tuanku Nan Tuo, yang juga diberi intruksi untuk

melakukan pembaharuannya dengan mendirikan surau baru, yang tentunya

jelas di luar wilayah surau Tuanku Nan Tuo, yaitu Koto Tuo di daerah Agam.8

Di antara ribuan muridnya yang ada, yang berbakat dan paling terkenal

pada masa awal adalah Jalaluddin, yang mendirikan sebuah surau di Koto

Lawas, sebuah desa di lereng Gunung Merapi, yang telah menjadi pusat

Tarekat Syattariyyah. Sebagaimana gurunya, Jalaluddin juga mendirikan

surau dengan tujuan untuk menciptakan sebuah komunitas Muslim yang

murni. Revolusi dilakukan terhadap cara hidup orang desa dengan mengajak

mereka mengikuti dan menjalankan segala aturan bagi penganut agama Islam,

yaitu mendirikan salat lima waktu dan pelaksanaan empat rukun Islam

lainnya.9

7
Ahmat Adam, Suara Minangkabau…, hlm. 17
8
Asroruddin, & M. Amin, “Gerakan Paderi Dan..., hlm. 83
9
Juharmen, “Globalisasi Dan Pendidikan Islam Tradisional Di Minangkabau”,
Jurnal Pendidikan, Volume 4 Issue 1, Jan-Jun 2020. Hlm. 46
Islam di Minangkabau|6

Jalaluddin juga mengajarkan banyak aspek lain dari hukum Islam

kepada para muridnya. Kebangkitan Islam dengan semboyan kembali ke

syariat, yang dipelapori oleh Tuanku Nan Tuo kemudian mengalami

perubahan yang signifikan, yang semula relatif tidak menimbulkan gejolak

yang besar kemudian berubah haluan menjadi gerakan pembaharuan yang

lebih radikal. Para sejarawan menyatakan bahwa perubahan itu terjadi dan

diawali dengan persentuhan dengan gerakan reformasi Wahabi Saudi Arabia.

Pengaruh ini dibawa oleh tiga orang yang baru pulang dari Makkah yaitu Haji

Sumanik, Haji Miskin, dan Haji Piobang, sekitar tahun 1803.10

Ketiga Haji ini pulang dengan membawa semangat Islam yang

diilhami oleh Gerakan Wahabi yang puritan, gerakan inilah yang kemudian

dikenal dengan geraka wahabisme paderi. Dengan kemunculan ketiga orang

haji ini, maka dimulailah suatu era kelam Minangkabau yang dipenuhi dengan

berbagai konflik terbuka. Pada mulanya gerakan paderi dilakukan dengan

jalan nasehat-nasehat melalui ceramah agama yang diselenggarakn di surau

atau mesjid. Kemudian beberapa waktu setelah itu terjadi Konflik terbuka

antara kaum pediri dengan kaum adat, ketika kaum adat mengadakan pesta

menyabung ayam di Kampung Batu Batabuh. Tindakan pesta maksiat tersebut

mengundang kemarahan Kaum Paderi, sehingga Tuanku Koto Tuo yang

sudah tua dan tidak suka akan tindakan kekerasanpun ikut mengecam

10
Haedar Nashir, “Purifikasi Islam dalam Gerakan Padri di Minangkabau”, Jurnal
UNISIA, Vol. 31, No. 69 September 2008. Hlm. 220
Islam di Minangkabau|7

tindakan dari kaum adat. Peristiwa itu menandai dimulainya perang Paderi

melawan kaum adat.11

Gerakan Paderi adalah gerakan sosial-intelektual, yang berupaya

memperbaharui pemikiran Agama. Sementara cara beragama orang

Minangkabau yang terlalu berbau tahyul dan khurafat serta toleran dengan

adat kebiasaan yang dilarang Agama. Inilah yang diperjuangkan Paderi dalam

masyarakat Minangkabau. Kebangkitan Islam yang dipelopori oleh golongan

Paderi ini disebut pembaharuan (pemurnian) gelombang pertama di

Minangkabau, yang berusaha untuk mengembalikan ajaran dasar Islam,

dengan menghilangkan segala tambahan dalam agama yang datangnya

kemudian, dan dengan melepaskan penganut Islam dari jumud, kebekuan

dalam masalah dunia.12

C. Kesimpulan

Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau merupakan bagian dari

gerakan pembaharuan di Indonesia. Ide pembaharuan pemikiran Islam timbul

di abad ke 18 M, yang sering disebut awal kebangkitan umat Islam. Pada abad

ini muncullah gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau dalam bentuk

reformisme. Gerakan pembaharuan tahap awal ini dilakukan di Surau Kota

Tua di daerah Agam, yang dipimpin oleh Tuanku Nan Tuo, pada dasarnya

gerakan ini adalah usaha kembali ke syariat Islam (pemurnian). Titik fokus

11
Meimunah S Moenada, “Surau Dan Modernisasi Pendidikan Di Masa Hindia
Belanda”, Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No. 01 Januari – Juni 2011, Hlm. 43
12
Ihsan Sanusi, “Sejarah Konflik Kebangkitan…, hlm. 42
Islam di Minangkabau|8

gerakan pembaharuan Tuanku Nan Tuo diarahkan kepada murid-muridnya

dan juga masyarakat Minangkabau untuk mengikuti ajaran Islam.

Kebangkitan Islam dengan semboyan kembali ke syariat, yang

dipelapori oleh Tuanku Nan Tuo kemudian mengalami perubahan yang

signifikan, yang berubah menjadi gerakan pembaharuan yang radikal.

Perubahan ini terjadi dan diawali dengan persentuhan dengan gerakan

reformasi Wahabi Saudi Arabia. Pengaruh ini dibawa oleh tiga orang yang

baru pulang dari Makkah yaitu Haji Sumanik, Haji Miskin, dan Haji Piobang,

sekitar tahun 1803.

D. Daftar Pustaka

Adam, Ahmat, 2012. Suara Minangkabau, Kuala Lumpur: Um Kuala


Lumpur.
Anwar, Rosihan, 2010. Napak Tilas ke Belanda, Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Asroruddin, & M. Amin, 2020 “Gerakan Paderi Dan Munculnya Modernisasi
Pemikiran Islam Di Indonesia”, Jurnal El-Huda, Vol. 11, No. 2.
Haedar Nashir, 2008. “Purifikasi Islam dalam Gerakan Padri di
Minangkabau”, Jurnal UNISIA, Vol. 31, No. 69 September.
Ihsan Sanusi, 2018. “Sejarah Konflik Kebangkitan Islam Di Minangkabau:
Sebuah Tinjauan Awal Terhadap Proses Kemunculannya”, Jurnal
Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Volume VIII, Nomor 15, Januari-
Juni.
Juharmen, 2020. “Globalisasi Dan Pendidikan Islam Tradisional Di
Minangkabau”, Jurnal Pendidikan, Volume 4 Issue 1, Jan-Jun.
Islam di Minangkabau|9

Moenada, Meimunah S, 2011. “Surau Dan Modernisasi Pendidikan Di Masa


Hindia Belanda”, Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No. 01 Januari –
Juni.
Suleman, Zulfikri, 2010. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik
Bung Hatta, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Syamsuddin, Fachari, 2014. Disertasi Pembaharuan Islam Di Minangkabau
Awal Abad XX, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai