Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019

ISBN978-623-7482-00-00

PENJABARAN INDIKATOR PEMBELAJARAN BERBASIS HOTS


BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Luh Gede Eka Wahyuni1, A.A. Gede Yudha Paramartha2, Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi3 ,
A.A.I.N. Marhaeni
1
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan Bahasa Asing FBS UNDIKSHA
Email: ekawahyuni_echa@yahoo.com

ABSTRACT

It is a study of community service with the aim of improving the ability of English teachers in making
HOTS-based learning indicators that are in accordance with the demands of basic competencies in Curriculum
2013. The workshop activity lasted for one day which was then continued with mentoring activity in the school.
Pre-test and post-test were given before and after the workshop to check the teacher's initial knowledge and the
extent to which this workshop helped them. The result of pre-tes showed that the teachers’ understanding of the
basic principles of HOTS was low and its implementation in preparing the learning activity was less frequent. At
the end of workshop, their ability to distinguish the elaboration of HOTS and LOTS learning indicators
increased significantly (Wilcoxon Sign Rank Test Z=4,802, p<0,05). This training, however, only focuses on
increasing the ability to make the indicators, it is necessary to do further research and workshop on teachers’
understanding in making HOTS-based items.

Keywords: community service, HOTS-based learning indicators, curriculum 2013

ABSTRAK

Ini adalah studi pengabdian masyarakat dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru bahasa Inggris
dalam membuat indikator pembelajaran berbasis HOTS yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dalam
Kurikulum 2013. Kegiatan workshop berlangsung selama satu hari yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
pendampingan di sekolah. Pre-tes dan pos-tes diberikan sebelum dan sesudah lokakarya untuk memeriksa
pengetahuan awal guru dan sejauh mana lokakarya ini membantu mereka. Hasil pre-tes menunjukkan bahwa
pemahaman guru mengenai prinsip-prinsip dasar HOTS masih rendah karena tidak menerapkannya dengan
benar. Di akhir lokakarya, kemampuan mereka untuk membedakan penjabaran indikator pembelajaran yang
HOTS dan LOTS meningkat secara signifikan (Wilcoxon Sign Rank Test Z=4,802, p<0,05). Namun, pelatihan
ini hanya berfokus pada peningkatan kemampuan untuk membuat indikator, perlu dilakukan penelitian dan
lokakarya lebih lanjut tentang pemahaman guru dalam membuat item berbasis HOTS.

Kata kunci: pengabdian pada masyarakat, indikator pembelajaran berbasis HOTS, kurikulum 2013

PENDAHULUAN menggantikan fungsi dan peran guru, maka


peran guru berubah menjadi fasilitator. Kedua,
Sebagai implikasi dari tuntutan globalisasi, paradigma proses pendidikan tradisional yang
mengharuskan terjadi perubahan pada berorientasi pada pendekatan klasikal dan
paradigma pendidikan. Perubahan tersebut formal hanya di dalam kelas, bergeser ke
menyangkut, pertama: paradigma proses model pembelajaran yang lebih fleksibel,
pendidikan yang berorientasi pada pengajaran seperti pendidikan dengan sistem jarak jauh.
dimana guru lebih menjadi pusat informasi Ketiga, mutu pendidikan menjadi prioritas
(teacher center), bergeser pada proses (berarti kualitas menjadi internasional).
pembelajaran yang berorientasi pada peserta Keempat, semakin populernya pendidikan
didik (student center). Dengan banyaknya seumur hidup dan makin mencairnya batas
sumber belajar alternatif yang bisa

993
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

antara pendidikan di sekolah dan di luar proyek, dan esai dirancang dan
sekolah. digunakan.Pentingnya pelaksanaan penilaian
terhadap kinerja siswa dalam proses
Untuk mencapai hal ini, paradigma pengajaran
pembelajaran semakin nyata dengan
yang menitikberatkan peran pendidik sebagai
diberlakukannya kurikulum tahun 2013. Dalam
pentransfer ilmu perlu diubah telah bergeser
kurikulum tersebut dengan jelas dinyatakan
menunju paradigma pembelajaran yang
perlunya penilaian yang autentik untuk
memberikan peran lebih banyak kepada
menjamin tumbuhnya generasi muda yang
peserta didik untuk mengembangkan
memiliki nilai-nilai luhur kebangsaan dan
keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,
pengetahuan serta keterampilan yang
masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk itu,
berdasarkan nilai-nilai tersebut. Dengan
pendekatan pembelajaran harus mengacu pada
diberlakukannya kurikulum ini, guru sudah
kompetensi yang harus dimiliki siswa,
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
penerapan pembelajaran tuntas (mastery
dalam menyusun kegiatan pembelajaran dan
learning) dalam pembelajaran, dan
merancang penilaian yang digunakan.
asesmen/penilaian yang bersifat utuh dan
menyeluruh (holistik). Dalam merancang penilaian yang autentik,
sangat diperlukan kecakapan guru dalam
Berkaitan dengan hal tersebut, pembentukan
merumuskan indikator pencapaian
kompetensi mensyaratkan dilakukannya
pembelajaran yang diturunkan dari kompetensi
asesmen yang bersifat komprehensif, dalam
dasar dan kompetensi inti. Perumusan
arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan
indikator ini merupakan keterampilan yang
produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus
menunjukkan cakap tidaknya guru dalam
pembelajaran adalah pada produk belajar, pada
mengukur kegiatan pembelajaran siswa.
masa sekarang proses dan produk mendapat
Pengukuran kegiatan pembelajaran siswa akan
porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari
berkaitan dengan proses pembelajaran dan
oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik
produk pembelajaran yang ditunjukkan melalui
seyogyanya didahului oleh proses yang baik.
kinerja siswa. Jika penilaian autentik guru
Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu
memang benar-benar dapat mengukur
dilakukan pemantauan terhadap proses. Di
kompetensi siswa seperti yang diminta oleh
samping itu, dengan dilakukannya pemantauan
kurikulum, berarti indikator-indikator yang
selama proses, terbuka peluang bagi peserta
disusun memang benar dapat mengukur
didik untuk mendapatkan umpan balik yang
kompetensi pembelajaran.
dapat digunakannya untuk menghasilkan
produk terbaik. Itu artinya suatu kompetensi Namun kenyataannya, ternyata terdapat
dapat dimiliki oleh peserta didik apabila kesenjangan yang lebar pada kemampuan guru
peserta didik memang benar-benar secara dalam menjabarkan dan menyusun indikator
langsung diberikan pengalaman belajar yang pembelajaran yang dapat mengukur
mendukung yang sesuai dengan kompetensi kompetensi siswa. Hal ini berdasarkan pada
yang dimaksud secara berkelanjutan. Jadi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni
peserta didik melakukannya secara langsung (2017) mengenai autentisiti penilaian autentik
(authentic), sehingga peserta didik guru Bahasa Inggris. Menurut Wahyuni
mendapatkan pengalaman yang autentik. (2017), guru belum memiliki kecakapan yang
Untuk mengetahui pengalaman autentik itu baik dalam menjabarkan indikator-indikator
ditanamkan dan didapatkan oleh peserta didik, pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi
diperlukan ketersediaan instrumen-instrumen yang diajarkan. Banyak dari mereka yang
asesmen autentik seperti bagaimana instrumen belum mengukur kompetensi pembelajaran
asesmen portofolio, asesmen kinerja, asesmen dengan baik dan benar. Salah satu contohnya

994
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

adalah dalam kompetensi berbicara yang


meminta siswa melakukan percakapan
menggunakan ekspresi bahasa tertentu. METODE
Indikator yang sering ditulis adalah
“Menggunakan ekspresi meminta maaf dalam Kegiatan pelatihan dan pendampingan
dialog”. Indikator ini belum jelas; apakah ini penjabaran indikator pembelajaran yang
adalah indikator berbicara atau menulis dan bersifat HOTS ini dilakukan dalam beberapa
tidak ada aspek kebahasaan yang harus tahapan. Tahapan pertama yaitu kegiatan
digunakan. Penjabaran indikator seperti ini menganalisis situasi untuk dapat merumuskan
belum dapat mengukur kompetensi yang permasalahan. Tahapan kedua adalah
diminta. menentukan strategi pemecahan masalah yang
Hasil serupa juga terlihat pada saat dilakukan dalam tiga langkah pemecahan;
pelaksanaan kegiatan pelatihan merencanakan pertama, perencanaan pelatihan untuk
dan menggunakan penilaian autentik dalam mempersiapkan materi, instrumen, jadwal,,
pembelajaran yang dilakukan oleh Marhaeni tempat, dan waktu kegiatan; kedua,
dkk. (2017) dan Wahyuni dkk. (2018). Peserta pelaksanaan kegiatan pelatihan yang
kegiatan yang merupakan guru-guru Bahasa dilaksanakan selama satu hari, yaitu tanggal 13
Inggris mengaku bahwa menyusun indikator September 2019 yang kemudian dilakukan
pembelajaran sangat sulit, sehingga pendampinga di sekolah-sekolah peserta
narasumber harus meluangkan sedikit waktu kegiatan sebanyak tiga kali kunjungan; ketiga,
menjelaskan secara umum mengenai indikator pelaporan hasil kegiatan berupa laporan
pembelajaran dan kaitannya dengan Bloom kegiatan. Strategi pemecahan ini dilakukan
Taxonomy Revised. Kegiatan perancangan dengan harapan bahwa wawasan dan
penilaian autentik pun memakan waktu yang keterampilan guru Bahasa Inggris SMP dan
lama karena banyak dari mereka yang SMA Kecamatan Buleleng dalam memahami
memerlukan bantuan narasumber dan tim tuntutan KD dan menjabarkan indikator
pelaksana kegiatan untuk merumuskan pembelajaran meningkat.
indikator. Karena dirasakan kurang efektif, Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, praktek,
maka para peserta meminta kembali untuk dan assistance dilakukan untuk mencapai
diadakan kegiatan pelatihan yang fokus pada tujuan kegiatan. Keberhasilan kegiatan
penjabaran dan perumusan indikator pelatihan ini dinilai berdasarkan peningkatan
pembelajaran dan kaitannya dengan kata kerja kemampuan guru dalam membedakan
operasional Bloom Taxonomy Revised. indikator yang bersifat HOTS dan LOTS serta
Suatu hasil penelitian merupakan suatu inovasi kemampuan mereka dalam menjabarkan
yang sangat penting untuk didiseminasikan indikator pembelajaran yang sesuai. Data
pada khalayak masyarakat pendidikan. Maka dikumpulkan menggunakan metode tes (pre-tes
dari itu, penting untuk diadakan sebuah upaya dan pos-tes) untuk 32 peserta yang
untuk mendeseminasikan hasil penelitian ini ke memberikan respon lengkap baik pada saat
dalam sebuah pelatihan agar para guru pre-test maupun post-test. Data dianalisis
medapatkan wawasan dan keterampilan dengan uji statistic non-parametrik Wilcoxon
menjabarkan dan merumuskan indikator Sign Rank Test.
pembelajaran sebagai persiapan awal untuk
menggunakan asesmen autentik sebagai
asesmen proses dan produk dalam
implementasi kurikulum 2013 pada mata
pelajaran Bahasa Inggris.

995
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

HASIL DAN PEMBAHASAN itu kompetensi dan indikator?” Dua peserta


menunjukkan antusisme mereka untuk
Kegiatan P2M ini berlangsung selama satu hari menjawab pertanyaan yang diberikan.
yaitu pada tanggal 13 September 2019 yang Narasumber juga menekankan perbedaan
kemudian dilanjutkan dengan pendampingan antara “kompetensi” dan “keterampilan”.
guru-guru Bahasa Inggris peserta pelatihan di
Kemudian, materi dilanjutkan dengan
sekolah masing-masing. Pendampingan
penjelasan mengenai Bloom Taxonomy
dilakukan sebanyak tiga kali kunjungan untuk
Revised untuk mengingatkan peserta dasar dari
melihat progres peserta pelatihan dalam
pemilihan kata kerja yang operasional.
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
Penjelasan ini kemudian diarahkan pada
pelatihan. Materi disampaikan oleh A.A Gede
pengkatagorian kompetensi pembelajaran dari
Yudha Paramartha, S.Pd., M.Pd selaku
level terbawah sampai level teratas. Anderson
narasumber kegiatan. Materi yang disampaikan
& Krathwohl (2001) juga menjelaskan bahwa
berkaitan dengan konsep dasar Revised Bloom
proses berpikir siswa dapat dibagi kembali
Taxonomy, pemahaman mengenai perbedaan
menjadi dua, yaitu kemampuan berpikir tingkat
KD3 dan KD4, katagori KKO (Kata Kerja
tinggi (Higher-order of Thinking Skill/HOTS)
Operasional) yang bersifat HOTS, dan
dan kemampuan berpikir tingkat rendah
penjabaran indikator. Peserta terdiri dari 20
(Lower-order of Thinking Skill/LOTS).
guru-guru Bahasa Inggris yang mengajar di
Berkaitan dengan Taksonomi Bloom ini,
SMP dan SMA di Kecamatan Buleleng.
LOTS berada pada level berpikir C1 – C3,
Sebelum kegiatan pelatihan dimulai, para sedangkan HOTS berada pada level berpikir
peserta diberikan pre-tes terlebih dahulu untuk C4 – C6. Pemahaman peserta mengenai hal
mengetahui pengetahuan awal mereka dalam tersebut sudah terlihat dari kemampuan dan
menjabarkan indikator pembelajaran. Pre-tes keaktifan mereka dalam merespon pertanyaan
yang dikerjakan peserta terdiri dari dua bagian. dari narasumber dan menyebutkan kompetensi-
Bagian pertama mengenai pengkatagorian kata kompetensi berdasarkan levelnya. Mereka juga
kerja operasional kedalam HOTS dan LOTS, sudah mengetahui level kompetensi mana yang
dimana peserta diminta untuk mencentang tergolong HOTS dan mana yang LOTS.
mana kata kerja yang bersifat HOTS dan
Materi dilanjutkan dengan diskusi mengenai
LOTS. Bagian kedua mengenai penjabaran
pemahaman peserta terhadap tuntutan KD.
indikator dari KD3 dan KD4, dimana peserta
Setelah peserta dirasa cukup untuk mampu
diminta untuk membuat indikator yang mampu
memahami isi kedua KD tersebut, narasumber
mengukur kedua KD tersebut. Dari hasil pre-
mengajak mereka untuk mulai mendiskusikan
tes, ditemukan bahwa dalam
bunyi indikator yang sesuai dengan tuntutan
implementasiannya, pengetahuan guru dalam
KD, baik itu yang bersifat LOTS hingga
menjabarkan indikator pembelajaran masih
HOTS. Dari contoh KD yang didiskusikan
tergolong menengah ke bawah. Banyak
sebelumnya, peserta secara bergiliran
diantara mereka yang masih belum mampu
mengungkapkan pendapat mereka. Tak lupa
menentukan kata kerja yang sesuai yang
juga, narasumber selalu memberikan feedback
mampu menggambarkan kompetensi yang
mengenai klasifikasi level kognitif yang
diminta. Bahkan, beberapa indikator yang
dijabarkan untuk setiap pendapat yang
dibuat hampir sama dengan KD dan belum
diberikan guru. Anderson & Krathwohl (2001)
operasional, yang artinya belum mampu
menjelaskan bahwa walaupun Taksonomi
mengukur kompetensi itu sendiri. Dari hasil
Bloom bukanlah satu-satunya standar yang
pre-tes inilah, narasumber memulai pemberian
bisa digunakan untuk menentukan
materi dengan mengajukan pertanyaan, “Apa
HOTS/LOTS, namun taksonomi ini sering kali

996
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

digunakan oleh para guru di dunia karena dari 3 atau 4 peserta. Masing-masing
adanya klasifikasi (dan kata kerja) yang jelas kelompok diberikan sebuah KD3 dan sebuah
mengenai level kognitifnya. KD4. Mereka diminta untuk menjabarkan KD
tersebut kedalam indikator pembelajaran yang
Kegiatan dilanjutkan dengan workshop dimana
bersifat HOTS. Kemudian, perwakilan di
peserta dikelompokkan menjadi beberapa
masing-masing kelompok mempresentasikan
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
hasil workshopnya dan didiskusikan bersama.

Gambar 1. Peserta melakukan workshop dalam kelompok

Gambar 2. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya

Kegiata terakhir dalam pelatihan ini adalah ada perubahan yang signifikan setelah guru
pengerjaan soal pos-tes. Tujuannya adalah untuk mengikuti pelatihan ini. Data dari 32 orang guru
mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman dikumpulkan dengan menggunakan sebuah
dari para peserta pelatihan. Hasil pre-tes dan kuesioner dengan 20 butir tentang indikator
post-tes dibandingkan untuk mengetahui apakah HOTS dan LOTS. Kuesioner ini diberikan baik

997
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

pada pre-tes dan pos-tes. Data yang terkumpul


dianalisis dengan uji statistic non-parametrik
Wilcoxon Sign Rank Test. Berikut adalah
ringkasan hasil analisis.
Tabel 1. Uji Beda Pre-tes dan Pos-tes untuk Melihat Perubahan Sebelum dan Sesudah

pelatihan

Statistik Nilai

Ranking Rerata Pre 3,50

Ranking Rerata Post 16,42

Z 4,802

Nilai signifikansi 0,000

Keputusan Berbeda signifikan

berbasis HOTS agar dirancang juga untuk


pelatihan-pelatihan selanjutnya.
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara skor
guru dalam post-tes dan pre-tes (Z = 4,802,
p<0,05), di mana skor dalam pos-tes (ranking SIMPULAN
rerata = 3,50) lebih tinggi daripada pre-tes
(ranking rerata = 16,42). Hal ini membuktikan Dari kegiatan yang telah dilakukan, dapat
bahwa pelatihan yang diterima oleh guru dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep guru-
memberikan dampak perubahan yang positif guru bahasa Inggris di Kecamatan Buleleng
tentang pengetahuan guru membuat indikator tentang Bloom Taxonomy Revised dalam
penilaian yang lebih baik dari sebelumnya. penjabaran indikator pembelajaran terkait
implementasi Kurikulum 2013 telah meningkat.
Temuan ini didukung juga oleh Selain itu, keterampilan guru bahasa Inggris di
pengakuan peserta yang menyatakan bahwa Kecamatan Buleleng dalam menganalisis KD3
mereka akhirnya mendapatkan penjelasan yang dan KD4 serta menjabarkan indikator
lebih baik mengenai proses penjabaran indikator pembelajaran berbasis HOTS telah meningkat.
dari KD. Hal lain yang didapatkan oleh peserta Namun, pemahaman guru akan hal ini perlu
juga adalah tentang lebih jelasnya pemahaman dipastikan dengan membandingkan kesesuaian
mereka mengenai indikator-indikator HOTS, antara penjabaran indikator yang sudah
dan kapan indikator-indikator tersebut perlu direncanakan dengan rancangan butir soal yang
dikeluarkan dalam pembelajaran. bersifat HOTS. Untuk itu, hasil dari kegiatan ini
menyarankan agar dilakukannya penelitian dan
Sebagai penutup, para peserta
kegiatan terkait untuk membahas hal tersebut.
menghendaki agar pelatihan tentang butir soal

998
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

SMA Pendidikan Bahasa Inggris di


Kabupaten Klungkung, Bali. Laporan
DAFTAR RUJUKAN P2M Penerapan IPTEKS 2017.

Krathwohl, D. R. (2002) A Revision of Bloom’s


Taxonomy. in Theory into Practice. Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-
Unitet States: Ohio State University Evaluation: What Research Says and
What Practice Shows. Internet download.

Kemendikbud. (2013). Pedoman Pelatihan


Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment.
Kemendikbud. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin
Company

.
Marhaeni, A.A.I.N, Dantes, Nyoman & Artini,
L.P. (2014). Pengembangan Perangkat Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You
Asesmen Autentik sebagai Asesmen Have to Have A Portfolio, a Teacher’s
Proses dan Produk dalam Implementasi Guide to Preparation and Presentation.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan California: Corwin Press Inc.
(KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Inggris di
SMP Provinsi Bali. Laporan Penelitian
Tim Pascasarjana Tahun ke-2. Wahyuni, Luh Gede Eka. (2016). Keautentikan
Asesmen Pembelajaran: Studi Analisis
Praktik Asesmen Guru di Sekolah
Marhaeni, A.A.I.N, Ratminingsih, Ni Made, & Kejuruan. PRASI: Vol. 11, No. 01; pp. 27
Dewi, N. L. P. Eka Sulistia. (2015). – 36.
Pengembangan Perangkat Asesmen
Autentik sebagai Asesmen Proses dan
Produk dalam Implementasi Kurikulum Wahyuni, Luh Gede Eka Wahyuni. (2017)
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Keautentikan Asesmen Guru dalam
Pelajaran Bahasa Inggris di SMP Provinsi Konteks K13. SENARI ke-5.
Bali. Laporan Penelitian Tim
Pascasarjana Tahun ke-3.

Wahyuni, Luh Gede Eka Wahyuni. (2018).


Marhaeni, A.A.I.N; N.L.P. Eka Sulistia Dewi;
Pelatihan Mengembangkan dan
A.A.G. Yudha Paramartha; Putu Indra
Menerapkan Perangkat Asesmen
Kusuma; & Luh Gede Eka Wahyuni.
Autentik. SENADIMAS ke-2.
(2017). Pelatihan Mengembangkan dan
Menggunakan Perangkat Asesmen
Autentik dalam Rangka MEningkatkan
Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Karakter Bagi Guru SMP dan

999
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN978-623-7482-00-00

1000

Anda mungkin juga menyukai