Anda di halaman 1dari 7

Ujian Tengah Semester Ganjil 2020-2021

UAJ 160-I Logika

Draft Paper

Cara Bersikap Kritis bagi Mahasiswa dalam Menanggapi Pengesahan Rancangan Undang-
Undang Cipta Kerja (Omnibus Law)

Disusun oleh:

Ambrosius Aprian Tri Putranto 202001020122/12020001870


Flavio Giancarlo de Saviola 202001020129/12020002543
Luciana Tanjaya 202001020127/12020000479

Universitas Katolik Atma Jaya

Jakarta

2020
Latar Belakang
Kita sedang hidup di dalam zaman yang serba perubahan. Pernyataan ini didukung
oleh seorang filsuf Tiongkok bernama Zhuangzi, yang mengatakan bahwa kita hidup di
dalam dunia yang senantiasa dan akan terus menerus berubah tanpa diketahui kapan
perubahan tersebut mulai dan berhenti (Youru Wang, 2000). Hal ini juga berlaku di
Indonesia, di mana perubahan seperti pengesahan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
atau Ombinus Law turut menimbulkan berbagai polemik antarmasyarakat dan menimbulkan
cukup banyak masalah. Masalah yang paling sering terjadi adalah aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh berbagai macam elemen masyarakat, termasuk mahasiswa. Aksi
demonstrasi, apabila dilakukan dengan benar, adalah suatu bentuk perwujudan demokrasi
yang paling mendasar di Indonesia (Hidayati, dkk. (2015). Namun, apabila masyarakat yang
mengikuti demonstrasi hanya didorong oleh alasan konformitas dan aksi perwujudan
demokrasi dipenuhi tindakan destruktif, maka hal ini dapat digolongkan sebagai suatu
masalah yang serius.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri juga bahwa isu ini sangat menarik perhatian para
mahasiswa. Dengan demikian, perlu dipastikan bahwa setiap mahasiswa tidak terbawa arus
dan tetap memiliki orientasi yang berkualitas dalam menanggapi isu ini. Memiliki sikap kritis
dan menerapkannya menjadi salah satu kualitas yang harus dimiliki oleh semua mahasiswa,
terutama dalam menanggapi terjadinya perubahan. Tanpa adanya keaktifan dalam berpikir
kritis, seorang mahasiswa akan mudah terbawa arus, karena tidak ada pedoman yang
dijadikan sebagai pegangan dalam menanggapi sesuatu. Pernyataan ini juga didukung oleh
perkataan Kasdin Sihotang (2018: 36) bahwa, “Orang seperti ini akan mudah kehilangan
orientasi dan akan menjadi objek gilasan perubahan global.” Oleh karena itu, sikap kritis
sangat penting bagi mahasiswa dalam menanggapi Omnibus Law.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas, rumusan masalah dari paper yang
akan kami buat adalah:
1. Bagaimana cara mahasiswa dapat bersikap kritis dalam menanggapi pengesahan
RUU Cipta Kerja (Omnibus Law)?

Tujuan
Adapun tujuan dari paper yang akan kami buat adalah:
1. Mengetahui cara mahasiswa dapat bersikap kritis dalam menanggapi pengesahan
RUU Cipta Kerja (Omnibus Law)

1
Dasar Teori
Tindakan atau sikap seseorang sehari-hari tentunya berdasar pada cara berpikirnya.
Seseorang dapat bersikap kritis apabila memiliki pola berpikir yang kritis pula. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, “Bersikap berarti mengambil sikap
(pendirian)”, “Sikap berarti perilaku; gerak-gerik”, sedangkan “Berpikir berarti menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.” dan “Kritis berarti bersifat
tidak lekas percaya.” atau “Kritis berarti tajam dalam penganalisisan.” Dengan demikian,
berpikir kritis adalah proses dan kemampuan untuk memahami konsep, menerapkan,
menyintesis, dan mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang dihasilkan
karena tidak semua informasi yang diterima dapat dijadikan pengetahuan (Siti Zubaidah,
2010: 2).
Untuk dapat berpikir kritis, yang menjadi dasar dalam bersikap kritis, diperlukan
keutamaan intelektual (Kasdin Sihotang, 2018: 38). Keutamaan intelektual dapat dimiliki
dengan menginternalisasi nilai-nilai dalam berpikir, seperti humilitas, integritas, dan empati.
Selain itu, terdapat beberapa cara konkret yang dapat dilakukan untuk dapat berpikir kritis.
Cara adalah jalan untuk melakukan sesuatu (KBBI Online). Menurut Ika Lestari (2019: 21)
cara yang dapat dilakukan untuk berpikir kritis ialah mengidentifikasi kebenaran setiap
informasi dengan cara melakukan analisis yakni seperti mempertanyakan apabila informasi
tersebut menyajikan argumen yang netral atau penulis mengabaikan beberapa topik dalam
rangka untuk mengajukan argumen tertentu.
Rancangan Undang-Undang (RUU) adalah undang-undang yang diusulkan baik oleh
Presiden, DPR, atau DPD untuk kemudian dipertimbangkan dan dibahas bersama oleh DPR
dan presiden (House of Representatives (USA), 2020). Omnibus Law adalah sebuah RUU
yang terdiri dari sejumlah bagian terkait tetapi terpisah yang berupaya untuk mengubah
dan/atau mencabut satu atau beberapa undang-undang yang ada dan atau untuk membuat
satu atau beberapa undang-undang baru (Novianto Murti Hantoro, 2020: 3).
Pada 5 Oktober 2020, pengesahan RUU Cipta Kerja dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) (Tsarina Maharani, 2020). Menurut KBBI
Online, “Pengesahan berarti proses, cara, perbuatan mengesahkan; pengakuan
berdasarkan hukum; peresmian; pembenaran”. Pembentukan Omnibus Law tersebut
merupakan inisiatif pemerintah untuk mencoba menyederhanakan aturan terutama aturan
yang berkaitan dengan perizinan usaha (Mandala Harefa, 2020: 18). Namun, para
pemangku kepentingan substansi maupun elemen masyarakat lainnya menanggapi
pengesahan RUU ini secara berbeda-beda, ada yang menyetujui dan ada pula yang
menolak (Mandala Harefa, 2020: 15). Menanggapi, menurut KBBI Online, berarti
menyambut dan memperhatikan (ucapan, kritik, komentar, cinta dan sebagainya dari orang

1
lain); melayani. Elemen masyarakat yang menolak pengesahan RUU Cipta Kerja ini,
termasuk beberapa mahasiswa, akhirnya melakukan demonstrasi
sebagai bentuk penolakan mereka terhadap undang-undang tersebut (Eva Safitri, 2020).
Kesimpulan
Seseorang dikatakan dapat bersikap kritis apabila memiliki pola berpikir yang kritis.
Dengan bersikap kritis, seseorang dapat mempertanggungjawabkan posisinya didalam
sebuah peristiwa. Berpikir kritis adalah proses dan kemampuan untuk memahami konsep,
menerapkan, menyintensis, dan mengevaluasi informasi yang ada. Berpikir kritis penting
untuk dilakukan karena dengan berpikir kritis kita dapat memahami suatu peristiwa dengan
baik, sehingga tidak mudah untuk menerima informasi yang ada. Selain itu, berpikir kritis
juga membuat kita dapat memberikan klaim dan mempertahankan posisi kita dalam
menanggapi suatu isu dengan menyampaikan alasan-alasan pendukung yang valid serta
masuk akal dan tidak hanya berdasarkan analisis yang dangkal. Cara yang dapat dilakukan
untuk berpikir kritis adalah dengan melakukan analisis. Dengan menganalisis suatu
peristiwa, kita dapat mengetahui kebenaran dan memiliki kesimpulan yang kuat mengenai
peristiwa tersebut.
Omnibus Law adalah sebuah rancangan undang–undang yang terdiri dari
penyederhanaan Undang-Undang yang sudah ada untuk membuat satu atau beberapa
undang-undang baru. Pada 5 Oktober 2020, rancangan undang-undang ini disahkah oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, yang menimbulkan berbagai respons beragam dikalangan
masyarakat salah satunya mahasiswa. Hal ini terjadi karena banyaknya isu-isu yang
menjelaskan kalau RUU ini lebih banyak merugikan daripada menguntungkan masyarakat,
sehingga hal ini memunculkan gelombang unjuk rasa di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Isu-isu yang berkembang dari pengesahan RUU ini adalah penghapusan Upah
Minimum Provinsi (UMP), penghapusan sistem cuti, serta penghapusan AMDAL dan
jaminan sosial. Isu-isu yang belum teruji kebenarannya ini menimbulkan terbaginya
masyarakat menjadi dua pihak, pihak yang pro dan pihak yang kontra. Isu-isu seperti ini
harus dikritisi oleh mahasiswa dan diuji kebenarannya. Hal yang dapat dilakukan oleh
mahasiwa adalah menganalisis rancangan undang-undang ini sebelum menentukan posisi
(setuju atau tidak setuju). Posisi yang ditentukan atas dasar konformitas sangat berbahaya
karena dapat menggiring dan membawa dampak-dampak yang tidak diinginkan, seperti aksi
demonstrasi yang destruktif. Menganalisis dapat dilakukan dengan membaca dan
memahami rancangan undang-undang ini secara mendalam, dan mempertanyakan apa saja
dampak yang ditimbulkan dari rancangan undang-undang ini dan siapa sajakah pihak yang
sekiranya akan terdampak dari rancangan undang-undang ini. Jika memang rancangan
undang-undang ini terbukti memiliki kekurangan yang dapat berakibat buruk kedepannya,
mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi atau unjuk rasa sesuai peraturan dan tidak anarkis

1
karena tindakan anarkis itu bukan bentuk penyampaian aspirasi. Pada situasi dewasa ini,
kondisi turut diperburuk oleh teknologi informasi yang sering menyampaikan berita Hoax.
Oleh karena itu, berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk menyaring berita atau informasi-
informasi yang belum jelas kebenarannya, seperti isu Omnibus Law.

Referensi

Berpikir (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/berpikir, 31 Oktober 2020.

Bersikap (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bersikap, 4 November
2020

Cara (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses
melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/cara, 4 November 2020.

Hantoro, Novianto Murti. 2020. Parliamentary Review Vol. II No. 1 (2020) 1-49. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

Harefa, Mandala. 2020. Parliamentary Review Vol. II No. 1 (2020) 1-49. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

Hidayati, Nurul Anggraeni, dkk. 2015. Etika Demonstrasi dalam Sistem Demokrasi di
Indonesia. Makalah

House of Representatives (USA). 2020. Education 2020: Government course; topic


House of Representatives (USA), definition of bill: "A proposed law
presented to a legislative body for consideration."

Ihsanuddin. 2020. “Jokowi: Jutaan Pekerja Bisa Perbaiki Kehidupan Lewat UU Cipta
Kerja”. Kompas 9 Oktober 2020. Diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/09/18204741/jokowi-jutaan-
pekerja-bisa-perbaiki-kehidupan-lewat-uu-cipta-kerja, 31 Oktober 2020.

Kritis (Def. 2) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses
melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kritis, 31 Oktober 2020.

1
Lestari, Ika. 2019. Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. Bogor: Erzatama
Karya Abadi

Maharani, Tsarina. 2020. “DPR Sahkan ‘Omnibus Law’ Undang-Undang Cipta Kerja”.
Kompas 5 Oktober 2020. Diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/05/18002101/dpr-sahkan-
omnibus-law-undang-undang-cipta-kerja, 2 November 2020.

Menanggapi (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/menanggapi, 4 November
2020.

Safitri, Eva. 2020. “Protes Omnibus Law UU Cipta Kerja, Mahasiswa Demo di Istana
Besok”. DetikNews 7 Oktober 2020. Diakses melalui
https://news.detik.com/berita/d-5203294/protes-omnibus-law-uu-cipta-kerja-
mahasiswa-demo-di-istana-besok, 2 November 2020.

Sihotang, Kasdin. 2018. Berpikir Kritis: Kecakapan Hidup di Era Digital. Yogyakarta:
PT Kanisius.

Sikap (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses
melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sikap, 4 November 2020.

Pengesahan (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pengesahan, 4 November
2020.

Wang, Youru. 2000. Philosophy of Change and the Deconstruction of Self in the
Zhuangzi. Journal of Chinese Philosophy, 27(3), 345 – 360.

Zubaidah, Siti. 2010. “Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi


yang Dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains”. Conference Paper
(hlm. 2)

1
1

Anda mungkin juga menyukai