Anda di halaman 1dari 21

RESUME ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL

Dosen Pengampuh :
Dra.Ec. Siti Sundari, M.Si

Nama Kelompok :
Azel Naufal 19013010253
Vitria Dinata Laksono 19013010255
Fadia Insyira 19013010256
Dewi Ratih 19013010257
Atika Rahmawati 19013010258
Andrean Ary 19013010259
Rania almira Larinda 19013010261
Dendrit Yahya 19013010262
Irmaya Octavia E.A. 19013010263

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, hidayah
dan inayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi. Dengan judul “Kode Etik Profesi Akuntansi Menuju Era Global” dapat
terselesaikan dengan baik dan semampu penulis.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sangat kami harapkan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam proses
penyusunan materi yang selanjutnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pengajar selaku
dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi, karena atas jasa dan pengaruhnya kami
dapat mengetahui materi tersebut. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada ayah dan bunda tercinta serta kepada rekan-rekan seperjuangan karena atas
dorongan dan semangat kerja samanya yang baik sehingga kami dapat aktif dalam
mengikuti proses belajar pada saat ini

Surabaya, 20 April 2021

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................1

BAB I................................................................................................................................3

PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................5
2.1 TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL...................................5
2.2 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS..............................................6
2.3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI
LUAR AS......................................................................................................6
2.4 SARBANES-OXLEY ACT..........................................................................9
2.5 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN : INTERNATIONAL
FEDERATION OF ACCOUNTANTS (IFAC).......................................10
A. Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC...............................................10
B. Prinsip-Prinsip Fundamental Etika...................................................................12
C. Independensi........................................................................................................12
D. Ancaman Terhadap Independensi.....................................................................13
E. Ancaman Independensi Akuntan Publik...........................................................13
F. Pengamanan terhadap Ancaman.......................................................................15
2.6 PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC...................................16

BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi pada saat ini banyak terjadi kasus pelanggaran etika, dimana
pelanggaran ini terjadi hampir pada setiap kalangan, baik kalangan atas, menengah
maupun kalangan bawah. Pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi tentunya sangat
beragam baik dari hal yang sepele misalnya seperti membuang sampah sembarangan,
hal ini telah termasuk kedalam kategori pelanggaran etika terhadap lingkungan yang
tentunya berdampak besar bagi masyarakat itu sendiri, hingga pelanggaran-pelanggaran
besar misalnya kasus korupsi, suap, nepotisme dan sebagainya yang telah marak saat
ini, dan sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa setiap pelanggaran tentu saja
memiliki dampak yang dapat merugikan semua pihak
Pelanggaran-pelanggaran etika juga dapat terjadi pada suatu profesi,oleh karena
itu setiap profesi tentunya memiliki sebuah etika yang harus dipatuhi, dengan adanya
sebuah etika maka setiap tindakan dan perbuatan dapat dikontrol sehingga dapat
membedakan hal yang harus dilakukan maupun hal yang harus dihindarkan agar setiap
tindakan dan perbutan yang dilakukan tidak sewenang-wenang. Etika sangat berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, dimana kebiasaan-kebiasaan baik tersebut akan
melahirkan etika yang baik pada diri seseorang karena etka berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang
lain sehingga dimanapun dia berada tentunya dapat bersosialisasi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa ketertinggalan pengembangan profesi akuntan dalam menunjang kesatuan
ekonomi global.
2. Apa kode etik profesi akuntan yang berlaku di Amerika Serikat AS.
3. Apa kode etik profesi akuntan yang berlaku di Kanada.
4. Apa kode etik akuntan yang diperkenalkan oleh International Federation of
accountants IFAC.
5. Apa standar standar akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan yang
dikeluarkan oleh IFAC.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui ketertinggalan pengembangan profesi akuntan dalam menunjang
kesatuan ekonomi global.
2. Mengetahui kode etik profesi akuntan yang berlaku di Amerika Serikat AS.
3. Mengetahui kode etik profesi akuntan yang berlaku di Kanada.
4. Mengetahui kode etik akuntan yang diperkenalkan oleh International Federation of
accountants IFAC.
5. Mengetahui standar standar akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan yang
dikeluarkan oleh IFAC.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem informasi
dan komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan sistem
ekonomi global. Penyatuan sistem ekonomi global ini makin mendorong tumbuhnya
perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatau Negara. Berbagai
kesepakatan dan kerja sama politik yang dicapai oleh para pemimpin Negara-negara di
dunia antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa (European Union-EU), dan terkahir
perjanjian WTO, makin mendorong kea rah penyatuan sistem ekonomi dunia.
Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan
diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu: a) Sistem Anglo-Saxon yang dimotori
oleh AS; b) sistem continental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara
Eropa lainnya; dan c) sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.
Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat menyulitkan
perusahaan multinasional-perusahaan yang telah beroperasi melampaui batas wilayah
Negara-untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau laporan keuangan konsolidasi
sebagai satu kesatuan entitas.
Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal di
bidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri. Bagai
tersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi akuntan mulai
menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar kode etik profesi yang
lebih ketat, di samping upaya untuk mengembangkan standar teknis audit dan akuntansi itu
sendiri. Kelambatan dan kesulitan dalam mengembangkan standar teknis audit, akuntansi
dank ode etik profesi akuntan global, antara lain disebabkan oleh banyaknya pihak yang
berkepentingan dan banyaknya badan/lembaga yang merasa punya otoritas untuk
mengembangkan, membina, dan mengawaso profesi akuntan itu sendiri.
Meskipun mengalami banyak hambatan, diharapkan melalui kesadaran semua pihak
tentang pentingnya standar akuntansi, audit, dank ode etik bertaraf internasional, serta
melalui berbagai bentuk kerja sama untuk meningkatkan citra profesi akuntan sedunia,
dapat segera dihasilkan dan disepakati bersama prinsip dan standar audit, akuntansi, dank
ode etik profesi yang berlaku sama di seleuruh dunia.

2.2 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS


Ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui umum yang
harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkan keperibadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situations).
4. Kode etik tidak dapat menuntun perilaku karyawan (employess), namun dapat juga
mengawsi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilku.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpangaruh di AS yang telah memberikan
kontibusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American of certified public
accountans (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik AICPA
lebih ditunjukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan public, sedangkan
kode etik IMA lebih ditunjukan bagi para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan
manajemen di suatu organisasi perusahaan.

2.3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI LUAR AS


Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti AS, Inggris, Jerman, Kanada,
dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut ini salah satu ringkasan etika yang berlaku di
Kanada yang juga dikutip dari buku yang ditulis oleh Brooks (2007). Ringkasan kode etik
ini dapat dilihat pada Tabel 8.2

Pendahuluan Meliputi filosofi yang mealndasi aturan


yang mengikat tanggung jawab seorang
Chartered Accountant.
Karakter seorang profesional Delapan unsur, termasuk subordinasi
kepentingan pribadi atas kepentingan
public.
Prinsip yang mengatur perilaku anggota - Berasal dari kepercayaan public
dan mahasiswa atas kewajaran laporan keuangan
dan nasihat yang kompeten atas
berbagai masalah bisnis.
- Memelihara reputasi, baik profesi
maupun kemampuannya untuk
melayani kepentingan public.
- Dam seterusnya.
Prinsip yang mengatur tanggung jawab - Menciptakan, emmelihara, serta
Firma mempertahankan kebijakan dan
prosedur yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
- Kegagalan dalam mematuhi
peraturan akan memicu sanksi
untuk firma secara keseluruhan atau
untuk partner yang mengetahui dan
bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode etik - Mengikuti prinsip dan aturan etika,
perilaku terhormat melampaui
larangan-larangan tertulis.
Penerapan Aturan Etika - Untuk semua anggota yang
berpraktik sebagai akuntan public,
dan/atau dimana public dan/asosiasi
mengandalkan Individu
berdasarkan keanggotaannya di
ICAQ.
- Kepada bukan anggota yang
diawasi oleh atau bersekutu dengan
anggota.
- Didalam yurisdiksi di luar Ontario,
anggita harus menghormati
peraturan local, tetapi menjelekkan
ICAQ.
Aturan Etika Interpretasi/Isu yang diliput:
Umum:
101 Kepatuhan terhadap hokum dan Bersifat “mandatory”, berlaku juga untuk
peraturan mahasiswa
102 tuduhan criminal atau serangan sejenis Bisa berakibat dituntut karena melanggar
kode perilaku professional
102.2 melaporkan penghentian sementara Pemberitahuan secara tegas setiap ada
(suspensi) karena pertimbangan disiplin penghentian sementara
103 Tidak dikaitkan dengan salah saji Pada surat, laporan, pernyataan, atau
representasi atau diakitakan dengan
kandidat sebagai mahasiswa atau anggota.
104 harus secara tertulis dalam melakukan
koresponden dengan Institut
Standar-Standar yang memengaruhi
Kepentingan Publik:
201 Memelihara reputasi baik profesi dan - Selamanya, baik anggota maupun
kemampuan melayani public mahasiswa.
- Pelanggran di luar yurisdiksi
kanada dapat menyeret ICAQ.
- Dukungan terhadap persyaratan
jasa.
202 Integritas dan kehati-hatian
203 memelihara kompetensi professional
203.2 kerja sama dalam penyelidikam dan - Harus berkerja sama dengan
investigasi petugas yang ditunjuk institute
dalam melaksanakan penyelidikan
atau investigasi perilaku
profesional.
204 Independensi dan objektivitas - Harus ada pengungkapan tertulis
atas segala sesuatu yang dianggap
dari sudut pengamat berakal sehat
mencederai independensi dan
objektivitas.
205 Pernyataan palsu atau menyesatkan - Tidak dikaitakan meskipun bila
pendapat disclaimer diberikan.
- Meliputi surat-menyurat, laporan,
representasi, pernyataan, laporan
keuangan, baik lisan, maupun
tertulis
2.4 SARBANES-OXLEY ACT

Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata


yang dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan public multinasional yang berkantor
pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan public ternama, sempat menggoncang
bursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal ini, pemerintah dan lembaga
legislative AS segera mengeluarkan undang-undang yang sangat terkenal dengan nama
Sarbanes-Oxley Act (SOX).

2.5 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN : INTERNATIONAL FEDERATION OF


ACCOUNTANTS (IFAC)

Pada bulan juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara
lengkap dan sangat rinci sehingga bila dikodifikasikan, akan menjadi satu set buku terpisah
yang isinya sangat tebal. Pedoman kode etik ini terdiri atas tiga bagian; Bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan
juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut, Bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip
fundamental pada Bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang
berpraktik sebagai akuntan publik, dan Bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai
kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada Bagian A untuk diterapkan pada
situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen).

A. Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC


Misi dari International Federation of Accountants sebagaimana dicantumkan
dalam konstitusinya adalah “mengembangkan dan menyempurnakan profesi
akuntan secara global dengan standar-standar yang harmonis sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan
publik”.
Untuk lebih memahami kode etik yang ditetapkan oleh IFAC ini, maka
Brooks (2007) memberikan pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC
sebagai berikut :
1. Memahami struktur Kode Etik (Gambar 8.1)
2. Memahami Kerangka Dasar Kode Etik untuk melakukan penilaian yang
bijak (Gambar 8.2)
3. Proses Menjamin Independensi Pikiran (independence in mind) dan
Independensi Penampilan (independence in appearance) (Gambar 8.3)
4. Pengamanan untuk mengurangi Risiko Situasi Konflik Kepentingan
(Gambar 8.4)
Gambar 8.1 Struktur Kode Etik IFAC
Gambar 8.2 Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

Gambar 8.3 Proses Menjamin Independensi Pikiran dan Independensi


Penampilan

Gambar 8.4 Pengamanan untuk Mengurangi Risiko Situasi Konflik Kepentingan


B. Prinsip-Prinsip Fundamental Etika
Prinsip-Prinsip Fundamental Etika terdiri atas :
1. Integritas (integrity)
2. Objektivitas (objectivity)
3. Kompetensi profesional dan kehati-hatian
4. Kerahasiaan (confidentiality)
5. Perilaku Profesional (professional behavior)

C. Independensi
Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta (independence in fact) dan independensi dalam
penampilan (independence in appearance). Untuk independensi dalam fakta, IFAC
menggunakan istilah lain yaitu independensi dalam pikiran (independence in mind).
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mengompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak
berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.
Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional
dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk
pencegahan yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme
profesional, objektivitas, dan integritas anggota firma atau tim penjaminan
(assurance team) telah dikompromikan.

D. Ancaman Terhadap Independensi


Ancaman terhadap independensi dapat berbentuk :
1. Kepentingan Diri (self-interest)
2. Review Diri (self-review)
3. Advokasi (advocacy)
4. Kekerabatan (familiarity)
5. Intimidasi (intimidation)

E. Ancaman Independensi Akuntan Publik


Ancaman independensi kepentingan diri dapat timbul akibat adanya
kepentingan keuangan, kepentingan keluarga langsung maupun dekat, atau
kepentingan lainnya dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah
wujud sifat mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dari pada kepentingan
publik secara luas. Seorang akuntan yang memiliki kepentingan diri tinggi akan
dianggap memiliki sikap independensi yang kurang baik. Dan secara otomatis hal
tersebut mengartikan bahwa seorang akuntan tersebut tidak profesional dalam
menjalankan profesinya sebagai akuntan publik. Seorang akuntan yang tidak
independen biasanya akan mengutamakan kepentingan tertentu yang bersifat pribadi
dari pada kepentingan publik dan bahkan dapat mengesampingkan kode etik profesi
akuntan itu sendiri. Selain itu seorang akuntan yang tidak independen dapat
melakukan penilaian yang tidak objektif melainkan subjektif dimana penilaian
tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya karena alasan yang bersifat
pribadi. Contoh ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik adalah:
1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien atau kepentingan
keuangan bersama pada suatu perusahaan klien
2. Ketergantungan yang tidak wajar pada total imbalan dari klien
3. Memiliki hubungan bisnis yang erat dengan klien
4. Kekhawatiran berlebih jika nantinya kehilangan klien
5. Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien
6. Imbalan kontijensi sehubungan dengan perikatan peminjaman
7. Ada pinjaman dari atau kepada klien penjaminan atau kepada/dari
direktur atau pejabat dari klien
Ancaman review diri dapat timbul jika pertimbangan sebelumnya dievaluasi ulang
oleh akuntan profesional yang sama dan telah melakukan penilaian sebelumnya
tersebut, antara lain :
1. Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang
2. Pelaporan operasi sistem keuangan setelah terlibat dalam perancangan
dan implementasi sistem tersebut.
3. Terlibat dalam pemberian jasa pencatatan akuntansi sebelum perikatan
penjaminan.
4. Menjadi anggota tim penjaminan setelah baru saja menjadi
karyawan/pejabat di perusahaan klien yang memiliki pengaruh langsung
berkaitan dengan perikatan penjaminan tersebut.
5. Memberikan jasa kepada klien yang berpengaruh langsung pada materi
perikatan penjaminan tersebut.
Ancaman kekerabatan atau kekeluargaan timbul dari kedekatan hubungan dengan
seorang akuntan sehingga akuntan profesional menjadi bersimpati dan berperilaku
subjektif terhadap orang yang memilki kedekatan tersebut. contoh:
1. Anggota tim mempunyai hubungan keluaga dekat dengan seorang
direktur atau pejabat perusahaan klien.
2. Anggota tim mempunyai hunbungan keluarga dekat dengan seorang
karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap pokok penugasan.
3. Mantan rekan dari kantor akuntan yang menjadi direktur atau pejabat
klien.
4. Menerima hadiah atau perlakuan khusus dari klien kecuali nilainya tidak
signifikan.
5. Hubungan yang terjalin lama dengan karyawan senior perusahaan klien.
Ancaman kekerabatan terhadap profesionalisme akuntan yang dapat timbul, antara
lain :
1. Seorang akuntan profesional dalam posisi yang dapat memengaruhi
pelaporan keuangan dan nonkeuangan atau keputusan bisnis kerena
memiliki hubungan kekeluargaan yang kuat
2. Hubungan yang lama dengan rekan bisnis mempunyai pengaruh pada
keputusan bisnis.
3. Menerima hadiah atau perlakuan khusus dari klien kecuali nilainya tidak
signifikan.
Seorang profesional contohnya seorang akuntan dituntut memilki independensi
dalam melakukan tugasnya barulah seorang akuntan tersbut dapat dikatakan seorang
yang profesional dibidang akuntansi. Akuntan yang tidak melakukan tugasnya
dengan independen akan memengaruhi hasil pelaporan yang dibuat, hasil pelaporan
yang dibuat akuntan akan memiliki unsur yang berbeda dengan keadaan yang
sebenarnya karena alasan pribadi seperti yang telah dijelaskan diatas.

F. Pengamanan terhadap Ancaman


1. Pengamanan melalui profesi, legislasi atau regulasi
Terdapat persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang akuntan
dalam proses pengamanan profesi, legislasi, dan regulasi antara lain:
a. Persyaratan pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja
b. Persyaratan pengembangan profesi berkelanjuatan.
c. Peraturan tata kelola profesi.
d. Standar-standar profesional .
e. Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan.
f. Review eksternal oleh pihak ketiga yang berwewenang atas laporan,
pemberitahuan, komunikasi, dan informasi yang dihasilkan ileh akuntan
profesional.

2. Pengamanan lingkungan kerja

a. Melibatkan tambahan seorang akuntan profesional untuk meninjau pekerjaan


yang dilakukan atau memberi nasihat yang diperlukan.
b. Konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komite direktur
independen, badan pengatur, atau akuntan profesional lain.
c. Diskusikan masalah etika dengan pejabat klien yang berwenang tentang
masalah tata kelola.
d. Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas tata
kelola tentang sifat jasa dan fee yang dikenakan.
e. Melibatkan firma lain untuk melaksanakan atau melaksanakan kembali
bagian dari penugasan.
f. Rotasi staf senior dari tim penugasan penjaminan.

2.6 PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC


Profesi akuntan Indonesia mengikuti standar profesi yang diterapkan oleh
negara Amerika Serikat. Namun masuknya era globalisasi menuntut adanya suatu
sistem yang menyeluruh yaitu sebuah sistem yang dapt diberlakukan oleh semua
negara. Perekonomian yang cenderung terus bersifat global membuat seorang
akuntan memilki sistem profesi yang bersifat global juga. Hal inilah yang menjadi
sumberutama pembentukan sistem profesi akuntansi yang universal yang dapat
diterapkan dan diterima di seluruh dunia, sehingga standar yang mengatur profesi
akuntan menjadi satu kesatuan yang diterapkan diseluruh negara. Dengan adanya
sistem yang universal tersebut akan memudahkan dalam proses bisnis dan
perekonomian suatu negara terutama yang berhubungan dengan negara lain. dengan
penerapan standar dan prosedur akuntan yang sama disetiap negara tentunya
penilaian terhadap suatu bisnis atau perekonomian dalam segi akuntans akan sama
tanpa adanya konversi atau penyesuaian prosedur tertentu.
menyadari hal tersebut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) berkali-kali
mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi
standar-standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai
forum, seperti kongres, seminar, loka karya, pelatihan, dan lainnya. Sampai saat ini,
IAI terus bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia
mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International
Federation of accountants (IFAC).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di jaman era globalisasi ini, para pelaku profesi harus menjalankan profesinya secara
profesional. Para pelaku profesi harus bekerja secara profesional untuk menghadapi persaingan
yang cukup ketat di dalam dunia usaha. Para pelaku profesi harus memiliki kemampuan dan
keahlian yang dapat tergolong khusus agar dapat bersaing dengan para pelaku profesi lainnya.
Menjalankan suatu profesi tersebut tidaklah mudah, mereka harus melewati bangku
perkuliahan dan mengikuti banyak pelatihan terlebih dahulu agar dapat menjalankan suatu
profesi. Selain kemampuan dan keahlian khusus, para pelaku profesi harus memperhatikan
etika-etika yang ada. Dimana etika-etika tersebut merupakan suatu aturan khusus atau aturan
main dari setiap profesi dan semua peraturan tersebut harus ditaati oleh semua pelaku profesi.
Dasar dari semua etika profesi yang berlaku umum adalah tanggung jawab terhadap
pekerjaannya, baik hasil maupun dampak dari pekerjaan yang dilakukan dan harus adil dalam
memenuhi hak-hak orang lain yang harus kita penuhi dalam menjalankan suatu profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes Dan I.C. Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Bab I. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai