FPP Laprak 4. Kelompok 2
FPP Laprak 4. Kelompok 2
Oleh :
Kelompok 2
Kelas: THP A
Pada hakekat nya hasil pertanian memang memiliki sifat yang mudah rusak
(perrishable), dan jika mengalami kerusakan maka tentu saja hasil pertanian
tersebut akan lebih cepat rusak. Pada dampak kerusakan mekanis terjadi karena
tidak tepatnya pada proses pemanenan, transportasi, maupun pengangkutan.
Kerusakan mekanis ini dapat menyebabkan lapisan luar rusak dan daging buah
memar yang dapat mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk
melalui jaringan jaringan yang sudah rusak dan terbuka. Dampak terhadap proses
fisiologisnya adalah mengalami laju respirasi seemakin tinggi yang dapat
mempercepat pembusukan (Soesanto, 2008).
1.2 Tujuan
Pisang merupakan buah yang banyak dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar
maupun olahan. Pisang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi buah
nasional yang mencapai 34.65% dari produksi total buah nasional. Produksi buah
nasional pisang menunjukkan peningkatan dalam tahun 2011- 2015. Produksi
pisang nasional pada tahun 2015 mencapai 7.29 juta ton dengan 5 produsen utama
yaitu Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Permasalahan
penting dalam budidaya pisang yaitu penentuan umur petik yang berdampak pada
kualitas buah pisang (Suketi dan Rizki, 2019).
Penentuan umur petik dengan menghitung jumlah hari setelah bunga mekar
hingga panen masih menimbulkan keragaman dalam pemasakannya. Buah pisang
termasuk golongan buah klimakterik yang mengalami peningkatan laju respirasi
setelah buah dipanen sehingga buah mudah rusak. Luka fisik pada buah pisang
yang dijual mengakibatkan nilai jual pisang rendah dan berdampak pada
rendahnya pendapatan petani. Waktu pemanenan buah yang tidak tepat dapat
menyebabkan kualitas buah kurang baik. Buah yang dipanen terlalu muda akan
memiliki kualitas yang kurang baik ketika matang, sedangkan buah yang dipanen
terlalu tua memiliki daya simpan rendah (Suketi dan Rizki, 2019).
Produk pascapanen dihadapkan pada enam bentuk stress utama yang memacu laju
kemunduran yang mengakibatkan berkurangnya masa simpan. Pemacu tersebut
antara lain hilangnya suplai air terhadap produk. Semasih produk melekat pada
tanaman induknya, produk tersebut mendapatkan suplai air yang diserap melalui
sistem perakarannya. Air ini kemudian didistribusikan keseluruh struktur tanaman
(melalui jaringan xylem). Kedua, tidak adanya tingkat sinar untuk aktivitas
fotosintesis. Setelah panen, produk dikemas dalam suatu kemasan, kemudian
ditempatkan di dalam ruang pendingin atau kendaraan transportasi yang gelap
atau mempunyai intensitas sinar rendah (Fransiska et al, 2017).
Ketiga, penempatan pada regim suhu diluar normal suhu lingkungannya. Suhu
dimana produk di ekspos sebelum panen sangat berbeda dengan regim suhu
selama periode pascapanennya. Keempat, adanya kerusakan mekanis yang
disebabkan oleh pemanenan. Proses pemanenan menyebabkan kerusakan
mekanis, menyebabkan produk menjadi stress dan perubahan rekasi metabolisme.
Kelima, meningkatnya kepekaan dari serangan mikroorganisme pembusuk mulai
dari panen sampai dengan penanganan pascapanennya. Kondisi alami dari produk
hortikultura bahwa saat panen pada permukaannya dilabuhi oleh berbagai spesies
mikroorganisme (selain infeksi laten), baik patogenik mapun non patogenik
(Fransiska et al, 2017).
3. METODOLOGI
Praktikum kemunduran hasil pertanian pasca panen dilakukan pada hari Selasa, 10
November 2020, pukul 19:15 WIB di rumah masing-masing perwakilan
kelompok.
Alat yang digunakan pada praktikum kemunduran hasil pertanian pasca panen
adalah plastik PE, refrigator, mangkok, timbangan, dan pisau.
Prosedur kerja pada praktikum identifikasi penyakit pasca panen pada komuditi
buah-buahan dan sayuran adalah sebagai berikut.
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum. Pisang yang
digunakan untuk praktikum diberikan empat perlakuan yaitu pertama, dikemas
plastik PE berlubang, disimpan di Refrigator, kedua, dikemas plastik PE
berlubang, disimpan di suhu ruang, ketiga, dilukai, dikemas dengan plastik PE
berlubang, disimpan pada suhu ruang dan keempat, dilukai, disimpan di suhu
ruang. Dilakukan pengamatan 2 hari sekali selama 6 hari. Pengamatan meliputi
penimbangan setiap perlakuan dan tingkat kesegaran dan kelayuan. Catat hasil
pengamatan dalam tabel.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Kemunduran Hasil Pertanian Pasca Panen pada
buah Pisang
No Perlakuan Hari Susut Nilai Nilai Deskripsi
. ke- Bobot Visual Kelayuan
Quality
Rating
1 Pisang - 8-9 1 Segar dan
dikemas 0 masih sangat
plastik baik
berlubang,
2 25% 6-7 2 Agak layu,
disimpan di
lunak dan
refrigator
kulitnya mulai
menghitam
4 20% 4-5 3 Layu, lunak,
tidak berbau
dan kulit sudah
banyak yang
hitam
6 12,5 3 3 Layu,lunak,
% tidak
berbau,dan
kulitnya
banyak yang
menghitam
2. Pisang 0 - 8-9 1 Segar dan
dikemas masih sangat
Plastik baik
2 28,5 6-7 2 Agak layu
berlubang
% ,lunak dan
Disimpan
mulai berubah
disuhu
hitam kulitnya
Ruang
4 11% 4-5 3 Layu, tidak
berbau dan
kulitnya
banyak yang
berubah hitam
6 7,5% 2 4 Sangat
layu,sangat
lunak,sedikit
berbau,dan
kulitnya
banyak yang
menghitam
4.2 Pembahasan
Dari percobaan tersebut, dapat diketahui terdapat perbedaan keadaan sampel dari
tiap perlakuan yang diberikan. Pada pisang 1 tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan pada sampel dimana pisang 1 disimpan di suhu dingin. Penyimpanan
pada suhu dingin berpengaruh pada kualitas buah pisang dimana semakin tinggi
suhu penyimpanan proses respirasi pun berlangsung lebih cepat. Penyimpanan
dingin menjadi salah satu upaya pengawetan bahan pangan dengan penyimpanan
pada suhu di atas titik beku, umumnya pada 2-13 °C. Pada penyimpanan dingin,
selain pengendalian suhu juga dilakukan pengendalian atas sirkulasi dan
kelembapan relatif (RH) udara.
Selain itu juga, pengemasan dengan plastic PE juga berpengaruh terhadap sampel.
Plastik PE memiliki peran yang baik dalam mempertahankan mutu dan kualitas
buah. Plastik PE memiliki permeabilitas yang lebih tinggi, dimana komoditas
buah serta sayuran membutuhkan kemasan yang memiliki permeabilitas yang
lebih tinggi untuk berespirasi. Lubang pada plastic PE berfungsi untuk mengatur
RH pada kemasan sehingga memperlambat proses kerusakan.
5. KESIMPULAN
Cahyono, Bambang. 2008. Tomat, Usaha Tani dan Penanganan Pasca panen.
Kanisius. Yogyakarta.
Fransiska, Supratomo, dan Faridah. 2017. Sebaran Suhu Buah Terung Belanda
(Chyphomandra betacea) pada Berbagai Tingkat Kematangan Selama
Proses Pendinginan (Hydrocooling). Jurnal AgriTechno, Vol. 10, No. 2.
Pantastico, E.B. 2018. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
Buahan dan Sayur– Sayuran Tropika dan Subtropika. Dalam Kamariyani
(ed.). Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and
Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Gajah Mada University. Yogyakarta
Hari ke-0
Perlakuan 4
Hari ke-2
Hari ke-4
Perlakuan 4
Hari ke-6