Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

ACARA 8
KLIMATERIK DAN NON KLIMATERIK

Disusun Oleh :

NAMA : RAHUL KAN


NIM : 3202233022
KELAS : 2A
DOSEN PENGAMPU : SETHYO VIENI SARI, S. Si., M. Si

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN


KAMPUS KABUPATEN SANGGAU)
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah klimaterik dan nonklimaterik adalah dua kategori utama buah
berdasarkan aktivitas respirasi dan pengaturan perkembangan buah saat
pematangan. Buah klimaterik memiliki tingkat respirasi yang tinggi selama
pematangan dan bisa melanjutkan pematangan setelah dipanen. Sementara itu buah
nonklimaterik memiliki tingkat respirasi yang rendah selama pematangan dan akan
matang penuh hanya saat berada di pohon.
Buah-buahan adalah salah satu komoditas penting dalam pertanian dan
perkebunan. Namun, sering kali petani menghadapi masalah ketika buah yang telah
dipanen tidak mencapai tingkat kelayuan yang diharapkan. Faktor-faktor seperti
kondisi lingkungan, pengolahan pasca-panen, dan usia panen bisa memengaruhi
kelayuan buah.
Dalam praktikum ini, mahasiswa akan belajar tentang karakteristik dan
tingkat respirasi buah klimaterik dan nonklimaterik. Mahasiswa juga akan
mempelajari metode pengukuran respirasi, pengaruh faktor lingkungan terhadap
buah, serta teknik pengolahan pasca-panen untuk mempertahankan kualitas dan
mencegah kelayuan buah.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu membedakan buah
klimaterik dan non klimaterik serta mengetahui penyebab kelayuan pada komoditi
hasil pertanian/perkebunan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami perbedaan antara buah klimaterik dan non
klimaterik.
2. Mahasiswa dapat memahami proses respirasi pada buah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kelayuan
pada buah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah setelah proses pemanenan terus mengalami berbagai macam proses
katabolisme senyawa organik hingga menuju ke arah kerusakan atau pembusukan
saat bahan perombakan telah habis. Kerusakan buah tersebut dapat diakibatkan dari
sifat buah-buahan yang mudah rusak (perishable), kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan lagi daya simpan, juga akibat dari penanganan pasca panen yang
kurang tepat atau belum memadai (Arti & Manurung, 2018).
Berdasarkan laju respirasinya buah dibedakan menjadi buah klimakterik
dan non klimakterik. Buah klimaterik merupakan buah yang mengalami
peningkatan respirasi dan produksi etilen sesudah dipanen, sedangkan buah non-
klimaterik merupakan buah yang tidak mengalami peningkatan respirasi dan
produksi etilen sesudah dipanen. Salah satu contoh dari buah klimaterik yakni
pisang, sedangkan contoh buah non klimaterik yakni nanas. Secara alami,
pemasakan buah-buah tersebut (pisang dan nanas) menghasilkan tingkat
kemasakan yang tidak seragam hingga sulit untuk mendapatkan dalam jumlah besar
dalam waktu yang singkat (Mubarak dkk., 2021).
Pisang merupakan salah satu buah klimakterik, yaitu buah yang akan tetap
mengalami proses kematangan walaupun telah dipanen dan diikuti dengan proses
kerusakan karena buah tetap melangsungkan proses respirasi dan metabolisme.
Selama proses pascapanen, buah pisang akan mengalami perubahan komposisi
kimia karena adanya kegiatan metabolisme berupa respirasi dan reaksi enzimatis.
Meningkatnya aktivitas respirasi pada buah klimakterik merupakan aktivitas
fisiologis yang terjadi pada saat proses pemasakan buah pisang (Kurniawan &
Deglas, 2022).
Buah tomat merupakan jenis buah klimakterik. Laju respirasi pada buah
klimakterik akan meningkat ketika buah mulai memasuki fase pematangan
(ripening). Ketika respirasi meningkat, maka produksi etilen juga akan meningkat.
Adanya etilen membuat proses pematangan menjadi lebih cepat dan umur simpan
buah tomat menjadi pendek, adapun dampak etilen yaitu mengubah warna tomat
dari hijau menjadi merah melalui mekanisme degradasi klorofil, menambah kadar
glukosa melalui pemecahan zat pati (tepung), perubahan derajat keasaman, serta
terbentuknya aroma pada buah (Wulandari & Ambarwati, 2022).

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
1. Pisau 1 buah
2. Neraca analitik 1 buah
3. Penetrometer 1 buah
4. Plastik 1 gulung
5. Nampan 1 buah
3.2 Bahan
1. Mentimun 4 buah
2. Tomat 4 buah
3. Kedondong 4 buah
4. Pisang 4 buah
3.3 Cara Kerja

Mentimun, Kedondong, Tomat dan pisang

Disiapkan

Ditimbang beratnya

Diukur teksturnya

Dibuat dengan perlakuan :

Sampel 1 : Buah utuh tanpa dibungkus

Sampel 2 : Buah dilukai tanpa dibungkus

Sampel 3 : Buah utuh dibungkus

Sampel 4 : Buah dilukai dibungkus

Diletakan semua ke dalam nampan

Dilakukan pengamatan setiap hari H1, H2, H3 dan


H4
Dicatat hasilnya dalam lembar observasi

Selesai

Gambar 1 : Diagram alir menentukan klimaterik, non klimaterik, kelayuan dan


pembusukan pada mentimun, kedondong, jeruk sambal , tomat, dan pisang.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan pada mentimun
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
2
0 38 gr Baik Hijau kekuningan
mm/keras
1,6 Ujungnya
Buah utuh 1 37 gr Hijau kekuningan
Mentimun mm/kerad layu
1 tanpa
1 1,6 Ujungnya
dibungkus 4 36 gr Hijau kekuningan
mm/keras layu
1,5 Ujungnya
5 31 gr Kuning kehijauan
mm/keras layu
1,8
0 56 gr Baik Hijau kekuningan
mm/keras
Buah 1,6
1 54 gr Layu Hijau kekuningan
Mentimun dilukai mm/keras
2
2 tanpa 1,6
4 49 gr Layu Hijau kekuningan
dibungkus mm/keras
1,8
5 48 gr Layu Kuning kehijauan
mm/keras
2 mm/
0 75 gr Baik Hijau kekuningan
keras
Buah utuh 2
1 75 gr Baik Hijau kekuningan
Mentimun dibungkus mm/keras
3
3 dengan 2
4 75 gr Baik Hijau kekuningan
plastik mm/keras
1,3
5 74 gr Baik Kuning kehijauan
mm/keras
2,1
Buah 0 47 gr Baik Hijau kekuningan
mm/keras
dilukai
Mentimun 1,8
4 dibungkus 1 47 gr Baik Hijau kekuningan
4 mm/keras
dengan
1,7 Ujungnya
plastik 4 47 gr Hijau kekuningan
mm/keras layu
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Ujungnya
5 46 gr 1,3/keras Kuning kehijauan
layu

Tabel 2. Pengamatan pada kedondong


No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Penetrometer:
1,3 mm
Bercak Hijau
0 69 gr Tangan:
kecoklatan kekuningan
sedikit
lembut
Penetrometer:
1,5 mm
Permukaan
Tangan: Kuning
1 68 gr atas mulai
lembut sedikit hijau
membusuk
Buah utuh bagian atas
Kedondong
1 tanpa dan bawah
1
dibungkus Penetrometer:
1 mm
Pada sayatan
Tangan: Kuning
4 64 gr tidak terbuka
lembek pada kecoklatan
lebar
bagian yang
disayat
Penetrometer:
1,7 mm Kuning
5 62 gr Membusuk
Tangan: kecokelatan
lembut
Adanya
bolongan
Penetrometer:
atau
1,4 Hijau
0 64 gr permukaan
Tangan : kekuningan
yang tidak
keras
rata, bercak
kecoklatan
Buah Penetrometer:
Kedondong dilukai 1,6 mm Bentuk Hijau
2
2 tanpa 1 62 gr Tangan: sayatan lebih sedikit
dibungkus sedikit nampak kuning
lembut
Penetrometer:
1 mm
Pada sayatan
Tangan: Kuning
4 64 gr tidak terbuka
lembek kecoklatan
lebar
sekitar
sayatan
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Penetrometer:
1,4 mm
Tangan : Membusuk
Cokelat
5 62 gr sangat pada bagian
kehitaman
lembek pada sayatan
bagian
dilukai
Permukaan
Penetrometer:
tidak rata
1,2 mm
dan
0 50 gr Tangan: Coklat
memiliki
sedikit
banyak
lembek
bercak
Penetrometer:
Sudah ada Coklat
1,4 mm
jamur dan kehitaman
1 50 gr Tangan:
mulai dan sedikit
lembut pada
Buah utuh membusuk kuning
bagian atas
Kedondong dibungkus
3 Penetrometer:
3 dengan
1 mm
plastik Sudah
Tangan: Coklat
4 48 gr sangat
sangat kehitaman
membusuk
lembek pada
bagian bawah
Penetrometer:
Sudah
0,4 mm
tumbuh
Tangan: Coklat
5 47 gr jamur dan
sangat kehitaman
sudah
lembek pada
membusuk
bagian bawah
Penetrometer:
1,5 mm Membusuk
Hijau
0 65 gr Tangan: pada bagian
kekuningan
lembek pada sayatan
bagian atas
Penetrometer:
Buah 1,1 mm
dilukai Tangan: Pada sayatan Kuning
Kedondong 1 65 gr
4 dibungkus sangat lembut terbuka lebar kecoklatan
4
dengan bagian atas
plastik dan bawah
Penetrometer:
1 mm
Tangan: Mulai terjadi Kuning
4 64 gr
lembek pada pembusukan kecoklatan
sekitar
sayatan
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Penetrometer:
Permukaan
1,4 mm
sedikit
Tangan:
mulus, Kuning
5 62 gr sangat
terdapat kecoklatan
lembek pada
bercak
bagian
kecoklatan
sayatan

Tabel 3. Pengamatan pada jeruk sambal


No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Penetrometer:
0,4 mm
Mulus dan Hijau
0 9 gr Tangan:
berbintik kekuningan
sedikit
lembek
Penetrometer:
0,2 mm
Mulus dan Hijau
1 7 gr Tangan:
Jeruk Buah utuh berbintik kekuningan
sedikit
1 sambal tanpa
lembek
1 dibungkus
Penetrometer:
0,2 mm Penyok/menuju Hijau
4 6 gr
Tangan: kebusukan kehitaman
lembek
Penetrometer
0,2 Busuk Hijau
5 6 gr
Tangan : mengkerut kehitaman
penyok
Penetrometer:
0,2 mm
Mulus dan Hijau
0 7 gr Tangan:
berbintik kekuningan
sedikit
lembek
Penetrometer:
0,2 mm
Mulus dan Hijau
Buah 1 7 gr Tangan:
Jeruk berbintik kekuningan
dilukai sedikit
2 sambal
tanpa lembek
2
dibungkus Penetrometer:
Penyok/
0,2 mm Hijau
4 6 gr menuju
Tangan: kehitaman
pembusukan
lembek
Penetrometer:
0,1 mm Busuk
5 5 gr Hitam
Tangan: mengkerut
penyok
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Penetrometer:
0,1
Mulus dan Hijau
0 10 gr Tangan:
berbintik kekuningan
sedikit
lembek
Penetrometer:
0,4 mm
Mulus dan Hijau
3 1 10 gr Tangan:
Buah utuh berbintik kekuningan
Jeruk sedikit
dibungkus
sambal lembek
dengan
3 Penetrometer:
plastik
1 mm
Mulus dan
4 9 gr Tangan: Hijau
berbintik
sedikit
lembek
Penetrometer;
0,3 mm Mulus dan Hijau
5 9 gr
Tangan: berbintik kekuningan
lembek
Penetrometer:
0,4 mm
Mulus dan Hijau
0 8 gr Tangan:
berbintik kekuningan
sedikit
lembek
Penetrometer:
0,3 mm
Mulus dan Hijau
Buah 1 8 gr Tangan:
berbintik kekuningan
Jeruk dilukai sedikit
4 sambal dibungkus lembek
4 dengan Penetrometer:
plastik 0,3 mm Mulus dan Hijau
4 7 gr
Tangan: berbintik kekuningan
lembek
Penetrometer:
0,3 Mulus dan
Hijau
5 6 gr Tangan: mengerut dan
kekuningan
lembek agak membusuk
penyok

Tabel 4. Pengamatan pada tomat


No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
0 41 gr Lembek Kurang baik Orange kemerahan
Buah utuh 1 39 gr Lembek Kurang baik Orange
Tomat
1 tanpa 4 34 gr Lembek Membusuk Orange
1
dibungkus Sangat
5 33 gr Membusuk Orange kecoklatan
lembek
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
0 35 gr Lembek Kurang baik Orange kemerahan
Buah
1 33 gr Lembek Kurang baik Orange
Tomat dilukai
2 4 28 gr Lembek Membusuk Orange
2 tanpa
Sangat
dibungkus 5 26 gr Membusuk Orange kecoklatan
lembek
0 49 gr Lembek Kurang baik Orange kemerahan
Buah utuh
1 48 gr Lembek Kurang baik Orange
Tomat dibungkus
3 4 45 gr Lembek Membusuk Orange
3 dengan
Sangat
plastik 5 41 gr Membusuk Orange kecoklatan
lembek
Buah 0 34 gr Lembek Kurang baik Orange kemerahan
dilukai 1 31 gr Lembek Kurang baik Orange
Tomat
4 dibungkus 4 29 gr Lembek Membusuk Orange
4
dengan Sangat
5 21 gr Membusuk Orange kecoklatan
plastik lembek

Tabel 5. Pengamatan pada buah pisang


No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
Lembut
0 41 gr Sangat baik Kuning
/0,3 mm
Lembut/0,3 Kuning
Buah utuh 1 39 gr Baik
Pisang mm kecoklatan
1 tanpa
1 Lembut/0,3
dibungkus 4 33 gr Buruk Kuning kehitaman
mm
Lembek/0,2 Sangat
5 28 gr Kehitaman
mm buruk
Lembut/0,1
0 39 gr Sangat baik Kuning
mm
Buah Lembut/0,1 Kuning
1 37 gr Baik
Pisang dilukai mm kecoklatan
2
2 tanpa Lembut/0,1
4 29 gr Buruk Kuning kehitaman
dibungkus mm
Lembek/0,1 Sangat
5 24 gr Kehitaman
mm buruk
Lembut/0,2
0 42 gr Sangat baik Kuning
mm
Buah utuh Lembut/0,2 Kuning
1 42 gr Baik
Pisang dibungkus mm kecoklatan
3
3 dengan Lembut 0,1 Kuning
4 41 gr Buruk
plastik mm kecoklatan
Lembut 0,2 Sangat
5 41 gr Kehitaman
mm buruk
Pisang Buah Lembut/
4 0 41 gr Sangat baik Kuning
4 dilukai 0,1 mm
No Sampel Perlakuan Hari Berat Tekstur Kenampakan Warna
dibungkus Lembut/ Kuning
1 40 gr Baik
dengan 0,1 mm kecoklatan
plastik Lembut/
4 39 gr Buruk Kuning kehitaman
0,1 mm
Lembut/ Sangat
5 38 gr Kehitaman
0,1 mm buruk

4.2 Pembahasan
4.2.3 Pengamatan pada mentimun
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1, terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada berat dan tekstur buah mentimun seiring dengan
waktu pada keempat perlakuan tersebut. Pada sampel 1 dan 2 yang tidak dibungkus,
terlihat bahwa setelah hari ke-3 terjadi penurunan kualitas buah dengan munculnya
tanda-tanda layu pada ujung buah. Hal ini disebabkan oleh kehilangan kadar air
yang cukup besar dari dalam buah. Pada sampel 2 yang dilukai, terlihat bahwa buah
mengalami pembusukan lebih cepat karena luka pada kulit buah menjadi pintu
masuk bagi mikroorganisme patogen.
Sementara itu, pada sampel 3 dan 4 yang dibungkus dengan plastik, terlihat
bahwa kualitas buah tetap terjaga dengan baik hingga hari ke-5. Hal ini disebabkan
oleh adanya penghambat aliran oksigen dari luar yang dapat menghambat
kehilangan kadar air dari dalam buah. Namun, pada sampel 4 yang dilukai terlihat
bahwa meskipun dibungkus dengan plastik, buah tetap mengalami pembusukan
karena luka pada kulit buah menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme patogen.

4.2.2 Pengamatan pada kedondong


Pengamatan terhadap buah kedondong didapatkan hasil pengamatan yang
menunjukkan bahwa kedondong termasuk dalam buah klimaterik yang memiliki
kemampuan untuk matang setelah dipetik. Hal ini terlihat dari perubahan berat,
tekstur, kenampakan, dan warna buah pada setiap hari 0 sampai hari ke 5
pengamatan.
Pada kedondong yang tidak dibungkus atau dilukai, terjadi perubahan berat
yang menurun setiap hari pengamatan. Hal ini disebabkan oleh proses respirasi dan
penguapan air pada buah yang matang. Selain itu, terjadi perubahan tekstur dari
lembut menjadi lembek atau bahkan membusuk pada hari keempat dan kelima.
Kenampakan buah juga berubah dari tidak terbuka lebar pada sayatan menjadi
semakin terbuka lebar. Sedangkan warna buah mengalami perubahan dari hijau
kekuningan menjadi kuning kecoklatan atau bahkan coklat kehitaman.
Sementara pada kedondong yang dibungkus dengan plastik, terjadi
penurunan berat yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dibungkus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sirkulasi udara di dalam plastik
sehingga proses respirasi dan penguapan air tidak berjalan dengan optimal. Selain
itu, terjadi pertumbuhan jamur dan pembusukan pada hari pertama pengamatan
yang kemudian semakin parah pada hari keempat dan kelima. Kenampakan buah
juga berubah menjadi tidak rata dan terdapat banyak bercak coklat kehitaman.
Warna buah juga mengalami perubahan menjadi coklat kehitaman yang
menunjukkan bahwa buah sudah sangat busuk.

4.2.3 Pengamatan pada jeruk sambal


Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, didapatkan bahwa jeruk
sambal termasuk dalam buah klimaterik yang memiliki kemampuan untuk matang
setelah dipetik. Hal ini terlihat dari perubahan berat, tekstur, kenampakan, dan
warna buah pada setiap hari pengamatan.
Pada jeruk sambal yang tidak dibungkus atau dilukai, terjadi perubahan
berat yang menurun setiap hari pengamatan. Hal ini disebabkan oleh proses
respirasi dan penguapan air pada buah yang matang. Selain itu, terjadi perubahan
tekstur dari sedikit lembek pada hari pertama menjadi lembek atau bahkan
membusuk pada hari keempat dan kelima. Kenampakan buah juga berubah dari
mulus dan berbintik menjadi penyok/menuju kebusukan pada hari keempat dan
penyok/busuk mengerut pada hari kelima. Sedangkan warna buah mengalami
perubahan dari hijau kekuningan menjadi hijau kehitaman atau bahkan hitam.
Sementara itu, pada jeruk sambal yang dibungkus dengan plastik, terjadi
penurunan berat yang lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dibungkus. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya sirkulasi udara di dalam plastik sehingga proses
respirasi dan penguapan air tidak berjalan dengan optimal. Selain itu, terjadi
pertumbuhan jamur dan pembusukan pada hari pertama pengamatan yang
kemudian semakin parah pada hari keempat dan kelima. Kenampakan buah juga
berubah menjadi tidak rata dan terdapat banyak bercak-bercak hijau. Warna buah
juga mengalami perubahan menjadi hijau pada hari keempat dan hijau kekuningan
pada hari kelima.

4.2.4 Pengamatan pada tomat


Dari hasil pengamatan pada tomat, dapat dilihat bahwa tomat termasuk
dalam kategori buah klimaterik karena mengalami perubahan berat, tekstur, dan
warna selama masa pematangan. Pada hari ke-0, tomat memiliki berat yang relatif
sama di setiap sampel perlakuan. Namun, pada hari ke-1, terjadi penurunan berat
pada semua sampel perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya proses pematangan
yang terjadi pada tomat. Selain itu, terlihat juga perubahan tekstur pada tomat dari
lembek menjadi sangat lembek saat mencapai masa pematangan. Hal ini disebabkan
oleh produksi gas etilen yang mempercepat proses pematangan pada buah
klimaterik. Warna tomat juga berubah dari orange kemerahan menjadi orange
kecokelatan saat mencapai masa pematangan. Namun, terdapat juga beberapa
sampel perlakuan yang mengalami kelayuan atau pembusukan pada hari ke-4 dan
ke-5. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti suhu penyimpanan yang
tidak sesuai, kerusakan pada saat panen atau transportasi, serta infeksi oleh
mikroorganisme. Dari perlakuan tersebut juga , dapat dilihat bahwa tomat yang
tidak dibungkus atau dilukai tanpa dibungkus mengalami kelayuan dan
pembusukan lebih. cepat dibandingkan dengan tomat yang dibungkus dengan
plastik. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan fisik dari udara dan cahaya dapat
membantu mempertahankan kualitas dan produktivitas tomat setelah pemanenan.
Namun, dilukainya tomat juga mempercepat proses kelayuan dan pembusukan,
bahkan jika dibungkus dengan plastik. Oleh karena itu, selain perlindungan fisik,
perawatan yang baik seperti penyimpanan pada suhu yang tepat dan penghindaran
kerusakan pada saat panen juga sangat penting dalam menjaga kualitas dan
produktivitas tomat setelah pemanenan.
4.2.5 Pengamatan pada buah pisang
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa buah
pisang pada perlakuan buah utuh tanpa dibungkus, buah dilukai tanpa dibungkus,
buah utuh dibungkus dan buah dilukai dibungkus dengan plastik. Pada buah yang
diberikan semua perlakuan tersebut bahwa setelah pengamatan dari hari 0 sampai
hari ke 5 menunjukkan yaitu perubahan bobot pada pisang masing-masing
perlakuan menunjukkan adanya perubahan berat buah pisang yang semakin
menurun, perubahan warna juga terjadi pada buah pisang yang yang mulanya
berwarna kuning menjadi kehitaman, serta kenampakan buah pisang dari yang baik
sampai yang sangat buruk dan tekstur buah semakin lembut.
Pada pisang tidak dibungkus dilukai, terlihat bahwa setelah hari ke-4 terjadi
penurunan kualitas buah dengan munculnya tanda-tanda pembusukan seperti
penyok, mengerut, dan berubah warna menjadi kehitaman atau hitam. Hal ini
disebabkan oleh adanya infeksi dari mikroorganisme patogen yang masuk melalui
luka atau celah pada kulit buah.
Sementara itu, buah pisang utuh yang dibungkus dengan plastik, terlihat
bahwa buah mengalami pembusukan pada hari ke- 4 dan ke-5. Hal ini disebabkan
ketika penutupan dengan plastik tidak benar yang membuat ada celah untuk
mikroorganisme dan udara yang masuk kedam plastik sehingga pisang mengalami
pembusukan. Terlihat juga, pada perlakuan 4 buah pisang yang dilukai bahwa
meskipun dibungkus dengan plastik, buah tetap mengalami pembusukan karena
luka pada kulit buah menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme patogen.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa buah klimaterik
memiliki kemampuan untuk matang setelah dipanen, sedangkan buah non
klimaterik tidak memiliki kemampuan tersebut. Penyebab kelayuan pada komoditi
hasil pertanian/perkebunan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur
panen yang sudah tua, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau penggunaan
teknik penyimpanan yang tidak tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan
dan penanganan yang baik pada komoditi hasil pertanian/perkebunan agar tidak
mengalami kelayuan dan tetap memiliki kualitas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arti, I. M. dan Manurung, A. N. H. 2018 Pengaruh Etilen Apel Dan Daun Mangga
Pada Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Formatypia).
Jurnal Pertanian Pangan Persisi, Vol. 2(2).
Kurniawan, T. W. Dan Deglas, W. 2022. Pengaruh Etilen Pada Buah Pepaya
Terhadap Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca. L). Jurnal
Pertanian Dan Pangan, Vol. 4(1).
Mubarak, M. Z., Lailiyyah, H., Wahyuni, D. P., Aini, M., Rahayu. dan Dewi, S. K.
2021. Pengaruh Cara Pemeraman Terhadap Pematangan Buah Pisang Dan
Nanas. Universitas Negeri Padang.
Wulandari, D. dan Ambarwati, E. 2022. Laju Respirasi Buah Tomat (Lycopersicum
Esculentum Mill) Yang Dilapisi Dengan Kitosan Selama penyimpanan.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perlakuan percobaan praktikum bahan dan alat


Lampiran 2. Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai