Oleh:
Kelompok 3
Faizal Adi Nugroho (A24160100)
Oryza Winda (A24160101)
Morinta Arobina Br Sembiring (A24160103)
Ratna Kartika Putri (A24160114)
Dimas Agung Pangestu (A24160123)
Yoan Kargy Hakim (A24160133)
Asisten:
Ika Nurmalita A24150178
Siti Dewi Rindiyani A24150154
Dosen
Juang Gema Kartika, S.P., M.Si.
Latar Belakang
Tujuan
Metode Kerja
Degreening
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum degreening adalah
menyiapkan aquades dan larutan ethepon masing-masing sebanyak 1 liter ke dalam
bak plastik. Ethepon dilarutkan dalam aquades dengan konsentrasi 20 ppm. Buah
pisang yang telah tersedia dimasukkan kedalam aquades atau larutan ethepon
hingga seluruh permukaan pisang terbasahi oleh larutan. Buah pisang yang telah
direndam beberapa saat, kemudian dikeringanginkan dan ditimbang. Buah pisang
diamati dan diberi tanda apabila terdapat memar pada kulit pisang yang telah ada
sejak sebelum perlakuan perendaman. Buah pisang siap untuk disimpan dan diamati
pada hari ke-3 dan hari ke-7 setelah perlakuan untuk mengamati perubahan yang
terjadi.
Chilling Injury
Praktikum chilling injury menggunakan mentimun, terung dan buncis yang
masih bagus dan tidak cacat. Bahan-bahan yang telah tersedia diberikan perlakuan
dibungkus menggunakan koran dan tanpa pembungkus serta sisakan masing-
masing 1 buah untuk pengamatan pada hari ke-0. Bahan-bahan yang telah
dibungkus koran kemudian disimpan dalam lemari pendingin (suhu 3-50C).
Pengamatan terhadap bahan yang disimpan dalam lemari pendingin dilakukan pada
4 dan 7 hari setelah simpan untuk mengamati adanya chilling injury pada buah.
HASIL
Degreening
Tabel 1. Pengamatan fisik degreening buah pisang
Perlakuan
Ciri-Ciri
Ethepon+Aquades Aquades
Perubahan warna Lebih hitam/gelap Kuning kehitaman
Aroma wangi wangi
Rasa Lebih manis manis
kekerasan lebih lunak lunak
Tabel 2. Perubahan bobot pisang
Bobot Pisang (KG)
Perlakuan
H0 H3 H7
Ethepon+Aquades 0,376 0,332 0,287
Aquades 0,393 0,348 0,303
Chiling Injury
Tabel 3. Pengaruh Chilling Injury perlakuan kontrol
Komoditas Ciri-ciri Kontrol
H0 H3 H7
Warna Hijau segar Hijau agak Hijau kekuningan
kusam
Rongga Tidak ada Ada Ada
dalam
buah
Buncis
Kulit buah Tidak ada Tidak ada Tidak ada kerutan
kerutan kerutan
Bercak di Tidak ada Tidak ada Tidak ada
permukaan
kulit
Warna Ungu Ungu Ungu kusam
kusam
Rongga Tidak ada Tidak ada Ada
dalam
buah
Terong Kulit buah Tidak ada Ada Ada
kerutan
Tekstur Keras Lunak Lunak
buah
Tangkai Hijau Hijau agak Hijau agak kusam
buah kusam
Warna Putih dengan Putih Putih dengan ujung
ujung hijau dengan hijau
ujung hijau
Rongga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dalam
Timun
buah
Kulit buah Tidak ada Tidak ada Tidak ada kerutan
kerutan kerutan
Tekstur Keras Keras Keras
buah
Tabel 4. Pengaruh Chilling Injury perlakuan suhu rendah tanpa dibungkus
Komoditas Ciri-ciri Suhu dingin tanpa dibungkus
H0 H3 H7
Warna Hijau Hijau Hijau
Rongga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dalam
buah
Buncis Kulit buah Tidak ada Ada kerutan Ada kerutan
kerutan
Bercak di Tidak ada Ada Ada
permukaan
kulit
Warna Ungu Ungu Ungu
Rongga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dalam
buah
Kulit buah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Terong
kerutan
Tekstur Keras Keras Keras
buah
Tangkai Hijau Hijau Coklat
buah kecoklatan
Warna Putih dengan Putih Putih dengan ujung
ujung hijau dengan hijau
ujung hijau
Rongga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dalam
Timun
buah
Kulit buah Tidak ada Ada kerutan Ada kerutan
kerutan
Tekstur Keras Lunak (++) Lunak (++)
buah
PEMBAHASAN
Pemberian zat ethepon pada buah pisang memiliki ciri fisik yang berbeda
dengan yang tidak diberi ethepon. Pemberian zat ethepon mengakibatkan
perubahan warna kulit buah. kulit buah yang mengandung klorofil akan mengalami
degradasi sehingga terjadi perubahann kulit dari warna hijau menjadi kuning.
Perubahan ini disebabkan terurainya klorofil dan munculnya karotenoid (Hakim et
al. 2012). Berdasarkan tabel 1 maka buah yang diberi perlakuan ethepon memiliki
warna lebih gelap dibandingkan dengan buah yang tidak diberi ethepon. Warna
buah akan semakin menghitam dan membusuk jika disimpan semakin lama.
Pemberian ethepon juga mempengaruhi rasa manis buah. Ethepon memberikan
pengaruh positif terhadap peningkatan total gula pisang. Hal ini karena cepatnya
pematangan yang dipicu oleh meningkatnya etilen dalam buah sehingga ketika
kematangn meningkat, kandungan total gula akan meningkat karena pati terurai
menjadi glukosa dan fruktosa (Mohapatra et al. 2010). Pemberian ethepon juga
berpengaruh terhadap aroma yang keluar dari buah pisang. Buah yang diberi
ethepon memiliki aroma yang lebih wangi. Menurut Murtadha et al. (2012)
pemberian ethepon menyebabkan peningkatan nilai aroma pisang, dimana
peningkatan nilai aroma pada buah pisang dengan semakin meningkatnya
kematangan buah disebabkan karena meningkatnya komponen volatil selama
pemasakan, dan ini terjadi hingga kulit buah mengalami pencoklatan. Buah yang di
beri ethepon memiliki tingkat kekerasan yang berkurang atau lebih lunak
dibandingkan dengan buah yang tidak diberi ethepon. Menurut Pantastico (1993)
Selama proses pematangan terjadi pelunakan daging buah yang disebabkan oleh
pembongkaran protopektin yang tidak larut menjadi asam pekat dan pektin yang
bersifat larut. Proses perombakan ini dikatalis oleh enzim-enzim metil esterase,
poligalakturonase, selulase, dan hemiselulase yang terdapat pada buah pisang.
Selain itu meningkatnya kadar air akibat proses pematangan menyebabkan tekstur
pisang melunak
Perubahan bobot buah pisang dengan perlakuan pemberian zat ethepon dan
tanpa zat ethepon menunjukkan perubahan yang signifikan selama disimpan di suhu
ruang. Perubahan susut buah dengan perlakuan zat ethepon lebih besar
dibandingkan dengan susut buah tanpa pemberian zat ethepon. Hal ini dibuktikan
dengan bobot akhir pisang dengan perlakuan ethepon sebesar 0,287 kg sedangkan
bobot akhir pisang tanpa pemberian ethepon sebesar 0,303 kg.
0.5
Bobot Pisang (Kg)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
H0 H3 H7
Hari ke-
Ethepon Aquades
DAFTAR PUSTAKA
Boyer R, McKinney J. 2013. Food storage guidelines for consumers. Virginia Tech.
1-12.
Darsana, L, Wartoyo dan T. Wahyuti. 2003. Pengaruh saat panen dan suhu
penyimpanan terhadap umur simpan dan kualitas mentimun Jepang.
(Cucumis sativus L.). Agrosains 5 (1)
Ginting, R.R., S., S. Heddy. 2015. Efikasi zat pengatur tumbuh etefon untuk
mempercepat pemasakan buah melon (Cucumis melo L.). Jurnal
Produksi Tanaman. 3(3): 189-194.
Hakim, M.A., A.K.O. Hug, M.A. Alam, A. Khatib, B.K. Saha, K.M.F. Haque,
I.S.M. Zaidul. 2012. Role of health hazardous ethephone in nutritive
values of selected pineapple, banana and tomato. Journal ofn food
Agriculture and Environment.10(2): 247-251.
Mohapatra, D. Mishra, S. Sutar, N. 2010. Banana and its by-product utilisation: an
overview. Journal of Scientific & Industrial Research. 69(5): 323-329.
Muhtadi, D., B. Anjarsari. 1995. Meningkatkan nilai tambah komoditas sayuran.
Prosiding Seminar Nasional Komoditas Sayuran. Bogor 1995.
Murthada, A., E. Julianti, I. Suhadi. 2012. Pengaruh jenis pemacu pematangan
terhadap mutu pisang barangan (Musa Paradisiaca L.). J. Rekayasa
Pangan dan Pert. 1(1): 47-56.
Pantastico, E.R., B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan
Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika.
Yogyakarta. UGM Press. ID
Purwanto, Y.A., S. Osheita, Y. Kawagoe. 2012. Indikasi kerusakan dingin pada
mentimun jepang (cucumis sativus L.) berdasarkan perubahan ion
leakage dan ph. J. Keteknikan Pertanian. 26(1): 33-37.
Ridhyanty, S.P., E. Julianty, L.M. Lubis. 2015. Pengaruh pemberian ethepon
sebagai bahan perangsang pematangan terhadap mutu buah pisang
barangan (Musa paradisiaca L.). J.Rekayasa Pangan dan Pert. 3(1): 1-
13.
Salveit, M.E. L.L. Morris. 1990. Overview of chilling injury of horticulture crops.
CRC Press, Boca Raton, FL. Pp. 33-15.
Winarno, F.G. 2002. Fisiologi lepads Panen produk Hortikultura. Bogor. M.Brio
Press. ID