LP Candra Sehat Jiwa Bayi
LP Candra Sehat Jiwa Bayi
KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI
Disusun Oleh :
2007.14901.292
MALANG
2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat
merangkak atau meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau
pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain. (Desmita : 2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi
Menurut Erik Erikson (1963) dalam Anne dkk (2016) perkembangan
psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial
memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang
tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap perkembangan psikososial
yang dilalui bayi hanya ada satu yaitu sebagai berikut :
o Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa
percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan.
Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar maka ia mutlak tergantung
dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan
merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan
dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
2
c. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak fisiologis dan
perilaku yang tampak sekaligus. Emosi pun diklasifikasi menjadi dua yaitu,
afektifitas positif (antusiasme, kegembiraan, kesabaran, dan ketenangan) dan
afektifitas negatif (kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan).
Sedangkan, yang dinamakan dengan emosionalitas pada perangai bayi adalah
kecenderungan untuk mengalami kesulitan (distressed). (Desmita : 2011).
Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-peranan tertentu,
seperti, media untuk penyesuaian diri dan mempertahankan kelangsungan
hidup (adaptation & survival). Emosi pun memiliki fungsi sebagai media
pengaturan diri (regulation).Dan juga berfungsi sebagai media komunikasi.
(Desmita : 2011).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap
stimulus yang kuat. Keterangsangan berlebih-lebihan tampak dalam aktivitas
yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meski begitu, reaksi emosional pada bayi
yang masih dalam periode neo natal, kurang spesifik, karena hanya
menampakan reaksi terhadap kesenangan dan ketidak senangan. Seiring
pertambahan usianya, ekspresi emosional bayi sekitar satu tahun, telah
menyerupai ekspresi yang ditampakkan oleh orang dewasa. (Desmita : 2011).
Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan
tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang terpenting untuk
mengembangkan komunikasi bayi tersebut. (Desmita : 2011).
2. Perkembangan Emosi Bayi:
3
d. Perkembangan Temperamen
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang menyelubungi
seseorang secara umum, yang dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan
pola-pola khusus reaksi emosional, perubahan suasana hati, dan tingkat
kepekaan yang dihasilkan rangsangan. Temperamen juga bisa dilihat sebagai
reaksi seseorang terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya
diperoleh seseorang melalui orang tuanya dengan cara diturunkan, juga
dipengaruhi lingkungan sekitar. Perbedaan kualitas dan intensitas respons
emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang
terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada
semua situasi yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan,
dan pengalaman. (Aziz Alimul Hidayat : 2014).
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan mulutnya
tanpa henti-hentinya, tetapi bayi lain terlihat sangat tenang. Sebagian bayi
merespons dengan hangat kepada orang lain cerewet, rewel dan susah diatur.
Semua gaya perilaku ini merupakan tempramen seorang bayi. (Aziz Alimul
Hidayat : 2014).
e. Tahap Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J.
Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan
anak. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai
bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan
kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby,
pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi
dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu
katerikatan. (Aziz Alimul Hidayat : 2014).
Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai berikut :
a) Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan)
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang dengan
atau menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.
b) Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan)
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum
pada orang yang lebih dikenal.
4
c) Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama
lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan
menangis ketika berpisah dengannya.
d) Tahap Goal-Coordination Partenerships (24- seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama,
bayi tidak merasa sedih selama berpisah dengan ibunya atau pengasuh
pertamanya dalam jangka waktu yang lama. (Aziz Alimul Hidayat : 2014).
3. Perkembangan Rasa Percaya
Menurut Erik Erikson (1968) dalam Anne & dkk (2015) pada tahun pertama
(bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa
percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa
percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya
dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya
tersebut banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang
aman (secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama
kehidupan saja. Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan
selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki
sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu
yang banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang
dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini, anak mengatasi rasa tidak percaya
sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa
percaya pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang
mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson
menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa
malu dan ragu-ragu. (Aziz Alimul Hidayat : 2014).
Deteksi Dini
Pengertian :
5
Fungsi :
Faktor genetik
Faktor lingkungan
- Post natal :
DETEKSI DINI
Pertumbuhan
BB
TB
Lingkar Kepala, lingkar lengan, lipat kulit
Penglihatan
Pendengaran
Perkembangan :Adalah tingkat perkembangan yg harus dicapai anak pada umur
tertentu. Istilah psikologi : tugas Perkembangan.
6
A. Motorik kasar
o Lahir – 3 bulan :
o Usia 3- 4 bulan:
o Usia 6 – 9 bulan :
- Merangkak
- berdiri sendiri tanpa dibantu
- dapat berjalan dengan dituntun
B. Motorik halus
Milestone motorik halus :
o Lahir – 3 bulan :
- mengikuti obyek dengan matanya
- menahan barang yang dipegangnya
o Usia 3- 6 bulan:
- menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya
- belajar meraih benda dalam dan di luar jangkauannya
- menaruh benda di mulut
o Usia 6 – 9 bulan :
- memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
7
- memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
- bergembira dengan melempar benda-benda
o Usia 9-12 bulan:
- Ingin menyentuh apa saja
- dan memasukkan benda ke mulut
C. Bahasa/Kognitif
Milestone Bahasa/Kognitif :
o Lahir – 3 bulan :
- mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh (cooing)
o Usia 3-6 bulan:
- Tertawa dan menjerit gembira bila diajak main
o Usia 6 – 9 bulan :
- mengeluarkan kata-kata tanpa arti (bubbling), da-da, ta-ta
o Usia 9-12 bulan :
- menirukan suara
- dapat mengulang bunyi yg didengarnya
- belajar menyatakan satu atau dua kata
D. Sosial
Milestone Sosial :
E. Emosi
Milestone Emosi :
o Lahir – 3 bulan :
0-3 bulan
Motorik kasar:
o latihan mengangkatkepala
o berguling-guling
o menahan kepalategak
Motorik halus;
o Mainangantungan
o Memperhatikan bendabergerak
o Jatuhkan bendakecil
o Letakkan benda kecil di tangan bayi(latihan megang danrasa/raba)
Bahasa/Kognitif :
o Berbicara
o Menirukan Bunyi ocehan bayi
o Dengarkan berbagai bunyian (TV<Hp, kerincingan)
Sosial :
o Rasa aman dan kasih sayang (pelukan)
o Sering tersenyum
o Mengamati sekitar
o Mengayun dan meninabobo
3-6 bulan
Motorik kasar:
o Balikkan bayi dari posisi telentangke telungkup
o Angkat pada posisi ketiak,turunkan hingga kaki menyentuhmeja
o mengembangkan kontrol kepala (tarikke posisi duduk dr posisitelentang)
o Bantududuk
Motorik halus:
o Letakkan mainan yg berayun atau bergerak di tempat tidur bayi
9
o Ajak merasakan berbagai bentuk permukaan
o Memegang, memakai kedua tanagn
o Makan sendiri
o Mengambil benda kecil
Bahasa/Kognitif:
o Bicaralah sering, latih mendengar berbagai suara
o mencari sumber suara
o menirukan pembicaraan
Sosial :
o Tenangkan dan bujuk ketika rewel
o Senyum dan sering bicara
o Permainan ciluk-ba
o Melihat di kaca
o Berusaha meraih mainan
6-9 bulan
MotorikKasar:
o Angkat bayi ke posisiberdiri
o Bantu duduksendiri
o Berjalan untuk mencapaisesuatu
o Berjalan dgbantuan
o Merangkak
Motorik halus :
o Dorong makan sendiri
o Usahakan mau memakai kedua tangan untuk mengambil benda
o Memasukkan benda ke wadah
o Bermain genderang
o Mencoret-coret
o Membuat bunyi-bunyian
o Menyembunyikan dan mencari mainan
Bicara/kognitif :
o Bicaralah yg sering, tirukan suara bayi, kenalkan berbagai jenis suara dan
bantu temukan sumber suara
o Buku bergambar
Sosial :
o Bermain cilukba. Lihat di kaca
o Ajak dalam permainan bersama anda
10
9-12 bulan
Motorik Kasar:
o Bantu berjalan, mengambil mainandi luarjangkauan
o Bermainbola
o Membungkuk
o Memanjattangga
Motorik halus:
o Memasukkan benda kecil ke wadah
o Menyusun balok/mainan
o Menggambar
Sosial
o main bersama bayi
o Minum dr cangkir
o makan bersama anggota keluarga
o Mendapatkan mainan yg tak terjangkau
Bahasa/kognitif :
o Melihat buku
o Menirukan kata-kata
o Boneka
o Bersenandung dan bernyanyi
11
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT MENTAL
PADA INFANT
.
A. Tahap Bayi (Basic TrustVs Miss Trust)
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi.
2. Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant
3. Intervensi
Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada
bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami
masalah kesehatan atau sakit.
12
Intervensi Spesialis
Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
13
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, A. 2013. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT
Refika Aditama
Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika
14