Anda di halaman 1dari 28

RETORIKA DIALOGIKA

Penyusun:
1.Nur Muhammad Rois (B91219117)
2.Nurul Hidayah (B91219118)

Dosen Pengampu :

Dr. H.Ahmad Sunarto AS, MEI

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam Atas rahmat, taufik dan hidayahnya
lah kami dapat merampung makalah ini yang Alhamdulillah sudah ditangan pembaca.
Kata terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan
mahasiswi, atas bantuan dan partisipasinya untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun
isi makalah ini tentang Retorika Dialogika.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para rekan-rekan
sesama mahasiswa dan mahasiswi dalam proses perkuliahan untuk membantu
mahasiswa(i) dalam mencari informasi yang relavan dan aktual serta menambah dan
memperluas wawasan kita.
Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam proses penulisan
makalah ini banyak kekurangan disana dan disini. Pikiran kritis dan sumbang saran
sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini.

ii
Daftar Isi

Cover...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Dialogika................................................................................................................2
B. Jenis-jenis Retorika Dialogika...............................................................................2
C. Sarana-Sarana Dialogika......................................................................................15
BAB IV........................................................................................................................24
PENUTUP....................................................................................................................24
A. Kesimpulan.......................................................................................................24
B. Saran..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat
terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog,
dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses
pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab,
perundingan, percakapan dan debat.
Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan
praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika
spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan
bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang).
Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok
yang lebih besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dialogika?
2. Apa saja jenis-jenis dialogika dalam retorika?
3. Apa saja sarana sarana dalam dialogika?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami memiliki tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan dialogika.
2. Dapat menentukan jenis retorika yang termasuk kedalam dialogika.
3. Dapat mengetahui sarana sarana dalam dialogika
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dialogika
Dialogiaka adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua
orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan.
Bentuk-bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan,
percakapan dan debat.
B. Jenis-jenis Retorika Dialogika

1.Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu “Discutere”, yang berarti membeberkan
masalah. Dalam arti luas, diskusi berati memberikan jawaban atas pertanyaan
serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini, orang mengeluarkan titik
tolak pendapatnya, menjelaskan hubungan antar masalah. Sedang dalam arti
sempit diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok
kecil atau kelompok besar.
a. Bentuk-bentuk diskus
Bentuk-bentuk dialog atau diskusi sebearnya ditentukan lebih tepat oleh
tujuan dan isi diskusi. Selanjutnya bentuk itu juga menentukn fungsi dari
pemimpin diskusi atau para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi.
Pembagian diskusi dalam uraian ini berdasarkan tujuan, isi, dan para
peserta.
1. Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan di bawah
bimbingan seorang ahli. Hal ini berfungsi untuk menghindarkan
kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa
para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tepat,
padat, dan efektif.
2. Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah dari seorang wakil
kelompok dan pendapat. Dalam diskusi podium, masalah-masalh yang
bersifat umum dijelaskan secara terbuka.
3. Forum Diskusi

2
Forum diskusi merupakan bentuk yang sering digunakan dalam diskusi
politik. Forum diskusi sebenarnya merupakan perpaduan dari beberapa
dialog. Dalam pencaturan politik para pemimpin partai sering
melakukan forum diskusi secara terbuka kepada para pendengar atau
pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan partai.
4. Diskusi kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atau suatu masalah yang
kongkret atau suatu situasi kongkret yang mengandung berbagai
kemungkinan jalan keluar untuk mencapai jalan keluar yang tepat.
Demi kelancarannya dapat diundang seorang ahli atau yang
mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.
b. Persiapan Diskusi
Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan:
1. Persiapan Bahan
Persiapan bahan atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan
membatasi tujuan diskusi. Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan
pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mengandung isi
konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi perlu
juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi
dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting,
sebaiknya mengundang seorang ahli.
Kepada para peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi,
diberikan informasi pada waktu mengenai bahan diskusi, sehingga
mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para peserta
dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang
disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema,
tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.
Sejak awal hendaknya dipastikan ahli atau pakar dan jenis
kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil bagian
dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun
tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan
kelompok yang besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul
karena kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat

3
tidak dapat tejadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi
pendengar yang pasif.
Jauh sebelumnya hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk
tentang tujuan diskusi, peranannya dalam diskusi dan diberi informasi
secukupnya mengenai jenis, tingkatan pendidikan dan harapan para
peserta diskusi. Dengan ini dia dapat menyiapkan bahan yang sesuai
dengan situasi dan harapan para peserta.
2. Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan
aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek-aspek ini sangat
menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah yang tidak
lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan
seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada
jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak
jumlahnya. Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat
duduk yang berbentuk lingkaran.
Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung
antara pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang
terbatas. Bentuk lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua
peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam lingkaran, memiliki
tingkat dan hak yang sama.
3. Pemimpin Diskusi
Di bawah ini diberikan beberapa norma yang dapat diubah sesuai
dengan kebutuhan:
a. Pemimpin diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi
tertentu tugas ini dapat diserahkan kepada orang lain yang dianggap
mampu.
b. Pemimpin membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh
berbicara tanpa melalui pemimpin. Ketenangan selama diskusi
menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
c. Giliran berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat
tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan
pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat.

4
d. Pemimpin juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang
berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus diperingatkan atau
distop.
e. Selama diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus
mengubah tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya secara
tuntas.
f. Penceramah dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau
penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus diberi kesempetan.
g. Pemimpin harus menjaga agar diskusi hanya berkisar pada masalah,
tidak boleh ada argumentatio ad hominem. Bila ada peserta yang
berbicara menyimpang dari tema, maka dia harus memperingatkan
atau membatasi. Apabila peringatan itu tidak diperhatikan, maka dia
dapat menghentikan pembicaraannya.
h. Apabila diskusi berkembang menjadi pertentangan yang hebat,
maka pemimpin dapat mengehentikannya. Tidak semua orang yang
mengangkat tangan harus diberi kesempatan untuk berbicara. Oleh
karena itu, sebaiknya sejak awal sudah ditetapkan kapan diskusi
harus ditutup.
i. Pada akhir diskusi, setelah penceramah menyampaikan kata-kata
penutup, pemimpin dapat merangkumkan hasil diskusi lalu dapat
menutup pertemuan.
4. Proses Diskusi
Setiap diskusi pada umumnya melewati fase-fase seperti di bawah ini
a. Fase 1: perkenalan dan ucapan selamat datan
b. Fase 2: pengantar ke dalam diskusi, pembatasan masalah, dan
rumusan tujuan/sasaran
c. Fase 3: menciptakan situasi paling percaya.
d. Fase 4: penjelasan mengenai jalannya diskusi.
e. Fase 5: diskusi, pendaftaran nama peserta yang mau bertanya,
pemberian kesempatan bicara kepada peserta yang terdaftar,
memperhatikan waktu bicara, merangkum dan mengungkapkan
kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang
sudah tercapai, mencatat hal-hal yang penting, dan tawaran jalan
keluar.

5
f. Fase 6: rangkuman, meringkaskan hal yang menjadi titik berat,
menampilkan hal yang telah disepakati bersama, membeberkan
pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan keluar yang akan
direalisasi, dan merangkum hasil diskusi.
g. Fase 7: penutup, rumusan penutup, ucapan terima kasih kepada para
peserta atas kerja sama yang telah dijalin, dan penghargaan atas hasil
yang sudah dicapai.
h. Fase 8: pengolahannotulen
5. Peserta diskusi
Setiap diskusi memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah
yang dibicarakan. Oleh karena itu juga memiliki suasana yang berbeda-
beda. Tuntutan yang berlaku bagi pemimpin diskusi pada dasarnya dapat
juga berlaku bagi para peserta. Sikap para peserta sangat mempengaruhi
proses diskusi. Sikap agresif hendaknya dihindarkan, terutama dalam
diskusi bersama seorang ahli.
Dalam proses diskusi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta
adalah:
a. Masuklah ke dalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
b. Mendengar dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi
setiap peserta diskusi
c. Informasi itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang
didiskusikan
d. Apabila rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit
dimengerti dan pembuktiannya tidak jelas, dapat dikemukakan
pertanyaan untuk meminta penjelasan
e. Cara yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi
mendefinisikan ide yang dilontarkan
f. Antara satu argumentasi dengan argumentasi lain harus ada hubungan
pikiran yang logis.
g. Diskusi harus bertumpu atas dasar kerekanan
h. Anjuran bagi para peserta diskusi
i. Beranilah mengambil resiko
j. Hindarkan diri dari sikap ingat diri!
k. Bicaralah tenang, lambat, tetapi pasti!

6
l. Yakinlah bahwa setiap peserta juga sama penting!
2. Tanya Jawab
Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan
orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang yang ahli
karena sipenanya mengharapkan informasi yang luas. Ada tiga bentuk tanya
jawab, yaitu interview, konverensi pers, dan tanya jawab pengadilan. Berikut
adalah penjelasannya.
1. Interview
Interview adalah dialog antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai
masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik.
a. Persiapan Interview
Supaya dapat membuat interview yang baik dan terarah perlu di ketahui
keterangan-keterangan mengenai pribadi yang akan di interview dan tema.
Orang yang bertanya harus menguasai bahan. Pertanyaan harus di rencanakan
dengan teliti. Pertanyaan dirumuskan dengan bahasa yang baik dan jelas dan
diucapkan dengan ramah, sehingga tercipta suasana baik. Jawan yang
menyimpang hendaknya ditanggapi secara cepat.
b. Aturan Interview
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
1. Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya
2. Penanya hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis
antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
3. Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan
kuessioner kepada orang yang di tanya sebelumnya.
4. Karena hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis
2. Teknik Bertanya
a. Fungsi Pertanyaan
Pertanyaan adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk
menjajagi, mendirigasi dan mempengaruhi pendapat. Pertanyaan pada
hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki
daya paksaan. Ada dua belas pertanyaan yang dapat membantu setiap orang
untuk memulai suatu dialog yaitu tentang:
1. Masalah-masalah umum
2. Hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya

7
3. Pendapat seseorang
4. Penilaian seseorang
5. Keinginan kehendaknya
6. Pengalaman-pengalamanya
7. Pendidikan seseorang
8. Gambaran masa depan seseorang
9. Masalah dan kecemasan hidup
10. Rekan kerja
11. Sanak – keluarga
12. Hobi
b. Jenis Pertanyaan
Dalam ilmu retorika ada berbagai macam pertanyaan yaitu :1
1. Pertanyaan informatif
2. Pertanyaan untuk mengontrol
3. Pertanyaan untuk menjebak
4. Pertanyaan untuk mengaktifkan
5. Pertanyaan Socrates
6. Pertanyaan retoris
7. Pertanyaan yang ofensif
8. Pertanyaan untuk membuka masalah baru
9. Pertanyaan untuk menutup pertanyaan
10. Pertanyaan alternatif
11. Pertanyaan balik
12. Pertanyaan yang mendirigasi
13. Pertanyaan provokatif
14. Pertanyaan untuk membuka pembicaraan

3. Debat
1. Pengertian debat
Pada hakikatnya debat adalah saling adu argumentasi (pendapat)
antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan

1
Dori Wuwur Hendrikus, "Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi" (Yokyakarta :
Kasisius, 1991), h. 117.

8
untuk satu pihak. Dalam debat, setiap pribadi atau kelompok mencoba
menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya berada pada posisi yang benar.
Debat dalam bidang politik bentuk percaturan pendapat ini sering
dipraktikkan. Debat sesungguhnya adalah satu bentuk pertentangan dalam
diskusi atau dialog. Dalam proses ini para peserta sungguh-sungguh berbantah
lewat argumentasi dan bukan sekedar mau memperoleh pengertian atau
pengetahuan baru.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan
bicara, sesudah itu berkosentrasi pada titik-titik lemah argumentasi lawan.
Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara sungguh-sungguh
sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat juga terjadi bahwa
perdebatan dihentikan tanpa hasil, tanpa seorang pemenang.
Jika kelompok atau pribadi yang mengambil bagian dalam debat itu
memiliki kadar dan tingkatan pengetahuan yang sama, maka debat merupakan
satu percaturan rohani yang mengasah pikiran dan dapat membina sikap-sikap
kepahlawanan.
2. Bentuk-bentuk Debat
Ada dua macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:
a. Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang berhadapan: kelompok pro dan
kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua pembicara dari setiap
kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada para pendengar
sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat tata tertib
debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya
bertanggung jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan
posisinya tas cara yang wajar dan pada akhir debat mengorganisasi
pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama
dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh berbicara
terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit. Pembicara
pertama harus merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti.
Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia
harus berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat menarik
para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.

9
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama,
tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Dia harus
meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang masalah yang sama dia atau
kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk
berbicara denga urutan seperti pada para pembicara pertama. Sering kali para
pembicara sudah merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan oleh
masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan
pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara. Meraka dapat
mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya. Pendengar yang
berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia berada.
Dalam debat tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena
itu, pembicara harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara
cermat dan teliti. Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi
dalam batas waktu yang singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang
dapat berbicara lebih dari satu kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua
pembicara pertama dari masing-masing kelompok manyamaikan kata
penutup.
Pada akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk
menentukan pemenang. Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat
tangan atau berdiri. Debat ditutup sesudah pengumuman pemenang.
b. Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu berhadapan, tetapi masing-maisng
regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan
penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini
adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di
depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu membuka
pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara
pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila setiap
anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu
yang lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk

10
berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai
tema dan tesis yang diperdebatkan.
Sering kali setiap regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting.
Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap anggota untuk dipelajari dan
diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara sebagai ahli dari pokok
tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama selesai dan dibuka
babak yang kedua.
Dalam babak kedua, orang pertama dari regu penyanggah membuka
pembicaraan. Proses selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap anggota
kelompok berbicara dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota
regu sudah mendapat kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat
dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat penilaian untuk menentukan
pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian mencari dan menyusun
bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara, argumentasi yang jitu dan
tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin
menimba makna dari seluruh proes debat. Di samping itu, dipertimbangkan
oleh para Juri dalam menentukan pemenang.
3. Patokan dalam Berdebat
Ada enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu
sebagai berikut:
1. Kita harus berkosentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan
bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada
Sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu,
di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan.
2. Apabila posisi kita lemah, maka kita tidak dapat mengemukakan
argumentasi yang efektif. Oleh karena itu, kita harus kembali kepada titik
lemah lawan bicara.
3. Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa
alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri.
4. Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita harus
juga menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita

11
membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan
menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.
5. Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentatif
yang dapat menjebak lawan bicara.
6. Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum
lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga
menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan
muncul dari pihak lawan dan membeberkn secara meyakinkan kepada
lawan bicara.
7. Pikiran atau ide itu tidak menentukan. Yang menentukan adalah tindakan.
Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara terencana,
dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang
melahirkan ide itu.
8. Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu
ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetap segala celaan dapat
diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan
dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.
9. Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan
pertama atau yang terakhir. apabila tidak ada kata atau pengertian yang
menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan
lemah.
10. Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia
harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam proses
debat itu.
11. Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita
harus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat
membuktikannya sebagai suatu kekelirian yang bersifat umum, kita berada
pada pihak yang beruntung.
12. Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus
mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-
akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya
mengandung keraguan.

12
13. Seringkai seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia
menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek.
14. Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan logika,
mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang
sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih tepat dikenakan
pada satu masalah lain.
15. Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu
disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya
mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus
tetap menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem.
16. Berdebat berarti menundukkkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata
lain menaklukkan lawana bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan
sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga.
4. Skema Pembicaraan dalam Debat
Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan
suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a. Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat
dipergunakan skema sebagai berikut:
1) Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2) Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita.
3) Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian.
4) Menari kesimpulan.
5) Seruan untuk bertindak
b. Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau pendapatnya
secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat
dipergunakan skema di bawah ini:
1) Menyajikan titik tolak.
2) Mengemukakan argumentasi
3) Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4) Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci.
5) Seruan untuk bertindak
6) Petunjuk-petunjuk Teknik

13
Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari
kualitas pemimpin atau moderator debat. Untuk memilih dan menentukan seorang
moderator, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Ragam Pendengar
Debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur,
moderator hendaknya tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh
menguasai bahan dan tema debat, atau sekurang-kurangnya memiliki
pengetahuan yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan.
Proses debat, moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif. Dia
hendaknya memperhatikan tata sopan santun, disiplin dan kalau perlu
menciptakan suasana yang segar lewat humor yang sehat. Di samping itu dia
seharusnya memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa dan rohani yang
baik untuk dapat menghadapi segala kesulitan yang muncul dalam debat.
Hubungan dengan penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan
kewibawaan. Ia harus memancarkan autoritas, sehingga orang dengan mudah
menuruti petunjuknya. Dalam sikap dan tingkah laku dia harus tetap netral, tidak
boleh membuat pembedaan antara kawan atau lawan. Di harus mengambil jarak
dalam percaturan pendapat dan argumentasi peserta debat. Dia harus menjadi
seorang yng tidak dapat digantikan selama debat berlangsung. Keputusannya
adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat.
b. Peran Moderator
Sebagai pemimpin debat, dalam menjalankan kekuasaannya, hendaknya
penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh
memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh menteror, tetapi memberi
kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi membimbing. Dia seharusnya
berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia hanya boleh bersikap tegas kalau
memang perlu. Siapa yang memperhatikan tuntutan ini, dia adalah pemimpin atau
moderator yang ideal. Jarang sekali ditemukan orang seperti ini, tetapi siapa yang
berusaha, dia akan berhasil.
c. Batas Waktu
Waktu untuk bebricara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau
pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temanya
secara jelas. Referat atau makalah yang dibawakan dalam debat ebaiknya tidak
lebih dari 20 menit. Setiap pembicara sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya

14
antara 3-5 menit. Meskipun dari pengalaman, banyak orang tidak dapat
mengungkapkan hal-hal yang penting dalam waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini
moderator harus tegas, sebab jika tidak, proses debat akan terganggu dan sasaran
tidak kan tercapai atau tidak memuaskan semua pihak.
d. Kata Penutup
Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok
menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator mengumumkan hasil debat
dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara debat.
e. Kegunaan Ae bar
Dalam memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang
dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional
dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran,
mempertenggangkan pendnegar yang bakal ditarik untuk menerima
kebijaksanaan kelompok. Selanjutnya, debat dapat membina para peserta untuk
berbicara singkat, padat dan mengesankan.
Di lain pihak, debat dapat menyadarkan pembicara tentang ketidakjelasan
dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran. Dalam debat orang terbina untuk
mengangkat suara pada saat yang tepat.
C. Sarana-Sarana Dialogika
Menjadikan suatu diskusi, tanya jawab atau debat berhasil, dalam arti mencapai
tujuan, bukanlah tugas yang mudah. Tidak hanya dari moderator, tetapi juga dari
setiap peserta dituntut suatu keterampilan tinggi dalam berpikir, dalam menganalisis
dan dalam merumuskan masalah. Sebagai bantuan untuk setiap orang, dibawah ini
dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk
mempertinggi efektivitas komunkasi retoris.
1. Mendengar
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap
peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.
Oleh karena itu, berbicara dan mendengar saling mengarahkan, berbicara dan
mendnegar adalah dua unsur penting dalam proses komunikasi retoris, berbicara
dan mendnegar menghilangkan banyak rintangan di antara para peserta.
a. Skema Mendengar

15
Skema mendengar, dilihat dari segi pendengar dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Siapa mendnegar dan mengerti, di mana, kapan, apa, bagaimana,
tentang apa, mengapa, untuk apa, dari siapa, dan berapa lama”.
b. Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Mendengar yang
sesungghnya berarti menangkap isi pembicaraan secara tepat, atau mendnegar
sambil menganalisis. Hal ini sangat sukit. Kebanyakan mausia tidak dapat
mendengar dengan baik, dalam arti mendengar dengan teliti dan menangkap isi
pembicaraan secara tepat, meskipun mereka dilatih untuk itu. Dalam dialogika,
langkah pertama untuk bersikap positif kepada pembicara adalah menaruh
perhatian dan mendnegarkan dia, tidak hanya mengangguk-anggukan kepala,
tetapi juga menganalisis dan menangkap isi pembicaraannya.
Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi dan sikap bathin.
Faktor-faktor ini akan menjadi semacam filter dalam proses mendengar, dank
arena itu dia dapat salah mengerti. Di lain pihak, siapa yang berusaha untuk
mendengar dengan sabar dan teliti, perlahan-lahan akan membina satu
kesanggupan mendnegar yang bersifat analitis, dalam arti tepat dan tajam
melihat masalah dan hubungan antarmasalah, serta turut memikirkan prasyarat
atau konsejuensi dari apa yang didengar.
c. Seni Mendengar
Mendengar adalah satu kesenian. Setiap orang hendaknya membina sikap
mendengar dalam dirinya.
2. Taktik-taktik Retoris
Setiap orang dapat mempergunakan taktik-taktik ini sesuai dengan situasi yang
dihadapi dan tujuan yang akan dicapai. Taktik-taktik itu sebagai berikut:
a. Taktik Afirmasi
Taktik-taktik afirmasi adalah sebagai berikut:
1) Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan
bicara hanya dapat menjawab: “Ya” dan perlahan-lahan menuntunnya kepada
kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa
syarat. Jawaban “Ya” menuntun dari lawan bicara tidak hanya persetujuan
rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat dihindarkan. Ketika

16
berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah menggunakan taktik ini
dengan sangat berhasil:
S: Karena keahlian memelihara kuda adalah perhatian yang tepat untuk kuda,
Kbukan?
E: Ya.
S: Dan bukan setiap orang mengerti anjing pemburu, kecuali si pemburu,
bukan?
E: Ya.
S: Karena keahlian memburu adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan
E: Ya.
2) Taktik Mengulang
Ini adalah gaya bahasa yang tidak hanya dikenal pada zaman antik Yunani,
tetapi juga pada zaman modern. Napoleon mengatakan: pengulangan adalah
satu-satunya gaya bahasa yang benar. Senator Robert Kennedy menyebutkan di
dalam pidatonya yang terkenal pada tanggal 16 Maret 1968, hanya dalam
kalimat pertama enam kali pencalonannya sebagai Presiden. Gaya bahasa ini
juga sangat efektif dalam dunia reklame
Contoh: orang tidak sering menunjukkan hal ini bahwa…. Sekali lagi saya
katakan, betapa penting hal ini…. Secara khusus saya mau tekankan…. Saya
mengulangi….
Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan untuk menyampaikan
yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek negatif: orang tidak
percaya kepada pembicara.
3) Taktik Sugesti
Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran
dan hasil pertimbangan kita.
Contoh: Inilah yang paling tepat dan cocok bagi anda. Hanya saja, anda
memiliki dalam koleksi anda….Program baru ini akan memberi keuntungan
kepada anda….Dalam satu tahun, pasti modal anda akan kembali….Saya
serahkan buku petunjuk ini kepada anda. Silahkan!
4) Taktik Kebersamaan
Untuk menumbuhkan rasa kebersamaan (perasaan “kita”), atas sukses yang
diraih bersama hingga saat ini, atau himbauan tentang kerja sama yang efektif
sampai saat ini, dapat membantu untuk keluar dari jalan buntu.

17
Contoh: Pikirkan segala kerja sama kita yang berhasil baik selama ini!
Bukankah sampai saat ini kita selalu menyelesaikan segala asalah dengan cara
yang baik? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha menanggulangi
masalah ini. Apa yang dapat kita lakukan?
5) Taktik Kompromi
Kompromi adalah satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk
mencapai keseimbangan rasional.
Contoh: Pendapat kami tidak jau berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut
saya kita sependapat dalam hal ini….Mari kita pusatkan perhatian kita
selanjutnya pada pokok ini….F. Schleger mengatakan: Perbedaan pendapat
justru memperkuat kesepakatan yang murni.
6) Taktik Konsensus
Taktik ini menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita
yang sudah disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat
kita, menyetujui perjanjian yang dibuat, menerima anjuran atau membeli hasil
produksi kita.
Contoh: Coba kita lihat kembali apa yang sudah kita bicarakan. Lihat: kita
semua sepakat khususnya dalam mengartikan apa itu “demokrasi”. Oleh karena
itu kita sebenarnya sependapat bahwa….Kita setuju, bahwa….Maka dari itu
marilah kita bersama-sama….
b. Taktik Defensif
Taktik-taktik defensif adalah sebagai berikut:
1) Taktik Menunda
Taktik ini dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan
yang dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang
kuat. Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan
berikut.
Contoh: Saya akan menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini
rasanya tidak cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah
berikut saya baru akan memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.
2) Taktik Mengelak
Dapat terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara
menghadapi kesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dn
kesulitan seperti ini, pembicaa menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli

18
sehingga lawan bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli
tersebut.
Contoh: Andre Cide mengatakan: “Di dalam silogismus, saya hanya
menemukan apa yang sebelumnya saya siratkan”. Perdana Menteri X beberapa
saat lalu mengatakan hal yang sama. Albert Einstein pernah menegaskan
bahwa….Coba anda baca tentang hal tersebut dalam prospek ini.
3) Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini, kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara,
tetapi aplikasinya disesuaikan dengan pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk
menyimpang secara halus dari titik tolak lawan bicara
Contoh: Saya dapat memahami secara jelas pendapat anda, tetapi…. Sampai
pada tingkat tertentu anda benar, hanya… Saya setuju sekali dengan pendapat
anda, hanya saja orang tidak boleh mengabaikan, bahwa… Saya mengerti baik
sekali kecemasan anda. Tetapi harus disadari dengan itu orang lupa akan…
4) Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan
menghormati pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat
lebih baik belajar menghargai pendapat kita.
Contoh: Saudara-saudara, saya tahu, bahwa beberapa di antara anda memiliki
pendapat yang berbeda dari pendapat saya. Saya menghormati pendapat anda.
Tetapi coba anda pahami juga pendapat saya… Coba anda menempatkan diri ke
dalam situasi saya. Mungkin anda akan bertindak sama seperti saya!
5) Taktik Berterima Kasih
Orang datang kepada kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita
mengucapkan terima kasih kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak
menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu mereka dibebaskan dari tekanan
emosional.
Contoh: Saya berterima kasih karena anda mau menyampaikan kesulitan anda
secara terus terang. Memang tugas kami untuk membantu anda. Saya
mengucapkan terima kasih karena dengan begitu kami menyadari kesalahan ini,
dan kami terbantu untuk menolong banyak orang lain.
6) Taktik Merelativasi
Taktik ini menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks dan relasi,
sehingga dengan itu pendapatnya menjadi relatif.

19
Contoh: Bukankah segala sesuatu harus dipandang secara relatif? Apa artinya
mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang paling murah justru
sebenarnya yang paling mahal? Bukankah pengertian “sukar” dimengerti secara
relatif? Nietzsche mengatakan, “Kalimat ‘Semuanya adalah interpretasi’
sebenarnya adalah interpretasi”.
7) Taktik Menguraikan
Apabila lawan bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan
kritikan, maka kita menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu
persatu secara teliti, sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.
Contoh: Coba kita teliti catalog keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat
bersama-sama di mna ada titik lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah
mungkin anda melihat pokok ini terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah
pengertian yang dapat dijelaskan sebagai berikut…
8) Taktik Membiarkan
Taktik ini membiarkan lawan bicara menyampaikan maksud dan pikiran,
sementara kita endengarkan dengan penuh perhatian tanpa memberikan reaksi.
Yang penting ialah tidak menghalangi pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan.
Sesudah selesai, kita menjelaskan sambil memberikan tanggapan yang
bertentangan dengan pendapatnya.
Contoh: Bolehkah saya merangkum pembicaraan anda? Anda berpendapat
bahwa…. Apa saya tidak keliru? Anda yakin bahwa…. Dalam hal ini saya
punya pendapat lain…. Dan saya mohon untuk dipertimbangkan lagi….
c. Taktik Ofensif
Taktik-taktik ofensif adalah sebagai berikut:
1) Taktik Antisipasi
Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi
kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan
mengemukakan argumentasi kontra.
Contoh: Barangkali anda akan menyampaikan kebaratan bahwa… Pasti anda
mau bertanya kepada saya entah…. Pikiran sebaliknya adalah bahwa….Oleh
karena itu jawabannya adalah bahwa…
2) Taktik Mengagetkan
Lawan bicara menentang dengan satu pertanyaan negative. Kita mengejutkan
dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya.

20
Jawaban balik ini dapat bersifat paradox untuk menghilangkan keseimbangan
dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia.
Contoh: Oleh karena itu saya menasihati anda supaya… Justru karena itulah…
Maka dari itu saya menganjurkan kepada anda… Keberatan ini memang sudah
lama saya nantikan. Sebagaimana saya, anda mengerti bahwa… Bahkan anda
mengerti lebih baik daripada saya bahwa…
3) Taktik Bertanya Balik
Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang
menyebabkan dia melepaskan pendasaran keberatannya, dan menerima
kekeliruannya sendiri.
Contoh: Mengapa anda percaya bahwa titik tolak adalah satu-satunya yang
paling baik? Apakah anda juga tidak berpendapat bahwa…? Apakah saya tidak
keliru? Jadi anda mengatakan bahwa…? Izinkan saya bertanya: mengapa anda
katakan bahwa pembicaraan melantur? Apakah tidak mungkin bahwa…?
Apakah tidak bisa juga dipikirkan bahwa…?
4) Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa lawna bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu
model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.
Contoh: Itu saya tidak percaya! Saya meragukan pendapat itu. Itu tidak benar,
itu omong kosong! Anda sendiri tidak percaya pada apa yang anda katakan.
Katakan, kapan anda meletakkan jabatan? Berapa lama lagi anda mau
membohongi kami? Sejak kapan anda memperkaya keluarga anda?
5) Taktik Mencakup
Taktik ini melihat argumentasi lawan dnegan satu pengamatan yang mencakup
dan lebih tinggi, sehingga dengan itu argumentasi itu sendiri dilemahkan dan
tidak berlaku untuk dirinya sendiri.
Contoh: Jawaban “tidak” dari anda, pada mlanya sebenarnya adalah “ya”.
Apabila sekarang anda mengatakan “tidak”, maka menurut hemat saya anda
pada hakikatnya mengiyakan hal itu. Sebab “jawaban ‘ya’ itu terdiri dari
banyak jawaban “tidak” dalam hal-hal kecil”.
6) Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawna bicara
untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik kembali
pernyataannya.

21
Contoh: Dengan itu anda ingin mengatakan bahwa semua pejabat itu koruptor?
Tidak, saya tidak bermaksud begitu….
7) Taktik Memotong
Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicaraan yang berbicara terlalu
banyak. Pembicaraannya dipotong dnegan tiba-tiba dengan alas an untuk
menyampaikan sesuatu yang penting.
Contoh: Bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang penting secara singkat?
Sabar, boleh saya jawab sebentar? Coba beri kesempatan kepada Tuan X untuk
mengungkapkan pendapatnya atas apa yang baru anda katakan? Saya tidak mau
memotong pembicaraan anda, tetapi hanya mau berbicara sedikit.
d. Taktik Negasi
Taktik-taktik negasi adalah sebagai berikut:
1) Taktik “Tidak”
Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung karena menuntut
penjelasan yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan,
karena melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan retoris.
Contoh : Bukan, itu tidak benar! Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik!
Helmut Schmidt dalam suatu interview menjawab kepada Reporter Rohlinger
sebagai berikut: Itu satu pertanyaan yang bodoh, tetapi saya tidak keberatan,
andaikan anda… Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada lawan
bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang yang lebih moderat seperti
di bawah ini: Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda
sungguh-sungguh mengatakan yang benar? atau, jangan katakana: Anda tidak
membaca keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda
sudah membaca keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak
seorang pun merasa diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang
mendengar, tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan.
2) Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara
esensial) atas apa yang dikatakan oleh lawan bicara.
Contoh: Meskipun keberatan anda itu benar, tetapi tidak membuktikan apa-
apa! (Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi,

22
tetapi anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara
melebih-lebihkan masalah).

23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai salah satu jenis keterampilan dalam retorika dialogika sangat penting untuk
dipelajari. Karena dalam dialogika memuat jenis-jenis dialogika seperti diskusi, tanya
jawab, dan debat. Yang masing-masing dari ketiga jenis itu sering kita gunakan dalam
beretorika selain pidato.

B. Saran
Dalam pembahasan ini banyak hal-hal yang penting yang wajib kita pelajari dalam
melakukan diskusi, debat, dan tanya jawab. Maka pelajari keterampilan tersebut
dengan memperhatikan teknik-tekniknya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991


Henry Guntur Tarigan (1979). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Drs. Yusuf Zainal Abidin, MM (2013). Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
hlm. 96
http://friskaarry.blogspot.com/2015/11/retorikamonologika-dan-dialogika.html
https://mempelajariretorika.blogspot.com/2015/05/dialogika-diskusi-dan-tanya-
jawab.html

25

Anda mungkin juga menyukai