Anda di halaman 1dari 6

Nama: Muhammad Saddam Fachri Ridlo

NIM: 201111002

Kelas: 2A IAT

Kajian Sanad hadis

Perowi yang memiliki kesamaan nama hingga kakeknya Ahmad bin Ja'far bin
hammbal ada empat orang, hidup dizaman Ahmad bin Ja'far bin hammbal al-khuta'i Al
Baghdadi. Abu bakar seorang perowi hadis dan Abdullah bin Ahmad bin Hamdan,
Abdullah, putra Ahmad.

Ada 2 perowi hadis yang didalam musnaf Ahmad bin Hambal yaitu abu bakar al-
khuta'i, Ahmad bin Hamdan abu bakar asshaqoti yang memberikan hadis dan seorang
guru yang memiliki nama hampir sama dengan al-khuta'i yaitu Abdullah Ahmad bin
Ibrahim ad dhauraqi, Ahamd Bun Ja'far bin Hamdan. Abu bakar asshaqoti dengan dengan
Ahmad bin Ja'far bin Hamdan, al-khuta'i kebetulan memiliki nama, bapak, kakeknya,
guru nya pun hampir memiliki nama yang sama yaitu Abdullah bin Ahmad. Kalau abu
bakar al-khuta'i memiliki guru yaitu Abdullah bin Ahmad bin Hambal kemudian
asshaqoti gurunya adalah Abdullah bin Ahmad bin Ibrahim.

Seorangg perowi yang memiliki nama yang sama dengan Abdullah bin Ahmad
bin Hambal dan asshaqoti adalah Ahamd bin Ja'far bin Hamdan addainuri ia memberikan
hadis dari Abdullah bin Muhammad bin sinnan dari Muhammad bin khatsir yaitu sahabat
sufiyan ) at taun. Ahmad bin Ja'far bin hammbal, abu Al Hasan meriwayatkan hadits dari
Abdullah bin Ja'far bin jabbir at thorrussim

Perowi yang memiliki kesamaan kunyah / nisbah. Kunyah adalah nama


panggilan, nisbah adalah nama yang dinisbahkan, nisbah tidak seperti marga. Ada dua
yaitu abu umroh Al-jauni Abdullah bin habib at thadi'i yaitu Seorang tabi'in Musa bi sa'al
bin Abdullah bin Abdul Hamid Al bashru, kunyahnya sama, sama-sama dipanggil nisbah
sama.
Perowi yang memiliki kesamaan nama, nama ayah dan nisbahnya ada 4 orang
yaitu Muhammad bin Ubaidillah yang memiliki kakek bernama mutsana Al Anshori. Jadi
orang atau perowi yang memiliki nama ayah dan nisbah yang sama., Jadi Abdullah
Muhammad bin Abdullah Al Anshori. Ada Abdullah bin Ubaidillah kakek dari Al
mutsana Al Anshori. Nama nisbah nya sama dengan Muhammad bin Ubaidillah (bin
Abdullah) kakek nya adalah al-mutsana Al Anshori.

Kalau seandainya meneliti Hadis tidak cermat maka menanggapnya Hadis ini
hanyalah satu orang perowi padahal ada 4 orang. Disini masing-masing orang atau
perowi memiliki penilaian atau kesimpulan terhadap masing-masing perowi. Ada yang
fiqoh dan ada yang tidak fiqoh. Ada hadits yang diterima yang memiliki kesamaan nama
ayah dan kunyahnya yang diatas nama kakek dan nasabnya. Persamaan itu diantaranya
dimiliki oleh

1. abu bakar bin ayyas bin Salim Al asasi Al Mukri.

2. Abu bakar bin ayyas Al himsyi abu bakar bin ayyas bin assalamu, nama ayahnya sama
nama kunyah nya sama.

Perowi yang memiliki kesamaan nisbah saja yaitu Amil dan Amil yaihud, jika
hanya menyambut kan nama Al Amil saja.

Para ulama hadits yang memiliki nama yang sama dengan nama perowi lain atau
perowi yang memiliki kesamaan nisbah, keduanya ditulis dan diucapkan secara sama
tetapi mereka adalah 2 orang yang berbeda. 2 orang yang memiliki nama ayah yang
berbeda ditulis dengan tulisan yang sama, keduanya berbeda dalam menyebutkan atau
pengucapannya. Al mutasabih memiliki bentuk diantaranya perowi yang memiliki nama
yang sama dengan tulisan dan pengucapannya tetapi menyatu dalam nama ayah secara
tulisan tidak dalam pengucapannya atau berbada penyebutannya, contoh : Ayyub bin
bushair dengan Ayyub bin baihir assyam

Dalam tahapan ini seorang peneliti hadis harus betul-betul memahami dengan
sangat baik. Jika tidak maka nama yang sama tetapi berbeda orang dianggap orang yang
sama. Padahal Hadis ini yang satu diterima lalu hadis satu lainnya ditolak. Jika kita salah
mengidentifikasi maka kita akan melakukan kesalahan besar karena Hadis yang
seharusnya sah kita Anggao dhoif. Karena salah identifikasi. Hadis satu yang kita anggap
sebenarnya diriwayatkan oleh orang yang sahih dan siqoh tapi karena salah identifikasi
maka dianggap nelewatkan itu dan dianggap Hadis dhoif

Semakin banyak keunikan atau prestasi yang dimiliki maka semakin mudah
dikenali. Misalnya Abu Al-Hasan (bapaknya Al-Hasan) dan Ummu Al-Khair (Ibu dari
Khair/kebaikan). Orang Arab itu menggunakan nama-nama yang baru yang lebih
mencirikan orang tersebut daripada nama aslinya. Dalam beberapa kasus justru seseorang
itu dikenali dari ciri fisik maupun watak atau karakternya.

1. Kunyah

Kunyah adalah bentuk jamak dari kunyah. Kunyah berarti nama yang menjadi
tanda sebutan bagi seseorang selain nama asli dan gelar. Biasanya kunyah terdiri dari kata
majemuk, kata yang pertama banyak dipakai adalah Abu, Ummu, Ukhtun, Akhun,
Ammun, Ammatun, Kholun, Kholatun, Ibnu, Bintu, itu biasanya penciri dari kunyah.
Misalnya saya punya punya anak namanya Muhammad. Begitu saya punya anak nama
asli saya Abdul matin tidak dikenali lagi orang menyebutnya dengan Abu Muhammad.
Karena orang yang punya anak Muhammad maka Abu Muhammad juga banyak. Maka
dari itu kita butuh penciri yang lain, biasanya ditambah dengan nisbah, misal Abu
Muhammad Al-Smarani, Abu Muhammad Al-Muhadits (ahli hadits), Abu Muhammad
Al-Mutrib, Abu Muhammad yang penyanyi, yang seniman, atau menggunakan kata Ibnu,
Bintun, yayasan saya menggunakan kata Ibnu Salman kalau saudara manggil saya bisa ke
Abu Muhammad dinisbahkan kepada dipanggil karena saya punya anak namanya
Muhammad atau dipanggil dengan Ibnu Salman karena Bapak saya adalah Salman maka
lama-lama nama saya ini tidak dikenali akhirnya karena memang kunyah itu biasanya
mengganti nama aslinya.

Berikutnya kunyah misalnya disini Abu Al-Qasim Abu Ibrahim adalah kunyah
nama panggilan yang biasa menyebutnya untuk Rasulullah SAW. karena anak laki-laki
Rasulullah, karena orang Arab itu sangat suka kalau dengar nama anaknya ini untuk
menunjukkan bahwa dia adalah produktif termasuk Rasulullah dipanggil itu sebagai
penghormatan kepada Rasulullah yang memiliki anak laki-laki itu kadang dipanggil
dengan Abdul Qasim yang sudah meninggal, Abu Ibrahim yg sudah meninggal juga, lalu
Abu al-husain, Ummu Salim, Ummu Salamah, Abu umamah, Abu Hurairah, Abu Bakrin
dan seterusnya.

Alasan kunyah digunakan diantaranya untuk memudahkan panggilan atau bentuk


penghormatan atau sebagai kebanggaan karena dia punya anak atau bahkan dengan nama
saudara laki-laki atau perempuan, Ummu Aiman. Nabi Musa dengan menyebut akhi
Harun, memang tidak terlepas dari budaya orang Arab. Maka rasulullah menyampaikan
"Perbanyaklah anak keturunan" karena Rasulullah suka kalau ada orang yang memiliki
banyak anak. Ini menjadi salah satu bagian dari tradisi dan budaya tetapi di dalam ilmu
sanad perlu di perhatikan baik-baik karena bisa jadi kunyah nama panggilannya sama
tetapi orangnya berbeda. misalnya perawi yang memiliki kunyah dan tidak memiliki
nama selain itu. Yang seperti ini ada dua orang yaitu Abu Bakar bin Amru bin Hazm
biasa dipanggil dengan Abu Muhammad. Abu Bakar Bin Abdurrahman biasa dipanggil
dengan Abu Abdurrahman.

Perawi yang tidak memiliki kunyah tetapi dikenal dengan nama panggilan seperti
nama kunyah yaitu Abu Bilal, Abu Hasyin, ini nama asli bukan nama kunyah meskipun
menggunakan kata Abu. Ada perawi yang dikenal melalui nama kunyah saja mereka
tidak diketahui secara pasti apakah mereka memiliki nama asli atau tidak. Contoh Abu
Unas, seorang sahabat nabi, Abu Muwayhihah bekas budak yang dimerdekakan oleh
Nabi, kemudian Abu Syaibah al-khudri, Abu Al-Abiat, meriwayatkan hadits dari An-Nas
kemudian Abu Bakar bin Nafi' budak yang dimerdekakan oleh Ibnu Umar, kemudian
Abu Najib dll. Ada perawi yang dikenal dari kunyahnya tetapi diperselisihkan nama
aslinya, ada sekitar 4 orang, Abu Basrah Al-Ghifari, Humail, Abu Juhifah, Wahbullah
dan Abu Hurairah. Ada Perawi yang di perselisihkan nama kunyahnya, sekitar 22 orang.
Tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena banyak. Ada juga Perawi yang dikenal
dengan nama aslinya meskipun dia memiliki nama kunyah, contohnya Tolhah bin
Ubaidillah kunyahnya Abu Muhammad tapi lebih banyak dikenal dengan nama Tolhah,
Abdurrahman bin Auf kunyahnya adalah Abu Muhammad tapi dia lebih banyak dikenal
dengan Abdurrahman bin Auf.

2. Laqob

Laqob adalah nama yang diberikan kepada seseorang sebagai julukan atau tanda
pengenal yang menunjukkan sifat-sifat dan keistimewaan atau kelemahan seseorang.
Laqob bukan nama yang digunakan sebagai panggilan secara umum meskipun banyak
pula yang menggunakannya. Sebagian orang lebih dikenal dengan laqobnya seperti
Rasulullah diberi laqob As-Siddiq, Al-Amin, karena sifat beliau dikenal sangat jujur,
tetapi juga ada orang yang diberi laqob/gelar tetapi tidak suka dengan gelar itu karena
mencirikan dari kelemahan. Di dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 120 menyebut Nabi
Ibrahim sebagai Kholil Kholil dari ayat itu dimaknai bahwa Allah telah memberi
kehormatan kepada Nabi Ibrahim dengan sebutan Kholil. Abdullah bin Muhammad At
Tartutsi yang diberi gelar Dhaif, Dhaif disini bukan lemah periwayatannya tetapi lemah
orangnya, fisiknya tidak kuat.

Alasan Laqob diberikan :

- merupakan sifat umum,

- bisa di hubungkan dengan profesi,

- adanya kejadian tertentu yang pernah dialami.

- Laqob secara turun temurun

- memberikan laqob dengan kebalikannya, misalnya orang berkulit putih di beri laqob
dengan kulit hitam.

3. Nasab

Sebagian perawi menggunakan nasab, nasab yang dinisbahkan ke tempat


kelahiran atau suku. Sangat mungkin sekali perawi memiliki kesamaan nasab. Seorang
peneliti hadits harus mengenali setiap nama dan memastikan setiap nama yang diteliti
tidak salah.
4. Mubhammat

Banyak kita jumpai misalnya ja'a rajulun, qola rajulun, meskipun keduanya sama-
sama berkaitan dengan nama seorang perawi tetapi keduanya memiliki implikasi atau
dampak yang berbeda. Rajulun yang di maksud di dalam hadits harus kita teliti.

Anda mungkin juga menyukai