Assalamualaikum Wr.wb
Alhamdulillah, berkat rahmat dan bimbingan Allah SWT penulis telah mampu
menyelesaikan tugas individu pada Mata Kuliah Character Building III dengan makalah berjudul
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Character Building
III atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan – rekan
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat member manfaat bagi semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan mengenai konsep moral yang ditinjau dari penjelasan
para ahli, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Japar Sidik
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Moral merupakan hal pokok yang harus dimiliki setiap manusia, sebab dalam menjalani
kehidupan sehari-hari hal ini tidak bisa terlepas dari setiap manusia. Semua tingkah dan
perbuatan yang kita lakukan sangat tergantung kepada moral yang dimiliki dalam mencapai nilai
di mata sosial. Karena moral dan tingkah laku merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan sosial dalam rangka meraih nilai positif di mata orang lain.
Moral sering juga disamakan dengan etika. Namun, kedua kata ini memiliki arti yang
sedikit berbeda, walaupun keduanya ini memiliki substansi yang sama. Perbedaan arti tersebut
dapat kita lihat dalam catatan kaki yang ditulis oleh Mahnaz Heydarpoor dalam bukunya Wajah
Cinta Islam dan Kristen (Williams, 1997 : 546) Etika berasal dari bahasa Yunani dan biasanya
digunakan untuk karakter pribadi, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin yang digunakan
untuk sosial.
Sedangkan menurut pendapat-pendapat yang lain, kedua kata tersebut sangat berkaitan.
Karena nilai yang terkandung di dalamnya sama-sama merupakan pegangan individu maupun
Menurut K. Bertens moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Amril, 2002: 17). Dari
pernyataannya ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan objek material dalam
penggunaan kata moral maupun etika. Sebab K. Bertens disini menjelaskan moral sebagai norma
bagi individu dan sosial. Menurut Magnis Suseno, moral itu selalu mengacu pada baik buruknya
2
Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dari kedua kata tersebut. Bahkan dari segi makna atau substansi moral dan etika
Setelah kita mengetahui makna kedua kata tersebut, rasanya belum lengkap untuk
membahas pengertian moral menurut Raghib al-Ishfahani sebelum kita mengerti makna akhlak.
Seperti yang telah disebutkan di atas, moral berasal dari bahasa latin dan etika berasal dari
bahasa yunani, sedangkan akhlak berasal dari bahasa arab. Di atas telah dijelaskan bahwa moral
dan etika memiliki makna yang sama dalam hal pembahasannya mengenai tingkah laku. Akhlak
di dalam islam juga membahas tentang tingkah laku, disinilah sebabnya peneliti sedikit
Menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabi’at atau sifat seseorang dalam keadaan
jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu. Namun, filsuf
dan ahli tasawuf al-Ghazali justru mengatakan akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang
memiliki wacana yang sama yaitu wacana tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu.
Jadi, moral, etika dan akhlak memiliki substansi yang sangat dekat bahkan bisa dikatakan
sama. Sebab tujuan ketiganya adalah mencari nilai-nilai positif dalam bertingkah laku untuk
menjadi makhluk yang bermoral etis sebagai ciptaan, baik di mata Tuhan maupun makhluknya.
Namun disini peneliti lebih memilih moral sebagai bahasan sebab penggunaan moral seperti
Berkaitan dengan itu, di dalam konsep Makarim al-Shari’a milik Raghib al-Ishfahani.
Makarim al-Shari’a adalah suatu lingkupan terhadap sesuatu yang tidak akan menjauhkan diri
3
dari sifat-sifat Tuhan yang terpuji seperti kebijaksanaan, kebaikan, murah hati, pengetahuan dan
Dari defenisi tersebut kita melihat ada beberapa kata kunci yang digunakan Raghib al-
Ishfahani dalam konsep ini yang menyangkut kebijaksanaan, kebaikan, murah hati , pengetahuan
dan kepemaafan. Sifat-sifat inilah yang nantinya menjadi objek pembahasan peneliti, dan
2. Hubungan moral yang terkandung dalam konsep Makarim al-Shari’a dengan agama
4
2 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran merupakan bagian yang cukup penting dalam penelitian, untuk
membahas sebuah penelitian, sangat penting kiranya bagi seorang peneliti menentukan terlebih
dahulu alur penelitian tersebut, alur ini berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam meneliti
apa yang ingin diteliti. Selain memperhatikan kemudahan peneliti dalam membahas masalah,
kerangka pemikiran atau alur pemikiran ini akan menjadikan hasil yang diteliti menjadi lebih
sistematis.
3 METODOLOGI
Moral sering juga disamakan dengan etika. Namun, kedua kata ini memiliki arti yang
sedikit berbeda, walaupun keduanya ini memiliki substansi yang sama. Perbedaan arti tersebut
dapat kita lihat dalam catatan kaki yang ditulis oleh Mahnaz Heydarpoor dalam bukunya Wajah
Cinta Islam dan Kristen (Williams, 1997 : 546) Etika berasal dari bahasa Yunani dan biasanya
digunakan untuk karakter pribadi, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin yang digunakan
untuk sosial.
Sedangkan menurut pendapat-pendapat yang lain, kedua kata tersebut sangat berkaitan.
Karena nilai yang terkandung di dalamnya sama-sama merupakan pegangan individu maupun
Menurut K. Bertens moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Amril, 2002: 17). Dari
pernyataannya ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan objek material dalam
penggunaan kata moral maupun etika. Sebab K. Bertens disini menjelaskan moral sebagai norma
5
bagi individu dan sosial. Menurut Magnis Suseno, moral itu selalu mengacu pada baik buruknya
4 MATERI
Berawal dari pengertian moral yang merupakan pola tingkah laku yang positif yang
dimiliki setiap manusia untuk mengantarkan mereka menjadi makhluk yang bernilai, maka dari
pada itu perlu juga dijelaskan kembali dalam kerangka pemikiran ini tentang pengertian dan
defenisi moral dalam pandangan ilmuwan-ilmuwan. Selain itu, pada bagian ini peneliti sedikit
menjelaskan korelasi antara makna moral, etika dan akhlak. Agar lebih memudahkan
Kemudian setelah mengerti akan pembahasan di atas, penulis coba sedikit menjelaskan
pengertian Makarim al-Shari’a yang dimaksud Raghib al-Isfahani sebagai mukaddimah serta
hubungannya dengan moral sebelum menuju pembahasan lebih lanjut. Dan terakhir nilai moral
yang terkandung dalam Makarim al-Shari’a serta pengaflikasiannya terhadap kehidupan sosial
saat ini.
Moral menurut K.Bertens adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya ( Amril, 2002: 17). Dalam
pendapat lain disebutkan bahwa moral itu selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai
Sedangkan etika adalah ilmu yang menyelidiki mana baik dan mana buruk dengan
memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran ( Musthafa, 1999:
15). Akhlak menurut Musthafa ( 1999: 15) adalah tabi’at atau sifat seseorang dalam keadaan
jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu. Antara
6
akhlak dan etika menurut al-Ghazali memiliki wacana yang sama yaitu wacana tentang baik dan
buruk.
tingkah laku dan pola hidup manusia adalah moral, etika dan akhlak. Karena tidak satu pun dari
tingkah laku yang kita jalani sebagai manusia terlepas dari ketiganya. Namun, dalam penelitian
ini penulis lebih terfokus kepada kata moral. Sebab, seperti yang tersebut sebelum nya bahwa
kata ini lebih digunakan kepada social. (Williams, 1997 : 546) sehingga alur yang digunakan
sesuai dengan tujuan penelitian. Akan tetapi, di sini peneliti tidak menafikan korelasi etika dan
akhlak. Bagaimanapun juga, adanya kata moral berawal dari pelaku akhlak dan etika individu
yang berusaha mencapai nilai positif dalam kehidupan sosial. Sebab, masyarakat merupakan dari
kehidupan dari individu, tanpa masyarakat kebaikan dan kebajikan atau disebut moral individu
kehilangan maknanya, meskipun keputusan individu tidak mesti lebur dengan masyarakat.
Dalam buku Etika Islam, Amril mengutip istilah akhlak menurut Raghib al-Ishfahani
yaitu “karakter”. Kata ini dideskripsikan oleh Raghib al-Isfahani untuk ungkapan mengenai
Seperti istilah yang diungkapkan oleh Magnis Suseno dalam mengartikan moral yaitu
“memanusiakan manusia” istilah ini sangat erat hubungannya dengan metode pembiasaan yang
dimaksudnya tersebut.
Berkaitan dengan konsep Makarim al-Shari’a yang mengandung makna moral secara
implisit, kemudian peneliti menyebutkan beberapa kata kunci yang ada di dalam pengertian
Makarim al-Shari’a, seperti makna kebijaksanaan, kebaikan, murah hati, pengetahuan dan
kepemaafan. Dengan itu semua kita semua akan sampai kepada pembahasan akhir yaitu
pengaplikasian konsep ini dalam kehidupan sosial. Pengaruh Sifat-sifat yang disebutkan dalam
7
konsep Makarim al-Shari’a terhadap nilai etika atau akhlak seseorang akan terlihat karena
tujuannya kepada pembersihan jiwa menuju jannat al-ma’wa. Refleksi individu yang beretika
inilah yang akan terlihat dalam masyarakat sehingga menghasilkan sosial yang bermoral etis
menjadi khalifah allah swt. Inilah salah satu tujuan penelitian ini.
Akhirnya pada pembahasan akhir nantinya kita bisa menarik benang merah dan
kesimpulan-kesimpulan dari penelitian ini, tentang konsep moral menurut Raghib al-Ishfahani.
pribadi masing-masing. Sebab, nilai seorang individu adalah hasil dari penilaian individu lain.
Melalui penilaian inilah akan muncul refleksi etis seseorang yang disebut moral. Jadi dalam hal
ini raghib al-isfahani sengaja mengambil konsep makarim al-shari’a dalam membentuk moral.
peran yang sengat penting dalam membangun moral. Sebab, moral akan terbangun melalui
pembersihan jiwa individu sehingga bernilai di mata individu-individu lain. Setidak nya ada tiga
daya guna yang dapat diraih melalui makna muatan yang terdapat dalam makarim al-shari’a
3. Sebagai penghantar manusia menuju dimensi malaikat, ini didapatkan melalui cakupan daya-
daya ruhaniah.1[1]
Tiga daya guna di atas merupakan hasil yang didapat dari konsep moral nya Raghib al-
Ishfahani dalam makarim al-shari’a. jika ketiga daya guna ini dimiliki oleh setiap individu,
8
maka akan terlihat bentuk moralitasnya dalam bermasyarakat. Ini sangat berkaitan dengan apa
yang dimaksudkan oleh Magnis Suseno dalam konsep moral nya yaitu moral itu selalu mengacu
pada baik buruknya manusia sebagai manusia ( 1987: 19). Sikap baik manusia sebagai manusia
disini merupakan hakikat manusia sebagai Ahsanu Al-taqwim sebagai khalifah allah swt.
Selain itu, pancaran sifat-sifat tuhan yang terkandung dalam konsep Makarim al-shari’a
ini akan mengantarkan manusia kepada dimensi mulukiyah melalui dimensi ruhaniah. Sebelum
menuju ke dimensi ini tentunya didahului dengan pembersihan jiwa. Setelah pembersihan jiwa
itu dilakukan, kemudian pembentukan moral itu akan terbentuk dengan muatan-muatan yang ada
di dalam konsep Makarim al-Shari’a, pembentukan ini dapat diraih melalui jiwa yang sudah
terlatih.
Dalam hal ini kita bisa mengkorelasikannya dengan konsep akhlak menurut Musthafa
adalah tabi’at atau sifat seseorang dalam keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa difikirkan terlebih dahulu ( 1999: 15). Sehingga pada akhirnya melalui jiwa-jiwa yang
terlatih ini akan muncul sikap moral dalam menjalani sosial kehidupan, yang bertujuan kepada
kemashlahatan ummat.
6 KESIMPULAN
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Moral merupakan tindakan manusia yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik
dan buruk. Moral-lah yang membedakan manusia dengan mahluk Tuhan lainnya dan
menempatkan pada posisi yang baik diantara mahluk lainnya.
Pengetahuan moral merupakan pangkal pokok dari sisi kemanusiaan seseorang. Moral atau
ahlak sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan beragama. Karena nilai – nilai yang
tegas, pasti tidak bisa berubah karena keadaan.
9
10
DAPTAR PUSTAKA
2. Magnis, Franz dan Suseno, 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,
Yogyakarta: Kanisius
Heydarpoor, Mahnaz, 2008, Wajah Cinta Islam dan Kristen. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Category: MAKALAH
11