Anda di halaman 1dari 18

KONSEP USAHA (AL-KASB) DAN REZEKI DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :

Arif Hoetoro, SE., ST., Ph.D

Disusun oleh :

Riko Kurniawan 195020500111005


Ide Wahyu Safitri 195020500111039
Aviona Ryanda 195020507111024
Naufal Akbar 195020507111039

Program Studi Ekonomi Islam


Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih Maha
Penyayang, karena dengan limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konsep Usaha (Al-Kasb) dan Rezeki dalam Perspektif
Islam” ini dengan tepat dan tanpa hambatan yang berarti. Tak lupa juga shalawat
dan salam semoga tetap dan selalu kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
yang mana beliaulah suri tauladan kita dalam setiap aspek kehidupan dan tanpa
bimbingan beliau kita tidak mungkin dapat mengkaji dan memaknai syariat Islam
seperti sekarang ini.

Riba dan uang merupakan sesuat yang berkaitan dengan ekonomi yang
berdampak pada keseharian kita sebagai manusia, oleh karenanya makalah ini
membahas seputar riba dan uang dalam sistem ekonomi islam. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menjadikan referensi dan membuka paradigma
khususnya kaum muslim dan umumnya semuanya. Penulis juga menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut andil dalam
penyusunan makalah ini dan semoga ini dapat menjadikan amal jariyah bagi kita
semua. Allahuma Aamiin.

Malang, 07 April 2020

Riko Kurniawan, dkk.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………......i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.2.1 Bagaimana pengertian al-kasb dan usaha secara etimologi atau terminologi ?2
1.2.2 Bagaimana pengertian al-kasb dalam Islam ? ..................................................2
1.2.3 Bagaimana pengertian al-kasb menurut para ahli ? .........................................2
1.2.4 Bagaimana pengertian rezeki dalam Islam ? ....................................................2
1.2.5 Bagaimana korelasi antara al-kasb dan rezeki ? ...............................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
1.3.1 Mengetahui pengertian al-kasb dan usaha secara etimologi atau terminologi.
...................................................................................................................................2
1.3.2 Mengetahui pengertian al-kasb dalam Islam. ..................................................2
1.3.3 Mengetahui pengertian al-kasb menurut para ahli. ..........................................2
1.3.4 Mengetahui pengertian rezeki dalam Islam. .....................................................2
1.3.5 Mengetahui korelasi antara al-kasb dan rezeki. ................................................2
1.4 Manfaat ...................................................................................................................2
1.4.1 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb atau usaha secara etimologi
dan terminologi. .........................................................................................................2
1.4.2 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb dalam Islam. ..........................2
1.4.3 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb menurut para ahli. .................2
1.4.4 Pembaca dapat memahami pengertian rezeki dalam Islam. .............................2
1.4.5 Pembaca dapat memahami korelasi antara al-kasb dan rezeki. .......................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Al Kasb dan Usaha .................................................................................3
2.1.1 Pengertian Al Kasb............................................................................................3
2.1.2 Pengertian usaha dalam kamus Al-Munjid .......................................................4
2.2 Pengertian Al Kasb dalam Islam ..............................................................................5
2.3 Pengertian Al Kasb menurut ahli ..............................................................................5

ii
2.4 Pengertian Rezeki .....................................................................................................6
2.5 Korelasi anatara Al – Kasb dan Rezeki ......................................................................7
BAB III...............................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................12
3.2 Kritik dan Saran ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bekerja (usaha) merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
sebagian besar manusia. Dengan bekerja diharapkan mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, entah primer, sekunder, ataupun tersier. Di dalam ilmu
ekonomi usaha merupakan kegiatan atas suatu cara atau tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu motif ekonomi. Di era modern ini bekerja
merupakan salah satu cara untuk bertahan hidup di tengah problematika zaman.
Tetapi terkadang kebanyakan manusia hanya berfokus pada kebahagiaan dunia
saja dan mengesampingkan kehidupan akhirat. Dan tentu ini merupakan
sesuatu hal yang salah di dalam syariat Islam.

Islam sendiri sebagai agama yang komprehensif dan mengatur semua lini
kehidupan, tentu menerangkan secara detail konsep usaha di dalamnya. Bahkah
Rasulullah sendiri pun sebagai suri tauladan umat Islam adalah seorang pekerja
keras. Hal tersebut terbukti dalam kisahnya saat masih kecil hingga dewasa.
Beliau dengan semangatnya mengembala kambing, bertani dan menjadi
seorang pedagang yang jujur. Ini merupakan bukti yang kuat bahwasannya
Islam sangat menekankan kepada umatnya untuk selalu bekerja keras dan
dengan cara yang halal.

Islam mewajibkan setiap individu berusaha untuk mencari rezeki dengan


cara yang baik, halal dan bersih supaya rezeki yang memperoleh diridhai-Nya.
Allah memberi keutamaan kepada manusia dengan menganugerahi sarana
yang lebih sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya, yaitu diberikan akal,
pikiran, agar dapat berikhtiar dalam mencari rezeki. Allah Swt. memberikan
rezeki kepada siapa saja baik mukmin, kafir, tua, muda, laki-laki, perempuan
semuanya akan mendapat bagiannya masing-masing, karena Allah adalah
Maha Penjamin atau Pemberi Rezeki.1 Tentu dalam konteks ini rezeki yang
tidak halal hanya akan memberikan kesenangan yang sementara saja di dunia
dan di akhirat akan mendapat siksa yang pedih.

1
Izza Rohman Nahrowi, Agar Rezeki Yang Mencarimu. (Jakarta: Zaman, 2014), 114.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian al-kasb dan usaha secara etimologi atau
terminologi ?
1.2.2 Bagaimana pengertian al-kasb dalam Islam ?
1.2.3 Bagaimana pengertian al-kasb menurut para ahli ?
1.2.4 Bagaimana pengertian rezeki dalam Islam ?
1.2.5 Bagaimana korelasi antara al-kasb dan rezeki ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian al-kasb dan usaha secara etimologi atau
terminologi.
1.3.2 Mengetahui pengertian al-kasb dalam Islam.
1.3.3 Mengetahui pengertian al-kasb menurut para ahli.
1.3.4 Mengetahui pengertian rezeki dalam Islam.
1.3.5 Mengetahui korelasi antara al-kasb dan rezeki.
1.4 Manfaat
1.4.1 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb atau usaha secara
etimologi dan terminologi.
1.4.2 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb dalam Islam.
1.4.3 Pembaca dapat memahami pengertian al-kasb menurut para ahli.
1.4.4 Pembaca dapat memahami pengertian rezeki dalam Islam.
1.4.5 Pembaca dapat memahami korelasi antara al-kasb dan rezeki.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al Kasb dan Usaha
2.1.1 Pengertian Al Kasb
َ ‫" َك‬berasal dari derivasi isim masdar yakni - ‫سب‬
Kata kasab "‫سب‬ َ ‫– َك‬
ُ‫كَسباًيُكسِب‬yang berarti berusaha, bekerja, mencari nafkah, memperoleh dan lain
sebagainya. Secara etimologi, ‘kasab’ adalah mencari perolehan harta melalui
berbagai cara yang halal. Secara terminologi, menurut Al Maturidi, Al kasb adalah
suatu perbuatan manusia yang terjadi atas dasar pilihannya dengan daya yang
diciptakan oleh Allah.

Kasab ternyata bisa juga diartikan bisnis yang dengan segala bentuknya
ternyata tanpa kita sadari telah terjadi dan menyelimuti aktivitas dan kegiatan kita
setiap harinya. Intinya segala apa yang ada dan dimiliki serta dilakukan oleh
manusia tak lepas dari hasil dan produk bisnis. Dari Imam Asy-Syaibani dinukil
dari bukunya Dr. Ridjaluddin, Nuansa nuansa Ekonomi Islam, mendefinisikan al-
kasab (kerja) sebagai mencari perolehan harta melalui berbagai cara yang halal.
Dalam ilmu ekonomi, aktivitas demikian termasuk dalam aktifitas produksi.

Definisi ini mengindikasikan bahwa yang dimaksud aktivitas produksi dalam


ekonomi Islam adalah berbeda dengan aktivitas produksi dalam ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi Islam, tidak semua barang atau jasa disebut sebagai
aktivitas produksi, karena aktivitas produksi sangat terkait erat dengan halal-
haramnya suatu barang atau jasa dan cara memperolehnya. Dengan kata lain,
aktivitas menghasikan barang dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai
aktivitas produksi. Produksi suatu barang atau jasa, seperti dinyatakan dalam ilmu
ekonomi, dilakukan karena barang atau jasa itu mempunyai, utilitas (nilai guna).
Islam memandang bahwa suatu barang atau jasa mempunyai nilai guna jika dan
hanya jika mengandung kemaslahatan. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Asy-
Syatibi, kemaslahatan yang hanya dicapai dengan memelihara lima unsur pokok
kehidupan, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dengan demikian,
seorang muslim termotivasi untuk memproduksi setiap barang atau jasa yang
memiliki maslahat tersebut. Hal ini berarti bahwa konsep maslahat merupakan

3
konsep yang objektif terhadap perilaku produsen karena ditentukan oleh tujuan (
maqashic ) syari’ah, yaitu menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.

Pada dasarnya, ada dua tujuan yang harus dicapai oleh produsen dalam
melakuakan pekerjaan, materialisme dan konotasi untinity, dan spiritual dengan
konotasi ibadah. Karena setiap langkah dan gerak manusia yang berdasarkan ridha
Allah dalam bekerja dan bernilai ibadah.

2.1.2 Pengertian usaha dalam kamus Al-Munjid


kata usaha berasal dari kata ‫ سعيا – سعى‬yaitu bertindak, berbuat, berusaha. ‫قصر‬
‫ اليه‬yaitu pergi menuju. ‫ سار‬berjalan, bergerak. : ‫ بتحصيله اهتم اللمر‬yaitu berusaha
untuk mendapatkannya. ‫ لهم كسب لعياله‬mencari nafkah untuk mereka.Sedangkan
dalam kamus besar bahasa Indonesia Kata usaha artinya kegiatan dengan
mengarahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu maksud, bekerja
keras. perbuatan, daya upaya, dan ikhtiar.

Islam mendorong setiap individu untuk giat bekerja dan berusaha merupakan
cara yang diharuskan oleh Al-Qur‟ān, untuk menjaga harga diri dan kehormatannya
dan terhindar dari kebiasaan meminta-minta. Bekerja adalah satu terapi untuk
kesehatan fisik dan mental serta menumbuhkan kekuatan.Kerja atau usaha juga
merupakan senjata utama untuk memerangi kemiskinan dan memperoleh
penghasilan dan memberikan harapan tentang kebahagian dan kemakmuran dengan
sumber-sumber rezeki yang tidak terbatas, manusia diberikan kekuatan dan pikiran
supaya berusaha untuk mempertahankan diri dari kesulitan akibat bekerja keras
untuk mecapai kemenangan dan kesuksesan hidup.Mereka dijanjikan kesenangan
yang banyak untuk memenuhi keperluan mereka dengan syarat mereka berusaha
sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Sukses di dunia maupun sukses di
akhirat Allah akan membantu dengan kemurahannya.

Pekerjaan yang baik akan bernilai Ibadah dan tabārruq kepada Allah Swt.
Pekerjaan merupakan keniscayaan untuk menunjukkan eksisten seorang insan
dalam memfungsikan dirinya sebagai Khalifah. Itulah sebabnya Islam selalu
menganjurkan umatnya berbuat, berusaha dan berkreasi.Tanpa kerja keras manusia

4
tidak mungkin mencapai kemuliaan. Manusia yang malas tidur di waktu Siang dan
Malam, menghabiskan hari untuk bermain-main dan menikmati hal-hal yang haram
tanpa rasa malu tentu akan berakhir dengan kegagalan dan kesengsaraan.
Kecerdasan seseorang dan kekuatan badannya tidak akan banyak manfaatnya bila
ia termasuk pemalas dan tidak produktif.18 Rasulullah sangat melarang umatnya
untuk meminta-minta atau mengemis kepada orang lain, dan Islam tidak
membolehkan kaum penganggur dan pemalas menerima sedekah tetapi orang
tersebut didorong agar mau bekerja dan mencari rezeki yang halal.

2.2 Pengertian Al Kasb dalam Islam


Dalil naql yang dijadikan dasar diciptakannya kasb itu adalah firman Allah SWT :

َ‫ّٰللاُ َخلَقَكُ ْم َو َما ت َ ْع َملُ ْون‬


‫َو ه‬

"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."(QS.
As-Saffat 37: Ayat 96).

Kata ‫ وما تعملون‬dalam ayat tersebut diartikan oleh al-Ash’arī dengan “apa yang kamu
perbuat” dan bukan “apa yang kamu buat”. Hal ini berarti Allah menciptakan kamu
dan perbuatan-perbuatan kamu. Jadi, menurut al-Asy’arī, perbuatan-perbuatan
manusia adalah diciptakan Allah, dan Dia pulalah yang membuat kasb. Dengan
kata lain, bahwa Allah yang mewujudkan kasb atas perbuatan manusia. Dengan
demikian, berarti Allah sebenarnya yang menjadikan (pembuat) perbuatan manusia,
sedangkan manusia hanya merupakan tempat berlakunya perbuatan-perbuatan
Allah tersebut.

2.3 Pengertian Al Kasb menurut ahli


Al-Ghazali berpendapat, bahwa al-Quran memakai kata kasb secara tak
terbatas (muthlaq) untuk perbuatan manusia. Pemakaian yang demikian itu berbeda
dengan penggunaan kata fi’il yang terbatas. Bahwa Allah-lah pencipta daya
(qudrah) dan gerakan (al-Maqdur) yang keduanya melahirkan perbuatan. Gerakan
itu tidak dapat disebut ciptaan daya manusia sekalipun gerakan itu dipihaknya.
Daya manusia itu di luar dirinya karena ia terkadang mampu atau tidak mampu

5
bergerak. Untuk itu dipandang perlu mencari istilah yang lebih sesuai dengan
pemakaian al-Quran.

Muhammad Yusuf Musa menyebutkan bahwa memang benar kata kasb


memberi pengertian perbuatan manusia secara tak terbatas (muthlaq). Dia
menegaskan bahwa patut dipertanyakan apakah sama pengertian al-Quran dengan
teori kasb yang dikemukakan oleh kaum Asy’ariyyah khususnya, dan Ahl al-
Sunnah pada umumnya.

Baik kesimpulan yang dikemukakan al-Ghazali, maupun kesimpulan Yusuf


Musa tentang ke-muthlaq-an. Pengertian kasb dalam ayat, menunjukan bahwa
perbuatan belum bisa disebut sebagai pemeriksaan final. Pendapat al-Ghazali tidak
lepas dari pengaruh aliran teologi yang dianutnya, Asy’ariyyah. Adapun definisi
Yusuf Musa, dikemukakannya tanpa disertai pembahasan menyeluruh terhadap
ayat-ayat yang menunjuk kasb secara detil.

2.4 Pengertian Rezeki


Rezeki berasal dari kata (‫ رزقا‬- ‫ )_رزق – يرزق‬yang bermakna segala sesuatu
yang bermanfaat dalam kehidupan, seperti hujan, nasib, bagian kekayaan, gaji
ataupun upah. Kata Rizq bisa digunakan dalam pengertian pendapatan, nafkah
uang, kekayaan atau memperoleh sesuatu yang baik, entah itu selama masa hidup
di dunia maupun di akhirat, rezeki ada dua jenis yang pertama rezeki tubuh seperti
makanan dan minuman, dan rezeki jiwa seperti pengetahuan kesehatan. Oleh
karena itu manusia diciptakan, sebagai makhluk yang bebas berikhtiar, dalam arti
bahwa manusia diberi pikiran dan kehendak. Karena manusia dalam perbuatannya
tidaklah sama seperti batu yang anda gelindirkan kemudian jatuh karena pengaruh
daya tarik bumi, tanpa memiliki kehendak apapun. Atau seperti binatang yang
melakukan perbuatan akibat dorongan nalurinya.

Dalam Islam rezeki tidak hanya sekedar harta kekayaan saja, tetapi rezeki juga
merupakan anugerah yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Anugerah Allah
swt. meliputi berbagai aspek kehidupan. Rezeki Allah meliputi apa saja yang
diperlukan alam kehidupan seperti makanan, pakaian, kesehatan, kesempatan,
kebahagian. Banyak para mufassir yang mencoba untuk mendefinisikan rezeki,
seperti Sayyid Quthb yang mengatakan bahwa rezeki adalah kesehatan, udara,

6
keberadaan di bumi, dan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan.Hamka
mengatakan bahwa rezeki adalah pemberian atau karunia yang diberikan Allah
kepada makhluknya, untuk dimanfaatkan dalam kehidupan.

Menurut M.Quraish Shihab rezeki adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan


baik dalam bentuk material maupun spiritual.Menurut al-sunnah wa al-jama’ah
rezeki adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada makhluk yang dapat
diambil manfaat dengan perbuatannya. Sedangkan menurut Mu„tazilah rezeki itu
bukanlah sesuatu yang diambil manfaatnya melainkan sesuatu yang dimiliki. Dari
beberapa definisi rezeki di atas maka dapat disimpulkan bahwa rezeki adalah
sesuatu yang diberikan oleh Allah untuk kepentingan makhluknya bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk lainnya, agar mereka dapat bertahan dan menjaga
kelangsungan hidupnya. Sesungguhnya rezeki yang telah diberikan Allah kepada
seseorang hambanya, dan sesungguhnya Rezeki yang kita dapat itu bukan hak
mutlak kita seorang, ada hak orang lain di dalamnya.

Semua makhluk yang ada di muka bumi rezekinya dijamin oleh Allah, bukan
berarti manusia tanpa berbuat apa-apa kemudian rezeki itu ada dengan sendirinya,
tetapi dengan akal cerdas yang kita miliki kita harus berpikir bahwa untuk
mendapatkan rezeki itu tentunya tidak mudah harus ada proses pengupayaan yaitu
melalui usaha atau kerja. Ibnu zubir dari Jabir, Rasulullah saw. Bersabda “Hai
sekalian manusia, seseorang tidak akan mati sebelum rezekinya habis oleh karena
itu jangan beranggapan bahwa kedatangan rezeki itu lambat, bertawakallah kepada
Allah dan gunakan cara yang baik dalam mencari rezeki lalu ambillah yang halal
bagimu dan hindarilah yang haram”. Yakinkanlah bahwa rezeki itu dari Allah dan
bekerja atau usaha hanya sekedar perantara ( faktor penyebab datangnya rezeki )
tidak mempengaruhi dapat atau tidaknya, lalu berkewajiban untuk mengeluarkan
zakat dan tidak dibelanjakan pada maksiat.

2.5 Korelasi anatara Al – Kasb dan Rezeki


Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang usaha yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan yang telah di usahakannya.

Q.S al Nisa ayat 32 :

7
۟ ُ‫سبْنَ ۚ َوسْـل‬
‫وا‬ َ َ ‫َصيبٌ ِم َّما ٱ ْكت‬
ِ ‫سآءِ ن‬ ۟ ‫سب‬
َ ِ‫ُوا ۖ َولِلن‬ َ َ ‫َصيبٌ ِم َّما ٱ ْكت‬ ٍ ‫علَ ٰى بَ ْع‬
ِ ‫ض ۚ ل ِِلر َجا ِل ن‬ َ ‫ضكُ ْم‬ َّ َ‫َو ََل ت َت َ َمنَّ ْو ۟ا َما ف‬
َّ ‫ض َل‬
َ ‫ٱَّللُ بِِۦه بَ ْع‬
َٔ
‫علِي ًما‬
َ ٍ‫ىء‬ َ ‫ٱَّلل َكانَ بِكُ ِل‬
ْ ‫ش‬ َ َّ ‫ض ِلِۦٓه ۗ إِ َّن‬
ْ َ‫ٱَّلل ِمن ف‬
َ َّ

Artinya : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu."

Kata )‫ ) اكتسب‬iktasabu dan )‫ (اكتسبن‬iktasabna yang diartikan dengan yang mereka


usahakan diambil dari kata (‫ )كسب‬kasaba. Penambahan huruf ta sehingga (‫– (اكتسب‬
iktasabu yang menunjukkan adanya kesungguhan dan kerja keras. Berbeda dengan
kasaba yang berarti melakukan sesuatu dengan mudah dan tidak disertai dengan
sungguh- sungguh. Sesungguhnya dengan bekerja keras, berusaha dan berikhtiar
disertai berdo'a kepada Allah niscaya akan dikabulkan dengan datangnya rahmat
dan kasih sayang dari Allah Swt. Ar-Raqhib al Ashfahani berpendapat bahwa kata
iktasa adalah usaha manusia dan perolehannya untuk dirinya sendiri, kalau kasaba
di gunakan untuk diri dan orang lain. jika demikian maka ayat ini seakan akan
berkata : jangan mengagan-angankan keistimewaan yang dimiliki seseorang atau
jenis kelamin yang berbeda, keistimewaan karena usahanya sendiri, baik bekerja
keras membanting tulang dan pikiran dan sesuai dengan potensinya, seperti lekaki
mendapat dua bagian dari perempuan karena ditugaskan berjihad, dan karena harta
benda kedudukan dan nama adalah karena usahanya. Begitu juga dengan
perempuan melahirkan dan menyusui. Kedua masing masing memiliki
keistimewaan dan hak sesuai dengan usaha mereka. Q.S Al-Baqarah ayat 202 :
ٓ
‫ب‬ َ ِ‫س ِري ُع ٱ ْلح‬
ِ ‫سا‬ ۟ ‫سب‬
َّ ‫ُوا ۚ َو‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ ِ ‫أ ُ ۟و ٰلَئِكَ لَ ُه ْم ن‬
َ ‫َصيبٌ ِم َّما َك‬

Artinya : "Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang


mereka usahakan dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya"

Rezeki dan Usaha sangat erat hubungannya karena dalam mencari rezeki Allah
menganjurkan kepada hamba-nya untuk bekerja keras dan berusaha dengan cara

8
yang halal sesuai dengan tuntutan yang telah tentukan oleh syariatnya. Karena harta
yang baik adalah harta yang didapatkan dengan cara yang halal kemudian
digunakan untuk mendekatkan diri dengan Allah swt, usahakan harta kita
bermanfaat untuk orang lain dan bersyukur atas apa yang telah diterimanya.

Selain usaha dalam mencari karunia-Nya makhluk juga harus beriktiar dan
berdo'a, seperti Nabi Isa As. memohon atau berdo'a kepada Allah agar dimudahkan
rezekinya dalam Surat Al Māidah ayat 114 yang berbunyi :

َ‫ٱَّلل إِن كُنت ُ ْم إِيَّاهُ ت َ ْعبُدُون‬


ِ َّ َ‫وا نِ ْع َمت‬ َ ‫ٱَّللُ َح ٰلَ ًًل‬
۟ ‫طيِبًا َوٱ ْشكُ ُر‬ ۟ ُ‫فَكُل‬
َّ ‫وا ِم َّما َرزَ قَكُ ُم‬

Artinya : "Makanlah wahai hamba-hamba dari apa yang Allah -Subḥānahu-


rezekikan kepada kalian selama ia halal dari jenis yang baik untuk dimakan,
syukurilah nikmat Allah yang Dia berikan kepada kalian dengan mengakuinya
bahwa itu adalah dari Allah dan memakainya untuk hal-hal yang Allah ridai bila
kalian menyembah Allah semata tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu."
Menurut Tafsir Al-Misbah berilah rezeki untuk kami rezeki yang mencakup segala
macam kebaikan bukan hanya rezeki yang kami makan. Sesungguhnya engkaulah
sebaik baik ) ‫ ) انت خير‬pemberi rezeki mengandung isyarat bahwa ada pemberi
rezeki selain allah, tetapi tidak sebaik Allah swt. Memang pemberi rezeki selain
Allah hanya perantara, sehingga seseorang dapat memperolehnya, adapun Allah
menciptakan bahan mentah rezeki sehingga manusia berusaha mengolahnya
sendiri, dan Allah memudahkan kepada makhluk untuk memperolehnya dan Dia
pula yang menganugerahi kemudahan, kemampuan, sehingga rezeki dapat di
peroleh seseorang.

Seandainya Allah memberikan rezeki tanpa usaha pasti manusia semakin


rusak dan banyak peluang bagianya berbuat kejahatan tetapi Allah Maha Bijaksana
menghibur manusia dengan memerintakan usaha. Penegasan umar bin khatab "hai
orang-orang fakir miskin angkatlah kepalamu, bekerja keraslah, karena banyak cara
usaha itu, jadilah penanggung diri sendri (jangan memberatkan orang lain)." Dalam
Surat al- Nājm ayat 39 menjelaskan bahwa makhluk memperoleh rezekinya dengan
usaha yang sunggu-sungguh.

َ ‫س ِن إِ ََّل َما‬
‫سعَى‬ َ ‫َوأَن لَّي‬
ِ ْ ‫ْس ل‬
َ ٰ ‫ِْلن‬

9
Artinya : "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya"

Menurut penafsiran M.Quraish Shihab, Manusia tiada memiliki selain apa


yang telah diusahakannnya, dan bahwa usahanya yang baik atau yang buruk tidak
akan dilenyapkan oleh Allah, tetapi kelak akan diperlihatkan kepadanya, sehingga
ia akan berbangga dengan amal baiknya dan ingin menjahkan diri dari amal yang
buruk, kemudian di beri balasan, yaitu dengan balasa yang sempurna, dan
sebaliknya dengan amalan yang buruk akan di balas dengan balasan yang setimpal.
Kata ( ‫ ) سعى‬yang artinya berjalan cepat namun belum sampai ke tinggat berlari kata
ini digunakan dalam arti berupaya secara sungguh sungguh.

Seseorang akan mendapatkan apa yang telah diusahakan, diupayakan dan


yang diamalkan tidak akan bertambah atau berkurang dari hasil usaha orang lain,
karena usaha dari hasil jerih payah atau dari hasil tangan sendiri sangat dianjurkan
oleh Allah. Dalam dunia ini Allah memerintahkan kepada makhluknya untuk
berlomba-lomba untuk berusaha dengan sungguh-sungguh. Ayat lain juga
menjelaskan dalam Surat Shaffat ayat 61 masih menjelaskan tentang usaha manusia
:

َ‫ِل ِمثْ ِل ٰ َهذَا فَ ْليَ ْع َم ِل ٱ ْل ٰعَ ِملُون‬

Artinya : "Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang


bekerja"
Dalam surat Al-Jumuāh ayat 10 menyerukan manusia untuk bersemagat mencari
rezeki. Sebagai berikut :

َ‫ِيرا لَّ َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


ً ‫ٱَّلل َكث‬ ۟ ‫ٱَّلل َوٱذْكُ ُر‬
َ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫ض َوٱ ْبتَغ‬
ْ َ‫وا ِمن ف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬ ۟ ‫صلَ ٰوة ُ فَٱنتَش ُِر‬
ِ ‫وا فِى ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ ‫ض َي‬

Artinya : "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung."
Allah membentangkan bumi untuk makhluk agar mau berusaha maka bertebaranlan
kamu untuk mencari karunianya dan mnegumpulkan kekayaan dunia dengan
menggunakan sarana dan kemampuan untuk mendapatkan rezeki yang Allah

10
tetapkan, Allah memerintakan kepada semua makhluknya untuk berangkat atau
bertebaran mencari rezeki setalah menunaikan shalat dan Allah sangat mancintai
orang-orang beriman yang berusaha dan bekerja keras untuk memperoleh nafkah
hidupnya dengan cara yang halal dan lelahnya orang yang bekerja akan akan
diampuni dosanya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha atau al-kasb merupakan susuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia
dengan dayanya yang di berikan oleh Allah untuk mencapai tujuan tertentu sesuai
keinginannya. Di dalam islam usaha semacam ini disebut ikhtiar, yang mana
orientasinya adalah untuk mencari kemaslahatan di dunia maupun di akhirat. Di
dalam ekonomi usaha adalah cara manusia untuk menghasil kan suatu barang
ataupun jasa guna menyambung hidupnya. Usaha berarti mengaluarkan segala
upaya, daya, pikiran, dan tubuh untuk mendapatkan sesuatu.

Sedangkan rezeki merupakan suatu hal yang baik yang diterima oleh manusia.
rezeki dibagi menjadi dua, yaitu rezeki lahir dan rezeki batin. Rezeki lahir meliputi
makanan, pakaian, rumah, dan lain-lain. Sedangkan rezeki batin yaitu kesehatan,
keselamatan, kebahagiaan, dan lain-lain. Dalam islam rezeki merupakan sesuatu
yang diberikan oleh Allah sebagai titipan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia di
dunia untuk menuju akhirat. Disini sangat jelas bahwa rezeki merupakan sebuah
pemberian dan titipan yang mana kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin
untuk mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat.

Rezeki dan usaha adalah suatu yang sangat erat bahkan nyaris tidak
terpisahkan. Usaha dapat diartikan segala upaya untuk mendapatkan rezeki. Karena
dengan usaha manusia akan terhindar dari rasa malas dan menggantungkan diri
kepada orang lain. menurut M.Quraish Shihab, manusia tidak ada mendapatkan
selain apa yang telah diusahakannya. Dari kutipan tersebut sangat jelas korelasi
antara usaha dan rezeki. yang mana dapat diartikan bahwa rezeki itu perlu dijemput
dan dia tidak ada datang dengan sendirinya.

3.2 Kritik dan Saran


Mengingat keterbatasan literatur dan wawasan dari penulis sendiri, penulis
menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Penulis berharap dengan adanya
makalah ini dapat menjadikan pencerdasan dan memunculkan pemahaman bagi

12
pembaca, serta dapat mendorong pembaca untuk terus mengkaji secara mendalam
dan komprehensif terkait substansi yang ada dalam makalah ini. Kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis butuhkan guna mendapatkan gagasan yang baku
dan akurat untuk kedepannya agar lebih baik. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menjadikan kebermanfaatan tersendiri untuk semua kalangan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah. 2018. Islam Berdialog dengan Zaman. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. [online] tersedia di :
https://books.google.co.id/books?id=RCVtDwAAQBAJ&pg=PA10&lp
g=PA10&dq=arti+al+kasb+dalam+al+Qur%27an&source=bl&ots=8Vs
VxvkUt2&sig=ACfU3U1jS7lc6YnE1vTVaOAeXGgDwebRvQ&hl=jv
&sa=X&ved=2ahUKEwiWxJeU3tboAhXK7nMBHZuUBKc4HhDoAT
AHegQICBAB#v=onepage&q=arti%20al%20kasb%20dalam%20al%2
0Qur'an&f=false. [diakses pada 08 April 2020].
Muttaqin, Imamul. Konsep Al-Kasb dan Moderenisasi Islam. [online] tersedia di :
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejour
nal.kopertais4.or.id/madura/index.php/alinsyiroh/article/download/3339
/2474&ved=2ahUKEwjR_qPZ5NboAhVc6XMBHVQBD8o4ChAWM
AJ6BAgFEAE&usg=AOvVaw0k1r4M8Lb6IAmpuNdQbK84. [diakses
pada 08 April 2020].

Rahmi, Nina. 2018. Korelasi Rezeki dan Usaha dalam Perspektif Al-Qur’an.
Skripsi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.

14

Anda mungkin juga menyukai