Anda di halaman 1dari 16

Profesi Kependidikan

Wawasan Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Kelompok 4:
Mila Oktavia Rusnita (1204958)

Mersa Yulia (1204979)

RM 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Tahun 2014
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan
Menurut Crow & Crow, 1960: 14 bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang telah terlatih dengan baik dan
memiliki kepribadiaan dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu
dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan
menanggung bebannya sendiri.
Menurut Jones, dalam Djumhur dan M. Surya 1975: 10, bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan pilihan-pilihan
dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan lingkungannya.
Tujuan utama bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap individu sesuai
dengan kemampuannya.
Menurut Mortensen & Schmuller, 1964: 3, bimbingan dapat diartikan sebagai
bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu menyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli dengan mana
setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kecakapan-
kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan.
Dari ketiga pendapat ahli di atas tentang pengertian bimbingan, terdapat
beberapa kesamaan, yaitu:
a. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun demikian,
tidaklah berarti bahwa setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Utnuk
dapat dikatakan sebagai bimbingan, maka bentuk bantuan itu harus
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu prinsip, tujuan, dan metode-metode
tertentu sebagaimana terkandung didalam pengertian bimbingan tersebut.
b. Bimbingan itu diberikan kepada individu yang membutuhkannya, baik
laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak maupun orang dewasa.
c. Bimbingan itu diberikan kepada individu agar ia dapat mandiri dalam
menetapkan pilihan pilihan dan membuat keputusan-keputusan.
Keputusan-keputusan yang dibuat itu harus dapat dipertanggungjawabkan
sendiri.
d. Bimbingan itu diberikan dengan menggunakan bahan-bahan berupa data
atau keterangan-keterangan tentang siswa dan juga data tentang
lingkungan.
e. Bimbingan itu diberikan dalam hubungan interaksi antara pembimbing dan
individu yang dibimbing. Dalam hubungan interaksi ini terjadi proses yang
akhirnya bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh individu
yang dibimbing.
f. Bimbingan itu diberikan dalam suasana sadar, bukan dalam suasana tidak
sadar atau setengah sadar. Kesadaran itu disertai dengan proses penalaran
yang penuh.
g. Bimbingan itu diberikan dalam bentuk gagasan-gagasan atau ide-ide yang
perlu dipertimbangkan oleh individu yang dibimbing sebelum dia
membuat suatu keputusan.
h. Bimbingan itu diberikan dengan jalan asuh dan asih artinya bimbingan itu
selalu dilakukan atas dasar kasih sayang dan kecintaan demi kebahagiaan
individu yang dibimbingnya.
i. Bimbingan itu diberikan dengan mempedomani norma-norma atau nilai-
nilai yang dianut. Pelayanan bimbingan tidak boleh menyimpang atau
melanggar norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
sekitarnya.
j. Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yaitu orang-orang yang memiliki
pengetahuan dan terlatik secara baik dalam bidang bimbingan dan
konseling.

Prayitno (1987: 36) merumuskan bahwa bimbingan itu adalah proses


pemberian bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri, dengan menggunakan
bahan, berupa interaksi, nasehat, gagasan, dan asuhan yang didasarkan atas norma-
norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling
Dalam bahasa Latin, istilah konseling disebut “Counsilium” yang berarti
“dengan” atau “bersama”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, untuk istilah itu
mengandung pengertian kurang lebih sama dengan “penyuluhan”.
Pengertian konseling menurut beberapa ahli antara lain adalah:
1) Gienn e. Smith, dalam Shertzer and Stone, 1978: 18, konseling adalah
proses dalam mana konselor membantu klien membuat interpretasi-
interpretasi tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan suatu pilihan,
rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
2) Milton E. Hann and Malcolm S. O Maclean dalam Shertzer and Stone,
1978: 18, konseling adalah proses yang terjadi dalam hubungan-hubungan
seseorang dengan seseorang antara individu yang berkesulitan karena
masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya dengan sendiri dengan
seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya
mampu membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan
berbagai jenis masalah pribadi.
3) Pepinsky and Pepinsky dalam Bruce and Shertzer, konseling adalah
interaksi yang (a) terjadi antara dua individu yang masing-masing disebut
konselor dan klien; (b) diadakan dalam suasana profesional; (c) diciptakan
dan dikembanggkan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-
perubahan dalam tingkah laku klien.
Hakikat konseling menurut Patterson menampilkan ciri-ciri dibawah ini:
1) Konseling adalah usaha untuk menimbulkan perubahan tingkah laku
secara sukarela pada diri klien.
2) Maksud dan tujuan konseling adalah menyediakan kondisi-kondisi yang
memudahkan terjadinya perubahan secara sukarela (kondisi yang memberi
hak individu untuk membuat prilaku, untuk tidak tergantung pada
pembimbing).
3) Usaha-usaha untuk memudahkan terjadinya perubahan tingkah laku
dilakukan memlalui wawancara (walaupun konseling selalu dilakukan
dalam wawancara, tetapi tidak semua wawancara diartikan konseling).
4) Mendengarkan merupakan suatu hal yang berada dalam konseling tetapi
tidak semua konseling adalah mendengarkan.
5) Konseling dilaksanakan dalam suasana hubungan pribadi antara konselor
dan klien. Hasil pembicaraan yang dilakukun itu bersifat rahasia.

Jadi konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam


suasana hubungan tatap muka antara seorang konselor dengan klien.
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
1. Latar belakang sosial budaya
Perkembangan dan perubahan sosial budaya sangat cepat terjadi dalam
kehidupan manusia saat ini, terutama dengan adanya era globalisasi.
Perkembangan dan perubahan tersebut akan mengakibtkan bertambahnya jenis
pekerjaan, pendidikan, dan pola yang dituntut untuk mengisi kehidupan tersebut.
2. Latar belakang pendidikan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang penting
dalam usaha mendewasakan siswa. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
ada tiga bidang pendidikan yang satu sama lain saling berkaitan
a) Bidang pengajaran dan kurikulum
b) Bidang administrasi dan kepemimpinan
c) Bidang layanan bantuan
3. Latar belakang psikologis
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan
individu, perbedaan individu, kebutuhan individupenyesuaian diri serta masalah
belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa:
a) Masalah perkembangan individu
Pada masalah ini siswa diharapkan dapat memberikan bimbingan dan
arahan dalam proses perkembangan mereka.
b) Masalah perbedaan individu
Di sekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran
yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat,  dan
malas dalam belajar, kentyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan
konseling diperlukan, sebab melalui kegiatan bimbingan dan konseling
perbedaan individu merupakan faktor layanan.
c) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Penyesuaian diri merupakan kelanjutan perubahan individu. Bila
individu dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan ditunjang oleh lingkungan
yang konduksif maka individu dapatmenyesuaikan diri tanpa mengalami
masalah.
d) Masalah belajar
Individu yang sedang belajar dipngaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang berasal dalam diri ataupun luardiri mereka. Faktor dalam maupun luar
individu dapat menimbulkan masalah belajar bagi siswa.

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan Bimbingan dan Konseling dapat debedakan atas tujuan umum dan
tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Bimbingan dan Konseling bertujuan agar setelah mendapat pelayanan Bimbingan
dan Konseling siswa dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai
dengan bakat, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki,
2. Tujuan Khusus
Secara khusus paelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan agar
siswa dapat:
a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat,
sikap, dan perasaan.
b. Memahami lingkungannya dengan baik, yang meliputu lingkungan
pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan sosial masyarakat. Dari
segi lingkungan lingkungan pendidikan siswa hendaknya dapat memahami
baik sekolah yang diikitinya sekarang maupun sekolah lanjutan yang akan
dimasukinya, seperti peraturan-peraturan sekolah, kemudahan-kemudahan
yang tersedia, jenis-jenis sekolah lanjutan yang ada, syarat-syarat masuk
dll.
c. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yaitu keputudan-keputusan
yang dibuat atas pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan
lingkungan sebagaimana disebitkan pada buturan a dan b di atas. Dengan
pemahaman itu siswa diharapkan dapat menyesuaikan antara keadaan diri
yang dimiliki dengan keadaan lingkungan yang telah dipahaminya itu.
d. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sahari-hari,
baik disekolah maupun diluar sekolah.
D. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Pemahaman
Yang pertama dan paling awal harus dilakukan oleh pembimbing adalah
mengetahui siapa dan bagaimana individu yang dibimbing itu. Mengetahui siapa
dan bagaimana individu siswa berarti berusaha mengungkapkan dan memahami
apa masalah dan kesulitan yang dihadapinya, apa dan bagaimana kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Hal ini diperoleh melalui berbagai
keterangan tentang diri siswa yang bersangkutan

2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling harus memiliki fungsi pencegahan, yaitu
penciptaan suatu suasana agar pada diri siswa tidak timbul berbagai masalah yang
dapat menghambat proses belajar dan perkembangannya. Beberapa kegiatan
bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan fungsi ini antara lain adalah:
a. Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan
lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial-pribadi, dan
peraturan-peraturan sekolah.
b. Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi
saran dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan-peraturan
yang logis dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang
menyenangkan.
c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan
kesamaan pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-
anak mereka.

3. Fungsi pemecahan (pemberian bantuan)


Fungsi pemecaha diperlukan agar, masalah-masalah yang dialami siswa dapat
teratasi dengan segera mungkin. Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah
untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses
belajar-mengajar di sekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat
berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar, kesulitan dalam menangkap
isi pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara
baik dengan teman-temannya, masalah kesehatan, dan sebagainya. Fungsi
pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor dan guru sesuai dengan jenis
dan sifat dari kesulitan yang dialami siswa.

4. Fungsi pengembangan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang
dialami siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat menggembangkan
segenap potensi yang dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan
menyalurkan bakat, kemampuan, dan minat, serta cita-cita siswa dengan
menyediakan berbagai kegiatan disekolah seperti kegiatan olahraga, kesenian,
kelompok-kelompok studi-studi tertentu, keryawisata, palang merah remaja,
pramuka dan kelompok pencipta alam.

E. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


1. Bimbingan adalah untuk semua murid
Semua murid pada dasarnya memerlukan layanan bimbingan dan konseling sesuai
dengan jenis dan sifat masalah yang dihadapinya. Berdasarkan atas pertimbangan
waktu, tempat, tenaga dan dana banyak sekolah yang membatasi program
bimbingan dan konseling untuk membantu murid yang mengalami masalah
tertentu saja, seperti potensial putus sekolah, kesulitan dalam belajar, dan
kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri di sekolah.

2. Bimbingan dan konseling melayani murid-murid dari semua usia


Bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau
kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi, bahkan juga untuk orang-orang dewasa.

3. Bimbingan dan konseling harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan


perkembangan siswa.
Bimbingan dan konseling terkait dengan pribadi secara keseluruhan dan terarah
pada pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, sosial dan emosional.
Manusia pada hakekatnya adalah holistik, tingkah laku dan pertumbuhannya tidak
dapat dipenggal-penggal dan dipisahkan. Dewasa ini banyak kepala sekolah, guru
dan warga masyarakat lainnya yang menganggap bahwa bimbingan adalah
bimbingan karier. Menurut konsep ini yang ada di sekolah adalah bimbingan
karier. Anggapan ini sudah tentu mengelirukan. Walaupun perencanaan dan
pemberian informasi tentang pekerjaan/jabatan merupakan layanan yang amat
penting, tetapi layanan-layanan bimbingan lain pun sama pentingnya.

4. Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri


Ada kecenderungan dari guru-guru yang lebih senang memberitahukan kepada
murid tentang apa yang harus dilakukannya. Siswa selalu dituntun untuk
melakukan apa yang harus dilakukan. Biasanya “apa yang harus dilakukan” itu
berda di dalam kepala guru. Siswa tidak pernah tahu tentang apa yang harus
dilakukannya. Akibatnya, siswa selalu menunggu apa yang akan disuruhkan atau
diperintahkan oleh guru. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran seperti ini
berkemungkinan besar dapat menghasilkan manusia-manusia yang pasif di
kemudian hari.

Dalam menumbuh-kembangkan murid dalam menemukan dan mengembangkan


diri dapat ditempuh antara lain dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran
yang meminta tentang apa yang akan dilakukannya. Ini dapat memungkinkan
berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang patut dilakukannya.

5. Pelaksanaan bimbingan dan konseling menghendaki adanya kerja sama dari


murid, orangtua, kepala sekolah, dan konselor
Pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kerjasama dari
berbagai pihak yaitu murid, orang tua, guru, kepala sekolah, konselor dan lainnya.
Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari pihak yang terkait, pelaksanaan
bimbingan dan konseling dapat menjadi mandeg. Untuk memungkinkan
terjadinya kerjasama dari pihak itu, perlu diatur dan ditetapkan peranan dan
tanggungjawabnya masing-masing.

6. Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program


pendidikan di sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisah dari program
pendidikan secara keseluruhan. Program pendidikan yang baik adalah program
yang mengikutsertakan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian dari
pelayanannya.
7. Bimbingan dan konseling harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu
dan masyarakat
Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pengertian
profesional di sini bukan saja karena bimbingan dan konseling itu dilakukan oleh
orang-orang yang ahli dalam bidang ini, tetapi lebih dari itu karena profesi
membawa konsekuensi yang mendasar terhadap pekerjaan bimbingan dan
konseling itu sendiri. Salah satu di antaranya adalah berkenaan dengan
pertanggungjawabkan.

F. Asas-asas Bimbingan dan Konseling


1. Asas Kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal
ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2. Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya.Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3. Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,
baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien)
mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan
dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.Guru Pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

5. Asas Kemandirian
Yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu
peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri.Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.

6. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran
layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat
sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat
peserta didik (klien) pada saat sekarang.

7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta
didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi
amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan
lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini
harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian


Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Dalam hal ini, para pelaksana
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus


Yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula,
sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada
pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun
di luar sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani


Yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)

G. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik


bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1) Membimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan
dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
2) Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil
yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau
wewenangnya.
3) Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung dengan kehidupan pribadi orang
seperti telah dikemukakan di atas maka seorang pembimbing harus :
a) Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya
b) Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c) Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien.
d) Pembimbing tidak diperkenankan :
(1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak
terlatih.
(2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal
yang tidak baik bagi klien.
(4) Mengalihkan klien kepada konselor lain, tanpa persetujuan klien
tersebut.
e) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar
keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam
melaksanakan bimbiingan dan konseling.
f) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat
yang memerlukan pengbdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, terdapat rumusan kode etik bimbingan dan
konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip
oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986) yaitu :
a) Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan
klien.
b) Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan
pribadi pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembimbng/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna
kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbng/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk
mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada
dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan
diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbng/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbng/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku
profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan
konseling.
g) Pembimbng/konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap lembaga
dan orang-orang yang dilayani, maupun terhadap profesinya.
h) Pembimbng/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
i) Pembimbng/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang
hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan
bimbingan guna dapat memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembimbing menjaga kerahasiaan ini.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan
dan menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan
lain yang    membutuhkan data tentang sifat dan diri kepribadian seperti taraf
inteligensi, minat, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi
seseorang.
m) Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang
diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi
lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan apa hubungannya dengan masalah yang
dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-
alasan tentang kegiatan-kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan
pada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahukan itu ada hubungannya dengan
usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu dan Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Ubaidillah. 2013. Bimbingan dan Konseling. http://makalahs1. blogspot.com/ 2013/05/
makalah-bimbingan-dan-konseling-dasar.html. Diakses 22 Februari 2014: 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai