Wawasan Bimbingan Dan Konseling
Wawasan Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
Kelompok 4:
Mila Oktavia Rusnita (1204958)
RM 10
2. Pengertian Konseling
Dalam bahasa Latin, istilah konseling disebut “Counsilium” yang berarti
“dengan” atau “bersama”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, untuk istilah itu
mengandung pengertian kurang lebih sama dengan “penyuluhan”.
Pengertian konseling menurut beberapa ahli antara lain adalah:
1) Gienn e. Smith, dalam Shertzer and Stone, 1978: 18, konseling adalah
proses dalam mana konselor membantu klien membuat interpretasi-
interpretasi tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan suatu pilihan,
rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
2) Milton E. Hann and Malcolm S. O Maclean dalam Shertzer and Stone,
1978: 18, konseling adalah proses yang terjadi dalam hubungan-hubungan
seseorang dengan seseorang antara individu yang berkesulitan karena
masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya dengan sendiri dengan
seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya
mampu membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan
berbagai jenis masalah pribadi.
3) Pepinsky and Pepinsky dalam Bruce and Shertzer, konseling adalah
interaksi yang (a) terjadi antara dua individu yang masing-masing disebut
konselor dan klien; (b) diadakan dalam suasana profesional; (c) diciptakan
dan dikembanggkan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-
perubahan dalam tingkah laku klien.
Hakikat konseling menurut Patterson menampilkan ciri-ciri dibawah ini:
1) Konseling adalah usaha untuk menimbulkan perubahan tingkah laku
secara sukarela pada diri klien.
2) Maksud dan tujuan konseling adalah menyediakan kondisi-kondisi yang
memudahkan terjadinya perubahan secara sukarela (kondisi yang memberi
hak individu untuk membuat prilaku, untuk tidak tergantung pada
pembimbing).
3) Usaha-usaha untuk memudahkan terjadinya perubahan tingkah laku
dilakukan memlalui wawancara (walaupun konseling selalu dilakukan
dalam wawancara, tetapi tidak semua wawancara diartikan konseling).
4) Mendengarkan merupakan suatu hal yang berada dalam konseling tetapi
tidak semua konseling adalah mendengarkan.
5) Konseling dilaksanakan dalam suasana hubungan pribadi antara konselor
dan klien. Hasil pembicaraan yang dilakukun itu bersifat rahasia.
2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling harus memiliki fungsi pencegahan, yaitu
penciptaan suatu suasana agar pada diri siswa tidak timbul berbagai masalah yang
dapat menghambat proses belajar dan perkembangannya. Beberapa kegiatan
bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan fungsi ini antara lain adalah:
a. Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan
lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial-pribadi, dan
peraturan-peraturan sekolah.
b. Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi
saran dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan-peraturan
yang logis dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang
menyenangkan.
c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan
kesamaan pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-
anak mereka.
4. Fungsi pengembangan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang
dialami siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat menggembangkan
segenap potensi yang dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan
menyalurkan bakat, kemampuan, dan minat, serta cita-cita siswa dengan
menyediakan berbagai kegiatan disekolah seperti kegiatan olahraga, kesenian,
kelompok-kelompok studi-studi tertentu, keryawisata, palang merah remaja,
pramuka dan kelompok pencipta alam.
2. Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya.Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,
baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien)
mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan
dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.Guru Pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian
Yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu
peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri.Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran
layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat
sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat
peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta
didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi
amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan
lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini
harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Yusuf, Syamsu dan Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Ubaidillah. 2013. Bimbingan dan Konseling. http://makalahs1. blogspot.com/ 2013/05/
makalah-bimbingan-dan-konseling-dasar.html. Diakses 22 Februari 2014: 20.00 WIB