Lapkas Interne COVID 19 Dengan DM Tipe 2
Lapkas Interne COVID 19 Dengan DM Tipe 2
BAB I.......................................................................................................................................3
DEFINISI.............................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
DEFINISI
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum (KU) : Sedang
Kesadaran (Kes) : Composmentis Cooperative (CMC)
Tekanan darah (TD) : 140/ 90 mmHg
Frekuensi Nadi (HR) : 90 x/i
Frekuensi Nafas (RR) : 20x/i
Suhu (T) : 36, 8o C
Tinggi Badan (TB)/
Berat Badan (BB) : 150 cm/48 kg
Body Mass Index (BMI) : 17,7
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Tidak teraba pembesaran KGB Colli
Toraks :
Paru :
Inspeksi : Statis : pergerakan kiri sama dengan kanan
Dinamis : pergerakan dada kiri sama dengan kanan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palapasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Abdomen :
Inspeksi : tidak cembung
Palpasi : supel, hepar/lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : tidak dilakukan
Pemeriksaan radiologis :
Tatalaksana :
IVFD NaCL 0,9% 3 kolf dalam 2 jam pertama di IGD pinere, dilanjutkan dgn
NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Drip 50 IU Insulin dlm 48cc NaCl 0,9% via syringe pump, mulai kecepatn 2,5
cc/jam+ Critical Ill Insulin sesuai protap
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
N Acetil sistein 2 x 200 mg (PO)
Meropenem 3 x 1 gr (IV )
Vitamin C 3 x 100mg
Zink 2 x 20 mg (PO)
As Folat 1 x 5 mg (PO)
BicNat 3 x 500mg (PO)
Rencana:
Pemeriksaan swab follow-up pada tgl 2 Agustus 2020
Cek Ur/Cr setiap 3 hari
Pasien direncanakan pasang cateter urine, namun pasien dan keluarga menolak
Assesment (A) :
Covid-19 terkonfirmasi+DM tipe 2 tidak terkontrol+
DM tipe 2 tidak terkontrol Malnutrisi
Anemia berat ec akut on CKD
Tatalaksana :
IVFD NaCL 0,9% 8jam/kolf
Drip Critical ill insulin sesuai protap
Meropenem 3 x 1 gr (IV) (H1)
N Acetil Sistein 2 x 200 mg (PO)
Paracetamol 3 x 500mg (PO)
Vitamin C 3 x 100mg
Zink 2 x 20 mg (PO)
As Folat 1 x 5 mg (PO)
BicNat 3 x 500mg (PO)
Diet rendah garam dan diet DM
Planning (P) :
Crossmatch dan rencana transfusi 2 PRC
Cek ur/cr tiap 3 hari
Cek urinalisa
Cek GDP dan GD2PP, serta HBA1C pada hari kamis ( 30 Juli 2020 )
Cek Kultur sputum kuman banal dan sensitivity
Assesment (A) :
Covid-19 terkonfirmasi+DM tipe 2 tidak terkontrol+
DM tipe 2 tidak terkontrol Malnutrisi
Anemia berat ec akut on CKD
Tatalaksana :
IVFD NaCL 0,9% 8jam/kolf
Injeksi Levemir 1 x 18IU (SC)
Injeksi Novorapid 3 x 8IU (SC), dgn dosis koreksi
Ramdesivir 100mg (IV) drip dalam 100 cc NaCL 0,9% (H2) habis dalam 2 jam
s/d H10
Meropenem 3 x 1 gr (IV) (H3)
N Acetil Sistein 2 x 200 mg (PO)
Vitamin C 3 x 100mg
Zink 2 x 20 mg (PO)
As Folat 1 x 5 mg (PO)
BicNat 3 x 500mg (PO)
Transfusi PRC Kolf ke-2
Awasi tanda-tanda hipoglikemia
Objektif (O) :
KU Kes TD HR RR Temp Sat.Oksigen
Sedang CMC 130/90 86x/I 18x/’ 36,9 98% ( udara bebas )
GDR : 186
Mata : Konjuntiva anemis, sklera tidak ikterik
Abdomen : NT epigastrium (-)
H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, Ref. Kapiler < 2 detik, oedem -/-
Assesment (A) :
Covid-19 terkonfirmasi+DM tipe 2 tidak terkontrol+
DM tipe 2 tidak terkontrol Malnutrisi
Anemia berat ec akut on CKD
Tatalaksana :
IVFD NaCL 0,9% 8jam/kolf
Injeksi Levemir 1 x 12IU (SC)
Injeksi Novorapid 3 x 8IU (SC)
Ramdesivir 100mg (IV) drip dalam 100 cc NaCL 0,9% (H2) habis dalam 2 jam
s/d H10
Meropenem 3 x 1 gr (IV) (H6)
N Acetil Sistein 2 x 200 mg (PO)
Vitamin C 3 x 100mg
Zink 2 x 20 mg (PO)
As Folat 1 x 5 mg (PO)
BicNat 3 x 500mg (PO
Awasi tanda-tanda hipoglikemia
Kirim PCT & kultur sputum
Pasien diperiksa GDP & GD2PP, HbA1c
BAB III
DISKUSI
Pada pasien ini juga terdapat permasalahan pada ginjal. Saat pasien ini
pertama kali masuk ke rumah sakit Dr.M.Djamil Padang, kadar kreatinin pada pasien
ini adalah 2,0 dengan kadar ureum 84. Berdasarkana nilai labor tersebut terdapat
peningkatan faal ginjal pada pasien ini. Pasien telah diberikan terapi asal folat dengan
dosis 1 x 5mg (PO) dan pemberian Bicnat 3 x 500mg (PO). Selain obat-obatan, terapi
cairan juga penting untuk mengendalikan agar pasien ini mengalami dehidrasi cairan
yang justru akan memperberat fungsi ginjalnya. Cairan yang diberikan pada pasien
ini berupa pemberian IVFD Nacl 0,9% 8 jam/kolf.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya peningkatan faal ginjal tersebut, bisa
disebabkan oleh perjalanan dari penyakit DM tipe 2 itu sendiri atau masalah dehidrasi
(kekurangan cairan ). Namun dari berbagai literatur yang menyatakan adanya kaitan
langsung maupun tidak langsung antara infeksi covid-19 dengan ginjal. Setelah
menginfeksi paru, RNA covid-19 terdeteksi dalam serum 15% pasien dengan
pemeriksaan RT-PCR. Temuan ini mengungkapkan bahwa virus dapat masuk ke
dalam darah dan berada di jaringan ginjal karena tingginya ekspresi ACE2 dalam sel
ginjal dan kemudian merusak sel ginjal tersebut. Keadaan inflamasi yang mendasari
patofisiologi pada pasien CKD mungkin membuat mereka rentan terhadap pneumonia
covid-19 karena keadaan pro-inflamasi dengan defek fungsi pada sel imun adaptif
dan bawaan yang meningkatkan risiko pneumonia dan juga infeksi saluran
pernapasan atas.12,13
Pada pasien pneumonia covid-19, infeksi dapat terjadi selama perawatan
intensif. Lipopolysaccharide yang diekspresikan oleh membran bakteri gram negatif
yang dilepaskan ke dalam darah dan melepaskan endotoksin yang menyebabkan
septik. Infeksi bakteri sekunder terjadi pada pneumonia COVID-19 yang parah dan
menginduksi terjadinya Acute Kidney Injury (AKI), kemudian secara sinergis
menyebabkan kerusakan ginjal lainnya melalui mekanisme ini. Selain itu tingkat
saturasi O2 yang rendah pada pneumonia covid-19 telah mengkonfirmasi hubungan
antara kerusakan alveolar dan tubular (aksis paru-ginjal). Sebuah studi pada pasien
dengan ARDS tanpa penyakit ginjal akut atau kronis sebelumnya, telah mendeteksi
bahwa pneumonia adalah penyebab ARDS di Australia, 83% pasien dengan AKI
pada kasus yang lebih parah terjadi pada usia yang lebih tua, indeks massa tubuh
yang lebih tinggi, diabetes mellitus, gagal jantung kronis dan tekanan darah yang
tinggi. ARDS juga menyebabkan ginjal hipoksia meduler yang membuat kerusakan
tambahan pada sel-sel tubular ginal14,15
BAB IV
KESIMPULAN
COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Penyakit ini
harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat mortalitas
yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif. Masih banyak
knowledge gap dalam bidang ini sehingga diperlukan studi-studi lebih lanjut.
Orang dengan diabetes memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
infeksi covid-19. Memahami risiko ini merupakan cara terbaik untuk memitigasi
outcome mereka dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah kunci untuk
pengambilan keputusan oleh klinisi selama covid-19
Gangguan ginjal oleh penyakit covid19, terdiri dari cedera ginjal akut, karena
nekrosis tubular akut yang disebabkan oleh sepsis, dehidrasi, sindrom badai sitokin,
dan hipoksia. Pendekatan holistik untuk pasien dengan infeksi covid-19 harus khusus
diberikan untuk mengendalikan faktor risiko cedera ginjal yang lebih parah
Daftar Pustaka