Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FLEBOTOMI

“SUMSUM TULANG (SST)”

KELOMPOK 3:
RAHMA LISA
SOFI AWALLIYAH
YULIAH PUTRI
VIRA LIESVIA

NAMA DOSEN: M. Reza, S.ST

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
TAHUN 2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendak-Nya makalah sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Flebotomi. Adapun yang
kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai “Pemeriksaan Sum-Sum Tulang”.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah ini, karena
lewat makalah ini kami dapat memahami dan mempelajari secara khusus tentang pentingnya
dalam kehidupan manusia mengenai makalah tersebut.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................
BABI PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 3
C. TUJUAN ............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 4
A. PENGERTIAN SUMSUM TULANG ................................................................ 4
B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG....................................... 4
C. PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG.............................................................. 7
D. PASCA ANALITIK............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN.................................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitif
sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen; mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi; dan mekanisme hemostasis. Darah terdiri atas dua
komponen utama yaitu plasma darah dan butir-butir darah. Plasma darah adalah bagian
cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sedangkan
butir-butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit (Bakta, 2006).
Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbeda-beda, ukurannya
lebih besar dari eritrosit, tidak berwarna dan dapat melakukan pergerakan dengan
bantuan kaki semu (pseudopodia) dengan masa hidup 13-20 hari (Nugraha, 2015).
Umumnya sel leukosit dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit
yaitu yang mempunyai granula khas, terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.
Sedangkan agranulosit adalah yang tidak mempunyai granula khas, diantaranya limfosit
dan monosit (Kiswari, 2014).
Sumsum tulang merupakan tempat produksi sel-sel darah, salah satunya leukosit.
Morfologi leukosit yaitu sel bulat berinti dengan sitoplasma yang granuler dan
agranuler. Karena leukosit berinti, sangat mudah dibedakan dengan eritrosit pada
pemeriksaan mikroskopik.
Pemeriksaan sumsum tulang dilakukan untuk mendiagnosa beberapa keadaan,
seperti leukemia. Hal ini penting dilakukan karena yang diperiksa adalah sumber dari
sel-sel darah yang menggambarkan hemopoiesis. Sampel sumsum tulang digunakan
untuk pemeriksaan sitologis dengan analisa lainnya yang ditujukan khusus terhadap
morfologi serta hitung jenis. Sediaan atau preparat sumsum tulang adalah pembuatan
sediaan yang mirip dengan pembuatan apusan darah tepi, namun menggunakan bahan
utama fragmen sumsum tulang. Pewarnaan standard yang digunakan untuk evaluasi

4
awal adalah Wright atau May-Grunwald-Giemsa staining yang menonjolkan detail
sitologis.
Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metil azur, yang memberi
warna merah muda pada sitoplasma dan methylen blue pada inti leukosit. Pewarnaan
Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan
untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk
mengidentifikasi parasit-parasit darah (Maskoeri, 2008).
Salah satu yang harus diperhatikan dalam pewarnaan Giemsa yang baik adalah
ketepatan pH buffer. pH basa atau alkali akan mempertegas komponen azure (methylen
blue) terhadap komponen eosin sedangkan pH asam atau acid akan mempertegas
komponen eosin terhadap komponen azure (methylen blue). Pengencer Giemsa idealnya
mempunyai pH 6,8 agar tidak berpengaruh pada pewarnaan morfologi sel darah.
Kelainan morfologi leukosit salah satunya adalah granulasi toksik, yaitu granula
sitoplasma terwarnai lebih mencolok dan lebih kasar pada sitoplasma neutrofil pasien
yang terinfeksi berat. Ketika dilakukan pewarnaan dengan konsentrasi pH buffer yang
terlalu asam, maka secara mikroskopik granulasi toksik akan tampak seperti neutrofil
biasa. Sebaliknya, apabila konsentrasi pH buffer terlalu basa maka neutrofil biasa akan
tampak seperti granulasi toksik.
Pengencer buffer dengan pH yang rendah atau kurang dari 6,8 mengakibatkan
leukosit tidak sempurna menyerap pewarna Giemsa dikarenakan terlalu asam sehingga
kromatin inti yang seharusnya berwarna ungu hanya terbentuk sebagian di tengah inti,
dan sebagian berwarna merah, leukosit juga akan menampakkan bagian-bagian yang
kurang jelas. Sebaliknya pada pengencer buffer dengan pH tinggi atau lebih dari 6,8
dengan basa yang kuat mengakibatkan leukosit terlalu banyak menyerap methylen blue
sehingga sitoplasma semakin pekat dan granula semakin gelap (Adianto, 2013).
Dalam kondisi khusus penelitian atau pengambilan data di lapangan seringkali
teknik pewarnaan Giemsa dilakukan tanpa memeperhatikan ketepatan pH buffer.
Penggunaan Giemsa dengan pH buffer asam dan basa sudah dikaji sebelumnya terhadap
morfologi sel eritrosit dan sel leukosit pada apusan darah tepi, oleh karena itu maka
peneliti ingin mencari tahu pengaruh konsentrasi pH buffer Giemsa terhadap morfologi
leukosit pada preparat sumsum tulang.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan peranan hasil pemeriksaan sum-sum tulang (SST)?
2. Bagaimana persiapan pemeriksaan sum-sum tulang (SST)?
3. Bagaimana penanganan spesimen pada pemeriksaan sum-sum tulang (SST)?
4. Apa jenis pemeriksaan spesimen sum-sum tulang (SST)?

C. TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Flebotomi
2. Menjelaskan pengertian dan peranan hasil pemeriksaan sum-sum tulang (SST)
3. Menjelaskan bagaimana persiapan pemeriksaan sum-sum tulang (SST)
4. Menjelaskan cara penanganan spesimen pada pemeriksaan sum-sum tulang (SST)
5. Menjelaskan jenis pemeriksaan spesimen sum-sum tulang (SST)

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUMSUM TULANG

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons.
Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di
bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan
sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua jenis sumsum tulang pada
manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Pada neonatus,
seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna sumsum tulang yang
bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari sumsum tulang
merahnya akan inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang kuning (fatty marrow)
(Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-
lemak secara progresif terutama di tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum
hemopoietik sekalipun, 50% penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006).
Jadi pada dewasa, proses hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral
dan ujung proksimal dari humerus dan femur.

B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG


1. TEKNIK ASPIRASI

 Persiapan Pasien  
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum prosedur ini antara lain.Informed
consent yang penjelasan kepada pasien mengenai langkah-langkah pemeriksaan
aspirasi sumsum tulang, termasuk risiko nyeri yang mungkin terjadi serta
memastikan tidak ada penyakit yang menjadi kontraindikasi pemeriksaan sumsum
tulang. Sebaiknya pasien juga dijelaskan jika terjadi rasa tidak nyaman, sebaiknya
pasien tetap berada pada posisi tetap dengan gerakan yang minimal agar prosedur

7
tindakan selesai dalam waktu singkat. Menjawab semua pertanyaan dan keraguan
pasien sebelum tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien.

Melakukan pemeriksaan darah lengkap, nilai retikulosit, apusan darah tepi, faktor
pembekuan darah seperti prothrombin time (PT), international normalized ratio
(INR), dan activated partial thromboplastin (aPTT) untuk memastikan tidak ada
risiko perdarahan saat prosedur dilaksanakan. Jika terdapat gangguan faktor
koagulasi pada pasien, sebelum tindakan aspirasi sumsum tulang sebaiknya diterapi
terlebih dahulu.  Untuk pasien yang mengkonsumsi beberapa obat yang
menimbulkan efek anti pembekuan darah, sebaiknya dihentikan satu minggu sebelum
prosedur dilaksanakan.
Memastikan status imun pasien untuk menyingkirkan risiko infeksi seperti akibat
prosedur yang dilaksanakan seperi pada  Human immunodefisiensi virus (HIV),
penyakit defisiensi autoimun yang bersifat bawaan seperti wiskott Aldrich
syndrome atau pada penggunaan obat imunosupresi.
Pastikan pasien tidak memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap bahan anestesi lokal.

Menyingkirkan beberapa risko yang meningkatkan kerapuhan tulang seperti


riwayat operasi pada tulang, terapi radiasi dan kemoterapi serta risiko terjadinya
fraktur patologis seperti pada osteoporosis dan multipel mieloma.  Riwayat
menderita keganasan sebelumnya yang berisiko menimbulkan metastasis ke
tulang.  Menilai faktor yang menimbulkan risiko terjadinya anomali pada komponen
darah seperti status nutrisi dan alkoholisme [2-5]

 Peralatan
Material yang digunakan untuk tindakan aspirasi sumsum tulang antara lain:

 Pisau scalpel 15

 Mallet
 Spuit 30 cc

 Jarum trocar dan kanul BMA

8
 Antikoagulan di dalam tabung EDTA, jika spesimen tidak segera langsung dibuat
dalam bentuk slide

 Spuit 5 ml atau 10 ml untuk anestesi

 Jarum 22 dan 25 untuk menyuntikkan anestesi

 Sediaan untuk anestesi lokal yaitu larutan buprenorphine 0,5% dan lidokain
hidroklorida 2%

 Sarung tangan steril

 Cairan antiseptik (povidone iodin atau klorheksidin glukonas)

 Swab alcohol

 Perekat elasoplas [1, 3-5]

 Posisi Pasien
Posisi pasien disiapkan dalam posisi lateral dekubitus dengan tungkai atas
berada dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah berada dalam keadaan ekstensi.
Sebagai alternative, posisi pasien dapat dikerjakan pada posisi pronasi. Untuk
pasien obesitas, jarak antara kulit dengan iliaka akan semakin besar sehingga
mempersulit tindakan aspirasi sumsum tulang, penetuan lokasi aspirasi dapat
semakin jelas dengan meletakkan bantal kecil pada posisi ipsilateral panggul
pasien.[2,3,5,6]

 Prosedural     
Prosedural aspirasi sumsum tulang bervariasi tergantung pada lokasi aspirasi,
apakah pada tulang iliaka anterior atau posterior, kalkaneus, serta tibia distal atau
proksimal. Sebelum melakukan prosedural aspirasi, tindakan praprosedural dan
anestesi perlu dilakukan terlebih dahulu.

9
Praprosedural
Praprosedural aspirasi sumsum tulang pada tulang iliaka anterior adalah sebagai
berikut:
1. Cuci tangan
2. Cek ulang ketersediaan seluruh material
3. Monitor tanda vital pasien, oksimetri dan keadaan sedasi jika prosedur dilakukan
pada anak
4. Singkirkan semua pelapis dan pakaian yang menutupi sumsum tulang agar
prosedur yang dilaksanakan tetap steril
5. Pastikan posisi pasien dalam keadaan lateral dekubitus atau pronasi. Seorang
perawat atau asisten dapat juga membantu agar pasien tetap bertahan dalam posisi
yang sama. Untuk pasien anak dapat dibantu oleh orang tuanya
6. Menentukan lokasi aspirasi sumsum tulang dengan menandai lokasi tersebut
dengan marker
7. Menyiapkan bahan anestesi dalam spuit untuk tindakan anestesi dengan
larutan lidokain
8. Mengisi spuit 20 ml dengan sedikit EDTA untuk pemeriksaan sitologi, jika untuk
keperluan sitogenetika menggunakan larutan heparin
9. Tindakan asepsis dan antisepsis lokasi aspirasi menggunakan kasa steril yang
dibasahi cairan povidone iodin 10% atau klorheksidin dengan gerakan memutar
(sentrifugal), dimulai dari tempat yang ditandai menuju keluar sampai kira 8-9cm
10. Memasang duk steril

C. PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG

Anestesi
Setelah persiapan praprosedural selesai, lakukan tindakan anestesi dengan lidokain 2%.
Luas area yang dioleskan sebaiknya berdiameter 3-4 cm.
Untuk penggunaan larutan lidokain, tindakan anestesi dilakukan dengan menginjeksikan
0.5 cc lidocaine 1% dengan spuit 10 ml dan jarum berukuran 25 tepat di bawah kulit

10
(intradermal) selanjutnya dengan jarum ukuran 22 untuk penetrasi ke jaringan subkutan
dan menembus periosteum. Sebelum penyuntikan sebaiknya dilakukan aspirasi. Untuk
pasien anak, tindakan anestesi dilakukan dengan anestesi umum.
Untuk memastikan dosis anestesi sudah adekuat dapat dilakukan dengan menusukkan
jarum suntik secara perlahan pada kulit. Jika nyeri tajam masih terasa dosis lidokain
dapat ditambahkan.

Prosedural pada Tulang Iliaka Anterior


Prosedural aspirasi sumsum tulang pada tulang iliaka anterior adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan penetrasi jarum aspirasi dengan tegak lurus dan gerakan memutar ke
kiri dan kanan ke arah bawah secara lembut menembus kulit sampai membentur
tulang dan memasukkannya menembus periosteum
2. Mencabut mandrain dan memasang spuit 20 ml
3. Melakukan aspirasi secara perlahan namun pasti. Untuk spesimen yang digunakan
untuk pemeriksaan sitomorfologi dan imunophenotiping maksimal 5ml.
4. Mencabut spuit namun jarum dibiarkan saja
5. Meneteskan aspirat secukupnya ke kaca objek dan diratakan di atas kaca objek.
Pastikan apakah terdapat partikel sumsum tulang.
6. Jika spesimen sudah benar, sisa aspirat dimasukkan ke dalam botol koleksi dan
dikirim ke laboratorium
7. Memasang spuit 20 ml yang telah dibasahi heparin untuk mendapatkan spesimen
untuk pemeriksaan sitogenetika
8. Melakukan tindakan aspirasi sebanyak maksimal 5 ml seperti cara sebelumnya
9. Mencabut jarum aspirasi perlahan-lahan dengan cara diputar sama seperti pada saat
memasukkannya
10. Memberikan tekanan pada daerah aspirasi selama minimal 5 menit
11. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa steril dan plester
12. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis

11
13. Untuk menghilangkan rasa cemas dan meningkatkan kepercayaan pasien, setelah
prosedur dilaksanakan kita dapat meberikan pujian terhadap kerja sama pasien
selama tindakan.
14. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan
Prosedural pada Lokasi Lain
Teknik prosedural aspirasi sumsum tulang pada lokasi tulang lainnya sama dengan
prosedural pada tulang iliaka anterior. Yang membedakan hanyalah lokasi spesifik
insersi aspirasi.

Prosedural pada Tulang Iliaka Posterior


Untuk mempermudah pengambilan spesimen sebaiknya pasien berada dalam posisi
pronasi dan penusukan jarum trokar sebaiknya tidak lebih dari 7 cm.

Prosedural pada Tulang Kalkaneus


Aspirasi pada tulang kalkaneus dapat dilakukan dengan tindakan insisi pada
dinding posteriolateral kalkaneus sekitar 1 cm dari insersi tenson akiles. Untuk
aspirasi ini juga menggunakan jarum trokar dan kanula untuk aspirasi sumsum
tulang. Sebaiknya jangan menggunakan turniket pada saat proses aspirasi karena
dapat mengurangi volume sumsum tulang yang diaspirasi.

Prosedural pada Tulang Tibia Distal


Aspirasi pada tulang tibia bagian distal ini diawali dengan tindakan insisi medial
dari bagian anterior ke posterior tendon tibia untuk menghindari kerusakan pada
bagian tendon dan saraf. Pada saat melakukan insisi sebaiknya hati-hati mengenai
saraf dan vena safena besar. Untuk mendapatkan jumlah spesimen yang cukup
sebaiknya jarum yang digunakan ditusukkan melalui banyak arah.

Prosedural pada Tulang Tibia Proksimal


Insersi jarum trokar pada posisi dinding anteriormedial atau anteriolateral tibia
proksimal. Jika dilakukan insersi trokar pada posisi anteriolateral sebelum
menyentuh periosteum, jarum akan melewati beberapa struktur otot, oleh karena itu

12
sebaiknya insersi dilakukan pada posisi miring. Permukaan yang luas pada tibia
proksimal memungkinkan untuk melakukan insersi berulang kali sehingga jumlah
spesimen yang didapatkan cukup.

D. PASCA ANALITIK
Setelah prosedur selesai dilaksanakan segera bersihkan bekas antiseptic untuk
menghindari iritasi pada kulit dan lakukan penekanan selama lima menit pada lokasi
penusukan untuk menghentikan perdarahan. Jika perdarahan tetap ada setelah
penekanan, sebaiknya tempatkan pasien pada keadaan supinasi dan dilakukan
penekanan dengan kassa selama 30 menit. Penekanan dapat dilanjutkan sampai satu jam
jika perdarahan masih terjadi setelah penekanan selama 30 menit.
Bagian lokasi penusukan dipertahankan sampai 48 jam, dan lokasi luka sebaiknya
diperiksa secara rutin dan menilai perdarahan dan tingkat nyeri pasien. 

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sumsum Tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak
yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg
sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah
ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang
dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada bagian lunak
di ujung tulang panjang femur dan humerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga
interior bagian tengah tulang panjang.

14

Anda mungkin juga menyukai