Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
Liana Agustiani
201030700202
02FKKP005
TANGERANG SELATAN
2021
Nama : Liana Agustiani
NIM : 201030700202
Kelas : FKKP005
A. Tujuan Prakrikum
Mahasiswa dapat menentukan kadar asetosal (asam asetil salisilat) secara alkalimetri
B. Prinsip praktikum
1. Mengetahui prinsip titrasi asam basa dan reaksi asam basa
2. Dapat menghitung konsentrasi dari titrasi larutan NaOH
3. Mengetahui proses titrasi dari larutan NaOH
4. Dapa menghitung kadar dari suatu sampel
C. Teori dasar
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer
tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan
titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi asam
basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam
hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut: NaOH(aq) + HCl(aq) = NaCl (aq)
+ H2O(l). Contoh lain yaitu: NaOH(aq) + H2SO4(aq) = Na2SO4 (aq) + H2O(l)
Reaksi Asam Basa (Reaksi Penetralan) didalam Ilmu Kimia adalah suatu Reaksi Kimia yang
melibatkan Reagen (Zat atau Senyawa Kimia) Asam dan Reagen Basa yang dapat
menghasilkan Garam dan Air. Reagen Asam yang dipakai dapat berupa Asam Lemah
ataupun Asam Kuat, begitu pula dengan Reagen Basa yang dipakai bisa berupa Basa Lemah
ataupun Basa Kuat.
Kekuatan Asam-Basa
Senyawa asam dan basa, berdasarkan kekuatannya dapat digolongkan menjadi asam kuat,
asam lemah, basa kuat dan basa Lemah. Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan
menghasilkan ion H+. Semakin hanyak ion H+ yang dihasilkan maka sifat asam semakin
kuat. Begitu juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion
OH-. Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan maka sifat basa semakin kuat. Jumlah ion
H+ atau ion OH- yang dihasilkan ditentukan oleh nilai derajat ionisasi (α), yang dirumuskan
sebagai berikut:
jumlah mol mula-mula
Asam kuat
Asam kuat merupakan senyawa elektrolit kuat didalam air, asam ini akan terionisasi secara
sempurna menghasilkan ion H+, yaitu seluruh molekul asam membentuk ion. Jumlah mol zat
yang terionisasi sama dengan jumlah mol zat mula-mula sehingga harga derajat ionisasi sama
dengan satu (α = 1). Contoh larutan HBr, HI, dan HNO3.
Basa kuat
Basa kuat merupakan elektrolit kuat, didalam air akan terionisasi sempurna menghasilkan ion
OH- yaitu seluruh molekul basa membentuk ion. Oleh karena itu, harga derajat ionisasi basa
kuat sama dengan satu (α= 1 ) Contoh: NaOH(aq) dan Na+(aq) + OH- (aq)
Asam Lemah
Asam lemah merupakan elektrolit lemah, didalam air tidak dapat terionisasi sempurna, tetapi
terionisasi sebagian menghasilkan ion H+. Harga derajat ionisasi asam lemah berkisar antara
nol dan satu (0 < α < 1). Karena senyawa ini terionisasi tidak sempurna, maka masih ada
molekul sisa (yang tidak terionisasi), sehingga terjadi reaksi kesetimbangan. Contoh larutan
CH3COOH, H2S, dan HF
Basa Lemah
B. Makin besar harga Ka atau Kb makin kuat sifat asam atau basanya. Sebaliknya makin
kecil harga Ka atau Kb makin lemah sifat asam atau basanya.
C. Makin besar derajat ionisasi makin kuat sifat asam atau basanya.
1. Alat
2. Bahan
E. Prosedur Praktikum
a . M1 . V1 = b . M2 . V2
1 . M1 . 25 = 1 . 0,1 . 20
M1 = 0,08 M
N NaOH = 0,0504 N . 10 mL
5, 07 mL
N NaOH = 0,0994 N
VIDEO 3 ( Penetapan Kadar Asam Salisilat Dalam Suatu Sampel Dengan Metode
Alkalimetri )
a. Melarutkan sampel
1. Siapkan sampel asam salisilat, dan etanol netral ( etanol netral dibuat dengan cara
memasukan etanol kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein ( PP ), kemudian ditambahkan tetes demi tetes NaOH 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah sangat muda )
2. Masukan sampel asam salisilat kedalam labu ukur dengan menggunakan corong gelas
3. Kemudian tambahkan etanol netral kedalam labu ukur, dan tambahkan aquades
hingga tanda batas, lalu kocok dan homogenkan
4. Masukan larutan sampel kedalam labu erlenmeyer dengan menggunakan pipet
volume 10 mL
5. Kemudian tambahkan indikator fenolftalein ( PP ) sebanyak 3 tetes.
b. Penetapan kadar sampel
1. Masukan larutan NaOH ( yang sebelumnya sudah dibakukan dalam asam oksalat
0,1 N ) kedalam buret.
2. Tanda bataskan larutan NaOH sejajarkan dengan mata.
3. Kemudian setelah ditanda bataskan lakukan titrasi
4. Titrasikan hingga menjadi perubahan warna dari yang tidak berwarna menjadi
merah sangat muda.
5. Hentikan titrasi bilaa sudah terjadi perubahan warna menjadi merah sangat muda
6. Amati dan catat volume titrasi dan lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
c. Lakukan perhitungan
Dari hasil titrasi diperoleh data :
V . N NaOH = V . N sampel
10 ml
= 0,10013 N
F. Data pengamatan
Hasil pengamatan pada Video 1
N sampel = 0,10013 N
Kemudian tambahkan Kemudian setelah ditanda Untuk memperoleh bobot
etanol netral kedalam labu bataskan lakukan titrasi sampel maka dihitung
ukur, dan tambahkan dengan rumus
aquades hingga tanda Berat sampel =
batas, lalu kocok dan N sampel x BE x 100 ml
homogenkan 1000
0,10013 x 138,121 x 100 ml
1000
= 1,383
a . M1 . V1 = b . M2 . V2
1 . M1 . 25 = 1 . 0,1 . 20
M1 = 0,08 M
N NaOH = 0,0504 N . 10 mL
5, 07 mL
N NaOH = 0,0994 N
V . N NaOH = V . N sampel
10 ml
= 0,10013 N
PERHITUNGAN KADAR
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
0,1 x 1000
100
= 76,8 % b/b
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
5,1 x 1000
5.100
= 0,889 % b/b
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
10 x 1000
= 1,803 % b/b
Kesimpulan
1. Praktikum titrasi asam basa akan menghasilkan titrasi warna larutan dari yang tidak
berwarna menjadi merah muda (seulas)
2. Dari teknik asam basa ini diperoleh dengan jumlah berat sampel 0,01 mg, dengan
volume titran sebanyak 20 ml dan memiliki kadar 76,8 %
3. Teknik dengan cara standarisasi NaOH dengan asam oksalat maka dapat
menghasilkan titrasi dari tidak berwarna sampai berubah warna merah transparan
4. Dari teknik dengan cara standarisasi NaOH dengan asam oksalat maka dapat diperoleh
dengan jumlah berat sampel sebanyak 0,0504 mg, dengan volume titran sebanyak
5,07 ml dan dengan kadar 0,889 %.
5. Dengan teknik dengan penetapan kadar asam salisilat maka diperoleh titrasi hingga
menjadi perubahan warna dari yang tidak berwarna menjadi merah sangat muda.
6. Sehigga dalam teknik penetapan kadar asam salisilat maka dapat diketahui berat
sampel sejumlah 1,383 mg, dengan volume titran sebanyak 10,013 ml dan memiliki
kadar 1,803 %.
Daftar Pustaka
Anonim, (2009). Penuntun Kimia Farmasi Analisis II. Fakultas Farmasi UMI : Makassar.
(11-12). Dirjen POM,. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Kesehatan RI : Jakarta. (31, 63,
662, ) Departemen Dirjen POM,. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta. (58, 96, 412) Ganiswarna,. (1995).