Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN

MODUL J-05
KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TERTRA KLORIDA

KELOMPOK 2 :

Agus Setia Ramdani (1211820003)


Lusiana Pratana (1211820011)
Mohamad Muftiri (1211820013)
M Abdurrahman Sidik (1211820014)
Muhammad Fauzan (1211820015)
Muhammad Rayhan R. (1211820016)

Tanggal Praktikum : Minggu, 31 Januari 2021


Asisten Praktikum : Ditta Marcella Prihastuti
Tanggal Disetujui : Minggu, 07 Februari
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN


Program Studi Teknik Sipil – Institut Teknologi Indonesia
Kampus ITI , Tangerang 15320 , telepon (021)7561112 ext.11
Jl.Raya Puspitek ,Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten
J-05 KELARUTAN BITUMEN
DALAM KARBON TETRA KLORIDA
(PA-0305-76)
(AASHTO T - 44- 81)
(ASTM D – 2042 -97)

1. MAKSUD
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam
karbon tetra klorida.

2. TEORI
Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang
dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung
senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch.

Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi,tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat
dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya.

Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi padat,
dengan unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat dalam destilasi destruktif dari
batubara,minyak bumi, atau material organik lainnya.

Pitch didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) padat , berwarna


hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai
residu daridestilasi raksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi
merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat di atas, aspal
merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh
karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal.

Aspal merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang bersifat
keras atau padat tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya dinaikkan,
dan akan menjadi keras kembali apabila suhunya diturunkan. Aspal cement pada
temperatur ruang (25 0C – 30 0C) berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa
jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumia salnya.
Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi pada
temperatur 25 0C ataupun berdasarkan nilai viskositanya. Di Indonesia aspal semen
biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya,yaitu :

• AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-502.

• AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-703.

• AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-1004.

• AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-1505.

• AC pen 200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300

Persyaratan Aspal Keras /Aspal Cement

Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus :

• Jalan dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi.

• Daerah dengan cuaca iklim panas.

Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain, adalah
senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam sintesis kimia
organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam pemadam api dan refrigerasi,
namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dantekanan
atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis".

Berat benda uji tanpa air dikurangi berat zat yang tidak larut dalam karbon tetra
klorida , adalah sebagai berikut :
(𝑏−𝑎)−(𝑑−𝑐)
Kadar kelarutan : 𝑥 100 %......................... ( rumus 5.1)
(𝑏−𝑎)

Dimana : a = berat gelas ukur


b = berat benda uji dan gelas ukur
c = berat kertas penyaring
d = berat kertas penyaring setelah terkena larutan
Tabel 5.1 Syarat Penggunaan Aspal Keras

3. PERALATAN
Peralatan yang di gunakan dalam percobaan ini :
a. Labu erlenmeyer (Gambar 5.1)
b. Kertas penyaring (Gambar 5.3)
c. Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0.001 ) gram (Gambar 5.4)
d. Cairan karbon tetra klorida (Gambar 5.5)
e. Batang pengaduk (Gambar 5.6)
f. Gelas ukur (Gambar 5.7)

4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Contoh bitumen diambil yang telah dikeringkan di bawah suhu. penguapan air ± 2
gram .

5. PROSEDUR
a. Gelas ukur ditimbang
b. Benda uji dimasukan kedalam gelas ukur, kemudian ditimbang
c. Kertas penyaring ditimbang
d. Cairan karbon tetra klorida dimasukan kedalam gelas ukur hingga 1/3 tinggi gelas
ukur . diaduk secara perlahan hingga benda uji larut .
e. Larutan bitumen di saring dengan menuangkan kedalam labu erlenmeyer
menggunakan corong yang diatasnya diletakan kertas penyaring .
f. Kertas penyaring di timbang bila sudah kering.
6. ANALISA
A. Analisa percobaan
Gelas ukur ditimbang . Kemudian benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur
kemudian di timbang. Setelah itu karbon tetra klorida dimasukkan ke dalam gelas ukur
hingga 1/3 ukuran gelas .kemudian diaduk secara perlahan jingga benda uji ikut larut
larutan bitumen di saring dengan kertas penyaring ,biarkan kertas penyaring hingga
kering . kemudian timbang kertas penyaring .

B. Analisa perhitungan

Tabel 5.1 Data Percobaan


Pemeriksaan Berat (gram)
125.65
Tabung erlenmeyer (A)
Tabung erlenmeyer + benda uji (B) 126.65
Berat kertas saring (C) 5.436
Berat kertas saring + endapan (D) 5.441
kadar kelarutan 99.5 %

C. Analisa kesalahan
a. Kesalahan Praktikum
Kesalahan praktikan adalah kurang telitinya saat proses penimbangan .
b. Kesalahan alat
Kesalahan alat adalah kurang akuratnya nilai yang didapat , karena sulitnya
timbangan ke titik nol .
7. KESIMPULAN
Kadar kelarutan yang didapat adalah 99.5 %. bila dilihat dari tabel syarat
pemeriksaan aspal keras dengan penetrasi 60/70 memiliki nilai standar 99 %, dengan nilai
99.5 % yang didapat maka dapat di simpulkan titik kelarutan sesuai standar.

8. LAMPIRAN
a. Alat

Gambar 5.1 Labu Erlenmeyer

Gambar 5.3 Kertas penyaring


Gambar 5.4 Neraca Analitik

Gambar 5.5 cairan karbon tetra klorida

Gambar 5.7 gelas ukur

a. Langkah percobaan

Gambar 5.8 Persiapan benda uji


Gambar 5.9 mencampurkan cairan karbon tetra klorida pada benda uji
DAFTAR PUSTAKA

• https://1902miner.wordpress.com/bahan-galian/aspal-bitumen/
• https://sce.iti.ac.id/mod/resource/view.php?id=39521

Anda mungkin juga menyukai