KMB 2 Ablatio Retina Dan Trauma Mata
KMB 2 Ablatio Retina Dan Trauma Mata
Konsep medis dan asuhan keperawatan Ablatio retina dan Trauma mata
Di susun oleh :
Prodi D3 Keperawatan
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul, “Monitoring & Evaluasi Patient Safety”. Makalah ini di susun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety Program Studi DIII Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Patient Safety dan kepada teman-teman yang
telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penglihatan merupakan hadiah yang tidak ternilai yang diberikan oleh Tuhan.Mata
memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Saat ini, terdapat
banyakgangguan/penyakit pada mata.Setiap 5 detik ditemukan 1 orang di dunia menderita
kebutaan. Diperkirakan olehWHO terdapat lebih dari 7 juta orang menjadi buta setiap
tahun. Saat ini diperkirakan180 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan
penglihatan, dari angka tersebutterdapat antara 40-45 juta menderita kebutaan dan 1
diantaranya terdapat di South EastAsia. Oleh karena populasi yang terus bertambah dan
oleh faktor usia, jumlah inidiperkirakan akan bertambah 2 kali lipat di tahun 2020. Hal
tersebut mempengaruhikualitas kehidupan dan status sosial-ekonomi dan menjadikan
ekonomi bangsa terletak dilevel rendah. Presentasi kebutaan mempengaruhi kontribusi
ekonomi penduduk dalamgrup usia 50-65 tahun dan hasil kerja oleh karena ekonomi sosial
pada keluarga.Kondisi kesehatan mata di Indonesia, gambar bagan persentasi kebutaan di
Negara South East Asia di Indonesia. Dan salah satunya yang akan dibahas disini adalahsalah
satu gangguan penglihatan pada mata yaitu Ablasio retina. Penyakit ini merupakan penyakit
gawat darurat, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak agar tidakmemperparah
kondisi mata.Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel bergpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen member nutrisi maka sel
fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya
penglihatan (C.smelzer Suzanne, 2002)
Insiden Ablasio retina di Amerika serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi
0,3%sumber lain menyatakan insiden Ablasio retina di Amerika adalah 12,5:100.000 kasus
pertahun atau sekitar 28.000 kasus pertahun secara internasional, faktor penyebab Ablasio
retina terbanyak adalah miopia 40-50%, operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan
trauma okuler 10-20%. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa
terjadi pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma. Ablasio retina
regmatogenosa merupakan Ablasio retina yang paling sering terjadi. Sekitar 1 dari 10.000
populasi normal akan mengalami Ablasio retina regmatogenosa kemungkinan ini akan
meningkat pada pasien yang telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini
mengalami komplikasi kehilangan vitreus, baru mengalami trauma mata berat.
Prevalensi meningkat pada beberapa keadaan miopi, afaksia dan trauma. Survei berbasis
populasi pada insiden Ablasio retina di negara berkembang masih jarang dan sedikit yang
diketahui mengenai Ablasio retina, bila segera tidak dilakukan tindakan lepasnya retina akan
mengakibatkan cacat penglihatan dan kebutaan.
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip,
mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan
pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma
pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya
kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung
kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak
kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang
biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7
8
Menurut IIyas (2011) Secara klinis, makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi
kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal atau xantofil. Definisi alternatif secara
histologis adalah bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis
sel. Di tengah makula sekitar 3,5 mm disebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yang
secara klinis merupakan suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat
dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskuler di retina. Secara histologis, fovea
ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim
karena akson-akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan penggeseran
secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola
adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah kerucut, dan bagian
retina yang paling tipis.
Substrat metabolisme dan oksigen dikirim ke retina dicapai melalui 2 sistem vaskuler
terpisah, yaitu : sistem retina dan koroid. Metabolisme retina secara menyeluruh
tergantung pada sirkulasi koroid. Pembuluh darah retina dan koroid semuanya berasal dari
arteri oftalmik yang merupakan cabang dari arteri karotis interna.
Sirkulasi retina adalah sebuah sistem end-arteri tanpa anostomose. Arteri sentralis retina
keluar pada optic disk yang dibagi menjadi dua cabang besar. Arteri ini berbelok dan
terbagi menjadi arteriole di sepanjang sisi luar optic disk. Arteriol ini terdiri dari cabang
yang banyak pada retina perifer.
Sistem vena ditemukan banyak kesamaan dengan susunan arteriol. Vena retina sentralis
meninggalkan mata melalui nervus optikus yang mengalirkan darah vena ke sistem
kavernosus.Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapilaris yang berada tepat di
luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan fleksiformis
luar dan lapisan inti luar, fotoresptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-
cabang dari sentralis retina, yang mendarahi 2/3 sebelah dalam. Fovea sepenuhnya
diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki
bila retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang
tidak berlubang, yang membentuk sawar darah-retina. Lapisan endotel pembuluh koroid
dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen
retina.
Menurut Martini (2011). Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai
berikut :
a.Membran limitans interna,merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca
b.Lapisan serat saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina Lapisan
sel ganglion, merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua Lapisan pleksiformis dalam,
merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller. Lapis ini
mendapat metabolisme dari arteri retina sentral Lapisan pleksiformis luar, merupakan
lapisan aseluler dan tempat sinaps sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
Lapisan inti luar, merupakan susunan lapis inti sel batang dan sel kerucut Membran
limitans eksternal, merupakan membran ilusi. Lapisan sel kerucut dan sel batang
(fotoreseptor), merupakan lapisan terluar retina, terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping dan sel kerucut. Epitelium pigmen retina merupakan lapisan kubik tunggal
dari sel epithelial. Retina menerima darah dari dua sumber yaitu korikapilaria yang berada
tepat diluar membrane Brunch’s yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk
lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan pigmen retina serta
cabang-cabang dari arteri sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam.
Fungsi retina pada dasar nya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak. Bagian
sentral retina atau daerah makula memgandung lebih banyak sel fotoreseptor kercucut dari
pada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang. Fotoreseptor kerucut
berfungsi untuk sensasi terang, bentuk serta warna. Fovea hanya mengandung fotoreseptor
kerucu. Apabila daerah fovea atau daerah makula mengalami gangguan, maka visus
sentral dan tajam penglihatan akan terganggu. Fooreseptor batang berfungsi untuk melihat
dalam suasana gelap atau remang-remang. Apabila bagian perifer retina mengalami
gangguan maka penglihatan malam, adaptasi gelap dan penglihatan samping akan
terganggu.
2.1.3 Pengertian
Menurut Ilyas (2015) ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang
retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Bruch. Sesungguhnya anatara sel kerucut dan sel batang retina tidak
terdapat suatu perlekatan struktur dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan
titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Menurut Ilyas (2015) Ablasi retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik,
yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel
pigmen retina dibawahnya.
Menurut Tamsuri (2011) ablasio retina atau retinal detachment adalah lepasnya retina
sensoris dari epitel pigmen yang terdiri dari nonregmatogen (tanpa robekan retina) dan
regmatogen (dengan robekan retina atau ‘’break: tear & hole’’)
Retinal detachment occurs when neurosensory retinal separation occurs from the retinal
pigmented epithelial layer beneat it because the neurosensory retina, the rod and conic
part of the retina, is exfoliated from the nutritious pigmented epithelium, the
photosensitive cell is unable to peform its visual functioning activity and result in loss of
vision. (Smelzer, 2002)
Jadi ablasio retina adalah suatu keadaan terpisah atau terlepas nya epitel pigmen dan retina
sensorik dalam retina.
2.1.4 Klasifikasi
2.1.3.1 Rhegmatogenous Retina Detachment (RRD): Diawali dengan adanya robekan
(break) pada retina yang menyebabkan masuknya cairan yang berasal dari vitreus yang
mencair (liquefaction) di antara lapisan sensoris retina & RPE. (Budiono, 2013)
2.1.3.2 Non Rhegmatogenous Retinal Detachment
Traction Retinal Detachment: terlepasnya lapisan sensoris dari RPE akibat dari tarikan
oleh membran vitreoretina. Membran tersebut terbentuk pada kasus-
kasus: Proliliverative Diabetic Retinopathy; Retinopathy of Prematurity; Sickle Cell
Retinopathy & penetrating posterior segment trauma.
Exudative Retinal Detachment: masuknya cairan yang berasal dari choriocapillary ke
rongga subretina dengan cara menembus/melewati lapisan RPE yang rusak. Pada
umumnya terjadi pada kasus-kasus :
severe hypertension; choloridal tumor; neovaskulerisasi subretina; retinoblastoma dan
lain-lain. (Budiono, 2013)
2.1.5 Etiologi
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya
robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau
tejadi penimbunan eksekudat dibawah retina sehinggan retina terangkat (non rhematogen),
atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksekudat terjadi akibat
penyakit koroid, misalnya skleritis, koroditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia
gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatife, trauma,
infeksi atau pasca bedah. (John, 2015)
2.1.6 Patofisiologi
Menurut Budiono (2013) Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina
menyebabkan keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa
terkumpul diantaranya.
Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas
melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya
epitel pigmen dari retina tersebut. Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya
tampak sehat dan refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan
bagi retina untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak
terdiagnosis letaknya dipinggir bawah retina. Kadang-kadang ditempat yang sama terdapat
kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk
suatu lubang seperti yang disebutkan diatas. Pada ablasio retina, bagian luar retina yang
sebelumnya mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi dan
atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi kompenasasi sel epitel pigmen
yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat
sel epitel pigmen di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan
sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan bermigrasi ke
dalam cairan sub retina dank e dalam sel reseptor kerucut dan batang.
Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan sub
retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid. Apabila terjadi
degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih
dalam, yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
17
TRAUMA
Non trauma :
Retinopati
Massa di koloid
- Toxomigravidarum Robekan Pada Retina
RESIKO INFEKSI
Dan sel epitel pigmen retina
Tidak mampu menerima gelombang cahaya
Kurang
Ansietas Penurunan persepsi sensori :
perawatan
Visual
Diri
Resiko Cidera
2.1.10 Penatalaksanaan Menurut Tamsuri (2011) penatalaksanaan dari ablasio retina yaitu :
2.1.9.1 Penderita tirah baring
2.1.9.2 Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata
2.1.9.3 Pada penderita dengan ablasio retina nonregmatogen, bila penyakit primernya
sudah diobati, tetapi masih terdapat ablasio retina, dapat dilakukan operasi cerclage.
2.1.9.4 Pada ablasio retina rematogen:
Fotokoagulasi retina: bila terdapat robekan retina dan belum terjadi separasi retina.
Plombage local: dengan spons silicon dijahatikan pada episklera didaerah robekan retina
(dikontrol dengan oftalmoskop indirek binuclear)
Membuat radang steril pada koroid dan epitel pigmen pada daerah robekan retina dengan
jalan:
Diatermi
Pendinginan
Operasi cerclage
Operasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca pada keadaan cairan subretina
dapat dilakukan fungsi lewat sclera
Kaji lapang pandang klien pada mata yang sakit dan sehat setiap hari
Rasional : Mengidentifikasi perkembangan kerusakan (pelepasan retina)
Instruksikan klien untuk melakukan tirah baring total dengan posisi khusus sesuai penyakit
Rasional : Tirah baring preoperasi dilakukan dalam posisi telentang atau miring sesuai
dengan lokasi kerusakan dengan mengusahakan rongga retina dalam posisi posisi
menggantung.
Terangkan pada klien untuk meminimalkan pergerakan, menghindari pergerakan tiba-tiba
serta melindungi mata dari cedera (terbentur benda)
Rasional : Gerakan tiba-tiba dan trauma dapat memicu kerusakan berlanjut.
Anjurkan klien untuk segera melaporkan pada petugas bila terjadi gangguan lapang
pandang yang meluas dengan tiba-tiba
Rasional : Perluasan kehilangan lapang pandang secara masif mungkin terjadi akibat
perluasan pelepasan retina.
2.2.2.3 Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Subjektif :
Menyatakan takut/khawatir dengan penyakitnya.
24
Objektif :
Murung, menyendiri, ekspresi wajah tegang.
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang
Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi Intervensi dan Rasional :
Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pascaoperasi, manfaat operasi, dan sikap yang harus
dilakukan klien selama masa operasi
Rasional : Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan
ansietas Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan. Berikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan.
Informasikan bahwa pebaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap
sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan
memerlukan waktu enam bulan atau lebih.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan kerja sama. Berbagi perasaan membantu
menurunkan ketegangan. Infomasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan
untuk antisipasi depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan
akan hasil operasi
Objektif :
Klien banyak istirahat di tempat tidur
Tujuan :
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
1.Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasi
Rasional : Klien dianjurka untuk istirahat ditempat tidur pada 2-3 jam pertama
pascaoperasi atau 12 jam, jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan
bagi klien
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Rasional : Memenuhi kebutuhan perawatan diri
Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri
Rasional : Perlibatan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan
berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan
menyebabkan cidera mata.
A. DEFINISI TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan
perlukaan atau trauma mata.
2. Khemis
Terdapat 2 macam penyebab trauma kimia mata yaitu bersifat : asam dan basa.
Trauma basa dapat berakibat lebih buruk. Akibat yag ditimbulkan juga tergantung
dari jenis dan konsentrasi zat kimia, waktu dan lamanya kontak sampai tindakan
pembilasan, lamanya irigasi (pembilasan) yang telah dilakukan dan pengobatan yang
diberikan.
a. Trauma basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
(perekat). Bahan alkali akan membuat reaksi kimia dengan jaringan mata berangsur-
angsur kejaringan yang lebih dalam.
b. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
Merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata
yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7. Bila bahan asam mengenai mata akan
terjadi pengendapan bahan protein pada permukaan mata yang terkena hal ini seperti
telur mengenai minyak panas. Bila bahan asamnya kuat maka reaksi mata dapat
menunjukkan tanda-tanda seperti terkena alkali atau basa.
b. Trauma Tajam
Tanda-tanda trauma tembus atau tajam bola mata:
Tajam penglihatan menurun
Tekanan bola mata rendah
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil yang berubah
Terlihatnya sobekan jaringan bola mata
Kerusakan jaringan didalam bola mata ( ilmu perawatan mata, 2004)
2. Khemis
a. Trauma basa
Kerusakan pada mata dapat dalam bentuk:
mata merah dengan perdarahan pada selaput lendir mata
lapis depan selaput bening atau kornea rusak
matinya jaringan kornea dan menjadi keruh ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
b. Trauma asam
Tanda yang terlihat pada mata berupa penggumpalan yang berwarna putih pada
permukaan mata yang terkena. Biasanya cedera akibat asam tidak merusak mata. (
Ilmu Perawatan Mata, 2004)
c. Trauma Radiasi Elektromagnetik
Tanda kerusakan akibat sinar las:
Biasanya keluhan terjadi setelah 4 jam
Mata terasa seperti kelilipan benda
Silau
Kelopak mata memejam keras
Mata merah
Penglihatan menurun ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
b. Trauma Tajam
1). Tindakan awal
a.Tindakan awal adalah tutp mata dan lakukan kompres es untuk
menurunkan perdarahan
b. Kurangi kecemasan klien
c.Kirim klien ke rumah sakit secepat mungkin. Jika jaringan lepas, kirim
jaringan dalam wadah yang dibungkus dengan es. Jika benda menonjol,
stabilkan sebelum dikirim. Shield temporer perlu diberikan pada cedera
karena gelas/botol/kaca, plastik tutup sprei dan cangkir plastik.
2). Tindakan di rumah sakit
a. Pemeriksaan visus jika klien dapat membuka mata
b. Membersihkan kelopak mata
c. Pemberian antibiotik
d. Pembedahan :
Preoperasi : karena menggunakan anastesi umum, maka klien harus
dipuasakan sebelumnya. Klien perlu diberi antibiotik intravena, kalau perlu
tetanus booster.
Pascaoperasi: antibiotik dan pemantauan mata terhadap tanda dam gejala
infeksi serta batasi aktivitas. (Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Mata,
2004)
2. Trauma kimia
Bagian terapi terpenting adalah irigasi mata segera dengan air bersih dalam
jumlah banyak. Selain itu bagian bawah kelopak mata atas dan bawah juga harus
diirigasi untuk melepaskan partikel solid, misal butiran kapur. Kemudian sifat bahan
kimia dapat ditentukan berdasarkan anamnesisbdan mengukur pH dengan kertas litmus.
Pemberian tetes mata steroid dan dilator mungkin diperlukan. Vitamin C yang
diberikan baikmelalui oral maupun topikal dapat memperbaiki penyembuhan. Mungkin
diperlukan antikolagenase sistemik dan topikal (misal tetrasiklin)
Kerusakan luas pada limbus dapat menghambat regenerasi epitel pada
permukaan kornea. Defek epitel yang terjadi lama dapat mengakibatkan kornea
‘meleleh’ (keratolisis). Keadaan ini diterapi dengan transplantasi limbus (yang memberi
sumber baru untuk sel benih) atau dilapisi dengan membran amnion (yang
memperbanyak sel benih yang tersisa). (Lecture Notes : Oftalmologi, 2005)
Informasi klien
Kolaborasi dengan tim medis
menunjukkan dosis
untuk pemberian
yang diberikan sesuai
analgesik dan pemberian
indikasi nyeri
obat tetes mata
3 Tujuan : Setelah Pantau tanda dan gejala1. Suhu tubuh yang tinggi
dilakukan tindakan infeksi dengan pemeriksaanmerupakan salah satu
keperawatan klien TTV tanda infeksi
terbebas dari tanda
dan gejala infeksi 2. Menjaga sterelitas luka
Rawat luka dengan tehnik
aseptik 3.Penjelasan mengenai
infeksi sebagai edukasi
Jelaskan kepada klien dankepada klien dan keluarga
keluarga mengenai sakitsehingga dapat menjaga
atau terapi meningkatkanpersonal hygine klien
risiko terhadap infeksi
4. Tangan yang kotor
dapat mengakibatkan
infeksi pada mata
B.Saran
1. Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam konsep asuhan
keperawatan pada pasien gangguan sistem persepsi sensori.
2. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar
sehingga klien dengan trauma mata bisa segera ditangani dan diberikan perawatan yang tepat.
Perawat juga diharuskan bekerja secara profesional sehingga meningkatkan pelayanan untuk
membantu kilen dengan trauma mata.
Daftar Pustaka
https://fdokumen.com/document/makalah-ablasio-retina-ika.html
https://id.scribd.com/document/389848793/makalah-ablasio-retina-KGD-docx
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Sudarth ( Brunner & Sudarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing). Vol.3.
Jakarta : EGC
Prof. Dr. Sidarta Ilyas SpM,dkk. 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan
Mahasiswa Kedokteran. Ed.2. Jakarta: CV Sagung Seto
Prof.Dr.H.Sidarta Ilyas SpM. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV Sagung Seto
Istiqomah, Indriana N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC