Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL SKRIPSI

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE FIBER MESH UNTUK


MENINGKATKAN KUAT LENTUR DAN DAKTILITAS BETON
NORMAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis dalam Menyelesaikan


Pendidikan Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tidar

Disusun oleh:
Afifah Wahyu Indrayani
NPM.171.050.3075

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2020

i
PROPOSAL SKRIPSI

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE FIBER MESH UNTUK


MENINGKATKAN KUAT LENTUR DAN DAKTILITAS BETON
NORMAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis dalam Menyelesaikan


Pendidikan Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tidar

Disusun oleh:
Afifah Wahyu Indrayani
NPM.171.050.3075

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “Penggunaan Serat Polypropylene Fiber Mesh Untuk Meningkatkan Kuat
Lentur dan Daktilitas Beton Normal”. Proposal skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat akademis dalam menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1) Sarjana
Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Tidar.

Penyusun menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan


selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc. selaku Rektor Universitas Tidar, yang telah
memberikan ijin dan fasilitas dalam penyusunan proposal skripsi.
2. Dr. Ir. Sapto Nisworo, M.T., IPM. selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Tidar.
3. Muhammad Amin, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Tidar.
4. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan support, do’a
restu, kasih sayang, dan dukungan dalam penyusunan proposal skripsi.
5. Rekan-rekan Teknik Sipil 2017 yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan proposal skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Peneliti pastinya menyadari kalau pembuatan skripsi ini masih banyak
kekurangan serta kelemahan. Oleh sebab itu peneliti berharap kepada seluruh pihak
supaya bisa memberikan kritik serta saran yang membangun agar menjadikan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.

Magelang, November 2020

Penyusun

iii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE FIBER MESH UNTUK

MENINGKATKAN KUAT LENTUR BETON NORMAL

Disusun Oleh :

AFIFAH WAHYU INDRAYANI

NPM : 1710503075

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada : Desember 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Dosen Pembimbing I Dosen Penguji

……………………… ……………………….
NIDN. NIDN.

Dosen Pembimbing II

………………………
NIDN.

Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik

Dr. Ir. Sapto Nisworo, M.T., IPM.


NIDN. 0028095901

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 2

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

1.6 Keaslian Penelitian ......................................................................................... 10

1.7 Hipotesis ........................................................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .......................... 14

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 14

2.2 Landasan Teori ............................................................................................... 17

2.2.1 Beton..................................................................................................... 23

2.2.2 Sifat Fisik Beton ................................................................................... 24

2.2.3 Material Penyusun Beton .................................................................... 24

2.2.4 Beton Serat ........................................................................................... 33

2.2.5 Serat Polypropylene.............................................................................. 34

v
2.2.6 Umur Beton .......................................................................................... 34

2.2.7 Mutu Agregat ........................................................................................ 35

2.2.8 Gradasi Agregat .................................................................................... 35

2.2.9 Keawetan Beton .................................................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35

3.1 Data dan Sumber Data ................................................................................... 35

3.1 Data dan Penyediaan Data ............................................................................. 35

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………35

3.2.2 Metode teknik Penelitian Data…………………………………… 35

3.3 Metode Penelitian .......................................................................................... 39

3.3.1 Bagan Alir Penelitian………………………………………………39

3.3.2 Proses Analisis…………..…………………………………………40

BAB IV RAB DAN JADWAL PENELITIAN .................................................. 49

4.1 Rencana Anggaran Biaya ............................................................................... 41

4.2 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keruntuhan pada pusat 1/3 bentang (L) ………………………….….21

Gambar 2.2 Keruntuhan diluar 1/3 bentang (L) dan garis patah <5% …………….21

Gambar 2.3 Keruntuhan diluar 1/3 bentang (L) dan garis patah > 5% ………….22

Gambar 0.3 Bagan Alir Penelitian………………………………………...……..39

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 0.1 Hasil penelitian sejenis yang dilakukan peneliti lain…………………...7

Tabel 2.2. Jenis dan Kuat Tekan Beton…………………………………………..22

Tabel 2.3 Persyaratan gradasi agregat berbobot ringan…………………………..33

Table 3.1. Variasi campuran serat dari polypropylene Fiber Mesh……………...37

Table 3.2. Jumlah Benda Uji (variasi lihat tabel 3.1)……………….……………39

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya……………………………………………...41

Tabel 4.2 Jadwal Penelitian………………………………………………………41

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dalam beberapa periode sedang giat-giatnya membangun berbagai

infrastuktur, mulai dari gedung sebagai fasilitas publik hingga jalan raya sebagai

penghubung antar daerah. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2847-

2002), beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain,

agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk massa padat. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata

dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga

dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. ( Kurniati, 2018)

Menurut (Mulyadi & Rozi, 2017) beton merupakan salah satu material yang

paling banyak digunakan dalam bidang konstruksi. Beton dikenal mempunyai

kekuatan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara local, dan

mudah dalam perawatannya. Selain itu bahan bahan penyusun beton mudah didapat

karena sebagian besar dari bahan penyusun beton tersebut adalah bahan lokal

(kecuali semen portland atau bahan tambah kimia). Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat rupanya juga menyentuh aspek

dunia konstruksi. Teknologi konstruksi sampai saat ini masih berpengaruh besar

terhadap perkembangan dunia konstruksi, oleh sebab itu untuk memahami dan

mempelajari seluruh teknologi tersebut diperlukan pengetahuan karakteristik

masing - masing komponen.

1
Perkembangan dunia yang semakin maju dan serba canggih, teknologi beton

mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini menyebabkan beton

banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung, jalan, jembatan dermaga dan

lain-lain. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut

mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu

penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara besar-

besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk

keperluan pembetonan.

Salah satu sifat penting dari beton adalah daktilitas. Daktilitas beton yang

rendah dicerminkan oleh kurva tegangan-regangannya yang memiliki penurunan

kekuatan tekan yang cepat pada daerah beban pasca puncak, sehingga

menyebabkan keruntuhan terjadi tiba-tiba. Penambahan serat yang mempunyai

modulus elastisitas yang lebih rendah dari modulus elastisitas matrik beton

diharapkan dapat membuat beton lebih daktail. Dengan sifat daktail tersebut, serat

yang dicampurkan ke dalam beton diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki

karakteristik beton. Penggunaan serat untuk memperkuat material yang getas telah

lama dikenal. Serat-serat yang telah umum dipergunakan antara lain terbuat dari

baja, polymer, atau fiber glass. Salah satu jenis serat yang dapat dipakai adalah serat

polypropylene. Berdasarkan kepustakaan diketahui bahwa serat polypropylene

dapat memperbaiki kinerja beton. ( Adianto & Joewono , 2016 )

Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastuktur yang

semakin maju memacu perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di

Indonesia, seperti bangunan gedung bertingkat tinggi, jembatan dengan bentang

2
panjang dan lebar, dan lain sebagainya. Perencanaan fasilitas tersebut mengarah

kepada penggunaan beton dimana mencakup kekuatan, ketahanan, masa layan dan

efisiensi. Kuat lentur beton ini dapat ditingkatkan sehingga mampu menahan

tegangan lentur tanpa mengalami retakan. Salah satu cara adalah dengan

penambahan serat-serat pada adukan beton sehingga retak-retak yang mungkin

terjadi akibat tegangan lentur pada daerah beton tarik akan ditahan oleh serat-serat

tambahan ini, sehingga kuat lentur beton serat dapat lebih tinggi dibanding kuat

tarik beton biasa. ( Buana & Gunawan, 2016 )

Penelitian tentang benton serat (fiber reinforced concrete) terus dilakukan

dan dikembangkan. Salah satu bahan serat yang unik digunakan adalah serat

polypropylene. Serat ini menurut (Khairizal, Kurniawandy & Kamaldi, 2015)

merupakan serat yang memiliki berat jenis yang rendah dan tidak menyerap air,

sehingga serat ini tidak merubah fisik beton secara sigifikan namun dapat merubah

sifat mekanik beton. Pemakaian fiber polypropylene yang disebarkan merata

kedalam adukan beton dapat mencegah terjadinya retakan-retakan beton yang

terlalu dini, baik akibat panas hidrasi maupun pembebabanan. Maka tercegahnya

retakan-retakan mikro beton yang terlalu dini, kemampuan bahan untuk

mendukung tegangan-tegangan internal (aksial, lentur, dan geser) yang terjadi akan

jauh lebih besar.

Sifat kurang baik dari beton dapat diperbaiki dengan cara penambahan

serat fiber polypropylene pada adukan beton. Penambahan serat fiber

polypropylene pada adukan beton bertujuan menulangi beton dengan fiber

polypropylene yang disebarkan secara merata (uniform) kedalam adukan beton

3
dengan orientasi random, sehingga dapat mencegah terjadinya retakan mikro.

Penambahan serat plastik atau polypropylene fiber dimaksudkan untuk dapat

mendukung tegangan-tegangan internal (aksial, lentur dan geser) yang lebih

besar. Serat plastik atau polypropylene fiber merupakan salah satu bahan yang

mudah didapat dan harganya cukup murah. Polypropylene fiber adalah limbah

dari pengepakan barang dari gudang dan pertokoan. Polypropylene fiber

mempunyai struktur jaringan yang unik. Serat plastik atau polypropylene fiber

mempunyai sifat tahan terhadap serangan bahan kimia. Permukaannya

bertekstur dan jika kena air tidak basah. ( Apriyatno, 2016)

Berdasarkan pemikiran diatas, permasalahan yang sering timbul pada saat

pembuatan beton adalah munculnya gejala keretakan yang disebabkan oleh

tegangan Tarik dan lentur dikarenakan sifat beton yang getas. Maka timbul

pemikiran untuk mencoba memanfaatkan limbah dari serat polypropylene fiber

tentu saja dimaksudkan agar didapat beton yang mempunyai kemampuan daktilitas

yang tinggi dan mempunyai kuat lentur lebih dibanding dengan beton biasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disampaikan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh serat dari polypropylene Fiber Mesh pada campuran

beton normal untuk memperkirakan tingkat kemudahan dalam pengerjaan

dilihat dari nilai slump?

2. Bagaimana pengaruh serat dari polypropylene Fiber Mesh pada kuat lentur

beton normal ?

4
1.3 Batasan Masalah

Untuk mencapai sasaran dan agar penelitian lebih fokus pada tujuan sesuai

yang diinginkan maka perlu diadakan pembatasan permasalahan, yaitu sebagai

berikut:

1. Agregat kasar yang digunakan adalah campuran batu pecah dengan lolos

saringan 25 mm dan tertatahan saringan 9,5.

2. Agregat halus digunakan pasir dari sungai Boyolali

3. Perawatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

direndam dalam air.

4. Jumlah benda uji yang digunakan sebanyak 15 buah

5. Bahan ikat adalah semen, digunakan semen jenis 1 merk holcim kemasan

50 kg/kantong).

6. Dimensi satu benda uji kuat lentur beton menggunakan silinder berukuran

tinggi 300 mm dan diameter 150 mm.

7. Air yang digunakan berasal dari laboratorium Teknik Sipil Universitas

Tidar Magelang.

8. Uji kuat lentur beton dilakukan pada umur 28 hari dilaksanakan di

laboratorium PT. Varia Usaha Beton Magelang.

5
1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mempelajari pengaruh serat dari polypropylene Fiber Mesh terhadap

nilai slump pada campuran beton normal untuk memperkirakan tingkat

kemudahan dalam pengerjaan.

2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh serat

polypropylene Fiber Mesh terhadap pada kuat lentur beton normal.

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan serat

Polypropylene Fiber Mesh sebagai nilai tambah.

2. Untuk mengembangkan penggunakan serat dari polypropylene Fiber

Mesh untuk bahan tambah untuk pembuatan beton untuk meningkatkan

kuat lentur beton tersebut.

3. Bagi instansi terkait hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan untuk pembuatan beton dengan pemanfaatan serat

polypropylene Fiber Mesh serta untuk meningkatkan kuat lentur agar

dapat mengurangi retakan pada konstruksi beton.

4. Pemakaian serat polypropylene Fiber Mesh dapat memberikan

konstribusi terhadap penyelamatan lingkungan dengan adanya

pemanfaatan limbah industri plastik tersebut.

6
1.6 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian diketahui dengan cara melakukan penelusuran hasil-hasil

penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Tabel 1.1

menunjukkan hasil penelusuran yang telah dilakukan.

Tabel 0.1 Hasil penelitian sejenis yang dilakukan peneliti lain

No Penulis Judul Penelitian


1 Hasanr, Pengaruh Penambahan Pengaruh terhadap kuat lentur
Polypropylene Fimer pada umur 28 hari sebesar
Tatong, & Tole
Mesh Terhadap Sifat 5,2404 Mpa atau mengalami
( 2013)
Mekanis Beton. peningkatan sebesar 11,26%
dari beton normalnya. Kuat
lentur beton yang optimum
pada beton serat dengan dosis
0,58 kg/m3.
Penambahan serat
polypropylene akan
mengurangi workability. Hal
ini ditunjukkan dengan
menurunnya nilai slump pada
adukan beton. Pada beton
normal nilai slump 100 mm,
beton serat dengan dosis 0,40
kg/m³ nilai slump 70 mm,
dosis 0,60 kg/m³ nilai slump 52
mm dan beton serat dengan
dosis 0,80 kg/m³ nilai slump
menjadi 43 mm. Dengan nilai
FAS yang sama yaitu 53.

7
Tabel 1.1 Lanjutan
2 Sujatmiko & Pemanfaatan Fiber Dengan penambahan 120 ml
Polypropylene pada pada silinder di dapatkan nilai
Saifuddin
Beton Dengan slump test 6 cm sedangkan
(2018)
Penambahan pada balok dibutuhkan 410 ml
Napthoplast di Tinjau untuk mendapatkan slump test
Terhadap Kuat Tekan 5 cm.
dan Kuat Lentur Dengan penambahan fiber
polypropylene sampai dengan
1% kuat tekan dan kuat lentur
meningkat dibandingkan tidak
menggunakan serat tersebut,
sedangkan pada penambahan
serat fiber polypropylene 2%
kuat tekan menurun
dibandingkan dengan dengan
serat fiber 1% tetapi kuat
lenturnya meningkat.
Pada penambahan fiber
polypropylene sampai 1%
menghasilkan kuat tekan
maksimum dan kuat lentur
maksimum dengan
penambahan 2% fiber
polypropylene
3 Pratama & Kajian Kuat Tekan dan Pengaruh dengan adanya
Kuat Tarik Belah Beton penambahan serat nylon dapat
Hisyam (2016)
Kertas (Papercrete) meningkatkan kuat tarik belah
Dengan bahan Tambah beton kertas. Pada
Serat Nylon penambahan serat nylon pada
persentase 0 %, 0,25 %, 0,50
%, 0,75 %, dan 1 % per jumlah

8
Tabel 1.1 Lanjutan
berat semen berturut-turut
menghasilkan kuat tarik belah
beton kertas 0,170 MPa, 0,189
MPa, 0,189 MPa, 0,198 MPa,
dan 0,209 MPa. Sehingga
didapatkan hasil nilai kuat
tarik belah beton kertas
maksimum pada persentase
penambahan serat nylon 1 %
per jumlah berat semen sebesar
0,209 MPa terjadi kenaikan
sebesar 22,94 % dari kuat tarik
belah beton pada beton kertas
normal sebesar 0,170 MPa.
4 Buana & Pengaruh Diameter Penambahan serat polymer
Serat Polymeretilene etilene braid berdasarkan
Gunawan
Braid Terhadap Kuat peningkatan diameter dengan
(2016)
Tekan dan Kuat Tarik aspek rasio l/d=90 dalam
Belah Pada Beton Mutu campuran beton menurunkan
Tinggi nilai slump sehingga
mempengaruhi tingkat
workability, dari pengujian
yang telah dilakukan nilai
slump tertinggi didapat pada
adukan beton tanpa serat yaitu
sebesar 11,6 cm
Penambahan serat polymer
etilene braid berdasarkan
peningkatan diameternya
memberikan pengaruh
peningkatan terhadap kuat

9
Tabel 1.1 Lanjutan
tarik belah beton. Dari hasil
pengujian beton tanpa serat
memiliki kuat tarik belah
sebesar 6,04 MPa
5 Pratiwi, Kuat Tekan Beton Serat Penambahan serat dari 0,1%
menjadi 0,15% mengalami
Prayuda, & Menggunakan Variasi
peningkatan kuat tekan rata-
Saleh (2016) Fibre Optic dan
rata sebesar 8,4% dan
Pecahan Kaca penambahan serat dari 0,15%
menjadi 0,2% mengalami
peningkatan kuat tekan rata-
rata sebesar 21,9%.
Nilai modulus elastisitas yang
diperoleh berturut-turut adalah
22259,35 Mpa, 23173,43 Mpa,
dan 25583,72 Mpa.
6 Khairizal, Pengaruh Penambahan Hasil pengujian slump
menunjukkan bahwa dengan
Kurniawandy Serat Polypropylene
penambahan serat
& Terhadap Sifat Mekanis
polypropylene pada adukan
Kamaldi (2016) Beton Normal beton akan menurunkan
workability beton.
Hasil pengujian kuat lentur
menunjukkan bahwa beton
serat polypropylene
mempunyai kuat lentur yang
lebih tinggi daripada beton
normal dan meningkat seiring
penambahan serat
polypropylene. Peningkatan

10
Tabel 1.1 Lanjutan
kuat kuat lentur paling besar
adalah pada penambahan serat
1,0 kg/m3 yaitu sebesar
35,19%. Hasil pengujian
defleksi menunjukkan bahwa
beton serat polypropylene
mempunyai niilai defleksi
yang lebih tinggi daripada
beton normal
7 Henry Kapasitas Lentur Balok Balok polypropylene fiber
lebih lentur dibandingkan
Apriyatno Beton Bertulang
beton normal. Hal ini
(2017) Dengan Polypropylene
dibuktikan dengan
Fiber Sebesar 6% Dari peningkatan kelenturan
sebesar 22,6 % untuk BPF-
Berat Semen
100, BPF-75, BPF-50, dan
meningkat 9,7 %untuk BPF-25
dibandingkan beton normal.
Peningkatan kuat batas balok
secara optimal akan diperoleh
bila beton fiber hanya
ditempatkan secara parsial
pada bagian tarik, proporsi 75
% dari luas tampang balok.
8 Arintha Indah Pengaruh Serat Nilai kuat lentur optimum
didapat oleh sampel B dengan
Dwi Syafiarti Polypropilene dalam
kadar serat 0,6%. Namun
(2015) Beton Berpori
mengalami penurunan pada
kadar serat 1,2%, dan kembali
naik meskipun tidak terlalu

11
Tabel 1.1 Lanjutan
signifikan pada kadar serat
1,8%. Sampel A dengan CA/C
4, memiliki nilai kuat
lenturyang konstan pada
penambahan serat 0,6%.
Seperti halnya pada sampel B,
sampel A pada kadar serat
1,2% mengalami penurunan
kuat lentur dan mengalami
kenaikan pada kadar serat
1,8%.
9 Santoso & Efek penambahan Serat Pengaruh penambahan
campuran serat polypropylene
Widodo ( 2018) Polypropoylene
dapat meningkatkan beban
Terhadap Daya Lekat
maksimum. Kuat lentur beton
dan Kuat Lentur Pada pada variasi 0 kg serat sebesar
4,156 MPa, pada variasi 1 kg
Rehabilitas Struktur
serat sebesar 4,988 MPa, pada
Beton dengan Self-
variasi 2 kg serat sebesar 2,601
Compacting Repair MPa sedangkan pada variasi 3
kg sebesar 2,543 MPa.
Mortar ( SCRM)
Peningkatan yang paling besar
terjadi pada komposisi 1 kg
serat. Komposisi yang paling
optimum tercapai saat
penambahan serat
polypropylene sebesar 1kg/m3.,
karena dapat meningkatkan
kuat lentur sebesar 20,09 %.

12
Tabel 1.1 Lanjutan
10 Hanafi, Tinjauan Kuat Tekan Berdasarkan hasil pengujian

Sujatmiko & dan Kuat Lentur Beton kuat lentur beton menunjukkan

Wibowo (2018) Menggunakan Bahan bahwa beton fiber

Polimer Polierta polypropylene mempunyai

dengan Tambahan kuat lentur yang lebih tinggi

Pemakaian Fiber dari beton normal tanpa fiber

Polypropylene polypropylene dan

peningkatan kuat lentur paling

besar adalah pada penambahan

serat 1% yaitu pada umur 14

hari 36,5 kN, dan pada umur

28 hari kuat lentur beton naik

menjadi 40,5 kN, naik sebesar

30,64%.

1.7 Hipotesis

Pada penelitian ini penggunaan serat polypropylene Fiber Mesh yang dicampur

dengan kerikil dalam adukan beton dimaksudkan untuk mendapatkan variasi yang

optimum yang menghasilkan beton dengan kuat lentur lebih besar atau beton yang

mampu menahan sifat daktilitas untuk struktur ringan dan memiliki ketahanan

terhadap cuaca sehingga tidak mudah retak sesuai dengan yang disyaratkan.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang telah dilakukannya


sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut, antara lain adalah :

Hasanr, Tatong, & Tole (2013) menganalisis pengaruh penggunaan serat

polypropylene terhadap sifat mekanis pada beton normal. Dimana Beton yang

direncanakan mutu sedang, yaitu f’c 20 Mpa serta serat yang digunakan adalah serat

polypropylene cemfiber dengan dosis penambahan serat pada benda uji adalah 0,0

kg/m³; 0,4 kg/m³; 0,6 kg/m³ ; dan 0,8 kg/m³beton.Sifat mekanis beton yang

diperhitungan adalah kuat tekan, kuat tarik dan kuat lentur, pada umur 28 hari.

Dalam penelitian ini pengaruh terhadap kuat lentur pada umur 28 hari sebesar

5,2404 MPa atau mengalami peningkatan sebesar 11,26% dari beton normalnya.

Kuat lentur beton yang optimum pada beton serat dengan dosis 0,58 kg/m³ .

Sujatmiko & Saifuddin (2018) menganalisis kajian Fiber Polypropylene pada

beton dengan penambahan napthoplast , jumlah total benda uji sebanyak 39 buah,

dengan prosentase fiber yang digunakan, sebesar 0%, 1%, 2%. Serta dicampurkan

dengan proporsi fly ash sebesar 30%. Kemudian diuji menggunakan uji kuat tekan

dengan variasi umur beton 7, 14, 28, hari dan balok 14, 28 hari untuk mencari varian

yang memiliki kuat tekan dan kuat lentur yang masih memenuhi standar

perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi gaya tarik yang

menyebabkan keretakan pada struktur beton aspal. dengan menambahkan fiber

polypropylen produksi PT.Sika, serta untuk memperbaikinya sifat beton aspal

14
dengan menambahkan bahan tambahan kimia berupa Superplasticizer type F yang

digunakan adalah napthoplast produksi PT.Varia Usaha Beton, ditinjau terhadap

kuat tekan dan kuat lentur dibanding dengan beton normal sebagai parameter.

Dalam penelitian ini menghasilkan kuat lentur maksimum dengan penambahan 2%

fiber polypropylene.

Menurut penelitian Khairizal, Kurniawandy, & Kamaldi (2015) menganalisis

kajian Pengaruh Penambahan Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton

Normal pembuatan sampel benda uji beton pada penelitian ini sebanyak 54 buah

sampel dengan setiap umur ada 3 buah. Umur yang di uji yaitu umur 28 hari dengan

prosentase fiber yang digunakan, sebesar 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%.

Dengan hasil penelitian Nilai kuat lentur beton tanpa serat polypropylene sebesar

5,27MPa. Peningkatan tertinggi terjadi pada penambahan serat polypropylene

sebanyak 1,0 kg/m3 sebesar 7,12 MPa atau meningkat sebesar 35,19 %

dibandingkan beton tanpa serat polypropylene.

Menurut penelitian Apriyatno (2017), menganalisis kajian kapasitas lentur

balok beton bertulang dengan polypropylene fiber sebesar 6% dari berat semen.

Pengujian dilakukan dengan menambah beban (P) secara bertahap sebesar 0,5 ton,

dan mencatat defleksi atau lendutan pada dial gage. Intensitas beban pada saat

terjadi retak pertama pada bagian tarik dari balok, dan juga intensitas beban

ultimitnya diamati dan dicatat. Balok polypropylene fiber lebih lentur dibandingkan

beton normal. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kelenturan sebesar 22,6 %

untuk BPF-100, BPF-75, BPF-50, dan meningkat 9,7 %untuk BPF-25

dibandingkan beton normal.

15
Menurut penelitian Santoso & Widodo ( 2018), penelitian yang dikaji tentang

Efek penambahan Serat Polypropoylene Terhadap Daya Lekat dan Kuat Lentur

Pada Rehabilitas Struktur Beton dengan Self- Compacting Repair Mortar ( SCRM),

penambahan serat polypropylene akan dilakukan sebesar 0 kg/m3, 1 kg/m3, 2

kg/m3 dan 3 kg/ m 3 yang dihitung berdasarkan volume beton. Pengujian beton

segar dilakukan dengan slump-flow test. Selanjutnya dilakukan pengujian sifat

mekanik beton yang meliputi pengujian kuat geser interface dengan metode Bi-

Surface Direct Shear, dan kuat lentur pada umur 56 hari. Setiap varian terdiri dari

3 benda uji beton, jumlah varian ada 4 buah dan jumlah pengujian ada 3 macam,

sehingga jumlah benda uji keseluruhan ada 36 benda uji. Analisis data akan

dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif.

Hanafi, Sujatmiko & Wibowo (2018) melakukan penelitian tentang Tinjauan

Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton Menggunakan Bahan Polimer Polierta dengan

Tambahan Pemakaian Fiber Polypropylene, jumlah total benda uji sebanyak 39

buah, dengan prosentase 1% zat additive polymer polierta dan bahan tambahan

fiber polypropylene dengan prosentase 1% dengan kadar serat 0,6 kg/m³ dan 2%

dengan kadar serat 1,2 kg/m³. Lalu menggunakan faktor air semen ( FAS ) 0,5.

Serta dicampurkan dengan proporsi fly ash sebesar 30%. Kemudian diuji

menggunakan uji kuat tekan dengan variasi umur beton 7, 14, dan 28 hari dan untuk

kuat lentur dengan variasi umur beton 14, dan 28 hari untuk mencari varian yang

memiliki kuat tekan dan kuat lentur yang masih memenuhi standar perencanaan.

Berdasarkan hasil pengujian kuat lentur beton menunjukkan bahwa beton fiber

polypropylene mempunyai kuat lentur yang lebih tinggi dari beton normal tanpa

16
fiber polypropylene dan peningkatan kuat lentur paling besar adalah pada

penambahan serat 1% yaitu pada umur 14 hari 36,5 kN, dan pada umur 28 hari kuat

lentur beton naik menjadi 40,5 kN, naik sebesar 30,64%.

Gunawan & Buana (2016) mengkaji penelitian tentang pengaruh diameter serat

polymeretilene braid pada beton mutu tinggi. Umur beton yang digunakan dalam

pengujian kuat tekan adalah 4,7, 14, 21 dan 28 hari untuk pengujian kuat tarik belah

umur 28 hari, dengan diameter serat yang digunakan adalah 0,8 mm, 1,0 mm dan

1,20 mm. Komposisi penambahan serat 0%, 0,3% dan 0,4% terhadap berat semen

yang akan dipakai. Dari masing-masing campuran beton tersebut dibuat tiga benda

uji. Maka jumlah kebutuhan benda uji ada sebanyak 126 buah. Dengan

menghasilkan peningkatan tertinggi terjadi pada penambahan serat polypropylene

sebanyak 1,0 kg/m3 sebesar 7,12 MPa atau meningkat sebesar 35,19 %

dibandingkan beton tanpa serat polypropylene.

Arintha Indah Dwi Syafiarti (2015) menganalisis Pengaruh Serat

Polypropilene dalam Beton Berpori. Nilai kuat lentur optimum didapat oleh sampel

B dengan kadar serat 0,6%. Namun mengalami penurunan pada kadar serat 1,2%,

dan kembali naik meskipun tidak terlalu signifikan pada kadar serat 1,8%. Sampel

A dengan CA/C 4, memiliki nilai kuat lenturyang konstan pada penambahan serat

0,6%. Seperti halnya pada sampel B, sampel A pada kadar serat 1,2% mengalami

penurunan kuat lentur dan mengalami kenaikan pada kadar serat 1,8%.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini seperti dijelaskan di bawah ini.

17
2.2.1 Beton

Beton adalah suatu material yang dibuat berdasarkan percamupuran semen,

agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan tambah. Ada

beberapa alasan mengapa beton sering dipergunakan pada bidang konstuksi selain

memiliki kuat tekan yang tinggi yaitu mudah dikerjakan, ekonomis, dan mudah

dibentuk.

1. Sifat Beton

Beton memiliki beberapa sifat yaitu :

a. Wokability atau kemudahan pengerjaan beton segar bisa dengan cara

menambah nilai faktor air semen (FAS)

b. Segregation adalah kecenderungan butir-butir agregat untuk melepaskan

diri dari campuran beton. Kondisi ini akan menyebabkan kropos pada beton

yang berakibat kurang panjangnya umur beton.

c. Bleeding adalah kecenderungan air untuk naik ke permukaan. Kondisi ini

disebabkan oleh terlalu banyaknya air pada pembuatan beton salah satunya.

2. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan penggunaan beton sebagai berikut :

a. Harga relatif murah

b. Tahan bakar

c. Biaya perawatan rendah

d. Tahan terhadap pengkaratan

e. Mudah diangkut maupun dicetak

18
Sedangkan kekurangan penggunaan beton sebagai berikut :

a. Mempunyai kuat tarik yang rendah

b. Mudah mengalami pengerutan atau pengembangan tergantung kondisi

c. Bersifat getas (tidak daktil)

3. Sifat Fisik Beton

a. Berat Jenis

Dalam ilmu teknologi beton dikenal jenis beton ringan ("leighweight concrete").

Beton ringan dapat dibuat dengan 3 (tiga) cara (Nevile, 1975), yaitu:

1. dengan pemakaian agregat ringan, misalnya agregat kasar yang ringan,

agregat halus yang ringan atau keduanya,

2. dengan membuat gelembung-gelembung udara, yaitu dengan pemakaian

bahan tertentu yang menyebabkan teJjadinya gelembung udara keeil

didalam beton, dan

3. dengan eara tanpa memakai pasir (beton non pasir ), sehingga banyak

terdapat rongga diantara butir-butir agregat kasar.

Beton ringan mempunyai berat jenis dibawah 2 gr/cm3 (beton biasa mempunyai

berat jenis 2,4 gr/cm3 ). Secara kasar beton ringan ini menurut berat jenisnya dibagi

3 (tiga) kelompok (Nevile, 1975 ), yaitu :

1. beton ringanjenis antara 0,30 sampai 0,80 gr/cm3 yang biasanya dipakai

sebagai bahan isolasi,

2. beton ringan dengan berat jenis antara 0,80 sampai 1,40 gr/cm3 yang dapat

dipakai untuk struktur ringan, dan

19
3. beton ringan dengan beratjenis antara 1,40 sampai 2,00 gr/cm3 yang dapat

dipakai untuk struktur sedang.

4. Berat jenis beton ringan dalam pembuatannya dipengaruhi oleh berat jenis

agregatnya.

b. Kuat Lentur Beton (SNI 03-4431-1997)

Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada

dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji,

yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega

Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-1997). Besarnya kuat lentur

beton (modulus of rapture) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

a. Apabila keruntuhan terjadi pada bagian tengah bentang


𝑃𝐿
Fr = 𝑏𝑑2 (2.1)

keterangan:

f = modulus of rapture (MPa)

P = beban maksimum (N)

L = panjang bentang (mm)

b = lebar spesimen (mm)

d = tinggi spesimen (mm)

20
Gambar 2.1 Keruntuhan pada pusat 1/3 bentang (L)

Sumber : SNI 03-4431-1997

b. Apabila keruntuhan terjadi pada bagian tarik di luar tengah bentang


3𝑃𝑎
Fr = 𝑏𝑑2 (2.2)

keterangan:

f = modulus of rapture (MPa)

P = beban maksimum (N)

b = lebar spesimen (mm)

d = tinggi spesimen (mm)

a = jarak rata-rata dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat

diukur pada bagian tarik specimen (mm)

Gambar 2.2 Keruntuhan diluar 1/3 bentang (L) dan garis patah <5%
bentang (L)
Sumber : SNI 03-4431-1997

21
c. Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik

beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5%

bentang, hasil pengujian tidak dipergunakan.

Gambar 2.3 Keruntuhan diluar 1/3 bentang (L) dan garis patah > 5%
bentang (L)
Sumber : SNI 03-4431-1997
5. Kekuatan Beton

Beton bersifat getas, sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun

kuat tariknya rendah. Kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-

sifat lain maksudnya bila kuat tekannya tinggi, umumnya sifat-sifat lain juga

baik.

Tabel 2.2. Jenis dan Kuat Tekan Beton

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton antara lain:

22
1. Umur beton

Kuat tekan beton bertambah tinggi dengan bertambahnya umur

(sejak beton dicetak). Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula

cepat, semakin melambat setelah berumur 28 hari, sehingga secara

umum dianggap tidak naik lagi setelah umur 28 hari (standar kuat

tekan beton jika tidak disebutkan umur secara khusus).

2. Faktor air semen (FAS)

Faktor air semen ialah perbandingan berat antara air dan semen

Portland di dalam campuran adukan beton. Dalam praktek, nilai

faktor air semen berkisar antara 0,40 – 0,60. Semakin tinggi mutu

beton yang hendak dicapai, semakin rendah nilai faktor air semen

yang digunakan, sedangkan di lain pihak untuk menambah daya

kelecakan (workability) diperlukan nilai faktor air semen yang

tinggi. Nilai di bawah 0,40 meningkatkan kuat tekan beton, tetapi

menurunkan daya kelecakan, sedangkan nilai di atas 0,60 akan

menyebabkan kuat tekan beton rendah.

3. Kekuatan Beton

Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton

yang kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya

berkurang.

4. Jumlah pasta semen dan jenis semen yang digunakan

Pasta semen berfungsi merekatkan butir-butir agregat dan akan

berfungsi secara maksimal apabila seluruh permukaan agregat

23
terselimuti pasta semen. Akan tetapi, jika jumlah pasta semen terlalu

banyak maka kuat tekan beton didominasi oleh pasta semen yang

memiliki kuat tekan lebih rendah dari agregat, sehingga kuat tekan

beton menjadi lebih rendah.

5. Jenis semen

Semen Portland untuk pembuatan beton terdiri beberapa jenis.

Masing-masing jenis semen Portland mempunyai sifat tertentu,

misalnya cepat mengeras, dan sebagainya, sehingga mempengaruhi

pula terhadap kuat tekan betonnya.

Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton, antara

lain:

a. Kekasaran permukaan, karena permukaan agregat yang kasar dan tidak licin

membuat daya rekat antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat

dari pada permukaan agregat yang halus dan licin.

b. Bentuk agregat, karena bentuk agregat yang bersundut seperti

split, membuat butir-butir saling mengunci, berbeda dengan

kerikil yang bulat. Maka, beton yang dibuat dari batu pecah lebih

kuat daripada beton yang dibuat dari kerikil.

c. Kuat tekan agregat, karena 70% volume beton terisi oleh agregat,

jika kuat tekan agregat rendah akan diperoleh kuat tekan beton

yang rendah pula.

(Hariadi, Taufik, & Khaidir, 2018)

24
4. Material Penyusun Beton

a. Semen Portland

Menurut SNI 15-7064-2004, PCC merupakan bahan pengikat hidrolis hasil

penggilingan bersama-sama terak/klinker semen portland dan gypsum dengan

satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen

portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara

lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur,

dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa semen portland

komposit. (Hariadi, Taufik, & Khaidir, 2018)

Fungsi semen sendiri pada beton adalah untuk pengikat semua material

yang digunakan pada beton. Semen mempunyai sifat adhesive dan kohesif,

dimana dapat mengikat dengan baik butiran-butiran material menjadi bentuk

yang kompak. Semen adalah material yang hidrolis yang dapat beraksi dengan

air. Reaksi yang akan terjadi adalah semen akan terhidrasi sehingga membentuk

batu padat. Semen yang paling banyak digunakan dalam konstruksi adalah

semen protland.

b. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran mortar dan beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak

70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan

pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau

beton, sehingga pemilihan agregat merpukan bagian penting dalam pembuatan

beton. Agregat dibedakan berdasarkan ukuran butriannya. Agregat yang

25
mempunya ukuran buturian besar disebut agregat kasar, sedangkat agregat yang

berbutir kecil disebut dengan agregat halus.

Dalam hal ini, agregat yang dipakai adalah agregat agregat yang mempunyai

berat isi kurang atau sama dengan 1860 kg/m3.

1. Agregat Kasar

Menrut PBI-1971, agregat kasar adalah agregat yang ukurannya butirnnya

lebih dari 5mm. Agregat kasar untuk beton ringan dapat berupa batu pecah,

batu apung, scoria, atau tufa.

Menurut PBI-1971 pasal 3.4, syarat syarat agregat kasar sebagai berikut :

a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.

Angregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai

apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari beban

agregat seluruhnya. Agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah

atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.

b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditetntukan

terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian

yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar lumpur melampaui 1%,

maka agregat kasar harus dicuci.

c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat yang reaktif alkali.

d. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji

dan rudeloff dengan beban penguji 20t, dengan mana harus dipenuhi syarat-

syarat berikut :

26
1) tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24% berat

2) tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22 %.

e. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beranke ragam besarnya

dan apabila daiayak dengan susunan ayakan yang ditentntukan, harus

memenuhi syarat-syarat berikut :

1) sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat

2) sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat

3) selisih antara sisa-sisa kumalatif di atas dua ayakan yang berurutan,

adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat

f. Berat butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak

terkecil antara bidang-bidang samping dan cetakan. Sepertiga dari tebal

pelat atau tigaperempat dari jarak bersih minimum di antara batan-batang

atau berkasberkasa tulangan. Penyimpanan dari pembatasan ini diijinkan,

apabila menurut penilaian Pengawas Ahli, cara-cara pengecoran beton

adalah sedemikian rupa hingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang

krikil

2. Agregat Halus

Menurut PBI-1971, agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam

sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan

yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat

pengawasan mutu agregat untuk berbagai-bagai mutu beton.

Adapun syarat-syarat agregat halus dalam PBI-1971:

27
a. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang taja dan keras. Butir-

butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur

oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%

(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur

adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila

kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat harus dicuci.

c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan orgnais terlalu

banyak yang harus dibutuhkan dengan percobaan warna dari

Abrams_harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tida

memebuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan

adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95%

dari kkuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3%

NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang

sama.

d. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam

besarnya dan apabila diayak harus dengan susanan ayakan yang

ditentukan, harus memenuhi syarat berikut:

1) sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat

2) sisa di atas ayakan 1 mm, harus inimum 10% berat

3) sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat

28
e. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu

beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksa

bahan-bahan yang diakaui.

c. Air

Air berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena jika kelebihan air akan

menyebabkan penuruan mutu beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan

mengakibatkan beton mengalami bleeding, yaitu air bersama-sama dengan

semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja

dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan beton antara permukaan

dengan lapisan di bawahnya. Kurangnya lekatan antara dua lapisan tersebut

merupakan area yang lemah.

Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap workability adukan

beton, besar kecilnya nilai susut beton, kelangsungan reaksi dengan seme

Portland sehingga dihasilkan kekuatan selah beberaa waktu, dan peranan air

sangat mendukung perawatan adukan beton diperlukan untuk menjamin

pengerasan yang baik.

Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut

ini :

a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayan lainnya lebih dari 2

gr/ltr.

b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,

zat organik) lebih dari 15 gr/ltr.

c. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

29
2.2.4 Beton serat

a. Pengguanaan Beton Serat

Maksud utama penambahan serat ke dalam beton adalah untuk menambah

kuat terik beton, mengingat kuat tarik beton yang sangat rendah. Kuat tarik yang

sangat rendah berakibat beton mudah retak, yang pada akhirnya dapat

mengurangi keawetan beton. Dengan adanya serat, ternyata beton menjadi lebih

tahan retak dan tahan benturan jika masalah penyerapan energi diperlukan.

Perlu diperhatikan bahwa pemberian serat tidak banyak menambah kuat tekan

beton, namun hanya menambah daktilitas.

b. Pengertian Beton serat

Beton serat (fibreconcrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari

beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi

mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton

biasa. Penggunaan serat dalam beton juga dapat meningkatkan daktilitas beton

dari sifat yang getas menjadi lebih daktil. Keuntungan penggunaan yang lain

adalah dapat meningkatkan beban kejut (impact resistance), ketahanan terhadap

kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susut, dapat meningkatkan kekuatan

lentur (flexural strength) dan meningkatkan kekuatan geser balok beton

serat.Penggunaan serat di dalam beton biasanya dihitung berdasarkan

prosentase volume serat di dalam beton. Terdapat kadar optimum serat yang

dapat dimasukkan ke dalam beton. Penggunaan kadar yang terlalu sedikit atau

terlalu banyak tidak menghasilkan efek yang baik terhadap beton. Jika serat

yang digunakan terlalu banyak maka akan mengurangi kelecekan beton dengan

30
sangat drastis. Beton akan sulit dipadatkan dan banyak rongga udara yang

terjebak di dalamnya. Prosentase optimum serat dapat ditentukan berdasarkan

rekomendasi pabrik yang memproduksi serat tersebut. Prosentase optimum

serat antara lain dipengaruhi oleh bentuk, aspek rasio (perbandingan antara

panjang dan diameter) dan jenis material yang digunakan. Diperlukan pengujian

trial mix untuk mendapatkan beton yang baik dengan kelecekan yang cukup. (

Hasanr, Tatong, & Tole, 2013 )

2.2.5 Serat Polypropylene

Serat Polypropylene adalah serat sejenis plastik (polypropylene) yang

di produksi khusus dengan teknologi tinggi. Merupakan senyawa hidrokarbon

dengan rumus kimia C3H6 yang berupa filamen tunggal ataupun jaringan

serabut tipis yang berbentuk jala dengan ukuran panjang 6 mm sampai 50 mm

dan memiliki diameter 8 - 90 mikron. Kadar serat polypropylene yang sering

digunakan adalah sebesar 600-900 gr/m³ beton, sedangkan untuk pengendalian

retak pada permukaan beton digunakan sebesar 244 – 255 m²/kg.

2.2.6 Umur Beton

Kuat tekan beton meningkat seiring dengan bertambahnya umur beton.

Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut dipengaruhi oleh faktor air

semen Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat kenaikan kekuatan

betonnya dan sebaliknya semakin rendah faktor air seman semakin cepat

kenaikan kuat tekannya.

31
2.2.7 Mutu Agregat

Mutu agregat akan sangat berpangaruh terhadap kuat tekan beton. Semakin baik

mutu agregat yang dipakai akan semakin besar kuat tekannya. Agregat yang

baik dan bermutu tinggi adalah agregat yang memenuhi persyaratan persyaratan

antara lain sebagai berikut ini:

a. Butir-butimya tajam, kuat dan bersudut.

b. Tidak mengandung zat yang menghisap air dari udara.

c. Tidak mengandung zat organis.

d. Tidak mengandung tanah atau kotoran lain yang lewat ayakan 0,075

mm.

e. Harus mempunyai variasi gradasi yang baik.

f. Bersifat kekal, tidak hancur atau berubah karena cuaca.

g. Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi agregat harus

mempunyai tingkat reaktif yang negatif terhadap alkali.

h. Untuk agregat kasar, tidak boleh mengandung butiran-butiran yang

pipih dan panjang lebih dari 20% dari berat keseluruhan.

2.2.8 Gradasi Agregat

Seperti yang telah disebutkan dalam tinjauan pustaka, bahwa beton

biasanya terdiri dari 60% sampai 80% volumenya berupa agregat. Agregat

ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat

befungsi sebagai benda yang utuh. homogen dan rapat., dimana agregat

yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara

agregat yang berbutir besar. Karena agregat merupakan bahan terbanyak di

32
dalam beton, maka semakin banyak persen agregat dalam campuran akan

semakin murah harga beton, dengan syarat campuran masih cukup mudah

dikerjakan untuk elemen struktur yang menggunakan beton tersebut

(Nawy,2018). Persyaratan gradasi agregat berbobot ringan untuk beton

struktural menurut ASTM C-330 ditunjukkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 2.3 Persyaratan gradasi agregat berbobot ringan untuk beton

struktural menurut ASTMC-330

2.2.9 Keawetan Beton (Durabillity)

Suatu bangunan yang terbuat dari beton harus dapat tahan untuk

jangka waktu yang lama terlebih lagi jika bangunan tersebut bersifat

monumental. Dntuk itu perlu diperhatikan perhitungan analisis terhadap

struktur dan keawetan serta. ketahanan betonnya terhadap berbagai

faktor yang menimbulkan kerusakan.

Faktor internal pada betonnya sendiri antara lain:

a. susut plastis dan susut kering menimbulkan retakan,

33
b. perubahan volume oleh perbedaan sifat thermal antara agregat dan

pasta

c. adanya garam-garam sulfat dan khlorida bebas pada campuran

beton, dan

d. tidak kedap (permeable) beton.

Faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

pada beton yang berhubungan langsung dengan lingkungan antara lain

faktor kimia seperti berikut ini :

a. Serangan zat kimia yang agresif pada air, gas dan udara.

Zat kimia yang merusak beton adalah sulfat, khlorida, asam, karbon

dioksida dan soda. Sulfat bisa terdapat pada air hujan yang

menerima gas S02 dari udara, membentuk asam sulfat dan garam

sulfat yang dapat bereaksi secara kimia dengan kapur Ca(OH)2 dan

trikalsium aluminat dalam pasta semen lalu mengakibatkan

kerusakan beton. Asam dan soda dapat bereaksi dengan kapur pada

semen dan secara lambat dapat merusak beton.

b. Proses karbonisasi yaitu bersenyawanya gas karbon dioksida (C02)

diudara dengan kapur Ca(OH)2 pada beton berakibat turunnya pH

beton dan mendorong terjadinya korosi baja tulangan. Reaksi ini

hanya terjadi pada kondisi lembab. Kerusakan terutama terjadi pada

beton yang tidak kedap udara, dan konsentrasi CO2 diudara cukup

tinggi.

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

Penelitian ini akan di desain suatu campuran beton dengan menggunakan

bahan tambah serat dari polypropylene Fiber Mesh. Penelitian ini akan dilakukan

di laboratorium dengan membuat beberapa benda uji silinder beton untuk diuji hasil

nilai slump yang didapat serta kuat lenturnya. Hasil akhir suatu penelitian berkaitan

erat dengan metode penelitian yang disesuaikan dengan prosedur, jenis alat yang

digunakan dan jenis penelitian.

Pelaksanaan penelitian di laboratorium tersebut akan melalui beberapa

tahapan yang meliputi pengumpulan data, analisis data, persiapan bahan dan alat,

benda uji, metode perencanaan adukan, pembuatan benda uji, perawalan benda uji,

jumlah benda uji dan pelaksanaan penelitian. Data yang dibutuhkan dalam evaluasi

pengaruh kuat lentur beton dengan bahan tambah serat dari polypropylene Fiber

Mesh adalah data teknis tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi kuat lentur, hasil

nilai slump yang didapat dan ketahanan daktilitas pada beton. Data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui percobaan, pengamatan, dan

perhitungan langsung di laboratorium PT. Varia Usaha Beton.

3.2 Metode dan Teknik Penyediaan Data

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Setelah data yang diperlukan cukup, maka dilakukan analisis data dengan

perhitungan langsung dari data laboratorium dengan menggunakan formula dan

35
prosedur yang ditentukan untuk menentukan nilai slump optimum yang didapat,

kuat lentur ataupun ketahanan terhadap daktilitas pada beton.

3.2.2 Persiapan Alat dan Bahan

Penempatan bahan yang hendak dipergunakan dalam penelitian sebaiknya

dijaga dari hal-hal yang dapat mengurangi kualitas atau bahkan merusak sehingga

tidak dapat dipergunakan lagi. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi proses

atau hasil penelitian nantinya.

3.2.3 Pemeriksaan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Semen portland pozolan merek Holcim,

2. Agregat halus (pasir) dari sungai progo,

3. Agregat kasar (kerikil) dari Progo

4. Bahan tamabah serat Polypropylene Fiber Mesh

5. Air yang digunakan dari laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Untidar.

Pemeriksaan bahan meliputi :

1. Berat jenis

2. Analisa saringan dan modulus halus butir agregat, dan

3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus

3.2.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. cetakan beton (silinder),

2. oven,

3. bak pengaduk beton kadap air,

36
4. satu set alat pemeriksaan slump (kerucut Abrams),

5. mesin uji lentur beton,

6. ayakan,

7. timbangan,

8. kaliper dan peralatan bantu lainnya.

3.2.5 Benda Uji

Benda uji yang dipergunakan berbentuk silinder beton. Selanjutnya benda

uji tersebut akan diuji setelah beton berumur 28 hari. Benda uji tesebut dibuat

dengan menggunakan bahan tambah serat dari polypropylene Fiber Mesh yang

variasinya seperti pada TabeI 3.1.

Table 3.1. Variasi campuran serat dari polypropylene Fiber Mesh


Variasi Serat (kg/m3)
Variasi -1 (V0) 0
Variasi -2 (V1) 0,2
Variasi -3 (V2) 0,5
Variasi -4 (V3) 0,8
Variasi -5 (V4) 1

a. Pembuatan Benda Uji

Setelah perhitungan proporsi campuran beton didapat, maka selanjutnya

adalah pembuatan benda uji melalui tahapan-tahapan sebagai berikut ini.

1. Bahan-bahan disiapkan dan ditimbang dengan proporsi yang telah

ditentukan sesuai dengan rencana. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan

kandungan lumpur, kandungan zat organik, berat jenis dan gradasi agregat.

37
Saat penimbangan agregat kasar dan halus dalam keadaan jenuh kering

pennukaan (SSD).

2. Pengadukan campuran dilakukan dengan memasukan bahan-bahan

campuran secara bertahap. Proporsi bahan-bahan yang dimasukkan

disesuaikan dengan kapasitas molen yang digunakan.

3. Adukan yang telah merata segera dituangkan dalam bak penampung beton

segar untuk diuji slumpnya dengan menggunakan kerucut Abrams.

4. Beton segar segera dituangkan kedalam cetakan yang telah diolesi oli

sebelumnya.

5. Bersamaan dengan masuknya beton kedalam cetakan, dilakukan pemadatan

dengan cara ditusuk-tusuk menggtmakan tongkat besi pada adukan beton

dan diketuk-ketuk sisi luar cetakan dengan palu kayu agar gelembung udara

terperangkap bisa keluar.

6. Setelah penuh dan padat, bagian atas diratakan lalu ditutup dengan kaca dan

didiamkan pada tempat yang terlindung dari panas dan hujan.

7. Setelah satu hari cetakan dibuka, kemudian dilakukan perawatan beton.

b. Jumlah Benda Uji

Setelah beton berumur 28 hari, maka dilakukan pengujian beton dengan

menggunakan alat tekan beton. Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium PT.

Varia Usaha. Banyaknya benda uji yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.2

38
Table 3.2. Jumlah Benda Uji (variasi lihat tabel 3.1)

No Variasi Uji Kuat Silinder Beton Jumlah


d= 15 cm, t = 30 cm
Umur (hari)
28
1 V0 3 3
2 V1 3 3
3 V2 3 3
4 V3 3 3
5 V4 3 3
Jumlah Benda Uji 15

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Bagan Alir Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan ditunjukkan pada bagan alir

seperti pada gambar 3.3.

Gambar 0.3 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pembuatan Poposal

Seminar Proposal

39
A

Persiapan Material

Pasir Agregat Halus Semen portland Air Serat polypropylene

1. Analisa Pengujian Air


Saringan
2. Pemeriksaan
berat jenis
3. Pemeriksaan
berat isi
4. Kadar air

YA TIDAK
Memenuhi
spesifikasi

Pembuatan campuran beton Pengujian slump & kuat lentur


beton umur 7,14,dan 28 hari

Analisis Data

Diperoleh nilai kuat lentur


optimum

Kesimpulan dan saran

Selesai

40
2 BAB IV

RAB DAN JADWAL PENELITIAN

2.1 Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rencana Anggaran Biaya

No Keterangan Biaya (Rp)


1 Persiapan
- Administrasi proposal 200.000
- Seminar proposal 300.000
2 Pelaksanaan
- Transport pribadi 300.000
- Bahan 1.320.000
- Biaya pengujian laboratorium 450.000
3 Penyusunan Laporan 200.000
4 Sidang 200.000
5 Hasil Laporan 200.000
Total biaya 3.170.000

4.1 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Jadwal Penelitian

Sep Oktober November Desember Januari Februari


No Uraian
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Proposal
2 Pengajuan SK
Seminal
3
Proposal
Pengambilan
4
Data
6 Analisis Data
Penyusunan
7
Laporan
8 Sidang
Pengumpulan
9
Laporan

41
DAFTAR PUSTAKA

Hasanr, Tatong, & Tole.( 2013). Pengaruh Penambahan Polypropylene Fimer Mesh

Terhadap Sifat Mekanis Beton. Jurnal Poros Teknik, tahun XV No. 1.

Sujatmiko , & Saifuddin .(2018). Pemanfaatan Fiber Polypropylene pada Beton

Dengan Penambahan Napthoplast di Tinjau Terhadap Kuat Tekan dan Kuat

Lentur. Jurnal Rekayasa Tenik Sipil Universitas Madura Vol. 3 No.1 Juni,

ISSN 2527-5542: Madura.

Pratama , & Hisyam. (2016). Kajian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton

Kertas (Papercrete) Dengan bahan Tambah Serat Nylon. Jurnal Fropil, Vol

4 Nomor 1 Jan-Juni. Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka

Belitung: Bangka Belitung.

Buana, & Gunawan .(2016). Pengaruh Diameter Serat Polymeretilene Braid

Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Pada Beton Mutu Tinggi.

Jurnal Fropil, Vol 4 Nomor 2.Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Bangka Belitung: Bangka Belitung.

Pratiwi, Prayuda, & Saleh .(2016). Kuat Tekan Beton Serat Menggunakan Variasi

Fibre Optic dan Pecahan Kaca. Jurnal Ilmiah semesta Teknika. S. Pratiwi,

et.al / Semesta Teknika, Vol.19, No. 1, 55-67.

Khairizal, Kurniawandy, & kamaldi.(2016). Pengaruh Penambahan Serat

Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal. Jom FTEKNIK

Volume 2 No. 2.

42
Henry, A. (2017). Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Polypropylene

Fiber Sebesar 6% Dari Berat Semen. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.

Nomor 2 Volume 11 – Juli 2017 hal: 149 – 160. Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Hanafi, Sujatmiko, & Wibowo.(2018). Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton

Menggunakan Bahan Polimer Polierta dengan Tambahan Pemakaian Fiber

Polypropylene. Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil. Vol. 1, Nomor 1.

Santoso , & Widodo. (2018). Efek penambahan Serat Polypropoylene Terhadap

Daya Lekat dan Kuat Lentur Pada Rehabilitas Struktur Beton dengan Self-

Compacting Repair Mortar (SCRM). Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan

Perencanaan FT UNY: Yogyakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai