Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN DASAR DALAM BERORGANISASI

Dosen pengampu : Burhan Nudin M. Pd.I

Disusun Oleh :
Ilham Soleh Khudin (18422031)
Naila Lu’luatul Maknunah (18422036)
Muh. Misbahurrizqi (18422037)
Lolita ramadhani (18422042)
Arlin Arohmah (18422044)
JURUSAN ILMU AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
A. Konsep dasar kepemimpinan
Dilihat dari sudut etimologi, kata kepemimpinan berasal dari kata pimpin, pelakunya
disebut pemimpin artinya “orang yang memimpin.”Sedangkan kepemimpinan artinya “perihal
memimpin.” Menurut Pinkerton dalam Terry,kepemimpinan dalam bahasa Yunani disebut
agogos, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi to lead. Kemudian menjadi kata
leadership artinya “kepemimpinan.”1
Dilihat dari berbagai defenisi, kepemimpinan mengandung banyak pengertian, sesuai
dengan sudut pandang masing-masing ahlinya. Sedangkan Evans‟ dalam Turney et al.
2
berpendapat bahwa kepemimpinan adalah proses memengaruhi seseorang dalam kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih dari itu, Mulyasa 3 berpendapat bahwa kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap
pencapaian tujuan organisasi. “Kepemimpinan merupakan aktivitas manajerial yang penting
di dalam setiap organisasi khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sebagai
inti dari kepemimpinan4.”
Oleh sebab itu, berjalan atau tidaknya proses manajemen dalam suatu organisasi
banyak tergantung dengan pemimpinnya. Pemimpin berupaya semaksimal mungkin untuk
memotivasi, memengaruhi, membina, dan mengarahkan pengikutnya untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan kata lain pemimpin menggerakkan sumber daya yang ada agar tujuan dapat
tercapai. “Inti kepemimpinan adalah memengaruhi orang lain atau bawahan.” 5Sampai di sini
dapat dipahami bahwa kepemimpinan itu mengandung upaya dari seorang pemimpin di dalam
melaksanakan berbagai taktik dan strategi untuk memengaruhi bawahan atau pengikut agar
tujuan yang ingin dicapai dapat diraih.
Upaya memengaruhi orang lain (pemilih) dengan jalan yang benar agar mereka
dengan tulus dapat memilih si calon. Itulah sesungguhnya substansi dari kepemimpinan.
Tidak jarang terjadi bahwa seseorang rela berkorban apa saja demi pemimpinnya bukan hanya
harta yang dikorbankan tetapi juga nyawa sekalipun rela berpisah dari badan demi
pengorbanan untuk sang pemimpin Implementasi kepemimpinan Boleh dikatakan di semua
tempat dan situasi terdapat pemimpin yang akan memimpin suatu kelompok baik kelompok
kecil maupun kelompok dalam jumah besar R. T. Hogan dan R. Warrenfelz dalam Hughes et
al. mengatakan “Orang-orang yang memimpin organisasi yang modern harus terus berada
dalam proses belajar yang tak berkesudahan”6

1
Rahmat Nasution, “Memahami Konsep Dasar Kepemimpinan”. Pendidikan Dan Hukum Islam. Vol.10 No 2,
2016, hlm. 2.
2
C. Turney, et al., The School Manager (Sydney: Allen & Unwin, 1992), hlm. 48
3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm.107.
4
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 143.
5
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 120.
6
Ibid, hlm. 56
B. Sumber kekuatan kewibawaan dalam kepemimpinan
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk memengaruhi orang lain yakni
persuasi rasional, daya tarik inspirasional, konsultasi, pertukaran, taktik tekanan, dan taktik
legitimasi. Persuasi rasional terjadi ketika seorang agen atau pemimpin menggunakan
argumen logis atau bukti nyata dalam memengaruhi orang lain. Daya tarik inspirasional
terjadi ketika orang lain mengajukan permintaan untuk membangkitkan antusias dan emosi
targetnya. Metode konsultasi terjadi ketika agen atau pemimpin meminta kepada targetnya
untuk berpartisipasi dalam merencanakan sebuah kegiatan. Pertukaran terjadi ketika
memengaruhi seorang target melalui pertukaran bantuan. Taktik tekanan merupakan ancaman
atau peringatan terus menerus untuk memengaruhi target. Sedangkan taktik legitimasi terjadi
ketika pemimpin membuat permintaan berdasarkan posisi atau otoritas pengikut. “Apa yang
membuat pemimpin berbeda dengan orang yang bukan pemimpin adalah bahwa pemimpin
memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain, sementara orang yang bukan pemimpin
tidak memiliki kemampuan tersebut. Landasan kekuatan untuk memengaruhi orang lain
tersebut adalah power. Bagi seorang manajer kekuatan untuk memengaruhi orang lain
tersebut diperoleh karena ia memiliki kewenangan formal yang menyebabkan karyawan atau
pengikutnya tunduk atas perintahnya, sementara kekuatan pengaruh yang dimiliki pemimpin
merupakan kekuatan informal dalam bentuk persuasi dan indusmen untuk menghasilkan
dukungan sukarela (voluntary support).7

C. Proses kepemimpinan
Pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin murni berasal dari dalam dirinya sendiri
bukan disebabkan oleh pemberian power dari pihak lain. Sudah barang tentu kepribadian
yang dimiliki seseorang menjadi modal dasar untuk dapat memengaruhi orang lain.
Kepribadian yang dimaksudkan berkenaan dengan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki
seseorang berbeda dari orang lain sehingga pada orang lain atau pengikut muncul
kepercayaan dan kesetiaan terhadap pribadi si pemimpin atau calon pemimpin dimaksud.
Agar muncul menjadi pribadi yang memiliki karakter kepemimpinan diperlukan pendidikan
dan pengalaman. Pendidikan bagi pemimpin “Para pemimpin besar yang berhasil mengubah
dunia memulai kepemimpinannya dari ruang lingkup yang kecil dan dalam perjalanan
kepemimpinannya banyak menemui hambatan dan tantangan sehingga membuat dia
mengambil inisiatif untuk mengajak orang lain mengikutinya.” 8Seorang calon pemimpin
seharusnya menyadari bahwa apabila ia ingin menjadi pemimpin harus melalui tahapan-
7
Wuradji, M.S.,The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional) (Yogyakarta: Gama Media,
2008), hlm. 12
8
M. H. Matondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), hlm. 30.
tahapan yang akan diikutinya. Tahapan-tahapan tersebut menurut Matondang 9adalah sebagai
berikut:
Tahap 1: Seseorang belum memiliki kemampuan untuk memimpin karena boleh jadi ia belum
mencoba atau belum mendapat kesempatan untuk memimpin tetapi ia ingin tampil
sebagai pemimpin. Agar ia bisa menjadi pemimpin ia membaca berbagai literatur
tentang kepemimpinan dan mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan.
Tahap 2: Calon pemimpin menyadari apa yang dibutuhkannya untuk menjadi seorang
pemimpin tetapi dia belum juga memilikinya. Melalui latihan dan memahami apa
yang diperlukannya lambat laun ia akan memiliki kemampuan yang diinginkannya.
Tahap 3: Memimpin sudah menjadi hal yang biasa dan menyenangkan. Ia sudah menyadari
kemampuannya dan menyadari pula kekurangan-kekurangan yang dimilikinya untuk
bisa diatasi.
Tahap 4: Kemampuan memimpin sudah menjadi bagian dari diri si pemimpin.
Kepemimpinan telah terjadi secara alami. Si pemimpin tidak perlu lagi berpikir
tentang menciptakan visi karena akan muncul secara intuitif.

Tahapan-tahapan tersebut memberi gambaran bahwa si calon pemimpin harus


menyadari dari mana ia memulai proses implementasi kepemimpinan sampai ia betul-betul
menguasai dan baginya memimpin itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Namun
demikian perlu juga diketahui bahwa tidak semua orang memiliki bakat untuk memimpin.
Banyak juga orang lebih senang dipimpin dari pada memimpin. Praktisi kepemimpinan, sama
saja seperti praktik kedokteran, atau hukum, atau profesi lainnya, proses belajar yang
berkelanjutan. Kompleksitas pekerjaan tersebut berarti bahwa seseorang dapat selalu
meningkatkan dan belajar cara melakukannya lebih baik lagi. Pemimpin yang bijaksana
sangat menerima hal itu dan terkadang harus melalui proses yang menyakitkan dari
pengembangan pemimpin. Proses menyakitkan dimaksudkan bahwa dalam praktik
kepemimpinan bisa saja menemui halhal yang tidak diinginkan. Sebagai contoh sederhana,
terdapat suatu keputusan yang diambil oleh si pemimpin mengakibatkan adanya pihak yang
dirugikan sehingga pihak yang dirugikan tersebut melakukan protes atau bahwa membawanya
ke jalur hukum untuk diselesaikan. Akibatnya menyita waktu yang lama dan membutuhkan
pemikiran yang serius untuk penyelesaiannya. Atau boleh juga contoh yang lain, bahwa si
pemimpin sudah bersusah payah untuk melakukan suatu kegiatan tetapi hasilnya mengalami
kegagalan. Dua contoh tersebut merupakan bagian dari hal-hal yang menyakitkan dalam
kepemimpinan. Selain itu, Krovetz dalam Sanusi mengatakan: Program pengembangan
kepemimpinan membutuhkan terciptanya jaringan-jaringan pendukung. Pembentukan
jaringan untuk peserta program akan mendorong berlanjutnya pengembangan profesional dan
9
Ibid, hlm. 31-32.
personal, pengembangan kelompok sesama yang terpercaya, penyediaan waktu untuk
membaca, keragaman dan relevansi topik, dan lingkungan yang konfidensial untuk wacana
substansif, serta peluang kepemimpinan untuk semua peserta. 10

D. Perilaku dan Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan adalah (leadership styles) merupakan cara yang diambil
seseorang dalam rangka mempraktekkan kepemimpinanannya.11 Masing-masing
orang memiliki perilaku dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Dengan gaya
kepemimpinan inilah sesorang dapat mempengaruhi ataupun memimpin orang lain
dengan baik. Dengan beragam jenis gaya kepemimpinan ini juga belum tentu cocok
dengan suatu organisasi, oleh karenanya seorang pemimpin diharuskan memiliki gaya
kepemimpinan yang cocok dengan organisasi yang dipimpinnya.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang gaya kepemimpinan, maka terlebih
dahulu harus diketahui perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan12. Pemimpin
merupakan seorang yang dapat mempengaruhi dan memimpin suatu kelompok.
Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk
mengendalikan, mempengaruhi, dan juga memimpin orang lain, baik dari perasaan,
pikiran, tingkah laku, untuk mencapai tujuan dari kelompok maupun organisasi
tersebut.
Secara konseptual Siagian (2005:11) menyatakan mengenai adanya tiga
penekanan gaya kepemimpinan dalam mengelola suatu organisasi, yaitu :
1. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional dalam
menerapkan berbagai macam gaya kepemimpinan seperti gaya otokratik,
paternalistik, laissez faire, demokratik dan kharismatik.
2. Gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau
kematangan para anggota organisasi
3. Peranan apa yang diharapkan dapat dimainkan oleh para pemimpin dalam
organisasi.

Dalam penjabaran di atas dijelaskan bahwa seorang pemimpin harus


situasional dalam menghadapi anggotanya, setiap pemimpin harus bisa menempatkan
gaya kepemimpinan yang tepat untuk memimpin anggotanya. Kemudian gaya
10
Achmad Sanusi, Kepemimpinan Pendidikan, Ed. Yosal Iriantara (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), hlm. 94.
11
Yayat M. Herujito, Leadership, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2005), hlm. 7.
12
Ermaya Suradinata, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),
hlm. 4.
kepemimpinan ditentukan dengan melihat tingkat kedewasaan para anggota
organisasi.

E. Pengukuran Keberhasilan dalam Organisasi


Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya
manusianya. Manusia merupakan salah satu yang memegang peranan penting dalam
terwujudnya tujuan organisasi , karena sumber daya manusia inilah yang membuat
strategi, kebijakan, maupun langkah-langkah kegiatan operasional.
Sementara itu keberhasilan suatu organisasi juga perlu diukur untuk dapat
dijadikan pelajaran bagi penerus organisasi selanjutnya, oleh karenanya dalam
mengukur keberhasilah tersebut diperlukan sebuah alat yaitu Balanced Scorecard
(BSC) .
Menurut Mulyadi (2001) Balanced Scorecard sendiri terdiri dari dua kata :
kartu skor dan berimbang.  Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat
skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Kata berimbang
dimaksudkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek, yaitu :
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
BSC ini sendiri menurut Lasdi (2002) memiliki beberapa tujuan yang
ditetapkan, tujuan tersebut yaitu :
1. Memberi pedoman dalam penentuan tujuan-tujuan dan ukuran scorecard.
2. Mendapatkan komitmen dari partisipan proyek
3. Mengklarifikasi kerangka kerja bagi pelaksanaan dan proses manajemen
yang harus dilaksanakan setelah penyusunan scorecard awal.
4. Membentuk organisasi yang berfokus pada strategi.

F. Karakteristik Pemimpin yang Efektif dalam Organisasi


Ada beberapa karakteristik pemimpin yang efektif. Dalam organisasi
Karakteristik pemimpin meripakan ciri-ciri maupun sifat yang dimiliki oleh seorang
pemimpindalam menjalankan tugas-tugasnya dalam memimpin suatu organisasi.
Pemimpin yang memiliki karakter baik dan efektif sangat dibutuhkan dalam
organisasi, karena pemimpin adalah orang yang bertanggungjawab atas sebuah
organisasi, sehingga perannya sangat krusial dalam organisasi. Pemimpinlah yang
menentukan kemana arah organisasi akan dibawanya. Oleh karena itu secara umum
seorang pemimpin harus memiliki karakteristik seperti dibawah ini :
1. Bertanggungjawab
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pemimpin adalah orang yang
bertanggungjawab atas baik atau buruknya organisasi, oleh karenanya
seorang pemimpin haruslah memiliki rasa tenggungjawab yang tinggi,
sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik. Pemimpin harus mampu
mengatasi masalah-masalah dalam organisasi.
2. Bersifat objektif
Objektifitas membuat pemimpin meminimalisasi faktor-faktor emosional
dan pribadi yang mungkin dapat mengganggu dalam sistem organisasi
3. Dapat menentukan prioritas
Seorang pemimpin haruslah dapat membuat skala prioritas, skala prioritas
ini berguna untuk memilah agenda atau permasalahan dalam organisasi
berdasarkan tingkat kepentingannya.
4. Kemampuan berkomunikasi yang baik
Seorang pemimpin juga diharuskan memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik, karena komunikasi adalah hal yang penting untuk
menyampaikan informasi atau dalam organisasi komunikasi merupakan
hal yang penting untuk memberikan perintah yang tepat. Karena jika
seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik
maka pesan yang disampaikan pemimpin mungkin akan susah dimengerti
atau bahkan salah dimengerti oleh anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

C. Turney, et al., The School Manager (Sydney: Allen & Unwin, 1992).
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002).
Ermaya Suradinata, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2007).
Herujito Yayat M., Leadership, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2005).Wahab Abdul
Aziz, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008).
Lasdi, Lodovicus, “Balanced Scorecard Sebagai RerangkaPengukuran Kinerja Perusahaan
Secara Komprehensif dalam Lingkungan Bisnis Global”, Jurnal Widya Manajemen dan
Akuntansi, Vol.2, No.2, Agustus 2002.

M. H. Matondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,


(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008).
Mulyadi, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer Untuk Memperlipatgandakan
Kinerja Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2001).

Nasution Rahmat, “Memahami Konsep Dasar Kepemimpinan”. Pendidikan Dan Hukum


Islam, Vol.10, No 2, 2016.

Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2006).


Sanusi Achmad, Kepemimpinan Pendidikan, Ed. Yosal Iriantara, (Bandung: Nuansa
Cendekia, 2013).
Siagian, Sondang. P, Kiat Meningkatkan Produktivitas, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).

Wuradji, M.S.,The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional), (Yogyakarta:


Gama Media, 2008).

Anda mungkin juga menyukai