Anda di halaman 1dari 15

KEWIRAUSAHAAN:

RIYADHOH LAHIR DAN BATIN


Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Kewirausahaan

Dosen pengampu: Labib Maimun, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Riska Windi Ariska (2619085)


2. Ines Yuniarti (2619086)
3. Aulia Asmarani (2619091)
4. Putri Aini Azzaka (2619094)

Kelompok 9

KEWIRAUSAHAAN C

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena limpahan rahmat,
anugerah, dan karunia dari-Nya,saya dapat menyelesaikan tugas ini sesuai rencana
awal. Tak lupa sholawat serta salam selalu kami haturkan, kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad saw. semoga kita mendapatkan syafaat di hari kiamat. Aamiin.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Labib Maimun, S.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan atas tugas yang diberikan, semoga
bisa menambah wawasan kita semua. Dan terima kasih juga kepada semua pihak
yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Ubtuk
itu, dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang membangun, sehingga kedepannya kami bisam membuat makalah yang
lebih baik lagi.

Pekalongan, 11 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER/SAMPUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Riyadhoh Lahir dan Batin Bagi Pengusaha ........................................... 3


B. Riyadhoh Yang Bisa Dilakukan Pelaku Usaha ..................................... 5
C. Hubungan Kesuksesan Usaha dan Riyadhoh ........................................ 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha
dapat dikatakan merupakanbagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia
karena keberadaannya sebagai khalîfahfî al-’ardh dimaksudkan untuk
memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Posisi
bekerja dalam Islam sebagai kewajiban kedua setelah shalat. Oleh karena itu
apabila dilakukan dengan ikhlas maka bekerja itu bernilai ibadah dan
mendapat pahala. Bekerja tidak saja menghidupi diri sendiri, tetapi juga
menghidupi orang-orang yang ada dalam tanggungan dan bahkan bila sudah
berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil kerja untuk menolong
orang lain yang memerlukan.
Islam melarang orang yang menuruti angan-angannya yang kosong,
bercita-cita tanpa disertai dengan usaha. Adapun demikian, Islam juga
melarang orang yang bekerja keras untuk merealisasikan cita-cita namun
melupakan adanya Allah Swt. Islam mengajak setiap manusia untuk ikhlas
menyerahkan diri kepada Allah dan bekerja dengan baik. Keselarasan dalam
menjalankan tanggung jawab demi kejayaan di dunia, ketenangan di alam
kubur dan kenikmatan di akhirat itulah yang menjadi cita-cita dalam tuntunan
Islam.
Dalam konteks kewirausahaan, agama akan mempengaruhi sikap dan
perilaku wirausaha melalui penciptaan nilai, menjalankan kegiatan bisnis
dengan lebih menekankan pada moral dan etika bisnis. Beberapa studi
sebelumnya menyatakan bahwa, ketika religiusitas individu mampu berperan
sebagai faktor-faktor yang membedakan dengan individu yang lain, maka itu
akan menimbulkan konsekuensi dari perbedaan dalam pencapaian kinerja.
Bahwa ketika bisnis dimulai dan ditujukan berdasarkan semangat beribadah
maka hasil yang didapatkan bukan hanya berwujud keuntungan materiil
semata, melainkan juga keuntungan yang bisa dinikmati pada tingkatan
kehidupan yang abadi, yakni di akhirat kelak.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana urgensi riyadhoh lahir dan batin bagi pengusaha?
2. Apa saja riyadhoh yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha?
3. Bagaimana hubungan kesuksesan usaha dan riyadhoh (amalan) yang
dilakukan?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Memenuhi tugas wajib mata kuliah Kewirausahaan.
2. Mengetahui urgensi riyadhoh bagi pengusaha.
3. Mengetaui apa saya riyadhoh yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha.
4. Mengetahui hubungan antara kesuksesan usaha dan riyadhoh (amalan)
yang dilakukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riyadhoh Lahir dan Batin Bagi Pengusaha

Kewirausahaan dan perdagangan dalam pandangan Islam merupakan


aspek kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah. Masalah
yang erat kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal, yaitu
hubungan antar manusia yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah
yang lebih baik serta diperintahkan untuk berusaha mencari rizki.

Dalam mencari rizki maka harus mencari pintu yang terbuka lebar dan
jumlah yang banyak yang dibagikan oleh Allah Swt. Pintu rizki yang banyak
dan terbuka lebar adalah melalui kewirausahaan. Semangat kewirausahaan
terdapat dalam QS.Hudayat 61, QS. Al Mulkayat 15, dan QS.Al-Jumuh ayat
10. Sehingga jelas bahwa dalam Al-quran tidak membedakan antara
wirausaha dengan agama. Hal sebaliknya terjadi Al-quran sangat mendukung
adanya peningkatan kualitas dalam kewirausahaan.1

Syarat menjadi wirausahawan antara lain:

1. Jujur mengemukakan segala sesuatu dengan apa adanya sehingga tidak


adadusta sebagai modal awal dalam sebuah kewirausahaan.
2. Mempunyai tujuan jangka panjang. Dalam agama Islam segala
usahamemiliki jangka waktu yang bisa membangun masa depan dan
generasipenerus. Tidak hanya satu atau dua periode saja.
3. Berdoa dan bertawakkal. Setelah semua diusahakan dengan sungguh-
sungguh maka hasil tinggal dipasrahkan kepada Sang Pencipta.
(Manproposes, God disposes).

1
Robert D. Hisrich, Entrepreneurship Kewirausahaan, Jakarta: Penerbit Salemba Barat
2008 , 6.

3
Mencapai cita-cita yang diharapkan bukan suatu hal yang susah, tetapi
juga bukan hal yang mudah. Kesulitan maupun kemudahan bergantung pada
persepsi seseorang dalam merealisasikan sebuah harapan yang diinginkan.
Misalnya saja ketika seseorang ingin pintar, jelas harus rajin belajar. Orang
yang ingin kaya, jelas harus bekerja, dan sebagainya.

Di dalam Islam, seseorang tidak boleh berputus asa untuk menggapai


rahmat Allah SWT. Untuk menciptakannya diperlukan usaha lahir dan juga
usaha batin. Keduanya harus selaras agar memperoleh hasil optimal.

Seperti yang kita ketahui bahwa untuk melakukan sebuah amalan hikmah
atau ilmu hikmah tertentu, terkadang seorang kyai atau ustadz memberikan
riyadhoh khusus kepada murid atau santrinya. Hal itu memang harus
dilakukan sebagai bentuk perjuangan kesungguhan untuk menggapai hal
tersebut.

Riyadhoh merupakan amalan tertentu yang harus dilakukan bagi pemilik


usaha agar hajatnya terkabul. Tentu saja riyadhoh yang dilakukan bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saat seseorang telah dekat
dengan-Nya, hal yang diminta seorang hamba bukan mustahil untuk
dikabulkan. Bahkan justru akan sangat cepat untuk terwujud lantaran telah
memiliki kedekatan kepada Allah SWT. Proses pencapaian sesuatu haruslah
melalui perjuangan yang dilakukan dengan tata cara tertentu. Namun, amalan
yang dikerjakan harus dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.
Riyadhoh sangat beragam dan tata caranya tentu saja berbeda dengan yang
lain. Hal ini bergantung pada hajat yang diinginkan oleh seseorang.

Tata cara riyadhoh di antaranya adalah dengan cara berpuasa pada hari
tertentu, jumlah hari yang ditentukan, dan pantangan-pantangan yang harus
dihindari. Misalnya saja tidak boleh makan makhluk yang bernyawa, makan
hanya dengan nasi putih, dan sebagainya. Adapun riyadhoh lain misalnya
dengan membaca wirid tertentu yaitu dengan membaca kutipan ayat suci Al-
Quran, shalawat, atau kalimat-kalimat toyyibah yang lain. Dengan jumlah
bacaan tertentu pula dan waktu yang ditentukan. Ketika seseorang benar-

4
benar menjalankan riyadhoh denganbaik, disertai dengan kesungguhan hati,
ikhlas menjalankannya, dan bersabar insya Allah akan terkabul segala hajat
yang diinginkan.

Pada dasarnya riyadhoh sangatlah penting bagi seorang pemilik usaha.


Namun, bukan berarti riyadhoh adalah tujuan, melainkan hanyalah sebagai
media atau alat. Seorangulama’ bernama Abu Ali ada-daqok guru imam
Qusyairi mengatakan, “Siapa yang menghiasi lahiriyahnya dengan mujahadah
(riyadoh) Allah memperindah bathinnya dengan kemampuan musyahadah
(menyaksikan ke Agungan Allah dengan hatinya, menyaksikan yang ghaib
sejelas yang di lihat mata lahiriyahnya). Dan ketahuilah bahwa siapa yang
pada awalnya tidak mujahadah, maka ia tidak akan mencicipi semerbak
aroma wangi dalam Thoriqoh”.

Selain itu, riyadhoh juga bisa diartikan melakukan amalan tertentu untuk
melawan segala hawa nafsu yang menjadi rintangan. Hal ini ditujukan agar
keinginannya tercapai. Seperti halnya ulat yang berubah menjadi kepompong
dan berakhir seekor kupu-kupu yang indah dan menawan. Begitulah
analoginya orang yang melakukan riyadhoh agar cita-citanya terwujud.2

B. Riyadhoh Yang Bisa Dilakukan Pelaku Usaha

Dengan kewirausahaan maka mampu menjadikan ujung tombak


pembangunan suatu negara. Persentasi peningkatan kewirausahaan akan
berpengaruh terhadap ekonomi kecil karena sangat mendukung perekonomian
masyarakat kecil.Suatu peningkatan dalam jumlah wirausaha umumnya
mengarah pada suatu peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi. Pengaruh ini
sebagai suatu hasil nyata dari peningkatan keterampilan mereka, dan lebih
tepatnya lagi, kecenderungan mereka untuk berinovasi.

Melalui aktivitas inovatifnya, para wirausaha versi Schumpeterian


berupaya menciptakan peluang baru untuk memperoleh keuntungan. Peluang-
peluang baru ini dapat dihasilkan melalui peningkatan produktivitas, sehingga

2
https://guruilmuhikmah.wordpress.com/2014/09/18/mengapa-riyadhoh-diperlukan-
untuk-melakukan-sebuah-amalan-hikmah/

5
kaitan antara produktivitas dengan pertumbuhan ekonomi akan nampak
dengan jelas.3

Kewirausahaan dan perdagangan dalam pandangan Islam merupakan


aspek kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah. Masalah
yang erat kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal, yaitu
hubunganantar manusia yang akan dipertanggungjawabkan kelak di
akhirat.Kewirausahaan dalam Islam merupakan suatu ibadah yang akan
mendapatkan pahala apabila dilaksanakan dan salah satu penulis seminar
internasional (Nur Suhaili Ramli, Auckland, New Zealand dalam tulisan
Islamic Entrepreneurship)mengatakan kewirusahaan merupakan fardhu
kifayaah. Ketrampilan masing masing individu wajib dikembangkan tetapi
tidak semua orang harus memiliki skill yang sama.

Lebih detailnya Nur Suhaili mengatakan rumusan kewirausahaan dalam


Islam adalah :

1. Kewirausahaan merupakan bagian integral dari agama Islam.


2. Berdasarkan sifat manusia, para pengusaha Muslim 'khalifah' yang diutus
Allah (SWT) dan memiliki tanggung jawab mengembangkan
kemakmuran dan melihat bisnis sebagai bagian dari ibadah dan perbuatan
baik.
3. Kewirausahaan sebagai Motivasi. Keberhasilan dalam Islam bukan hanya
diukur dengan hasil akhir tetapi juga cara dan sarana untuk mencapai
mereka.
4. Kewirausahaan sebagai bagian dari Ibadah. kegiatan usaha adalah bagian
dari ibadah atau "perbuatan baik"
5. Posisi Kewirausahaan dan bisnis dalam Islam: - Islam mendorong
umatnya untuk menjelajah ke bisnis. Nabi Muhammad SAW mengatakan
bahwa 9 dari 10 sumber rizki (livlihood) dapat ditemukan dalam bisnis.
6. Kewirausahaan merupakan bagian dari Sistem Ekonomi Islam.
Kewirausahaan Islam harus beroperasi dalam domain sistem Ekonomi

3
http://sbm.binus.ac.id/files/2013/04/Pentingnya-Kewirausahaan.pdf

6
Islam dan bertindak sebagai kendaraan menuju penerimaan global Sistem
ini.
7. Prinsip-prinsip Kewirausahaan Islam diambil dari hasanah ilmu di
Alquran dan Alhadits
8. Etika kewirausahaan yang baik adalah etika kewirausahaan berdasarkan
perilaku teladan dari Nabi Muhammad SAW.

Setidaknya ada beberapa peran dan fungsi mendasar yang mampu


mempengaruhi perilaku yang mengarah pengembangan kewirausahaan :

1. Mampu memberi semangat dan motivasi. Di sini dengan kewirausahaan


hal yang sulit sekalipun akan mampu diwujudkan menjadi kenyataan.
Sehingga segalanya akan mudah dilakukan agar relisasi dari kreatifitas.
2. Mampu mewujudkan mimpi. Dengan kewirausahaan segala mimpi harus
mampu diwujudkan. Sehingga yang semula hanya menjadi seorang
karyawan yang tidak mampu diwujudkan maka setelah dengan
kewirausahaan mimpi akan menjadi kenyataa. Hasil survey dalam bisnis
berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari orang-orang
yang meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain karena mereka ingin
menjadi bos atas perusahaan sendiri. Dengan kewirausahaan akan
mampu memanage waktu secara fleksibel. Juga akan mampu mengambil
keputusan, menentukan arah masa depan dan melihat begitu banyak
orang yang tertolong karena memiliki penghasilan.
3. Mampu memberikan inspirasi. Dengan kewirausahaan maka akan
memberikan gambaran segala persoalan akan mampu diselesiakan.
4. Memberikan nilai positif dalam pembangunan. Secara tidak langsung
maka kewirausahaan akan meberikan sumbangan yang sangat besar
terhadap bangsa dan negara. Dengankewirausahaan maka akan membuka
lapangan kerja yang luas dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Riyadhoh yang dilakukan pelaku usaha dalam berwirausaha

1. Jujur mengemukakan segala sesuatu dengan apa adanya sehingga tidak


ada dusta sebagai modal awal dalam sebuah kewirausahaan.

7
2. Mempunyai tujuan jangka panjang. Dalam agama Islam segala usaha
memiliki jangka waktu yang bisa membangun masa depan dan generasi
penerus. Tidak hanya satu atau dua periode saja.
3. Berdoa dan bertawakkal. Setelah semua diusahakan dengan sungguh-
sungguh maka hasil tinggal dipasrahkan kepada Sang Pencipta. (Man
Proposes, God disposes).4

C. Hubungan Kesuksesan Usaha dan Riyadhoh


Dewasa ini, dunia kewirausahaan (kewiraswastaan) tampaknya sudah
mulai diminati oleh masyarakat luas. Namun, karena kurangnya informasi,
banyak orang merasa masih belum jelas tentang aspek-aspek apa saja yang
melingkupi dunia wiraswasta. Sebagian orang beranggapan bahwa
kewiraswastaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan,
lingkungannya para direktur dan pemilik PT, CV serta berbagai bentuk
perusahaan lainnya. Oleh karena itu, kewirawastaan sering dianggap sebagai
wacana tentang bagaimana menjadi kaya. Sedang kekayaan itu sendiri
seakan-akan merupakan simbol keberhasilan dari kewiraswastaan. Untuk itu
banyak Lembaga Pendidikan saat ini memberikan pelatihan kewirausahaan
kepada mahasiswa yang merupakan terobosan dan usaha untuk membekali
mahasiswa dengan soft skill dan pengetahuan business untuk bekal masa
depan mahasiswa setelah lulus dari kuliah.5
Kesuksesan dapat diterjemahkan pada perasaan kepuasan pada pekerjaan
mereka sendiri, dimana memiliki kebebasan untuk menciptakan suasana
maupun lingkungan kerja mereka sendiri. Kesuksesan diukur dari nilai
masing-masing individu, bukan sekedar pangsa pasar yang mereka miliki,
aliran pendapatan, atau margin keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh
Masuo et al. (2001) mengatakan bahwa kesuksesan berbisnis adalah
kombinasi dari hal yang berhubungan dengan ekonomi seperti pengembalian
asset, penjualan, keuntungan, pegawai, dan tingkat kelangsungan bisnis, dan

4
Sri Wigati, “Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan teori), Buku Perkuliahan S1, Prodi
Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Ampel
Surabaya: Surabaya.
5
Hari Winarto, “MENUJU SUKSES BERWIRAUSAHA”, MAJALAH ILMIAH
EKONOMIKA VOLUME 14 NOMOR 1, 2011, hal. 20-21

8
hal yang tidak berhubungan dengan keuangan seperti kepuasan pelanggan,
pengembangan pribadi, dan pencapaian personal. Berdasarkan pengertian-
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesuksesan berwirausaha adalah
kombinasi dari kepuasan individu terhadap pencapaian ekstrinsik yaitu aset
finansial maupun intrinsik yaitu kepuasan batin. Zimmerman & Jiang (2009)
menjelaskan bahwa modal merupakan salah satu faktor penting dalam
kesuksesan berbisnis, karena modal seringkali tidak mudah untuk di akses
oleh calon wirausahawan. Modal terdiri dari tiga wujud, yaitu:
1. Human Capital
a. Pengetahuan dan kemampuan individu dalam pendeteksian sifat
kewirausahaan seperti pemecahan masalah, adaptasi terhadap
perubahan, implementasi terhadap teknologi terbaru. Selain itu,
menjadi negosiator yang efektif, tahan terhadap tekanan/stress,
inovatif, cerdas, mudah beradaptasi dengan lingkungan, berpikiran
terbuka, fokus, tekun dan realistis, juga merupakan pengetahuan dan
kemampuan individu.
b. Pendidikan
c. Pengalaman sebelumnya
2. Social Capital
a. Jaringan sosial dan relasi pada struktur sosial tempat seseorang itu
berada yaitu sumber daya sosial yang tertanam pada suatu hubungan
antar manusia. Teman dan kerabat yang mendukung kegiatan
berwirausaha
b. Keluarga seperti orang tua atau pasangan, yang mendorong kegiatan
berwirausaha, namun tidak ikut campur terhadap kegiatan berbisnis.
3. Reputational Capital
a. Reputasi yang baik
b. Sertifikasi legitimasi dari organisasi yang dihormati6

6
Deby Austhi, “MOTIVASI BERWIRAUSAHA DAN KESUKSESAN
BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHAWAN WANITA ANNE AVANITE”, dalam JURNAL
AGORA Vol. 5, No. 1, 2017, hal. 1-8

9
Dari analisis beberapa jurnal diperoleh bahwa pada dasarnya ciri-ciri
wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil mempunyai tiga sikap, yaitu :

1. Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari


usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai
dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut
cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi
kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan
dalam jangka waktu panjang ke depan.
2. Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran
yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan.
Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku
wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat yang
bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh.
3. Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk
meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang
diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa “manusia yang
berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan demikian berdoa
merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai
cita-cita.7

Pada dasarnya semua amalan yang dilakukan para pengusaha tersebut


dapat berdampak positif atau tidak itu tergantung bagaimana tujuan dan
kemauan dari pengusaha tersebut. Amalan-amalan (Riyadhoh) yang
dilakukan oleh pengusaha tentunya tidak terjadi secara instan, namun juga
melalui suatu proses. Amalan yang dilakukan oleh para pelaku usaha agar
sukses tentunya akan memberikan dampak bagi usaha yang dijalaninya. Oleh
karena itu, menjalankan amalan dalam berwirausaha yang sesuai dengan
anjuran agama dan juga aspek-aspek dalam berwirausaha tetap harus selalu
dilakukan.

7
Hari Winarto, Op. Cit., Hal. 27

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Riyadhoh merupakan amalan tertentu yang harus dilakukan bagi pemilik
usaha agar hajatnya terkabul. Tentu saja riyadhoh yang dilakukan bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saat seseorang telah dekat
dengan-Nya, hal yang diminta seorang hamba bukan mustahil untuk
dikabulkan. Bahkan justru akan sangat cepat untuk terwujud lantaran telah
memiliki kedekatan kepada Allah SWT. Riyadhoh yang dilakukan pelaku
usaha dalam berwirausaha adalah jujur, memiliki tujuan jangka panjang serta
doa dan tawakal.
Pada dasarnya semua amalan yang dilakukan para pengusaha tersebut
dapat berdampak positif atau tidak itu tergantung bagaimana tujuan dan
kemauan dari pengusaha tersebut. Amalan-amalan (Riyadhoh) yang
dilakukan oleh pengusaha tentunya tidak terjadi secara instan, namun juga
melalui suatu proses. Amalan yang dilakukan oleh para pelaku usaha agar
sukses tentunya akan memberikan dampak bagi usaha yang dijalaninya. Oleh
karena itu, menjalankan amalan dalam berwirausaha yang sesuai dengan
anjuran agama dan juga aspek-aspek dalam berwirausaha tetap harus selalu
dilakukan.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Ubtuk itu, dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang membangun, sehingga kedepannya kami bisam membuat
makalah yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Austhi, Deby. 2017. “Motivasi Berwirausaha dan Kesuksesan Berwirausaha Pada


Wirausahawan Wanita Anne Avanite”. dalam Jurnal AGORA Vol. 5.
No. 1
Hisrich, Robert D. 2008. Entrepreneurship Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit
Salemba Barat.
http://sbm.binus.ac.id/files/2013/04/Pentingnya-Kewirausahaan.pdf

https://guruilmuhikmah.wordpress.com/2014/09/18/mengapa-riyadhoh-
diperlukan-untuk-melakukan-sebuah-amalan-hikmah/
Wigati, Sri. ____. “Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan teori), Buku Perkuliahan
S1, Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), Fakultas Syari’ah dan
Hukum, UIN Sunan Ampel Surabaya: Surabaya.

Winarto, Hari. 2011. “Menuju Sukses Berwirausaha”. Majalah Ilmiah Ekonomika


Vol 14 No 1.

12

Anda mungkin juga menyukai