Pendanaan jangka pendek adalah dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai
dan memenuhi kebutuhan jangka pendek. Misalnya dana untuk pengeluaran
operasional perusahaan.
Bagaimana caranya?
Terlebih dahulu kita harus mengetahui tipe2dari pembiayaan jangkapendek ini yakni :
1. Pendanaan spontan
2. Pendanaan yang memerlukan negosiasi/ unspontaneus
Pengertian sumber pendanaan jangka pendek spontan adalah sumber dana yang ikut
berubah bila aktivitas perusahaan berubah.
Apa saja yang termasuk sumber pembiayaan jangka pendek spontan dan yang
memerlukan negosiasi?
Telah disebutkan di atas bahwa sumber pendanaan spontan jangka pendek ini akan
berubah jika ada perubahan aktivitas perusahaan.
Perhatikan contoh bentuk pembiayaan jangka pendek yang nampak pada neraca
sebagai hutang dagang berikut ini:
Misalnya perusahaan selalu membeli barang dagangan secara kredit dengan jangka
waktu 3 bulan. Pembeliaan dalam satu tahun senilai Rp 3 M.
Maka,
= Rp 3.000.000.000 /4
= Rp 750.000.000
Bila pembelian yang dilakukan meningkat, misalnya menjadi Rp 3,3 M, maka rata-rata
hutang dagang juga akan meningkat menjadi:
= Rp 3.300.000.000 / 4
= Rp 825.000.000
Karena itulah, sering digunakan metode persentase penjualan dalam ilmu manajemen
keuangan diaplikasikan untuk rekening/akun hutang dagang.
2. Juga seringkali pengunduran sedikit dari waktu yang dijanjikan/ pembayaran hutanng
tidak segera mendapat teguran dari penyedia dana/supplier.
Pertanyaan untuk pendanaan jangka pendek ini adalah “ Apa saja yang termasuk
dalam sumber pendanaan jangka pendek spontan?”
Hutang Dagang
Rekening Accrual
A: Hutang Dagang
COD (cash on delivery) adalah syarat pembayaran pada waktu pengiriman barang.
CBD (cah before delivery) adalah syarat pembaran sebelum barang dikirim.
Dua syarat pembayaran ini menunjukkan bahwa penjual tidak memberikan kredit.
Seperti misalnya net 60, yang berarti bahwa pembeli boleh membayar barang tersebut
pada hari ke-60
pembeli bisa memperoleh discount 2% jika membayar pada hari ke-10. dan paling
lambat membayar pada hari ke-30
Untuk persyaratan ini sebenarnya penjual menawarkan tingkat bunga yang cukup
menarik. Jika pembeli tidak memanfaatkan diskon tersebut. Maka sebenarnya mereka
kehilangan kesempatan untuk memperoleh harga 2% lebih murah.
Karena tidak bersedia membayar 20 hari lebih cepat (selisih antara hari ke-30 dan ke-
10).
Dengan demikian maka tingkat bunga efektif yang ditawarkan penjual adalah:
Bila tidak memanfaatkan diskon yang senilai 36,7%, dibandingkan dengan bunga
bank yang berkisar 18%. Dengan demikian, bagi pembeli tersebut akan lebih baik untuk
memanfaatkan diskon tersebut. Sekalipun harus meminjam dari bank untuk menutupi
kekurangan dananya. Perhatikan bahwa memanfaatkan diskon berarti mempercepat
pembayaran dan memperkecil saldo hutang dagang.Dengan melakukan cara ini
kebutuhan modal kerja akan meningkat. Peningkatan modal kerja memerlukan sumber
pendanaan . pendanaan dapat mempergunakan sumber ekstern pendanaan jangka
pendek.Biaya diskon tersebut akan makin berkurang, jika periode netonya menjadi
makin lama bila dibandingkan dengan periode periode diskonnya.
Bila persyaratan penjualannya adalah 2/10, net 60. Periode diskonnya tetap 10 hari,
tapi periode netto-nya meningkat dari 20 hari menjadi 50 hari.
B: Rekening Accruals
Selain hutang dagang, pendanaan jangka pendek spontan juga bisa berasal dari
rekening-rekening yang menurut konsep dasar akuntansi diklasifikasikan sebagai
rekening accruals.
Misalnya 2 rekening accruals berikut:
#1: Pembayaran Upah
Hal ini sebenarnya para karyawan memberikan kredit kepada perusahaan, karena
mereka bekerja dulu dan dibayar kemudian.
Hal ini berarti pemerintah sebenarnya memberikan ‘kredit’ dalam bentuk membayar
kekurangan pajak di kemudian hari.
Commercial paper (CP) adalah sekuritas jangka pendek yang diterbitkan oleh
perusahaan (umumnya perusahaan besar dan mapan), yang menyatakan bahwa pada
tanggal tertentu perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah yang tercantum
dalam sekuritas tersebut.
instrumen pendanaan jangka pendek ini kemudian dijual kepada para pemodal di pasar
uang.
Dealer market
Para dealer membeli CP dari perusahaan yang menerbitkannya, dan kemudian
menjualnya kepada para pemodal dengan mendapatkan komisi.
Untuk perusahaan yang berbisnis pada perniagaan internasional atau domestik, banker’s
acceptance dapat menjadi sumber penting untuk pendanaan.
Sebagai contoh:
Suatu perusahaan di Indonesia akan mengimpor barang senilai $100,000 dari suatu perusahaan di
Amerika Serikat.Kedua perusahaan setuju untuk menggunakan time draft berjangka waktu 90
hari untuk pembayaran.Perusahaan di Indonesia akan mengatur Letter of Credit (LC) dengan
banknya di Indonesia.Di mana bank tersebut akan setuju untuk membayar draft atas perusahaan
tersebut bila ditunjukkan oleh bank di USA (bank perusahaan di USA).Perusahaan di USA
kemudian mengirimkan barang yang dipesan dan pada waktu yang sama meminta perusahaan di
Indonesia untuk membayar dengan draft berjangka 90 hari.Kemudian perusahaan USA
membawa draft tersebut ke bank di USA.Bank di USA kemudian meminta bank di Indonesia
untuk membayar draft tersebut bila telah jatuh tempo.
Dengan kata lain, bank di Indonesia menjamin bahwa pembelian barang tersebut akan dibayar.
***
Bila bank yang menjamin adalah bank yang sangat terpercaya, banker’s acceptance tersebut
dapat diperdagangkan.Dengan demikian bank di USA tidak harus memegang draft tersebut
sampai jatuh tempo,.Tapi dapat menjualnya ke pihak lain dengan diskon tertentu, sebelum jatuh
tempo.Diskon tersebut mencerminkan pembayaran bunga kepada pemodal.
Pada hari ke-90 pemodal meyerahkan banker’s acceptance tersebut kepada bank untuk
menerima pembayaran.Dan pada tanggal tersebut perusahaan yang menerbitkan banker’s
acceptance berkewajiban untuk memiliki dana sebesar $100,000 di bank tersebut untuk menutup
pembayaran tersebut.
Unsecured Loans adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan tanpa suatu agunan
fisik tertentu atau dengan kata lain pembiayaan jangka pendek tanpa jaminan.
Yang menjadi agunan adalah kelayakan USAHA yang diberi kredit tersebut.
Umumnya aktiva yang dibeli dengan kredit tersebut diharapkan mampu menghasilkan arus kas
yang cukup untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit unsecured tersebut.
Karena itu jenis pembiayaan jangka pendek ini sering disebut sebagai ‘self liquidating’.
Unsecured loans biasanya diberikan dengan mencantumkan pengaturan tentang:
Line of credit
Revolving credit agreement
Kredit berdasarkan transaksi
Kredit ini secara formal ditunjukkan oleh suatu nota promes (promisorry notes) yang
ditandatangani oleh debitur. Taitu pihak yang menerima kredit yang menjelaskan kapan hutang
tersebut akan dilunasi beserta bunganya.Mari dibahas masing-masing pengaturan tersebut…
Line of Credit
Line of credit adalah kesepakatan antara bank dan debitur yang menyatakan jumlah maksimum
pembiayaan jangka pendek yang dapat dinikmati oleh debitur pada suatu waktu.
Biasanya credit line tersebut diperpanjang setelah bank menerima laporan keuangan yang telah
diaudit.
Dan menilai debitur memang menunjukkan perkembangan yang membaik (kredit jangka pendek
yang selalu diperpanjang akhirnya menjadi pendanaan jangka panjang)
Meskipun demikian, line of credit tidaklah merupakan komitmen legal dari pihak bank untuk
memperpanjang kredit yang diberikan.
Meskipun disebutkan bahwa kredit dapat diperpanjang satu tahun lagi, bank dapat saja menolak
memperpanjang kredit tertentu bila dinilai kondisi debitur tidak baik.
Dalam banyak kasus, bank secara moral merasa terikat untuk memperpanjang kredit yang
diberikan meskipun dapat saja menolak bila situasi memang sangat memburuk.
Perjanjian ini merupakan komitmen legal yang diberikan oleh bank untuk menambah jumlah
pembiayaan jangka pendek sampai dengan jumlah tertentu.
Bila debitur ingin menarik tambahan kredit, bank harus menyediakan dana tersebut bila debitur
belum melanggar batas maksimum yang disepakati bersama.
Sebagai misal batasan kreditnya adalah Rp 500 juta, dan telah digunakan debitur sebesar Rp 300
juta. Dengan demikian maka debitur dapat menarik tambahan kredit sebesar Rp 200 juta bila
diperlukan. Karena bank harus menyediakan kredit maksimum sebesar Rp 500 juta.
Sedangkan yang dimanfaatkan oleh debitur dapat saja kurang dari batas maksimum tersebut.
Maka bank akan meminta commitment fee atas kredit yang belum terpakai.
Dengan demikian maka dalam satu tahun, biaya yang dibayar oleh debitur adalah bunga
ditambah commitment fee.
Sedangkan revolving credit agreement berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.
Hanya saja agunan tidak harus dinyatakan secara fisik, dalam bentuk aktiva tertentu.
Dapat saja agunan tersebut berupa kelayakan usaha yang mendapatkan pembiayaan jangka
pendek tersebut. Kredit Kelayakan Usaha (KKU) adalah contoh kredit yang diberikan hanya
berdasarkan atas kelayakan usaha tersebut.
Apabila bank meminta agunan lain selain kelayakan usaha yang dibiayai kredit tersebut,
dikatakan bahwa bank meminta agunan tambahan. Banyak perusahaan yang tidak mampu
memperoleh pembiayaan jangka pendek dari bank tanpa menggunakan agunan.
Baik karena perusahaan tersebut masih baru, belum dikenal bank, ataupun karena bank ragu akan
kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi kreditnya.
Dengan meminta agunan, bank mempunyai dua sumber untuk melunasi kredit tersebut.
Yaitu dari arus kas perusahaan, dan bila gagal dari menjual aktiva yang digunakan sebagai
agunan. Dengan demikian dipandang dari teori manajemen keuangan keharusan menyediakan
agunan adalah dimaksudkan untuk menghindarkan penggeseran risiko ke pihak kreditor oleh
pemilik perusahaan. Tanpa penyediaan agunan akan terjadi situasi pada saat perusahaan
memperoleh keuntungan. Maka selisih keuntungan di atas bunga yang dibayar akan dinikmati
seluruhnya oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila perusahaan rugi maka kreditur diminta
untuk ikut menanggung kerugian tersebut. Dan seringkali malah sebagian besar kerugian harus
ditanggung oleh kreditur. Agunan (collateral) yang diminta kreditur untuk disediakan, pada
dasarnya dimaksudkan untuk dijual bila debitur tidak mampu membayar kreditnya.
Bila hasil penjualan agunan tersebut melebihi sisa hutangnya, maka kelebihannya
dikembalikan ke debitur.
Sebaliknya bila kurang, maka kreditur akan menjadi kreditur umum, sama seperti kreditur-
kreditur lain yang tidak dijamin dengan agunan tertentu. Agunan tersebut sangat bervariasi jenis
dan marketability-nya. Umumnya bila agunan tersebut mempunyai harga pasar yang jelas dan
mudah dijual. Maka kredit yang diberikan dapat mencapai proporsi yang cukup besar.
Sebaliknya bila agunan tersebut merupakan aktiva yang sangat spesifik dan susah untuk
menjualnya. Maka kreditur hanya memberikan kredit dengan proporsi yang relatif rendah.
Karena itulah di dalam analisi kredit, dikenal istilah 5 Cs of credit yang salah satu komponen nya
adalah collateral.
Secara lengkap 5 Cs of credit adalah:
Faktor karakter dinilai dari pernah tidaknya yang bersangkutan dimasukkan dalam
daftar hitam oleh perbankan.
Kemampuan manajemen diukur misalnya dengan kemampuan memperoleh laba
perusahaan
Modal perusahaan akan dilihat pada neraca atau rasio keuangan leverage
Masalah agunan dilihat dari nilai assets yang diagunkan. Agunan tidak hanya
berbentuk fisik, tapi juga berbentuk lainnya, seperti kontrak, proyeksi cash flow.
Kondisi bisnis dicerminkan dari situasi persaingan.
Umumnya debitur membayar processing fee yang dimaksudkan sebagai biaya untuk me-review
dan menganalisis piutang yang dijaminkan.
Bila perjanjian kredit meng-cover seluruh piutang, maka kreditur tidak mempunyai kendali atas
kualitas piutang yang dijaminkan.
Sebagai alternatifnya, kreditur akan meminta hanya sebagian piutang yang memang dinilai aman
sebagai jaminan kredit yang akan diberikan.
Demikian kreditur hanya bersedia memberikan kredit sebesar 60-70 persen dari total piutang.
Tapi bersedia memberikan 85-90 persen dari selected piutang yang dinilai cukup aman.
Biaya kredit dengan jaminan piutang akan tergantung pada processing fee dan tingkat bunga
yang dibebankan ke debitur.
♣
PT Bening Jaya Beton mempunyai penjualan kredit setiap hari rata-rata Rp 20 juta, dan periode
pengumpulan piutang mencapai 60 hari. Dengan demikian maka rata-rata piutang dagang
mencapai Rp 1.200 juta. Semua piutang dijaminkan ke bank, yang akan memberikan kredit
sebesar 75% dari rata-rata piutang.
Dengan tingkat suku bunga 2,5% di atas prime lending rate yang sebesar 16,50%.
Kredit yang akan diberikan berjumlah Rp 900 juta (yaitu 0,75 X Rp 1.200 juta) selama 60 hari.
Di samping itu debitur dibebani 0,75% processing fee untuk piutang yang dijaminkan.
Maka perhitungan biaya kredit tersebut adalah sebagai berikut:
#1: Menentukan bunga yang dibayar dan biaya lain:
Processing fee:
= (0,75%)x (Rp 20 juta) x(60 hari)
= Rp 9,00 juta
Bunga:
Note :; Tingkat suku bunga 2.5% diatas prime rate 16.5% berarti : 16.5%+2.5% =19%
Kalo suku bunganya 2.5% di bawah prime rate 16.5% berarti = 16.5%-2.5%= 14%
“PRIME LENDING RATE/ PRIME RATE adalah : suku bunga dasar paling rendah
kredit , dimana bank belum menghitung premi resiko dari kredit tersebut
Total biaya:
= [1 + (37,11 : 900)]365/60 – 1
= 27,86%
Processing fee meningkatkan biaya kredit cukup besar dari bunga yang harus dibayar, yaitu dari
19,00% menjadi 27,86%.
Factoring adalah jenis sumber pendanaan jangka pendek perusahaan dengan cara menjual
piutang dagang mereka.
Piutang dijual kepada perusahaan anjak piutang atau bank yang akan mengambl alih risiko
penagihan piutang tersebut, seandainya ada piutang yang tidak tertagih.
Perusahaan yang memilih jenis ini, umumnya ingin menghindari analisis kredit dan biaya
pengumpulan piutang, dan secara reguler menerima sejumlah kas.
PT Paramita ingin menghindari segala kesulitan proses pengumpulan piutang. Untuk itu semua
piutangnya dijual (factoring). Pada akhir bulan perusahaan anjak piutang menyediakan dana
sebanyak piutang yang jatuh tempo ada bulan tersebut. Bila rata-rata setiap bulan tersebut
terdapat piutang yang jatuh tempo sebanyak Rp 500 juta.
Atau sebesar:
= 12 X Rp 7,5 juta
= Rp 90 juta/th
Untuk biaya tersebut perusahaan anjak piutang mengambil alih kegiatan administrasi dan
penagihan piutang. Bila hal ini memungkinkan PT Paramita mengurangi biaya sebesar Rp 2,5
juta per bulan.
= [1 + (5/500)]12/1 – 1
= 12,68%
Persediaan adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh pembiayaan
jangka pendek.
Ffasilitas pendanaan jangka pendek yang diperoleh tergantung pada nilai dan cepat tidaknya
persediaan tersebut rusak.
Bahan-bahan mentah, seperti gandum, kayu, minyak, bahan-bahan kimia adalah jenis persediaan
yang dapat memperoleh nilai tinggi karena mudah untuk dijual kembali.
Sebaliknya, barang-barang dalam proses adalah jenis persediaan yang sulit untuk dijadikan
agunan karena sulit untuk dijual.
Ada beberapa cara untuk menggunakan persediaan sebagai agunan untuk memperoleh secured
loans.
Cara-cara tersebut adalah:
Debitur (yaitu perusahaan yang pinjam) tetap mempunyai kontrol sepenuhnya atas persediaan
tersebut. Ia bisa menjual dan mengganti persediaan tersebut sesuai dengan keinginannya.
Karena ketiadaan kendali atas persediaan inilah yang membuat kreditur merasa bahwa risiko
yang dtanggungnya cukup tinggi.Dengan demikian maka umumnya kredit yang diberikan
hanyalah persentase yang cukup kecil bila dibandingkan dengan nilai persediaan yang
dijaminkan.
Jaminan yang dipergunakan umumnya juga menyangkut bukan hanya persediaan saat ini tapi
juga persediaan di masa yang akan datang.
Dan dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan perusahaan pengelola pergudangan.
Pemisahan tersebut tidaklah berarti bahwa persediaan yang dijadikan agunan harus ditaruh
digudang milik perusahaan pengelola. Barang-barang tersebut tetap di gudang debitur, tetapi
pengelolaan persediaan tersebut yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Cara ini terutama bermanfaat untuk persediaan dalam bentuk curah (bulky), seperti minyak
tanah. Bila minyak tersebut akan digunakan sebagai agunan dengan perjanjian ini.
Maka minyak tersebut akan ditaruh di tanki atau kapal tanker yang terpisah, sehingga mudah
untuk memonitornya.
Dengan cara ini debitur tidak diizinkan untuk menjual atau menggunakan persediaan tersebut
tanpa persetujuan kreditur.
Perusahaan pengelola gudang tersebut akan menerima fee dari kegiatan tersebut. Biaya untuk
cara ini umumnya cukup mahal karena fee tersebut ditanggung oleh debitur.
Dengan demikian maka jumlah pembiayaan jangka pendek yang diperoleh adalah Rp 700 juta
(yaitu 0,70 X Rp 1.000 juta).
Jika diketahui ; Field warehouse fee sebesar Rp 110.000 per hari, dan tingkat bunga adalah 17%
per tahun.
#1: Menentukan bunga yang dibayar dan biaya lain:
#2: Biaya pembiayaan jangka pendek (dinyatakan dalam tahunan) sebelum pajak:
Dengan demikian maka barang-barang yang dijaminkan dikirim ke gudang publik tersebut.
Biayanya akan lebih mahal dari cara di atas, karena diperlukan biaya transportasi ke gudang
publik tersebut.
***