Anda di halaman 1dari 17

MODUL -SUMBER PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK

By : Mike Kusuma Dewi SE,MM

Apa yang dimaksud pembiayaan atau pendanaan jangka pendek?

Pendanaan jangka pendek adalah dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai
dan memenuhi kebutuhan jangka pendek. Misalnya dana untuk pengeluaran
operasional perusahaan.

Perusahaan harus menerapkan pengelolaan pendanaan jangka pendek ini secara


tepat, sehingga ketersediaan dana sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu besar atau
kekecilan.

Bagaimana caranya?

Terlebih dahulu kita harus mengetahui tipe2dari pembiayaan jangkapendek ini yakni :

Ada 2 tipe pendanaan jangka pendek, yaitu:

1. Pendanaan spontan
2. Pendanaan yang memerlukan negosiasi/ unspontaneus

Pengertian sumber pendanaan jangka pendek spontan adalah sumber dana yang ikut
berubah bila aktivitas perusahaan berubah.

Sedangkan definisi sumber pembiayaan jangka pendek yang memerlukan negosiasi


mengharuskan perusahaan melakukan ‘negosisasi’ untuk menambah atau mengurangi
dana yang diperlukan oleh perusahaan.

Apa saja yang termasuk sumber pembiayaan jangka pendek spontan dan yang
memerlukan negosiasi?

A: Pengaruh Aktivitas Perusahaan Terhadap Pendanaan Spontan

Telah disebutkan di atas bahwa sumber pendanaan spontan jangka pendek ini akan
berubah jika ada perubahan aktivitas perusahaan.

Perhatikan contoh bentuk pembiayaan jangka pendek yang nampak pada neraca
sebagai hutang dagang berikut ini:
Misalnya perusahaan selalu membeli barang dagangan secara kredit dengan jangka
waktu 3 bulan. Pembeliaan dalam satu tahun senilai Rp 3 M.

Maka rata-rata hutang dagang yang dimiliki perusahaan akan sebesar:

Perputaran piutang : 12 bulan/3 bulan = 4 x

Rata-rata hutang dagang = Pembelian / Perputaran hutang

Maka,

= Rp 3.000.000.000 /4
= Rp 750.000.000

Bila pembelian yang dilakukan meningkat, misalnya menjadi Rp 3,3 M, maka rata-rata
hutang dagang juga akan meningkat menjadi:

= Rp 3.300.000.000 / 4
= Rp 825.000.000

Dari Contoh tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pembelian sebesar 10%


juga akan meningkatkan hutang dagang sebesar Rp 10%.

Karena itulah, sering digunakan metode persentase penjualan dalam ilmu manajemen
keuangan diaplikasikan untuk rekening/akun hutang dagang.

Daya tarik dari pendanaan jangka pendek spontan adalah:

1. perusahaan tidak perlu melakukan negosiasi. Atau perundingan formal untuk


menambah atau mengurangi dan yang diperlukan.

2. Juga seringkali pengunduran sedikit dari waktu yang dijanjikan/ pembayaran hutanng
tidak segera mendapat teguran dari penyedia dana/supplier.

Pertanyaan untuk pendanaan jangka pendek ini adalah “ Apa saja yang termasuk
dalam sumber pendanaan jangka pendek spontan?”

Yang termasuk sumber pendanaan jangka pendek spontan adalah:

 Hutang Dagang
 Rekening Accrual

KITA BAHAS SATU PERSATU YAA….

A: Hutang Dagang

Secara umum ada 3 tipe hutang dagang, yaitu:

#1: Open Account

Apa yang dimaksud open account hutang dagang?


Open account adalah tipe hutang dagang yang paling populer.
Tipe open account ini menunjukkan bahwa penjual mengirimkan barang ke pembeli
dilengkapi dengan faktur penjualan yang menyebutkan:
 barang yang dikirim,
 harga per satuan,
 harga keseluruhan, dan syarat-syarat pembayaran
Setelah pembeli menandatangani tanda penerimaan barang, pembeli berarti
menyatakan berutang kepada penjual.

Berbagai persyaratan di disertakan dalam open account. Persyaratan-persyaratan


tersebut antara lain:

A: COD dan CBD

COD (cash on delivery) adalah syarat pembayaran pada waktu pengiriman barang.
CBD (cah before delivery) adalah syarat pembaran sebelum barang dikirim.
Dua syarat pembayaran ini menunjukkan bahwa penjual tidak memberikan kredit.

B: Net Period tanpa memberikan discount

Seperti misalnya net 60, yang berarti bahwa pembeli boleh membayar barang tersebut
pada hari ke-60

C: Net Period dengan discount


Misalnya syarat pembayaran disebutkan 2/10 net 30 yang artinya :

pembeli bisa memperoleh discount 2% jika membayar pada hari ke-10. dan paling
lambat membayar pada hari ke-30

terlewat dari hari tersebut tidak memperoleh discount

Untuk persyaratan ini sebenarnya penjual menawarkan tingkat bunga yang cukup
menarik. Jika pembeli tidak memanfaatkan diskon tersebut. Maka sebenarnya mereka
kehilangan kesempatan untuk memperoleh harga 2% lebih murah.

Karena tidak bersedia membayar 20 hari lebih cepat (selisih antara hari ke-30 dan ke-
10).

Dengan demikian maka tingkat bunga efektif yang ditawarkan penjual adalah:

= (2% /98%) X (360 hr/ 20 hari)


= 36,7%

Umumnya karena tujuan pemberian diskon adalah untuk mempercepat pembayaran.

Maka diskon yang ditawarkan harus cukup menarik untuk dimanfaatkan.

Contoh di atas menunjukkan bahwa pembeli akan rugi.

Bila tidak memanfaatkan diskon yang senilai 36,7%, dibandingkan dengan bunga
bank yang berkisar 18%. Dengan demikian, bagi pembeli tersebut akan lebih baik untuk
memanfaatkan diskon tersebut. Sekalipun harus meminjam dari bank untuk menutupi
kekurangan dananya. Perhatikan bahwa memanfaatkan diskon berarti mempercepat
pembayaran dan memperkecil saldo hutang dagang.Dengan melakukan cara ini
kebutuhan modal kerja akan meningkat. Peningkatan modal kerja memerlukan sumber
pendanaan . pendanaan dapat mempergunakan sumber ekstern pendanaan jangka
pendek.Biaya diskon tersebut akan makin berkurang, jika periode netonya menjadi
makin lama bila dibandingkan dengan periode periode diskonnya.

Perhatikan contoh kasus pendanaan jangka pendek berikut ini:

Bila persyaratan penjualannya adalah 2/10, net 60. Periode diskonnya tetap 10 hari,
tapi periode netto-nya meningkat dari 20 hari menjadi 50 hari.

Maka tingkat bunga tahunannya jadi kecil, sbb :


= (2 / 98) X (360 / 50)
= 14,7%

2. #2: Notes Payable

Apa itu notes payable?


Notes payable adalah hutang dagang yang terjadi di mana pembeli membuat surat
pernyataan berhutang secara resmi kepada penjual disertai dengan kapan akan
menlunasi hutang tersebut.
Cara ini sering dilakukan setelah pembeli tidak melunasi open account.

#3: Trade Acceptance

Apa itu trade acceptance dalam hutang dagang?


Trade Acceptance adalah hutang dagang yang terjadi ketika penjual menarik draft
kepada pembeli yang menyatakan kapan draft tersebut akan dibayar.
Draft ini kemudian ‘dijamin’ oleh bank yang akan membayar draft tersebut.

Setelah itu berulah penjual mengirim barang tersebut.

B: Rekening Accruals
Selain hutang dagang, pendanaan jangka pendek spontan juga bisa berasal dari
rekening-rekening yang menurut konsep dasar akuntansi diklasifikasikan sebagai
rekening accruals.
Misalnya 2 rekening accruals berikut:
#1: Pembayaran Upah

Upah sering dibayarkan mingguan SETELAH para karyawan melakukan pekerjaan


mereka.

Hal ini sebenarnya para karyawan memberikan kredit kepada perusahaan, karena
mereka bekerja dulu dan dibayar kemudian.

#2: Pembayaran Pajak

Selain pembayaran upah karyawan, demikian juga dengan pembayaran pajak.

Meskipun perusahaan-perusahaan mungkin mengangsur pajak penghasilan mereka.


Tapi pada akhir tahun fiskal mereka bisa jadi masih harus menambah pembayaran
pajak penghasilan.

Hal ini berarti pemerintah sebenarnya memberikan ‘kredit’ dalam bentuk membayar
kekurangan pajak di kemudian hari.

A: Tipe Pendanaan Jangka Pendek Negosiasi


Tipe pendanaan jangka pendek negosiasi adalah jenis pendanaan jangka pendek yang
menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan perjanjian formal untuk
memperolehnya.

Apa saja tipe pendanaan jangka pendek negosiasi?

Ada 4 tipe pendanaan jangka pendek yang memerlukan negosiasi, yaitu:

 Money Market Credit


 Pembiayaan Jangka Pendek
 Pendanaan Jangka Pendek dengan Memanfaatkan Piutang
Dagang
 Pendanaan Jangka Pendek dengan Memanfaatkan Persediaan

A: Money Market Credit


Untuk menghimpun dana yang berasal dari money market perusahaan menerbitkan
instrumen keuangan yang dijual kepada para pemodal, baik langsung ataupun
lewat dealer.

#1: Commercial Paper

Commercial paper (CP) adalah sekuritas jangka pendek yang diterbitkan oleh
perusahaan (umumnya perusahaan besar dan mapan), yang menyatakan bahwa pada
tanggal tertentu perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah yang tercantum
dalam sekuritas tersebut.
instrumen pendanaan jangka pendek ini kemudian dijual kepada para pemodal di pasar
uang.

Pasar CP dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

 Dealer market
Para dealer membeli CP dari perusahaan yang menerbitkannya, dan kemudian
menjualnya kepada para pemodal dengan mendapatkan komisi.

 Direct placement market


Perusahaan-perusahaan besar lebih menyukai untuk menawarkan langsung CP yang
mereka terbitkan ke para pemodal.

#2: Banker’s Acceptance

Untuk perusahaan yang berbisnis pada perniagaan internasional atau domestik, banker’s
acceptance dapat menjadi sumber penting untuk pendanaan.
Sebagai contoh:

Suatu perusahaan di Indonesia akan mengimpor barang senilai $100,000 dari suatu perusahaan di
Amerika Serikat.Kedua perusahaan setuju untuk menggunakan time draft berjangka waktu 90
hari untuk pembayaran.Perusahaan di Indonesia akan mengatur Letter of Credit (LC) dengan
banknya di Indonesia.Di mana bank tersebut akan setuju untuk membayar draft atas perusahaan
tersebut bila ditunjukkan oleh bank di USA (bank perusahaan di USA).Perusahaan di USA
kemudian mengirimkan barang yang dipesan dan pada waktu yang sama meminta perusahaan di
Indonesia untuk membayar dengan draft berjangka 90 hari.Kemudian perusahaan USA
membawa draft tersebut ke bank di USA.Bank di USA kemudian meminta bank di Indonesia
untuk membayar draft tersebut bila telah jatuh tempo.

Dengan kata lain, bank di Indonesia menjamin bahwa pembelian barang tersebut akan dibayar.

***

Bila bank yang menjamin adalah bank yang sangat terpercaya, banker’s acceptance tersebut
dapat diperdagangkan.Dengan demikian bank di USA tidak harus memegang draft tersebut
sampai jatuh tempo,.Tapi dapat menjualnya ke pihak lain dengan diskon tertentu, sebelum jatuh
tempo.Diskon tersebut mencerminkan pembayaran bunga kepada pemodal.
Pada hari ke-90 pemodal meyerahkan banker’s acceptance tersebut kepada bank untuk
menerima pembayaran.Dan pada tanggal tersebut perusahaan yang menerbitkan banker’s
acceptance berkewajiban untuk memiliki dana sebesar $100,000 di bank tersebut untuk menutup
pembayaran tersebut.

B: Pembiayaan Jangka Pendek (short-term loan)


Short-term loan sering berwujud kredit modal kerja yang berasal dari bank dan perusahaan
pembiayaan.
Untuk maksud-maksud penyajian, seringkali lebih konvenien untuk memisahkan kredit jangka
pendek menjadi 2 (dua ) jenis, yaitu:
#1: Unsecured Loans

Unsecured Loans adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan tanpa suatu agunan
fisik tertentu atau dengan kata lain pembiayaan jangka pendek tanpa jaminan.
Yang menjadi agunan adalah kelayakan USAHA yang diberi kredit tersebut.

Umumnya aktiva yang dibeli dengan kredit tersebut diharapkan mampu menghasilkan arus kas
yang cukup untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit unsecured tersebut.

Karena itu jenis pembiayaan jangka pendek ini sering disebut sebagai ‘self liquidating’.
Unsecured loans biasanya diberikan dengan mencantumkan pengaturan tentang:
 Line of credit
 Revolving credit agreement
 Kredit berdasarkan transaksi

Kredit ini secara formal ditunjukkan oleh suatu nota promes (promisorry notes) yang
ditandatangani oleh debitur. Taitu pihak yang menerima kredit yang menjelaskan kapan hutang
tersebut akan dilunasi beserta bunganya.Mari dibahas masing-masing pengaturan tersebut…

 Line of Credit
Line of credit adalah kesepakatan antara bank dan debitur yang menyatakan jumlah maksimum
pembiayaan jangka pendek yang dapat dinikmati oleh debitur pada suatu waktu.
Biasanya credit line tersebut diperpanjang setelah bank menerima laporan keuangan yang telah
diaudit.
Dan menilai debitur memang menunjukkan perkembangan yang membaik (kredit jangka pendek
yang selalu diperpanjang akhirnya menjadi pendanaan jangka panjang)
Meskipun demikian, line of credit tidaklah merupakan komitmen legal dari pihak bank untuk
memperpanjang kredit yang diberikan.
Meskipun disebutkan bahwa kredit dapat diperpanjang satu tahun lagi, bank dapat saja menolak
memperpanjang kredit tertentu bila dinilai kondisi debitur tidak baik.

Dalam banyak kasus, bank secara moral merasa terikat untuk memperpanjang kredit yang
diberikan meskipun dapat saja menolak bila situasi memang sangat memburuk.

 Revolving Credit Agreement

Perjanjian ini merupakan komitmen legal yang diberikan oleh bank untuk menambah jumlah
pembiayaan jangka pendek sampai dengan jumlah tertentu.
Bila debitur ingin menarik tambahan kredit, bank harus menyediakan dana tersebut bila debitur
belum melanggar batas maksimum yang disepakati bersama.

Sebagai misal batasan kreditnya adalah Rp 500 juta, dan telah digunakan debitur sebesar Rp 300
juta. Dengan demikian maka debitur dapat menarik tambahan kredit sebesar Rp 200 juta bila
diperlukan. Karena bank harus menyediakan kredit maksimum sebesar Rp 500 juta.

Sedangkan yang dimanfaatkan oleh debitur dapat saja kurang dari batas maksimum tersebut.

Maka bank akan meminta commitment fee atas kredit yang belum terpakai.
Dengan demikian maka dalam satu tahun, biaya yang dibayar oleh debitur adalah bunga
ditambah commitment fee.

Sedangkan revolving credit agreement berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

 Kredit Berdasar Transaksi


Meminjam di bawah kesepakatan credit line atau revolving credit agreement seringkali dirasa
agak mahal bila perusahaan hanya memerlukan kredit jangka pendek atau satu tujuan saja.

Sebagai contoh pendanaan jangka pendek:

Perusahaan kontraktor memerlukan pembiayaan jangka pendek sebelum perusahaan tersebut


menerima pembayaran dari pemberi pekerjaan. Karena itu kredit yang diperlukan hanyalah
sejumlah sejumlah kebutuhan dana untuk menyelesaikan tahap pekerjaan tertentu,. Dan untuk
jangka waktu sampai dengan kontraktor tesebut menerima pembayaran dari pemberi pekerjaan.

Ia tidak perlu meng-arrange agreement apapun.

#2: Secured Loans


Istilah ini menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh pembiayaan jangka pendek dengan
memberikan aktiva tertentu sebagai agunan kredit tersebut.

Hanya saja agunan tidak harus dinyatakan secara fisik, dalam bentuk aktiva tertentu.

Dapat saja agunan tersebut berupa kelayakan usaha yang mendapatkan pembiayaan jangka
pendek tersebut. Kredit Kelayakan Usaha (KKU) adalah contoh kredit yang diberikan hanya
berdasarkan atas kelayakan usaha tersebut.

Apabila bank meminta agunan lain selain kelayakan usaha yang dibiayai kredit tersebut,
dikatakan bahwa bank meminta agunan tambahan. Banyak perusahaan yang tidak mampu
memperoleh pembiayaan jangka pendek dari bank tanpa menggunakan agunan.
Baik karena perusahaan tersebut masih baru, belum dikenal bank, ataupun karena bank ragu akan
kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi kreditnya.

Dengan meminta agunan, bank mempunyai dua sumber untuk melunasi kredit tersebut.

Yaitu dari arus kas perusahaan, dan bila gagal dari menjual aktiva yang digunakan sebagai
agunan. Dengan demikian dipandang dari teori manajemen keuangan keharusan menyediakan
agunan adalah dimaksudkan untuk menghindarkan penggeseran risiko ke pihak kreditor oleh
pemilik perusahaan. Tanpa penyediaan agunan akan terjadi situasi pada saat perusahaan
memperoleh keuntungan. Maka selisih keuntungan di atas bunga yang dibayar akan dinikmati
seluruhnya oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila perusahaan rugi maka kreditur diminta
untuk ikut menanggung kerugian tersebut. Dan seringkali malah sebagian besar kerugian harus
ditanggung oleh kreditur. Agunan (collateral) yang diminta kreditur untuk disediakan, pada
dasarnya dimaksudkan untuk dijual bila debitur tidak mampu membayar kreditnya.

Bila hasil penjualan agunan tersebut melebihi sisa hutangnya, maka kelebihannya
dikembalikan ke debitur.

Sebaliknya bila kurang, maka kreditur akan menjadi kreditur umum, sama seperti kreditur-
kreditur lain yang tidak dijamin dengan agunan tertentu. Agunan tersebut sangat bervariasi jenis
dan marketability-nya. Umumnya bila agunan tersebut mempunyai harga pasar yang jelas dan
mudah dijual. Maka kredit yang diberikan dapat mencapai proporsi yang cukup besar.

Sebaliknya bila agunan tersebut merupakan aktiva yang sangat spesifik dan susah untuk
menjualnya. Maka kreditur hanya memberikan kredit dengan proporsi yang relatif rendah.

Karena itulah di dalam analisi kredit, dikenal istilah 5 Cs of credit yang salah satu komponen nya
adalah collateral.
Secara lengkap 5 Cs of credit adalah:

 Character (watak dan kejujuran pimpinan perusahaan)


 Capacity (kemampuan manajemen)
 Capital (modal perusahaan)
 Collateral (agunan kredit)
 Conditions (kondisi bisnis)
Tentu saja tidak mudah dalam melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut.

Kesulitan evaluasi berasal dari:

1. Variabel yang diukur bersifat kualitatif (bagaimana mengukur watak peminjam?)


2. Menyangkut masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian.
Karena itulah selalu muncul kemungkinan kesalahan dalam analisis yang kemudian tercermin
dari macetnya kredit yang diberikan oleh bank.

Dalam praktiknya, kemudian digunakan berbagai indikator untuk mencerminkan


faktor-faktor tersebut.

 Faktor karakter dinilai dari pernah tidaknya yang bersangkutan dimasukkan dalam
daftar hitam oleh perbankan.
 Kemampuan manajemen diukur misalnya dengan kemampuan memperoleh laba
perusahaan
 Modal perusahaan akan dilihat pada neraca atau rasio keuangan leverage
 Masalah agunan dilihat dari nilai assets yang diagunkan. Agunan tidak hanya
berbentuk fisik, tapi juga berbentuk lainnya, seperti kontrak, proyeksi cash flow.
 Kondisi bisnis dicerminkan dari situasi persaingan.

C: Pendanaan Jangka Pendek dengan Memanfaatkan


Piutang Dagang
Pemanfaatan piutang dagang untuk memperoleh pendanaan jangka pendek dilakukan dengan:

 menjaminkan piutang tersebut kepada kreditur


 menjualnya ke perusahaan anjak piutang atau bank.

#1: Menjaminkan Piutang (Pledging)


Pledging adalah pemanfaatan piutang usaha untuk memperoleh pendanaan jangka pendek
dengan menjaminkan (pledging) piutang tersebut kepada kreditur.
Untuk itu dibuat perjanjian antara kreditur dan debitur yang merinci transaksi kredit tersebut.

Jumlah kredit dinyatakan dalam persentase dari piutang yang dijaminkan.

Umumnya debitur membayar processing fee yang dimaksudkan sebagai biaya untuk me-review
dan menganalisis piutang yang dijaminkan.
Bila perjanjian kredit meng-cover seluruh piutang, maka kreditur tidak mempunyai kendali atas
kualitas piutang yang dijaminkan.
Sebagai alternatifnya, kreditur akan meminta hanya sebagian piutang yang memang dinilai aman
sebagai jaminan kredit yang akan diberikan.

Demikian kreditur hanya bersedia memberikan kredit sebesar 60-70 persen dari total piutang.
Tapi bersedia memberikan 85-90 persen dari selected piutang yang dinilai cukup aman.
Biaya kredit dengan jaminan piutang akan tergantung pada processing fee dan tingkat bunga
yang dibebankan ke debitur.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini:

PT Bening Jaya Beton mempunyai penjualan kredit setiap hari rata-rata Rp 20 juta, dan periode
pengumpulan piutang mencapai 60 hari. Dengan demikian maka rata-rata piutang dagang
mencapai Rp 1.200 juta. Semua piutang dijaminkan ke bank, yang akan memberikan kredit
sebesar 75% dari rata-rata piutang.

Dengan tingkat suku bunga 2,5% di atas prime lending rate yang sebesar 16,50%.

Kredit yang akan diberikan berjumlah Rp 900 juta (yaitu 0,75 X Rp 1.200 juta) selama 60 hari.
Di samping itu debitur dibebani 0,75% processing fee untuk piutang yang dijaminkan.
Maka perhitungan biaya kredit tersebut adalah sebagai berikut:
#1: Menentukan bunga yang dibayar dan biaya lain:

Processing fee:
= (0,75%)x (Rp 20 juta) x(60 hari)
= Rp 9,00 juta

Bunga:

Note :; Tingkat suku bunga 2.5% diatas prime rate 16.5% berarti : 16.5%+2.5% =19%

Kalo suku bunganya 2.5% di bawah prime rate 16.5% berarti = 16.5%-2.5%= 14%

“PRIME LENDING RATE/ PRIME RATE adalah : suku bunga dasar paling rendah
kredit , dimana bank belum menghitung premi resiko dari kredit tersebut

Maka tingkat suku bunga yang diperoleh :

= (19%)x (Rp 900 juta)x (60 /365)


= Rp 28,11 juta

Total biaya:

= Rp 9 juta + Rp 28,11 juta


= Rp 37,11 juta
#2: Biaya kredit (dinyatakan dalam tahunan) sebelum pajak:

= [1 + (37,11 : 900)]365/60 – 1
= 27,86%
Processing fee meningkatkan biaya kredit cukup besar dari bunga yang harus dibayar, yaitu dari
19,00% menjadi 27,86%.

#2: Menjual Piutang (Factoring)

Factoring adalah jenis sumber pendanaan jangka pendek perusahaan dengan cara menjual
piutang dagang mereka.
Piutang dijual kepada perusahaan anjak piutang atau bank yang akan mengambl alih risiko
penagihan piutang tersebut, seandainya ada piutang yang tidak tertagih.

Factoring dilakukan dengan 2 cara, yaitu:


Cara #1: Maturity factoring
Jenis factoring di mana perusahaan anjak piutang membeli semua piutang perusahaan.
Dan setiap bulan membayar ke perusahaan sebanyak piutang yang jatuh tempo.

Perusahaan yang memilih jenis ini, umumnya ingin menghindari analisis kredit dan biaya
pengumpulan piutang, dan secara reguler menerima sejumlah kas.

Proses maturity factoring dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar: Proses maturity factoring


Untuk meng-ilustrasikan tipe factoring ini perhatikan contoh berikut:

PT Paramita ingin menghindari segala kesulitan proses pengumpulan piutang. Untuk itu semua
piutangnya dijual (factoring). Pada akhir bulan perusahaan anjak piutang menyediakan dana
sebanyak piutang yang jatuh tempo ada bulan tersebut. Bila rata-rata setiap bulan tersebut
terdapat piutang yang jatuh tempo sebanyak Rp 500 juta.

Dan komisi factoring adalah sebesar 1,5% per bulan.

Maka PT Paramita membayar sejumlah:

= 0,015 X Rp 500 juta


= Rp 7,5 juta

Atau sebesar:

= 12 X Rp 7,5 juta
= Rp 90 juta/th

Untuk biaya tersebut perusahaan anjak piutang mengambil alih kegiatan administrasi dan
penagihan piutang. Bila hal ini memungkinkan PT Paramita mengurangi biaya sebesar Rp 2,5
juta per bulan.

Maka biaya yang ditanggung hanyalah= Rp7.500.000- Rp 2.500.000= Rp 5 juta /bulan.

Tingkat bunga tahunan yang ditanggung PT Paramita adalah:

= [1 + (5/500)]12/1 – 1
= 12,68%

Cara #2: Advance factoring.

D: Pendanaan Jangka Pendek dengan Memanfaatkan


Persediaan

Persediaan adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh pembiayaan
jangka pendek.

Ffasilitas pendanaan jangka pendek yang diperoleh tergantung pada nilai dan cepat tidaknya
persediaan tersebut rusak.

Bahan-bahan mentah, seperti gandum, kayu, minyak, bahan-bahan kimia adalah jenis persediaan
yang dapat memperoleh nilai tinggi karena mudah untuk dijual kembali.
Sebaliknya, barang-barang dalam proses adalah jenis persediaan yang sulit untuk dijadikan
agunan karena sulit untuk dijual.

Ada beberapa cara untuk menggunakan persediaan sebagai agunan untuk memperoleh secured
loans.
Cara-cara tersebut adalah:

 floating atau blanket lien,


 chattel mortgage,
 filed warehouse receipt, dan
 terminal warehouse receipt.

Mari dibahas masing-masing cara pembiayaan jangka pendek tersebut…

#1: Floating (Blanket Lien)


Cara ini dilakukan di mana debitur memberikan hak (legal right) kepada kreditur atas barang-
barang (persediaan) yang dijadikan agunan.
Cara ini adalah cara yang paling SEDERHANA tapi paling tidak aman bagi kreditur.

Debitur (yaitu perusahaan yang pinjam) tetap mempunyai kontrol sepenuhnya atas persediaan
tersebut. Ia bisa menjual dan mengganti persediaan tersebut sesuai dengan keinginannya.

Karena ketiadaan kendali atas persediaan inilah yang membuat kreditur merasa bahwa risiko
yang dtanggungnya cukup tinggi.Dengan demikian maka umumnya kredit yang diberikan
hanyalah persentase yang cukup kecil bila dibandingkan dengan nilai persediaan yang
dijaminkan.

Jaminan yang dipergunakan umumnya juga menyangkut bukan hanya persediaan saat ini tapi
juga persediaan di masa yang akan datang.

#2: Chattel Mortgage Agreement


Untuk meningkatkan kendali atas persediaan tersebut, kreditur bisa melakukan identifikasi atas
barang-barang tertentu (misalnya dengan nomor identifikasi).

Apabila cara ini digunakan, diperlakukan chattel mortgage agreement.


Debitur tetap mengelola persediaan tersebut, tapi baru bisa menjualnya dengan persetujuan
kreditur. Cara ini cukup mahal pengaturannya karena diperlukan identifikasi terhadap barang-
barang tertentu.
Karena itu umumny hanya dilakukan untuk barang-barang seperti alat-alat mesin (machine tools)
atau barang-barang modal.

#3: Field Warehouse Financing Agreement


Kendali yang lebih baik atas barang-barang yang dijadikan sebagai agunan dapat makin
ditingkatkan bila digunakan field warehouse agreement.
Dengan cara ini persediaan yang dijadikan agunan akan dipisahkan dari persediaan lain.

Dan dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan perusahaan pengelola pergudangan.

Pemisahan tersebut tidaklah berarti bahwa persediaan yang dijadikan agunan harus ditaruh
digudang milik perusahaan pengelola. Barang-barang tersebut tetap di gudang debitur, tetapi
pengelolaan persediaan tersebut yang dilakukan oleh pihak ketiga.

Cara ini terutama bermanfaat untuk persediaan dalam bentuk curah (bulky), seperti minyak
tanah. Bila minyak tersebut akan digunakan sebagai agunan dengan perjanjian ini.
Maka minyak tersebut akan ditaruh di tanki atau kapal tanker yang terpisah, sehingga mudah
untuk memonitornya.

Dengan cara ini debitur tidak diizinkan untuk menjual atau menggunakan persediaan tersebut
tanpa persetujuan kreditur.

Perusahaan pengelola gudang tersebut akan menerima fee dari kegiatan tersebut. Biaya untuk
cara ini umumnya cukup mahal karena fee tersebut ditanggung oleh debitur.

Perhatikan contoh perhitungan pembiayaan jangka pendek berikut ini:

Misalkan PT Lemon Jaya akan menggunakan field warehouse agreement.


pembiayaan jangka pendek atau kredit yang diinginkan adalah untuk 90 hari. Dengan nilai
persediaan sebesar Rp 1.000 juta, dan bank akan memberikan kredit sebesar 70% dari nilai
persediaan tersebut.

Dengan demikian maka jumlah pembiayaan jangka pendek yang diperoleh adalah Rp 700 juta
(yaitu 0,70 X Rp 1.000 juta).

Jika diketahui ; Field warehouse fee sebesar Rp 110.000 per hari, dan tingkat bunga adalah 17%
per tahun.
#1: Menentukan bunga yang dibayar dan biaya lain:

Field warehouse fee: (Rp 110.000) (90 hari) = Rp 9,90 juta


Bunga : (0,17)x (Rp 700 juta) / (90:365) = Rp 29.34 juta
Total Biaya Rp 39.24 juta

#2: Biaya pembiayaan jangka pendek (dinyatakan dalam tahunan) sebelum pajak:

= [(1 + (39,24 / 700)]365/90 – 1


= 24,75%

#4: Terminal Warehouse Agreement


Perbedaaan cara ini dengan cara di atas adalah bahwa gudang yang digunakan adalag gudang
publik, artinya bukan milik debitur.

Dengan demikian maka barang-barang yang dijaminkan dikirim ke gudang publik tersebut.

Dan kemudiaan dikelola oleh pihak ketiga.

Biayanya akan lebih mahal dari cara di atas, karena diperlukan biaya transportasi ke gudang
publik tersebut.

***

Anda mungkin juga menyukai