Anda di halaman 1dari 9

MANFAAT METODE DIRECT COSTING (VARIABLE COSTING)

Dengan menyajikan informasi biaya yang dikelompokkan sesuai dengan


tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan perusahaan,
laporan keuangan yang disusun berdasar metode variable costing bermanfaat
untuk : (1) perencanaan laba, (2) pengawasan dan (3) pembuatan keputusan.

MANFAAT METODE VARIABLE COSTING DI DALAM PERENCANAAN


LABA
1. Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai
contribution margin yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya
variabel. Bila contribution margin dihitung dalam bentuk persentase dari hasil
penjualan, maka angka ini disebut dengan contribution margin ratio atau
marginal-income ratio. Contribution-margin ratio ini merupakan hal yang
penting di dalam variable costing karena angka tersebut menunjukIrlan
jumlah rupiah yang diperoleh dari hasil penjualan untuk menutup biaya tetap
dan laba yang dikehendaki. Manfaat angka contribution margin dan
contribution margin ratio adalah sebagai berikut :1
a. Seringkali contribution-margin ratio dapat membantu menejemen di dalam
pengambilan keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk
mana yang dikurangi produksinya atau tetap diproduksi hanya karena
penjualannya bermanfaat bagi produk-produk lain.
b. Contribution margin merupakan data penting untuk membantu menejemen
di dalam, menga-mbil keputusan. apabila suatu product line harus
dihentikan produksinya. Dalam angka pendek, apabila hasil penjualan
suatu produk melebihi biaya variabelnya, maka produk tersebut

1
Horngren, Charles T., Cost Accounting, A Managerial Emphasis, Prentice/Hall Internantional, Inch.,
Edisi 3, p 310.
memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba secara keseluruhan.
Informasi ini dapat disediakan segera dengan pendekatan kontribusi
(contribution approach). Dalam metode full costing, informasi yang
relevan tersebut tidak hanya sulit untuk dikumpulkan, tetapi juga
berbahaya bagi menejemen apabila meletakkan kepercayaan pada data
harga pokok produk per satuan yang berisi elerren biaya overhead pabrik
tetap.
c. Contribution margin dapat digunakan untuk menilai berbagai macam
alternatip yang timbul dalam hubungannya dengan penurunan harga jual,
potongan khusus, kampanye adpertensi khusus dan penggunaan premi
untuk meningkatkan volume penjualan. Pengambilan keputusan dalam hal
ini kenvataannya ditentukan dengan cara membandingkan tambahan biaya
dengan tambahan hash penjualan di mesa yang akan datang. Biasanya,
semakin tinggi contribution margin ratio, semakin besar kesempatan untuk
mengadakan promosi penjualan dan sebaliknya semakin rendah ratio
tersebut, semakin besar jumlah volume produk yang perlu dijual untuk
menutup tambahan promosi penjualan tersebut.
d. Apabila telah ditentukan laba yang dikehendaki, maka dapat tidaknya laba
tersebut dicapai dapat segera dinilai dengan menghitung jumlah kuantitas
produk yang harus dijual untuk menghasilkan laba tersebut. Perhitungan
tersebut dapat dengan mudah dibuat dengan cara membagi jumlah biaya
tetap ditambah dengan laba yang dikehendaki tersebut dengan contribution
margin per satuan produk.
e. Seringkali pengambilan keputusan dilakukan untuk mengetahui bagaimana
menggunakan sumber-sumber yang ada (seperti mesin dan bahan baku)
dalam usaha yang paling menguntungkan. Pendekatan kontribusi
memberikan data untuk pembuatan keputusan secara tetap karena suatu
usaha yang paling menguntungkan ditentukan oleh produk yang
menghasilkan kontribusi paling besar dalam usaha memperoleh laba
perusahaan secara keseluruhan.
f. Pendekatan Kontribusi sangat membantu bilamana harga jual ditetapkan
secara tegas dalam industri, karena masalah pokok yang dihadapi masing
masing perusahaan dalam industri tersebut adalah seberapa besar biaya
variabel dapat diperhitungkan (suatu masalah yang sangat dipengaruhi
oleh desain produk) dan seberapa besar volume dapat dicapai.
g. Memang akhirrya permintaan konsumenlah yang menentukan harga jual.
Tetapi harga jual minimum dalam jangka pendek kadang-kadang
ditentukan oleh biaya produksi dan biaya penjualan variabel.
2. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel di dalam metode
variable costing, maka hal ini memungkinkan untuk menghubungan antara
biaya, volume dan laba. Berdasarkan informasi variable costing ini semua
masalah perencanaan laba dapat dengan mudah diselesaikan. Manfaat metode
variable costing dalam analisa biaya, volume dan laba akan dibahas secara
mendalam dalam bab IV - Perencanaan Laba dengan Analisa Impas dan
Analisa Hubungan Biaya Volume dan Laba.
Contoh:
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp 4.000,-- ................................. Rp. 8.000.000,-- Biaya-
biaya Variabel
Harga pokok penjualan
2.000 x Rp 2.500,-- ................................................... Rp. 5.000.000,-- Kornisi
penjualan
2.000 x Rp 250,-- ...................................................... Rp. 500.000,- 5.500.000,-
Contribution margin ...................................................................... Rp. 2.500.000,-

Biaya-biaya Tetap
Sewa toko ................................................................. Rp. 720.000,- Gaii penjaga
toko ...................................................... 200.000,- Biaya
advertensi ....................................................... 100.000,- Piaya tetap yang
lain ................................................. 50.000,- Rp. 1.070.000,-
Laba bersih ................................................................................... Rp. 1.430.000,-

a) Dalam tahun 19B, direksi mempunyai rencana akan menaikkan harga rata
rata setiap pasang sepatu sebesar 25%, sedangkan komisi penjualan akan
dihapuskan dan diganti dengan penambahan gaji penjaga toko per bulan
sebesar Rp 200.000,-- per bulan.
b) Apabila dal tahun 19B diharapkan biaya tetapnya same dengan tahun 19A,
sedangkan direksi menghendaki laba bersih sebesar Rp 2.000.000,-- berapakah
jumlah pasang sepatu yang harus dijual dalam tahun 19B?. Kedua macam
alternatip tersebut dapat dievaluasi dengan mudah atas dasar informasi yang
dihasilkan oleh variable costing.
a) Rencana direksi dalam hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap laba
bersih tahun 19B, sebagai berikut :
Hasil penjualan 2.000 x Rp 5.000,-............................................. Rp 10.000.000,-- Biaya
variabel :
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp 2.500,-- .................................... Rp 5.000.000,-
Komisi penjualan ................................................. - 5.000.000,- Contribusi
margin ...................................................................... Rp 5.000.000,-- Biaya Tetap :
Sewa pokok......................................................... Rp 720.000,--
Gaji penjaga toko ................................................ 400.000,-
Biaya advertensi .................................................. 100.000,-
Biaya tetao yang lain ........................................... 50.000,-
1.270.000,--
Laba bersih .......................................................... Rp 3.730.000,--

b) jumlah hasil penjualan yang diharapkan dalarn tahun 19B untuk


memperoleh laba sebesar Rp 2.000.000,-- adalah :

= Rp 9.824.000,--
Jadi apabila harga per pasang sepatu dalam tahun 19B sebesar Rp 4.000,--
maka dalsm tahun 19B harus dapat menjual 2.456 pa-sang sepatu (Rp
9.824.000,– : Rp 4.000,–) untuk mendapat laba sebesar Rp 2.000.000,--.
MANFAAT METODE DIRECT COSTING DI DALAM PENGAWASAN
BIAYA
1. Variable costing cenderung untuk mengawasi period costs dengan cara yang
lebih baik daripada full costing. Di dalam full costing biaya overhead pabrik
tetap diperhitungkan dalam tarip biaya overhead pabrik dan dibebankan
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu ada kemungkinan menejemen
kehilangan perhatian terhadap period costs tertentu yang dapat diawasi. Di
dalam direct costing, period cost dikumpulkan dan disajikan secara terpisah di
dalam laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap contribution margin.
Period costs diharapkan tidak akan berubah di dalam jangka pendek. Period
costs mungkin terdiri dari biaya-biaya yang dianggarkan terlebih dahulu,
seperti biaya advertensi, riset dan pengembangan dan oleh karena itu dapat
diawasi oleh menejemen.
2. Variable Costing bermanfaat untuk mengawasi dan menilai pelaksanaan
tindakan bagian-bagian yang ada dalarn perusahaan.

MANFAAT METODE VARIABLE COSTING DI DALAM PEMBUATAN


KEPUTUSAN

1. Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan


keputusan jangka pendek. Di dalam pembuatan keputusan jangka pendek,
period costs tidak relevan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk
penentuan harga jual jangka pendek. Full costing menekankan laba jangka
panjang (accounting profit) dan bukan laba tunai yang lebih relevan dalam
penentuan harga jual jangka pendek.
Contoh
PT Eliona memproduksi dan menjual produk A. Biaya per satuan produk A
adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku ............................................... Rp 100,--
Biaya tenaga kerja variabel ................................. 200,--
Biaya overhead pabrik variabel ........................... 300,--
Biaya pemasaran & administrasi variabel ........... 250,--
Jurnlah biaya variabel ........................................ Rp 850,--
Biaya tetap ........................................................... 150,--
Harga pokok produk A per satuan ...................... Rp 1.000,--

PT Eliona menerima pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A di luar


penjualan rutin. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp 900,-- per
satuan. Apabila pabrik masih inempunyai kapasitas yang belum dipakai,
maka menurut metode variable costing pesanan tersebut akan diterima,
meskipun harganya lebih rendah dari harga pokok total.
Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costirg
dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of
cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual liarus dapat menutup
total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable
costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan contribution margin
guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak
menghasilkan contribution margin sama sekali.
Apabila pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A tersebut diterima,
menurut metode variable costing perusahaan akan memperoleh tambahan
contribution margin sebesar 1.000 (Rp 900,-- -- Rp 850,—) = Rp 50.000,--.
Jika biaya tetap diharapkan konstan, berarti tambahan contribution margin
akan rnenaikkan laba bersih.
2. Data variable costing sangat berguna di dalam pengambilan keputusan
investasi (capital investment decision) dan pengambilan keputusan membeli
atau membuat sendiri (make or buy decision).
Berikut ini akan diberikan contoh penggunaan data direct costing untuk
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri, sedangkan penggunaan
data direct costing untuk pengambilan keputusan investasi akan diuraikan secara
mendalam di bab 10 — Peranan Biaya dalam Pengambilan Keputusan Penanaman
Modal.
Membeli atau Tetap Membuat Sendiri. Di dalam bab 2 telah diuraikan
contoh pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri pada waktu
pembahasan biaya tambahan (incremental cost). Dalam contoh tersebut
uraian ditujukan untuk menggambaxkan relevansi biaya terhindarkan
(avoidable cost) di dalarn pengambilan keputusan. Dalam contoh berikut
ini uraian lebih ditekankan pada peranan pemisahan biaya produksi ke
dalam, biaya tetap dan variabel (metode variable costing) di dalam
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
PT Rimendi selama ini memproduksi suku cadang nomor 4965 yang
merupakan salah satu suku cadang produk rakitannya. Biaya standar per satuan
suku cadang tersebut adalah seperti berikut ini :
Biaya bahan baku ................................................ Rp. 320,-
Diava tenaga kerja ............................................... 240,-
Biaya overhead pabrik variabel ........................... 110,-
Biaya overhead pabrik tetap ................................ 140,-
Jumlah .................................................................. Rp 810,-

Rata-rata pemakaian suku cadang tersebut per bulan sebanyak 60.000


satuan. Dalam suatu rapat penyusunan anggaran, Bagian Pembelian mengajukan
usul agar perusahaan membeli saja suku cadang tersebut dari leveransir untuk
kepentingan penghematan biaya. Bagian Pembelian menyatakan pada jumlah
pembelian sebanyak rata-rata kebutuhan selama sebulan ia dapat membeli dengan
harga Rp 700,— persatuan. Jika suku cadang tersebut dibeli dari leveransir, tidak
diperlukan peralatan tambahan tetapi hanya akan menaikkan biaya administrasi
sebesar Rp 100.000,-- per bulan clan tambahan biaya penggudangan Rp 25,-- per
satuan. Fasilitas produksi yang semula untuk memproduksi suku cadang tersebut
masih dapat digunakan i-ntuk memproduksi suku cadang yang lain. Kepala
Bagian Produksi melaporkan bahwa jika produksi suku cadang tersebut dihentikan
tidak akan berakibat pada biaya overhead pabrik tetap.
Secara sepintas nampak seolah-olah dengan membeli suku cadang tersebut
dari leveransir akan. menimbulkan penghematan biaya sebesar Rp 85,-- per satuan
(Rp 810,-- — Rp 725,--) atau sebesar Rp 5.000.000,-per bulan (60.000 units x (Rp
85,)— Rp 100.000,--). Tetapi sesungguhnya dalarn peristiwa ini tidak ada
penghematan biaya. Sebagian dari biaya standar sebesar Rp 180,-- per satuan
tersebut merupakan biaya overhead pabrik yang bersifat tetap. Dengan
menghentikan produksi suku cadang tersebut, tidak akan mempunyai pengaruh
terhadap biaya overhead pabrik tetap tersebut. Jadi di dalam pengambilan
keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang tersebut, biaya overhead
pabrik tetap tersebut merupakan biaya tak relevan. Hanya biaya-biaya variabel
saja, yaitu biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik variabel,
yang relevan dalam keputusan ini. Sehingga pengambilan keputusan membeli atau
membuat sendiri suku cadang nomor 4965 sebaiknya didasarkan pada analisa
berikut ini :

Jika membeli :
Jumlah uang yang dikeluarkan per bulan untuk
pembelian suku cadang = 60.000 x Rp 700,--.................................. Rp 42.000.000,--
Tambahan biaya pergudangan 60.000 x Rp 25, ............................. 1.500.000,-- Tambahan
biaya administrasi per bulan........................................... 100.000,-- Jumlah pengeluaran uang
per bulan jika alternatip
membeli dipilih ............................................................................... Rp 43.600.000 Jika
tetap memproduksi sendiri
Biaya produksi variabel per bulan yang dapat dihindari
(320 + 240 + 110) x 60,0001 ........................................................... 40.200.000,- Biaya
tambahan per bulan (incremental cost) jika
alternatip membeli dipilih (sebelum pajak penghasilan)Rp. ............ . 3.400.000,-- Pajak
penghasilan (penghematan pajak)
40% x Rp 3.400 000........................................................................ 1.360.000,-- Biaya
tambahan setelah pajak perseroan per bulan
jika alternatip membeli suku cadang nomor 4965
dipilih .............................................................................................. Rp 2.040.000,- Dari
perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa alternatip tetap
memproduksi sendiri suku cadang tersebut yang seharusnya dipilih, karena
alternatip membeli dari leveransir akan menimbulkan biava tambahan setelah
pajak perseroan per bulan sebesar Rp 2.040.000,--. Dalam perhitungan tersebut
telah dipertimbangkan pajak perseroan sebagai pengurang terhadap biaya
tambahan. Pajak perseroan dikenakan atas laba perusahaan. Jika alternatip
membeli dari leveransir dipilih, terjadi biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000,-- per
bulan, atau terjadi penurunan laba sebesar Rp 3.400.000,–, sehingga alternatip
tersebut akan menimbulkan penghematan pajak (tax saving) sebesar Rp
1.360.000,-- (40 % x Rp 3.400.000,–) dengan demikian dalam pengambilan
keputusan ini, adanya penghematan pajak sebesar Rp 1.360.000,– harus
dikurangkan dari biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000,– per bulan.
KELEMAHAN METODE VARIABEL COSTING

Setelah diuraikan kebaikan-kebaikan variable costing berikut ini akan


diuraikan kelemahan-kelemahan metode variable costing.
1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau
benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai biaya variabel apabila
asumsi berikut ini dipenuhi.
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah. Misalkan solar untuk
diesel listrik konsumainya tergantung pada kegiatan pabrik. Biaya
solar adalah biaya variabel dengan asumsi harga belinya tidak
berubah, karena apabila berubah harganya, maka biaya bahan bakar
tersebut tidak lagi berubah sebanding dengan perubahan kegiatan
produksi.
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji
menejer produksi, nernasaran dan keuangan serta pembukuan.
b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang tetap konstan, misalnya biaya
depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang. Tetapi
dalam jangka panjang semua biaya adalah bersifat variabel. 2. Metode variable
costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga
laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat urnurn harus
dibuat atas dasar full costing. Menurut pendukung full costing, adalah tidak
wajar apabila biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga
pokok persediaan dan harga pokok penjualan. Biaya overhead pabrik, seperti
halnya dengan biava overhead pabrik variabel, diperlukan untuk memproduksi
dan oleh karena itu harus dibebankan sebagai biava produksi.
Di dalam variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang
bersifat musiman, variable costing akan menyajikan kerugian yang
berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode
lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Misalkan perusahaan jas
hujan yang menjual produknya dalam beberapa bulan menjelang atau
selama musim hujan. Untuk satu atau dua bulan menjelang atau selama
musim hujan laporan rugi-laba metode variable costing akan menunjukkan
laba sedangkan untuk bulan-bulan lain akan menunjukkan kerugian,
karena tidak ada biaya tetap yang ditunda pernbebanannya sebagai harga
pokok persediaan. Dalam keadaan demikian laporan rugi-laba bulanan
yang disajikan bardasarkan variable costing diragukan apakah lebih
bermanfaat hila dibanding dengan apabila disusun atas dasar full costing.
3. Tidak diperhitungkannya biava overhead pabrik tetap dalam harga pokok
persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga
akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai