1
Horngren, Charles T., Cost Accounting, A Managerial Emphasis, Prentice/Hall Internantional, Inch.,
Edisi 3, p 310.
memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba secara keseluruhan.
Informasi ini dapat disediakan segera dengan pendekatan kontribusi
(contribution approach). Dalam metode full costing, informasi yang
relevan tersebut tidak hanya sulit untuk dikumpulkan, tetapi juga
berbahaya bagi menejemen apabila meletakkan kepercayaan pada data
harga pokok produk per satuan yang berisi elerren biaya overhead pabrik
tetap.
c. Contribution margin dapat digunakan untuk menilai berbagai macam
alternatip yang timbul dalam hubungannya dengan penurunan harga jual,
potongan khusus, kampanye adpertensi khusus dan penggunaan premi
untuk meningkatkan volume penjualan. Pengambilan keputusan dalam hal
ini kenvataannya ditentukan dengan cara membandingkan tambahan biaya
dengan tambahan hash penjualan di mesa yang akan datang. Biasanya,
semakin tinggi contribution margin ratio, semakin besar kesempatan untuk
mengadakan promosi penjualan dan sebaliknya semakin rendah ratio
tersebut, semakin besar jumlah volume produk yang perlu dijual untuk
menutup tambahan promosi penjualan tersebut.
d. Apabila telah ditentukan laba yang dikehendaki, maka dapat tidaknya laba
tersebut dicapai dapat segera dinilai dengan menghitung jumlah kuantitas
produk yang harus dijual untuk menghasilkan laba tersebut. Perhitungan
tersebut dapat dengan mudah dibuat dengan cara membagi jumlah biaya
tetap ditambah dengan laba yang dikehendaki tersebut dengan contribution
margin per satuan produk.
e. Seringkali pengambilan keputusan dilakukan untuk mengetahui bagaimana
menggunakan sumber-sumber yang ada (seperti mesin dan bahan baku)
dalam usaha yang paling menguntungkan. Pendekatan kontribusi
memberikan data untuk pembuatan keputusan secara tetap karena suatu
usaha yang paling menguntungkan ditentukan oleh produk yang
menghasilkan kontribusi paling besar dalam usaha memperoleh laba
perusahaan secara keseluruhan.
f. Pendekatan Kontribusi sangat membantu bilamana harga jual ditetapkan
secara tegas dalam industri, karena masalah pokok yang dihadapi masing
masing perusahaan dalam industri tersebut adalah seberapa besar biaya
variabel dapat diperhitungkan (suatu masalah yang sangat dipengaruhi
oleh desain produk) dan seberapa besar volume dapat dicapai.
g. Memang akhirrya permintaan konsumenlah yang menentukan harga jual.
Tetapi harga jual minimum dalam jangka pendek kadang-kadang
ditentukan oleh biaya produksi dan biaya penjualan variabel.
2. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel di dalam metode
variable costing, maka hal ini memungkinkan untuk menghubungan antara
biaya, volume dan laba. Berdasarkan informasi variable costing ini semua
masalah perencanaan laba dapat dengan mudah diselesaikan. Manfaat metode
variable costing dalam analisa biaya, volume dan laba akan dibahas secara
mendalam dalam bab IV - Perencanaan Laba dengan Analisa Impas dan
Analisa Hubungan Biaya Volume dan Laba.
Contoh:
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp 4.000,-- ................................. Rp. 8.000.000,-- Biaya-
biaya Variabel
Harga pokok penjualan
2.000 x Rp 2.500,-- ................................................... Rp. 5.000.000,-- Kornisi
penjualan
2.000 x Rp 250,-- ...................................................... Rp. 500.000,- 5.500.000,-
Contribution margin ...................................................................... Rp. 2.500.000,-
Biaya-biaya Tetap
Sewa toko ................................................................. Rp. 720.000,- Gaii penjaga
toko ...................................................... 200.000,- Biaya
advertensi ....................................................... 100.000,- Piaya tetap yang
lain ................................................. 50.000,- Rp. 1.070.000,-
Laba bersih ................................................................................... Rp. 1.430.000,-
a) Dalam tahun 19B, direksi mempunyai rencana akan menaikkan harga rata
rata setiap pasang sepatu sebesar 25%, sedangkan komisi penjualan akan
dihapuskan dan diganti dengan penambahan gaji penjaga toko per bulan
sebesar Rp 200.000,-- per bulan.
b) Apabila dal tahun 19B diharapkan biaya tetapnya same dengan tahun 19A,
sedangkan direksi menghendaki laba bersih sebesar Rp 2.000.000,-- berapakah
jumlah pasang sepatu yang harus dijual dalam tahun 19B?. Kedua macam
alternatip tersebut dapat dievaluasi dengan mudah atas dasar informasi yang
dihasilkan oleh variable costing.
a) Rencana direksi dalam hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap laba
bersih tahun 19B, sebagai berikut :
Hasil penjualan 2.000 x Rp 5.000,-............................................. Rp 10.000.000,-- Biaya
variabel :
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp 2.500,-- .................................... Rp 5.000.000,-
Komisi penjualan ................................................. - 5.000.000,- Contribusi
margin ...................................................................... Rp 5.000.000,-- Biaya Tetap :
Sewa pokok......................................................... Rp 720.000,--
Gaji penjaga toko ................................................ 400.000,-
Biaya advertensi .................................................. 100.000,-
Biaya tetao yang lain ........................................... 50.000,-
1.270.000,--
Laba bersih .......................................................... Rp 3.730.000,--
= Rp 9.824.000,--
Jadi apabila harga per pasang sepatu dalam tahun 19B sebesar Rp 4.000,--
maka dalsm tahun 19B harus dapat menjual 2.456 pa-sang sepatu (Rp
9.824.000,– : Rp 4.000,–) untuk mendapat laba sebesar Rp 2.000.000,--.
MANFAAT METODE DIRECT COSTING DI DALAM PENGAWASAN
BIAYA
1. Variable costing cenderung untuk mengawasi period costs dengan cara yang
lebih baik daripada full costing. Di dalam full costing biaya overhead pabrik
tetap diperhitungkan dalam tarip biaya overhead pabrik dan dibebankan
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu ada kemungkinan menejemen
kehilangan perhatian terhadap period costs tertentu yang dapat diawasi. Di
dalam direct costing, period cost dikumpulkan dan disajikan secara terpisah di
dalam laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap contribution margin.
Period costs diharapkan tidak akan berubah di dalam jangka pendek. Period
costs mungkin terdiri dari biaya-biaya yang dianggarkan terlebih dahulu,
seperti biaya advertensi, riset dan pengembangan dan oleh karena itu dapat
diawasi oleh menejemen.
2. Variable Costing bermanfaat untuk mengawasi dan menilai pelaksanaan
tindakan bagian-bagian yang ada dalarn perusahaan.
Jika membeli :
Jumlah uang yang dikeluarkan per bulan untuk
pembelian suku cadang = 60.000 x Rp 700,--.................................. Rp 42.000.000,--
Tambahan biaya pergudangan 60.000 x Rp 25, ............................. 1.500.000,-- Tambahan
biaya administrasi per bulan........................................... 100.000,-- Jumlah pengeluaran uang
per bulan jika alternatip
membeli dipilih ............................................................................... Rp 43.600.000 Jika
tetap memproduksi sendiri
Biaya produksi variabel per bulan yang dapat dihindari
(320 + 240 + 110) x 60,0001 ........................................................... 40.200.000,- Biaya
tambahan per bulan (incremental cost) jika
alternatip membeli dipilih (sebelum pajak penghasilan)Rp. ............ . 3.400.000,-- Pajak
penghasilan (penghematan pajak)
40% x Rp 3.400 000........................................................................ 1.360.000,-- Biaya
tambahan setelah pajak perseroan per bulan
jika alternatip membeli suku cadang nomor 4965
dipilih .............................................................................................. Rp 2.040.000,- Dari
perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa alternatip tetap
memproduksi sendiri suku cadang tersebut yang seharusnya dipilih, karena
alternatip membeli dari leveransir akan menimbulkan biava tambahan setelah
pajak perseroan per bulan sebesar Rp 2.040.000,--. Dalam perhitungan tersebut
telah dipertimbangkan pajak perseroan sebagai pengurang terhadap biaya
tambahan. Pajak perseroan dikenakan atas laba perusahaan. Jika alternatip
membeli dari leveransir dipilih, terjadi biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000,-- per
bulan, atau terjadi penurunan laba sebesar Rp 3.400.000,–, sehingga alternatip
tersebut akan menimbulkan penghematan pajak (tax saving) sebesar Rp
1.360.000,-- (40 % x Rp 3.400.000,–) dengan demikian dalam pengambilan
keputusan ini, adanya penghematan pajak sebesar Rp 1.360.000,– harus
dikurangkan dari biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000,– per bulan.
KELEMAHAN METODE VARIABEL COSTING