MAKALAH
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “pentingnya memahami perkembangan dan cara
belajar peserta didik khususnya di SD”. Makalah ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya kerjasama antara para pihak yang terlibat. Penyusun sangat
berterima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Proses Perkembangan Anak.........................................................................2
2.2 Cara Belajar Anak Sekolah Dasar..............................................................14
2.3 Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik..................................................17
2.4 Cara Mengatasi Gangguan Kesulitan Belajar............................................18
2.5 Contoh-Contoh Perilaku Anak SD Yang Dapat Menyebabkan Masalah
Dalam Perkembangan Belajar....................................................................24
BAB III PENUTUP................................................................................................29
3.1 Kesimpulan.................................................................................................29
3.2 Saran..........................................................................................................29
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya
banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya
proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur
pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama
memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak
tersebut.
Guru terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual
tentang perkembangan dan cara belajar anak di SD. Pemahaman konseptual
tersebut meliputi gambaran tentang siapa anak SD, bagaimana mereka
berkembang dan bagaimana cara belajar mereka.
Dengan bekal pemahaman konseptual tersebut, guru diharapkan dapat
mengimplementasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah proses perkembangan anak?
2. Bagaimanakah cara belajar anak SD?
3. Bagaimanakah cara guru membelajarkan peserta didik?
4. Bagaimanakah cara mengatasi gangguan kesulitan belajar?
5. Bagaimanakah contoh-contoh perilaku anak SD yang dapat menyebabkan
masalah dalam perkembangan belajar?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan anak
2. Untuk mengetahui bagaimana cara belajar anak SD
3. Untuk mengetahui bagaimana cara guru membelajarkan peserta didik
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan kesulitan belajar
5. Untuk mengetahui bagaimana contoh-contoh perilaku anak SD yang dapat
menyebabkan masalah dalam perkembangan belajar
BAB II
PEMBAHASAN
4) Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak,
terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras
menompang berat badan.
5) Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia
SD/MI menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku
anak.
2. Perkembangan Intelek
Perkembangan Intelek sangat erat dengan perkembangan kognitif.
Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk
mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran,
simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif
merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.
Menurut Teori Piaget(dalam Siti Rahayu haditono:2006:218) perkembangan
kognitif dibedakan menjadi 4 yaitu :
1) Stadium sensori-motorik (0-18 bulan atau 24 bulan)
Selama stadium sensori motoris anak berkembang suatu proses desentrasi,
artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua
entitas yang berbeda.
4. Perkembangan Minat
a. Pengertian Minat
Meichati(dalamhttp://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkemban
gan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/) mengartikan minat adalah perhatian yang
kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun
melakukan suatu aktivitas.
Secara operasional, Lilawati(dalam http://revyarmy.wordpress .com
/2010/04/01/perkembangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/) mengartikan
minat adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan
perasaan senang terhadap suatu kegiatan sehingga mengarahkan anak untuk
melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan sendiri.
Sinambela (dalam http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkem
bangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/ mengartikan minat adalah sikap positif
dan adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap suatu aktivitas
tertentu.
Jadi dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong
anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap
suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan
kemauannya sendiri.
Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :
1) Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat
pada manfaat dari obyek tersebut.
2) Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan
pribadi terhadap obyek tersebut.
b. Faktor yang Mempengaruhi Minat pada anak
1) Faktor personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu
(meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi).
2) Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui
pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya).
6. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung
dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak
tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup
bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu:
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima sosial.
b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
c. Perkembangan sikap sosial.
Jika peserta didik tidak mampu melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka
peserta didik tersebut berkembang menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan
anti sosial.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik
melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:
a. Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.
b. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti
peserta didik maupun orang dewasa lain.
c. Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.
d. Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.
Pengalaman sosial awal memegang peranan penting bagi perkembangan
dan perilaku sosial selanjutnya. Sebab pengalaman sosial awal cenderung
menetap. Jadi mudah atau sulitnya perkembangan sosial anak selanjutnya
tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial.
Selain itu, pengalaman sosial awal juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial
anak. Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung
lebih aktif dalam kegiatan kelompok social begitu juga sebaliknya.
Para peserta didik usia SD atau MI yang berada pada posisi anak akhir akan
mulai membentuk kelompok bermain yang selanjutnya berkembang menjadi
kelompok belajar dan melakukan aktifitas pada masa anak. Sedangkan peserta
didik kelas 5 atau 6 kadang-kadang sudah mengalami masa puber. Pada masa
ini seorang peserta didik mengalami perubahan fisik sensual yang pesat.
Sehingga seorang anak cenderung menarik diri dari kelompoknya, kurang
dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Juga terjadi
kemunduran minat untuk bermain dan melakukan aktifitas kelompok serta
cenderung bersikap antisosial.
7. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia SD
Tugas perkembangan atau development tasks menurut
Havighurst(http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkembangan-dan
cara-belajar-anak-di-sd/) adalah “tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan
oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar supaya
individu menjadi berbahagia”.
Dilihat dari karakteristik yang ada, maka untuk tugas perkembangan pada
anak usia Sekolah Dasar antara lain:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan –
permainan yang umum. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah
mempelajari keterampilan – keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk
dapat melakukan permainan.
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluq yang
sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar
mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya. Hakikat tugas
perkembangan ini adalah anak belajar memberi dan menerima dalam
kehidupan sosial antar teman sebaya, dan belajar membina persahabatan
dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat
tugas perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan
peran seksnya yaitu sebagai anak laki – laki atau anak perempuan.
e. Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar
mengembangkan tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan
berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
f. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari – hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus
mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif mengenai
permasalahan sosial di sekitar kehidupan sehari – hari.
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan
nilai. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang
bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan
sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan
anak.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga
– lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap
sosial yang demokratis dan menghargai orang lain.
i. Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak menjadi
individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua
atau orang lain.
2.2 Cara Belajar Anak Sekolah Dasar
1. Pengertian Cara Belajar Anak SD
Memahami cara belajar anak adalah kunci pokok untuk menunjang
keberhasilan anak. Sebaliknya, jika cara belajar anak tidak dipahami, maka
hasilnya akan kurang maksimal. Secara umum, cara belajar adalah bagaimana
seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat
suatu informasi.
Cara belajar anak SD dibanding orang dewasa mempunyai perbedaan yang
besar. Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya,
setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata. Schemata adalah
sistem konsep yang merupakan hasil pemahaman anak atas objek yang berada
di sekitar anak. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan
konsep yang sudah ada dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses
memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk
menafsirkan objek baru.
Kedua proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sehingga
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan
demikian anak akan dapat membangun pengetahuan melalui interaksi secara
langsung dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku
belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang
proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
2. Macam-Macam Gaya Belajar
Para ahli mengelompokkan tipe pembelajar kedalam 3 kelompok utama, yaitu:
a. Pembelajar tipe Auditori (pendengaran) atau auditory learner
Para pembelajar auditori adalah pendengar yang baik, mereka cenderung
dapat menyerap informasi lebih efisien melalui pendengaran sehingga
merupakan kelompok yang paling mengambil manfaat dari teknik mengajar
konvensional yaitu teknik ceramah. Bila diminta, pembelajar tipe ini
mudah menjelaskan secara lisan suatu ceramah/pidato yang didengarnya.
Diperkirakan di dunia, populasi orang tipe auditori mencapai 30%.
Ciri-ciri pembelajar tipe auditori antara lain:
1) Suka laporan lisan.
2) Suka berbicara.
3) Bagus dalam menjelaskan sesuatu secara lisan atau mempresentasikan
secara lisan.
4) Mudah mengingat nama orang.
5) Bagus dalam tata bahasa dan bahasa asing.
6) Membaca perlahan-lahan.
7) Mudah menirukan ucapan orang dengan baik.
8) Tidak bisa diam untuk waktu yang lama.
9) Suka bertindak dan berada di panggung.
10) Sering menjadi yang terbaik dalam kelompok belajar.
11) Suka membaca keras untuk diri sendiri.
12) Tidak takut berbicara di dalam kelas.
Kelemahan pembelajar auditori antara lain:
1) Kurang baik dalam membaca
2) Kurang dapat mengingat apa yang dibacanya bila tidak disuarakan.
3) Kurang baik dalam menulis karangan.
b. Pembelajar tipe Visual (penglihatan) atau visual learner
Para pembelajar tipe visual cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran
yang menggunakan sesuatu yang dapat dilihat. Artinya, informasi lebih
mudah ditangkap bila ada bukti-bukti yang dapat dilihat, misalnya gambar,
foto, peta, diagram, grafik. Di seluruh dunia, populasi orang dengan tipe
ini diperkirakan mencapai 65%.
Ciri-ciri pembelajar visual antara lain:
Sering duduk di kursi deretan depan ketika mengikuti pelajara.
Bagus dalam mengeja (spelling).
Perlu berpikir sebentar (tidak langsung bereaksi) dalam memahami apa
yang baru didengarnya.
Menyukai warna-warna dan mode.
Mimpi berwarna.
Mudah mengerti dan menyukai grafik-grafik.
Mudah mempelajari bahasa isyarat.
Suka menggunakan bahasa tubuh.
Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut tanpa merasa
terganggu.
Berbakat dalam menulis.
Mengerjakan dengan baik tugas-tugas tertulis.
Kelemahan pembelajar visual antara lain:
Kurang baik dalam menangkap pesan-pesan lisan.
Kurang suka berlama-lama mendengarkan orang berbicara.
Mudah melupakan nama orang.
Lambat mendengarkan dan merespon pembicaraan orang (sebenarnya
hal ini bisa juga merupakan kelebihan tipe ini.
c. Pembelajar Tipe kinestetik/taktil atau kinesthetic/tactile learner
Para pembelajar tipe ini cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran bila
dia mengalami, bertindak, mempraktekkan, bergerak, menyentuh dan
menggunakan jari-jari (motorik halus) untuk mengingat dan membangun
konsentrasi. Diperkirakan di dunia ada sekitar 5% populasi orang bertipe
kinestetik/taktil.
Ciri-ciri pembelajar tipe kinestetik antara lain:
Bagus dalam bidang olahraga.
Cenderung frustrasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan
kuliah untuk jangka waktu yang lama, oleh karena itu mereka sering
mengambil break (istirahat) saat kuliah sedang berlangsung.
Mengunyah permen ketika mendengarkan kuliah.
Kurang bagus dalam mengeja (spelling)
Tidak memiliki tulisan tangan yang besar.
Menyukai kerja di laboratorium sains.
Suka belajar sambil mendengar musik.
Suka buku-buku dan film petualangan.
Suka bermain peran.
Membangun/membuat ‘model’, diorama dan proyek.
Menyukai seni bela diri dan seni tari.
Koordinasi mata dengan tangan sangat bagus.
Menyukai tes/ujian jenis multiple choice dan definisi pendek, tetapi
tidak menyukai tes jenis esai dan tes tertulis yang memakan waktu
yang panjang.
2.3 Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik
Guru merupakan orang tua sekaligus pendidik di dalam sekolah. Seorang
guru harus memahami gaya belajar anak. Seorang guru harus mampu menciptakan
strategi-strategi belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya.
1. Anak Visual:
a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d. Gunakan multi-media seperti komputer dan video.
e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2. Anak Auditori:
a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset.
3. Anak Taktil/Kinestetik:
a. Dalam kegiatan belajar, jangan terlalu banyak memberikan materi,
sesekali berikan
b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
c. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
d. Ciptakan suasana belajar kooperatif
2.4 Cara Mengatasi Gangguan Kesulitan Belajar
a) Pengertian kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang
lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan ini mempengaruhi
banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu disekolah, pekerjaan, rutinitas
sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan
persahabatandan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan
ini berpengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita yang
lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja
pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain dari kehidupan mereka.
Terkadang seseorang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar
yang salling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang hanya
menglami satu macam kesulitan belajar saja. Sehingga hanya sedikit
pengaruhnya bagi aspek dari kehidupan mereka.
b) Jenis-jenis kesulitan belajar
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD. Sebagian
anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya.
Kadang-kadang seseorang memperlihatkan kewajarannya dalam
perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti penderita LD, namun
ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri saja.
Sebenarnya para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti dimana
seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita LD.
Kesulitan belajar dapat dibagi 3 kategori besar :
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan
anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua
kategori diatas.
1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi
awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang
mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan
bunyi–bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain
melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang
orang lain katakan.
Berdasarkan definisi gangguan ini, maka kita dapat meringkaskan
ciri-ciri spesifiknya sebagai berikut :
Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa. Anak-anak yang
mengalami gangguan ini biasanya mengalami masalah dalam
mengucapkan sesuatu dengan tepat.
Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan
melalui bahasa yang baikdan benar.
Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa
2. Gangguan kemampuan akademik
Siswa-siswa yang mengalami gangguan akademik berbaur bersama
teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca,
menulis, dan bewrhitung mereka. Seseorang dapat didiagnosis
mengalami gangguan ini, bisa mengalami :
Keterlambatan dalam hal membaca
Tipe gangguan ini disebut juga dengan dileksia. Pada kenyataannya,
kesulitan membaca dialami oleh 2-8 persen anak sekolah dasar.
Keterlambatan dalam hal menulis
Menulis juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak.
Bagian-bagian otak yang mengatur perbendaharaan kata, tata bahasa,
gerakan tangan, dan ingatan harus berada dalam kondisi serta
koordinasi yang baik. Permasalahan dalam hal ini dapat
mengakibatkan gangguan dalam kemampuan menulis seseorang.
Keterlambatan dalam hal berhitung
3. Gangguan belajar lainnya
DSM juga mencatat kategori tambahan, seperti gangguan
kemampuan motorik dan gangguan perkembangan khusus yang belum
diklasifikasikan. Gejala-gejala adalah keterlambatan atau
keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta
motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk
memelajari sesuatu. Tetapi bedanya, itu semua tidak sesuai kriterianya
dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah kita bahas
sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi
tubuh pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan
seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta
mengingat.
9. Anak memberontak
Penyebabnya :
Perbedaan sikap kedua orang tua
Orang tua bertindak tidak adil
Orang tua menuntut secara berlebihan
Orang tua bersikap kaku
Anak merasa mendapatkan tugas yang banyak
Orang tua melindungi secara berlebuhan
Anak mengalami keletihan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan anak sangat berpengaruh terhadap potensi dan cara belajar
anak.
4. Bentuk perilaku bermasalah yang dilakukan oleh peserta didik bukanlah tanpa
adanya suatu alasan. Mereka melakukannya karena adanya alasan tertentu.
Apapun bentuknya yang dilakukannya sebenarnya peserta didik belum dapat
bertindak dewasa, maka dari itulah kewajiban guru untuk membawa peserta
didiknya ke jalan yang lurus, peserta didik diajak untuk berada dalam fase-
fase perkembangannya. Selain itu sikap yang ditunjukkan peserta didik yang
dianggap bermasalah janganlah diberi sanksi karena itu akan membuat
mereka lebih keras dan berontak lagi melainkan mereka sebenarnya
membutuhkan bimbingan dan bantuan yang tepat agar mereka tidak
terhambat proses perkembangannya dan peserta didik mampu mengerjakan
tugasnya sebagai peserta didik serta mencapai suatu pencapaian belajar.
3.2 Saran
Setelah penulis menguraikan masalah tersebut banyak sekali
kekurangannya. Untuk itu kami harapkan kepada ibu selaku dosen khususnya dan
kepada para rekan/pembaca pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali
hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat
wawasan yang lebih luas, dan kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya
untuk perbaikan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/ciri kecenderungan-belajar-
dan-cara-belajar-anak-sd-dan-mi
http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkembangan-dan-cara-belajar-anak-
di-sd/
Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta:
Depdikbud.
Siti Rahayu H. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Musbikin Imam, “ Mendidik anak Nakal” Oktober 2005. Jakarta : Mirta pustaka
Derek wood, dkk. “Kiat Mengatasi Gangguan Belajar”. Jogjakarta : Kata hati