Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUA
N

I.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pembuatan obat tradisional memiliki prinsip yang sama
dengan pembuatan obat sintetik pada umumnya. Hanya saja, pada
pembuatan obat tradisional bahan baku (raw material) yang berupa
simplisia ataupun ekstrak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dalam
prosesnya. Pada proses pembuatan obat tradisional, simplisia atau pun
ekstrak yang digunakan sebagai bahan bakunya harus telah memenuhi
persyaratan mutunya, baik parameter standar umum (kadar air,kadar abu,
susut pengeringan dan bobot jenis) maupun parameter standar spesifik
(organolepik, senyawa pelarut dalam pelarut tertentu, uji kandungan kimia
ekstrak dan pentapan kadar).(Hanani, 2000).
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang
sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai
bahan awal dianalogkan sebagai komoditi bahan baku obat yang dengan
teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan
antara berarti masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-
fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan
ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam
sediaan obat jadi siap digunakan oleh penderita (Anonim, 2000)
Ekstraksi dengan cara partisi cair-cair merupakan metode pemisahan
yang sangat baik dan populer karena dapat dilakukan untuk sampel dalam
jumlah besar ataupun jumlah kecil serta sangat berguna untuk memisahkan
suatu zat dari zat lain dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut
yang tidak saling campur (Khopkar, 2008).

1
Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase lain berupa pelarut
organik seperti kloroform. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk
memekatkan suatu zat yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga
memungkinkan untuk deteksi atau kuantifikasinya. Kebanyakan prosedur
ekstraksi cair–cair merupakan ekstraksi sampel dari fase air ke dalam pelarut
non polar atau agak polar seperti heksana, diklorometan, atau sebaliknya.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu
beberapa menit. Pelarut organik yang dipilih mempunyai kelarutan yang
rendah dalam air (<10%),dapat menguap dan mempunyai kemurnian yang
tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel (Rohman, 2007).

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah hasil yang didapatkan setelah dilakukan partisi cair –


cair pada ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengatahui dan memahami metode fraksinasi pada sampel


daun Pepaya ( Carica papaya L. )
2. Untuk memperoleh fraksi sampel daun Pepaya ( Carica papaya L. )
dengan metode ekstraksi cair-cair.

I.4 Manfaat Penelitian


Penelitian mampu mengenetahui dan memberikan informasi tentang cara
partisi dengan metode partisi cair-cair pada sampel daun Pepaya ( Carica
papaya L.)

Anda mungkin juga menyukai