Anda di halaman 1dari 35

INDENTIFIKASI REAKSI MAHASISWA FARMASI TERHADAP OMNIBUS LAW

RUU CIPTA KERJA BAHWA APOTEKER TIDAK TERMASUK DALAM JASA


PELAYANAN KESEHATAN MEDIS

KARYA TULIS ILMIAH

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Yang diampuh oleh dosen: apt. Ulyati Ulfah S.Fram, M.Fram

Oleh :

NURBAITI FENTIANI SIAHAAN

NPM. 7120028

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2020/2021
PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah di pertahankan di hadapan Dewan Penguji Tugas Akhir Program Studi S1
Farmasi Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Rajawali Bandung dan di terima sebagai peryaratan
untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia pada bulan Januari 2021.

Judul Tugas Akhir : Indentifikasi Reaksi Mahasiswa Farmasi Terhadap Omnibus Law
RUU Cipta Kerja Bahwa Apoteker Tidak Termasuk Dalam Jasa
Pelayanan Kesehatan Medis

Nama Mahasiswa : Nurbaiti Fentiani Siahaan


NPM : 7120028

Dewan Penguji

Penguji : Apt. Ulyati Ulfah, S.Farm., M.Farm


(………………………)

Pembimbing Utama : Apt. Ulyati Ulfah, S.Farm., M.Farm


(………………………)

Pembimbing Pendamping : Sendy Triansyah, S.Farm.,Apt.,MMRS


(………………………)

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Rajawali Bandung

( Dr.Purwaeni, S.Si, M.Si., Apt. )

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tanggan di bawah ini :


Nama : Nurbaiti Fentiani Siahaan
NPM : 7120028
Program Studi : S1 Farmasi

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan tugas akhir
saya yang berjudul “Indentifikasi Reaksi Mahasiswa Farmasi Terhadap Omnibus Law RUU
Cipta Kerja Bahwa Apoteker Tidak Termasuk Jasa Pelayanan Kesehatan Medis”

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan pelaturan per undang – undangan yang berlaku.

Bandung, 27 Desember 2020

Nurbaiti Fentiani Siahaan

iii
ABSTRACT

Omnibus Law can be interpreted as a Law (UU) which is designed to target a major
issue that may revoke or change several laws at once so that it becomes simpler. The
Omnibus law that will be made by the Government of Indonesia consists of two major laws
(UU), namely the Job Creation Law and the Taxation Law. The Omnibus Law is planned to
harmonize 82 laws and 1,194 articles, among these articles there are articles that state that
pharmacists are several health workers who are not included as medical personnel services,
namely in the Bill article 112, article 4a, paragraph 3 which is the main problem. Meanwhile,
it is known that a medical service is a person in relation to the prevention, diagnosis and
treatment of certain health problems.
Keywords: Omnibus Law, Job Creation Bill, Medical Health Services

ABSTRAK

Omnibus Law dapat diartikan sebagai suatu Undang-Undang (UU) yang dibuat untuk
menyasar suatu isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU
sekaligus sehingga menjadi lebih sederhana. Omnibus Law yang akan dibuat pemerintah
Indonesia, terdiri dari dua Undang-Undang (UU) besar, yakni UU Cipta Lapangan Kerja dan
UU Perpajakan. Omnibus Law rencananya akan menyelaraskan 82 UU dan 1.194 pasal,
diantara pasal tersebut terdapat pasal yang menyatakan bahwa apoteker beberapa tenaga
kesehatan yang tidak termasuk sebagai jasa pelayanan kesehatan medis yakni pada RUU
pasal 112, pasal 4a, ayat 3 yang menjadi pokok permasalahan. Sedangkan seperti yang
diketahui bahwa pelayanan medis merupakan seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan gangguan kesehatan tertentu.

Kata Kunci: Omnibus Law, RUU Cipta Kerja, Jasa Pelayanan Kesehatan Medis

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya karya tulis ilmiah yang berjudul “Indentifikasi Reaksi Mahasiswa Farmasi Terhadap
Omnibus Law UU Cipta Kerja Bahwa Apoteker Tidak Termasuk Dalam Jasa Pelayanan
Kesehatan Medis” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan S1 Farmasi di Institut Kesehatan Rajawali. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, saran-saran dan dorongan dari
berbagai pihak, sehingga dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.


2. Dr.Purwaeni, S.Si, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi.
3. Dr.Purwaeni, S.Si, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi.
4. apt. Ulyati Ulfah, S.Farm selaku pembimbing yang telah membimbing serta
memberikan motivasi, saran juga nasihat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Sendy Triansyah, S.Farm.,Apt.,MMRS selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing serta memberikan motivasi, saran juga nasihat dalam penyusunan karya
tulis ilmiah.
6. Erika Chantika S. Tr. Kes yang telah membimbing dan memberikan motivasi, saran
juga nasihat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
7. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Program Studi S1 Farmasi yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moral
maupun materil kepada penulis.
9. Teman-teman Sarjana Farmasi Institut Kesehatan Rajawali yang telah membantu juga
berpartisipasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tercapainya kesempurnaan
pada masa yang akan datang. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi

v
penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Semoga ketulusan do’a dan seluruh
bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga karya tulis ilmiah ini selesai
mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Bandung, Januari 2021

Nurbaiti Fentiani Siahaan


NPM. 7120028

vi
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ........................................................................................................................... ii
PERNYATAAN.......................................................................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ x
BAB 1 ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 3
1.4.1. Tujuan Umum.............................................................................................................. 3
1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................................... 3
1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................................................................ 3
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................................................. 3
BAB II......................................................................................................................................... 4
TUJUAN PUSTAKA.................................................................................................................... 4
2.1 Omnibus Law ..................................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Omnibus Law .................................................................................................. 4
2.1.2. Isi UU Omnibus Law Cipta Kerja Bidang Medis dan Kesehatan......................................... 5
2.1.3. Poin-Poin UU Omnibus Law Cipta Kerja Omnibus Law bidang medis dan kesehatan ..... 5
2.2 Pelayanan Kesehatan Medis ................................................................................................. 6
2.3 Profesi Apoteker atau Tenaga Kefarmasian ........................................................................... 8
BAB III...................................................................................................................................... 10
METODELOGI PENELITIAN ................................................................................................... 10
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................................ 10
3.2 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................................. 10
3.3 Variable penelitian ....................................................................................................... 10

vii
3.4 Definisi Operasional Penelitian ..................................................................................... 10
3.5 Populasi dan Sample Penelitian..................................................................................... 10
3.5.1 Populasi pada penelitian ........................................................................................ 10
3.5.2 Sample penelitian ................................................................................................. 11
3.6 Kriteria Sample............................................................................................................ 11
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ........................................................ 11
3.8 Pengolahan dan Analisi Data ........................................................................................ 12
3.9 Lokasi dan Waktu penelitian......................................................................................... 12
BAB IV ..................................................................................................................................... 13
HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................................................ 13
3.8 Hasil Penelitian............................................................................................................ 13
4.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 15
BAB V....................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 16
5.2. Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 18
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 19

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................................10

Gambar 1.2 Data responden mengenai setuju atau tidaknya kepada RUU Cipta Kerja..........22

Gambar 1.3 Data responden mengenai perlu atau tidaknya pengakuan terhadap apoteker atau
tenaga kefarmasian sebagai jasa pelayanan kesehatan medis.............................23
Gambar 1.4 Data responden dalam menanggapi RUU Cipta Kerja.........................................23
Gambar 1.5 Data responden mengenai saran yang diberikan kepada pemerintah dalam
menanggapi RUU Cipta Kerja...............................................................................24

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap RUU .......................................13

Tabel 2. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap perlunya pengakuan apoteker


atau tenaga kefarmasian...........................................................................................13

Tabel 3. Pendapat responden sebagai mahasiswa farmasi menanggapi RUU .......................14

Tabel 4. Pendapat responden mengenai saran yang ditujukan kepada pemerintah..................15

x
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mengarah ke pengertian umum, Omnibus Law dapat diartikan sebagai suatu Undang-
Undang (UU) yang dibuat untuk menyasar suatu isu besar yang mungkin dapat mencabut
atau mengubah beberapa UU sekaligus sehingga menjadi lebih sederhana.

Omnibus Law dikenal di Indonesia setelah Presiden RI menyampaikannya dalam pidato


kenegaraan pada pelantikannya sebagai Presiden di sidang MPR pada 20 Oktober 2019, Ia
menyebutkan bahwa Omnibus Law akan menyederhanakan kendala regulasi yang kerap
berbelit-belit dan panjang. Pemerintah juga meyakini Omnibus Law akan memperbaiki
ekosistem investasi dan daya saing Indonesia sehingga bisa memperkuat perekonomian
nasional. Selain itu, Omnibus Law juga ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan tumpang
tindihnya regulasi dan birokrasi. Harapannya dengan adanya Omnibus Law tersebut dapat
memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat dan menarik investor asing berinvestasi di
Indonesia.
Omnibus Law telah menyita perhatian masyarakat karena tujuan dari Omnibus Law
untuk menggantikan undang-undang yang ada sebelumnya dengan undang- undang baru.
Undang-undang baru tersebut dibuat sebagai payung hukum untuk semua ketentuan hukum
yang terkait dan sifatnya bisa lintas sektor.

Beberapa waktu lalu, DPR RI resmi telah menetapkan Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) 2020. Di dalam Prolegnas 2020 tersebut, rencananya terdapat 50 UU yang akan
dibahas dan empat diantaranya merupakan Omnibus Law. Omnibus Law yang dimaksudkan
dalam antara Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, Omnibus Law Perpajakan, Omnibus Law
Ibu Kota Negara, dan Omnibus Law Farmasi.

Omnibus law yang akan dibuat Pemerintah Indonesia, terdiri dari dua Undang-
Undang (UU) besar, yakni UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Perpajakan. Omnibus law
rencananya akan menyelaraskan 82 UU dan 1.194 pasal.

Salah satu kontroversi yang sukses membuat kaget tenaga kesehatan adalah pada
penjelasan Pasal 112 Angka 2 Pasal 4A ayat (3) huruf a tentang jasa pelayanan kesehatan
medis. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa jasa pelayanan kesehatan medis meliputi jasa
dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; jasa dokter hewan; jasa ahli kesehatan seperti

1
ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi; jasa kebidanan dan dukun bayi; jasa
paramedis dan perawat; jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium; jasa psikolog dan psikiater; dan jasa pengobatan alternatif,
termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

Pasal tersebut juga menjadi kurang adil bagi tenaga kesehatan lainnya yang tidak
disebutkan di dalamnya. Mengacu kepada UU Tenaga Kesehatan, ada banyak jenis tenaga
kesehatan yang tidak ikut diangkut di dalam UU Cipta Kerja ini, yaitu tenaga kefarmasian
(apoteker dan tenaga teknis kefarmasian), tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog
kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga
administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga
kesehatan reproduksi dan keluarga).

Begitu juga dengan tenaga kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan,


entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan), tenaga keteknisian medis (perekam medis
dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, penata anestesi, dan audiologis), tenaga teknik biomedika (radiografer,
elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik
prostetik) yang tidak diakomodir dalam UU ini.

1.2. Identifikasi Masalah


Pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi Undang-Undang oleh DPR RI
pada Senin (5/10/2020) mendapat protes keras dari banyak pihak. Tidak hanya UU Omnibus
Law Cipta Kerja yang dinilai akan merugikan dan memberikan dampak kepada rakyat
Indonesia, terutama buruh/pekerja. Tetapi juga untuk tenaga kesehatan khususnya pada
bidang kefarmasian yang tidak dimasukkan kedalam Jasa Pelayanan Kesehatan medis.

1.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Reaksi Mahasiswa Farmasi
Terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja Bahwa Apoteker Tidak Termasuk Dalam Tenaga
Medis?”

2
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja
bahwa apoteker tidak termasuk dalam jasa pelayanan kesehatan medis.

1.4.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengidentifikasi reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja
bahwa apoteker tidak termasuk dalam jasa pelayanan kesehatan medis.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan bacaan atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian omnibus law cipta kerja.

1.5.2 Manfaat Praktis


Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, bidang politik dan pembaca mengenai
omnibus law cipta kerja.

3
BAB II

TUJUAN PUSTAKA
2.1 Omnibus Law
2.1.1 Definisi Omnibus Law
Secara terminologi, Omnibus Law dalam literatur diawali dengan pemahaman secara
gramatikal, yakni kata omnibus yang berasal dari bahasa Latin berarti “untuk semuanya”
(Toruan dalam “Pembentukan Regulasi Badan Usaha dengan Model Omnibus Law”,
2017:464).

Di dalam Black’s Law Dictionary, definisi omnibus adalah for all; containing two or
more independent matters. Applied most commonly to a legislative bill which comprises more
than one general subject (Black, 1990: 1087). (Untuk semua/seluruhnya; mengandung dua
atau lebih hal-hal yang berdiri sendiri Seringkali digunakan dalam RUU yang terdiri lebih
dari satu subjek umum).

Dari definisi omnibus, kemudian diarahkan ke omnibus bill. Black (1990: 1087)
mendefinisikan omnibus bill sebagai berikut: A legislative bill including in one act various
separate and distinct matters, and frequently one joining a number of different subjects in
one measure in such a way as to compel the executive authority to accept provisions which he
does not approve or else defeat the whole enactment. (Sebuah RUU dalam satu bentuk yang
mengatur bermacam-macam hal yang terpisah dan berbeda, dan seringkali menggabungkan
sejumlah subjek yang berbeda dalam satu cara, sedemikian rupa sehingga dapat memaksa
eksekutif untuk menerima ketentuan yang tidak disetujui atau juga membatalkan seluruh
pengundangan).

Dari segi hukum, kata Omnibus memang sering disandingkan dengan kata law atau
bill. Artinya adalah sebuah peraturan yang dibuat berdasarkan hasil kompilasi atau hasil
penggabungan beberapa aturan dengan substansi dan tingkatan yang berbeda. Sementara,
definisi yang lebih sederhana menyebutkan omnibus bill adalah "a bill consisting of a number
of related but separate parts that seeks to amend and/or repeal one or several existing Acts
and/or to enact one or several new Acts." (House of Commons, Glossary of Parliamentary
Procedure, 2011: 38). (Sebuah RUU yang terdiri dari sejumlah bagian terkait tetapi terpisah
yang berupaya untuk mengubah dan/atau mencabut satu atau beberapa undang-undang yang
ada dan/atau untuk membuat satu atau beberapa undang-undang baru).

4
2.1.2. Isi UU Omnibus Law Cipta Kerja Bidang Medis dan Kesehatan
Dalam draft RUU penjelasan pasal 112, pasal 4a, ayat 3 dijelaskan bahwa jasa
pelayanan kesehatan medis meliputi:

1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;


2. Jasa dokter hewan;
3. Jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
4. Jasa kebidanan dan dukun bayi;
5. Jasa para medis dan perawat
6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
sanatorium;
7. Jasa psikolog dan psikiater; dan
8. Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

2.1.3. Poin-Poin UU Omnibus Law Cipta Kerja Omnibus Law bidang medis dan
kesehatan
Berikut empat poin UU Cipta Kerja Omnibus Law bidang medis dan kesehatan:

1. Pelayanan kesehatan medis tidak kena PPN Aturan UU Cipta Kerja Omnibus Law
menyatakan jasa pelayanan kesehatan medis tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Ketentuan dalam pasal 4A ini menyertakan jasa pelayanan lain yaitu sosial,
pengiriman surat dengan perangko, keuangan, asuransi, keagamaan, pendidikan,
kesenian dan hiburan. Jasa lain yang tidak kena PPN adalah penyiaran yang tidak bersifat
iklan, tenaga kerja, perhotelan, tempat parkir, boga dan katering, pengiriman uang
dengan wesel pos, serta telepon umum dengan uang logam. Selain itu adalah jasa yang
disediakan pemerintah untuk menjalankan pemerintahan serta angkutan umum darat, air,
dan udara dalam negeri yang tidak terpisahkan dari layanan luar negeri

2. Paranormal masuk dalam jasa pengobatan alternatif Ketentuan UU Cipta Kerja Omnibus
Law memasukkan paranormal sebagai jasa pengobatan alternatif. Poin ini bisa dibaca
dalam pasal 4A ayat tiga huruf a tentang jasa pelayanan kesehatan medis. Selain
paranormal, ada 7 layanan lain yang masuk dalam kesehatan medis. Jasa pelayanan
kesehatan medis meliputi jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi, dokter
hewan, ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi,
kebidanan dan dukun bayi, paramedis dan perawat, rumah sakit, rumah bersalin, klinik
kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium, serta psikolog dan psikiater.

5
3. Akreditasi rumah sakit UU Cipta Kerja Omnibus Law mewajibkan rumah sakit
melakukan akreditasi tiap tiga tahun sekali. Akreditasi bertujuan meningkatkan mutu
layanan rumah sakit pada masyarakat umum. Sebelumnya telah ada ketentuan akreditasi
rumah sakit dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2020. Dalam peraturan tersebut, akreditasi yang bersifat wajib bagi rumah sakit
dilakukan sekali dalam empat tahun. Akreditasi harus dilakukan dua tahun sejak rumah
sakit mendapat izin operasional kali pertama.

4. Tidak menyinggung Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas tidak terlacak dalam UU Cipta Kerja
Omnibus Law terkait medis dan kesehatan. Layanan Puskesmas yang bersifat preventif
sama pentingnya dengan rumah sakit bagi masyarakat. Saat ini, puskesmas adalah
fasilitas kesehatan terdekat dan paling mudah diakses warga. Layanan preventif juga
memungkinkan masyarakat melakukan upaya pencegahan sehingga tidak sampai sakit
dan butuh pengobatan.

2.2 Pelayanan Kesehatan Medis


Menurut KBBI pelayanan medis merupakan seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan gangguan kesehatan tertentu.

Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Dengan adanya
kesehatan, manusia dapat menjalankan segala aktivitas. Menjaga kesehatan diri dapat
dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak timbul penyakit yang
dapat menyerang. Selain itu, pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terserang penyakit.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara social dan ekonomis (Azwar, 1994:11)
.
Menurut Levey Loomba, pelayanan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh
suatu organisasi baik secara sendiri atau bersama - sama untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan,
kelompok dan ataupun masyarakat(Azwar, 1994: 42). Hodgetts dan Casio (Azwar, 1994: 43)
menyatakan bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :

6
a. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
berdiri sendiri (solo practice) atau secara bersama - sama dalam satu organisasi
(institution).Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (publik health service) ditandai dengan
cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama - sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit dan sasaran utamanya adalah untuk kelompok dan masyarakat.

Sedangkan mengenai stratifikasi pelayanan kesehatan, secara umum dapat


dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu (Azwar, 1994: 48 - 49):

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Servise)


Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (Basic Health Service)
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat serta mempunyainilai strategis untuk
meningkatkan derajatkesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan ini
bersifat rawat jalan (Ambulat ory /out patient service).
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Service)
Adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap (in patient
service) dan dibutuhkan tenaga - tenaga spesialis untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ini
c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Service)
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan dibutuhkan tenaga -
tenaga subspesialis untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat ketiga ini.
Dapat disimpulkan pelayanan kesehatan merupakan pelayanan baik dilakukan oleh
perseorangan maupun secara bersama - sama dengan tujuan memulihkan dan
menyembuhkan penyakit, meningkatkan kesehatan seseorang dan atau masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pelayanan 15 kesehatan mempunyai syarat pokok yang harus
dipenuhi agar pelayanankesehatan tersebut bisa dikatakan baik. Adapun syarat
tersebut yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah
dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.
7
2.3 Profesi Apoteker atau Tenaga Kefarmasian
Menurut Peraturan Pemrintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasiaan. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker merupakan
sebutan bagi profesi farmasi di Indonesia Untuk menjadi apoteker, seseorang harus lulus
sarjana (S1) program farmasi ( per Oktober 2019 ada 264 program studi S1 Farmasi di
Indonesia), ditambah dua semester pendidikan profesi apoteker dan mengucapkan
sumpah profesi sebagai apoteker setelah dinyatakan lulus dari Ujian Kompetisi Apoteker
(UKAI) yang diselenggarakan oleh Panitia Nasional UKAI.

Saat ini, ada sekitar 80.000 apoteker di Indonesia yang bekerja dalam berbagai bidang
pekerjaan kefarmasian meliputi produksi, distribusi, dan pelayanan obat dan obat
tradisional. Di industry farmasi, apoteker umumnya bekerja dalam pengendalian mutu,
pemastian mutu, dan produksi obat. Peran apoteker juga sangat dibutuhkan dalam
penelitian dan pengembangan (R&D), seiring dengan ditemukannya obat-obatan baru
bagi berbagai penyakit. Apoteker memiliki peran penting dalam bidang kesehatan,
apoteker bekerjasama dengan dokter atau bidan untuk meracik atau menyiapkan obat
kepada pasien. Tanpa apoteker masyarakat pun tidak bisa mendapatkan obat. Tentunya,
peran apoteker tidak sekedar mendapat resep dari dokter kemudian meracik obatnya lalu
diberikan kepada pasien, berikut peran apoteker menurut WHO:

1. “ A Care Giver”
Apotker memiliki tugas yakni selain harus mempu menyediakan pelayanan
kefarmasian juga harus dapat membrikan perhatian terhadap kondisi pasiennya. Untuk
hal itu maka seorang apoteker seorang apoteker wajibmemiliki keterampilan yang
baik dalam berinteraksi dengan pasien dan dengan tenaga kesehatan lainnya.

2. “A Decision Maker”
Apoteker dengan berbekal keilmuan farmasi yang dimilikinya harus mampu mengabil
keputusan yang bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Apoteker juga harus mampu untuk mengevaluasi setiap keputusan yang
telah ia ambil demi kesehatan masyarakat.

8
3. “ A Life-Long-Learner”
Sebagai seorang professional, apoteker harus tetap belajar dan berupaya untuk
meningkatkan ilmu pengetahuannya dibidang farmasi ataupun dibidang kesehatan
umum lainnya,. Dengan keinginannya untuk terus belajar diharapkan hal ini dapat
meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan dan pengabdian
kefarmasian sesuai perkembangan.

4. “A Teacher”
Apoteker selain menyediakan layanan farmasi juga penting baginya untuk
memberikan edukasi pada masyarakat, semisal melalui penyuluhan atau ketika sedang
praktek di apotek.

5. “A Communicator”
Apoteker berada di posisi antara dokter dan pasiennya. Oleh karena itu, apoteker
harus memiliki pengetahuan yang cukup serta rasa percaya diri yang tinggi ketika
berinteraksi dengan tenaga professional kesehatan lain serta saat berkomunikasi
dengan masyarakat umum.

Menurut PMK No. 3 tahun 2020 ini menyatakan bahwa pelayanan farmasi
ditempatkan dibawah pelayanan non medic dan pelayanan Farmasi Klinis tidak
termasuk pelayanan kefarmasian yang sebelumnya pada PMK No. 56 tahun 2014
masih menempatkan pelayanan farmasi klinis sebagai pelayanan kefarmasian.
Munculnya PMK No. 3 tahun 2020 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit
menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan pasien akibat tidak dikenalnya
pelayanan tersendiri dan hilangnya pelayanan farmasi klinis.

Berkaca dari fakta yang ada, apoteker memegang peran penting dalam
memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien sehingga proses pengobatan akan
lebih terkontrol dengan baik. Namun, di Indonesia apoteker masih belum memiliki
kekuatan hukum yang kuat seperti Undang-Undang (UU), ditambah lagi dengan
adanya regulasi baru yang dirasa melemahkan kinerja profesi apoteker sehingga ruang
gerak apoteker dalam melakukan kinerjanya terbatas.

9
BAB III

METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi data sekunder dari hasil penelitian oleh
pemerintah. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengindentifikasi reaksi mahasiswa farmasi
terhadap Omnibus Law RUU Cipta Kerja bahwa apoteker tidak termasuk dalam tenaga
medis.

3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat
dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang
diteliti (Nursalam, 2008). Maka dari itu peneliti membuat kerangka penelitian sebagai
berikut:
Identifikasi Reaksi
Rancangan UU Poin-Poin RUU Mahasiswa Farmasi
Omnibus Law Omnibus Law
Terhadap RUU
Cipta Kerja Cipta Kerja
Omnibus Law Cipta
(Kesehatan) (Kesehatan)
Kerja (Kesehatan)

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Variable penelitian


Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadapa ssesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Sunarjo, 2018). Variabel penelitian ini
adalah tentang indentifikasi reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law UU Cipta
Kerja bahwa apoteker tidak termasuk dalam tenaga medis .

3.4 Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional pada penelitian ini adalah kuesioner. Yaitu membagikan link
kuesioner kepada mahasiswa farmasi tingkat I Institut Kesehatan Rajawali.

3.5 Populasi dan Sample Penelitian


3.5.1 Populasi pada penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa farmasi tingkat I Institut Kesehatan
Rajawali. Yang berjumlah 45 orang. 28 orang untuk menjawab kuesioner pilihan
ganda dan 17 orang untuk menjawab kuesioner essay.

10
3.5.2 Sample penelitian
Sampel penelitian terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).

3.5.2.1 Besar sample penelitian


Sampel penelitian terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).

3.5.2.2 Teknik pengambilan sample


Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample
primer. Sample penelitian ini adalah berupa hasil jawaban dari kuesioner tentang
tentang indentifikasi reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law UU Cipta
Kerja bahwa apoteker tidak termasuk dalam tenaga medis.

3.6 Kriteria Sample


1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dimiliki oleh individu
dalam populasi untuk dapat dijadikan sampel dalam penelitian (Nursalam, 2008).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa yang mempunyai gadget untuk mengisi kuesioner melalui google
form.
2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah kriteria khusus yang menyebabkan calon-
calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian (Nursalam, 2008). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mahasiswa yang menolak untuk mengisi kuesioner yang akan dijadikan sample.

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data penelitian ini adalah berupa hasil jawaban dari kuesioner tentang indentifikasi
reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja bahwa apoteker
tidak termasuk dalam tenaga medis.
2. Prosedur Penelitian
a. Persiapan
1. Mempersiapkan lebar kuesioner yang akan di bagikan
2. Mempersiapkan kelngkapan penelitian
3. Mengatur jadwal penelitian
11
b. Pelakasanaan
1. Responden dikumpulkan di grup Whatsapp
2. Di jelaskan tentang tujuan di bagikannya kuesioner google form
3. Membagikan link kuesioner pada mahasiswa farmasi tingkat I Institut
Kesehatan Rajawali.

3.8 Pengolahan dan Analisi Data


Pengolahan data yang akan dilakukan meliputi:
1. Editing
Proses untuk melakukan verifikasi data dengan melihat kelengkapan jawaban,
kejelasan tulisan, relevansi atau sesesuaian antara satu dengan yang lainnya dan
kosistensi data terhadap variable yang diteliti.
2. Memindahkan data
Memasukan data dari kuesioner di dalam komputer untuk mengolah data mengunakan
perangkat sesuai dengan variable yang disusun.

3.9 Lokasi dan Waktu penelitian


1. Tempat penelitian : Penelitian dilakukan secara online
2. Waktu penelitian : 24 Desember 2020

12
BAB IV

HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.8 Hasil Penelitian
Penelitian tentang “Indentifikasi Reaksi Mahasiswa Farmasi Terhadap Omnibus Law
RUU Cipta Kerja Bahwa Apoteker Tidak Termasuk Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan
Medis”. Dilaksanakan pada 09 Januari 2021 dengan jumlah responden 11 orang.

Variable yang diteliti adalah berdasarkan pendapat dan saran mahasiswa farmasi
Institut Kesehatan Rajawali. Setelah data diperoleh kemudian di olah serta dilakukan analisis
secara deskriftif. Berdasarkan penelitian didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap RUU

Opsi Jumlah Presentasi


Setuju 2 18,2%
Tidak Setuju 9 81,8%
Jumlah 11 100%
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa farmasi tidak setuju dengan
RUU tersebut yaitu 9 responden (81,8%).

Tabel 2. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap perlunya pengakuan apoteker


atau tenaga kefarmasian.

Opsi Jumlah Presentasi


Perlu 11 100%
Tidak Perlu 0 0%
Jumlah 11 100%

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa farmasi menyatakan bahwa
pengakuan apoteker atau tenaga kefarmasian perlu yaitu 11 responden (100%).

13
Tabel 3. Pendapat responden sebagai mahasiswa farmasi menanggapi RUU

Apakah pendapat anda sebagai mahasiswa farmasi yang nantinya akan terjun menjadi
No tenaga kefarmasian dalam menanggapi RUU tersebut?

1 Sebaiknya apoteker dan tenaga kefarmasian di cantumkan di UUD tersebut

2 Hal tersebut dianggap tidak adil karena farmasi sangat penting

3 Seharusnya farmasi juga diakui sebagai tenaga medis, karena sebagian besar yang ada
dirumah sakit membutuhkan tenaga kefarmasian yang memberikan obat kepada
pasien
4 Saya sebagai mahasiswa farmasi yang akan terjun menjadi tenaga kefarmasian kurang
setuju terhadap RUU tersebut, karena farmasi pun termasuk kedalam jasa pelayanan
kesehatan medis sebagai contoh obat yang diberikan di rumah sakit itu termasuk jasa
pelayanan kesehatan medis kefarmasian.
5 Sebaiknya apoteker dan tenaga kefarmasian dicantumkan pada Rancangan Undang-
Undang tersebut, karena tenaga kefarmasian memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan, dimana apoteker tidak hanya pemberi obat diapotek, tetapi juga peracik
dan meneliti diagnosis yang diberikan dokter dalam pembuatan obat.
6 Seharusnya tenaga kefarmasian dan apotekr juga masuk kedalam RUU tersebutkarena
termasuk dalam tenaga kesehatan

7 Jika farmasi bukan menjadi tenaga kesehatan, maka siapa yang membuat obat-obatan
dan vaksin

8 RUU tersebut dianggap tidak adi, hal ini dapat dilihat saat sudah ada berita
pengesahan banyak mahasiswa dan buruh yang turun. Hal ini berlaku juga untuk
saya sebagai mahasiswa farmasi jadi sudah sewajibnya RUU ini dihapuskan karena
hanya mendapatkan dampak positif pada beberapa kalangan saja.
9 Sebagai mahasiswa saya tentu merasa kecewa
10 Sebaikan Apoteker atau tenaga kefarmasian dimasukkan kedalam RUU tersebut
karena memiliki peran yang sangat penting didunia kesehatan.

14
Tabel 4. Pendapat responden mengenai saran yang ditujukan kepada pemerintah

NO Berikan saran atau kritik apa yang harus dialakukan pemerintah dalam menanggapi
RUU tersebut?
1 Sebaiknya pemerintah lebih cermat dalam pembuatan RUU dan menganalisis bahwa
banyak tenaga kesehatan yang berperan penting namun tidak terakui dan tidak
memiliki payung hukum.
2 Harusnya pemerintah bisa adil dan bijak dalam pembuatan RUU

3 Sebaiknya Farmasi masuk ke dalam RUU sebagai jasa pelayanan kesehatan medis.
4 Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam menyikapi hal tersebut

5 Harus lebih sigap menanggapi isu yang terjadi

6 Saran saya, farmasi juga harus dimasukkan didalam UU Cipta Kerja karena
bayangkan saja jika tidak ada farmasi

7 Sebaikan dihapuskan saja, karena banyak masyarakat yang tidak stuju dengan
pengesahan RUU Omnibus Law.

8 Seharusnya pemerintah lebih teliti dan seharusnya farmasi bisa dianggap menjadi
tenaga medis juga

9 Sebaiknya farmasi diakui sebagai jasa pelayanan kesehatan mdis juga

10 Tegas

11 Pemerintah seharusnya lebih tegas menyikapi hal tersebut

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian pada responden mahasiswa farmasi adalah di peroleh sebagian besar
responden tidak menyetujui rancanggan undang-undang tersebut. Karena menurut mereka
tenaga kefarmasian atau apotek perlu diakui keberadaannya, sebab tenaga kefarmasian
memiliki peran yang sangat penting di dunia kesehatan sehingga pemerintah seharusnya
merevisi kembali rancangan undang-undang tersebut. Menurut data di atas kriteria yang

15
mendapat responden terbanyak yaitu perlunya pengakuan apoteker atau tenaga kefarmasian
sebagai jasa pelayanan kesehatan medis sebanyak (100%).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang telah dilakukan oleh peneliti
tentang indentifikasi reaksi mahasiswa farmasi terhadap Omnibus Law RUU Cipta Kerja
bahwa apoteker tidak termasuk dalam jasa pelayanan kesehatan medis, dapat disimpulkan
sebgai berikut:

1. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap RUU pasal 112, pasal 4a, ayat 3
diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa farmasi tidak setuju dengan RUU tersebut
yaitu sebanyak 9 responden (81,8%).
2. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap perlunya pengakuan apoteker atau
tenaga kefarmasian diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa farmasi menyatakan
bahwa pengakuan apoteker atau tenaga kefarmasian perlu yaitu 11 responden (100%).
3. Berdasarkan pendapat mahasiswa farmasi terhadap RUU tersebut sebagian besar
menyatakan bahwa mereka kurang setuju dengan rancangan undang-undang tersebut
karena apoteker dan farmasi memiliki peran yang sangat penting dalam dunia
kesehatan.
4. Berdasarkan pendapat mahasiswa mengenai kritik dan saran yang harus dilakukan
pemerintah dalam menyikapi RUU tersebut adalah dengan lebih cermat dan teliti
dalam pembuatan rancangan undang-undang dan menganalisis bahwa banyak tenaga
kesehatan yang tidak termasuk dalam jasa pelayanan kesehatan medis termasuk
apoteker dan tenaga kefarmasian.

5.2. Saran
1. Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian mengenai pendapat dari responsi yang lebih luas.

16
17
DAFTAR PUSTAKA
Zsazya. 2020. Omnibus Law dan Rencana Penerapannya di Indonesia. (https://www.online-
pajak.com/tentang-pph-final/omnibus-law) Diakses tanggal 30 Desember 2020
Driyarkara, Kacamata. 2020.Selayang Pandang Omnibus Law. Dinyatakan dalam artikel Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi. Diakses tanggal 31
Desember 2020

Setya, Lina. 2020. Paranormal Turut Disebut dalam UU Cipta Kerja Omnibus Law Terkait
Kesehatan (https://smol.id/2020/10/10/paranormal-turut-disebut-dalam-uu-cipta-kerja-
omnibus-law-terkait-kesehatan/) Diakses tanggal 31 Desember 2020

Sesu, Hasmi. 2020. UU Cipta Kerja VS UU Kesehatan dan UU Tenaga Kesehatan.


(https://kumparan.com/hasmiatisessu/uu-cipta-kerja-vs-uu-kesehatan-dan-uu-tenaga-
kesehatan-1uMLYBxPW48) Diakses 01 Januaro 2020

18
LAMPIRAN

19
LAMPIRAN 1

LEMBAR BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Mahasiswa : Nurbaiti Fentiani Siahaan


NPM : 7120028
Nama Pembimbing : apt. Ulyati Ulfah, S.Farm., M.Farm.
Tahun Akademik : 2020/2021

NO Tanggal Topik Rekomendasi Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing
1 10 Oktober Bab I Revisi penulisan Bab I
2020
2 15 November Bab I dan II Revisi penulisan Bab I
2020 dan II
3 30 November Bab I, II, dan Revisi penulisan Bab
2020 III III dan penambahan
metodeologi
4 4 Desember Bab I, II, III, Revisi penulisan Bab I,
2020 dan IV II, III, dan IV
5 9 Desember Bab I, II, III, Revisi penulisan sesuai
2020 IV, dan V pedoman
6 31 Desember Bab I, II, III, Acc siding hasil
2020 IV, dan V

20
LEMBAR BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Mahasiswa : Nurbaiti Fentiani Siahaan


NPM : 7120028
Nama Pembimbing : Sendy Triansyah, S.Farm.,Apt.,MMRS
Tahun Akademik : 2020/2021

NO Tanggal Topik Rekomendasi Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing
1 10 Oktober Bab I Revisi penulisan Bab I
2020
2 15 November Bab I dan II Revisi penulisan Bab I
2020 dan II
3 30 November Bab I, II, dan Revisi penulisan Bab
2020 III III dan penambahan
metodeologi
4 4 Desember Bab I, II, III, Revisi penulisan Bab I,
2020 dan IV II, III, dan IV
5 9 Desember Bab I, II, III, Revisi penulisan sesuai
2020 IV, dan V pedoman
6 31 Desember Bab I, II, III, Acc siding hasil
2020 IV, dan V

21
LAMPIRAN 2

GAMBAR HASIL PENELITIAN

Gambar 1.2 Data responden mengenai setuju atau tidaknya kepada RUU Cipta Kerja

22
Gambar 1.3 Data responden mengenai perlu atau tidaknya pengakuan terhadap
apoteker atau tenaga kefarmasian sebagai jasa pelayanan kesehatan medis.

Gambar 1.4 Data responden dalam menanggapi RUU Cipta Kerja.

23
Gambar 1.5 Data responden mengenai saran yang diberikan kepada pemerintah dalam
menanggapi RUU Cipta Kerja

24
LAMPIRAN 3

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nurbaiti Fentiani Siahaan


Tempat/Tanggal lahir : Sungai Ungar Kundur Utara, 23 September 2002
Alamat : Jl. Parit Tegak Sungai Ungar, Kecamatan Kundur, Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau

Riwayat Pendidikan:
1. Taman Kanak-Kanak Cendana Sungai Ungar Tahun 2007 s/d 2008
2. Sekolah Dasar Negeri 009 Kundur Tahun 2008 s/d 2014
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kundur Tahun 2014 s/d 2017
4. Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Kundur Tahun 2017 s/d 2020

Riwayat Praktik: -

25

Anda mungkin juga menyukai