ZGQZ M2 M0 YTkw YTFj OTUx NGY0 MDVi NDJM MJ Y3 Ym RH NGE0 MGEz OTc 5 Yw
ZGQZ M2 M0 YTkw YTFj OTUx NGY0 MDVi NDJM MJ Y3 Ym RH NGE0 MGEz OTc 5 Yw
SITTI NURJAHIDAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI ANGIOTENSIN
RECEPTOR BLOCKER (ARB) PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT
INAP DENGAN PENYAKIT KOMPLIKASI DI RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Farmasi
SITTI NURJAHIDAH
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
NIM : P2500215008
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
Sitti Nurjahidah
iii
PRAKATA
pula kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa rahmat bagi
umat manusia.
kepada:
1. Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt., selaku pembimbing pertama atas
2. Dr. dr. Hasyim Kasim, Sp.PD, K-GH, selaku pembimbing kedua yang
3. Ibu Dr. Aliyah, M.S., Apt. selaku penguji I, Ibu Prof. Dr. rer nat Hj.
Marianti A. Manggau., Apt. selaku penguji II, dan Ibu Yulia Yusrini
iv
Djabir, M. Si., MBM. Sc., Ph.D., Apt. selaku penguji III, yang telah
4. Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. sebagai Dekan Fakultas
5. Ibu Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS., Apt. sebagai Ketua Program Studi
Ibunda Hj. Sitti Aminah, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi
v
kakanda Andi Asrianty, S.Si., M.Si. Apt. beserta rekan sesama
11. Sahabat-sahabat penyusun yang telah menemani saat suka dan duka
bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, namun besar
Penyusun
vi
ABSTRAK
SITTI NURJAHIDAH. Analisis Penggunaan Antihipertensi Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) pada Pasien Hipertensi Rawat Inap dengan
Penyakit Komplikasi Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
(dibimbing oleh Elly Wahyudin dan Hasyim Kasim).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan
antihipertensi ARB pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes
mellitus atau penyakit jantung berdasarkan outcome terhadap parameter
metabolik meliputi tekanan darah, kadar lipid, dan kadar glukosa darah
pasien selama rawat inap di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Selain itu juga diperlukan analisis kemanan penggunaan ARB ketika
digunakan bersama dengan obat lain berdasarkan efek samping dan
identifikasi interaksi obat yang potensial.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
non eksperimen dengan rancangan deskriptif-analitik. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling dengan cara
consecutive sampling, yang mencapai jumlah 57 orang sampel. Data yang
dianalisis secara deskriptif dan statistik berupa parameter metabolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan
antihipertensi ARB adalah 22 orang (35,60%) menggunakan valsartan
(80 mg); sebanyak 17 orang (29,82%) menggunakan telmisartan (80 mg);
dan 18 orang (31,58%) menggunakan candesartan (8 mg). Penyakit
komplikasi yang menyertai penyakit hipertensi dari semua subjek
penelitian adalah gagal jantung kongestif (congestive heart failure/CHF)
sebanyak 23 orang (40,35%), diabetes mellitus tipe II sebanyak 18 orang
(31,58%) dan penyakit jantung koroner (coronary artery disease/CAD)
sebanyak 16 orang (28,07%). Kelompok terapi yang menggunakan ARB
umumnya memberikan perubahan yang signifikan (p<0,05) antara
sebelum dan sesudah penggunaan obat terhadap tekanan darah dan
parameter metabolik lainnya meliputi kadar kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida, dan glukosa darah. Perbandingan penurunan tekanan darah,
kolesterol total, LDL, trigliserida, dan glukosa darah, serta peningkatan
HDL antara kelompok valsartan, telmisartan, dan candesartan
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). Persentase total
kasus yang diduga efek samping (kategori possible) adalah 36,36% pada
kelompok valsartan; 23,53% pada kelompok telmisartan; dan 33,33%
pada kelompok candesartan. Persentase interaksi obat potensial
bermakna yang terjadi antara ARB dengan obat lain dalam jumlah kecil,
yaitu 5,26%. Penggunaan ARB sebagai bagian dari terapi pasien
hipertensi memperlihatkan outcome terhadap parameter metabolik yang
relatif baik dan aman.
Kata Kunci : Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Hipertensi, Parameter
Metabolik.
vii
ABSTRACT
SITTI NURJAHIDAH. Analysis of Angiotensin Receptor Blockers (ARBs)
Usage in Hypertensive Inpatients with Concomitant Diseases at Dr.
Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar (supervised by Elly Wahyudin
and Hasyim Kasim).
This study aims to analyze the use of ARB antihypertensive drugs
in hypertensive patients with complications of diabetes mellitus or heart
disease based on outcomes of metabolic parameters including blood
pressure, lipid levels, and blood glucose levels of patients during
hospitalization at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar. It also
required safety analysis of ARB usage when used in conjunction with other
drugs based on side effects and identification of potential drug
interactions.
The design of this research used a non-experimental observational
study with descriptive-analytic design. Sampling was done by non-
probability sampling technique using consecutive sampling, which reached
57 samples. The data were analyzed descriptively and statistically in the
form of metabolic parameters.
The results showed that patients taking ARB antihypertensive drugs
were 22 patients (35.60%) using valsartan (80 mg); 17 patients (29.82%)
using telmisartan (80 mg); and 18 patients (31.58%) using candesartan (8
mg). The complication diseases of hypertension from all subjects were
congestive heart failure (CHF) as many as 23 patients (40.35%); 18
patients (31.58%) with diabetes mellitus type II; and 16 patients (28.07%)
with coronary artery disease (CAD). Therapy groups that used ARBs
generally provide significant changes (p <0.05) between before and after
drug usage against blood pressure and other metabolic parameters
include total cholesterol, LDL, HDL, triglyceride, and blood glucose levels.
Comparison of decreased blood pressure, total cholesterol, LDL,
triglycerides, blood glucose, and increased HDL between valsartan,
telmisartan, and candesartan group showed no significant differences (p>
0.05). The percentage of total suspected cases of adverse events
(possible category) was 36.36% in the valsartan group; 23.53% in the
telmisartan group; and 33.33% in the candesartan group. The percentage
of potential drug interactions that may occurred between ARB and other
drugs in small amounts, 5.26%. ARB as part of hypertension therapy
provides relatively benefit outcomes of metabolic parameters and relatively
safe.
Keywords: Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Hypertension, Metabolic
Parameters.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PRAKATA iv
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
A. Hipertensi 8
B. Telmisartan 37
C. Valsartan 40
D. Candesartan 42
G. Hipotesis 50
H. Kerangka Teori 51
I. Kerangka Konsep 52
J. Definisi Operasional 53
A. Rancangan Penelitian 54
D. Prosedur Penelitian 55
E. Alur Penelitian 58
A. Kesimpulan 94
B. Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 96
LAMPIRAN 104
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
10. Rerata TDS, TDD, dan kadar GDS sebelum dan setelah
penggunaan obat pasien hipertensi dengan CHF di rawat
inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
Mei-Juli 2017 76
xi
11. Perbandingan Δ TDS, Δ TDD, dan Δ GDS pada pasien
hipertensi dengan CHF di rawat inap Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli 2017 77
13. Interaksi obat ARB dengan obat lain yang berpotensi terjadi
pada pasien hipertensi dengan komplikasi di rawat inap
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-
Juli 2017 91
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Etiologi hipertensi 10
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang relatif lebih tinggi. Prevalensi hipertensi di Eropa lebih tinggi daripada
pasien dengan penyakit hipertensi atau DM saja (Hao, et. al., 2014).
1
2
sampai tiga kali lipat lebih besar pada pasien hipertensi dibandingkan
darah dan kerusakan organ target yang terkait, termasuk CAD dan CHF,
Janardhanan, 2014 ).
untuk mengelola hipertensi dan menangani semua faktor risiko lain yang
pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus (Hao, et.al., 2014). ARB
daripada beta bloker dan calcium channel blocker (Kannan A. dan Rajesh
Janardhanan, 2014).
yang mirip dengan valsartan (Yang, et. al., 2013). Berdasarkan sebuah
pada pasien hipertensi (Tagaki dan Taguya U., 2014). Sedangkan hasil
sifat lipofilik obat. Telmisartan merupakan ARB dengan sifat lipofilik yang
adalah 280 ng/ml dan konsentrasi ini dicapai pada dosis di atas 40 mg
(Mori, et.al., 2012). Aktivitas yang khas terhadap PPAR-γ ini memainkan
rawat inap di rumah sakit. Sebuah penelitian di salah satu rumah sakit
adalah 22,73% monoterapi ARB dan 21,05% kombinasi terapi ARB dan
CCB (Calsium Channel Blocker) (Ansa, et.al., 2010). Golongan ARB yang
5
antihiperlipidemia.
dengan manfaat terapi. Risiko dari polifarmasi telah diakui, tetapi potensi
kombinasi obat yang tepat, yang dapat mengurangi gejala penyakit dan
lipid, dan kadar glukosa darah pasien selama rawat inap di RSUP
B. Rumusan Masalah
Sudirohusodo Makassar?
kadar glukosa darah pasien selama rawat inap di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar?
Sudirohusodo Makassar?
C. Tujuan Penelitian
potensial.
D. Manfaat Penelitian
pemilihan terapi yang tepat dan aman untuk pasien hipertensi di RSUP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi hipertensi
tekanan darah ini diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko yang paling
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih (Dipiro J., et. al., 2008; Chobanian, et. al., 2003).
2. Klasifikasi hipertensi
VII), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dengan usia lebih dari
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII
(Chobanian, et. al., 2003)
Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
darah (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi grade 1 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi grade 2 > 160 atau > 100
8
9
2013).
Tabel 2. Kategori pasien hipertensi menurut JNC VIII (James, et.al., 2013)
3. Etiologi
4. Patofisiologi
homeostatis tekanan darah. Renin adalah enzim yang disimpan dalam sel
dan aliran darah ginjal dikenali oleh sel-sel juxtaglomerular dan kemudian
J, et.al., 2008).
5. Gejala hipertensi
dengan hipertensi. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati,
dapat timbul gejala antara lain mudah marah, gelisah, sakit kepala, mual,
muntah, nyeri di dada dan bagian kepala belakang, lelah, rasa berat di
(Cahyono, 2008).
16
6. Diagnosis hipertensi
a. Tujuan terapi
1) Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau
<150/90 mHg.
17
2) Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien
60 tahun atau lebih yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau
b. Terapi nonfarmakologi
konsumsi moderat alkohol. Perubahan gaya hidup ini, meskipun sulit bagi
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; dan aktifitas fisik. Program diet yang mudah diterima
18
c. Terapi farmakologi
ventrikel dapat dicapai melalui aksi pada tonus vena atau pada volume
potensial dari terapi bersamaan dengan dua atau lebih obat. Penggunaan
bersama obat dari kelas yang berbeda adalah strategi untuk mencapai
kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan
angiotensin (ARB), beta bloker, dan antagonis kalsium (CCB) (Depkes RI,
2006).
1) Diuretika
2011).
Na+ dalam urin dan mengarah pada penurunan curah jantung. Efek
ini mungkin berbeda sehingga efikasi klinis tidak selalu sama dalam
21
diuretik tiazid dengan penurunan tekanan darah dalam waktu sekitar 4-6
minggu. Diuretik mungkin tidak efektif sebagai terapi tunggal pada pasien
dengan hipertensi tahap 2. Efek diuretik tiazid yang aditif dengan obat
diuretik ini menjadi umum dan rasional digunakan. Diuretik juga memiliki
loop, seperti furosemid dan bumetanid. Efek berbeda dari kedua agen ini
kemungkinan besar terkait dengan durasi pendek dari aksi diuretik loop,
yang lebih besar dibanding diuretik tiazid. Namun, diuretik loop mungkin
sangat berguna pada pasien dengan azotemia atau dengan edema berat.
Amilorida adalah diuretik hemat kalium (K+) yang juga memiliki efek
efek antihipertensi ketika pertama kali diteliti pada pasien dengan angina
farmakokinetik klinis dan efek samping dari berbagai obat. Obat tanpa
-bloker memberikan durasi yang cukup untuk pemberian sekali atau dua
pada denyut jantung dan aktivitas renin plasma. Selama terapi jangka
aktivitas renin plasma kembali normal. Aliran darah ginjal tidak berubah
selama terapi dengan antagonis reseptor α1. Retensi garam dan air terjadi
reseptor α1. antagonis reseptor α1 adalah obat yang sesuai bagi pasien
kanal Ca2+ bergantung voltase dapat menurunkan jumlah total Ca2+ yang
node, namun respon ini cukup ringan kecuali jika obat diberikan dengan
efek kronotropik negatif obat ini atau menyebabkan blok jantung pada
pasien yang rentan. Antagonis kanal Ca2+ efektif baik digunakan sendiri
atau kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan hipertensi. Hal ini
telah diperkuat oleh sejumlah besar uji klinis (Brunton, et.al., 2011).
ramipril, benazepril, dan perindopril juga telah tersedia. ACE-I juga hadir
ini juga memiliki hipertensi. Pasien dengan hipertensi dan penyakit jantung
2011).
26
kecil dan secara klinis tidak berpengaruh terjadi ketika agen ini digunakan
pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Namun, retensi besar K+ dapat
diuretik hemat kalium, NSAID, suplemen K+, dan β –bloker (Brunton, et.al.,
2011).
menurunkan hipertrofi seluler. Ada dua subtipe yang berbeda dari reseptor
AngII, yaitu AT1 dan AT2. Reseptor subtipe AT1 terletak dominan di
pembuluh darah dan jaringan miokard dan juga di otak, ginjal, dan sel
reactive oxygen species (ROS) dan untuk menekan aktivitas NF-κB, yaitu
samping berupa batuk seperti ACE-I (Dipiro, et.al., 2008). Pemberian obat
ini pada dosis yang cukup, sama efektifnya dengan ACE-I dalam
7) Vasodilator
arteri, sehingga jantung tidak bekerja keras memompa darah dan tekanan
digunakan sebagai usaha terakhir jika obat lain tidak mampu mengontrol
Menurut JNC VIII, terapi lini pertama dibatasi menjadi pilihan empat
ACEI, atau ARB. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih
pasien dengan penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis,
baik sebagai terapi tunggal lini pertama atau kombinasi dengan golongan
obat lain. ACEI dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama
secara bersamaan. CCB dan diuretik tipe tiazid harus digunakan daripada
ACEI dan ARB pada pasien lebih dari 75 tahun dengan penurunan fungsi
8. Penyakit komplikasi
2008).
30
a. Diabetes mellitus
penyakit hipertensi atau DM saja (Hao, et. al., 2014). Diabetes mellitus
tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah dan kualitas yang cukup,
endokrinopati, akibat kerja obat atau zat kimia, infeksi, imunologi dan
polidipsia, poliuria, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
Hasil pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat
gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
lanjut diperlukan yaitu GDP ≥ 126 mg/d dan GDS ≥ 200 mg/dl pada hari
yang lain atau hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.
optimal maka ada 2 pilihan yaitu gaya hidup sehat disertai kombinasi 3
basal. Terapi dengan insulin intensif dipilih ketika glukosa darah tetap
puasa, dan insulin kerja cepat atau kerja pendek untuk mengendalikan
glukosa darah prandial. Kombinasi insulin basal dan prandial ini berbentuk
basal bolus yang terdiri dari 1 kali basal dan 3 kali prandial (Ndraha S.,
2014).
menggunakan inhibitor ACE atau ARB. Bukti dari hasil penelitian telah
halnya untuk stroke dan gagal ginjal. Hipertensi dan CAD umum terjadi,
miokard yang tidak adekuat yang disuplai oleh arteri koroner yang terlibat
coronary artery disease (CAD), atau yang serupa CAD (penyakit arteri
karotid, aneurisme aorta perut, dan penyakit pembuluh darah perifer), bagi
pengelolaan hipertensi pada pasien dengan CAD tetap (angina stabil atau
sedikit bukti yang menunjukkan bahwa agen ini memberikan hasil terapi
yang lebih baik dibandingkan agen lain pada hipertensi dengan CAD. Jika
ACE atau ARB, β bloker, dan diuretik thiazid atau diuretik kuat
c. Gagal jantung
tampilan berupa gejala nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki); dan adanya bukti objektif
dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat (Siswanto, B.,
lebih dikenal dengan gagal gantung adalah sindrom klinis progresif yang
35
NYHA, terdiri dari 4 stadium atau 4 kelas. Uji diagnostik biasanya paling
sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah. Uji
diagnostik sering kurang sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi
EKG sering dijumpai pada gagal jantung. Abnormalitas EKG memiliki nilai
prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG normal,
efusi pleura dan penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
antagonis aldosteron, digoksin, nitrat dan hidralazin. ACEI dan beta bloker
diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi
37
pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % yang tetap
hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat. Pada pasien gagal jantung
sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap ACEI dan ARB (Dipiro, J.,
B. Telmisartan
42% setelah dosis 40 mg dan 58% setelah dosis 160 mg. Konsentrasi
plasma puncak telmisartan dicapai sekitar 0,5 sampai 1 jam setelah dosis
oral. Telmisartan terikat dengan plasma protein lebih dari 99%. Obat ini
obat tak berubah. Waktu paruh eliminasi telmisartan panjang yaitu sekitar
dosis, efek puncak penurunan tekanan darah dicapai dalam waktu 3 jam
dari 40 mg sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan, jika perlu hingga dosis
dari plasma dipengaruhi oleh gangguan hati dan tidak dipengaruhi oleh
target pada obat anti diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa telmisartan
(gambar 5).
Efek samping yang biasa terjadi adalah pusing, sakit kepala, dan
hipotensi ortostatik terkait dosis, namun efek samping ini umumnya ringan
2009).
40
C. Valsartan
permeabilitas tinggi. Valsartan praktis tidak larut dalam air. Obat dengan
terjadi 2 sampai 4 jam setelah dosis oral. Valsartan terikat pada protein
Setelah pemberian dosis oral sekitar 83% diekskresikan dalam feses dan
hanya 13% dalam urin. Waktu paruh eliminasi sekitar 5-9 jam (Sweetman,
2009). Valsartan dikeluarkan dari sirkulasi darah oleh hati sekitar 70% dari
total klirens. Klirens valsartan dari plasma dipengaruhi oleh gangguan hati
secara oral. Efek penurunan tekanan darah terjadi dalam waktu 2 jam,
mencapai puncak dalam waktu 4 sampai 6 jam, dan tetap ada selama
hipertensi. Jika perlu dosis ini dapat ditingkatkan hingga 160 mg sekali
sehari. Dosis maksimum adalah 320 mg sekali sehari. Dosis awal yang
lebih rendah, 40 mg sekali sehari dapat digunakan pada pasien usia lanjut
lain pusing, sakit kepala, dan hipotensi ortostatik terkait dosis. Hipotensi
akibat dosis tinggi diuretik. Gangguan fungsi ginjal juga bisa terjadi. Gejala
D. Candesartan
diberikan dalam bentuk larutan dan sekitar 14% ketika diberikan dalam
bentuk tablet. Lebih dari 99% candesartan terikat pada plasma protein.
oral, dan waktu paruh plasma adalah sekitar 9 jam. Klirens candesartan
67%, terutama sebagai obat yang tidak berubah dan sejumlah kecil
metabolit tidak aktif. Klirens plasma dipengaruhi oleh insufisiensi ginjal dan
Candesartan diberikan secara peroral satu atau dua kali sehari dengan
dosis harian 4-32 mg (Brunton, L., et.al., 2011; Sweetman, S.C. 2009).
43
pasien gagal jantung dengan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri, baik
saat inhibitor ACE tidak ditolerir maupun sebagai pilihan selain inhibitor
ACE. Efek antihipertensi muncul sekitar 2 jam setelah dosis dan efek
dosis sampai 32 mg setiap hari sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis
terbagi, juga bisa digunakan. Dosis awal yang lebih rendah harus
atau hati mungkin juga memerlukan dosis awal yang lebih. Pada gagal
antara lain pusing, sakit kepala, dan hipotensi ortostatik terkait dosis.
misalnya akibat dosis tinggi diuretik. Gangguan fungsi ginjal dan gejala
peningkatan nilai enzim hati bisa terjadi. Hiperkalemia dan mialgia juga
(PPAR-γ) pada gen target GLUT-4 (Schupp et al., 2004). Target aktivitas
Fungsi Target
Triglyseride hydrolysis Lipoprotein lipase
Fatty acid uptake/esterification CD36, fatty-acid- transport protein 1
Fatty-acid-binding protein 4 (aP2)
AcylCoA synthase
Lipogenesis and triglyceride Phosphoenolpyruvate carboxykinase
synthesis Glycerol kinase
Lipolysis regulation Perilipin
Adipokines Adiponectin
Resistin
Insulin signalling and glucose Cbl-associated protein
uptake Insulin receptor subtrate 2
Glucose transporter 4
45
di endotel dan ambilan asam lemak bebas ke dalam adiposit melalui fatty
acid transport protein (FATP) dan CD36. PPARγ menurunkan asam lemak
2006).
sifat lipofilik obat. Telmisartan merupakan ARB dengan sifat lipofilik yang
F. Peroxisome-Proliferator-Activated Receptor
transkripsi yang diinduksi ligan. Pada mamalia, ada tiga PPAR, yaitu
memiliki fungsi unik secara in vivo, mungkin karena distorsi jaringan yang
(BAT), yang merupakan penggerak utama jalur oksidasi asam lemak dan
diberbagai tempat dan memiliki peran penting dalam oksidasi asam lemak
pada jaringan metabolik utama seperti otot rangka, hati dan jantung.
pada jaringan adiposa pada kondisi fisiologis namun dapat diinduksi pada
jaringan lain dengan diet tinggi lemak (HFD) (Ahmadian, M., et.al., 2013).
bebas pada saat puasa untuk pemanfaatan oleh jaringan oksidatif lainnya
hati dan otot rangka, serta resistensi insulin. Kini diketahui bahwa
lainnya seperti otak, hati dan otot rangka (mungkin melalui adiponektin)
48
adalah juga melalui regulasi oleh PPAR. Bukti kuat menyebutkan peran
lipid, PPARγ juga penting untuk mengendalikan jaringan gen yang terlibat
et.al., 2013).
peran relatif kedua FGF dan regulasinya oleh PPARγ. Namun demikian,
G. Hipotesis
H. Kerangka Teori
Angiotensinogen
Renin
Angiotensin I
Analisis
Farmakoterapi keamanan
terapi
Angiotensin II
Insulin signalling/
Reseptor AT1 ARB PPAR-ɤ glucose uptake
Regulasi
metabolisme
↓ Glukosa
dan lipid
↑ Output
Jantung ↑Kontraktilitas
jantung
SSP Vasopressin
↑ Volume
Plasma Diabetes Penyakit
Reabsorbsi Mellitus Jantung
Ginjal +
Na dan air
Korteks
↑ Aldosteron
adrenal
Gambar 9. Bagan kerangka teori (Dipiro J., et.al., 2008; Schupp, et.al., 2004)
52
I. Kerangka Konsep
J. Definisi Operasional
3. Kadar lipid dalam penelitian ini meliputi kadar kolesterol total, kadar
4. Kadar glukosa darah dalam penelitian ini meliputi kadar glukosa darah
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
kadar lipid, kadar glukosa darah, efek samping obat, dan interaksi obat.
2017 dan lokasi penelitian di ruang rawat inap RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
54
55
dibutuhkan terpenuhi.
= 55,91 ≈ 56 sampel
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
D. Prosedur Penelitian
1. Kriteria penelitian
a. Kriteria inklusi
angiotensin receptor blocker (ARB) dan insulin dengan rentang dosis yang
b. Kriteria eksklusi
hari.
gagal ginjal.
2. Pengambilan data
meliputi kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, dan glukosa darah,
etik.
57
3. Pengolahan data
pengobatan dan data klinis pasien digunakan untuk analisis efek samping
yang diteliti.
58
E. Alur Penelitian
Pengambilan data
HT HT HT HT HT HT HT HT HT
+ + + + + + + + +
DM CAD CHF DM CAD CHF DM CAD CHF
serta data profil pengobatan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan
59
60
renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah menjadi lebih kaku oleh karena itu darah pada setiap
orang pasien memiliki kelebihan bobot badan dan 1 orang memiliki bobot
massa tubuh dengan tekanan darah sistolik dan diastolik baik pada
dengan peningkatan 4,0 mmHg tekanan darah sistolik dan 2,4 mmHg
normal.
reduktase adalah yang paling efektif dan banyak digunakan sebagai agen
populasi yang berisiko tinggi (Gradman, A.H., et.al., 2010). CCB dan
pada kasus gagal jantung yang lebih berat, untuk menangani kelebihan
18
16
14
Jumlah Kasus
12 Kelompok
Valsartan
10
8 Kelompok
6 Telmisartan
4
Kelompok
2 Candesartan
0
Gambar 12. Grafik jumlah penggunaan obat lain bersama dengan ARB
pada pasien hipertensi dengan komplikasi di rawat inap
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli
2017
dengan penyakit hipertensi atau DM saja (Hao, et. al., 2014). Guideline
populasi DM yaitu < 140/90 mmHg dan optimalisasi kontrol status glikemik
angiotensin system (RAS) dalam hal ini ACEI atau ARB (James, et.al.,
(Tripathi, N, 2016).
(31,58%) dari total sampel 57 orang, yang terdiri atas 13 orang laki-laki
(22,81% dari total sampel atau 30,95% dari kelompok sampel laki-laki)
dan 5 orang perempuan (8,77% dari total sampel atau 33,33% dari
10 - 14 U per hari) dan Novorapid® (dosis: 6-12 U, tiga kali dalam sehari)
glukosa darah puasa, dan kadar lipid pada kelompok terapi valsartan,
Tabel 6. Rerata TDS, TDD, kadar GDP, kadar kolesterol total, kadar LDL,
kadar TG, dan kadar HDL sebelum dan setelah penggunaan
obat pasien hipertensi dengan DM di rawat inap RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli 2017
Kelompok Kelompok Kelompok
Valsartan Telmisartan Candesartan
Variabel Before After Before After Before After
Treatment Treatment Treatment Treatment Treatment Treatment
TDS 149,68± 119,25± 157,1± 122,79± 147,46± 119,96±
(mmHg) 12,05 14,92 17,27 21,20 4,10 3,47
TDD 90,08± 72,97± 89,50± 70,50± 93,30± 79,58±
(mmHg) 10,42 11,69 5,05 9,92 9,72 9,00
GDP 145,1± 114,83± 150,67± 117,50± 157,67± 129, 83±
(mg/dl) 40,79 38,58 28,00 30,91 26,97 30,56
Kolesterol 167,8± 165,50± 191,17± 188,33± 209,33± 207,17±
total (mg/dl) 38,65 37,99 40,72 39,77 58,29 57,56
92,83± 91,00± 107,00± 105,33± 131,50± 130,17±
LDL (mg/dl)
25,36 24,66 26,65 25,99 43,66 43,20
91,50± 87,83± 64,17± 60,33± 107,33± 103,83±
TG (mg/dl)
14,46 13,96 21,50 20,56 32,54 31,31
HDL 34,50± 35,83± 47,83± 49,33± 27,00± 27,67±
(mg/dl) 6,66 7,11 6,88 7,34 18,77 19,80
Ket. TDS : tekanan darah sistolik
TDD : tekanan darah diastolik
69
perubahan yang signifikan (nilai p < 0,05) antara sebelum dan setelah
untuk semua variabel yang diuji, meliputi TDS, TDD, GDP, kolesterol total,
perbedaan yang tidak signifikan (p > 0,05) untuk semua variabel yang
tekanan darah, kadar glukosa, dan profil lipid yang relatif lebih dominan
menyebutkan bahwa CAD 1,95 kali lebih sering terjadi pada kasus dengan
koroner, dan resistensi insulin (Baguet, JP. dan JM. Mallion, 2005).
dengan statin, tapi juga meniadakan efek buruk dari terapi statin pada
glukosa darah puasa, dan kadar lipid pada kelompok terapi valsartan,
Tabel 8. Rerata TDS, TDD, kadar GDP, kadar kolesterol total, kadar LDL,
kadar TG, dan kadar HDL sebelum dan setelah penggunaan
obat pasien hipertensi dengan CAD di rawat inap RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli 2017
Variabel Kelompok Kelompok Kelompok
Valsartan telmisartan Candesartan
Before After Before After Before After
Treament Treament Treament Treament Treament Treament
TDS 155,25± 126,69± 156,60± 127,36± 146,60± 119,20±
(mmHg) 6,98 6,76 6,23 8,59 8,53 7,56
TDD 89,46± 71,94± 93,20± 75,67± 78,30± 63,10±
(mmHg) 9,53 9,23 12,13 12,09 3,63 4,39
GDP 109,50± 110,00± 96,20± 95,80± 103,60± 104,20±
(mg/dl) 7,18 3,63 9,28 5,26 8,05 8,53
Kolesterol 173,00± 170,00± 179,20± 174,60± 188,00± 184,80 ±
total (mg/dl) 22,10 21,29 48,33 47,45 45,39 44,72
LDL (mg/dl) 121,17± 118,83± 111,60± 108,60± 113,40± 112,60±
26,00 25,65 32,24 31,27 26,84 25,35
TG (mg/dl) 96,50± 92,83± 88,20± 83,80± 91,60± 89,00±
20,71 20,00 30,79 30,95 10,11 9,46
HDL 32,00± 32,33± 37,00± 38,20± 51,20± 51,60 ±
(mg/dl) 5,10 4,08 15,23 16,13 10,33 8,63
Ket. TDS : tekanan darah sistolik
TDD : tekanan darah diastolik
GDP : glukosa darah puasa
LDL : low-density lipoprotein
TG : trigliserida
HDL : high-density lipoprotein
kelompok valsartan menunjukkan bahwa hanya kadar GDP dan HDL yang
parameter tekanan darah dan profil lipid (nilai p < 0,05), namun tidak pada
(nilai p < 0,05). Peningkatan kadar GDP pada kelompok valsartan dan
dengan efek buruk pada metabolisme glukosa (Rizos C.V. dan Moses
terapi statin pada indeks glikemik yang terlihat dalam penelitian lain (Rizos
C.V. dan Moses E.F., 2014), nampaknya tidak begitu maksimal dalam
singkat.
74
variabel yang diuji. Namun hasil Post Hoc Test (lihat lampiran 6)
efek yang lebih dominan terhadap penurunan profil lipid dan kadar
75
sampai tiga kali lipat lebih besar pada pasien hipertensi dibandingkan
sistem ini dapat mendorong perbaikan hipertrofi dan gagal jantung. Obat
ventrikuler kiri lebih efektif daripada beta bloker dan calcium channel
Janardhanan, 2014).
76
Tabel 10. Rerata TDS, TDD, kadar GDP, kadar kolesterol total, kadar
LDL, kadar TG, dan kadar HDL sebelum dan setelah
penggunaan obat pasien hipertensi dengan CAD di rawat inap
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli
2017
Kelompok Kelompok Kelompok
Valsartan Telmisartan Candesartan
Variabel Before After Before After Before After
Treatment Treatment Treatment Treatment Treatment Treatment
TDS 144,87 ± 116,52 ± 147,25 ± 115,06 ± 144,14 ± 116,75 ±
(mmHg) 9,88 13,54 11,24 14,80 8,80 4,47
TDD 90,87 ± 73,96 ± 84,67 ± 63,50 ± 92,90 ± 74,28 ±
(mmHg) 9,34 10,14 7,79 9,03 10,01 9,91
GDS 129,60 ± 103,50 ± 137,67 ± 112,33 ± 115,57 ± 89,86 ±
(mg/dl) 23,30 19,40 34,86 35,48 35,26 31,07
Ket. TDS : tekanan darah sistolik
TDD : tekanan darah diastolik
GDS : glukosa darah sewaktu
p < 0,05) untuk semua variabel yang diuji meliputi TDS, TDD, dan GDS
furosemid.
antara ketiga kelompok tersebut disajikan dalam tabel 11. Hasil uji
tidak signifikan (p > 0,05) untuk semua variabel yang diuji. Namun
Tabel 11. Perbandingan Δ TDS, Δ TDD, dan Δ GDS pada pasien hipertensi
dengan CHF di rawat inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode Mei-Juli 2017
Variabel Kelompok Kelompok Kelompok Nilai p
Valsartan Telmisartan Candesartan
n=10 n=6 n=7
Δ TDS (mmHg) 28,35 ± 7,36 32,20 ± 6,34 27,39 ± 8,24 0,511
Δ TDD (mmHg) 16,91 ± 6,65 21,17 ± 5,73 18,62 ± 3,11 0,283
Δ GDS (mg/dl) 25,33 ± 5,64 26,10 ± 8,74 25,71 ± 7,85 0,982
Ket. TDS : tekanan darah sistolik
TDD : tekanan darah diastolik
GDS : glukosa darah sewaktu
Lim, S.Y., et.al. (2011) yang menyebutkan tidak ada perbedaan signifikan
perubahan signifikan profil lipid dari kedua obat tersebut dan hanya
perubahan kadar glukosa plasma dan adiponektin yang lebih baik pada
efikasi antihipertensi yang lebih baik daripada losartan dan relatif seefektif
(White, W.B. et.al., 2004). Begitu pula penelitian oleh Sharma, A.M., et.al.
bioavailabilitas oral, afinitas, tingkat disosiasi, dan bahkan efek lain yang
[pentanoyl-[[4-[2-(2H-tetrazoyl-5-yl)phenyl]phenyl]methyl]amino]-butanoic
lainnya memiliki substitusi pada gugus tetrazol yang dapat menjaga sifat
lain dari molekul, valsartan berbeda dengan ARB lain karena tidak
saling terikat. Ketiga ARB ini memiliki interaksi hidrofobik antara cincin
fenil dengan reseptor, bersamaan dengan interaksi ionik dari bagian asam
dengan residu dasar. Semua ARB mengikat pada area yang sama atau
80
sangat mirip pada reseptor AT1. Gugus asam pada kedua ujung molekul
Sifat fisik yang terkait dengan struktur kimia berbagai ARB adalah
sebesar 4,02 dan valsartan dengan koefisien partisi sebesar 3,68. Hanya
jaringan adalah volume distribusi (Vd). Hal ini dapat dihitung setelah
bervariasi dari sekitar 10 liter (0,13 l/kg) untuk candesartan sampai 500
10-93 liter. Nilai Vd valsartan tidak lebih dari 17 liter (0,2 l/kg). Nilai Vd
rendah menunjukkan bahwa obat dibatasi oleh albumin (0,1 l/kg) atau total
81
ruang air tubuh (0,6 l/kg) dan mungkin tidak mudah didistribusikan ke
2013).
setelah dosis oral. Valsartan terikat pada protein plasma antara 94 - 97%.
Waktu paruh eliminasi sekitar 6 jam. Setelah pemberian dosis oral sekitar
83% diekskresikan dalam feses dan hanya 13% dalam urin. Klirens total
valsartan adalah 33,3 ml/menit dan klirens ginjal 10,3 ml/menit. Valsartan
diberikan dalam dosis awal 80 mg sekali sehari pada hipertensi. Jika perlu
setelah pemberian dosis 80 mg adalah 2000 ng/ml dan nilai AUC0-∞ 6480
adalah sekitar 14% ketika diberikan dalam bentuk tablet. Lebih dari 99%
diperoleh 3-4 jam setelah pemberian tablet oral. Waktu paruh candesartan
Candesartan diberikan secara peroral satu atau dua kali sehari dengan
82
dosis harian 4-32 mg. Dalam pengelolaan hipertensi dosis awal yang
2009). Konsetrasi plasma puncak (Cmax) adalah 100 ng/ml dan nilai
Bioavailabilitas oral bergantung pada dosis yaitu sekitar 42% setelah dosis
Telmisartan terikat dengan plasma protein lebih dari 99,5%. Waktu paruh
eliminasi telmisartan panjang yaitu 24 jam dan klirens total lebih dari 800
puncak (Cmax) setelah pemberian dosis 80 mg adalah 280 ng/ml dan nilai
mengurangi glukosa dan trigliserida pada hewan coba yang diberi diet
83
diuji pada konsentrasi yang dicapai dengan dosis oral konvensional (Lim,
S.Y., et.al., 2011). Hal ini dipengaruhi oleh sifat lipofilitas telmisartan yang
dari polifarmasi telah diakui, tetapi potensi manfaat dari kombinasi yang
retensi kalium. Selain itu hiponatremia juga telah dilaporkan sebagai efek
hiperkalemia ringan (kadar K+: 5,6 mmol/l); dan 1 kasus (5,56%) pada
Tabel 12. Jumlah kasus dan rerata peningkatan kadar kalium, ureum, dan
kreatinin pada pasien hipertensi dengan komplikasi di rawat
inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-
Juli 2017
Variabel Kelompok Valsartan Kelompok Kelompok
(n=22) Telmisartan (n=17) Candesartan (n=18)
Jumlah Rerata Jumlah Rerata Jumlah Rerata
kasus kasus kasus
Peningkatan 7 0,53±0,33 5 0,30±0,10 4 1,02±0,80
Kadar Kalium (31,82%) (29,41%) (22,22%)
(mmol/l)
Peningkatan 5 11,60±6,54 3 14,00±10,54 5 18,40±7,50
Kadar Ureum (22,73%) (17,65%) (27,78%)
(mg/dl)
Peningkatan 5 0,34±0,15 3 0,52±0,22 5 0,09±0,04
Kadar Kreatinin (22,73%) (17,65%) (27,78%)
(mg/dl)
Keterangan: Kasus peningkatan kadar ureum dan kreatinin terjadi pada
pasien yang sama.
tiga syarat, yaitu manifestasi efek samping atau hasil uji lab yang
abnormal, dilihat dari waktu kejadian masih dapat diterima yaitu bahwa
moderat (kalium > 6 sampai 6,9 mmol/L), dan hiperkalemia berat (kalium >
dapat juga tidak terdeteksi sebelumnya (Raebel M.A., 2011). Kadar kalium
kondisi pasien terutama penurunan fungsi ginjal, dan diet kalium. Efek
dari 10% setelah memulai pengobatan ARB mempengaruhi lebih dari 15%
30% pada kelompok valsartan dan telmisartan, tetapi tidak pada kelompok
pada pasien yang menerima kombinasi AINS dengan ARB (Horn J.R., dan
komplementer (Kim, DR., et.al., 2013; Cakir, M., 2010). Begitu pula dalam
90
memiliki jalur aksi atau metabolisme yang sama. Kedua kasus akan
mengganggu bioavailabilitas dan aksi dari salah satu atau kedua obat
dengan obat lain yang berpotensi terjadi pada penelitian ini disajikan
Tabel 13. Interaksi obat ARB dengan obat lain yang berpotensi terjadi
pada pasien hipertensi dengan komplikasi di rawat inap RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli 2017
Interaksi Obat Jumlah Efek Interaksi Kategori Literatur
Kasus
N = 57
(%)
Valsartan/telmisartan/ 26 ARB dapat meningkatkan Moderat; Drugs.com
candesartan + aspirin (45,61) toksisitas NSAID, sehingga Monitor Medscape.com
meningkatkan risiko gangguan Closely Stockley’s 2008
ginjal. Valsartan dan aspirin
meningkatkan kadar kalium,
sehingga berpotensi
hiperkalemia.
Sedangkan aspirin dapat
mempengaruhi efek
farmakodinamik antihipertensi
dari ARB
Valsartan/telmisartan/ 23 Hipotensi simtomatik dapat Monitor Medscape.com
candesartan + (40,35) terjadi karena penggunaan Closely Stockley’s 2008
furosemid bersama ARB dan diuretik.
ARB juga dapat meningkatkan
kadar kalium, sedangkan
furosemid menurunkan kadar
kalium. Pemberian ARB
bersama diuretik dapat
meningkatkan/ menurunkan
kadar kalium
Valsartan/telmisartan + 24 Valsartan/telmisartan dapat Monitor Medscape.com
atorvastatin (42,10) meningkatkan risiko toksisitas Closely
atorvastatin
Valsartan/telmisartan/ 18 Efek hipoglikemik insulin dapat Moderat Drugs.com
candesartan + insulin (31,58) ditingkatkan oleh ARB, risiko
hipoglikemia
Codeine + valsartan/ 5 Codein dapat meningkatkan Moderat Drugs.com
telmisartan/candesartan (8,77) efek hipotensif ARB.
Telmisartan + digoksin 1 Telmisartan dapat Moderat; Drugs.com
(1,75) meningkatkan toksisitas Monitor Medscape.com
digoksin, karena dapat Closely Stockley’s 2008
meningkatkan kadar digoksin
92
gangguan ginjal dan hiperkalemia. Baik ARB maupun AINS memiliki efek
(Baxter K, 2008). Namun dalam penelitian ini, efek interaksi tersebut tidak
ditemukan. Hal ini sejalan dengan bukti klinis yang menyebutkan bahwa
pasien.
BAB V
A. Kesimpulan
94
95
yang bermakna terjadi antara ARB dengan obat lain dalam jumlah
aman.
B. Saran
samping obat golongan ARB pada pasien hipertensi dalam jangka waktu
yang lebih lama dan evaluasi parameter outcome lainnya terkait penyakit
Ahmadian, M., Jae Myoung Suh, Nasun Hah, Christopher Liddle, Annette
R Atkins, Michael Downes, dan Ronald M Evans. 2013. PPARγ
Signaling and Metabolism: The Good, The Bad and The Future.
Nature Medicine. Vol 19 (5), hal. 557-566.
Almasdy, D., Dita Permata Sari, Suharti, Deswinar Darwin, dan Nina
Kurniasih. 2015. Evaluasi Penggunaan Obat Antidiabetik pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Suatu Rumah Sakit Pemerintah
Kota Padang - Sumatera Barat. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis.
Vol. 2 (1), hal. 104.
Ansa, D.A., Lily Ranti Goenawi, dan Heedy M. Tjitrosantoso. 2010. Kajian
Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Januari-Desember 2010. Farmasi FMIPA
UNSRAT Manado.
Baguet, Jean-Philippe dan Jean-Michel Mallion. 2005. Hypertension and
Coronary Heart Disease. European society of hypertension
Scientific Newsletter. Vol. 6 (14), hal. 1-2. Grenoble Cedex 09,
France.
Banerjee, Sunip. 2012. Common Drug Interactions in Cardiology
Prescription. Medicine Update. Vol. 22, hal. 223-228. Kolkata.
Baxter, Karen. 2008. Stockley’s Drug Interactions. Eighth Edition.
Pharmaceutical Press, UK.
Brunton, L.L., Bruce A. Chabner, dan Björn C. Knollmann. 2011.
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics.
Twelfth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modren. Kanisius. Jakarta.
Cakir, M. 2010. Significant Hyperkalemia and Hyponatremia Secondary to
Telmisartan/hydrochlorothiazide Treatment. Blood Pressure. Vol. 19
(6), hal. 380.
Cernes, Relu, Margarita Mashavi, dan Reuven Zimlichman. 2011.
Differential Clinical Profile of Candesartan Compared to Other
Angiotensin Receptor Blockers. Vascular Health and Risk
Management. Vol. 7, hal. 749–759. Dovepress.
Chobanian, Aram V., George L. Bakris, Henry R. Black, William C.
Cushman, Lee A. Green, Joseph L. Izzo, Jr, Daniel W. Jones, Barry
96
97
Gradman, Alan H., Jan N. Basile, Barry L. Carter, dan George L. Bakris.
2010. Combination Therapy In Hypertension. Journal of The
American Society of Hypertension. Vol. 4 (2), hal 90–98.
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., dan Simpson, I. A. 2005.
Kardiologi: Lecture Notes. Edisi IV. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hao, G., Zengwu Wang, Rui Guo, Zuo Chen, Xin Wang, Linfeng Zhang
dan Wei Li. 2014. Effects of ACEI/ARB in Hypertensive Patients
with Type 2 Diabetes Mellitus: A Meta-Analysis of Randomized
Controlled Studies. BMC Cardiovascular Disorders. Vol. 14 (148),
hal 1-7. BioMed Central.
Horn, J.R., dan Philip D. Hansten, 2013. Diuretics, ACEIs, ARBs, and
NSAIDs: A Nephrotoxic Combination. Pharmacy Times. Hal. 40.
(JNC 8). Journal of the American Medical Association. Vol. 311 (5),
hal. 507-520. American Medical Association.
Kannan, Arun dan Rajesh Janardhanan. 2014. Hypertension as a Risk
Factor for Heart Failure. Current Hypertension Report. Vol. 16 (7),
hal. 447. Springer Science, New York.
Kim, DR., Cho JH., Jang WS., Kim JS., Jeong KH., Lee TW., dan Ihm
CG. 2013. Severe Hyponatremia Associated with the Use of
Angiotensin II Receptor Blocker/thiazide Combinations. Case
Report. Electrolyte Blood Pressure. Vol. 1, hal. 56-59. The Korean
Society of Electrolyte Metabolism.
Lastra, G., Sofia Syed, L. Romayne Kurukulasuriya, Camila Manrique, dan
James R. Sowers. 2014. Type 2 Diabetes Mellitus and
Hypertension: An Update. Endocrinol Metab Clin North Am. Vol.
43(1), hal. 103–122.
Lim, S.Y., Sun Won Kim, Eung Ju Kim, Jun Hyuk Kang, Su A Kim, Yun
Kyung Kim, Jin Oh Na, Cheol Ung Choi, Hong Euy Lim, Seong
Woo Han, Seung-Woon Rha, Chang Gyu Park, Hong Seog Seo,
dan Dong Joo Oh. 2011. Telmisartan Versus Valsartan in Patients
With Hypertension: Effects on Cardiovascular, Metabolic, and
Inflammatory Parameters. Korean Circulation Journal. Vol. 41 (10),
hal. 583–589. The Korean Society of Cardiology.
Lip, GY., Felmeden DC, dan Dwivedi G. 2011. Antiplatelet Agents and
Anticoagulants for Hypertension. Cochrane Database System
Review. Issue 12, hal. 1-9.
Marliani, L, dan Tantan S. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. PT
Elex Media Komputindo, Gramedia. Jakarta.
Michel, Martin C., Carolyn Foster, Hans R. Brunner, dan Lisheng Liu.
2013. A Systematic Comparison of the Properties of Clinically Used
Angiotensin II Type 1 Receptor Antagonists. Pharmacological
Reviews. Vol 65, hal. 809–848. The American Society for
Pharmacology and Experimental Therapeutics.
Morgado, Manuel, Sandra Rolo, Ana Filipa Macedo, dan Miguel Castelo-
Branco. 2011. Association of Statin Therapy with Blood Pressure
Control In Hypertensive Hypercholesterolemic Outpatients In
Clinical Practice. Journal of Cardiovascular Disease Research. Vol.
2 (1), hal. 44-49.
Mori, H., Yosuke Okada, Tadashi Arao, Keiko Nishida, dan Yoshiya
Tanaka. 2012. Telmisartan at 80 mg/Day Increases High-Molecular-
Weight Adiponectin Levels and Improves Insulin Resistance in
100
Semple, R.K., Chatterjee VK, dan O'Rahilly S. 2006. PPARγ and Human
Metabolic Disease. Journal of Clinical Investigation, 116 (3), hal.
581-589.
Sharma, Arya M., Jaime Davidson, Stephen Koval, dan Yves Lacourcière.
2007. Telmisartan/hydrochlorothiazide Versus Valsartan/
hydrochlorothiazide in Obese Hypertensive Patients With Type 2
Diabetes: The SMOOTH Study. Cardiovascular Diabetology. Vol. 6
(28), hal. 1-8.
Siswanto, BB., Nani Hersunarti, Erwinanto, Rossana Barack, Rarsari
Soerarso Pratikto, Siti Elkana Nauli, dan Anggia C Lubis. 2015.
Buku Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Sumawa, P. M. R., Adeanne C. Wullur, dan Paulina V. Y. Yamlean. 2014.
Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi pada
Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Januari-Juni 2014. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 4
(3), hal 128.
Tian, Z., Yuling Yan, Songbai Deng, dan Qiang She. 2016. Effect of
Valsartan on Insulin Resistance in Patients with Hypertension: A
Systematic Review and Meta-analysis. International Journal of
Clinical and Experimental Medicine. Vol. 9 (7), hal. 14047-14056.
Tjay, H. T. dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Edisi VI, Cetakan Pertama.
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tripathi, Bohara S., Singh R.R., Kumar A., Uraiya D., dan Dhoan P. 2016.
Comparative Study of Telmisartan and Amlodipine to Assess The
Effect on Blood Pressure, Lipid Profile and Blood Glucose Level in
Indian Hypertensive Patients. International Journal of Medical
Research and Review. Vol 4 (9), hal. 1693-1701.
Vito, LD, Giorgio Cautilli, Rocco Vergallo, dan Italo Porto. 2011.
Telmisartan for the Prevention of Acute Coronary Syndrome in
ACE-Inhibitor Intolerant Patients. International Journal of Clinical
Reviews.
Weber, M.A., Ernesto L. Schiffrin, William B. White, Samuel Mann, Lars
H. Lindholm, John G. Kenerson, John M. Flack, Barry L. Carter,
Barry J. Materson, C. Venkata S. Ram, Debbie L. Cohen, Jean-
Claude Cadet, Roger R. Jean-Charles, Sandra Taler, David Kountz,
Raymond R. Townsend, John Chalmers, Agustin J. Ramirez,
George L. Bakris, Jiguang Wang, Aletta E. Schutte, John D.
Bisognano, Rhian M. Touyz, Dominic Sica, dan Stephen B. Harrap.
2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of
Hypertension in the Community: A Statement by the American
Society of Hypertension and The International Society of
Hypertension. The Journal of Clinical Hypertension. Vol 16 (1), hal.
14-26.
103
White, William B., Yves Lacourciere, dan Giora Davidai. 2004. Effects of
the Angiotensin II Receptor Blockers Telmisartan Versus Valsartan
on the Circadian Variation of Blood Pressure. The American Journal
of Hypertension. Vol. 17 (4), hal. 347-353. Elsevier.
Yamada, S., Ano N., Toda K., Kitaoka A., Shiono K., Inoue G., Atsuda K.,
dan Irie J. 2008. Telmisartan But Not Candesartan Affects
Adiponectin Expression In Vivo and In Vitro. Hypertension
Research. Vol. 31 (4), hal. 601-631.
Yang, Y., Ri-bao Wei, Yue Xing, Lu Tang, Xiao-yong Zheng, Zi-cheng
Wang, Yu-wei Gao, Min-xia Li, dan Xiang-mei Chen. 2013. A Meta-
analysis of the Effect of Angiotensin Receptor Blockers and
Calcium Channel Blockers on Blood Pressure, Glycemia and the
HOMA-IR Index in Non-Diabetic Patients. Metabolism Clinical and
Experimental. Vol. 62 (12), hal. 1858-1866. Elsevier Inc.