Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION SKENARIO 3

“UROLITHIASIS PADA ANJING DALMATIAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Fadli Putranto

NIM : 17/412417/KH/09313

KELOMPOK : 12. 1

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
I. JUDUL
Urolithiasis pada Anjing Dalmatian

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu mendiagnosa secara klinis kasus urolitiasis.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan kesalahan diet dengan kejadian urolitiasis


pada anjing

3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme perubahan profil urin terkait dengan diet
dan kejadian urolit.

III. PEMBAHASAN

A. Urolithiasis pada Anjing


Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan adanya urolit (batu), calculi,kristal
ataupun sedimen yang berlebihan dalam saluran urinaria. Sama seperti batu manusia
batu kristal ini bisa berada dimanapun dalam saluranurinasi di anjing, meliputi ginjal,
uretra, atau bisa ditemukan di kandung kemih (Fossum, 2002). Saat urin mengalami
tigkat kejenuhan yang tinggi, yang disertai dengan kelarutan garam, garam tersebut
mengalami presipitasi dan membentuk kristal (crystalluria). Jika kristal itu tidak
dikeluarkan maka akan terbentuk agregat yang disebut dengan kalkuli (Fossum, 2002).
Urolith terbentuk karena banyak kristal- kristal yang saling bergabung menjadi satu.
Urolith adalah bentukan mineral yang umumnya tersusun oleh struvite, kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, dan cystine pada urin.Urolith ini terbentuk di dalam
saluran perkencingan dalam bergbagai bentukdan jumlah, tergantung pada infeksi,
pengaruh diet/konsumsi dan gentika (Koesharyono, 2008). Adanya urolit didalam
saluran perkencingan dapat menyebabkan iritasi, akibatnya saluran tersebut rusak dan
ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada anjing.
Pembentukan urolith dimulai dari ginjal yang kemudian terbawa melalui ureter dan
terakumulasi di vesika urinaria. Adapun jenis-jenis urolithpada anjing menurut Bartges
et al., (1999) adalah antara lain :
1. Urolith struvite
Berbentuk bulat atau persegi, yang biasanya ditemukan pada pelvis renalis,
ureter, vesika urinaria, atau urethra. Tersusun dari Mg++, NH4+ , fosfat. Berwarna
putih, kuning sampai coklat, agak keras dan rapuh, jika digerus hancur seperti kapur,
permukaannya halus, atau kasar tanpa tonjolan. Struvite urolith merupakan jenis
kalkuli yang paling banyak terjadi pada anjing. Urolith ini dapat menyerang semua
umur dan lebih banyak menyerang anjing betina. Jenis anjing yang seing menderita
urolith struvite adalah Schnauzer dan Poodle, Shih Tzu, Bichon Frise, Lhasa Apso
dan Cockers. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya urolith struvite adalah
urine bersifat alkalis, konsentrasi mineral yang meningkat dan faktor genetik
(Osborne, 1999).

2. Urolith cystine
Berbentuk bulat atau oval, biasanya kecil permukaannya halus, tersusun dari
asam amino cystine, empuk, mudah dihancurkan, berwarna krem kekuningan, kuning
kehijauan sampai coklat. Cystinuria dapat diidentifikasi berdasarkan kristal cystine
yang berbentuk hexagonal. Terdapat pada urin yang asam, kecil, halus, berwarna
kuning kecoklatan sampai kuning kehijauan.Cystinuria bisa terjadi pada anjing jantan
dan betina, namun kalkuli sistin banyak terjadi pada anjing jantan. Tidak semua
anjing yang menderita cystinuria berkembang menjadi urolithiasis. Dachshunds
adalah anjing yang paling banyak menderita urolith sistin(Osborne,1999).
3. Urolith urate
Urolith urat berbentuk bulat atau oval, permukaannya halus, tersusun dari NH4
urat, biasanya kecil, berlapis-lapis konsentris seperti kulit telur, mudah pecah,
berwarna kuning kecoklatan sampai kehijauan. Kurang lebih 70% urolith ini terjadi
pada anjing jantan. Anjing yang sering menderita urolith ini adalah Dalmatian (60%),
Bulldog, dan Yorkshire terrier (Osborne, 1999).

4. Urolith kalsium oksalat


Urolith ini berbentuk bulat atau oval, tersusun darikalsium oksalat, dan sering
mengandung kalsium fosfat, biasanya kecil sangat keras dan rapuh (mudah pecah,
permukaannya ada yang halus atau tidak beraturan), berwarna krem sampai coklat, tetapi
dapat berwarna hijau kecoklatan. Jenis mineral yang paling umum di jumpai dalam urolith
anjing adalah struvite. Ammonium asam urat, asam urat, sedangkan kalsium fosfat dan
kalsium oksalat jarang ditemukan pada anjing. Sebaliknya urolit yang mengandung kalsium
(kalsium oksalat dan kalsium fosfat) paling lazim ditemukan. Meskipun beberapa mineral
khusus dapat menjadi unsur predominan dari suatu kalkuli, tetapi kebanyakan kalkuli
komposisinya terdiri dari campuran beberapa unsure mineral. Kadang-kadang inti urolit
tersusun darisuatu jenis kristal (struvite), tetapi lapisan luarnya tersusun dari kristal-kristal
lain yang berbeda.

a) Etiologi
Urolithiasis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya batu
(urolith/kalkuli) atau kristal-kristal pada saluran kemih (tractus urinarius). Jenis
mineral beragam diantaranya berupa struvit, kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, dan cystine pada urin. Urolit atau disebut juga bladder stone merupakan batu
yang terbentuk akibat supersaturasi pada urin dengan kandungan mineral-mineral
yakni kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang ureter dan
masuk ke dalam vesika urinaria. Kristal yang paling sering ditemukan pada anjing
adalah kalsium oksalat dengan persentase kejadian 46,3% dan magnesium amonium
fosfat sebanyak 42,4%. Batu dan kristal ditemukan di ginjal, uretra, dan kebanyakan
di VU. Setelah terjadi pengendapan, partikel-partikel yang telah mengkristal dapat
bertambah besar ukurannya, memperparah kerusakan dan menimbulkan gejala klinis
pada hewan tersebut (Simatupang dkk., 2018; Men dan Arjentina, 2018)

b) Gejala Klinis
Hewan-hewan yang menderita urolithiasis diketahui gejala klinisnya bervariasi
tergantung pada tempat peletakannya dalam struktur anatomi sistim urinaria dan jenis
kelamin. Terdapatnya batu akan menggangu saluran urinaria dan akan menyebabkan
kesulitan membuang urin, rasa sakit pada ginjal dan saluran urinaria serta distensi pada
abdomen. Kondisi ini akan menyebabkan peradangan pada saluran urinaria, stranguria
atau pengeluaran urin dengan frekuensi lambat, dysuria atau kesakitan atau kesukaran
pada saat urinasi dan anuria atau tidak dapat mengeluarkan urin (Breitschwerdt, 1986).
Terdapatnya batu pada ureter dapat menyebabkan kolik, ini datangnya tiba-tiba tanpa
didahulukan oleh gelaja sebelumnya, penderita biasanya memutar badan untuk
mendapatkan posisi yang dapat mengurangi rasa nyeri. Bila penyumbatan telah
berlangsung lama akan terlihat tanda depresi, lesu, anoreksia atau berkurangnya nafsu
makan, dan diikuti oleh tanda uremia (Sastrowardoyo, 1997).

c) Diagnosa Klinis
Alur pemeriksaan diagnostik dapat diawali dengan registrasi, yaitu pengisian
pengisian nama, berat badan pasien, nama, alamat, dan no. Telp pemilik.
Dilanjutkan dengan mencatat signalment yaitu Breed, sex, age, dan spesific pattern
pasien. Anamnesa dapat dilakukan dengan menanyakan kepada klien pre history yaitu
kronologi kejadian sebelum hewan terserang penyakit contohnya pakan yang diberikan
kepada pasien, sering diberi minum atau tidak,dll (Duguma, 2016). Immediet history
yaitu gejala klinis yang muncul pada saathewan itu sakit (Duguma, 2016) seperti warna
urin. Muntah, Frekuensi urinasi. Pada saat urinasi apakah hewannya itu vokalisasi, dll.
Post history yaitu penanganan yang sudah dilakukan klien (Duguma, 2016) seperti
sudah diberi penanganan sebelumnya atau belum, dll.
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi pemeriksaan
ekspresi muka dan kondisi tubuh serta tingkat kesadaran pasien, pulsus normal anjing
: 76-148x/menit (Fowler, 2008), nafas normal 24- 42x/menit (Fowler, 2008), dan suhu
: normal 37,8 - 39,5oC (Fowler, 2008). Pemeriksaan selaput lendir dapat dilakukan
meliputi mukosa hidung, normal lembab, conjunctiva, ginggiva pink normal, CRT
kurang dari sama dengan 2, vulva normal. Pemeriksaan kulit dan rambut yang ditandai
dengan kerontokan normal serta tidak ada lesi dan pemeriksaan telinga normal bersih,
tidak ada lesi-lesi

Pemeriksaan khusus dapat dilakukan pada organ yang mengalami masalah,


pada skenario 3 yaitu traktus urinari.Pemeriksaan ginjal dapat dilakukan dengan posisi
hewan berdiri dengan 4 kaki. Ginjal kanan terletak lebih cranial daripada ginjal kiri.
Ginjal kanan terletak di seberang lumbal 1-3 sedangkan ginjal kiri di lumbal 2-5
(Englar, 2017). Inspeksi adspeksi pada lokasi tersebut, apakah ada asimetris tubuh
bagian pinggang/penonjolan flank atau tidak. VU bisa dipalpasi apabila kondisinya
penuh. Ketika kondisi penuh ini bisa diperkirakan bahwa hewan tidak urinasi.
Adspeksi preputium, lubang preputium, skrotum. Preputium anjing normalnya mudah
di retraksi. Penis ditekan dengan lembut bagian bulbus glandis ke depan sedangkan
pretium yang diretraksi ke belakang. Lubang preputium & urethra diperiksa ada
sekresinya atau tidak. Palpasi preputium, penis, dan glans penis.

Peneguhan diagnosa dapat dilakukan dengan uji laboratorium yang sampelnya


dapat dikoleksi dengan berbagai cara yaitu free catch merupakan pengambilan sampel
yang diambil langsung dari penis (ditampung), kateterisasi menggunakan alat kateter
(Rijnberk and Sluijs, 2009), dan cystocentesis yaitu menggunakan suntikan yang
ditusukkan ke vesica urinaria kemudian urin diaspirasi. Widodo dkk.(2019).

d) Intepretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Darah dan Urin


1. Pemeriksaan sampel darah
a. Pemeriksaan darah rutin
Pada pemeriksaan darah rutin dilakukan evaluasi eritrosit meliputi
penghitungan eritrosit, penghitungan kadar Hb, penentuan PCV, protein plasma.
Selain evaluasi eritrosit, dilakukan evaluasi leukosit meliputi penghitungan leukosit
dan differential leukosit.
Hematologi anjing normal (Weiss dan Wardrop, 2010)

b. Pemeriksaan kimia darah


Blood Urea Nitrogen (BUN) dibentuk ileh hepar, merupakan produk
katabolisme protein pada karnivora dan omnivora. Pengukuran BUN dilakukan
sebagau skrining awal penyakit ginjal dan lebih baik dipadukan dengan
pemeriksaan kreatinin. Kadar BUN pada anjing 6-24 mg/dL dan kucing 5-30
mg/dL (Salasia dan Hariono, 2014).
Kreatinin dibentuk selama terjadi metabolisme otot skelet. Kreatinin
dapat diperiksa melalui serum maupun urin. Konsentrasi kreatinin pada anjing
0,4 – 1,5 mg/dL dan kucing 0,5 – 2,1 mg/dL. Kreatinin serum turun berarti
kemungkinan ada kehilangan/ kerusakan jaringan oto secara signifikan atau
kebuntingan dimana terjadi cardiac output dan laju filtrasi glomerulus (GFR)
(Salasia dan Hariono, 2014).

2. Pemeriksaan Sampel Urin


a. Pemeriksaan Fisik Urin
I. Kuantitas
Volume urin abnormal tergantung pada makanan, minuman, iklim, dan
aktivitas fisik individu bersangkutan. Volume urin abnormal:
• Poliuria adalah terjadinya eksresi dan volume urin yang meningkat;
• Oliguria adalah peristiwa menurunnya volume urin;
• Pollakiuria adalah peristiwa sering kencing/ mencoba kencing
namun urin yang keluar hanya sedikit-sedikit, kemungkianan bisa
disebabkan oleh iritasi kandung kemih;
• Nokturia adalah peristiwa meningkatnya kencing waktu malam hari;
• Anuria adalah peristiwa tidak dapat kencing sama sekali
(Salasia dan Hariono, 2014)
II. Warna
Warna urin dapat diperiksa dengan menuangkan urin ke dalam tabung
reaksi atau urinometer silinder kemudian diamati. Warna kuning dari urin berasal
dari urokrom, yaitu zat warna yang berasal dari pemecahan zat warna darah
(Salasia dan Hariono, 2014).
Menurut Parrah, dkk (2013), warna urin pada berbagai spesies berbeda.
Warna urin nornmal anjing yaitu kuning pucat hingga kuning kecoklatan,
sedangkan warna urin normal pada kucing yaitu kuning hingga kuning tua.
III. Kejernihan
Seperti halnya warna, kejernihan urin diamati dengan menampungnya
di dalam tabung reaksi atau urinometer silinder. Urin yang normal akan terlihat
jernih kecuali pada kuda terlihat pekat dan keruh karena umumnya mengandung
kristal CaCO3 dan mukus. Urin yang keruh tidak normal biasanya mengandung:
• Lukosit (putih keruh),
• Eritrosit (coklat kemerahan keruh),
• Bakteri (keruh uniform),
• Lemak (keruh, bila ditambahkan pelarut lemak akan kembali jernih),
• Kristal (kandungan kristal fosfat akan menimbulkan sedimen putih
pada urin yang alkalis, kristal urat amorf menimbulkan warna putih
atau kabut merah jambu pada urin asam yang dibiarkan/ sudah
didinginkan),
(Salasia dan Hariono, 2014).
IV. Berat Jenis (BJ)
Berat jenis urin dapat diperiksa dengan urinometer dan refraktometer.
Urinometer digunakan dengan mengocok urin terlebih dahulu, dibutuhkan
minimal 15 ml urin. Refraktrometer (total solid meter) digunakan dengan
terlebih dahulu menyentrifus urin, hanya dibutuhkan satu hingga dua tetes urin.
Bila sampel urin yang diperoleh sedikit, maka BJ dapat diketahui dengan
mengencerkan urin, BJ urin adalah BJ hasil pengenceran dikalikan dengan
faktor pengenceran BJ urin normal anjing yaitu 1,001 – 1,065, sedangkan
kucing yaitu 1,001 – 1,080 (Parrah dkk., 2013)

V. Bau
Bau urin timbul karena perubahan asam organik volatil. Urin berbau
tajam biasanya dijumpai pada urin kucing, babi, dan kambing. Urin berbabu
ammonia biasanya adalah urin alkalis atau urin yang dibiarkan terlalu lama
sehingga hasil penguraian bakteri dalam urin terbentuk ammonia. Urin berbau
aseton biasanya dijumpai pada hewan- hewan yang menderita diabetes mellitus
atau penyakit kebuntingan (Salasia dan Hariono, 2014).

b. Pemeriksaan Kimia Urin


I. PH
Alat ukur pH adalah labstick, pH meter, comparator, sedangkan kertas
laksmus tidak dapat mengukur keasaman atau kebasaan urin. Normal pH
tergantung pada individu, diet, metabolisme. pH normal asam ditemukan pada
karnivora, pedet, dan anak kuda yang menyusu. pH normal basa ditemukan pada
hewan yang banyak makan sayuran dan herbivora (Salasia dan Hariono, 2014).
Menurut Parrah, dkk (2013), pH normal urin anjing dan kucing yaitu 5,5 – 7,0.
II. Glukosa
Pada urin normal tidak ditemukan glukosa. Secara normal glukosa akan
difiltrasi dalam glomeruli ginjal kemudian direadsorbsi sempurna di tubulus
proksimal jika tidak melebihi ambang kemampan ginjal. Ada beberapa macam
cara pemeriksaan glukosa dalam urin, reaksi-reaksi didasarkan pada sifat
mereduksi glukosa terhadapat suatu zat sampai timbul endapan (Salasia dan
Hariono, 2014).
III. Protein
Sejumlah kecil protein biasanya lolos dari filtrasi glomerulus, namun
akan direadsorbsi di tubulus sehingga protein biasanya tidak ditemukan pada urin
normal. Proteinuria yang agaka tinggi pada umumnya berhubungan dengan
demam, latihan otot, dan hal-hal yang menyebabakan protein terpakai oleh tubuh
(Salasia dan Hariono, 2014).

IV. Benda Keton


Peningkatan benda keton berlebihan dalam darah (ketonemia) dan urin
(ketonuria) disebut ketosis. Macamnya adalah asam astoasetat, aseton, asam beta
hidroksilat. Salah satu uji yang dapat dipakau yaitu Van Lange, apabila urin
positif mengandung benda keton maka akan terbentuk cincin ungu dan apabila
negatif maka akan terbentuk cincin putih (Salasia dan Hariono, 2014).

V. Darah
Reaksi positif urin mengindikasikan adanya sel darah merah (lisis karena
urin yang hipotonis), hemoglobin bebas, atau myoglobin. Apabila urin
mengandung myoglobin maka akan diperkuat dengan naiknya aktivitas serum
kreatinin kinase. Intepretasi hematuria menandakan destruksi sel darah merah
dalam pembuluh dalah (Salasia dan Hariono, 2014).

VI. Uji Sedimentasi


Sedimen urin dikategorikan dua bagian yaitu sedimen terorganisis
(leukosit, eritrosit, epitel, mikroorganisme, parasit, spermatozoa) dan tak
terorganisir (tetes lemak, kristal, pigmen) (Salasia dan Hariono, 2014).
Jenis-jenis sedimen kristal pada urin (Strasinger dan Lorenzo, 2014)

IV. KESIMPULAN
1. Urolithiasis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya sedimentasi
disaluran urinasi
2. Gejala klinis pada gangguan uropoetika akan terlihat adanya hematuria,
poliuria, disuria, dan rasa sakit ketika dipalpasi pada bagian VU atau ginjal
dapat pula disertai muntah, lemah, dan dehidrasi
3. Penanganan Urolithiasis dapat dilakukan dengan cara non-operasi dan
operasi
DAFTAR PUSTAKA

Bartges JW, Osborne CA, Lulich JP. 1999. Methods for evaluating treatment of uroliths.
Vet Clin North Am: Small Anim Pract; 29:45.
Breitschwerdt EB. 1986. Contemporary Issues in Small Animal Practice: Nephrology and
Urology. New York.Churchill Livingstone.pp: 261
Duguma, Ararsa. 2016. Practical Manual on Veterinary Clinical Diagnostic Approach.
JVet Sci Technol 7:337
Fossum, T.W. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London.
Toronto. Philandelphia sydney.
Fowler, M. E. 2008. Restrain and Handling of Wild and Domestic Animals. UK: Wiley-
Blackwell Publishing

Koesharyono C. 2008. Penanganan Kasus Urolithiasis


padaAnjing.http://www.anjingkita.com/

Parrah, J. D., Moulvi, B. A., Gazi, M. A., Makhdomi, D. M., Athar, Din, M. J., Dar, M.
U., Mir, A. Q. 2013. Importance of Urinalysis in Veterinary Practice.
Veterinary World, EISSN: 2231 – 0916.

Rijnberk, A and Sluijs, S. J.V. 2009. Medical History and Physical Examination in
Companion Animals 2nd edition. China: Elsevier.
Salasia, S. I. O. dan Hariono, Bambang, 2014. Patologi Klinik Veteriner. Yogyakrta:
Sumber Baru.
Sastrowardoyo, S. 1997. Urologi Penuntun Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. pp: 72.
Simatupang, G.T.T.O., Sudisma, I.G.N., dan Arjentinia, I.P.G.Y. 2019. Sonogram Ginjal
dan Kantung Kemih Berdasarkan Variasi Bentukan Urolit pada Anjing. Jurnal
Veteriner Jurnal Veteriner, 2(1) : 109 - 118.
Strasinger, S. K. dan Lorenzo, M. S. D. 2014. Urinalysisi and Body Fluids Sixt Edition.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Widodo, S., Sajuthi, D., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., dan Lelana, R.P.A.
2019. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai