Sedangkan dalil lain yang disebutkan Novel adalah kisah orang Badui
yang datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam … dst[6].
Menggelikan memang cara Novel berdalil, dan sekaligus
memprihatinkan, sejak kapan mimpi jadi dalil dalam agama? Ini hanya
ada dalam kamus orang-orang Sufi, tak ada dalil, mimpi pun jadi!
Dengan demikian, kedua hadits yang disebutkan oleh Novel tidak ada
yang sah dijadikan dalil.
Kali ini, Novel menggunakan dalil tipe kedua yang pernah saya
singgung sebelumnya. Yaitu hadits shahih yang tidak sharih, alias tidak
berkaitan dengan topik yang dibahas. Ia mengatakan (hal 125-126):