Anda di halaman 1dari 30

Makalah

Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Dosen :
Ns. Dedeh Komalawati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kmb

Disusun oleh:
Marissa Nuur ( 2720180039 )
Nadiya Hanifa ( 2720180060 )
Putri Anggita ( 2720180059 )
Shafa’Afifah ( 2720180051 )
Wanda Lestari ( 2720180025 )

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Osteoartritis.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Osteoartritis
dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.

Jakarta, 11 Desember 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULAUAN
A. Latar belakang................................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi...........................................................................................................................
B. Etiologi............................................................................................................................
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................................
D. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................
E. Pathway...........................................................................................................................
F. Penatalaksanaan...............................................................................................................

BAB III ASKEP


A. Kasus...............................................................................................................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi.
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui atau gangguan pada
sendi yang bergerak

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari osteoarthritis ?
2. Bagaimana etiologinya ?
3. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjangnya ?
5. Bagaimana pathwaynya ?
6. Bagaimana penatalaksanaanya ?
7. Bagaimana askepnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari osteoarthritis
2. Untuk mengetahui etiologinya
3. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjangnya
5. Untuk mengetahui pathwaynya
6. Untuk mengetahui penatalaksanaanya
7. Untuk mengetahui askepnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui atau gangguan pada
sendi yang bergerak
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang
yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial
dan jaringan tulang yang membentuk persendian.

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :


1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
B. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisik dan
biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah
kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas
50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
7. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
8. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
9. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
10. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

.
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oleh inflamasi sinova, peregangan kapsula dan
ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam periosteum akibat pertumbuhan
osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus, bursitis, tendonitis, dan spasme
otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika sendi digerakkan dan
keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural dalam sendi. Meskipun
osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong berat badan ( panggul, lutut,
servikal, dan tulang belakang), sendi tengah dan ujung jari juga sering terkena. Mungkin
ada nodus tulang yang khas, pada inspeksi dan palpasi ini biasanya tidak ada nyeri,
kecuali ada inflamasi.

Gejala khas pada penderita Osteoarthritis :


1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri
dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul
pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
E. Pathway

Proses penuaan trauma


- Instrinsik
- ekstrinsik
Pemecah perubahan
Kordinat komponen sendi
- kolagen perubahan metabolisme
- progleoglikasi
- jaringan sub kondrial
proses penyakit
degenerative yang
Panjang pengeluaran enzim
lisosom

- kurang kerusakan matriks kartilago


kemampuan
mengingat penebalan tulang sendi perubahan fungsi sendi
- kesalahan
interpretasi penyempitan rongga deformitas sendi
sendi kontraktur
gg. mobilitas fisik
defisit pengetahuan - penurunan kekuatan gg. Citra tubuh
- nyeri hipertropi

deficit perawatan diri distensi cairan

nyeri akut
F. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
a. Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam, ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya
untuk jangka panjang, efek samping utama adalah ganggauan mukosa lambung
dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi
nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri
pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik
dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan
tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke
sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi
yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
a. Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik
atau metal yang disebut prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan
mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar
sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
8. Terapi konservatif
mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk
menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan
pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan
fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
BAB III
ASKEP

A. Kasus
Tn. T, 60 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri seperti di tusuk pada seluruh
sendi terjadi terus menerus, bengkak dan terasa sulit digerakkan. Tn. T juga pernah
mengalami cedera pada sendi saat melakukan pekerjaan berat. Klien sering keluar masuk
RS. Klien mengatakan belum banyak tahu cara manajemen penyakitnya.

Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. T
b. Umur : 60 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Diagnosa Masuk : Arthritis
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri seperti di tusuk pada seluruh sendi, bengkak dan sulit
untuk digerakkan terjadi terus menerus. Klien juga pernah mengalami cedera pada
sendi saat melakukan pekerjaan berat
b. Riwayat perjalanan
penyakit saat ini Klien datang ke RS dengan nyeri seperti di tusuk pada
seluruh sendi terjadi terus menerus, bengkak dan sulit untuk digerakkan dan ia
pernah mengalami cedera pada sendi saat melakukan pekerjaan yang berat Klien
sudah sering keluar masuk RS
3. Diagnosa Medis
Osteoarthritis
4. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien merasa sakit dan datang ke RS untuk memeriksakan diri. Klien sudah sering
keluar masuk RS dengan sakit yang sama.
b. Nutrisi/ metabolic
Tidak ada data
c. Pola eliminasi
Tidak ada data
d. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengeluh nyeri seperti di tusuk pada seluruh sendi terjadi terus menerus,
bengkak dan sulit untuk digerakkan dan klien pernah mengalami cedera sendi
pada saat melakukan pekerjaan berat
e. Pola tidur dan istirahat
Tidak ada data
f. Pola kognitif-perseptual
Klien mengatakan belum banyak tahu cara manajemen penyakitnya.
g. Pola persepsi diri
Tidak ada data
h. Pola seksual dan reproduksi
Tidak ada data
i. Pola peran-hubungan
Tidak ada data
j. Pola manajemen koping stress
Tidak ada data
k. Sistem nilai dan keyakinan
Tidak ada data
5. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak kesakitan
b. Kesadaran
Composmentis
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : bengkak di semua persendian, tidak tampak eritema
2) Palpasi : tidak ada krepitasi, nyeri tekan (-), nodus Herbeden (-)

Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : Agen pencedera fisik Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri dan ( mengangkat berat, trauma
bengkak pada seluru sendi )
Do :
Bengkak pada seluruh sendi,
tampak sulit digerakkan
P : pernah mengalami cedera
sendi saat melakukan aktivitas
berat
Q : nyeri seperti di tusuk
R : pada seluruh sendi
S:7
T : terus menerus
2 Ds : Kekakuan sendi Gangguan mobilitas fisik
Klien mengeluh seluruh
sendinya sulit digerakkan
Do :
Bengkak di seluruh sendi
3 Ds : Kurang terpapar informasi Deficit pengetahuan
Klien mengatakan belum
banyak tahu tentang cara
manajemen penyakitnya, klien
mengatakan sering keluar
masuk RS
Diagnose Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencendera fisik ( mengangkat berat, trauma ) d.d Klien mengeluh
nyeri dan bengkak pada seluru sendi, bengkak pada seluruh sendi, tampak sulit
digerakkan. Pengkajian nyeri P : pernah mengalami cedera sendi saat melakukan aktivitas
berat, Q : nyeri seperti di tusuk, R : pada seluruh sendi, S : 7, T : terus menerus
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi d.d Klien mengeluh seluruh sendinya sulit
digerakkan, bengkak di seluruh sendi
3. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Klien mengatakan belum banyak
tahu tentang cara manajemen penyakitnya, klien mengatakan sering keluar masuk RS
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnose Tujuan Intervensi rasional
Nyeri akut b.d agen L. 08066 tingkat nyeri I. 08238
pencedera fisik Setelah dilakukan manajemen
( mengangkat berat, asuhan keperawatan nyeri
trauma ) selama 3x24jam O:
diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, - Untuk mengetahui
menurun karakteristik, lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil : durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
- Kemampuan kualitas, intensitas kualitas, intensitas
menuntaskan nyeri nyeri
aktivitas - Identifikasi skala - Untuk mengetahui
meningkat ( 5 ) nyeri berapa skala nyerinya
- Keluhan nyeri - Identifikasi factor - Untuk mengetahui
menurun ( 5 ) yang memperberat factor apa saja yang
- Gelisah dan memperingan memperberat dan
menurun ( 5 ) rasa nyeri memperingan rasa
- Focus nyeri
membaik ( 5 ) - Identifikasi - Untuk mengeatahui
- Perilaku pengetahuan dan pengetahuan dan
membaik ( 5 ) keyakinan tentang keyakinan tentang nyeri
nyeri - Untuk mengetahui
- Identifikasi nyeri nyeri pada kualitas
pada kualitas hidup
hidup - Untuk mengetahui hasil
- Monitor dari terapi
keberhasilan terapi komplementer yang
komplementer sudah diberikan
yang sudah
diberikan - Untuk mengetahui efek
- Monitor efek sampingnya
samping
penggunaan
analgetik - Agar rasa nyeri dapat
T: berkurang
- Berikan Teknik
nonfarmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
( aromaterapi, - Agar pasien merasa
kompres hangat ) nyaman dan membantu
- Control mengurangi rasa nyeri
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri - Agar pasien merasa
( kebisingan ) nyaman
- Fasilitasi istirahat - Agar mengetahui jenis
dan tidur dan sumber nyeri
- Pertimbangkan dalam pemilihan
jenis dan sumber strategi meredakan
nyeri dalam nyeri
pemilihan strategi
meredakan nyeri - Agar klien dapat
E: mengetahui penyebab,
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
periode, dan nyeri
pemicu nyeri - Agar nyeri dapat
mereda
- Anjurkan strategi - Agar klien dapat
meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan monitor secara mandiri
nyeri secara - Membantu
mandiri memperingan nyeri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara - Untuk mengurangi rasa
tepat nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmokologis
untuk mengurangi
rasan nyeri - Untuk meredakan nyeri
K:
- Kolaborasi
pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas L. 05042 mobilitas I. 05173
fisik b.d kekakuan fisik dukungan
sendi Setelah dilakukan mobilisasi
asuhan keperawatan O:
selama 3x24 jam - Identifikasi adanya - Untuk mengetahui
diharapkan mobilitas nyeri atau keluhan adanya nyeri atau
fisik meningkat fisik lainnya keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil : - Identifikasi - Agar fisik dapat
- Rentang gerak toleransi fisik melakukan aktivitas
( ROM ) melakukan sesuai kemampuan
meningkat ( 5 ) pergerakan
- Nyeri menurun - Monitor kondisi - Agar mengetahui
(5) umum selama kondisi pasien
- Kaku sendi melakukan
menurun ( 5 ) mobilisasi
- Gerakan T: - Agar membantu pasien
terbatas - Fasilitasi aktivitas melakukan aktivitas
menurun ( 5 ) mobilisasi dengan mobilisasi
alat bantu ( pagar
tempat tidur )
- Fasilitasi - Agar kekakuan sendi
melakukan dapat berkurang
pergerakan - Dukungan keluarga
- Libatkan keluarga sangat di perlukan
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
E:
- Jelaskan tujuan - Agar pasien mengetahu
dan prosedur tujuan dan prosedur
mobilisasi mobilisasi
Deficit pengetahuan L. 12111 tingkat I. 12382 edukasi
b.d kurag terpapar pengetahuan kesehatan
informasi Setelah dilakukan O:
asuhan keperawatan - Identifikasi - Agar pasien siap dan
selama 2x24 jam kesiapan dan mampu menerima
diharapkan kemampuan informasi
pengetahuan menerima
meningkat informasi
Kriteria hasil : T:
- Perilaku sesuai - Sediakan materi - Agar mempermudah
anjuran dan media dalam proses
meningkat ( 5 ) pendidikan pembelajaran
- Kemampuan kesehatan
menjelaskan - Jadwalkan
pengetahuan Pendidikan - Agar penkes tidak
tentang suatu kesehatan sesuai terganggu dengan
topik kesepakatan kegiatan lainnya
meningkat ( 5 ) - Berikan
- Perilaku sesuai kesempatan untuk - Agar menambah
dengan bertanya wawasan klien
pengetahuan
meningkat ( 5 )
- Pertanyaan
tentang
masalah yang
dihadapi
menurun ( 5 )
- Perilaku
membaik ( 5 )
Implementasi
Har Dx implementasi
i
1 1 - mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan
rasa nyeri
- mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- mengidentifikasi nyeri pada kualitas hidup
- memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- memonitor efek samping penggunaan analgetik
- memberikan Teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( aromaterapi, kompres hangat )
- menkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( kebisingan )
- memfasilitasi istirahat dan tidur
- mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
- menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- menganjurkan strategi meredakan nyeri
- menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
- menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- mengajarkan teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasan
nyeri
- kolaborasi pemberian analgetik

2 - mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


- mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( pagar
tempat tidur )
- memfasilitasi melakukan pergerakan
- melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3 - mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


- menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- menjadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- memberikan kesempatan untuk bertanya
2 1 - mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- mengidentifikasi nyeri pada kualitas hidup
- memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- memberikan Teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( aromaterapi, kompres hangat )
- menkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( kebisingan )
- memfasilitasi istirahat dan tidur
- mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

2 - mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan


- memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( pagar
tempat tidur )
- memfasilitasi melakukan pergerakan
- melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3 - menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan


- memberikan kesempatan untuk bertanya
3 1 - mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- memberikan Teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( aromaterapi, kompres hangat )
- menkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( kebisingan )
- memfasilitasi istirahat dan tidur

2 - mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan


- memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( pagar
tempat tidur )
- memfasilitasi melakukan pergerakan
- melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Evaluasi
Hari Dx evaluasi
1 1 S : Klien mengeluh nyeri dan bengkak pada seluru sendi
O : Bengkak pada seluruh sendi, tampak sulit digerakkan. Pengkajian nyeri
( P : pernah mengalami cedera sendi saat melakukan aktivitas berat, Q :
nyeri seperti di tusuk, R : pada seluruh sendi, S : 7, T : terus menerus )
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- mengidentifikasi nyeri pada kualitas hidup
- memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- memberikan Teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa nyeri
( aromaterapi, kompres hangat )
- menkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( kebisingan )
- memfasilitasi istirahat dan tidur
- mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

2 S : Klien mengeluh seluruh sendinya sulit digerakkan


O : bengkak di seluruh sendi
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( pagar tempat
tidur )
- memfasilitasi melakukan pergerakan
- melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3 S : Klien mengatakan belum banyak tahu tentang cara manajemen


penyakitnya, klien mengatakan sering keluar masuk RS
O:-
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- menjadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- memberikan kesempatan untuk bertanya
2 1 S : Klien mengeluh nyeri dan bengkak pada seluru sendi sedikit membaik
O : Bengkak pada seluruh sendi berkurang, sedikit mudah digerakkan.
Pengkajian nyeri ( P : pernah mengalami cedera sendi saat melakukan
aktivitas berat, Q : nyeri seperti di tusuk berkurang, R : pada seluruh sendi,
S : 5, T : terus menerus )
A : masalah setengah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- memberikan Teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa nyeri
( aromaterapi, kompres hangat )
- menkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( kebisingan )
- memfasilitasi istirahat dan tidur

2 S : Klien mengeluh seluruh sendinya sudah bisa digerakkan secara


perlahan
O : bengkak di seluruh sendi berkurang
A : masalah setengah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( pagar tempat
tidur )
- memfasilitasi melakukan pergerakan
- melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3 S : Klien mengatakan sudah tahu tentang cara manajemen penyakitnya,


O:-
A : masalah teratasi
P : intervensi diberhentikan
3 1 S : Klien mengeluh nyeri dan bengkak pada seluru sendi sudah membaik
2 O : Bengkak pada seluruh sendi berkurang, sedikit mudah digerakkan.
Pengkajian nyeri ( P : pernah mengalami cedera sendi saat melakukan
aktivitas berat, Q : sudah tidak terasa nyeri, R : pada seluruh sendi, S : 2,
T : jarang )
A : masalah teratasi
P : intervensi diberhentikan

S : Klien mengeluh seluruh sendinya sudah bisa digerakkan secara


perlahan
O : bengkak di seluruh sendi berkurang
A : masalah teratasi
P : intervensi diberhentikan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah milik Allah SWT. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
penulisan makalah selanjutnya,

DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan
Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996 .

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia

Smeltzer S. C. & Bare B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner suddart. Ed. 8. Vol.
3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Buku : SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai